Anda di halaman 1dari 32

i

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT


DALAM PENATALAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN
TERPASANG VENTILATOR DI ICU RSUD WATES
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

ALVIAN KURNIANTO
3211074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016

i
ii

i
i
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ”Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam
i
i
i
iv

Penatalaksanaan Oral Hygiene pada Pasien Terpasang Ventilator di ICU


RSUD Wates Yogyakarta”. Rangkaian penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar sarjana strata satu (S1) di
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa
hormat serta penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dan terutama
kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Ns., Sp., Kep.MB selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan.
3. Muhamat Nofiyanto, S.Kep,. M.Kep selaku Penguji yang telah memberikan
masukan, saran dan koreksi kepada penulis.
4. Maryana, S.Si.T., S.Psi., S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Yanita Trisetiyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
6. dr. Lies Indriyati, Sp.A selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon
Progo yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
7. Trihibul Fuadi, SST selaku kepala ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit
Umum Daerah Wates Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan
dukungan kepada penulis.
8. Retno Sumiyarini, S.Kep., Ns dan Agus Warseno., S.Kep., Ns., M.Kep selaku
pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, motivasi, dan
semangat.
9. Kedua orang tua, keluarga, dan saudara yang selalu memberikan dukungan, do’a
dan semangat pada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Semua sahabat saya mahasiswa keperawatan angatan 2011 yang telah
memberikan masukan, semangat, teguran dan dukungan kepada penulis.
11. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan
mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis
i
v
v

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
khasanah ilmiah pengetahuan. Masih banyak hal yang perlu dibenahi, oleh karena
itu saran dan masukan yang bisa menjadi koreksi dan perbaikan sangat penulis
harapkan.

Penulis

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN ..................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
v
vi

INTISARI ......................................................................................................... iii


ABSTRACT ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7


A. Landasan Teori .................................................................................. 7
1. Konsep Pengetahuan .................................................................... 7 2.
Konsep Sikap ............................................................................... 11
3. Konsep Ventilator Mekanik ........................................................... 15
4. Konsep Oral Hygiene ................................................................... 20
B. Kerangka Teori .................................................................................. 25
C. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 26
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 27


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 27 B.
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
C. Populasi .............................................................................................. 27
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 28 E.
Definisi Operasional .......................................................................... 28
F. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................... 30
G.Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 31
H.Pengolahan dan Analisa Data ............................................................. 33
I. Etika Penelitian ................................................................................... 34
J. Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………. 37


A. Hasil Penelitian ………………………..…………………………….. 37
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………......
37 2. Karakteristik Responden
……………..………………………….. 37
3. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan
Oral Hygiene ……………………………………………………… 38
4. Sikap Perawat dalam Penatalaksanaan Oral hygiene …………….. 39
B. Pembahasan …………………………..……………………………..... 39
1. Karakteristik Perawat ……..…………………………………….....
39
2. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan
Oral Hygiene ……………………………………………………… 41

v
i
vii

3. Sikap Perawat dalam Penatalaksanaan Oral Hygiene ………..……


43
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………..……………... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….45


A. Kesimpulan …………..……………………………………………..... 45
B. Saran ……………………………………………………………......... 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional ……………………………………………….... 29


Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan …………………………… 30

v
i
i
viii

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Sikap …………………………………………… 31


Tabel 4. Tabel Realibilitas …………………………………………………..... 32
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat …………………………. 33
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat ………………… 34
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat ……………………………….... 35

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Teori ……………………………………………… 25


Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian ………………………………… 26
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi Lampiran
5. Surat-Surat Perijinan

v
i
i
i
ix

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT


DALAM PENATALAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN
TERPASANG VENTILATOR DI ICU RSUD WATES YOGYAKARTA

Alvian Kurnianto1, Maryana2, Yanita Trisetyaningsih3

INTISARI

Latar Belakang : Insiden VAP (Ventilator Assosiated Pneumonia) pada pasien


yang mendapat ventilasi mekanik di dunia adalah sekitar 22,8%, dan pasien yang
mendapat ventilasi mekanik menyumbang sebanyak 86% dari kasus infeksi
nosokomial (Augustyn, 2007). Perawatan oral hygiene merupakan salah satu
tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan ventilator oleh perawat untuk
mencegah kejadian VAP. Kurangnya pengetahuan perawat tentang tindakan oral
hygiene juga dapat berpengaruh terhadap ketidakefektifan pencegahan VAP.
Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di
ICU RSUD Wates Yogyakarta.
Metode Penelitian : Desain penelitian deskriptif. Populasi perawat sebanyak 16
dan teknik sampel dengan total sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan
analisa univariat.
Hasil penelitian : Sebagian besar tingkat pengetahuan perawat tentang
penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD
Wates Yogyakarta adalah baik sebanyak 10 perawat (62,5%). Sebagian besar
sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang
ventilator di ICU RSUD Wates Yogyakarta adalah positif sebanyak 13 perawat
(81,3%).
Kesimpulan : Sebagian besar tingkat pengetahuan perawat tentang
penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD

1 Mahasiswa Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta


2 Dosen Keperawatan Poltekes Kemenkes Yogyakarta
3 Dosen Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

i
x
x

Wates Yogyakarta adalah baik. Sebagian besar sikap perawat dalam


penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD
Wates Yogyakarta adalah positif.

Kata kunci : tingkat pengetahuan, sikap.

THE OVERVIEW OF NURSES’ KNOWLEDGE AND ATTITUDE IN


ORAL HYGIENE MANAGEMENT OF PATIENT’S INSTALLED
VENTILATOR IN ICU’s OF GENERAL HOSPITAL OF WATES
YOGYAKARTA

Alvian Kurnianto4, Maryana5, Yanita Trisetyaningsih5

ABSTRACT

Latar Belakang : In world, the incidence of VAP (Ventilator Associated


Pneumonia) in patients who received mechanical ventilation is about 22,8%, and
patients who received mechanical ventilation contributed as much as 86% from
nosocomial infection cases (Augustyn, 2007). Oral hygiene treatment is one of the
appropriate actions performed in patients with ventilator by nurses to prevent the
incidence of VAP. Less of knowledge in nurses about oral hygiene action is also
can be effect to the ineffectiveness on prevention of VAP.
Research Objective: To know the overview of nurses’ knowledge and attitude in
oral hygiene management of patient’s installed ventilator in ICU’s of General
Hospital of Wates Yogyakarta.
Research Method: Deskriptif design. Research result analyzed by univariat analysis.
Research Result: Nurses’ knowledge about oral hygiene management of patient’s
installed ventilator in ICU’s of General Hospital of Wates Yogyakarta in good
category as many 10 nurses (62,5%). Nurses’ attitude in oral hygiene management
of patient’s installed ventilator in ICU’s of General Hospital of Wates Yogyakarta
in positive category as many 13 nurses (81,3%).
Conclusion: Nurses’ knowledge about oral hygiene management of patient’s
installed ventilator in ICU’s of General Hospital of Wates Yogyakarta is good.
Nurses’ attitude in oral hygiene management of patient’s installed ventilator in
ICU’s of General Hospital of Wates Yogyakarta is positive.

4 Student of Nursing Management of STIKES Jenderal Achmad Yani


Yogyakarta 5 Lecturer of Nursing Management of Poltekes Kemenkes
Yogyakarta
5 Lecturer of Nursing Management of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

x
xi

Keywords: Knowledge Level, Attitude.

x
i
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospital Association Infection atau yang dikenal sebagai infeksi nosokomial


didefinisikan sebagai infeksi yang didapat oleh pasien saat berada di pelayanan
rumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya. Infeksi nosokomial (inos)
memiliki rentang waktu 48 hingga 72 jam untuk inkubasi (Nugraheni, 2012). Inos
saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik
di negara berkembang maupun negara maju, dan telah dijadikan salah satu tolak
ukur mutu pelayanan rumah sakit (Dharmadi, 2008). Faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian inos di pelayanan kesehatan, antara lain adanya penurunan
imunitas pasien, prosedur medis yang beragam, teknik invasive yang
mengakibatkan peningkatan potensi terhadap infeksi, dan yang terakhir yaitu
adanya resistensi obat terhadap bakteri di rumah sakit dimana rendahnya kontrol
infeksi dapat mempermudah transmisi bakteri (Asati, Sharma, Khandpur, dkk,
2008).
Penelitian terbaru menyatakan bahwa 5% pasien akan terinfeksi di rumah
sakit dan meningkat menjadi 8% jika pasien telah mendapatkan prosedur invasive
(Zulkarnain, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization
(WHO) tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14
negara di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik terdapat infeksi
nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak l0% (Nugraheni, 2012).
Tindakan invasive medis banyak dilakukan di ruangan instalansi gawat
darurat, ruang operasi, ruang rawat inap medikal bedah, dan intensive care unit
(Zulkarnain, 2009). Rumah sakit yang memiiki Intensive Care Unit (ICU), angka
inosnya lebih tinggi karena lebih banyak dilakukan tindakan pemeriksaan
(diagnostik), dan pengobatan yang bersifat invasive (Zulkarnain, 2009). Inos yang
paling umum terjadi di ICU adalah pneumonia akibat pemasangan ventilator
(Darmadi, 2008). Pasien yang terintubasi memiliki kemungkinan mengalami
pneumonia lebih tinggi 21% dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan
saluran nafas buatan (Chan, Ruest, Meade, et.al, 2007). Insiden VAP (Ventilator

1
2

Assosiated Pneumonia) pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik di dunia


adalah sekitar 22,8%, dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik menyumbang
sebanyak 86% dari kasus infeksi nosokomial (Augustyn, 2007). Secara nasional
belum ada penelitian mengenai jumlah kejadian VAP di Indonesia (Wiryana,
2007).
Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya VAP
adalah dengan pembersihan sekret saluran nafas. Pembersihan sekret di saluran
nafas atau hygienetas saluran nafas merupakan proses fisiologis normal yang
diperlukan untuk menjaga kinerja saluran nafas dan mencegah terjadinya infeksi.
Pencegahan terjadinya inos VAP yang lebih lanjut diperlukan suatu tindakan oral
hygiene (Berry, Davidson, Masters, et al 2007). Perawatan oral hygiene
merupakan salah satu tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan ventilator
oleh perawat untuk mencegah kejadian VAP. Hal tersebut dikarenakan oral
hygiene dapat menyegarkan, membersihkan dan menjaga mulut tetap terhindar
dari infeksi kuman (Potter & Perry, 2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 30 Maret 2015 di ICU
RSUD Wates Yogyakarta didapatkan bahwa terdapat 49 pasien terpasang
ventilator dalam waktu 1 tahun terakhir terhitung dari bulan September 2014 -
Agustus 2015. Dari 49 pasien yang terpasang ventilator di ICU 6 diantaranya
mengalami pneumonia, namun perawat ICU tetap berusaha untuk menekan
bertambahnya jumlah pasien yang mengalami pneumonia karena pemasangan
ventilator mekanik dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menjaga
kebersihan mulut dan gigi pasien, agar faktor penyebab atau risiko terkena
pneumonia dapat dihindari. Tindakan oral hygiene pada pasien terpasang
ventilator merupakan langkah yang tepat karena dengan menjaga kebersihan
mulut pasien dapat mengurangi jumlah bakteri yang dapat menginvasi pasien dan
dapat berakhir pneumonia.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ICU RSUD Wates, diketahui bahwa


perawatan oral hygiene pada pasien yang terpasang ventilator dilakukan setiap
hari pada saat jaga pagi tepatnya setelah pergantian jaga. Namun masih ada
beberapa hal yang dikeluhkan oleh perawat, seperti minimnya peralatan khusus
untuk oral hygiene. Sehingga tidak jarang perawat menggunakan peralatan yang
ada untuk beberapa pasien di ruang ICU. Tentunya hal tersebut dapat
3

menimbulkan masalah baru untuk perawat, yakni besarnya risiko perpindahan


bakteri dari satu pasien ke pasien yang lain karena pemakaian peralatan secara
bergantian dan dapat memperpanjang masa rawat jika pasien terinfeksi bakteri
tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2008), didapatkan
budaya dan tradisi di ICU yang diteliti bahwa oral hygiene di ICU jarang
dilakukan sehingga menyebabkan perpanjangan masa rawat pasien. Pada
penelitian tersebut, didapatkan bahwa faktor pengetahuan perawat berperan
penting dalam melakukan oral hygiene. Merubah budaya dan tradisi meskipun itu
tidak tepat, maka harus dibuat intervensi memberikan pendidikan kesehatan,
pelatihan dan workshop secara tepat. Perawat sebagai pemberi perawatan harus
mampu melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
Mengingat kompleksnya perawatan pasien dengan ventilator dan perawatan yang
maksimal, maka idealnya perawat ICU harus memilki kriteria yang sesuai dengan
Kementrian Kesehatan RI, (2010) tentang kompetensi perawat ICU. Pada
kenyataannya yang terjadi saat ini, dari hasil wawancara 3 orang perawat yang
telah mendapatkan pelatihan khusus ICU mengatakan bahwa tindakan oral
hygiene belum maksimal, karena keterbatasan peralatan khusus untuk tindakan
oral hygiene. Sehingga, dalam tindakan oral hygiene kepada pasien perawat
melakukannya karena tugas bukan berdasarkan kebutuhan pasien serta
menggunakan peralatan yang ada secara bergantian antara pasien satu dengan
yang lain. Selain adanya keterbatasan peralatan, perawatan oral hygiene di ruang
ICU masih menggunakan larutan NaCL 0,9% sedangkan menurut penelitian
terbaru perawatan oral hygiene lebih efektif menggunakan larutan Chlorhexidine
0,2%. Kurangnya pengetahuan perawat tentang tindakan oral hygiene juga dapat
berpengaruh terhadap ketidakefektifan pencegahan VAP. Berdasarkan fenomena
di atas, peneliti ingin mengetahui “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Perawat dalam Penatalaksanaan Oral Hygiene pada Pasien Terpasang Ventilator
di ICU RSUD Wates Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang, peneliti merumuskan


permasalahan sebagai berikut: Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan
4

sikap perawat dalam penatalaksanan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator
di ICU RSUD Wates Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam
penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD
Wates Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang
penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU
RSUD Wates Yogyakarta.
b. Diketahuinya gambaran sikap perawat dalam penatalaksanaan oral
hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD Wates Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat :


1. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan menjadi tambahan informasi tentang gambaran tingkat
pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada
pasien kritis.

2. Praktis
a. Perawat di ICU RSUD Wates Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada pasien kitis di
ICU.
b. Peneliti selanjutnya.
5

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dasar untuk penelitian


selanjutnya. Dari penelitian ini dapat menggambarkan tingkat
pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada
pasien terpasang ventilator di ruang ICU.

E. Keaslian Penelitian

1. Rukmana (2010) dengan judul “Hubungan Frekuensi Tindakan Oral Hygiene


Terhadap Angka Kejadian Infeksi Pneumonia pada Pasien yang Menggunakan
Alat Ventilator di ICU RSPAD Gatot Soebroto”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh tindakan oral hygiene terhadap angka
kejadian infeksi pneumonia pada pasien yang menggunakan alat ventilator di
ICU RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD. Desain penelitian ini adalah
menggunakan quasi eksperiment. Sampel yang diambil sebanyak 10
responden yaitu 5 pasien yang menggunakan alat ventilator diberikan tindakan
oral hygiene 1 kali sehari dan 5 pasien yang menggunakan alat ventilator
diberikan tindakan oral hygiene 2 kali sehari. Analisa dilakukan secara
bertahap yaitu analisa univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi
untuk mengetahui data demografi responden dan data yang didapatkan dari
hasil penelitian serta analisa bivariat dengan uji T dependent. Hasil
pengolahan dan analisa di dapat bahwa tindakan oral hygiene 2 kali sehari
tidak terjadi peningkatan nilai Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS)
pada pasien yang menggunakan alat ventilator. Berdasarkan hal di atas,
diharapkan perawat menjadikan frekuensi tindakan oral hygiene 2 kali sehari
pada pasien yang menggunakan alat ventilator untuk mencegah terjadinya
infeksi pneumonia sebagai standar opersional prosedur tetap. Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian ini adalah desain penelitian, penelitian
diatas menggunakan desain penelitian quasi experiment, sedangkan penelitian
ini adalah cross sectional.
2. Yanti,dkk (2010). Dengan judul “Efektifitas Oral Hygiene dengan Suction
Menggunakan Larutan Chlorhexidine 0,2% terhadap Pencegahan Ventilator
Associated Pneumonia (vap) pada Pasien yang Terpasang Ventilator
Mekanik”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kebersihan
mulut dengan menggunakan Chlorhexidine hisap cair 0,2 % untuk pencegahan
6

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang dipasang ventilator


mekanik. Desain penelitian ini adalah pendekatan Quasi - Experimental Acak
Posttest Only Control Design, yaitu menentukan apakah intervensi
menciptakan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Penelitian ini
dilakukan di RS.Arifin Achmad Pekanbaru yang melibatkan 30 responden.
Metode pengambilan sampel adalah purpossive sample. Alat ukur yang
digunakan adalah lembar observasi. Penelitian ini menggunakan analisis yang
digunakan univariat dan bivariat. Hasil uji statistik uji T diperoleh nilai p =
0,005 signifikan nilai p > α ( 0,05 ) maka Ho gagal ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil nilai
indikator kebersihan mulut antara klien menggunakan Chlorhexidine (CHX)
tanpa menggunakan CHX dalam pencegahan VAP, sehingga penggunaan
CHX sebagai kebersihan mulut mungkin lebih efektif daripada tanpa
menggunakan CHX. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah
dalam alat ukur yang digunakan adalah lembar kuesioner dengan desain
penelitian cross sectional.
38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan Rumah Sakit dengan
tipe B yang mempunyai pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.
Pelayanan rawat jalan diberikan di poliklinik serta di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) yang memberikan pelayanan 24 jam, sedangkan pelayanan rawat inap
diberikan di bangsal umum dan khusus (ICU/ICCU, kamar bayi).
Ruang ICU yang memiliki 6 bed, ruang ICU merupakan bangsal
gawat darurat yang menampung pasien untuk golongan umum maupun
pasien dengan asuransi kesehatan. Ruang ICU mempunyai jumlah perawat
sebanyak 16 orang dengan latar belakang pendidikan D3 sebanyak 15
sedangkan S1 sebanyak 1 perawat.
Berdasarkan hasil penelitian dalam waktu 1 tahun terdapat 49 pasien
terpasang ventilator, dalam 1 bulan rata-rata pasien yang terpasang ventilator
adalah 5 pasien dan ada 8 pasien mengalami VAP dalam waktu 1 tahun
terakhir. Perawat ICU selalu menjaga kebersihan mulut dan gigi pasien agar
pasien terhindar dari infeksi atau pneumonia akibat dari pemasangan
ventilator. Perawatan mulut dan gigi (oral hygiene) dilakukan setiap pagi
setelah perawat melakukan pergantian jaga dengan cara menggosok gigi
serta mulut menggunakan pinset dan kasa yang telah diberikan NaCl,
tindakan tersebut dilakukan sampai mulut pasien bersih. Keterbatasan dalam
melakukan perawatan oral hygiene adalah kurangnya peralatan, belum
tersedianya peralatan khusus untuk perawatan oral hygiene membuat
perawat dalam melakukan perawatan oral hygiene harus menggunakan
peralatan yang ada secara bergantian.

2. Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian, diperoleh karakteristik perawat di ruang
rawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah Wates yang ditampilkan dalam tabel
5.

38
39

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang


Rawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah Wates

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 4 25,0
Perempuan 12 75,0
2 Usia
21 - 30 tahun 8 50,0
31 - 40 tahun 7 43,8
41 - 50 tahun 1 6,2
3 Pengalaman kerja 2-
3 tahun 6 37,5
4-5 tahun 2 12,5
> 5 tahun 8 50,0
4 Pendidikan
D3 Keperawatan 15 93,8
S1 Keperawatan (Ners) 1 6,2
Jumlah 16 100
Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan sebagian besar perawat ICU


berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 perawat (75%) dan perawat yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 perawat (25%). Usia perawat sebagian
besar adalah 21-30 tahun sebanyak sebanyak 8 perawat (50%), dan usia
perawat 31-40 tahun sebanyak 7 perawat (43,8%), sedangkan usia perawat
41-50 tahun hanya sebanyak 1 perawat (6,2%). Sebagian besar perawat
memiliki pengalaman kerja > 5 tahun sebanyak 8 perawat (50%), dan
perawat yang memiliki pengalaman kerja 4-5 tahun sebanyak perawat
(12,5%), peawat yang memilikipengalaman kerja 2-3 tahun cukup banyak
yaitu sejumlah 6 perawat (37,5%). Pendidikan perawat sebagian besar D3
Keperawatan sebanyak 15 perawat (93,8%) dan perawat yang mempunyai
pendidikan SI Kepeawatan (Ners) hanya 1 orang perawat.

3. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Penatalaksanaan Oral Hygiene


40

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan perawat tentang


penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU RSUD
Wates Yogyakarta disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat tentang
PenatalaksanaanOral Hygiene pada Pasien Terpasang Ventilator
di ICU RSUD Wates Yogyakarta

Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 10 62,5
Cukup 6 37,5
Kurang - 0
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 6 menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat


pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan oral hygiene pada pasien
terpasang ventilator sebanyak 10 perawat (62,5%). Namun masih ada
perawat dengan tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 6 perawat
(37,5%) dan tidak ada perawat yang tingkat pengetahuannya kurang.

4. Sikap Perawat dalam Penatalaksanaan Oral Hygiene


Hasil pengukuran sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene
pada pasien terpasang ventilator di ICU Rumah Sakit Umum Daerah Wates
Yogyakarta disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Penatalaksanaan
Oral Hygiene pada Pasien Terpasang Ventilator di ICU
Rumah Sakit Umum Daerah Wates
Yogyakarta

Sikap Frekuensi Persentase (%)


Positif 13 81,3
Negatif 3 18,7
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 7 menunjukkan sebagian besar perawat memiliki sikap yang


positif sebanyak 13 perawat (81,3%) dan sikap perawat yang negative
sebanyak 3 perawat (18,7%) dalam penatalaksanaan oral hygiene pada
pasien terpasang ventilator.
41

B. Pembahasan
1. Karakteristik Perawat
Umur perawat dalam penelitian ini sebagian besar adalah berumur
2130 tahun sebanyak 8 perawat (50%). Umur berpengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan karena kemampuan mental yang diperlukan
untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru seperti
mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogi dan
berpikir kreatif mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan (Soekanto,
2007). Umur menentukan banyak sedikitnya pengalaman pribadi seseorang.
Pengalaman pribadi dan juga pengaruh faktor emosional merupakan faktor
pembentuk sikap (Azwar, 2009).
Jenis kelamin perawat sebagian besar adalah perempuan sebanyak 12
perawat (75%). Hal ini sama dengan rumah sakit umum lainnya yang
didominasi oleh perawat perempuan. Pada dasarnya karakteristik perempuan
dan laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari segi fisik saja, tetapi juga
dalam hal berpikir dan bertindak. Bastable (2006) menyebutkan bahwa
perempuan cenderung lebih mampu menjadi pendengar yang baik, langsung
menangkap fokus diskusi dan tidak selalu berfokus terhadap diri sendiri,
sementara laki-laki tidak demikian.
Pendidikan perawat sebagian besar adalah D III Keperawatan
sebanyak 15 perawat (93,8%). Pendidikan merupakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan. Pendidikan, baik itu pendidikan formal
maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah adanya perubahan
kemampuan, penampilan atau perilakunya (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah
menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
Tingkat pendidikan rendah akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi dan lain-lain yang baru
diperkenalkan (Mubarak dkk, 2007).
Sebagian besar perawat telah bekerja selama > 5 tahun sebanyak 8
perawat (50%). Semakin lama seseorang bekerja maka pengalaman mereka
42

akan bertambah. Pengalaman merupakan suatu cara memperoleh kebenaran


pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Hasil pengalaman yang disusun
secara sistematis oleh otak adalah ilmu pengetahuan (Soekanto, 2007).
Menurut Azwar (2009) apa yang telah dialami seseorang akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial yang
akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

2. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Penatalaksanaan Oral Hygiene


Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perawat tentang
penatalaksanaan Oral Hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU
RSUD Wates Yogyakarta adalah baik sebanyak 10 perawat (62,5%). Hasil
penelitian ini sesuai dengan Wachidatin (2013) yang menyimpulkan perawat
yang memiliki pengetahuan baik tentang oral hygiene lebih banyak
dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 30
(75,0%) responden. Pengetahuan dan kemampuan perawat yang baik dalam
penelitian Wachidatin (2013) disebabkan oleh karena tingkat pendidikan
responden yang cukup dengan masa kerja yang dominan cukup lama.
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,
berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Sebelum seseorang berperilaku, individu tersebut harus
mengerti terlebih dahulu manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya. Apabila seseorang dalam proses adopsi perilaku didasari oleh
pengetahuan maka perilaku tersebut akan bersifat long lasting. Menurut
pendapat Notoadmodjo (2010), bahwa dengan bekal pengetahuan yang
cukup, individu akan mengetahui keuntungan dan kerugian dari perilaku
yang dilakukan. Pengetahuan yang baik tentunya akan berdampak pada
kemampuan perawat dalam melaksanakan oral hygiene pada pasien.
43

Pengetahuan perawat yang baik dalam penelitian ini dikarenakan


pendidikan perawat yang sebagian besar sudah tinggi yaitu D III
Keperawatan. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya. Kondisi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Depkes
RI (2007), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada
peningkatan kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Wachidatin (2013) yang menyimpulkan perawat
berpendidikan D3 yang memiliki pengetahuan baik tentang oral hygiene
sebanyak 19 (67,9%).
Faktor lain yang menyebabkan tingkat pengetahuan perawat yang
baik adalah umur perawat yang sebagian besar berada pada usia 21-30 tahun.
Menurut Kartono (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah usia. Semakin dewasa usia akan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan yang dimiliki dan bagaimana cara mendapatkan informasi
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan Wachidatin (2013) yang
menyimpulkan perawat kategori dewasa muda sebanyak 24 (73,7%)
memiliki pengetahuan baik tentang oral hygiene.
Pengetahuan perawat yang baik juga disebabkan oleh masa kerja
perawat yang sebagian besar telah bekerja > 5 tahun. Lamanya seseorang
bekerja menentukan banyak atau sedikitnya pengalaman mereka. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Wachidatin (2013) yang menyimpulkan perawat
dengan masa kerja kategori lama sebanyak 18 (81,8%) memiliki
pengetahuan baik tentang oral hygiene.
Pengetahuan perawat yang cukup juga disebabkan oleh pendidikan
perawat tersebut adalah DIII Keperawatan yang secara umum lebih
mengutamakan praktik lapangan daripada pengetahuan. Sebagian besar hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perawat yang memiliki pengeahuan
44

cukup adalah dengan pendidikan DIII Keperawatan, sehingga perawat


tersebut dapat meningkatkan pengetahuannya melalui seminar, talk how,
atau pelatihan.

3. Sikap Perawat dalam Penatalaksanaan Oral Hygiene


Sikap perawat dalam penatalaksanaan Oral Hygiene pada pasien
terpasang ventilator di ICU RSUD Wates Yogyakarta adalah positif
sebanyak 13 perawat (81,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Rosyid
(2008) yang menyimpulkan bahwa sikap perawat dalam pelaksanaan oral
hygiene pada penderita stroke paling banyak mempunyai sikap positif. Sikap
yang positif dikarenakan pengetahuan sebagian besar perawat cukup,
sehingga mudah menerima, merespon sebuah informasi dan dapat
memberikan dorongan kepada seseorang untuk bertingkah laku.
Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
bertindak, sikap bukan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilku yang didukung oleh pengetahuaan yang dimiliki
seseorang (Notoatmojo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2012) domain sikap
antara lain menerima yaitu bahwa perawat mau memperhatikan stimulus
yang diberikan tentang pelaksanaan oral hygiene, merespon yaitu memberi
jawaban dengan baik terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang melaksanakan
oral hygiene, menghargai yaitu mengajar orang lain dalam hal ini penderita
dan keluarga untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan oral hygiene pada
pasien terpasang ventilator dan bertanggung jawab yaitu merasa bahwa
perawat perlu bertangggung jawab terhadap kebersihan rongga mulut
penderita melalui tindakan oral hygiene.
Sikap perawat yang positif dikarenakan usia perawat yang sebagian
besar dalam rentang 21-30 tahun. Usia menentukan banyak sedikitnya
pengalaman pribadi seseorang. Disamping itu umur juga berpengaruh
terhadap emosi dalam diri individu. Hal ini sesuai pendapat Azwar (2009),
bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi dan
juga pengaruh faktor emosional. Hasil penelitian ini sesuai dengan Rosyid
(2008) yang menyimpulkan karakteristik umur perawat yang memiliki sikap
45

positif dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke sebagian besar
44,8% atau 13 orang, berusia 20-30 tahun.
Dilihat dari pendidikan perawat sebagian besar sudah berpendidikan
tinggi D III Keperawatan. Menurut Azwar (2009) lembaga pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi sikap. Lembaga pendidikan sebagai
suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Rosyid (2008) yang menyimpulkan karakteristik
pendidikan perawat yang memiliki sikap positif dalam pelaksanaan oral
hygiene pada pasien stroke sebagian besar adalah D III Keperawatan (79.3%
atau 23 orang).
Sikap perawat yang positif juga dikarenakan faktor lama kerja
perawat yang sebagian besar sudah bekerja > 5 tahun. Menurut Mubarak
(2011), bahwa pengalaman yang baik akan meninggalkan kesan yang
mendalam bagi jiwa seseorang dan akan bersifat positif dalam
kehidupannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan Rosyid (2008) yang
menyimpulkan karakteristik lama kerja perawat yang memiliki sikap positif
dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke sebagian besar telah bekerja
lebih dari 5 tahun (55.2 % atau 16 orang).
Sikap perawat yang negatif juga dikarenakan faktor lama kerja perawat
yang sebagian besar bekerja < 5 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya pengalaman kerja perawat, sehingga perawat tersebut harus banyak
belajar dan menyesuaikan dengan perawat yang memiliki sikap yang positif.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu pengambilan data yang tidak
dilakukan dalam satu waktu sehingga memungkinkan saling komunikasi antara
satu responden dengan responden lain dalam pengisian jawaban kuesioner.
46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan oral hygiene pada
pasien terpasang ventilator di ICU RSUD Wates Yogyakarta sebagian besar
baik sebanyak 10 perawat (62,5%). Namun masih ada tingkat pengetahuan
perawat yang cukup sebanyak 6 perawat (37,5%) sehingga perlu adanya
pelatihan atau pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan perawat.
2. Sikap perawat dalam penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang
ventilator di ICU RSUD Wates Yogyakarta sebagian besar positif sebanyak
47

13 perawat (81,3%) dan sikap perawat yang negatif sebanyak 3 perawat


(18,7%).

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan
saransaran sebagai berikut:
1. Bagi Perawat di ICU RSUD Wates Yogyakarta
Perawat hendaknya mempertahankan pengetahuan yang baik melalui
pendidikan berkelanjutan, media informasi dan lain-lain. Sikap positif
hendaknya dipertahankan dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki dengan tindakan yang kongkret. Bagi perawat yang memiliki tingkat
pegetahuan yang cukup dan sikap yang negatif harus meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mengikuti pelatihan, talk show, maupun belajar
dari rekan perawatnya yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
dan sikap yang positif dari perawat tersebut.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik pengambilan data dengan
satu waktu sehingga meminimalis adanya saling bertanya dalam mengisi
kuesioner penelitian. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan
penelitian ini dengan meneliti tindakan perawat dalam penatalaksanaan oral

47
hygiene pada pasien terpasang ventilator di ICU sebagai bagian dari
pemberian asuhan keperawatan dan dapat menjadi salah satu tindakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3. Bagi RSUD Wates Yogyakarta
RSUD Wates harus memberikan fasilitas yang memadai khususnya untuk
perawatan oral hygiene, agar perawat yang melakukan perawatan oral
hygiene tidak menggunakan alat secara bergantian antara pasien satu
dengan yang lain. Dengan adanya peralatan yang memadai dapat
mengurangi resiko terjadinya inos yang dapat menyebabkan pasien
mengalami pneumonia. Berdasarkan hasil penelitian ini masih terdapat
perawat dengan tigkat pengetahuan cukup dan perawat yang mempunyai
48

sikap negatif, sehingga RSUD Wates perlu memberikan fasilitas seperti talk
show atau seminar untuk meningkatkan pengetahuan perawat khususnya
tentang penatalaksanaan oral hygiene pada pasien terpasang ventilator.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta


Rineka cipta.
Asati DP, Sharma VK, Khandpur S, Khilnani GC, Kapil A. (2008)
Clinicoetiological Study Of Nosocomial Sepsis In Dermatology Ward.
13th International Congress On Infectious Diseases.
Augustyn B. (2007). Ventilator-Associated Pneumonia: Risk Factors And
Prevention. Critical Care Nurse 27.32
Axelsson P. (2007). Diagnosis and Risk Prediction of Periodontal Disease.
Chicago Quintessance Publishing
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Yogyakarta
Pustaka pelajar.
Bambang, Warsita. (2008). Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya
Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, Jurnal Teknodik, vol. XII (1)
Juni 2008.
49

Bastable, S.B. (2006). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta


EGC.
Berry AM, Davidson PM, Masters J, and Rolls K. (2007). Systematic Literature
Review Of Oral Hygiene Practices For Intensive Care Patients
Receiving Mechanical Ventilation, Am J Crit Care (16) 552-562
Bouwhuizen, M. (2006). Ilmu Keperawatan. EGC Jakarta.
Chan EY, Ruest A, Meade M, Cook DJ. (2007). Oral Decontamination For
Prevention Of Pneumonia In Mechanically Ventilated Adults:
Systematic Review And Meta-Analysis. BMJ 2007;334:889. Available
from : (http//www.medscape.com/ viewarticle/707833_4). Diakses
tanggal 26 Desember 2014.
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya.
Penerbit Salemba Medika Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.
Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M.,
Vos, M., et al .(2010). Systematic Review of Studies on Compliance with
Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. ,
(http://www.jstor.org/stable/10.1086/650451) Diakses tanggal 07
Januari 2015.
Evans, J.R, dan Lindsay W.M. (2008). The management and contol of quality
(7th Edition). Ohio Thomson south-western.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial, PT. Refika Aditama, IKAPI,
Bandung
Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia, Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.
Hunter JD. (2006). Ventilator Associated Pneumonia. Postgrad Med J 82: 1728.
Available from : (http//www.pmj.bmj.com/content/82/965/172.full).
Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Ireland R. (2006). Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Oxford:
Blackwell Munksgaard.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta Binarupa Aksara. p. 17-35.
Kementerian Kesehatan RI (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11K.02.02/Menke/148/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat.
Kollef MH. (2005). Prevention Of Hospital-Associated Pneumonia And
Ventilator-Associated Pneumonia. ;32:1396–1405.
Latief Said, dkk. (2007). Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi ke 2. Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI.
50

Meliono, I. (2008). Pengetahuan. Dalam: MPKT Modul 1. Jakarta Lembaga


Penerbitan FEUI; 33-35.
Mubarak, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta Graha Ilmu
Notoatmodjo, Soekidjo.(2011). Metode penelilian kesehatan. Jakarta Rineka
cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta Rineka
Cipta.
Nugraheni, Ratna, dkk. (2012). Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro
Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 11,
no.1: h. 94-100.
Nursalam.(2010). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: panduan, skripsi, tesis dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta Salemba medika.
Peter JP, Burkhard L. (2008). Mechanical Ventilation: Clinical Applications
and Pathophisiology. Philadelphia Saunders Elsevier.
Polit, Denise .F, Beck, CT.(2006). Essential Of Nursing Research Volume
1.USA: Lippicont Williams & Wilkins.
Potter Perry. (2009). Fundamental of Nursing, Buku 1, Edisi : 7, Salemba
Medika Jakarta.
Pranggono, E.M (2011). Ventilasi Mekanik. Diakses pada tanggal 20 April
2015.
(http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/ventilasi_meka
ni k.pdf).
Rello, J. (2007). Incidence, etiology and outcome of nosocomial pneumonia in
ICU patients requiring percutaneous tracheostomy for mechanical
ventilation. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 dari
http://www.bjmp.org/content/ventilato r-associated-pneumonia.
Roeslan, B.O. (2002). Imunologi Oral: Kelainan di dalam Rongga Mulut, FK
UI, Jakarta.
Rosyid, F. N. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam
Pelaksanaan Oral Hygine pada Pasien Stroke di Ruangan Interna (Kelas
II, dan VIP) RSI Darus Syifa’ Surabaya. Jurnal Ilmiah Media. ISSN:
0854-2929.
RSUP Sanglah Denpasar. (2013). Laporan Data Infeksi Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2012. RSUP Sanglah Denpasar.
Salvatore G, Luciana M, Marco R. (2010). in Miller’s Anesthesia. 7th ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.
Shaila, S. (2010). Practical Application of mechanical ventilator. Diakses pada
tanggal 20 Agustus 2014 dari (http://chestjournals.org/cgi/content/ab
stract/130/2/597).
51

Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Rajawali Grafindo


Persada.
Sugiyono.(2014). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung Alfabeta.
Sundana K. (2008). Ventilator Pendekatan Praktis di Unit Perawatan Kritis
Edisi ke 1. Bandung CICU RSHS.
Taylor, R., Carol, et al. (2011). Fundamentals of Nursing : the Art and Science
of nursing Care. Seventh edition Library Of congres cataloging in
publication Data.
Tortora GJ., Funke BR., Case CL., (2004). Microbiology an Introduction. 8th
edition. San Fransisco: Pearson Education. Inc. p. 743-57.
Wachidatin, B. (2013). Hubungan Pengetahuan Tentang Oral Hygiene dengan
Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Oral Hygiene pada Pasien di
Ruang ICU dan HCU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
Wawan, A, Dewi. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, motivasi.
Yogyakarta Salemba medika.
Wiryana M. (2007).Ventilator Associated Pneumonia. Jurnal penyakit dalam
2007 ; 8(3):254-69. Available from : (http // ejournal.unud.ac.id/.../
ventilator%20associated%20pneumonia. Diakses tanggal 07 Januari
2015).
Wolf HF, Rateitschsk HK, Hasse TM. (2004). Color Atlas of Dental Medicine
New York. Periodontology. Thieme.
Zulkarnain. (2009). Infeksi Nosokomial. Jakarta Interna Publishing
52

Anda mungkin juga menyukai