Anda di halaman 1dari 20

DEPARTEMEN IKM / IKK MARET 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KEDOKTERAN KELUARGA

HEALTH AND NUTRITION CLINIC

Disusun oleh:
HILMAN HAFIZ BIN ABDULLAH C014172206

Pembimbing:
dr. ALIFIA AYU DELIMA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN IKM / IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama/NIM:
HILMAN HAFIZ BIN ABDULLAH C014172206

Periode Kepaniteraan: 25 Maret - 30 Maret 2019


Health and Nutrition Care Clinic
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik Stase Kedokteran
Klinik pada Dpartemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 30 Maret 2019

Pembimbing 1 Pembimbing 2

........................................ ......................................
( ) (dr Alifia Ayu Delima)

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. HSJ


Tanggal Lahir : 03-10-1979
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
No. BPJS : 0001426181613
Tanggal Datang : 28-03-2019
Ruangan : Poli Umum Health and Care Clinic

B. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis
Keluhan Utama: Rasa berputar
Anamnesis Terpimpin:
Seorang pasien perempuan usia 40 tahun datang ke poli umum Health and Care Clinic dengan
keluhan rasa berputar yang sudah di alami sejak 2 hari lalu. Keluhan disertai rasa nyeri pada
daerah kepala. Keluhan rasa berputar dirasakan memberat terutama pada saat bangun dari
tempat tidur. Demam tidak ada. Batuk tidak ada. Sesak tidak ada. Mual ada, dialami sejak awal
kejadian keluhan rasa berputar. Muntah ada, satu kali sebelum datang ke poli berisi cairan dan
sisa makanan. Nafsu makan berkurang. Tidak ada penurunan berat badan secara drastis. Buang
air kecil lancar, berwarna kuning, volume kesan cukup. Buang air besar dalam batas normal.

Riwayat penyakit dahulu:


 Riwayat merokok tidak ada.
 Riwayat Diabetas Mellitus tidak ada
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat pengobatan selama 6 bulan tidak ada
 Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada

3
 Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
 Riwayat alergi tidak ada

Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : Sakit sedang /Gizi buruk/ Compos mentis (GCS=E4M6V5)
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 160 cm
Indeks massa tubuh : 21.8 kg/m2

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Denyut jantung : 92 x/menit
Frekuensi pernafasan : 26 x/menit
Sat O2 : 99%
Suhu Tubuh : 37.5 °C

Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva pucat ada, ikterus tidak ada, udem palpebra
tidak ada
Pupil : Bulat, isokor 2.5mm ODS, reflex cahaya positif
Telinga : Otorrhea tidak ada
Hidung : Rhinorrhea tidak ada
Mulut : Tidak kering, bibir pucat tidak ada
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

Paru-paru
Inspeksi : Statis: tidak tampak massa, bentuk dada normochest,
Dinamis: gerakan simetris hemithoraks kanan dan kiri
Palpasi : Nyeri tekan ada, vokal fremitus simetris di hemithoraks kanan dan kiri
Perkusi : Pekak simetris pada hemitoraks kanan dan kiri
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler simetris pada hemithorak kanan dan kiri

4
Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordi teraba
Perkusi : Batas atas jantung dalam batas normal
Batas kanan jantung dalam batas normal
Batas kiri jantung ICS V linea axillaris anterior.
Auskultasi : Bunyi jantung S I/II murni regular, murmur tidak ada

Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Timpani, asites (shifting dullness) tidak ada

Ekstremitas
Akral hangat
Edema pada tungkai bawah tidak ada
Sianosis tidak ada
clubbing finger tidak ada

C. DIAGNOSA
Vertigo suspek BPPV
Dispepsia

D. PENGOBATAN
Betahistin 2x1
Ibuprofen 3x1
Omeprazole 20mg 2x1
Sohobion 1x1

5
E. RESUME
Seorang pasien perempuan usia 40 tahun datang dengan keluhan rasa berputar yang sudah
di alami sejak 2 hari lalu. Keluhan disertai rasa cephalgia. Keluhan rasa berputar dirasakan
memberat terutama pada saat bangun dari tempat tidur. Mual ada, dialami sejak awal kejadian
keluhan rasa berputar. Muntah ada, satu kali sebelum datang ke poli berisi cairan dan sisa
makanan. Nafsu makan berkurang. Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.

Keadaan umum : Sakit sedang /Gizi buruk/ Compos mentis (GCS=E4M6V5)


Tekanan darah : 130/90 mmHg
Denyut jantung : 92 x/menit
Frekuensi pernafasan : 26 x/menit
Sat O2 : 99%
Suhu Tubuh : 37.5 °C

6
BAB II
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan
nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh
banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah
yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar)
tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan
keseimbangan.

KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang


mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah
salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi
tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan
di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan.

1. VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan

- PERIFER
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan.

Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:

7
1. pandangan gelap
2. rasa lelah dan stamina menurun
3. jantung berdebar
4. hilang keseimbangan
5. tidak mampu berkonsentrasi
6. perasaan seperti mabuk
7. otot terasa sakit
8. mual dan muntah-muntah
9. memori dan daya pikir menurun
10. sensitif pada cahaya terang dan suara
11. berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain


penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau BPPV
(gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala), meniere’s disease
(gangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis
(radang di bagian dalam pendengaran)

- SENTRAL
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum.

Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami
hal-hal seperti:

1. penglihatan ganda
2. sukar menelan
3. kelumpuhan otot-otot wajah
4. sakit kepala yang parah
5. kesadaran terganggu
6. tidak mampu berkata-kata
7. hilangnya koordinasi
8. mual dan muntah-muntah
9. tubuh terasa lemah

8
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara
lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma
di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses
(penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak
kecil. Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti
gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor
penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi,
Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.

2. VERTIGO NON VESTIBULAR


Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik
adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo
ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat
pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik,penyebab
lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau
terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau
tekanan emosional disebut vertigo psikogenik.

9
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang


keseimbangan
Serangan episodik
kontinu
Mual/muntah +
-
Gangguan pendengaran +/-
-
Gerakan pencetus gerakan kepala
gerakan obyek visual
Situasi pencetus -
keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral

Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat

Derajat vertigo berat ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Gejala otonom (mual, ++ +


muntah, keringat)

Gangguan pendengaran
+ -
(tinitus, tuli)

Tanda fokal otak


- +

10
Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena
Berdasarkan Awitan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Serangan

Vertigo paroksismal Penyakit Meniere, TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal


tumor fossa cranii basilaris, epilepsi, positional vertigo
posterior, transient vertigo akibat lesi (BPPV)
ischemic attack lambung
(TIA) arteri
vertebralis

Vertigo kronis Otitis media kronis, Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik,


meningitis sindroma paska vertigo servikalis
tuberkulosa, tumor komosio, multiple
serebelo-pontine, sklerosis,
lesi labirin akibat intoksikasi obat-
zat ototoksik obatan

Vertigo akut Trauma labirin, Neuronitis -


herpes zoster otikus, vestibularis,
labirinitis akuta, ensefalitis
perdarahan labirin vestibularis,
multipel sklerosis

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit
penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang
pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan
labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).

11
PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan


hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik,
atau ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul
respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit
berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan,
timbul reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.1) Jika pola gerakan yang baru tersebut
dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur
tidak lagi timbul gejala.

12
4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan

5. Teori neurohumoral

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mem-
pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo. Cermin
Dunia Kedokt eran No. 144, 2004

6. Teori sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan


neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme
adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal
serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.

DIAGNOSA

 ANAMNESA
1. Tanyakan bentuk vertigonya
2. Keadaan yang memprovokasi
3. Profil waktu: perlahan-lahan/ akut
4. Keluhan yang menyertai : gangguan pendengaran, tinnitus, mual/ muntah
5. Penggunaan obat-obatan : anti konvulsan, streptomisin, alkohol, dll.
6. Adanya penyakit sistemik : DM, Hypothiroid, Hipertensi, Blok jantung
7. Ada/ tidak stress

13
 PEMERIKSAN FISIK
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan susunan
saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor
sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.

Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk


vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi
kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah


diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi vestibular/
cerebral

1. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

14
2. Tandem Gait
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.

3. Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke
arah lesi.

4. Post – Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

15
5. Tes Babinsky – Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

 PEMERIKSAAN NEUROOTOLOGI
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.

1. Uji Dix Hallpike


Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah


periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).

16
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

17
2. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian
dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik
dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.

PENATALAKSANAAN

a) Antikolinergik
Obat anti kolinergik, seperti skopolamin bermanfaat untuk menghilangkan gejala mual
dan muntah yang merupakan manifestasi dari kegiatan susunan saraf simpatik.
b) Antihistamin
Obat ini sangat banyak dipakai untuk mengurangi rasa pusing. Mekanisme kerja obat
antihistamin adalah :
i. Efek antikolonergik
ii. Sedatif
iii. Blokade reuptake monoamine,dan
iv. Kombinasi dari ketiga efek diatas.

Obat yang sering dipakai adalah dimenhidrinat, dengan dosis 3 dd 50 mg: prometasin,
yang mempunyai efek sedatif lebih besar, dengan dosis 3 dd 25 mg; betahistin mesilat dalam
dosis 3 dd 6 mg.

18
c) Fenotiazin
Obat golongan ini selain memblokasi dopamin juga mempunyai efek antikolinergik dan
anti histamin, misalnya klopromazin dengan dosis 3 dd 25 mg.
d) Butirofenon
Bila semua obat antihistamin tidak menolong, maka dapat dipakai obat ini dengan dosis
3 dd 1 mg.
e) Flunarizin
Obat ini adalah suatu calcium entry blocker, yang mencegah akumulasi dari ion kalsium
intraseluler pada keadaan patologis. Flunarizin jauh lebih mengurangi keluhan vertigo
dibandingkan dengan obat yang lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin, Moch. (2013) Neurologi klinis. Jakarta : Umum Press.


2. Guyton, Arthur C, Jhon E. Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
3. Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna. (2012) Neurologi Klinis Dasar.: Dian Rakyat.
4. Markam, soemarmo.(2012). Penuntun Neurologi.Tangerang : Binarupa Aks Publisher.

20

Anda mungkin juga menyukai