Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafas Atas menurut WHO merupakan epidemi

dan pandemi dalam pelayanan kesehatan. Pedoman Interim WHO yang

diterbitkan pada tahun 2007. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan atas

yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi dan khususnya dapat

menimbulkan kekhawatiran kesehatan masyarakat internasional. ISPA ini

mencakup: severe acute respiratory syndrome (SARS), kasus infeksi flu

burung pada manusia, dan ISPA baru yang belum pernah dilaporkan yang

dapat menyebabkan wabah skala besar dengan morbiditas dan mortalitas

tinggi. ISPA umumnya ditularkan melalui droplet1.

Namun demikian, pada sebagian patogen ada juga kemungkinan

penularan melalui cara lain, seperti melalui kontak dengan tangan atau

permukaan yang terkontaminasi. Karena itu, informasi mengenai

pencegahan dan pengendalian infeksi .2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan

akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung

kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi

kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan

atau berurutan2.

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih

dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan

adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat

infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang

berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. 2

2.2.1 Etiologi Infeksi Saluran Nafas Atas


Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) adalah Infeksi saluran

pernapasan atas yang menyerang satu komponen saluran pernapasan

bagian atas. Bagian saluran pernapasan atas yang terkena bisa meliputi

hidung, sinus, faring, dan laring. Bagian sistem pernapasan tersebut akan

mengarahkan udara yang kita hirup dari luar ke trakea dan akhirnya ke

paru-paru di mana respirasi berlangsung,

2
disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA

antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,

Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain

golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain-lain. Cara penularan ISPA dapat terjadi karena

transmisi organisme melalui AC (air conditioner), droplet dan melalui

tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Penularan faringitis

terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel

terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada

sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan secret

yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan

bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus.2

2.3 Tanda dan Gejala ISPA

3
Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut: batuk,

nafas cepat, bersin- bersin, pengeluaran sekret atau lendir dari hidung, nyeri

kepala, demam ringan, hidung tersumbat, sakit saat menelan, letih dan

berkeringat banyak, adapun tanda- tanda bahaya klinis ISPA, berupa : napas

tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, tachycardia, bradycardiam,

hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. bingung, hingga kejang dan coma.3

2.4 PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus

dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke

atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks

spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan

epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan .3

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya


batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk, sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol
adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa

4
yang rusak tersebut.3 Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada
bayi dan anak 3
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-

tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,

dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder

bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri

yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah

terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan

pneumonia bakteri.3

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi

menjadi empat tahap,yaitu:

2.4.1 Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan

reaksi apa-apa.

2.4.2 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

2.4.3 Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul

gejala demam dan batuk.

2.5 Komplikasi ISPA

Komplikasi ISPA beruba :

5
2.5.1 Asma
Asma adalah batuk persisten yang disebabkan oleh suatu kondisi

alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi wheezing,

dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari.

2.5.3 Tuli

Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya

infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri

pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga

telinga.

2.5.4 Syok

Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan

f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh babagai faktor antara lain :

faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang

mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut

kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.3

2.7 Pencegahan
Ada beberapa hal yang sederhana yang dapat dilakukan untuk

menghindari penularan infeksi saluran pernafasan atau menyebarkan infeksi

kepada orang. Hal-hal ini mungkin terdengar sederhana, tetapi penelitian

menunjukkan mereka sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi,

bahkan infeksi yang serius.4

6
2.7.1 Tetap di rumah jika Anda tidak sehat

Di musim hujan, jika Anda terkena pilek atau flu (influenza) atau

infeksi saluran pernapasan lainnya, segera temui dokter. Jika perlu, tetap di

rumah sampai Anda sembuh dan merasa lebih baik.4

Istirahat di rumah dapat membantu Anda mengatasi infeksi saluran

pernapasan lebih lebih cepat, Ini juga sebagai cara untuk tidak menularkan

dan menyebarkan infeksi virus ke orang lain.

2.7.2. Vaksin flu

Melakukan vaksin flu terbilang penting bagi Anda yang rentan

terkena flu atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pasalnya,

dengan rutin melakukan vaksin flu tiap beberapa tahun sekali dapat

mencegah Anda dari serangan flu. Setiap tahun vaksin flu akan berbeda,

dan akan mengandung strain virus flu paling umum yang menyebabkan

infeksi..

2.7.3 Jaga kebersihan

Obat ISPA atau pencegahan utama penyebab ISPA adalah menjaga

kebersihan diri sendir, untuk mencegah terkena atau tertular virus yang

dapat menganggu sistem pernapasan seperti sering mencuci tangan,

terutama setelah berada di tempat umum., Bila hendak bersin atau batuk,

jangan gunakan kedua telapak tangan ada baiknya gunakan pakaian Anda

atau ke tisu untuk mencegah menularkan penyakit infeksi. Hindari

7
menyentuh wajah, terutama mata dan mulut Anda, untuk mencegah

masuknya virus tubuh.5

2.8 Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk dapat

mendiagnosis infeksi saluran pernapasan atas.: Monitoring kulit tanpa rasa

sakit (pulse oximetry) untuk memeriksa apakah tingkat oksigen yang

tersedia dalam aliran darah lebih rendah dari biasanya Tes darah untuk

memeriksa jumlah sel putih atau untuk mencari keberadaan virus, bakteri

atau organisme lain. Sinar-X dada untuk memeriksa pneumonia. Tes

laboratorium sekresi pernapasan dari hidung Anda untuk memeriksa virus.6

2.9 . PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi simptomatik, seprti obat antitusif

obat analgesik serta antipiretik, multivitamin. Antibiotik tidak dianjurkan

kecuali ada komplikasi purulenta pada secret. 6

BAB III
LAPORAN KASUS

1. Status Pasien

Nama : Sapta Mandala

Umur : 24 Tahun

8
Agama : Islam

Pendidikan : Wiraswasta

Alamat : Tiuh Balak

Berat Badan : 45 Kg

Tinggi Badan : 168 cm

Tgl. Berobat : 31 Januari 2019

ANAMNESA PENYAKIT

KU : Compos Mentis

Telaah : Os pasien datang kepuskesmas dengan keluhan batuk dan

pilek ± 5 hari, demam dan nafsu makan menurun

Riwayat penyakit sekarang:

Biasa nya pasien mengalami demam , batuk, pilek, sakit kepala,, nafsu

makan menurun,
Riwayat penyakit dahulu:

biasanya pasien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini


Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit Pasien tersebut.

Riwayat sosial :

Pasien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan

padat penduduknya.

RPO : (-)

9
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Respirasi Rate : 24x/menit

Heart Rate : 88x/menit

Suhu : 37,8 0 C

Status Lokalisata

1. Kepala :Normochepali

Mata : conjungtiva palpebra inferior anemis (-)

Telinga : serumen (-)

Hidung :pernapasan cuping hidung (-), sekret (+/+)


Mulut : mukosa faring hiperemis (+)

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

2. Thorax

a. Jantung : ictus cordis tidak terlihat

Auskultasi : regular, murmur(-), Gallop (-)

b. Paru

Inspeksi : Gerakan dinding dada simestris, retraksi (-)

Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor (+/+)

10
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-)suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

Inspeksi : simetris kanan dan kiri, massa (-), bekas operasi (-)

Auskultasi : Peristaltik usus normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Soepel, hati tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri

tekan abdomen (-)

4. Ektremitas

Superior : Oedem (-/-), Akral hangat (+/+), Pucat (-/-)

Inferior : Oedem (-/-), Akral hangat (+/+), Pucat(-/-)

DIAGNOSA BANDING

 Infeksi Saluran Nafas Atas

 Dengue high fever

DIAGNOSA KERJA
 Infeksi Saluran Nafas Atas

PENATALAKSANAAN

Pasien diberikan pengobatan sesuai simptomatik berupa: obat antitusif,

antipiretik, multifitamin.

11
- Dextromethorphan 15 mg 3x1

- PCT 500 mg 3 x 1

- CTM 2 x 1

- Vit c 1x1

BAB IV
KESIMPULAN

Seorang pasien usia 24 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan batuk

pilek ± 5 hari disertai demam dan nafsu makan menurun, Pada pemeriksaan fisik

didapatkan status present demam 37,8 dan pada pemeriksaan didapatkan pada

paru normal, jantung normal , dengan status lokalisata didapatkan :

Inspeksi

konjungtiva palbebra inferior anemis (-),

12
hidung : sekret (+/+)

Faring : mukosa hiperemis (+)

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosis sementara infeksi Saluran

pernafasan atas , Pasien diedukasi untuk selalu jaga kebersihan diri sendir, seperti

sering mencuci tangan, terutama setelah berada di tempat umum., Bila hendak

bersin atau batuk, jangan gunakan kedua telapak tangan. Ada baiknya gunakan

pakaian atau ke tisu. Untuk menghindari infeksi ke orang lain, Hindari menyentuh

wajah, terutama mata dan mulut, untuk mencegah masuknya virus kedalam tubuh

dan makan makanan yg bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2014.

Catzel, Pincus & Ian robets. Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC. 2015

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader PSIK UMJ, Jakarta.2016

13
Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.2010

Naning R ,Infeksi Saluran Pernapasan Akut FK UGM. 2014

14

Anda mungkin juga menyukai