WELL COMPLETION
Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa
faktor, yaitu :
Pada metoda ini, pipa selubung produksi hanya dipasang hingga di atas zone produktif
( zona produktif terbuka). Metoda komplesi ini diterapkan jika formasi produktif kompak, dan
keuntungannya adalah didapatkan lubang sumur secara maksimum, kerusakan/skin akibat
perforasi dapat dieliminir, mudah dipasang screen, liner, gravel packing dan mudah
diperdalam apabila diperlukan. Kerugian metoda ini adalah sulit menempatkan casing produksi
pada horison yang tepat diatas zona produktif, sukarnya pengontrolan bila produksi
air atau gas berlebihan dan sukarnya menentukan zona stimulasi.
Pada tipe komplesi ini, casing produksi disemen hingga zona produktif,kemudian
dilakukan perforasi. Komplesi ini sangat umum dipakai, terutama apabila formasi perlu
penahan atau pada formasi yang kurang kompak.Keuntungan metoda ini, produksi air
atau gas yang berlebihan mudah dikontrol, stimulasi mudah dilakukan, mudah
dilakukan penyesuaian untuk konfigurasi multiple completion jika diperlukan. Kerugian
metoda ini, diperlukan biaya untuk perforasi dan kerusakan (damage) akibat perforasi.
Akibat telepasnya pasir dari formasi dan terproduksi bersama fluida, dapat
menyebabkan abrasi pada alat-alat produksi dan kerugian lain, maka untuk mengatasi
adanya kepasiran diperlukan cara pencegahan pada sistem komplesinya, yaitu dengan
menggunakan :
2. Menutup permukaan formasi dengan gravel dan ditahan dengan screen (gravel)
packing system.
Cara ini dapat diterapkan baik pada open-hole maupun cased-hole, yaitu dengan
menempatkan slot atau screen didepan formasi. Terdapat tiga bentuk / macam screen
yaitu :
Untuk pemasangan liner, mud cake harus dibersihkan terlebih dahulu dari zona
produktif untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging) dengan menggunakan
fluida bebas clay aktif pada fluida komplesinya atau dengan air garam.
2.1.1.3.2 Gravel Packing
Gravel pack juga dapat dikerjakan baik pada open hole maupun pada cased hole
completion. Metoda ini dilakukan baik untuk memperbaiki kegagalan screenliner maupun
sebagai metoda komplesi yang dipilih.
2.1.2 Perforasi
2.1.2.1 Perforator
Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua tipe
perforator :
a. Bullet/Gun perforator.
b. Shape charge/Jet perforator.
2.1.2.1.1 Bullet/Gun Perforator
Komponen utama dari bullet perforator meliputi :
a. Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk kedalam alat.
b. Gun barrel. Badan gun dimana disekrupkan dan untuk menempatkan sumbu
(ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasarnya,untuk memegang
bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena terbakarnya powder.
c. Electric Wire : kawat listrik yang meneruskan arus untuk pengontrolan
pembakaran powder charge.
d. Gun body terdiri dari silinder panjang terbuat dari besi yang dilengkapi dengan
suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah gun/susunan gun ditempatkan
tertentu dan diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan kawat ( electric wire-
line cable) dimana kerja gun dikontrol dari permukaan melalui wireline
untuk melepaskan peluru (penembakan) baik secara sendiri maupun serentak.
2.1.2.1.2 Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya gaya powder
yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk powder chargenya
menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing, semen, dan
formasi.
2.1.2.2 Kondisi Kerja Perforasi
2.1.2.2.1 Conventional Overbalance
Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol oleh
fluida/lumpur komplesi atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik lumpur (Ph) lebih
besar dibandingkan tekanan formasi (Pf), sehingga memungkinkan dilakukan perforasi,
pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya. Cara overbalance ini, umumnya
digunakan pada :
a. Komplesi multizona.
b. Komplesi gravel-pack (cased-hole).
c. Komplesi dengan menggunakan liner.
d. Komplesi pada casing intermidiate.
Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :
a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat reaksi antara
lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan formasi.
b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.
c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.
d. Clean-up sukar dilakukan
2.1.2.2.2 Underbalance
Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur
komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok digunakan
untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik dibandingkan overbalance,
karena :
a. Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik : dari formasi ke sumur, sehingga
hancuran hasil perforasi (debris) dapat segera terangkat keluar dan tidak menyumbat hasil
perforasi.
b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi antara lumpur dengan
mineral batuan.
c. Clean-up lebih cepat dan efektif.
2.1.2.3 Teknik/Cara Perforasi
Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik perforasi,
yaitu :
a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation).
b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation).
2.1.2.3.1 Wireline Conveyed Perforation
Pada sistem ini gun diturunkan ke dalam sumur dengan menggunakan
wireline (kawat listrik).
a. Wireline conveyed perforation
Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi dengan
teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi dan
menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih tetap terpasang untuk penyelesaian
sumur lebih lanjut.
b. Wireline conveyed tubing gun
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-mastree dan tubing string,
setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi. Penyalaan gun dilakukan
pada kondisi underbalance dan untuk operasi ini, umumnya tidak diperlukan menara
pemboran tetapi cukup dengan lubricator (alat kontrol tekanan) atau snubbing unit.
2.1.2.3.2 Tubing Conveyed Perforation
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung tail-pipe yang
diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing string. Setelah pemasangan X-
mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil
melalui tubing yang akan menghantam firing-head yang ditempatkan di bagian atas perforator.
Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah
perforasi dilakukan, gundibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).
2.1.3 Swabbing
Swabbing adalah pengisapan fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi pada
kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk
kedalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan. Ada 2 sistem pengisapan fluida
yang berbeda pada sumur sebelum diproduksikan,yaitu :
1. Penurunan densitas cairan.
Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari fluida yang
berada di sumur, sehingga densitas lumpur baru akan memperkecil tekanan hidrostatik
(Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi aliran dari formasi menuju sumur produksi selanjutnya
ke permukaan.
2. Penurunan kolom cairan.
Seperti halnya penurunan densitas, untuk tujuan menurunkan tekanan hidrostatik
fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Pengisapan
Dengan memasukkan karet penghisap (swabb-cup) yang berdiameter persis sama
dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menarik swab-cup keatas, maka tekanan
dibawah swab-cup menjadi kecil sehingga akan terjadi surge dari bawah yang akan
mengakibatkan aliran.
b. Timba
Timba dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba diturunkan,katup pada ujung
membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup. Dengan cara ini, maka suatu saat
tekanan formasiakan melebihi tekanan hidrostatik kolom lumpur.
2.2 DESKRIPSI ALAT
2.2.1 Nama Alat : Casing 11 3/8”
Fungsi :
Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh fluida formasi dari tekanan-tekanan
di sekitarnya.
Melindungi lubang bor dari keguguran
Memisahkan formasi produktif satu dengan yang lainnya
Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta mempermudah operasi produksi
nantinya.
Mekanisme : Casing dipasang mulai dari permukaan yang disebut dengan
conductor casing. Lalu memasang surface casing, intermediate casing dan yang terakhir
pada zona formasi produktif adalah production casing, dimana semakin dalam diameter
casing semakin kecil.
Gambar 2.7
2.2.8 Nama Alat : Swab Cup
Fungsi : Untuk menghisap fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi
dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan
kemudian diproduksikan ke permukaan.
Mekanisme : Ukuran yang sama dengan diamater dalam tubing ketika dinaik-
turunkan akan menyebabkan perubahan tekanan. Ketika swab cup ditarik kearah atas
menjauhi dasar sumur maka akan menimbulkan ruang kosong yang tekanannya lebih
rendah dari tekanan formasi (ruang vakum). Akibat tekanan yang lebih rendah tersebut
maka fluida reservoir mulai mengalir ke dalam dasar sumur.
1. Tahapan dari operasi pemboran setelah mencapai target formasi produktif adalah
komplesi sumur (well completion) di mana bertujuan untuk memproduksikan fluida
hidrokarbon ke permukaan. Adapun tahapan dari komplesi sumur meliputi :
a. Tahap pemasangan serta penyemenan production casing.
b. Tahap perforasi serta pemasangan pipa liner.
c. Tahap penimbaan (swabbing) sumur setelah perforasi pada kondisi overbalance
dilakukan, dengan tujuan agar fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam
sumur dan selanjutnya diproduksikan ke permukaan.