Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI JANUARI 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

EXTRACAPSULAR KNEE INJURY

OLEH :
NUR FADHILAH RAHMAH C014172111
SITI AISHAH BINTI MAZLI HISHMAN C014172166
MUHAMMAD HAFIZUDIN BIN AZMAN C014172212
RANIA NAMIRA ROEM C111 13 360

RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Khrisna Yudha
dr. Adhika Nur Syamsul Arifin

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

1. Nur Fadhilah Rahmah C014172111


2. Siti Aishah Binti Mazli Hishman C014172166
3. Muhammad Hafizudin Bin Azman C014172212
4. Rania Namira Roem C111 13 360

Judul Referat: Extracapsular Knee Injury

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Orthopedi dan Traumatologi dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Januari 2019

Residen Pembimbing I Residen Pembimbing II

dr. Khrisna Yudha dr. Adhika Nur Syamsul Arifin

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp. OT (K)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikaan referat yang berjudul “Extracapsular Knee Injury”.
Sepanjang penyusunan laporan kasus ini, beberapa pihak-pihak yang memberikan
kontribusi baik sumbangan waktu, ide, tenaga dan dukungan sehingga makalah ini dapat selesai
tepat waktu. Untuk itu, tidak ada yang dapat kami sampaikan kecuali rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada pembimbing kami, Dr. dr. Muhammad
Sakti, Sp. OT (K).
Kami menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkn saran/kritik demi kesempurnaan laporan kasus selanjutnya. Terima kasih.

Makassar, Januari 2019

Penulis

BAB I

3
PENDAHULUAN

Pada umumnya, anggota tubuh yang paling sering terkena cedera pada saat berolahraga
adalah daerah sendi lutut. Cedera ini dapat terjadi karena sendi tersebut berfungsi melakukan
pergerakan sambil menampung beban tubuh. Pada setiap persendian, terdapat muscle fibers
yang menghubungkan satu tulang dengan tulang yang lain, muscle fibers ini disebut ligament,
oleh karena itu cedera yang mengenai pada daerah ligament ini sering disebut sprain. Sendi
lutut dapat berfungsi untuk pergerakan dan menampung beban tubuh.18

Lutut merupakan antara sendi besar yang terdapat pada tubuh manusia, sehingga lutut
mudah sekali terjadi cedera trauma. Persendian ini kurang mampu melawan stress medial,
lateral, tekanan, dan rotational forces, karena lemahnya otot disekitarnya, dan mudah terjadi
hematom. Sendi lutut merupakan bagian dari inferior extremity yang menghubungkan tungkai
atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur
pergerakan dari kaki. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi, ekstensi
dan sedikit rotasi. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat
menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada kapsul dan ligament di sekitar
sendi.18

Adapun mekanisme cedera sendi lutut yang berakibat ligament dari lutut bisa menjadi
robekan baik secara terpisah atau kombinasi tergantung pada aplikasi dari kekuatan pukulan,
tekanan, gerakan yang melebihi batas keregangan, dan cedera ini dapat terjadi karena suatu
gaya pada garis lurus (straigth line) langsung atau melalui bidang tunggal (single plane), atau
karena suatu rotational forces mendadak. Semua daya tersebut akan menimbulkan cedera pada
bagian tengah ligamen colateral, bagian samping ligamen colateral, bagian belakang ligamen
cruciate, dan ligamen medial baik secara partial atau komplit.18 Sprain adalah cedera pada
ligament bisa berupa regangan atau robekan. Tingkat keparahan cedera tergantung pada
luasnya cedera pada ligament (apakah robekannya parsial atau lengkap) dan jumlah ligamen
yang terlibat. Ligamen yang paling sering mengalami sprain adalah pada pergelangan kaki,
lutut, dan pergelangan tangan.

Strain adalah cedera pada otot atau tendon yang umumnya disebabkan oleh penggunaan
atau peregangan berlebihan. Tergantung pada keparahan cedera, suatu strain mungkin

4
merupakan peregangan otot atau tendon yang sederhana, atau dapat menyebabkan robekan
parsial atau komplit. Dua tempat yang umum selalu terjadi strain adalah punggung bagian
bawah dan otot hamstring (terletak di belakang paha / lutut). Olahraga seperti sepak bola, hoki
dan tinju mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk strain. Tenis, kayaking, golf, dan olahraga
lain yang membutuhkan cengkeraman yang luas dapat meningkatkan risiko strain tangan dan
lengan.18

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Anatomi

Secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal,femur bagian
distal dan patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian persendian; condilus medial os
femur dan condilus lateral os femur dan tibia serta persendian intermediate antara patela
dan femur. Ligamen melewati anterior, medial dan distal sendi dari femur ke tibia11.

Gambar 1 . Anatomi ligamen lutut11

6
Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong
organ dalam6. Ligamen disusun oleh jaringan ikat berupa pita-pita berkas kolagen kuat
yang berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk membatasi derajat gerak pada
sendi. Biasanya terdapat beberapa serat elastin di antara berkas kolagen ligament. Serat
kolagen penyusun ligamen merupakan serat kolagen tipe I4,12.

1. Ligamentum Intra Capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat,
saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian
yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini
penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibia9.

a. Anterior Cruciate Ligament (ACL)


ACL istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang) dan crucial
(sangat penting).Cruciate ligament saling bersilangan satu sama yang lain.
Menyerupai huruf X. ACL adalah stabelizer untuk knee joint pada aktivitas pivot.
ACL mula berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran sebesar jari kita
dan panjangnya rata-rata 38mm dan lebar rata-rata 10 mm, dan dapat menahan
tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg. Ligamentum ini melekat pada area
intercondylaris anterior tibia dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk
melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris.
Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut
diluruskan sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada
femur tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga
mencegah kemungkinan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua bundel,
sebuah bundel anteromedial, yang ketat di fleksi, dan bundel posterolateral, yang
lebih cembung dan ketat dalam ekstensi9.

b. Posterior Cruciate Ligament


Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior
dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior
permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam

7
keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi.
Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior
terhadap tibia. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum
posterior akan mencegah tibia tertarik ke posterior9.

2. Ligamentum Extracapsular:
a. Ligamentum Patellae
Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang melekat pada lower
margin patella dengan tuberositas tibia, dan melewati bagian depan atas patella
dan serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps
femoris . Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat
pada tuberositas tibia. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari
bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran
synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh
sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan
ligamentum ini dari kulit9.

b. Ligamentum Collaterale Fibulare


Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat diatas ke
belakang epycondylus femur dan dibawah permukaan luar caput fibula. Fungsi
ligamen ini adalah untuk mengontrol gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke
arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis
dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan
dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga
dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitea9.

c. Ligamentum Collaterale Medial


Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian
atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibia. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan
sebagian melekat pada meniscus medialis.Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a.
inferior medialis genu9.

8
d. Ligamentum Popliteum Obliquum
Ligamen popliteum obliquum merupakan ligamen yang lebar dan datar.
Terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara
oblique ke medial dan bawah, Pada bagian tengah terpadu dengan tendon otot
semimembranous dan bagian luar dengan lateral head otot gastrocnem Sebagian
dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus
dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus9.

e. Ligamentum Transversum Genu


Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri
dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam
perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang9.

B. Extracapsuler Knee Injury


B.1 Ligamentum Patellar
a. Anatomi dan Fungsi
Serat dari tendon quadriceps menyambung ke bawah secara distal sebagai
ligamentum patella .Ligamentum patella berjalan dari apex patella , menyeberang
permukaan patella hingga insersi ke bagian proksimal tuberkulum tibia . Fungi
ligament ini adalah sebagai ekstensor lutut .20

b. Etiologi:
Terjadi unilateral akibat aktivitas atlet yang traumatic yang melibatkan
mekanisme ekstensor yang berlebihan.Dapat juga terjadi selepas degenarasi
tendon kronik akibat mikrotrauma berulang ,penyakit sistemik atau injeksi steroid.1

c. Epidemiologi
Ruptur Ligamentum Patellae jarang terjadi , tapi adalah penyebab paling sering
mengganggu mekanisme ekstensor lutut. Ruptur terjadi paling umum pada
individu usia muda bawah 40 tahun dengan angka kejadian tertinggi pada umur 30
tahun hingga 40 tahun yang terlibat dengan aktivitas atlet yang berlebihan pada
mekanisme ekstensor.Pasien dengan penyakit sistemik seperti SLE, diabetes
mellitus , penyakit reumatik, hipertiroidisme & penyakit insufisiensi renal adalah

9
golongan beresiko untuk ruptur.Didapatkan 60% pasien mendapat injeksi steroid
2 -3 kali sebelum rupture terjadi .1

d. Mekanisme cedera
Aktivitas yang menyebabkan kontraksi kuat pada quadriceps yang bersamaan
dengan fleksi lutut secara tiba-tiba seperti mendarat selepas melompat.1

e. Tanda dan Gejala


Ketidakmampuan untuk mengekstensi lutut & berjalan. Pasien mengeluh nyeri
tiba-tiba dan bersifat berat, popping atau sensasi seperti dirobek dan
ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan sejurus cedera. Bengkak yang terjadi
cepat selepas cedera. Pasien mengeluh dengan tidak ketidakstabilan.1

f. Pemeriksaan fisis
Pada lutut didapatkan nyeri , bengkak diffuse , ekimosis, hemartrosis. Defek
teraba pada distal patella, teraba atau terlihat patella alta. Ketidakmampuan untuk
mengekstensi lutut. Didapatkan juga atrofi quadriceps. Pada pemeriksaan manual
muscle testing quadriceps didapatkan gred 1/5.1

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiografi pada posisi anterioposterior dan lateral akan
menunjukkan high riding patella . Pemeriksaan ultrasonografi dapat menunjukkan
gambaran hypoechoic pada ketebalan tendon yang mengalami rupture komplit.
MRI adalah pemeriksaan gold standard karena dapat menyingkirkan cedera
jaringan lunak seperti anterior cruciate ligament atau lesi meniscus yang menyerta
high energy trauma7.

h. Tatalaksana
Ruptur Ligamentum Patellae memerlukan tindakan bedah reetachment untuk
hasil yang optimum. Diagnosis yang cepat dan tatalaksana bedah yang tepat dapat
memberikan hasil yang baik. Penangguhan bedah akan menyebabkan
pembentukan jaringan parut. Selepas dilakukan operasi bedah ,pasien ditempatkan
dalam long leg cast untuk immobilisasi . Latihan range of motion dan weight

10
bearing akan menyusul. Pada rupture yang parsial , dapat dilakukan immobilisasi
lutut dengan ekstensi penuh selama 4-6 minggu5.

B.2 Ligamentum Collaterale Fibulare


a. Anatomi & Fungsi
Ligamentum collateral fibular adalah cord berbentuk bulat 5 cm panjang dan
primary restraints pada angulasi varus lutut . Secara superior , ia melekat pada
tuberkelum pada epicondylus lateral superior femur dan posterior groove untuk
otot popliteal . Pada inferior berakhir pada 1 cm inferior pada caput fibula
permukaan lateral . Stabilitas lutut secara lateral diberikan oleh struktur jaringan
lunak statis dan dinamis serta tuberkelum tibia dan meniscus ketika lutut ekstensi
penuh . Collateral berperan dalam menahan stress varus / valgus terutama ekstensi
lutut berlebihan . 20
b. Etiologi
Overstress pada ligament dengan tekanan varus pada lutut 2.

c. Epidemiologi
Cedera pada ligament ini adalah paling jarang terjadi diantara semua cedera
ligament dengan persentase 2%.2

d. Mekanisme cedera
(Lateral) Collateral Ligament atau LCL mengontrol beban varus dan rotasi
eksternal tibia. Yang sering terjadi adalah tekanan varus dengan kaki plantar fleksi
dan ekstensi lutut .2

e. Tanda & gejala2


- Nyeri lutut ringan hingga sedang
-Pasien mengeluh sensasi pop pada lutut
-Memar pada lutut lateral
-Bengkak yang bertambah secara perlahan dalam beberapa hari.
-Hilang knee motion dan kaku .

f. Pemeriksaan fisis2

11
- Pemeriksaan sendi untuk menilai efusi atau deformitas tulang.
Efusi biasanya terjadi beberapa jam setelah trauma
-Fungsional ROM
-Point of tenderness pada insersi fibula
-Memar yang menunjukkan struktur cedera jaringan ekstraartikular seperti LCL
-Varus stress test pada 30’ fleksi
Gred I: Cedera interstisial tanpa laxity
Gred II: 5-10mm joint space opening dengan end point yang jelas
Gred III:Robekan total
-Ligament laxity

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiografi dapat menunjukkan malalignment varus . MRI adalah
alat diagnostik yang mengevaluasi LCL. dan dapat memberikan gambaran
perubahan ketebalannya10.

h. Tatalaksana
Gred I & II dapat dirawat secara nonoperatif. Knee bracing dengan posisi
ekstensi penuh lutut dianjurkan. Latihan ROM dilakukan pada posisi pronasi.
Selepas 4-6 minggu pasien dapat kembali ke terapi olahraga specific . Gred III
dianjurkan tindakan bedah10.

B.3 Ligamentum Collaterale Medial


a. Anatomi dan Fungsi
Salah satu fungsi utama ligamen kolateral medial adalah sebagai static stabilizer
dan merupakan ligament yang terkuat yang melekat pada meniscus medial dan kapsul.
Ligament ini terbagi menjadi dua bagian yaitu MCL superfisial (sMCL), dan MCL deep
(dMCL). sMCL menginsersi bagian proksimal epikondilus medialis yang dimana
menyatu dengan tendon semimembranosus. dMCL terdiri dari 2 ligamen:
meniscofemoral dan meniscotibial. Meniscofemoral menginsersi bagian proksimal
pada tulang femur distal daripada sMCL. Ligament mniscotibial lebih tebal dan lebih
pendek, ia berjalan dari meniscus medial ke tepi distal dari kartilago articular dari
tibialis medial19.

12
Ligament superficial dan deep ligament masing-masing ligament ini memiliki
fungsi, MCL adalah menjadi ligament yang paling pertama cedera akubat stree valgus
dan gaya rotasi yang berlebih. superficial medial collaterale ligament terutama pada
proximal yang seharusnya menahan semua derajat tekanan valgus dan flexi lutut
sedangkan pada bagian distal membantu menstabilisasi saat terjadinya external rotasi
pada lutut pada saat fleksi seluas 30 derajat. Deep medial collateral ligament
menstabilisasi rotasi internal pada lutus dari full ekstensi hingga fleksi seluas 90
derajat19.
Meniscus medial dan MCL juga membantu sendi lutut untuk bergerak sesuai
range of motion (ROM) ketika diberikan beban tekan. Dengan beban rendah saja
ligament seharusnya berfungsi normal, namum dengan peningkatan beban, ligament
akan merespon dengan menjadi semakin kaku seiring dengan penambahan beban19.

b. Etiologi
Ligamen medial kolateral (MCL) merupakan salah satu cedera dalam olahraga
yang paling umum dan oleh karena itu sangat penting untuk memiliki pengetahuan
untuk pencegahan, tatalaksana, dan rehabilitasi. Pada atlet pria lebih berisiko tinggi
untuk terkena cedera MCL13.

c. Epidemiologi

13
Dari hasil penelitian epidemiologi, dari total 19,530 cedera olahraga terdapat
17,397 pasien yang terkena cedera pada lutut dalam 10 tahun terakhir. 7,9% dari
koresponden adalah lesi MCL dan bermain bola merupakan aktivitas utama
penyebab cedera ini, olahraga lainnya yang dapat menyebabkan cedera MCL
adalah ski, rugby, football, dan ice hockey13.

d. Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera yang dapat terjadi pada MCL akibat pukulan valgus secara
langsung ke arah lateral lutut (mekanisme ini biasanya menyebabkan lesi yang
lebih parah). Mekanisme lainnya yang dapat terjadi adalah cedera rotasi non-
kontak yang merupakan cedera paling umum. Mekanisme normal umumnya
mencakup gerakan kombinasi fleksi, valgus, dan eksternal rotasi13,14.
Hal ini biasanya terjadi ketika pemain mencoba untuk mengubah arah dengan
cepat atau ketika sepatu tetap menempel pada tanah13,14.

e. Klasifikasi
Tabel 1 . klasifikasi Medial Collateral Ligament Injury13

f. Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan untuk adanya
cedera lain pada lutut. Pada saat cedera dengan kondisi akut waktu yang ideal untuk
melakukan pemeriksaan adalah sesaat setelah terjadinya cedera. Beberapa
informasi penting mengenai cedera adalah kemampuan untuk berjalan dengan
segera setelah kejadian, sensasi pop atau robekan, dan waktu serta timbulnya
pembengkakan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan kedua lutut13,14.
Untuk memulai pemeriksaan fisis sebaiknya dimulai dengan inspeksi. Dimana
kita dapat menilai pembengkakan, deformitas, dan ekimosis dapat ditemukan pada

14
saat inspeksi. Palpasi dapat dilakukan untuk membatu mengidentifikasi penyebab
patologik lainnya13,14.
Pemeriksaan tes stress valgus, dengan dilakukan dalam 0 ° dan 30 ° fleksi dan
membandingkannya dengan lutut lainnya. Setiap kelonggaran pada 0 ° fleksi dapat
dicurigaan cedera pada struktur lain seperti ligamentum fibrok posterior.
Kelonggaran yang terisolasi pada 30 ° menunjukkan cedera pada bagian superfisial
MCL13,14.

g. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan pada cedera MCL dapat dilakukan radiografi,
dan magnetic resonance imaging (MRI). Pada radiografi dapat dianjurkan dengan
posisi anteroposterior (AP) dan lateral, tetapi temuan yang biasanya didapatkan
adalah normal sedangkan untuk MRI merupakan modalitas pilihan untuk cedera
MCL yang dapat mengidentifikasi lokasi serta luas dari cedera dan dapat
mengevaluasi cedera lainnya13.

h. Tatalaksana
Penatalaksaan cedera pada MCL dengan grade 1 dan 2 berdasarkan klasifikasi
dapat dilakukan tindakan non-operatif sedangkan untuk grade 3 dapat dilakukan
tindakan non-operatif dan operatif tetapi dengan membandingkan perawatan non-
operatif dan operatif, beberapa penilitian memberikan hasil bahwa dengan
penanganan operatif hasilnya dapat lebih cepat untuk kembali melakukan kegiatan
olahraga dibangingkan dengan non-operatif. Salah satu tindakan yang dapat kita
gunakan adalah dengan penggunaan brace dengan memberikan perlindungan dari
valgus stress merupakan pilihan yang terbaik. Pembedahan dapat dilakukan
dengan indikasi cedera multiligamen atau dengan beberapa situasi lainnya.
Rehabilitasi dan prevensi dapat dilakukan tergantung pada tingkat keparahan dari
sprain, istirahat yang cukup dan pengenalan bertahap terhadap aktivitas cukup
dapat dilakukan. Sedangan untuk sprain yang lebih berat dapat diberikan
brace1,11,13.

15
Gambar 2 . Knee brace1,11,13

B.4 Ligamentum Popliteum Obliqumm

Ligamen popliteum obliquum (OPL) merupakan ligamen yang lebar dan datar.
Terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara obliq
ke medial dan bawah, Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada
dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas
menutupi tendon m. semimembranosus.9

Gambar 3 . ligamentum popliteal obliquum (OPL)

16
Gambar 4 . Ilustrasi pola berbeda masing-masing (Berbentuk Band, berbentuk Y) ,
Berbentuk Z, berbentuk Trisula, dan berbentuk Kompleks dari ligamentum popliteal obliquum

OPL ditemukan memiliki peran penting dalam mencegah rotasi eksternal yang
berlebihan dan hiperekstensi lutut. horizontal dapat mencegah rotasi eksternal yang
berlebihan dan gaya vertikal dapat mencegah hiperekstensi. Gaya horisontal lebih
besar daripada gaya vertikal sesuai dengan sudut turun dari garis sambungan
horizontal, sehingga mungkin menunjukkan bahwa mencegah rotasi eksternal lutut
yang berlebihan adalah fungsi yang relatif penting dari struktur ini8.
Ligamentum poplitea obliquum (OPL) memiliki struktur terbesar pada aspek
posterior lutut, dan mengingat bentuknya yang luas, itu adalah mungkin rentan
terhadap, atau mudah terlibat dalam cedera lutut posterior. Namun, prosedur
rekonstruksi bedah saat ini biasanya mengabaikan potensi robekan OPL, sehingga
menginduksi ketidakmampuan untuk mereproduksi fungsi lutut dinamis asli.
Kurangnya kesadaran akan karakteristik anatomi, fitur radiografi, dan sifat
biomekanik dari OPL dapat mengakibatkan kegagalan untuk mengenali dan
mereplikasi struktur anatomi normal dan rehabilitasi fungsional dalam pengelolaan
cedera traumatis pada sendi lutut. Oleh karena itu, studi anatomi dan biomekanis
gabungan dari OPL akan berkontribusi pada “penemuan kembali” struktur
posterior dan fungsi lutut yang sesuai, sehingga memberikan dasar yang lebih
anatomis dan fungsional untuk perawatan cedera OPL8.

17
Keadaan hiperekstensi lutut diamati setelah memotong ligamentum poplitea
obliquum melebihi peningkatan yang terlihat setelah pembelahan ligamentum
cruciatum anterior dan posterior digabungkan. Perhatian harus difokuskan pada
pencegahan cedera iatrogenik pada OPL, terutama pada ekspansi tibialis, selama
pendekatan posterior ke lutut. Kerusakan OPL atau ekspansi tibialis OPL dapat
melemahkan pasien dan mungkin memerlukan pengobatan cepat untuk
menghindari konsekuensi jangka panjang. Jika ada ketidakstabilan posterolateral
lutut atau dalam perencanaan untuk intervensi bedah, keterlibatan dan fungsi
biomekanik dari OPL harus dipertimbangkan3.
Pada rujukan tertier banyak cidera olahraga terlihat sekelompok pasien dengan
posttraumatik simptomatik genu recurvatum. Pasien-pasien ini mengeluh
hiperekstensi lutut dengan gaya berjalan normal atau ketika melangkah ke dalam
lubang atau saat berjalan di medan yang tidak rata. Genu recurvatum asimptomatik
dan simptomatik sebagai sumber posttraumatic morbiditas fungsional kurang
dipahami. Sifat dari cedera anatomi belum diidentifikasi, dan ini kurangnya
pemahaman anatomi membuat terapi intervensi bermasalah. Secara klinis, telah
dicatat bahwa pasien dengan nyeri dan genu recurvatum fungsional memiliki
kerusakan pada struktur lutut posterior hal ini berkaitan bahwa ligamentum poplitea
miring, struktur terbesar lutut posterior dan yang melintasi posterior jalur bersama,
tentu memiliki peran penting dalam mencegah hiperekstensi lutut.
Perlu dilakukan pemeriksaan khusus terkait gejala hiperekstensi, dengan
Hyperextension External rotation recurvatum test yang mana pasien dalam posisi
terlentang, pemeriksa menstabilkan femur distal di atas epicondyles sementara sisi
lain berikan kekuatan pengangkat anterior ke kaki dengan mengangkat sampai
jempol kaki. Manuver ini dilakukan pada keduanya anggota badan simtomatik dan
asimptomatik, dan asimetri apa pun diukur jika cedera maka menghasilkan
peningkatan hiperekstensi lutut.

18
Gambar 5 . MRI dengan gambaran cidera OPL pada pemain bola
Pemeriksaan MRI harus diperiksa untuk cedera pada ligamentum poplitea oblik
Cedera pada OPL biasanya paling baik dilihat di bidang aksial dan sagital.
Meskipun OPL sulit dilihat, cederanya disimpulkan dari cedera kapsul sendi
posterior, penebalan, atau gangguan sendi posterior kapsul atau OPL dengan
edema di sekitarnya mungkin terlihat.11

B.5 Ligamentum Transversum Genu

Transverse ligament terbentuk sejak dari tahapan embrio manusia pada usia
7-8 minggu. Pada awal pembentukan, terjadi kondensasi mesenkim interzona pada
sendi lutut. Pada akhir tahap pembentukannya, transverse ligament di lihat sebagai
primordium cellular yang terhubung pada kedua meniscus lateral dan mediskus
medial. Struktur ini mungkin merupakan vestigal/insular bagian dari mesenkim
pembentuk menusci. Fungsi utama dari ligamen ini adalah untuk menstabilkan
kedua meniscus pada posisinya.

Berdasarkan penilitian yang dijalankan, transverse geniculate ligament


memainkan peranan yang sangat minimal dalam fungsi utama sendi lutut.
Tambahan, dengan anggaran satu per dua dari populasi sendi lutut yang terdapat
ligamen tersebut, menyakinkan lagi bahawa transverse ligamen ini tidak
mempunyai peranan yang terlalu besar. 17 Menurut sumbar yang lain, ligament ini
tidak terdapat pada semua manusia, bahkan cuma sekitar 50% – 90% populasi yang
mempunyai transverse ligament15

19
Gambar 6 Anatomi Transverse Ligament

Terdapat tiga intermeniscal ligament (anterior, posterior, dan oblique). Anterior


ligament menghubungkan antara kedua anterior meniscal horns pada meniscus
lateral dan meniscus medial. Ligament ini juga dikenali dengan tranverse
geniculate ligament atau anterior transverse ligament. Ligament ini berukuran
33mm panjang dengan lebar rata-rata 3.3mm. Perlengketan ligament ini secara
umumnya pada subtance of meniscus, terdapat beberapa variasi menunjukkan
ligament ini melengket pada anterior capsule of meniscus.15 Pada MRI, satu cord
like structure dapat dikenalpasti sebagai anterior intermeniscal ligament.
Bentuknya secara umum bulat atau lonjong.16

Berdasarkan dari beberapa penilitian, robekan ataupun cedera pada transverse


ligament jarang berlaku, malah hampir tidak ada. Hal ini karena, ligamen ini tidak
hadir pada semua manusia.17 Ligamen hadir secara tidak konsisten pada semua
manusia, tetapi, jika ada, terdapat hubungan antara perlengketan transverse
ligament dan adanya robekan pada meniskus medial sebagai akibat dari restricting
effect di anterior-posterior excursion of the anterior horn meniscus medial pada
lower degree of knee flexion. Sehingga terjadi meniscus tear.17

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Bytomski, Jeffrey., Moorman, Claude T. Oxford American Handbook of Sports


Medicine. 2010.

2. Derrick S. Orthopedic Rehabilitation Clinical Advisor . Elsevier Health Science . 2019.


p:596.

3. Dong, Xiang et al. Anatomical Characteristics and Biomechanical Properties of the


Oblique Popliteal Ligament Scientific Reports .2017.

4. Fawcett, D.W. 2002. Buku Ajar Histologi, penerjemah: Tambayong, A., judul buku asli:
A Textbook of Histology. Penerbit Buku Kedokteran EGC,. Jakarta, P: 628.

5. Ilahiane M et al. Acute Patella Tendon Rupture : A Case Report . Ortho & Rheum Open
Access Journal 2018:13(2),p:003.

6. Kedokteran Dorland. Edisii 29, Jakarta : ECG,. 2002.

7. Kylee P. Diagnosis of Patellar Tendon Rupture By Emergency Ultrasound. The Journal


of Medicine 2014:47(2),p:204-206.

8. Patrick M. Morgan, MD, et al The Role of the Oblique Popliteal Ligament and Other
Structures in Preventing Knee Hyperextension. Research Published Article 2010.

9. Putz, R. dan Pabst, R. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid kedua. Edisi 22. Jakarta:
EGC. 2008.

10. Sherwin et al. Lateral Collateral Ligament Injury Follow-Up. 2015.Medscape.

11. Morgan, Patrick M., MD et.al. Oblique Popliteal Ligament in Preventing Knee
Hyperextension. Department of Orthopaedic Surgery, University of Minnesota,
Minneapolis, Minnesota The American Journal of Sports Medicine 2009

12. V. P. Eroschenko, Atlas Histologi difiore: Dengan Korelasi. Fungsional, Ed. 11. ed., D.
Dharmawan and N. Yesdelita, Eds., Jakarta: EGC, 2010.

13. Volpi, Piero. Football Traumatology 2nd ed. 2015.

14. Walker, Brad. The Anatomy of Sports Injuries 2nd e. 2018.

21
15. Eric W. Nelson, MD, and Robert F. LaPrade,† MD. The Anterior Intermeniscal Ligament
of the Knee, the Anatomy Study, American Orthopaedic Society Sports Medicine, 2000.

16. Aydin, Ahmet & Ozenci, A. Merter & Özcanlı, Haluk & Ozdemir, Hakan & Urgüden,
Mustafa. (2002). The reference point to measure the anterior intermeniscal ligament's
thickness: An MRI study. Knee surgery, sports traumatology, arthroscopy : official
journal of the ESSKA. 10. 343-6. 10.1007/s00167-002-0293-z.

17. The transverse genicular ligament: anatomical study and review of the literature.R. Shane
Tubbs, Jennifer Michelson, Marios Loukas, Mohammadali M. Shoja, Mohammad R.
Ardalan, E. George Salter, W. Jerry Oakes Surg Radiol Anat. 2008 Feb; 30(1): 5–
9. Published online 2007 Nov 8. doi: 10.1007/s00276-007-0275-

18. Common Sport Injuries: Sprain and Strains. American Academy of Orthopaedic
Surgeons,MassachusettsGeneralHospital 55 FruitStreet Boston, MA 02114 Phone: 617-
726-2000.

19. Markatos, K. The anatomy of the medial collateral ligament of the knee and its
signicance in joint stability Vol.121. 2016.

20. John J. The Adult Knee .Knee Joint Muscle & Stability . Lippincott & Wilkins 2009.
p;71,73

22

Anda mungkin juga menyukai