Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bila ditinjau dari aspek kesehatan. Berbicara


tentang dampak, tentu ada dua macam dampak
yang terjadi. Pertama, bila Sumber Daya Manusia
itu berkualitas, baik taraf pendidikannya maupun
tingkat kesehatannya, maka Sumber Daya
Manusia yang besar itu, akan memberikan
konstribusi positif terhadap pembangunan di
bidang material, maupun spiritual. Kedua, bila
Sumber Daya Manusia ini tidak berkualitas akan
mengakibatkan suatu kondisi yang kurang
menguntungkan bagi bangsa dan negara ini.
Malahan bisa menjadi beban dan masalah yang
cukup kompleks, lebih-lebih ditinjau dari aspek
kesehatannya.

Jadi, dengan demikian tidak selamanya


Sumber Daya Manusia yang cukup besar ini

1
mendatangkan manfaat atau kontribusi yang tinggi
bagi negara dan bangsa Indonesia. Oleh suatu hal
sangat perlu dan wajib bagi semua lapisan
masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama
mempersiapkan dan membangun bangsa ini
dengan berupaya memikirkan. “Indeks
Pembangunan Manusia(IPM)”, sehingga SDM yang
besar ini dapat menjelma menjadi SDM yang
berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak dari kesehatan terhadap
Sumber Daya Manusia?
2. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat
tersebut, akan pentingnya hidup sehat?
3. Bagaiman sumber air minum yang
digunakan oleh masyarakat?
4. Berapakah jumlah atau presentasi
penduduk yang sakit, pergi berobat ke
dokter atau ke puskesmas?
5. Bagaimana Pertolongan balita pada saat ia
dilairkan?

2
6. Bagaimana Luas lantai yang didiaminya,
bila dibandingkan dengan jumlah anggota
keluarga?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dampak dari kesehatan
terhadap Sumber Daya Manusia.
2. Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat
tersebut, akan pentingnya hidup sehat.
3. Mengetahui sumber air minum yang
digunakan oleh masyarakat.
4. Mengetahui ertolongan balita pada saat ia
dilairkan.
5. Mengetahui Luas lantai yang didiaminya,
bila dibandingkan dengan jumlah anggota
keluarga.
6. Mengetahui jumlah atau presentasi
penduduk yang sakit, pergi berobat ke
dokter atau ke puskesmas?

3
D. Manfaat penelitian
1. Mendapatkan pengetahuan yang lebih luas
tentang bagaimana untuk mendapatkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
2. Menjadi sadar untuk selalu hidup sehat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. KESEHATAN

A. Pengertian Kesehatan

1. Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) tahun 1948
Kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada
tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk
Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup
Kesehatan adalah konsep positif menekankan
sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.

5
2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
musyawarah Nasional Ulama tahun 1983
Kesehatan sebagai ketahanan ‘jasmaniah,
ruhaniyah, dan sosial’ yang dimiliki manusia
sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta
mengembangkannya.

3. Kesehatan Menurut Undang-Undang

Dalam Undang-Undang yang dimaksud dengan:

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari


badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

6
serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat
berguna

B. Sehat Menurut Para Ahli

1. Perkins (1938)
Sehat adalah keadaan yang seimbang dan
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan
berbagai factor yang mempengaruhinya.

2. WHO (1947)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari
fisik , mental ,dan social, tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan.

7
3. White (1977)
Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun
ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit
dan kelainan.

4. Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri( self care resources) yang menjamin
tindakan untuk perawatan diri (self care action)
merupakan pengetahuan ketrampilan dan sikap.
Self care action merupakan perilaku yang sesuai
dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh ,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual.

8
2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

A. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat

Sejahtera menurut W.J.S Poerwadarimta


adalah ‘aman, sentosa, dan makmur’. Sehingga arti
kesejahteraan itu meliputi kemanan, keselamatan
dan kemakmuran.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah


society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri
berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.

9
Kesejahteraan masyarakat adalah sebuah
rasa kemanan, keselamatan dan kemakmuran,
yang dirasakan sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.

B. Karakteristik Keluarga Sejahtera

Secara konseptual, keluarga sejahtera selalu


bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga
yang tinggi. Kemandirian keluarga yang dimaksud
adalah sikap mental dalam hal berupaya
meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga,
mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas
dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggung jawab. Sedangkan yang
dimaksud dengan ketahanan keluarga adalah
kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki

10
keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-materiil dan psikis mental spiritual
guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir maupun
kebahagiaan batin (Bab I Pasal 1 ayat (14) dan
(15) UU No. 10 Tahun 1992).

Secara operasional, keluarga sejahtera


berkarakteristik keluarga yang dapat melaksanakan
fungsi-fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga
tersebut menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.
21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera Bab II Pasal 4
Ayat (2), terdiri dari:

1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga sejahtera, keluarga dan
anggotanya mau dan mampu mengembangkan
kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian
nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa, yang akan menjadikan dirinya sebagai

11
insan-insan yang agamis, penuh iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Fungsi Sosial Budaya


Terkait dengan fungsi ini, keluarga selalu
memberikan kesempatan kepada keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengembangkan
kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam
dalam satu kesatuan.

3. Fungsi Cinta Kasih


Dalam keluarga yang sejahtera, keluarga
akan memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan anak dengan anak, orang tua dengan
anaknya, serta hubungan kekerabatan antar
generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama
berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir
dan batin.

12
4. Fungsi Melindungi
Keluarga yang sejahtera akan ditandai oleh
kemampuannya dalam menumbuhkan rasa aman
dan kehangatan bagi seluruh anggota-anggotanya.

5. Fungsi Reproduksi
Keluarga sejahtera dapat melaksanakan
mekanisme untuk melanjutkan keturuan sesuai
dengan rencana dan dapat menunjang terciptanya
kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman
dan taqwa.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Dalam hubungannya dengan fungsi ini,
keluarga sejahtera memiliki karakteristi suami isteri
dapat mendidik keturunan agar bisa melakukan
penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa
depan.

7. Fungsi Ekonomi
Keluarga yang sejahtera akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan ekonominya.

13
Sehingga semua anggota keluarga mampu
mengembangkan kemampuan tersebut secara
mandiri.

8. Fungsi Pembinan Lingkungan


Keluarga yang sejahtera akan terlihat
mampu menciptakan lingkungan hidup baik fisik
maupun non fisik yang sejuk, sehat dan penuh
dengan kenyamanan. Secara fisik lingkungan hidup
yang sejuk, sehat dan penuh kenyamanan ditandai
dengan terjaganya kebersihan dalam dan luar
rumah, terawatnya tanaman hias/bunga,
dimanfaatkannya kebun untuk tanam-tanaman
produktif, dan sebagainya. Secara non fisik,
lingkungan hidup yang sejuk, sehat dan penuh
kenyamanan adalah lingkungan di mana hubungan
antar anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan terjalin dengan baik, tidak ada
percekcokan/perselisihan, tidak ada rasa dendam,
curiga atau syak wasangka. Yang ada justru rasa
penghormatan, saling menghargai, tolong
menolong dan saling mengasihi. Ini bukan sekedar

14
dalam bentuk tutur kata dan sikap, tetapi juga
dalam bentuk tindakan dan perilaku yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAMPAK SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG
KESEHATAN

1. Menunjukkan data yang berkaitan dengan


tingkat kesejahteraan masyarakat

A. Gambaran tentang penduduk Indonesia

Berdasarkan data statistik tahun 2005,


menunjukkan dari 26,28% penduduk Indonesia
yang sakit (pasien) hanya 53,81% saja yang
berobat ke Puskesmas/dokter, sedangkan 46,19%
berobat secara tradisional dan berobat dengan
cara lain. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besar
jumlah penduduk yang memiliki keluhan kesehatan
(sakit) pergi berobat secara tadisional yang akan
mengakibatkan keseluruhan kesehatan masyarakat
tidak dapat dilayani secara profesioanal atau
mendapat pelayanan medis.

Keadaan masyarakat dipengaruhi pula oleh


keadaan rumah dimana mereka tinggal indikator

16
yang sangat mempengaruhi kesehatan adalah luas
lantai rumah tempat tinggal mereka. Pada tahun
2005 terdapat 34,89% luas lantai rumah
masyarakat berada antara 20-49 m2. Hanya 5,61%
saja masyarakat yang memiliki rumah seluas 150
m2 lebih.

Dari data diatas penduduk Indonesia cukup


besar jumlahnya yang memiliki rumah. Yang luas
lantai tidak memadai, apalagi rumah yang relatif
sempit didiami oleh anggota keluarga yang relatif
banyak. Hal ini mengakibatkan mereka tidak
nyaman dan kurang memperoleh udara yang segar
apabila tinggal di dalam rumah yang sempit dengan
anggota keluarga yang relatif besar.

Begitu pula dari sumber air minum yang


digunakan oleh masyarakat, turut menentukan
tingkat kesehatan masyarakat. Ternyata 219 juta
jiwa penduduk terdapat 20,11% menggunakan air
minum dari sumber air minum yang kurang terjamin
kebersihan dan kesehatannya, yaitu dari sumur

17
yang tidak terlindungi, air sungai, air hujan, dan
lain-lain.

Dilihat dari sisi balita yang mendapat


imunisasi campak tahun 2005 terdapat 72,52%
balita yang mendapat imunisasi campak, yang
berarti pada masa yang akan datang cukup besar
jumlah balita atau anak-anak yang tidak tahan
dengan wabah penyakit campak.

Kesehatan ibu dari anak ditentukan oleh


penolong kelahiran pada saat balita itu lahir. Pada
tahun 2005 terdapat 58,19% kelahiran balita yang
ditolong oleh seorang bidan dan 11,04% balita lahir
ditolong oleh tenaga lain, seperti dukun beranak
(paraji) di kampung (30,77%) data tersebut diatas
menunjukkan bahwa, masih cukup besar
presentase balita ditolong oleh tenaga medis selain
bidan dan dokter.

Seorang balita pada saat lahir bila tidak


ditolong bidan dan dokter berarti balita tersebut
sangat rentan akan kesehatannya, karena kurang

18
mendapat pelayanan medis secara maksimal, dan
pada masa yang akan datang, bila telah dewasa
akan rentan akan penyakit.

Mengapa kelahiran seorang anak dapat


menentukan Sumer Daya Manusia?

Jawabannya, karena kualitas Sumber Daya


Manusia sangat ditentukan oleh kualitas bayi yang
dilahirkan. Apabila bayi lahir dengan keadaan yang
kurang atau tidak sehat, berarti kualitas SDM pada
masa yang akan datang tentu kurang berkualitas
pula.

B. Gambaran umum situasi kesehatan

Dalam masa Repelita I ternyata bahwa dari


1.000 orang penduduk, rata-rata 45 orang di
antaranya menderita sakit. Anak-anak berumur di
bawah 1 bulan merupakan kelompok umur yang
paling banyak menderita sakit, kemudian disusul
oleh kelompok umur 1 bulan hingga 4 tahun.
Penyebab-penye-bab utama adalah infeksi saluran
19
pernapasan, termasuk TBC, infeksi kulit, diarrhea,
malaria, dan penyakit mata.

Dalam hal itu ternyata pula bahwa terdapat


rata-rata kematian 20 orang dari setiap 1.000
penduduk untuk setiap tahunnya. Lima puluh persen
dari jumlah kematian tersebut terdiri dari anak-anak
di bawah umur 5 tahun. Penyakit-pe-nyakit yang
merupakan penyebab utama kematian adalah
diarrhea pada anak-anak, infeksi saluran
pernapasan, TBC, typhus, penyakit jantung, kanker,
dan kekurangan gizi.

Kemudian ternyata dari setiap 1.000 bayi yang


lahir hidup setiap tahun, 125 sampai 150 dari
padanya meninggal sebelum berumur 1 tahun.
Sedangkan untuk negara-negara yang telah
mencapai tingkat kesehatan yang baik, jumlah
kematian bayi paling banyak 20 kematian dari setiap
1.000 bayi yang lahir.

20
2. Menjelaskan antara hubungan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat

Pembangunan kesehatan yang merupakan


salah satu sarana untuk menciptakan kesehatan
keluarga dan kesehatan masyarakat itu, ternyata
tidaklah begitu mudah seperti apa yang kita
bayangkan selama ini. Pembangunan kesehatan
memerlukan dana yang bermilyar-milyar karena hal
ini menyangkut masalah kelangsungan hajat hidup
orang banyak dan martabat manusia. Untuk itu,
pemerintah perlu menempuh berbagai cara guna
mewujudkan kesehatan yang baik dan mewujudkan
kesejahteraan suatu masyarakat.

Dalam hal ini, pemerintah menekankan pada


perbaikan gizi, Keluarga Berencana (KB) dan
penyediaan sarana sebagai penunjang pelayanan
kesehatan. Yang berkaitan dengan gizi itu
menyangkut masalah kecerdasan dan tingkat
produktivitas kerja. Yang berhubungan dengan KB
itu menyangkut masalah demografi dan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), serta peningkatan index mutu

21
hidup suatu keluarga. Sedangkan yang
menyangkut dengan pelayanan kesehatan itu
meliputi penyediaan sarana yang memadai dan
terjangkau oleh masyarakat, seperti Posyandu,
Puskesmas dan obat generik. Pada masalah
pelayanan kesehatan ini, menyangkut masalah
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan suatu
masyarakat.

Jumlah penduduk yang besar, bila tidak


dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang
memadai, tentu akan menimbulkan dampak negatif
pula terhadap tingkat kesehatan masyarakat.

Indonesia yang jumlah penduduknya ±219 juta jiwa


ini harus mendapat pelayanan kesehatan, baik
dilihat dari pelayanan medis maupun non medis.

Saat ini hampir seluruh desa di Indonesia


tidak memiliki Puskesmas dengan pelayanan
dokter, walaupun pada daerah-daerah tertentu di
Indonesia (luar Jawa) tidak jarang sebuah
Puskesmas tidak pernah/jarang dikunjungi orang

22
sakit (pasien). Hal ini salah satu penyebabnya
adalah kurangnya pemahaman dan pengertian
masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Dengan
pemahaman yang terbatas maka kesadaran untuk
berobat ke Puskesmas pun berkurang atau tidak
ada sama sekali.

Selain itu, yang perlu dicermati oleh


pemerintah adalah bagaimana cara merubah
mindset masyarakat dalam perihal kesehatannya,
yaitu dari persepsi masyarakat yang gemar
mengobati saat ditimpa musibah sakit , menjadi
lebih baik mencegah dari pada
mengobati. “Kesehatan adalah segalanya, tapi jika
sakit apalah artinya hidup ini.”

Kurangnya pemahaman terhadap kesehatan,


sangat erat kaitannya dengan pendididkan yang
dimiliki oleh masyarakat itu. Dengan tingkat
pendidikan akan pentingnya kesehatan bagi
kehidupannya sendiri.

23
Pengalaman menunjukkan bahwa tidak sedikit
masyarakat/penduduk di Indonesia yang
enggan/tidak mau berobat ke Rumah Sakit, Karena
terbentur oleh masalah biaya yang harus
dikeluarkan cukup tinggi, yang tidak terjangkau
oleh kemampuan ekonomi masyarakat kelas
bawah, sehingga banyak diantara mereka berobat
kepada pengobatan alternatif, karena dianggap
atau dirasakan lebih murah bila dibandingkan
dengan berobat ke Rumah Sakit atau ke dokter.

Dengan menurunnya atau rendahnnya tingkat


kesejahteraan masyarakat akan berakibat
rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di
negara tersebut.

24
3. Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan
SDM dilihat dari aspek kesehatan

Faktor yang menentukan kualitas Sumber daya


Manusia dilihat dari aspek kesehatan yaitu :

1. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat


tersebut, sehingga mengerti dan memahami
akan pentingnya hidup sehat.
2. Jumlah atau presentasi penduduk yang
sakit, pergi berobat ke dokter atau ke
puskesmas.
3. Luas lantai yang didiaminya, bila
dibandingkan dengan jumlah anggota
keluarga.
4. Sumber air minum yang digunakan oleh
masyarakat yang terjamin atau tidak,
kesehatan atau kebersihannya,
5. Pertolongan balita pada saat ia dilairkan,
apabila oleh dokter/atau bidan atau oleh
tenaga medis lain.

25
Upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu :

1. Perkembangan sarana-sarana kesehatan


Peningkatan sarana-sarana kesehatan
diutamakan kepada pengembangan Pusat-pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dengan
bagian-bagiannya yang terdiri dari Balai Kese-
jahteraan Ibu dan Anak ( B K I A ) dan Balai
Pengobatan. Rumah- rumah sakit yang berfungsi
sebagai sistem penghubung dalam pelayanan
kesehatan dan laboratorium kesehatan sebagai
sarana penunjangnya, beberapa di antaranya
juga telah direhabilitir.

2. Pemberantasan penyakit menular


Pemberantasan penyakit menular terutama
ditujukan untuk mematahkan rantai penghubung
penularan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan
sumber atau pembawa penyakit, mencegah
hubungan dengan penyebab penyakit atau memberi

26
kekebalan kepada penduduk. Usaha pemberantasan
terutama ditujukan terhadap penyakit cacar, patek,
malaria, kolera, TBC, penyakit kelamin, pes, kusta,
dan penelitian untuk pemberantasan beberapa
penyakit lainnya.

Pada akhir Repelita I penyakit cacar telah


dapat dikendali- kan, sedangkan pemberantasan
penyakit patek telah meliputi 94% dari seluruh
penduduk Indonesia.
Penyakit-penyakit menular utama lainnya yang
dalam masa Repelita I belum dapat dikendalikan
adalah penyakit-penyakit malaria, kolera, dan TBC
paru-paru. Kecuali itu pengendalian penyakit malaria
masih sangat memerlukan perhatian.
Dalam pada itu, sampai akhir Repelita I,
sejumlah lebih 24 juta anak telah diberikan
vakainasi BCG. Pengobatan ter- hadap sumber
penularan masih dilakukan secara terbatas,
sedangkan penderita sering pula tidak
melangsungkan pengobatan lagi sesudah gejala
batuknya hilang.

27
Penyakit-penyakit kelamin, kusta, dan
beberapa penyakit binatang yang dapat menjangkiti
manusia (penyakit zoonosis) masih terdapat secara
endemis di daerah-daerah tertentu, sedangkan
terhadap penyakit yang dalam perkembangannya
menyebabkan penyakit kaki gajah (penyakit filaria),
schistosomiasis (yang biasa dikenal dengan nama
penyakit demam keong), dan penyakit cacing
tambang, sedang dilakukan percobaan-percobaan
pemberantasannya.

3. Pemulihan dan peningkatan kesehatan


Usaha-usaha pemulihan dan peningkatan
kesehatan dalam Repelita I meliputi perbaikan gizi,
kesehatan jiwa, kesehatan gigi, dan kesehatan mata.

Usaha perbaikan gizi telah dikembangkan


pada 8 propinsi yang meliputi 39 kabupaten,
mencakup 226 kecamatan, dan 1.528 desa. Dalam
rangka usaha perbaikan gizi telah dilatih 19.000
lebih petugas perbaikan gizi.

28
Peningkatan kesehatan jiwa, gigi, dan mata
meliputi usahausaha yang bersifat preventif, kuratif,
peningkatan, dan rehabilitasi. Usaha kesehatan jiwa
terutama ditujukan kepada gangguan mental yang
gawat (1- 2% dari penduduk), penyakit ayan (sekitar
1% dari penduduk), dan perkembangan kemampuan
kecerdasan yang terbatas (1- 3% dari penduduk).

4. Peningkatan penyediaan air minum

Kegiatan terutama ditujukan untuk menambah


jumlah penyediaan air minum di pedesaan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Prioritas
diberikan kepada daerah-daerah kritis yakni daerah-
daerah yang menghadapi situasi sebagai berikut:
terdapat wabah serta penularan penyakit melalui air,
sulit mendapat air, airnya belum memenuhi syarat
kesehatan untuk dijadikan air minum, sedang dilain
pihak telah tersedia tenaga-tenaga kesehatan
lingkungan serta telah terdapat partisipasi dari
masyarakat.

29
Hingga akhir Repelita I usaha penyediaan
air minum pede-saan masih bersifat terbatas.

A. Standar Air Bersih


Mengutip Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian
mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air bersih disini kita kategorikan hanya untuk
yang layak dikonsumsi, bukan layak untuk digunakan
sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK.
Karena standar air yang digunakan untuk konsumsi
jelas lebih tinggi dari pada untuk keperluan selain
dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu
diketahui mengenai kualitas air tersebut baik secara
fisik, kimia dan juga mikrobiologi.

30
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan

2. Syarat kimiawi, antara lain :


a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang
mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang
berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat mikrobiologi, antara lain :


Tidak mengandung kuman-kuman penyakit
seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.

31
Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah
diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut
maka yang terjadi adalah akan menentukan besar
kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih
tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya
operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin
jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat
untuk membayar harga jual air bersih. Dalam
penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi
oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VII/1977.

Penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan


kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh
sebagian besar masyarakat

32
Parameter yang ada digunakan untuk metode
dalam proses perlakuan, operasi dan biaya.
Parameter air yang penting ialah parameter fisik,
kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai berikut :
A. Parameter Air Bersih secara Fisika :
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur

B. Parameter Air Bersih secara Kimia :


1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/
lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen,
dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida,
logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang,
bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan,
oksigen.

33
C. Parameter Air Bersih secara Biologi :
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus

D. Parameter Air Bersih secara Radiologi :


1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk
menghantarkan arus listrik)

Dengan standar tersebut maka air konsumsi


yang kita gunakan akan aman bagi kesehatan kita,
karena itu jadilah manusia yang selektif demi
kesehatan dan juga keberlangsungan kita. Semoga
bermanfaat.

34
E. Pendidikan kesehatan masyarakat

Pendidikan kesehatan masyarakat terutama


meliputi pen-didikan kesehatan dalam lapangan
keluarga berencana, kesejahteraan ibu dan anak,
usaha kesehatan sekolah. Perbaikan gizi, sanitasi,
dan kesehatan gigi. Organisasi pendidikan kese-
hatan masyarakat telah dikembangkan di propinsi-
propinsi dan telah dididik sejumlah tenaga ahli
pendidikan kesehatan masyarakat sebagai tenaga
inti.

F. Tenaga kesehatan
Hingga akhir Repelita I terdapat sekitar 6.221
orang dokter, baik yang bekerja pada pemerintah
maupun swasta. Hal ini berarti tersedianya rata-rata 5
orang dokter untuk setiap 100.000 penduduk. Untuk
daerah-daerah di pulau Jawa rata-rata terdapat 4,6
orang dokter dan untuk daerah-daerah luar Jawa
terdapat 5,6 orang dokter untuk setiap
100.000penduduk. Walaupun ternyata bahwa
perbandingan antara jumlah dokter dan jumlah

35
penduduk secara rata-rata untuk daerah-daerah di
Jawa dan di luar Jawa tidak berbeda secara
menyolok, namun karena keadaan wilayah yang
berbeda, tenaga-tenaga dokter di luar Jawa pada
umumnya harus melayani ruang lingkup daerah yang
lebih luas dengan penyebaran penduduk yang lebih
terpencar-pencar. Tenaga bidan berjumlah 8.323
orang, sedangkan tenaga pengatur rawat berjumlah
7.736 orang. Sebagaimana juga pe-nyebaran dokter
maka penyebaran tenaga-tenaga para medis di
antara berbagai daerah di Indonesia tidaklah merata.

36
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jumlah penduduk yang besar di Indonesia


harus diimbangi dengan pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang baik. Apabila kedua faktor itu tidak
mendapat pelayanan yang maksimal maka akan
terjadi kualitas Sumber Daya Manusia yang
rendah.

Dampak penduduk yang besar ini bila dilihat dari


aspek kesehatan ditandai oleh beberapa faktor
berikut ini :

1) Jumlah atau persentase penduduk yang


sakit ke dokter dan puskesmas.
2) Keadaan rumah atau luas lantai rumah
tempat tinggal keluarga.

37
3) Jumlah balita yang mendapat imunisasi
campak.
4) Sumber air yang digunakan oleh
masyarakat untuk minum
5) Pertolongan kelahiran seorang balita,
apakah oleh tenaga medis seperti bidan
atau dokter, apaakah oleh tenaga non
medis seperti dukun beranak(paraji).

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh Sumber Daya


Manusia yang berlebihan disuatu negara ialah :

1) Bila Sumber Daya Manusia berkualitas, akan


mengakibatkan kondisi yang menguntungkan
bagi bangsa dan negara serta memberikan
kontribusi bagi pembangunan.
2) Bila Sumber Daya Manusia kurang berkualitas
akan mengakibatkan suatu kondisi yang
kurang tidak menguntungkan proses
pembangunan bangsa dan negara ini.

38
B. SARAN

Untuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas


perlu adanya upaya pemerintah beserta semua
lapisan masyarakat untuk bersama-sama
mempersiapkan dan membangun bangsa ini
dengan berupaya menaikkan ”Indeks
Pembangunan Manusia(IPM)”, sehingga Sumber
Daya Manusia yang relatif besar ini dapat menjadi
SDM yang berkualitas, baik secara lahiriah dan
batiniah.

39

Anda mungkin juga menyukai