merangkap Anggota
2. Ir. Stephan Siregar :Sebagai Sekretaris
merangkap Anggota
3. Ir. Eddy Wachid Sutoto :Sebagai Anggota
4. Ir. Roestamadji :Sebagai Anggota
5. Ir. Djoko Mulyadi :Sebagai Anggota
6. Ir. Bartien Sayogo :Sebagai Anggota
7. Ir. Anita Pharmatrisanti :Sebagai Anggota
8. Ir. Paul August Liqui, MSc. :Sebagai Anggota
9. Ir. Edy Sriyatmo :Sebagai Anggota
10. Ir. B.H. Sidabutar :Sebagai Anggota
11. Ir. Tungkot Simorangkir :Sebagai Anggota
12. Ir. Ario Nugroho :Sebagai Anggota
13. Ir. Rochyuwiharjo :Sebagai Anggota
14. Ir. Darry Embang :Sebagai Anggota
SPLN 56-3-1:1996
DAFTAR ISI
Halaman
1.Ruang lingkup 1
2.Tujuan 1
PASAL 2 - DEFINISI
3. Definisi 1
4.Jenis penghantar 2
5.Gardu 2
PASAL 4 - SPESIFIKASI
6.Spesifikasi umum 3
6.1 Material dan komponen 3
6.2 Tegangan instalasi pelanggan 3
6.3 Ukuran penghantar minimum 3
6.4 Kuat HantarArus (KHA) 3
6.5 Kemampuan transfer daya (KTD) 3
6.6 Panjang maksimum penghantar 3
6.7 Jumlah .sirkit dan pemilihan jenis/ukuran penghantar 4
6.8 Catu daya 4
6.9 Peralatan utama selain kabel tanah 4
7. Spesifikasi khusus 4
8. Konfigurasi jaringan 7
8.1 Tipe 1 7
8.2 Tipe il 7
8.3 Tipe III 7
9. Sistem proteksi dan kontrol 7
SPLN 56-3-1:1996
l. Ruang lingkup
Standar ini dimaksudkan untuk menetapkan spesifikasi sambungan tenaga listrik
tegangan menengah (SLTM) untuk daya tersambung di atas 8 MVA s/d 6O MVA
dengan menggunakan kabel tanah dan selanjutnya disebut SKTM.
2. Tujuan
Tujuannya adalah untuk memberikan pegangan yang terarah baik bagi desain
dan pemasangan oleh PT. PLN (PERSERO) serta untuk membatasi dan
menyeragamkan jenis dan perlengkapan sambungan tenaga listrik tegangan
menengah untuk daya tersambung di atas 8 MVA s/d 60 MVA dengan
menggunakan kabel tanah.
Standar ini merupakan pilihan dalam hal :
PASAL 2 - DEFINISI
3. Definisi
3.1 Sambungan Tenaga Listrik (,SL)
Sambungan
Sambungan Tenaga Listrik (SL) ialah penghantar di bawah atau di atas tanah
termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi PLN vang merupakan sambungan
antara jaringan tenaga listrik milik PLN dengan instalasi pelanggan untuk
menyalurkan tenaga lisrik.
SPLN 56-3-1:1996
Gardu distribusi ialah gardu SLTM yang di dalamnya terdapat juga transformator
distribusi.
4. Jenis penghantar
Jenis penghantar dalam SPLN ini ialah :
a. Kabel tanah berinti tunggal, berisolasi XLPE, berpelindung tembaga, serta
berselubung thermoplastik yang dipasang sejajar/segitiga sesuai SPLN 43-5.
b. Kabel tanah berinti tiga berisolasi XLPE berpelindung tembaga atau berpenghantar
konsentris berperisai baja serta berselubung thermoplastik sesuai SPLN 43-5.
5. Gardu
Gardu sebagai ujung dari SLTM, pada umumnva terletak di lahan pelanggan, berisi
perlengkapan sebagaimana di maksud Ayat 10 dan Ayat 11.
PASAL 4 - SPESIFIKASI
6. Spesifikasi umum
6.1 Material dan komponen
Material dan komponen yang akan digunakan dan dipasang sesuai standar iru harus
memenuhi karaktenstik sistcm sebagai berikut :
o Tegangan pcngenal 20 kV
o Frekuensi pengenal 50 Hz
o Tegangan ketahanan impuls standar, kering (puncak) 125 kV
o Tegangan ketahanan frekuensi kerja, satu menit, kering 50 kV
o Tegangan ketahanan pada jarak pisah :
a. tegangan impuls 145 kV
b. tegangan ketahanan frekuensi kerja, satu menit 60 kV
o Arus ketahanan waktu singkat, pengenal (1 detik) 12,5 kA
a. KHA terus menerus kabel tanah berinti tunggal, berisolasi XLPE berpelindung
tembaga serta berselubung thermoplastik yang dipasang sejajar/segitiga
dapat dilihat pada Tabel 1.
b. KHA terus menerus kabel tanah berinti tiga, berisolasi XLPE, berpelindung
tembaga atau berpenghantar konsentris, berperisai baja serta berselubung
thermoplastik dapat dilihat pada Tabel 2.
6.5 Kemampuan Transfer Daya (KTD)
Panjang maksimum penghantar dengan KHA sesuai Tabel l, Tabel 2 di atas dan
jatuh tegangan pada beban terkonsentrasi sebesar 5°,% dari tegangan nominal
dapat dilihat masing-masing pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Angka pada Tabel 3 dan 4 diperoleh dengan dasar perhitungan sebagai berikut :
o temperatur maksimum kabel 70° C
o faktor daya 0,85
o tegangan operasi 20 kV
Peralatan utama selain kabel tanah antara lain trafo arus, trafo tegangan, PMT, PMS,
kubikel, rele, baterai, pengisi baterai dan kabel kontrol harus mengikuti ketentuan
SPLN yang ada.
7. Spesifikasi khusus
Agar instalasi pelanggan yang memputryai karakteristik beban yang berfluktuasi
(misalnya beban tanur busur listrik dan sebagainya) dalam operasinya tidak
mengganggu instalasi PLN maupun instalasi pelanggan lainnya maka harus
diperhatikan hal-hal berikut :
a. Operasi instalasi pelanggan di titik penyambungan bersama harus memenuhi
batas-batas gangguan tegangan, ketidakseimbangan tegangan, harmonisa
tegangan dan goncangan frekuensi.
b. Apabila operasi instalasi pelanggan yang mempunyai karakteristik beban yang
berfluktuasi menimbulkan gangguan yang melampaui batas gangguan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 7 butir a. maka instalasi pelanggan harus
dilengkapi dengan peralatan khusus (kompensator) yang memadai sedemikian
SPLN 56-3-1:1996
8. Konfigurasi jaringan
8.1 Type 1
Type I, (lihai Gambar 2), untuk pelanggan dengan daya 8 s/d 60 MVA, dimana
dalam keadaan nomal pelanggan di suplai dengan satu penyulang saluran kabel
tanah tegangan menengah (SKTM) dan disediakan satu penyulang SKTM cadangan
dengan PMT di GI tetap masuk (dan PMT di GH silih kunci satu sama lain antara
penyulang utama dan pemulang cadang), pengukuran (APP) di GI-PLA1, PMT di GH
dilengkapi dengan fasiiitas kendali jauh (remote control) dan rele arah serta rele
diferensial (dengan pilot wire).
8.2 Tipe II
Type II, (lihat Gambar 3), untuk pelanggan dengan daya 8 s/d 60 NiVA, dimana
pada keadaan normal beberapa penyulang SKTM bemperasi paralel, pengukurart
(APP) di GH dan GH pelanggan dilengkapi dengan SCADA, pada PMT di GH
dilengkapi dengan rele arah gangguan tanah; perlu diberikan catatan bahwa bila
memungkinkan dapat dipasang kawat pilot dan rele diferensial, dan bila
memungkinkan dapat dipasang satu penyulang cadangan;
8.3 Tipe III
Type III, (lihat Gambar 4), (Tie-line, SKTM) untuk pelanggan besar & sangat
penting/VIP, dimana pelanggan disuplai dari dua (2) buah GI dengan pulau operasi
(Island Operation) yang berbeda dan pada se120 kV incoming ke GH dan dua buah
GI tersebut dilengkapi dengan SACO (Semi Automatic Change Over).
Sistem proteksi dengan rele diferensial kawat pilot memerlukan kabel kontrol sebagai
sarana menyalurkan aius searah dan arus bolak-balik antara dua tempat yang
terpisah cukup jauh.
9.2 Pengaman cadangan
Perlengkapan pengaman cadangan atau sistem pengaman cadangan diharapkan
bekerja ketika gangguan sistem tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang relatif
cukup lama karena kegagalan atau ketidakmampuan pengaman utama atau dalam
kasus kegagalan membuka sebuah pemutus tenaga yang lain danpada pemutus
tenaga yang bersangkutan.
9.3 Silih kunci (Interlocking)
Bekerjanya PMT atau PMS tergantung pada posisi PMT atau PMS yang bersangkutan
yang bertujuan untuk menjaga keselamatan operator dan mencegah kerusakan
peralatan karena salah operasi.
Dipilihan urutan kerja atau silih kunci sebagai berikut :
SPLN 56-3-1:1996
Bagan satu garis SKTM di atas 8 MVA s/d 60 MVA (lihat Gambar 1)
Diperlukan PT pada ujung kabel TM di GH dengan alasan sebagai berikut :
o Sebagai masukan rele arus lebih berarah;
o Sebagai sarana untuk mengadakan sistem silih kunci antara PMT GI dengan
PMS di GH
o APP dipasang pada tempat yang mudah terlihat, diperiksa dan aman terhadap
gangguan
o Memasang pipa pelindung pada kabel pengukuran/kontrol
o Jalur kabel pengukuran/kontrot diusahakan sependek mungkin, tanpa
sambungan, mudah dan dapat dilihat/diperiksa sesuai SPLN 55:1990
o Instalasi milik pelanggan dan milik PLN harus terpisah dan mempurryai pintu
terpisah (sendiri-sendiri)
o Tiap APP dipasang kartu gantung yang memuat data-data APP serta
kronologis dart setiap perubahan/penggantian yang diketahui oleh kedua
belah pihak
o Lemari APP yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan SPLN 55 :
1990