Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia industri terus berkembang dengan pesat sistem-sistem yang baru dalam bidang
kelistrikan, khususnya sistem jaringan listrik, banyak sekali ditawarkan suatu metode kontrol yang efektif
dan mudah untuk diimplementasikan. Perkembangan yang semakin pesat ini, menuntut seorang
mahasiswa khususnya mahasiswa Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang untuk dapat lebih
mengenal bidang tersebut.
Praktikum Bengkel Listrik Catu Daya merupakan suatu mata kuliah yang wajib dilakukan oleh
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang
sebagai salah satu persyaratan kelulusan pada semester V.
Dalam pelajaran ilmu kelistrikan terdapat hubungan timbal balik antara teori dan praktek.
Hubungan timbal balik ini merupakan kaitan yang sangat erat, dimana pengetahuan yang kita dapatkan
dalam teori haruslah kita praktekkan, Karena dengan praktek akan membantu kita untuk mengetahui dan
mengerti serta mampu melaksanakan pekerjaan dilapangan/industri dengan baik dan benar.
Dalam praktek bengkel mahasiswa dihadapkan pada pekerjaan yang hampir sama di Industri
dengan menerapkan materi yang didapatkan dalam perkuliahan yang artinya terjadi proses timbal balik
antara teori dengan praktek. Mahasisiwa diharapkan dapat bekerja dengan terampil, disiplin, kreatif dan
tekun dalam menyelesaikan Jobnya.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui prinsip kerja dari Genset, Kubikel dan Jaringan Distribusi Tegangan Menengah.
2. Mengidentifikasi setiap peralatan/komponen pada Genset, Kubikel, dan Distribusi.
3. Mengetahui cara melakukan pengukuran tahanan isolasi dan pembumian.
4. Mengetahui pengoperasian dari suatu sistem jaringan distribusi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Secara umum distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sumber atau
Pembangkit ke pemakai. Secara garis besarnya sistem distribusi tenaga listrik adalah system pemyaluran
sumber listrik langsung dibagikan ke pemakai. Jaringan tenaga listrik dapat kita simpulkan secara singkat
bahwa jaringan distribusi adalah bagian penyaluran arus listrik dari sumber listrik yang besar
kapasitasnya ke pemakai.
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke
konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

 pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan),


 merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringandistribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 KV sampai
24 KV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 KV,
154 KV, 220 KV atau 500 KV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan adalah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini
kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir. Dengan daya yang sama bila nilai
tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil
pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan transformator penurun
tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan
rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-
konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan.

2
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Menurut nilai tegangannya :


a. Saluran distribusi Primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (G.I.) dengan
titik primer trafo distribusi. Saluran ini ber- tegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150
kV, jika langsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi.
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi
ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan kabel udara maupun kabel tanah sesuai dengan
tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan disuplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:


 Jaringan distribusi radial.
 Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: bentuk lingkaran terbuka dan bentuk
lingkaran tertutup.
 Jaringan distribusi jaring-jaring (network).
 Jaringan distribusi spindel.
 Saluran radial interkoneksi.

b. Saluran Distribusi Sekunder


Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju
beban.
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke
beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak
digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan
kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sebagai berikut:

 Papan pembagi pada trafo distribusi.


 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) ke konsumen/pemakai.
 Alat Pembatas dan pengukur daya (KWH meter) serta fuse atau pengaman pada
pelanggan.

3
 Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.

 Menurut jenis/tipe konduktornya:


a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support
(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan menjadi:
 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
 Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah
(ground cable).
 Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horisontal: Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral,
atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
b. Saluran Konfigurasi Vertikal yaitu bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal

Gambar 2.1 konfigurasi garis horizontal Gambar 2.2 konfigurasi garis vertical

4
Komponen sistem distribusi dapat digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.3 komponen sistem distribusi

Jaringan distribusi listrik secara umum dibedakan menjadi empat bagian utama:

 Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang berfungsi sebagai penyulang (feeder) tegangan
menengah yang keluar dari gardu induk (GI) untuk kemudian mensuplai gardu-gardu distribusi.
 Jaringan Tegangan Menengah atau Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran
tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan
transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
 Trafo distribusi (gardu distribusi), yang berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan
menengah ke tegangan rendah.
 Jaringan Tegangan Rendah (JTR), yaitu penyulang tegangan rendah setelah keluar dari gardu
distribusi.
 Sambungan Rumah (SR) & Alat Pembatas dan Pengukur (APP), yaitu sambungan pelayanan
dari JTR ke setiap rumah sampai dengan APP.

2.1.1 Material Distribusi

Dalam perencanaan dan pemasangan material distribusi pada jaringan distribusi tenaga listri perlu
untuk diperhatikan dengan seksama karena hal ini akan berdapak sangat luas terhadap kinerja perusahaan
dimana keadaan material material distribusi dapat menentukan kwalitas dan kwantitas pelayanan tenaga

5
listrik. Hal lain yang perlu diperhatikan bahan-bahan untuk material distribusi tenaga listrik memiliki ke
khususan tersendiri tergantung kepada fungsi dan spesifikasinya dengan demikian penting halnya untu
mempelajari karakteristik mekanis dan karakteristik elektrisnya untuk mendapatkan kesesuaian dengan
yang diperlukan. Perlu kita cermati dilapangan pada dewasa ini banyak dihasilkan oleh pabrik pabrik
yang kurang bertanggung jawab yang menghasilkan material material yang spesifikasinya jauh dari
standar namum demikian bentuk rupanya dan fungsinya serupa dan hal inilah yang dapat menimbulkan
kerugian tidak sedikit bagi penggunanya.

Adapun material material distribusi tenaga listrik itu adalah :


a. Tiang Listrik
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar jaringan tidak
mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang.
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan
tegangan menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan
lapangan.

Adapun fungsi-fungsi tiang antara lain :

 Tiang Awal / Tiang Akhir.


Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya
berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar serta perlengkapannya, dimana gaya yang diderita oleh
tiang adalah gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.

 Tiang Penyangga.

Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.

 Sudut Tiang.
Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.

 Tiang Penegang/Tiang Tarik.


Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik yang lurus, dimana gaya
tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.

6
 Tiang Penopang.
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang akhir, tiang sudut dan tiang
penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring akibat gaya tarik kawat penghantar dapat terhindar.

Jenis tiang listrik berdasarkan bahannya terbagi atas :

 Tiang Baja
Berdasarkan panjang tiang dan penggunaannya tiang baja terbagi atas sesuai table 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Jenis-jenis tiang baja

Panjang
Keterangan
tiang (m)

8 Penopang JTR (Strut Pole)

JTR (berlaku untuk kelistrikan desa dengan beban


9
kerja 100 daN TR

10 TR double circuit
JTM kV sirkuit tunggal, dengan panjang gawang
11
40 m

 Tiang Beton
Tiang beton bertulang dapat diklasifikasikan menurut cara pembuatannya dan menghimpunnya
ditunjukkan pada tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2. jenis-jenis tiang beton

Tinggi titik lampu Diameter Beban Kerja


Panjang (m)
(batas tanam) (m) (cm) (daN)

7 1,2 12,4/14 100


9 1,5 15,7 20/100
19 350/500
22 800/120
11 1,9 19 200/350/500
22 800/1200

7
b. Konduktor
Konduktor merupakan zat yang dapat menghantarkan arus listrik, baik berupa zat padat atau zat
cair. Karena sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor berfungsi untuk memindahkan
energi listrik dari suatu tempat ke tempat lain.
Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik Sehingga
konduktor sering disebut juga penghantar listrik yang baik. Konduktor yang baik adalah yang memiliki
tahanan jenis yang kecil, misalnya air dan emas.

Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Konduktivitasnya cukup baik
 Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi
 Koefisien muai panjangnya kecil
 Modulus kenyalnya (modulus elastisitet) cukup besar

Klasifikasi konduktor menurut bahannya ditunjukkan pada tabel 1.3 berikut

Tabel 1.3. Klasifikasi konduktor

Jenis kawat/kabel Contoh

BBC (Bare Copper Conductor)


Kawat logam bias
AAC (All Almunium Conductor)
AAAC (All Almunium Alloy Conductor)
Kawat logam campuran
Copper Clad Steel (kawat baja berlapis tembaga)
Kawat lilit campuran ACSR (Aluminium Cable Steel Reinfoced)
Kabel Twisted
Kabel NYY
Kabel
Kabel NYCY
Kabel NYFGBY

c. Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan pada system antara
lain :
Isolator gelas dan isolator keramik. Fungsi isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :

8
Fungsi dari segi listrik

 Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat pahasa dengan penghantar netral.


 Untuk menyekatmengisolasi antara kawat phasa dengan phasa.

Fungsi dari segi mekanik

 Menahan beban dari penghantar / kawat


 Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat
 Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.

Menurut cara penggunaanya, isolator TR dibedakan menjadi tiga yaitu :

 Isolator penopang / tumpu (Type RM dan type N)


Berfungsi sebagai tiang penopang, dimana bebannya hanya merupakan berat penghantar saja,
sedangkan beban tarikan hampir sama dengan nol.
 Isolator penegang ( Type Afspan, Champignon, dan Type B)
Jenis isolator yang dipasang pada tiang yang mempunyai beban tarikan, baik dari satu arah
maupun dari dua arah.
 Isolator Penarik (Type Tefer)
Jenis isolator yang dipergunakan pada kawat shcor.

d. Peralatan Pelengkap
Peralatan pelengkap adalah bukan suatu peralatan utama yang sifatnya hanya menggenapi
sehingga jaringan tersebut akan lebih sempurna. Jenis-jenis peralatan pelengkap antara lain :
 Konektor dan peralatan sambungan
 Travers / cross arm
 Peralatan accessoris kabel twisted
 Sekor

2.1.2 Pengukuran Tahanan Pembumian Jaringan JTM dan JTR

Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan :

 Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir.

9
 Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak sengaja dengan
bagian yang bertegangan.
 Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi abnormal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standar sesuai ketentuan yang
berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang berbentuk pipa baja galvanis
diameter 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang dilapisi tembaga setebal 2,5 meter dengan panjang
2,5 atau 3 m. Untuk penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm dan sampai dengan 2,5 meter
dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.
Pada beberapa tiang beton penghantar bumi sudah merupakan komponen dari tiang dan untuk
menghubungkannya dengan penghantar bumi diluar tiang beton digunakan mur baut yang dipasang pada
bagian atas dan bawah tiang. Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis
elektroda, jenis tanah, dan kedalaman penanaman elektroda. Pada tanah kering yang berbatu tidak
mungkin untuk mendapatkan harga dibawah 100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda 3 meter.
Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara paralel dapat menurunkan harga tahanan
pembumian, tapi kenyataannya penurunan tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n jumlah
elektroda) seperti diperkirakan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat memungkinkan akan lebih
menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri. Keuntungan lain dengan cara ini adalah pengaruh
musim dapat di perkecil karena dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa batang pipa, maka
untuk memperoleh harga tahanan yang rendah, pipa-pipa elektroda dapat dipasang secara paralel. Jarak
antar elektroda tersebut harus minimum harus dua kali panjang elektroda.

Pola sistem pembumian pada jaringan tegangan menengah (JTM) antara lain:

1. Pembumian netral dengan tahanan tinggi (pola 1)

Adapun pola pembumian ini yaitu :

 Konstruksi jaringan menggunakan SUTM dan SKTM


 Saluran utama AAAC 150 mm2 3 fasa – 3 kawat
 Saluran cabang kawat AAAC 70 mm2
 Sistem jaringan 3 fasa – 3 kawat dengan tegangan 20/11,6 kV
 Arus gangguan tanah maksimal 25 A
 Kabel tanah terhadap gangguan temporer
 Pengaman gangguan tanah dari jenis relai arus tanah terarah.

10
2. Pembumian netral langsung (Pola 2)
Adapun pola pembumian ini yaitu :
 Netral ditanahkan langsung sepanjang jaringan
 Kawat netral dipakai bersama dengan saluran tegangan rendah
 Konstruksi jaringan saluran udara dan kabel
 Saluran utama kawat AAAC 240 mm2, 150 mm2, fasa tiga 4 kawat
 Saluran cabang kawat AAAC 95 mm2, 70mm2 fasa tiga kawat dan fasa satu 2 kawat.
 Sistem jaringan : radial dan lingkar
 Pelayanan beban : Fasa tiga – 4 kawat 20, 11, 6 kV
 Fasa satu – 2 kawat 220/380 volt
 Sistem pembumian dengan tahanan rendah (Pola 3)

Adapun pola pembumian ini yaitu :

 Konstruksi jaringan saluran udara dan kabel tanah arus hubung singkat dengan tanah
maksimal untuk SKTM adalah 1000 Ampere
 Sistem jaringan : spindel dan radial
 Pelayanan beban kabel tiga fasa – 3 kawat
 Pengaman hubung singkat ke tanah : jenis inverse time
 Sistem pembumian mengambang (Pola 4)

Adapun pola pembumian ini yaitu :


 Tegangan sistem 6 kV dan 12kV untuk masa mendatang sistem ini dihapuskan
 Faktor keselamatan manusia dan hewan kurang aman kawatnya tidak dilengkapi
pengaman otomatis.

Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan trafo berkapasitas besar dan juga bertegangan
tinggi. Di jaringan distribusi listrik banyak digunakan trafo penurun tegangan dari 20 kV menjadi 380 V
unutk distribusi ke rumah-rumah dan kantor pada tegangan 220 V. Transformator digunakan pada daerah
frekuensi yang lebih tinggi, untuk berbagai keperluan. Transformator juga dimanfaatkan dalam sistem
komunikasi untuk penyesuaian impedansi agar tercapai transfer daya maksimum.

Penentuan Parameter Transformator

 Uji Beban Nol

11
Uji beban nol ini biasanya dilakukan pada sisi tegangan rendah karena catu tegangan rendah
maupun alat ukur tegangan rendah lebih mudah diperoleh. Sisi tegangan rendah menjadi sisi masukan
yang dihubungkan ke sumber tegangan sedangkan sisi tegangan tinggi terbuka. Pada belitan tegangan
rendah dilakukan pengukuran tegangan masukan Vr, masukan Ir, dan daya (aktif) masukan Pr. Karena
sisi primer terbuka, Ir adalah arus magnetisasi yang cukup kecil sehingga kita dapat melakukan dua
pendekatan.

 Uji Hubung Singkat


Uji hubung singkat dilakukan disisi tegangan tinggi dengan sisi tegangan rendah dihubung
singkat. Sisi tegangan tinggi menjadi sisi masukan yang dihubungkan dengan sumber tegangan. Tegangan
masukan harus ckup rendah agar arus di sisi tegangan rendah masih dalam batas nominalnya. Pengukuran
dibelitan tegangan tinggi dilakukan seperti hanya pada uji beban nol.

2.2 Generator Set

Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi
menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan
gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau alternator. Engine dapat berupa
perangkat mesin diesel berbahan bakar solar atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan generator atau
alternator
Genset merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energy listrik.
Genset atau sistem generator penyaluran adalah suatu generator listrik yang terdiri dari panel, berenergi
solar dan terdapat kincir angin yang ditempatkan pada suatu tempat. Genset dapat digunakan sebagai
sistem cadangan listrik atau “off-grid” (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan pemakai). Didalam
generator memiliki 2 macam komponen utama mesin ialah mesin diesel dan generator yang di kopel
menjadi satu. Diesel fungsinya untuk menghasilkan energi mekanik atau energi putar, Media seperti air,
udara, uap air digunakan untuk memutarkan generator, dan untuk menghasilkan listrik itu sendiri,
didalamnya terdapat dua komponen utama yaitu stator serta rotor.
Generator listrik atau Genset Mesin yang dapat menghasilkan energy listrik, dari energi mekanik,
Energi yang digunakan untuk menggerakan generator atau genset itu sendiri bervariasi mulai dari
Motor/mesin diesel, uap, air, nuklir, gas, angin dll, Sehingga energi mekanik yang dihasilkan diesel, uap,
air, nuklir, gas, angin dll, dirubah atau diteruskan menjadi energi listrik.
Keuntungan dari Generator atau Genset adalah : Bentuknya yang tidak terlalu besar, Energi yang
digunakan terdapat di alam sekitar kita, khusus generator yang menggunakan Gas,Nuklir dan Solor/bensin

12
kita harus mengeluarkan biaya lagi, Tempat yang relatif kecil untuk menyimpang generator (genset)
Contoh aplikasi generator/genset Rmah sakit, Atm, PLN, Pekantoran, Home Industri, Alfamart.
Genset dapat dibedakan dari jenis engine penggeraknya, dimana kita kenal tipe-tipe engine yaitu
engine diesel dan engine non diesel /bensin. Engine diesel dikenali dari bahan bakarnya berupa solar,
sedangkan engine non diesel berbahan bakar bensin premium. Di pasaran, genset dengan engine non
diesel atau berbahan bakar bensin biasa diaplikasikan pada genset berkapasitas kecil atau dalam kapasitas
maksimum 10.000 VA atau 10 kVA, sedangkan genset diesel berbahan bakar solar diaplikasikan pada
genset berkapasitas > 10 kVA.
Dalam aplikasi kita akan jumpai bahwa genset terdiri dari genset 1 phasa atau 3 phasa. 1 phasa
atau 3 phasa adalah merujuk pada kapasitas tegangan yang dihasilkan oleh genset tersebut. Tegangan 1
phasa artinya tegangan yang dibentuk dari kutub L yang mengandung arus dengan kutub N yang tidak
berarus, atau berarus Nol atau sering kita kenal sebagai Arde atau Ground. Sedangkan tegangan 3 phase
dibentuk dari dua kutub yang bertegangan. Genset tiga phasa menghasilkan tiga kali kapasitas genset 1
phasa. Pada sistem kelistrikan PLN kita, kapasitas 3 phasa yang dihasilkan untuk aplikasi rumah tangga
adalah 380 Volt, sedangkan kapasitas 1 phasa adalah 220 Volt.

Gambar 2.4 Generator Set

2.2.1 Mesin Diesel

Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam, lebih spesifik lagi, sebuah mesin pemicu
kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan bukan oleh alat

13
berenergi lain (seperti busi). Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan
motor bakar, ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya (energi panas). Untuk membangkitkan
listrik, sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu poros (poros dari mesin diesel
dikopel dengan poros generator).

2.2.1.1 Prinsip kerja Mesin Diesel


Pada dasarnya prinsip kerja mesin diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi
mekanis. Energi kimia di dapatkan melalui proses pembakaran dari bahan bakar (solar) dan oksidiser
(udara) di dalam silinder (ruang bakar). Pada mesin diesel, terdapat ruangan yang dirancang khusus agar
di ruangan itu dapat terjadi peningkatan suhu hingga mencapai titik nyala yang sanggup membakar bahan
bakar. Ruangan ini “dimampatkan” sehingga memiliki tekanan dan suhu yang cukup tinggi.
Motor diesel disebut dengan motor penyalaan kompresi (compression ignition
engine) karena penyalaan bahan bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi udara dalam ruang bakar.
Dilain pihak motor bensin disebut motor penyalaan busi (spark ignition engine) karena penyalaan bahan
bakar diakibatkan oleh percikan bunga api listrik dari busi.
Cara pembakaran dan pengatomisasian (atomizing) bahan bakar pada motor diesel tidak sama
dengan motor bensin. Pada motor bensin campuran bahan bakar dan udara melelui karburator
dimasukkan ke dalam silinder dan dibakar oleh nyala listrik dari busi. Pada motor diesel yang diisap oleh
torak dan dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya udara tersebut dikompresikan
sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas
(TMA) bahan bakar solar diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Dengan suhu dan tekanan udara dalam
silinder yang cukup tinggi maka partikel-partikel bahan bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga
membentuk proses pembakaran. Agar bahan bakar solar dapat terbakar sendiri, maka diperlukan rasio
kompresi 15-22 dan suhu udara kompresi kira-kira 600ºC.
Meskipun untuk motor diesel tidak diperlukan sistem pengapian seperti halnya pada motor
bensin, namun dalam motor diesel diperlukan sistem injeksi bahan bakar yang berupa pompa injeksi
(injection pump) dan pengabut (injector) serta perlengkapan bantu lain. Bahan bakar yang disemprotkan
harus mempunyai sifat dapat terbakar sendiri (self ignition). Penampang mesin diesel secara sederhana
dapat dilihat pada Gambar.

14
Gambar 2.5 Skema Mesin/motor diesel

2.2.1.2 Cara Kerja Mesin Diesel Secara Seherhana.

Secara singkat Proses kerja motor diesel 4 tak adalah sebagai berikut

 Langkah hisap, yaitu waktu torak (piston) bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati
Bawah (TMB). Udara diisap melalui katup isap sedangkan katup buang tertutup.
 Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dengan memampatkan udara
yang diisap, karena kedua katup isap dan katup buang tertutup, sehingga tekanan dan suhu udara dalam
silinder tersebut akan naik.
 Langkah usaha, ketika katup isap dan katup buang masih tertutup, partikel bahan bakar yang
disemprotkan oleh pengabut bercampur dengan udara bertekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah
pembakaran. Pada langkah ini torak mulai bergerak dari TMA ke TMB karena pembakaran berlangsung
bertahap.
 Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan katup isap tertutup dan
katup buang terbuka, sehingga gas bekas pembakaran terdorong keluar.

Gambar 2.6 prinsip kerja motro diesel 4 tak

15
2.2.1.3 Komponen-komponen Mesin Diesel

 Crankcase dan Cyclinder Sleeve


Crankcase atau bak engkol ditempatkan dibawah bagian blok silinder. Pada bagian atasnya dibuat
sedemikian rupa untuk tempat poros engkol (crankshaft) yang ditumpu oleh bantalan-bantalan. Crankcase
dibuat dari cast iron dan dibentuk rigid dengan konsentrasi tegangan dan perubahan bentuk yang sangat
kecil. Cyclinder sleeve adalah dinding silinder atau dinding tempat pembakaran yang mempunyai
permukaan halus.

Gambar 2.7 Crankcase dan cyclinder sleeve

 Piston dan Ring Piston


Piston adalah komponen yang berfungsi untuk menerima tekanan atau ekspansi pembakaran
kemudian diteruskan ke crankshaft melalui connecting rod. Komponen yang menghubungkan antara
piston dengan connecting rod disebut piston pin. Untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran antara
piston dengan dinding silinder dan masuknya minyak pelumas keruang bakar, maka pada bagian atas
piston dipasang tiga buah ring piston yaitu dua ring untuk kompresi dan satu ring untuk pelumasan. Piston
harus mempunyai sifat tahan terhadap tekanan tinggi dan dapat bekerja dalam kecepatan tinggi.
Piston ring berfungsi sebagai seal perapat untuk mencegah terjadinya kebocoran antara piston
dengan dinding silinder dan mencegah masuknya minyak pelumas kedalam ruang bakar serta
memindahkan sebagian besar panas piston ke dinding silinder.
Pada piston terdapat tiga ring yang terpasang, yaitu dua compression ring dan satu oil ring.
Compression ring berfungsi untuk mencegah kebocoran gas selama langkah kompresi dan langkah kerja,
sedangkan oil ring berfungsi untuk mengikis kelebihan minyak pelumas dari dinding silinder dan
mencegahnya masuk kedalam ruang bakar.

16
Gambar 2.8 Piston dan ring piston

Keterangan gambar :
1. Piston

2. Oil Ring

3. 2 nd Compression Ring

4. 1 st Compression Ring

 Connecting Rod dan Connecting Rod Bearing


Connecting rod adalah bagian yang menghubungkan antara piston dengan crankshaft/engkol.
Connecting rod ini secara berulang-ulang bekerja dengan penuh kekuatan menerima beban. Oleh karena
itu connecting rod dibuat dari bahan baja spesial.
Connecting rod bearing terdiri dari dua jenis yaitu jenis bearing model sisipan (insert bearing) dan
jenis bearing model tuangan. Pada umumnya bearing model sisipan banyak digunakan karena dapat
dipasang dengan tepat dan dapat diganti apabila rusak.

17
Gambar 2.9 Connecting rod dan connecting rod bearing

 Crankshaft / Engkol
Crankshaft mempunyai tugas penting mengubah gerak lurus menjadi gerak putar. Pada mesin
Diesel ini, crankshaft yang digunakan adalah highly rigid die forging integral dengan balance weight.
Balance weight dipasang untuk menjamin keseimbangan perputarannya. Pada ujung depan crankshaft,
terdapat crankshaft pulley dan crankshaft gear yang diikat dengan baut. Crankshaft pulley memutar
alternator dan water pump melalui V-Belt.
Pada mesin Diesel ini, bahan main bearing terbuat dari bahan paduan khusus kelmet, yaitu bahan
yang terbuat dari steel backing dengan campuran tembaga dan timah sebagai lapisannya. Lapisan ini lebih
keras dari logam putih dan lebih tahan terhadap panas. Upper main bearing mempunyai oil groove dan
lubang oil yang segaris dengan lubang oil pada crankshaft.

Gambar 2.10 Crankshaft

 Flywheel
Flywheel merupakan piringan yang terbuat dari cast iron dan dibaut pada ujung crankshaft.
Crankshaft hanya mendapatkan tenaga putaran dari langkah kerja saja. Agar crankshaft dapat bekerja
pada langkah lainnya, crankshaft harus dapat menyimpan daya putaran yang diperolehnya. Bagian yang
menyimpan tenaga putaran ini adalah flywheel. Pada sekeliling flywheel dipasang ring gear yang
berhubungan dengan starter pinion.

18
Gambar 2.11 Flywheel
 Mekanisme Katup
Bagian-bagian yang menggerakkan membuka dan menutup katup pada waktu yang teratur
disebut mekanisme katup. Mekanisme katup dibagi dalam beberapa susunan katup yaitu jenis katup sisi
(side valve) dan jenis katup kepala (overhead valve). Pada mesin Colt Diesel ini katup yang digunakan
adalah jenis overhead valve.

2.2.2 Generator

Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui
proses induksi elektromagnetik. Alat ini memperoleh energi mekanis dari prime mover. Generator arus
bolak-balik (AC) dikenal dengan sebutan alternator. Generator diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik
pada saat terjadi gangguan, dimana suplai tersebut digunakan untuk beban prioritas.

2.2.2.1 Konstruksi Generator


 Rangka stator
Terbuat dari besi tuang, rangka stator maerupakan rumah dari bagian-bagian generator yang lain.
 Stator
Stator memiliki alur-alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai
tempat GGL induksi.
 Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar, pada bagian ini terdapat kutub-kutub magnet dengan
lilitannya yang dialiri arus searah, melewati cincin geser dan sikat-sikat
 Cincin geser
Terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang yang dipasang pada poros dengan memakai
bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama dengan poros dan rotor.
 Generator penguat
Generator penguat merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai sumber arus.

19
Gambar 2.12. Typical Alternator

2.2.2.2 Instalasi Excitacy Generator Sinkron


Bagian lain dari instalasi listrik pada generator sinkron adalah instalasi arus penguat medan
magnet (excitacy). Arus penguat didapat medan magnet secara umum diperoleh dari generator arus
searah (DC) yang terpasang satu poros dengan generator utama.
Selain itu ada juga penguatan yang diperoleh dari generator sinkron yang disearahkan terlebih
dahulu, dan bahkan ada generator sinkron yang sistem excitacynya berasal dari belitan penguat yang
dipasang pada rotor generator sinkron sendiri.
Tujuan dari sistem penguatan generator adalah untuk mengendalikan output dari generator agar
tetap stabil pada beban sistem yang berubah-ubah.

Gambar 2.13. Instalasi Excitacy Generator Sinkron

2.2.2.3 Automatic Voltage Regulator

20
Sistem pengoperasian Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar
tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang
selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan beban
sangat mempengaruhi tegangan output generator.
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Apabila
tegangan output generator di bawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar
arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output Generator melebihi
tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan
demikian apabila terjadi perubahan tegangan output Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara
otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat
minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.

Gambar 2.14. Sistem pengoperasian Unit AVR

2.2.2.4 Perlengkapan Pendukung


 Turbo Charger
Turbo Charger adalah suatu alat yang berbentuk seperti “rumah keong” berfungsi sebagai turbin
kecil. Di satu sisi turbo memanfaatkan arus udara hasil pembakaran. Di sisi selanjutnya turbo
menyuntikkan udara dan oksigen ke mesin. Sehingga mesin dapat bekerja lebih maksimal dengan adanya
tambahan suntikkan udara.

 Inter Cooler
Berfungsi sebagai pendingin udara yang dihasilkan “turbo” sehingga sebelum udara masuk ke
mesin, intercooler ini akan medinginkan udara tersebut dengan menggunakan udara yang di dapat dari

21
tembakan kipas radiator. Teknologi ini sangat efektif untuk memaximalkan kerja mesin. Sayangnya hanya
berlaku untuk mesin yang menggunakan kipas radiator.

 After Cooler
Fungsinya sama dengan intercooler. Mendinginkan udara yang dihasilkan turbo sebelum masuk
ke mesin. Udara panas hasil dari turbo, di dinginkan oleh aftercooler dengan menggunakan air sebagai
media pendinginan. Biasanya digunakan pada mesin mesin kapal. Dikarenakan mesin kapal tidak
menggunakan kipas radiator.

 Radiator
Berfungsi mendinginkan sirkulasi air panas dari mesin. Dengan menggunakan udara sebagai
media pendinginan.. air panas akan ditarik oleh pompa masuk ke tangki atas radiator. Selanjutnya air
panas tersebut akan melewati pipa vertikal pada radiator sebelum masuk ke tangki bawah radiator. Proses
pendinginan air terjadi di pipa vertikal. Dimana air yang akan jatuh secara perlahan oleh gaya gravitasi
bumi, akan di dinginkan oleh kipas radiator dengan cara ditiupkan arus udara. setelah proses pendinginan
tersebut, air akan tiba di tangki radiator bawah. Dan siap bersirkulasi mendinginkan mesin kembali.

 Water Pump
Pompa air pada mesin diesel berperan sebagai system pendinginan mesin. Dengan bekerjasama
dengan radiator. Pompa air bertugas untuk menarik atau mendorong air untuk melakukan sirkulasi
pendinginan.

 Injection Pump
Injection Pump adalah pompa injeksi. Berfungsi untuk menarik solar dari tangki, melewati filter
dan memompa solar tersebut ke injector untuk selanjutnya di semprotkan ke ruang pembakaran.

 Oil Filter
Berfungsi sebagai penyaring oli . sehingga oli yang dipakai melumas mesin, adalah oli yang
bersih dari ampas mesin (gram).

 Fuel Filter
Berfungsi sebagai penyaring bahan bakar. Solar yang terdapat di tangki disaring terlebih dahulu
sebelum masuk ke Injection pump. Agar Injector / Nozzle tidak mudah rusak.

22
 Air Filter
Berfungsi sebagai penyaring udara dan oksigen yang akan masuk ke mesin. Sehingga tidak ada
debu atau kotoran yang masuk ke dalam ruang pembakaran.

 Dynamo Starter
Alat ini digunakan untuk menghidupkan mesin. Dengan mendapat arus listrik searah dari accu,
Dynamo Starter menghasilkan tenaga mekanis untuk memutar mesin. Sehingga mesin dapat melakukan
tahap awal pembakaran. Yaitu mengkompressi udara.

 Dynamo Ampere
Alat ini kebalikannya dari dynamo starter. Dengan mendapat energy mekanis (putaran) dari
mesin, Dynamo ampere akan menghasilkan arus searah (DC) untuk di gunakan menyetrum accu genset.

 Accu / Battery set


Accu atau Battery set adalah suatu alat yang menyimpan energy listrik searah (DC).
Digunakannya accu ini pada genset untuk menghidupkan mesin melalui Dynamo starter. Dan accu ini
perlu kembali di setrum oleh Dynamo ampere agar accu dapat beroperasi kembali saat dibutuhkan.

2.3 AFM dan ATS

AMF adalah singkatan dari Automatic Main Failure yang maksudnya menjelaskan tentang
cara kerja otomatisasi terhadap system kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada pada
sumber listrik utama. Istilah ini lebih umum dijabarkan sebagai kendali start dan stop genset.
ATS adalah singkatan dari Automatic Transfer Switch, yaitu proses pemindahan
sumber listrik dari sumber listrik satu ke sumber listrik yang lain secara bergantian. ATS adalah
pengembangan dari COS atau biasa disebut dengan Change Over Switch ,beda keduanya adalah terletak
pada system kerjanya. Untuk ATS system kerja secara otomatis sedangkan COS masih dikendalikan
atau dioperasikan secara manual.

2.2.3.1 Cara Kerja AMF dan ATS


Cara kerja AMF dan ATS adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke
sumber listrik utama ataupun sebaliknya.

23
Bilamana suatu saat sumber listrik utama (PLN) tiba-tiba padam, maka AMF bertugas untuk
menjalankan mesin diesel genset seklaigus memberikan sistem proteksi pada genset.
System proteksi yang dimaksud adalah system proteksi terhadap unit mesin diesel maupun pada
generatornya, seperti
 Rendahnya tekanan minyak pelumas
 Temperature mesin
 Pengaman beban lebih
 Pengaman terhadaptegangan, frekuensi genset, dll
 Apabila parameter yang diamankan melebihi batasan normal / seting maka ATS akan
memutuskan hubungan arus listrik kebeban sedangkan AMF bertugas untuk menghentikan mesin.
 Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik, selanjutnya ATS bertugas untuk
memindahkan sambungan secara otomatis yang sebelumnya dari sumber listrik utama ke sisi
generator.
 Apabila sumber listrik utama kembali normal,maka ATS akan bertugas mengembalikan
sambungan ke sisi sumber listrik utama dan kemudian disusul dengan tugas AMF untuk memberhentikan
kerja mesin diesel.

2.2.3.2 Keuntungan penggunaan AMF dan ATS


Sistem perpindahan jalur dari sumber listrik utama kegenerator hanya perluwaktu yang san
gat singkat, hanya dalam hitungan detik setelah sumber listrik utama padam genset langsung menyala
sehingga listrik segera dapat dinikmati.
Meringankan tugas teknisi listrik bahkan seringkali banyak gedung perkantoran tidak
mempunyai teknisi listrik.
Memberikan perlindungan terhadap peralatan-peralatan yang seringkali terjadi tegangan listrik
dari sumber listrik utama maupun Genset yang drop.

2.3 Kubikel
Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali,
penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik.

24
Gambar 2.15 kubikel 20 kV SM 6 PNUP

 Fungsi Kubikel :
- Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
- Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
- Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)

2.3.1 Kubikel Incoming


Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo daya ke busbar 20 kV.
Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk ke dalam busbar 20 kV yang berada di dalam kubikel 20
kV.
Adapun komponen-komponen dalam Incoming adalah sebagai berikut:

a. Busbar
Busbar digunakan untuk mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan 20 kV serta membaginya
ke tempat-tempat yang diperlukan.

25
Gambar 2.16 Busbar

b.Pemutus Daya
Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan
arus/daya listrik sesuai ratingnya. Pada saat terjadi pemutusan maka akan terjadi busur api. Pemadam
busur api listrik pada waktu pemutusan dapat dilakukan oleh beberapa macam bahan seperti minyak,
udara atau gas.

Berikut macam PMT :


 Pemutus daya udara (Air Circuit Breaker)
PMT jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu memperpanjang lintasan arc.
Karena efek pemanjangan lintasan ini diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Beberapa bentuk
pemanjangan lintasan pada kontak PMT sebagai berikut :

Kontak Sela Tanduk


Pada PMT ini arc dihilangkan dengan memperpanjang lintasan arc hingga ujung terjauh kontak.
PMT jenis ini biasa digunakan ada instalasi listrik AC dan DC tegangan rendah dengan arus pemutusan
hingga ratusan ampere.

Kontak Tabir Konduktor


Pada PMT ini, konduktor metal yang terletak di antara kontak memotong arc yang muncul
sehingga hasil pemotongan arc pada tiap tabir mengalami pemanjangan lintasan dan pendinginan dan arc
dapat segera dipadamkan. PMT jenis ini dapat digunakan hingga tegangan beberapa ribu volt dan arus
hingga beberapa ribu ampere.

Kontak Tabir Isolator


Pada PMT ini, tabir isolator yang terdapat di antara kontak membuat arc terpaksa menelusuri
permukaan tabir untuk bisamencapai kontak. PMT jenis ini dapat digunakan hingga tegangan 10kV dan
arus hingga 50kA

 Pemutus daya minyak (Oil Circuit Breaker)


Prinsip kerjanya, kontak dipisahkan, busur api akan terjadi di dalam minyak, sehingga minyak
menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api.

26
Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan
kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat serta dimensi
PMT yang terlalu besar.

 Pemutus daya udara tekan


Pemutus daya ini dirancang untuk mengatasi kelemahan pada pemutus daya minyak, yaitu
dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi
pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat.
Saat busur api timbul, udara bertekanan tinggi ditiupkan untuk mendinginkan busur api dan
menyingkirkan partikel bermuatan dari sela kontak.

 VCB (Vakum Circuit Breaker)


Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis lainnya hanya ruang kontak dimana terjadi
busur api merupakan ruang hampa udara yang tinggi sehingga peralatan dari CB jenis ini dilengkapi
dengan seal penyekat udara untuk mencegah kebocoran.

 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)SF6


Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic serta memiliki kekuatan
dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan
tekanan.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan
mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV
– 760 KV.

c. Pemisah (PMS)
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai saklar pemisah yang dapat memutus dan menyambung rangkaian dengan arus yang
rendah (±5A), biasa dipakai ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. PMS terletak di antara sumber
tenaga listrik dan PMT serta di antara PMT dan beban.

Mekanisme interlocking tersebut adalah :


 PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
 Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika PMS dalam keadaan terbuka.

27
 PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.
 PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah tertutup.

d.Peralatan Pengaman
Rele Arus Lebih (OCR)
Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya didasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam waktu tertentu, sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola
pengamanan arus lebih.

Keuntungan dan fungsi rele arus lebih:


- Sederhana dan murah
- Mudah menyetelnya
- Merupakan rele pengaman utama dan cadangan
- Mengamankan gangguan hubung pendek antara fasa maupun hubung pendek
- Satu fasa ke tanah dan dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman
- Beban lebih (overload).
- Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan subtransmisi radial
- Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi.

Heater
Heater merupakan alat yang berfungsi untuk menjaga komponen – komponen kubikel dari
kelembapan udara, karena kelembapan udara bisa menimbulkan bercak – bercak kotoran sehingga bercak
kotoran akan menjadi karatan di peralatan kubikel. Alat ini di operasikan pada tegangan 220 Volt.
2.3.2 Kubikel Metering
Kubikel Metering berfungsi untuk keperluan pengukuran. Kubikel ini dilengkapi dengan alat
pengukuran , seperti amperemeter, voltmeter, dan wattmeter. Selain itu, kubikel ini juga dilengkapi
dengan alat proteksi, seperti fuse.
Adapun alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering sebagai berikut:
 Sekering
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering disebut sebagai solefuse.
Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan mampu bekerja pada arus 31.5 kA. Solefuse ini digunakan
untuk melindungi trafo tegangan dari gangguan.

28
Gambar 2.17. Solefuse dalam melindungi trafo tegangan

Gambar 2.17 Spesifikasi Fuse

 Ampere Meter
Berfungsi mengukur arus listrik yang mengalir melalui fasa.
 Watt Meter
Berfungsi mengukur besarnya daya yang disuplay dari genset/PLN.
 kWh Meter
Berfungsi mengukur besarnya daya yang digunakan oleh beban.
 Power Factor Meter
Berfungsi mengukur factor daya dari PLN/genset.
 Trafo Tegangan (Potensial Transformer)
Potensial transformer berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi atau tegangan menengah
menjadi tegangan rendah. Trafo ini mengubah tegangan menjadi besaran ukur sesuai dengan tegangan
alat – alat pengukuran.

29
2.3.3 Kubikel Outgoing
Kubikel outgoing merupakan kubikel penghubung antara busbar 20 kV yang
berada di dalam kubikel dengan jaringan tegangan menengah.
Adapun alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering sebagai berikut:

 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)

Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan arus listrik sesuai dengan ratingnya. Circuit breaker ini dapat dioperasikan secara otomatis
maupun manual dengan waktu pemutus atau penyambungan yang tetap sama, sebab factor ini ditentukan
oleh struktur mekanisme yang menggunakan pegas.

Adapun jenis Circuit Breaker yang terdapat pada kubikel yang diamati adalah Circuit Breaker
tipe SF6 CB (Sulfur Hexa fluoride Circuit Breaker).

SF6 CB (Sulfur Hexa fluoride Circuit Breaker).adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas
SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik
dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6
ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam.
Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

 Trafo Arus (Current Transformer)


Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator yang diletakkan dalam rangkaian
tenaga listrik yang berguna sebagai peralatan ukur yang dihubungkan dengan relay pengaman. Dengan
transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu alat ukur.

30
2.5 GARDU DISTRIBUSI

Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Trafo Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan daya listrik bagi para pelanggan baik dengan
Tegangan Menengah (TM 20kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380 V). Konstruksi Gardu
Distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang
kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah setempat.

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :

A. Jenis pemasangannya

1. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol


2. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

B. Jenis konstruksinya

1. Gardu beton
2. Gardu tiang
3. Gardu kios

C. Jenis penggunaannya

1.Gardu pelanggan umum


2. Gardu pelanggan khusus

Khusus untuk pengertian dari Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan manuver
pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi / tidak dilengkapi Remote
Terminal Unit (RTU). Untuk fasilitas ini biasanya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi
pemakaian sendiri atau Trafo Distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.

31
BAB III
LANGKAH KERJA

Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan praktikum bengkel Catu Daya adalah


sebagai berikut:
1. Membagi kelompok menjadi 3 sesuai dengan job yang masing-masing kelompok terdiri
dari 7 praktikan yang meliputi Generator Set, Kubikel, dan Distribusi Tegangan Menengah & Tegangan
Rendah.
2. Menyimak instruksi dari pembimbing dengan seksama dan melaksanakan sesuai dengan
apa yang diinstruksikan oleh pembimbing.
3. Melakukan pengambilan data berdasarkan masing-masing job:
 Pada job Generator Set dilakukan pengambilan data berupa pencatatan jenis dan spesifikasi
Generator Set yang digunakan.
 Pada job Kubikel dilakukan pengambilan data pada tahanan isolasi trafo step up 20kV baik itu
antara teg.primer-teg.sekunder, teg.sekunder-body, dan teg.primer-body.
 Pada job TM & TR yang dilakukan pengukuran hanya pada sirkuit akhir jaringan tegangan
rendah. Yang diukur waktu itu adalah pentanahan titik netralnya.
4. Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan pada format yang telah disediakan.
5. Mengambil gambar tiap komponen beserta name plate nya untuk selanjutnya mencari
informasi/data yang lebih detail tiap komponen tersebut melalui literature/referensi yang ada.
6. Atas instruksi pembimbing, melakukan simulasi terhadap masing-masing job untuk
selanjutnya mendeskripsikan prinsip kerja dari tiap job.
7. Dengan persetujuan pembimbing, praktikan dapat melakukan pergantian/rolling untuk
job selanjutnya.

Untuk kubikel
Tabel 3.1 Daftar Alat
NO NAMA ALAT JUMLAH

1 Kabel 1 buah

2 Kabel 3 buah

3 Kunci inggris 1 buah

32
4 Alat ukur (megger) 1 set

5 Obeng 1 set

6 Tongkat pembuka (lever) 2 buah

Tabel 3.2 Daftar Perlengkapan K3


NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Baju bengkel 1 set
2 Helm 1 buah
3 Sarung tangan 1 pasang
4 Sepatu safety 1 pasang

2. Bahan
Table 3.3 Daftar Bahan
NO BAHAN JUMLAH
1 Kubikel Schneider 20 kV 1 buah

BAB V
ANALISA

33
1. Kubikel
- Pengukuran tahanan isolasi pada komponen Kubikel
Pada job ini, kami telah mengambil data dari pengukuran terhadap tahanan isolasi trafo
step up 20kV antara teg.primer-teg.sekunder, teg.sekunder-body, dan teg.primer-body.
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kubikel dengan Vin = 500V
Pengukuran Nilai tahanan Arus (nA)
R-S > 500 GΩ 0,08
R-T > 500 GΩ 0,05
S-T > 500 GΩ 0,07
R-G > 500 GΩ 0,44
S-G > 500 GΩ 0,40
T-G > 500 GΩ 0,40

Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kubikel dengan Vin = 1000V
Pengukuran Nilai tahanan Arus (nA)

R-S >1 TΩ 0,07


R-T >1 TΩ 0,08
S-T >1 TΩ 0,07
R-G >1 TΩ 0,29
S-G >1 TΩ 0,63
T-G >1 TΩ 0,48

Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada CT

Pengukuran Tegangan Arus (nA) Tahanan


CT P1-G 2000 V 15.1 136 GΩ
CT P1-G 5000 V 41.5 124 GΩ
CT 1s1-2s1 1000 V 2.33 453 GΩ
CT 1s1-G 1000 V 1.74 608 GΩ
CT 2s1-G 1000 V 1.78 594 GΩ
CT P1-1s1 5000 V 10.9 475 GΩ
CT P1-2s1 5000 V 13.4 384 GΩ

34
Pada saat melakukan pengukuran tahanan isolasi antara fasa (P) dan netral (N), penting untuk
diperhatikan adalah semua alat pemakai arus yang terpasang paralel harus dalam keadaan terputus.
Sebaliknya semua alat pemutus yang tersambung secara seri harus dalam keadaan tertutup. Hasil
yang dapat diperoleh adalah mengetahui keadaan tahanan isolasi dan sambungan yang ada pada
instalasi. Jika terjadi sambungan yang salah atau hubung singkat, dapat segera diketahui dan
diperbaiki.
Untuk pengujian tahanan isolasi antara jaringan instalasi dengan tanah/ground (G), penting
untuk diperhatikan adalah semua alat pemakai arus yang terpasang paralel harus dalam keadaan
terpasang. Kemudian semua alat pemutus yang tersambung secara seri harus ditutup.
Saat melakukan pengukuran disarankan hanya menggunakan daya baterainya saja karena
tegangan yang dibangkitkan lebih stabil. Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo
adalah untuk mengetahui besar nilai kebocoran arus yang terjadi pada isolasi belitan primer,
sekunder dan tertier. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat
dihindari, untuk itu dilakukan pengukuran tahanan isolasi untuk dapat mengetahui keamanan suatu
trafo. Kebocoran arus yang masih dalam batasan spesifikasi trafo akan memberikan jaminan untuk
terhindar dari gangguan akibat lemahnya isolasi.
Insulation tester banyak jenisnya (merk dan type Insulation Tester), masing-masing memiliki
spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari type sederhana,
menengah sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya, mulai dari
tampilan analog, semi digital dan digital murni.

2. Generator Set
Pada job ini, kami melakukan pengamatan dan mendata semua bagian/komponen yang adapada
generator serta pada AMF untuk selanjutnya mencari informasi lebih detail dari tiap bagian/komponen
tersebut.
Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui
proses induksi elektromagnetik. Alat ini memperoleh energi mekanis dari prime mover. Generator arus
bolak-balik (AC) dikenal dengan sebutan alternator. Generator diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik
pada saat terjadi gangguan, dimana suplai tersebut digunakan untuk beban prioritas.

Data Teknis secara Umum

35
Model : WPS20S
TipeRangka :B
KapasitasTangki : 100 L
Berat : 968, 7 Kg
Tingkat Kebisingan : 59.3 dBA
Dimensi( L x W x H ) : 2142 x 830 x 1369 mm
DayaTerpasang : 22 kVA /18 kW
DayaTersedia : 20 kVA /16 kW

Voltage 380 V 400 V 415 V

Ampere 30,4 A 28,9 A 27,8 A

 Langkah kerja mengoperasikan Genset dan Panel ATS/AMF


a. Menyalakan Genset pada kondisi manual
1) Putar saklar pada panel ATS/AMF ke kondisi manual

2) Masukkan baterai kemudian putar saklar pada baterai ke posisi on

36
3) Pada panel genset, putar kunci ke kondisi auto(on) kemudian tekan tombol tangan

4) Tunggu sekitar 8 detik dan genset akan beroperasi


5) Periksa alat ukur pada panel genset dengan persyaratan:
- Tekanan < 6
- Suhu generator < 80
- Baterai > 12

37
 Mematikan Genset pada kondisi manual
1) Putar saklar pada panel ATS/AMF ke kondisi off

2) Putar saklar pada baterai ke posisi off

38
 Menyalakan Genset pada kondisi otomatis
1) Putar saklar pada baterai ke posisi on

2) Putar saklar pada panel ATS/AMF ke kondisi auto

3) Tunggu sekitar 3 detik dan genset akan beroperasi

39
 Mematikann Genset pada kondisi otomatis
1) Putar saklar pada panel ATS/AMF ke kondsi off

2) Putar saklar pada baterai ke posisi off

 Mematikan Genset dengan cepat jika terjadi gangguan


Jika terjadi gangguan pada ramgkaian genset dan ATS/AMF, maka untuk mematikan rangkaian
dengan cepat, disediakan tombol “Emergency” yang berada di dekat panel genset

40
 Spesifikasi Genset

41
 Mesin Diesel
Tabel 6.2 SpesifikasiMesin Diesel

FuelConsumption
1800rev/min 1500rev/min
EngineSpeed g/k g/kW
1/hr I/hr
Wh h
Standby 235 6.9 244 6.1

Primepower 233 6.2 237 5.3


75% Ofprime
240 4.8 238 4.0
power
50% Ofprime
262 3.5 258 2.9
power

Manufaktur / Merk Mesin : Perkins


Model Mesin : 404D-22G
Dimensi ( LxWxH ) : 915x477x840 mm
Berat : 242 kg
Nomor Cilinder :4
Perpindahan : 2.216 L
Rasio Kompresi : 23,3
Tipe Injeksi : injeksi secara tidak langsung
Sistem Intake : Natural Aspirated
Tahanan Intake : ≤ 6,4 kPa
Sistem Pendingin : Pendingin Cair ( Radiator )
Kipas : Menghembus
Tegangan Baterai : 12 V
Tipe Bahan Bakar : EPA2D89.330-96/CECRF-06-99
Tipe Oli : API-CH-4/ACEAE5
Kapasitas Oli : 10.6 L
Tipe dari pendingin : Glycol mixture
Kapasitas Pendingin : 7,0 L
Tekanan Balik : ≤ 10,2 kPa
Daya Terpasang : 20,6 kW

42
Daya Terus - menerus : 18,7 kW
Konsumsi Bahan Bakar ( beban 100 % ) : 243g/kWh

43
BAB VI
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum Bengkel Listrik Catu Daya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan:

 Dalam sistem catu daya, jaringan JTM di turunkan ke trafo step-down, lalu ke generator,
lalu diamankan dengan kubikel dan dinaikkan kembali tegangannya oleh trafo step-up yang berada pada
sisi kubikel dan kembali ke jaringan.
 Generator adalah sebuah alat yang memberikan supplay tegangan cadangan apabila
supplai dari PLN terputus.
 Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai
pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik
 Pada tiang JTM/JTR terdapat trafo step-down yang menurunkan tegangan dari 20Kv ke
380/220V.
 Semakin tinggi tegangan isolasi suatu penghantar yang ingin dipasang pada jaringan TM-
TR semakin baik.

7.2 Saran
 Sebaiknya praktikan mengutamakan safety terkhusus pada job Distribusi Tegangan
Menengah. Misalnya mengenakan safety belt, sarung tangan, helm, dan sepatu safety.
 Pada saat praktek di bengkel sebaiknya praktikan benar-benar memanfaatkan waktu yang
diberikan untuk memahami job yang diberikan mengingat waktu yang diberikan sangat terbatas.

44
DAFTAR PUSTAKA

Gonen, T. 1986, Electric Power Distribution System Engineering. New York : McGraw Hill
Book Co.

Kadir, Abdul. 2000. DistribusidanUtilisasiTenagaListrik. Jakarta : UI-Press

...................., 1997. JaringanDistribusi TM-TR. Jakarta. JasaPendidikan Dan Pelatihan PT PLN


(Persero).

...................., 1997. TeknologiPeralatan. Jakarta. JasaPendidikan Dan Pelatihan PT PLN


(Persero).

...................., 2000.Peraturan UmumInstalasiListrik 2000. Jakarta. Yayasan PUIL Indonesia

...................., 1997. PraktekOperasiDistribusi TR. Jakarta. JasaPendidikan Dan Pelatihan PT


PLN (Persero).

Job Sheet CatuDaya

45
LAMPIRAN

46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai