Anda di halaman 1dari 13

As-Syifaa Vol 06 (01) : Hal.

43-55, Juli 2014


ISSN : 2085-4714

ANALISIS METODE SEROLOGI WIDAL LAPANGAN, WIDAL PEMBANDING,


DAN KULTUR PADA PENDERITA SUSPEK DEMAM TIFOID
DI SULAWESI SELATAN

Syamsu Rijal

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


Email : rijalrat@yahoo.com.

ABSTRACT

The aim of the study was to discover the difference of field widal and
comparative widal in detecting Salmonella typhi in typhoid suspect patient,
sensitivity, specificity, positive and negative prediction scores of Widal and to culture.
The study was conducted at the Biomolecular and Immunology Laboratory of the
faculty of Medicine Hasanuddin University. The number of samples was 40 typhoid
suspect patiens colleted from examination of field Widal at public health centers and
hospitals in south Sulawesi. The serum samples of the patient were reexamined by
using Widal comparative methods, and culture examination was done to blood
sample. The results of the study indicate that comparative widal sensitivity 70%,
spesificity 26%, positive predictive score 24,1%, negative predictive score 16,7%,
and filed Widal sensitivity 30%, specificity 30%, positive predictive score 16,7%, and
negative predictive score 68,2%. The comparative Widal has higher sensitivity than
field Widal.

Key Words: Field Widal, Comparative Widal, Culture, Typhoid Suspect.

PENDAHULUAN muntah, batuk dan konstipasi (Jawetz.,


Demam Tifoid (DT) merupakan dkk., 1995 ; Sjaifoellah, 1996;
penyakit infeksi akut dan bersifat Muliawan, 1999).Penyakit ini juga
endemis yang disebabkan oleh merupakan masalah kesehatan
Salmonella typhi (S. typhi) yang masyarakat yang penting karena
termasuk bakteri gram negatif penyebarannya berkaitan erat dengan
berbentuk basil dan bersifat patogen urbanisasi, kepadatan penduduk,
intraselular pada manusia (Kwenang, kesehatan lingkungan, sumber air dan
2007). Masa inkubasi DT umumnya 1- sanitasi yang buruk serta standar
2 minggu bahkan dapat lebih panjang higiene industri pengolahan makanan
sampai 30 hari, dan setelah itu gejala yang masih rendah. Penyakit ini
pada umumnya menyerupai infeksi mudah berpindah dari satu orang ke
akut, yaitu demam, nyeri kepala, orang lain misalnya orang yang tidak
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, mencuci tangan setelah dari toilet dan

43
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

dapat menyebarkan ke orang lain, Makasar, sehingga merupakan


(Dewitt, 2002; Prasetyo, 2003). masalah kesehatan masyarakat
Penyebaran DT terjadi melalui (Karim, 2005). Berdasarkan laporan
fecal-oral melalui makanan dan tahun 2005 jumlah penderita sebanyak
minuman yang terkontaminasi 16.478 dengan kematian sebanyak 6
oleh bakteri Salmonella typhi orang,dan tahun 2006 dari 23
(Ball.A.P,1992). kabupaten/kota di Sulawesi Selatan
Kasus DT di Indonesia, jumlah penderita DT sebanyak 16.909
dilaporkan sebagai penyakit endemis dengan kematian sebanyak 11 orang.
dimana 95% merupakan kasus rawat Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
jalan sehingga insidens yang peningkatan jumlah kasus dan
sebenarnya adalah 15 - 25 kali lebih kematian. Jumlah penderita DT
besar dari laporan rawat inap di rumah tertinggi di temukan di kabupaten
sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar Gowa, kota Makasar, kabupaten
secara merata di seluruh propinsi Enrekang dan kota Parepare.
dengan insidens di daerah pedesaan Insidens penyakit DT menurut waktu
358/100.000 penduduk/ tahun dan di terlihat ada kecenderungan
daerah perkotaan 760/100.000 peningkatan kasus pada bulan Juli dan
penduduk/tahun atau sekitar 600.000 mulai meningkat di bulan Agustus,
dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur dimana pada bulan tersebut adalah
penderita DT di Indonesia dilaporkan musim kemarau. (Manguluang, 2006).
antara 3-19 tahun sebanyak 91% Kecenderungan meningkatnya
kasus (Prasetyo, 2003). angka kejadian DT di Indonesia terjadi
Di Sulawesi Selatan, penderita karena banyak faktor, antara lain
DT terjadi peningkatan dari tahun 1990 urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier
terdapat 8.528 penderita DT menjadi yang tidak terdeteksi, dan
24.405 penderita DT pada tahun 1995, keterlambatan diagnosis, serta metode
sedangkan angka kematian meningkat pemeriksaan secara fisis dan
dari 1,80% menjadi 4,59% (Windarti, laboratrium yang dilakukan. Dengan
1998). Jumlah penderita DT pada melihat data tersebut di atas, baik
tahun 2005 sebesar 2210 orang, dan insidens penyakit DT yang makin
berada pada urutan ke-5 dari 20 meningkat maupun angka kematian
penyakit terbanyak penderita rawat yang disebabkannya, maka diagnosis
inap di sejumlah rumah sakit di dini DT perlu ditegakkan, olehnya itu
44
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

ketepatan dalam membuat diagnosis sebelum pemeriksaan, lama demam,


berdasarkan pemeriksaan fisis dan dan kecilnya volume darah yang
serologi yang sampai saat ini masih digunakan untuk kultur, atau bakteri S.
dikerjakan hampir pada semua pasien typhi dalam sampel berada dalam
yang dirawat dengan demam di kondisi viable noncultivable, artinya
rumah sakit, yaitu uji Widal, perlu tetap hidup dalam sampel yang
ditinjau kembali (Muliawan,1999). diperoleh tetapi tidak dapat
Diagnosis DT sulit untuk dapat ditumbuhkan atau dikulturkan (Hatta,
ditegakkan hanya atas dasar gejala dkk., 2002).
klinis saja, sebab gambaran klinis Pemeriksaan serologi yang
penyakit ini amat bervariasi dan masih sering dilakukan yaitu uji Widal,
umumnya tidak khas untuk DT. merupakan metode serologi baku yang
Dengan demikian peranan digunakan sejak tahun 1896. Uji Widal
laboratorium dalam membantu dapat dilakukan dengan menggunakan
menegakkan diagnosis amat penting metode tabung atau dengan metode
(Muliawan,1999 ; Sabir, dkk., 2003). slide. Uji Widal metode slide dapat
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan lebih cepat dibandingkan
untuk menegakkan diagnosis DT yaitu dengan metode tabung, tetapi
dengan metode klasik (kultur), ketepatan dan spesifitas metode
serologi, serta menggunakan teknik tabung lebih baik dari metode slide
molekuler. Setiap metode yang (Mokoginta, dkk., 2002). Penelitian
digunakan memiliki kekurangan dan yang dilakukan Handojo (2004) nilai
kelebihan masing-masing. Diagnosis sensitivitas pada uji Widal metode
DT dengan metode klasik yaitu Slide 82,93%, spesifitas 64,28%,
dengan mengkultur Salmonella typhi dengan menggunakan antigen lokal
dari sampel darah, tinja maupun urin. produksi Mekar Jaya Diagnostika
Walaupun kultur darah dipakai sebagai (SAT-MJD). Metode Widal juga
gold standard, namun kultur darah memiliki keterbatasan dengan adanya
memiliki kekurangan antara lain dalam hasil positif palsu dan negatif palsu,
hal sensitivitas, dan lamanya waktu selain itu memiliki spesifitas yang agak
yang digunakan untuk kultur. Kultur rendah (Sabir, dkk., 2003).
darah memiliki batas sensitifitas yang METODOLOGI PENELITIAN
pada umumnya disebabkan oleh Penelitian ini bersifat
penggunaan antibiotik oleh pasien eksperimental, dengan mendeteksi
45
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

kuman Salmonella typhi dalam darah atas > 37,2 oC selama lebih dari 3
penderita suspek DT sehingga hari dan telah melalui pemeriksaan
didapatkan sensitifitas dan spesifitas dokter dan dinyatakan suspek DT.
dari masing-masing pengujian yang Kriteria penolakan sampel; penderita
bertujuan menegakkan diagnosa DT. demam yang disebabkan oleh kuman
Populasi dalam penelitian ini adalah infeksi lainnya.Variabel penelitian;
seluruh sampel darah dari penderita hasil uji widal lapangan dan widal
suspek DT yang diambil dari pembanding, serta hasil kultur.
Puskesmas dan Rumah Sakit di HASIL PENELITIAN
Wilayah Sulawesi Selatan. Deteksi S. typhi pada 40 sampel darah
Sampel darah sebanyak 3 ml suspek DT dilakukan dengan
dari penderita suspek DT sebanyak 40 menggunakan metode kultur darah,
sampel. Adapun Kriteria Sampel Widal pembanding dan lapangan,
sebagai berikut; suspek DT adalah serta dridot pada tabel 1.
penderita yang mempunyai suhu di

Tabel 1. Frekuensi diagnosis akhir kultur darah berdasarkan lama demam


Kultur Darah (%) Total
Lama Demam (Hari) Positif Negatif
n %
n % n %
<7 8 20 15 37,5 23 57,5
≥7 2 5 15 37,5 17 42,5
TOTAL 10 25 30 75 40 100

Tabel 2. Frekuensi diagnosis akhir metode Widal Lapangan berdasarkan lama


demam
Widal Lapangan (%) Total
Lama Demam (Hari) Positif Negatif
n %
n % n %
<7 9 22,5 14 35 23 57,5
≥7 9 22,5 8 20 17 42,5
TOTAL 18 45 22 55 40 100

Tabel 3. Frekuensi diagnosis akhir metode Widal Pembanding berdasarkan lama


demam
Widal pembanding(%) Total
Lama Demam (Hari) Positif Negatif
n %
n % n %
<7 16 40 7 17,52 23 57,5
≥7 13 32,5 4 10 17 42,5
TOTAL 29 45 11 27,5 40 100

46
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Tabel 4. Tabulasi silang metode kultur darah dan Widal lapangan untuk diagnosis
Demam Tifoid
Kultur Total
Positif Negatif
n % n % n %
Widal
Positif 3 7,5 15 37,5 18 45
Lapangan
Negatif 7 17,5 15 37,5 22 55
Total 10 25 30 75 40 100

Tabel 5. Tabulasi silang metode kultur darah dan widal pembanding untuk
diagnosis demam tifoid
Kultur Total
Positif Negatif
n % n % n %
Widal
Positif 7 17,5 22 55 29 72,5
Pembanding
Negatif 3 7,5 8 20 11 27,5
Total 10 25 30 75 40 100

Tabel 6. Nilai Sensitivitas, Spesifitas, Nilai Prediksi Positif dan Nilai Prediksi
Negatif dari widal pembanding, dan widal lapangan terhadap kultur
Metode Sensitivitas Spesifitas Nilai Prediksi Nilai Prediksi
(%) (%) Positif (%) Negatif (%)
Widal Lapangan 30 50 16.7 68.2
Widal Pembanding 70 26.7 24.1 72.8

PEMBAHASAN demam lebih dari tujuh hari. Total


Pada tabel 1. menunjukkan penderita 18 (45%) yang positif. Pada
bahwa terdapat 8 (20%) penderita gambar 1. Uji Widal lapangan
positif yang demam kurang dari tujuh diperlihatkan metode aglutinasi cara
hari, 2 (5%) penderita positif yang slide mulai titer 1/80 sampai 1/320,
demam lebih dari tujuh hari. Jumlah hanya saja pada metode tersebut
seluruh penderita 10 (25%) positif DT, perbandingan antara serum darah
dan 30 (75%) pasien negatif. penderita suspek DT dengan kit Widal
Pada tabel 2. menunjukkan tidak jelas. Demikian juga pembacaan
bahwa dari 40 sampel penderita hasil uji Widal pada masing-masing
suspek DT berdasarkan lama demam titer juga tidak akurat. Interpretasi
dengan menggunakan tes Widal pada titer 1/80 dinyatakan dengan
lapangan didapatkan hasil 9 (22,5%) aglutinasi yang minimal, titer 1/160
penderita yang demam kurang dari dinyatakan dengan aglutinasi sedang,
tujuh hari, 9 (52,9) penderita yang dan titer 1/320 dinyatakan dengan

47
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

aglutinasi pada semua bagian serum Berdasarkan hasil diagnosis


tadi, sementara untuk titer 1/640 tidak dari penderita suspek DT dengan
bisa dibaca. kultur darah (tabel 1), bahwa untuk
Pada tabel 3 menunjukkan dari rentang waktu demam kurang dari 7
40 sampel penderita DT berdasarkan hari diperoleh hasil yang positif
lama demam dengan menggunakan sebanyak 8 (20%) sampel. Hal ini
Widal pembanding didapatkan hasil 16 berarti hasil positif didapatkan pada
(40%) penderita DT yang demam minggu pertama berlangsungnya
kurang dari tujuh hari, 13 (32,5) penyakit. Kultur positif tersebut
penderita DT yang demam lebih dari disebabkan pada minggu-minggu
tujuh hari, dari 29 (72,5%) positif, dan pertama merupakan fase bakterikimia
hanya 11(27.5%) negatif. dan septikimia yang berat, di mana
Tabel 4 menunjukan bahwa 3 (7,5%) basil-basil tifoid dalam darah
penderita DT positif kultur dan widal jumlahnya banyak. Sedangkan pada
lapangan. Uji Fisher's Exact Test rentang waktu ≥ 7 hari, diperoleh hasil
diperoleh p = 0,233 (p > 0,05 ). positif yang lebih sedikit 2 (5%). Ini
Tabel 5 menunjukan bahwa dapat disebabkan semakin
7(17,5%) pasien positif kultur darah berkurangnya jumlah basil-basil tifoid
dan widal pembanding. Uji Fisher's S. typhi di dalam darah, seiring
Exact Test diperoleh nilai p = 0,589 dengan terjadinya peningkatan
(p> 0,05). Setelah melakukan masing- antibodi yang biasanya dimulai pada
masing pengujian, yaitu uji kultur hari ke-7 demam (Baratawidjaja.
darah, Widal pembanding dan Widal 2002).
lapangan, maka diperoleh sensivitas, Kultur memiliki keterbatasan
spesifitas, Nilai Prediksi Positif (NPP), sensitivitas, yang diperkirakan bisa
dan Nilai Prediksi Negatif (NPN) dapat mencapai 65,3% (Hatta, 2002).
dilihat pada tabel 6. Pada tabel 6 Sensitivitas dari darah yang lebih
menunjukkan nilai sensitifitas, rendah dapat disebabkan oleh
spesifitas, nilai prediksi positif, nilai berbagai faktor termasuk frekuensi
prediksi negatif dari masing-masing penggunaan antibiotik yang tinggi,
metode widal lapangan, rendahnya dosis infektif dan relatif,
pembanding,.secara berturut-turut dan sedikitnya volume darah yang
30%, 50%, 16.7%, 68.2%, 70%, digunakan pada saat pemeriksaan
26.7%, 24.1%, 72.8%. (Sabir, 2003).
48
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Menurut Song, kultur darah Perbandingan konsentrasi antara


hanya dapat mendeteksi 45 – 70% serum, buffer saline, antigen Widal,
pada pasien DT tergantung pada tidak diperhatikan, interpretasi hasil
jumlah sampel darah, tingkatan dibaca terlalu lama, standar
bakterimia pada S. typhi, dan tipe pengenceran pada konsentrasi ; 1/80,
medium kultur yang digunakan. 1/160. 1/320, 1/640, 1/1280 tidak jelas.
Hasil uji statistik Chi square Hasil interpretasi lebih cepat
Fisher's Exact Test untuk melihat merupakan pertimbangan yang
pengaruh lama demam terhadap hasil penting, sehingga banyak digunakan.
kultur darah diperoleh nilai kemaknaan Uji Widal pembanding dengan
p= (p>0,145). Dapat disimpulkan menggunakan metode tabung
bahwa lama demam tidak ada merupakan metode konvensional,
hubungan bermakna terhadap hasil dengan tingkat ketelitian lebih baik dari
kultur darah . metode slide (Wardhani, 2004).
Antara Widal pembanding dan Metode tabung juga memilki
Widal lapangan terhadap kultur kekurangan yakni membutuhkan
ditemukan penderita DT masing- waktu inkubasi semalam, dan
masing 3 (7,5%) dengan pemeriksaan peralatan yang digunakan cukup
Widal lapangan yang positif kultur, dan banyak, sehingga dianggap kurang
7 (17,5%) dengan pemeriksaan Widal praktis.
Pembanding yang positif kultur. Pada Pada Fisher's Exact Test
Widal lapangan digunakan metode menunjukkan tidak ada perbedaan
slide, sementara pada Widal bermakna antara Widal pembanding
pembanding digunakan metode dan Widal lapangan terhadap kultur.
tabung dengan melakukan dilusi Hal bisa disebabkan karena
(pengenceran). terbatasnya jumlah sampel dalam
Pengamatan yang dilakukan penelitian ini.
terhadap Widal lapangan bahwa baik Berdasarkan hasil pada tabel 3,
pada pusat pelayanan kesehatan pada kasus dengan lama demam
masyarakat atau rumah sakit, semua < 7 hari hasil yang positif 23 (57.5%),
menggunakan metode slide. Hanya dan hasil positif pada kasus lama
saja dalam prakteknya prosedur demam ≥ 7 hari sebanyak 17 (42,5%).
pemeriksaan tidak mengikuti standar Hal ini dapat dijelaskan bahwa
yang ditetapkan (Handojo I, 2004). semakin lama terjadinya demam,
49
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

maka antibodi yang terbentuk akan metode slide harus memperhatikan


semakin tinggi dan jumlah bakteri akan rasio serum, fosfat buffer saline,
semakin berkurang, karena antibodi antigen, dalam penentuan titer
semakin aktif untuk memfagot bakteri. (Handojo I, 2004).
Menurut Baratawijaya 1996, bahwa Uji Widal pembanding cara
kadar IgM mencapai puncaknya tabung dengan melakukan dilusi
selama 7 – 14 hari, dan setelah 14 hari mudah tetapi membutuhkan waktu
mulai menurun tetapi tetap berada yang lama. Uji Widal lapangan yang
dalam darah sampai 30 hari. Pada banyak digunakan adalah metode
kasus DT menunjukkan bahwa lama slide, meskipun cepat tetapi
demam antara 3 – 15 hari sehingga sensitivitas sangat rendah.
titer IgM masih tinggi . KESIMPULAN
Hasil tabulasi pada tabel 6 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
menunjukkan nilai sensitivitas tertinggi disimpulkan bahwa :
terhadap kultur pada widal lapangan 1. Uji Widal pembanding dapat
terhadap kultur sensitivitas 30%, mendeteksi kasus DT lebih baik
spesifitas 50%, (NPP) 16.7%, (NPN) dibandingkan dengan Uji Widal
68.2%. Metode Widal pembanding lapangan.
sensitivitas 70%, spesifitas 26.7%, 2. Uji Widal Pembanding mempunyai
(NPP) 24.1%, (NPN) 72.8%. sensitivitas 70%, spesifitas 26.7%,
Uji widal dalam menegakan NPP24.1%, NPN 72,8%,
diagnosa DT harus hati-hati karena 3. Uji Widal lapangan adalah :
beberapa faktor dapat mempengaruhi mempunyai sensitivitas 30%,
hasil pemeriksaannya, antara lain gizi, spesifitas 50%, NPP 16.7%, NPN
penggunaan antibiotik yang 68.2%.
mendahului, daerah endemis, status DAFTAR PUSTAKA
imunologis, vaksinasi, penggunaan Alimudai. 2000. Nilai Diagnostik Uji
Widal Tunggal penderita
obat imunosupresan, reaksi silang,
Demam tifoid. Karya akhir. FK-
serta teknik pemeriksaan (Wardhani P, UNHAS.
2005). Hal ini terlihat jelas pada saat
Ashkenazi S., Cleary T.G. Infeksi
melakukan pengamatan dilapangan Salmonella. Dalam : Nelson
W.E., Bechrman R.E., Kliegman
pada penggunaan uji Widal metode
R., Arvin.A.M. 2000. Nelson
slide. Menjadi perhatian bahwa texbook of pediactrics, Edisi 15.
EGC. Jakarta.
seharusnya penggunakan uji Widal
50
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Anonymous. 2006. Typhoid Fever. Ball, A.P., Gray, J.A. 1992. Penyakit
(Online). (http :// Infeksi (Atlas Bantu).
nhs.direct.nhs.uk/ articles/ Hipokrates, Jakarta.
article.aspx? articled :
380&Sectionid.12570_14k. Cappucino, JG, Shierman, N. 1992.
diakses 20 Oktober 2008). Microbiology a Laboratory
Manual. 3th Edition. Company
Anggraini R., handoyo I., Aryati. 2004. Publishing Company. New York.
Dot-EIA typhoid tes using OMP
Salmonella typhi local Phage Campbell, 2004. Biologi. Penerbit
type antigen to support the Erlangga, Jakarta.
siagnosis of typhoid Fever. Folia
Medica Indonesia. Cleary TG. Salmonella.,2000., Dalam :
Behrman RE, Kliegman RM,
Anonymous. 1993. Buku Ajar Jenson HB, Eds.
Mikrobiologi Kedokteran. Staf Nelson.Textbook of Pediatrics,
Pengajar Fakultas Kedokteran edisi 16. Philadelphia : WB
Universitas Indonesia. Binarupa Saunders. :842-8.
Aksara. Jakarta.
Djauzi, S. 2005. Mencegah Demam
Abhyankar. 2002. (Online) Antigenic Tifoid. (Online).
Structure of Salmonellae. (http://www.kompas.
http://www.geocities.com/avinas com/kesehatan/news/0503/27/0
h/ antigen.html. diakses 18 Juni 90454.htm, diakses 11 Agustus
2009). 2008)

Abdoel, T.H, Pastoor, R, Smits, H.L. Depatemen Kesehatan RI. 1997.


and Hatta, M, 2007. Laboratory Survei Kesehatan Rumah
Evaluation of a Simple and Tangga. Badan Penelitian dan
Rapid Latex Agglutination Pengembangan Kesehatan,
Assay for The Serodiagnosis of Jakarta.
Typhoid Fever. Transcription of
The Royal Society of Tropical Davis, BD, et al. 1990. Microbiology 3th
Medicine and Hygiene, vol.101, edition. Harper and Row
1032 – 1038. International Edition.
h
Burrows, W. 1993. Text Book of Darmowandowo W., 2002 Demam
Mikrobiology. 20th edition. W.B. Tifoid. Dalam : Soedarmo SS,
Saunders Company. Mexico. Garna H, Hadinegoro SR,Eds.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Baratawidjaya, KG. 2006. Imunologi : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi
Dasar Edisi VII. Fakultas 1. Jakarta : BP.FKUI., hal :367-
Kedokteran Universitas 75.
Indonesia. Jakarta.
Easmon, Charlie. 2002. Typhoid Fever
Bahrun U. 2009. Diagnosis Demam and Paratyphoid Fever.
Tifoid dengan anti-Salmonella http://www.netdoctor.co.uk/trave
typhi IgM. Disampaikan dalam l/diseases/typhoid.htm.
symposium Prodia.

51
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Ferri, F. 2004. Clinical Advisor Instant Journal Tropical Medicine and


Diagnosis and Treatment, Hygiene, vol.76 no.1 ; 139-143.
Mosby, USA: 885.
Handojo I, dkk., 2004. Imunoessay
Garrity, G. 2000. Bergey’s Manual of terapan pada beberapa
Systematic Bacteriology, 2th penyakit Infeksi. Airlangga
edition. University Press, Jakarta.
http://www.cme.msu.edu/Berge
ys/outline.prn.pdf. Handojo I. 2004. Comparasion of the
Diagnostic Value of Local Widal
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. slide Test with Imported Widal
Alih bahasa Julius ES. Binarupa Slide Test. Southeast Asian J
Aksara. Edisi III. Jakarta. Trop Med Public Health.

Gopalakrishnan, V., Sekhar,W.Y., Hartini, R. 2000. Perbandingan 3 cara


Soo.,E.H. Vinsent,R.A., Devi,S. biakan S. typhosa, S.
2002. Typhoid fever in Kuala paratyphosa A, dan S.
Lumpur and a comparative paratyphosa B sebagai
evaluation of two commercial penunjang diagnosis demam
diagnostic kits for the detection tifoid. NEXUS vol. 13 no.1; 117-
of antibodies to Salmonella 121.
typhi. Singapura Med.
Hoffman SL. Typhoid Fever.,1991.,
Hatta, M., Goris, M. G. A., Heerkens, Dalam : Strickland GT, Ed.
E.,Gooskens, J., Smits, HI. Hunter’s Textbook of Pediatrics,
2002. Simple dipstik assay for edisi 7. Philadelphia : WB
the detection of S. typhi specific Saunders.,:344-58.
IgM antibodies and the
evolution of the immune House, D., Chinh,N.T., Diep, T.S.,
response in patient with typhoid Parry,C.M. Wain, J., Dougan,g.,
fever. The American Journal of White,n.J.,Hien,T.T., Farrar,J.J.
Tropical Medicine and Hygiene, 2005. Use of paired serum
vol. 66, no.4, hal. 416-421. samples for serodiagnosis of
typhoid fever. J. Clin. Microbiol.
Hatta, M., Mubin, H., Abdoel, T.,
Smits., Henk, L. 2002. Antibody Jawetz., Melnick., Adelberg. 1995.
response in typhoid fever in Mikrobiologi Kedokteran edisi
endemik Indonesia and the 20. Penerbit Buku Kedokteran
relevance of serology and EGC. Jakarta.
culture to diagnosis. Southeast
Asian Journal Tropical Medicine Jesudason,M., Esther, E., Mathai.
and Public Health, vol.33; 182- Typhidot test to the detect IgM
191. dan IgG antibodies in typhiod
fever. Indian J. Med
Hatta, M and Smits, H.L., 2007.
Detection of Salmonella typhi by Juwono R. 2004. Demam Tifoid.
Nested Polimerase Chain Dalam : Buku ajar Ilmu Penyakit
Reaction in Blood, Urine, and Dalam. Edisi 4. Pusat
Stool Samples. The American penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.

52
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Karim, A. 2005. Analysis of Culture,


Resistance and Polymerase Massi M.N., Shirakawa.T., Gotoh A.,
Chain Reaction Test Of Bishnu A., Hatta M., Kabawata
Salmonella typhi On Children M., 2003. Rapid diagnosis of
Suspected To Typhoid Fever In thyphoid fever by PCR assay
DR. Wahidin Sudirohusodo using one pair of primers from
Hospital In Makassar. Thesis flagellin gene of Salmonella
Hasanuddin University, typhi. J. Infrct Chemoter.
Makassar.
Miller S.I., Lesser.C.F.
Kresno, SB. 2001. Imunologi: 2001.Salmonellosis. Dalam :
Diagnosis dan Prosedur Principles of Internal Medicine.
Laboratorium, Edisi IV. Fakultas Harrison’s. Edisi 15th .
Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Muliawan, SY., Surjawidjaja, JE. 1999.
Tinjauan ulang peranan uji widal
Kadang, KJ. 2000. Pengenalan Dini sebagai alat diagnostik penyakit
Demam Tifoid. Makalah Temu demam tifoid di rumah sakit.
Muka dan Konsultasi Metode Cermin Dunia Kedokteran No.
Mengatasi Demam Berdarah 124; 82-86.
dan Tifoid. Klinik Anakku
Bekasi, Jakarta. Mokoginta, M.N., 2002. Perbandingan
Uji Widal slide AIM dengan
Keusch G.T., 1999. Salmonellosis. Widal Tabung sebagai
Dalam : Prinsip – Prinsip Ilmu penunjang Diagnosis Demam
Penyakit Dalam. Harrison. Edisi Tifoid dewasa di
13.EGC. Jakarta. Surabaya.Karya Akhir. FK-
Unair.
Kwenang, O, A., 2007. Analisis
Seologis dan Molekuler pada Myvrik, Quentin N., Russel S. Weiser,
Populasi Endemik Tifoid untuk 1998. Fundamental of Medical
Menentukan Tingkat Bacteriology and Mycology, Lea
Endemisitas di Jeneponto. & Febiger, Philadelphia.
Disertasi, UNHAS.
Muliawan, SY., Surjawidjaja, JE. 1999.
Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Diagnosis Dini Demam Tifoid
Laboratorium. PT Raja Grafindo Dengan Menggunakan Protein
Persada Jakarta. Membran Luar S. typhi Sebagai
Lakare, Chairuddin. 2001. Catatan Antigen Spesifik. Cermin Dunia
Kuliah Mikrobiologi Kedokteran Kedokteran No. 124; 121-126.
II (Bagian Khusus). Bagian
Mikrobiologi Kedokteran Oleson, S.J., et all. 2004. Evaluation of
Fakultas Kedokteran rapid diagnostic test for typhoid
Universitas Hasanuddin, fever. J. Clin. Microbiol.
Makassar.
Pang T. 1995. Moleculer biology as a
Manguluang M.2006; Pencegahan dan diagnostic tool in Salmonellosis.
Pemberantasan Penyakit, Sub Dalam : Sarasobath S.,
Dinas Propinsi Sulawesi Senawong S., Second Asia-
Selatan. Pasific symposium of typhoid

53
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

fever and other Salmonellosis.


SEAMEO Regional tropical Rampengan T.H., Laurentz I.R., 1992.
Medicine and public health Demam Tifoid. Dalam : Penyakit
network. Thailand. Infeksi Tropik pada
Anak.EGC.Jakarta.
Pelczar, J. 1998. Dasar-dasar
Mikrobiologi Jilid II, Universitas Rani A.A., dkk., 2006. Demam Tifoid.
Indonesia Press. Jakarta. Dalam : Panduan Pelayanan
Medik. Perhimpunan Dokter
Punjabi, N.H. 2004. Beban Penyakit Spesialis Penyakit Dalam. FK-
Demam Tifoid Serta UI.Jakarta.
Salmonelosis Lainnya
Berdasarkan Hasil Surveilan Rasmilah, 2001. Thypus. Fakultas
Pasif Di Dua Kecamatan Kesehatan Masyarakat
Jakarta Utara Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Regional Center For Community
Nutrition University Indonesia, Rewa, S. N. 2000. Sistim Imunologi
Jakarta Histologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin,
Purwaningsih S., Handojo I., Prihatini., Makassar
Probohoesodo Y., 2001.
Diagnostic value of dot enzyme Roitt I. 2003. Imunologi.Edisi 8.Widya
immunoassay test to detect Medika.Jakarta.
outer membrane protein antigen
in sera of patients with typhoid Santoso, Sanarto. 2003. Protein
fever. Southheast Asian J Trop Adhesin Salmonella typhi
Med Public Health. Sebagai Faktor Virulensi
Berpotensi Imunogenik Pada
Pollack, D.V., 2003. Salmonella Produksi S-Iga Protektif.
enterica typhi. Universitas Airlangga,
http://web.uconn.edu/mcbstaff/g Surabaya.
raf/student%20presentations/sal
monella typhi.html. Diakses Sjaifoellah, Moch., 1996. Ilmu Penyakit
pada tanggal 18 september Dalam, Jilid I, Penerbit FK-UI,
2006. Jakarta.

Pawitro UE, Noorvitry M, Stephenson T.J., 1999. Imunologi dan


Darmowandowo W. Demam Imunopatologi. Dalam :Patologi
Tifoid. Dalam : Soegijanto S, Umum dan Sistematik.Edisi
Ed.Ilmu Penyakit Anak : 2.EGC.Jakarta.
Diagnosa dan
Penatalaksanaan, edisi 1. Syahrurachman, dkk., 1994. Buku Ajar
Jakarta : Salemba Mikrobiologi Kedokteran edisi
Medika,2002:1-43. Revisi. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Prasetyo RV, Ismoedijanto. 2003.
Metode Diagnostik Demam Sabir., Yadi., Firdaus., Hatta. 2003.
Tifoid pada Anak. SMF Ilmu Perbandingan tes serologi
Kesehatan Anak FK-UNAIR, p dipstik dengan widal untuk
;1-11 diagnosis demam tifoid. Jurnal

54
Analisis Metode Serologi Widal Lapangan, Widal Pembanding, Dan Kultur Pada Penderita
Suspek Demam Tifoid Di Sulawesi Selatan

Kedokteran Trisakti, vol. 22, Wardhani P., Prihatini., M.Y. P. 2005.


no.3, hal. 83-86. Kemampuan Uji Tabung Widal
Menggunakan Antigen Import
Sacher, Ronald A., Richard A.M., 2004 dan Antigen Lokal. Indonesian
Tinjauan Klinis Hasil Journal of Clinical Pathology
Pemeriksaan laboratorium. and Medical laboratory, Vol 12 :
Edisi 11, EGC, hal : 3-4 31-37

Snowden, K and Hommel, M., 1995. Widodo D.2006. Demam Tifoid. Dalam
AntigenDetectionImmunoassay : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Using Dipstik and Colloidal Dalam. Edisi 4. Pusat
Dyes. Journal of Immunological Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Methods. L sevier Sciebce FK UI.
Publishers.
Windarti dan Hardjoeno. 1998.
Song J.H., H. Cho, M.Y., Park, D., Sensifitas Hasil Pemeriksaan
S.D.Na., H.B. Moon, and C. H. Gall Kultur Pada Penderita
Pai. 1993. Detection of Demam Tifoid di RSUP Dr.
Salmonella typhi in the blood of Wahidin Sudirohusodo. Bagian
patients with typhoid fever by Patologi Klinik Fakultas
PCR. J. Clin. Microbiol. Kedokteraan. Universitas
Hasanuddin, Kumpulan
Taat Putra, S. 1999. Biologi molekuler Makalah Pertemuan Ilmiah
Kedokteran. Edisis 1. Airlangga Berkala (PIB) X;341-344.
University Press. Surabaya.
WHO. 2003. The Diagnosis, Treatment
Tumbelaka AR, Retnosari S., 2001. And Prevention Of Typhoid
Imunodiagnosis Demam Tifoid. Fever.(Online).(http://www.sear
Dalam : Kumpulan Naskah o.who.int/LinkFiles/Publications
Pendidikan Kedokteran _HLM_382Rev1.pdf, diakses 29
Berkelanjutan Ilmu Kesehatan November 2007).
Anak XLIV. Jakarta : :65-73.
Willke A., Ergonul O, Bayar B. 2002.
Tumbelaka AR, Retnosari S., 2003. Widal test in diagnosis of
Tata Laksana Demam Tifoid. typhoid fever in Turkey. Clin
Dalam : Kumpulan Naskah Diagn Lab Immunol.
Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Yuwono T. 2006. Teori dan Aplikasi
Anak XLIV. Jakarta : :65-73. Polymerase Chain Reaction.
Andi .Yogyakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai