TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
(histeroktomi), dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
lebih dari 500 gram. Dikenal beberapa jenis SC, antara lain (Sastrawinata,
2004):
Saat ini jenis seperti paling banyak dilakukan dengan insisi disegmen
bawah rahim.
Rongga peritoneum tidak dibuka. Dulu dilakukan pada infeksi intra uteri
d. Caecarean Hysterectomy
indikasi: atonia uteri, placenta accreta, myoma uteri dan infeksi intra uterin
yang berat.
2. Indikasi
dilakukan atau akan menimbulkan resiko yang besar bagi ibu dan bayi. Empat
indikasi utama sering ditangani dengan bedah sesar yaitu : Bedah sesar
berulang, distosia, presentasi bokong (presbo), dan fetal distress. Namun secara
previa total.
a. Indikasi Ibu
1) Riwayat infertilitas.
pelvimetri klinis.
g) Distosia servikalis.
b. Indikasi Janin
a) Presentasi kaki dan bokong sempurna, dengan perkiraan > 2500 gram
3) Gawat janin
4) Janin multipel
tidak terpenuhi.
c. Indikasi Waktu
3. Teknik Pembedahan
a. Keuntungan
b. Kerugian
lingkungan steril.
2) Pada anak, pembiusan dengan anestesi umum yang terlalu lama (semula
dimaksudkan untuk membius sang ibu) bisa membuat anak ikut terbius.
antibiotik. Pengeluaran lendir atau sisa air ketuban disaluran napas anak
Pasca operasi sesar sering terjadi sesuatu diluar perkiraan yang dapat
1. Pada Ibu
kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan
6) Usai operasi seksio sesar, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air
kecil karena kelemahan kandung kemih. Ini terjadi karena saat proses
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Biasanya lebih parah pada seksio
sesar klasik karena dapat terjadi pada akhir kehamilan sedangkan pada
persalinan.
meningkat, dapat mencapai 200% hingga 400%. Hal ini tentunya akan
sangat berbahaya bagi pasien dengan kondisi fisik yang jelek seperti
pada pasien dengan gangguan kerja jantung atau anemia berat, serta
1) Masalah Psikologis
pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa
terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi
operasi.
usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak
kesulitan teknis hingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau
usus.
melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu
memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai lima kali. Tapi
2. Pada Janin
a. Erb Palsy.
b. Fraktur kepala.
melintang yang kecil karena tidak cukup luas untuk kelahiran karena
1. Definisi
menggigil yang terjadi pasca anestesia spinal (PAS) memang sedikit sulit
merupakan suatu cetusan yang serupa dengan PAS. Pada POT, gerakan
ini berhubungan dengan sisa kadar gas anestesia yang masih ada dalam tubuh.
2. Penyebab
pusat pengaturan suhu dan transfer panas antar kompartemen. Faktor yang
b. Kehamilan.
c. Suhu ruangan.
e. Kondisi yang ada sebelumnya (kehamilan, luka bakar, luka terbuka, dll).
f. Status hidrasi.
reflek spinal itu sendiri. Sama seperti anestesia umum, proses menggigil pada
meningkatkan suhu kulit, sehingga masukan dari reseptor suhu didaerah ini
2005).
Keadaan ini harus segera diatasi oleh karena dapat menimbulkan berbagai
dapat mencapai 200% hingga 400%. Hal ini tentunya akan sangat berbahaya
bagi pasien dengan kondisi fisik yang jelek seperti pada pasien dengan
gangguan kerja jantung atau anemia berat, serta pada pasien dengan paru
obstruktif menahun yang berat. Asidosis laktat dan asidosis respiratorik dapat
terjadi bila ventilasi dan kerja dari jantung tidak meningkat secara
proporsional, karena itu menggigil harus segera dicegah atau diatasi (Collins
VJ, 1996).
pasien yang memiliki pintas intrapulmonal, curah jantung yang terbatas dan
pasien yang menggigil. Gangguan jantung berupa iskemia otot jantung dapat
terjadi pada pasien yang menggigil. Menggigil juga dapat mengakibatkan rasa
nyeri pada luka operasi karena terjadi regangan pada luka operasi (Wrench,
et.al, 1997).
4. Penatalaksanaan Menggigil
pasca anestesi antara lain adalah menjaga suhu tubuh tetap normal selama
namun karena variasi individual dari suhu inti tubuh yang begitu besar dan
macam obat intravena, yaitu petidin (25 mg), klonidin (75 – 150 μg), dan
D. Anestesi Spinal
1. Definisi
lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-
Zat anestesi lokal memberikan efek terhadap semua sel tubuh, dimana
menurunkan aktifitas dari zat anestesi lokal (pH nanah sekitar 5). Anestesi
inilah yang dihambat oleh obat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka
2008).
lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, sehingga terjadi penutupan
saluran (channel) pada membran tersebut sehingga gerakan ion (ionik shift)
Cara ini akan terjadi sumbatan pada saluran, sehingga natrium tak dapat
keluar masuk membran. Aksi ini merupakan hampir 90% dari efek blok.
b. Ekspansi membran.
Bekerja non spesifik, sebagai kebalikan dari interaksi antara obat dengan
reseptor. Aksi ini analog dengan stabilisasi listrik yang dihasilkan oleh
Untuk dapat melakukan aksinya, obat anestesi lokal pertama kali harus
diperlukan untuk melaksanakan kerja obat di membran sel. Jadi bentuk kation
potensial aksi. Agar dapat melakukan aksinya, obat anestesi spinal pertama
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada
garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan
di atas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit
dekubitus. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang
spinalis.
2-3ml.
e. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G
duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau
jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan
sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda
yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar,
putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal
5. Kontraindikasi
hal ini sangat penting untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan
durasi operasi tidak diketahui, anestesi spinal yang diberikan mungkin tidak
durasi operasi membantu ahli anestesi menentukan anestesi lokal yang akan
dalam kemampuan dokter anestesi untuk performa anestesi spinal. Hal ini
1. Umur
perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal, sehingga sering
terjadi persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan. Faktor risiko
untuk persalinan sulit pada ibu yang belum pernah melahirkan pada
kelompok umur ibu dibawah 20 tahun dan pada kelompok umur diatas 35
tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (20-35
umur ibu hamil merupakan faktor risiko distosia (penyulit persalinan) yang
memerlukan tindakan. Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun berisiko 4 kali untuk terjadi distosia, dibandingkan ibu
Usia ibu pada saat hamil <20 tahun beresiko terjadi peningkatan risiko
toksemi. Pada usia ibu >35 tahun terjadi peningkatan risiko seperti :
2. Paritas
a. Para adalah seseorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup.
hidup.
plasenta, c) Vassa pievia. Ibu yang pernah melahirkan 5 (lima) kali atau lebih,
(Wiknjosastro, 2002).
3. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan
Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil
Subur (WUS). Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK apabila LILA
kurang dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK
(Supariasa, 2002).
F. Kerangka Teori
Karakteristik:
1. Usia
2. Paritas
3. Indikasi secsio secarea
4. Status Gizi
Faktor Penyebab:
1. Hipotermia intraoperatif
2. Refleks spinal,
3. Berkurangnya aktivitas
simpatis,
4. Supresi adrenal,
5. Pengeluaran pirogen,
6. Nyeri
7. Alkalosis metabolik
Sumber: Kusumawati (2006), Manuaba (2008), Ozaki, et.al (1994), Purwati dkk
(2004), Sessler (2005), Sastrawinata (2004), dan Supariasa (2002)
G. Kerangka Konsep
Karakteristik:
1. Umur
2. Paritas
3. Indikasi SC
4. Status Gizi
Ketinggian blok
1. L3 – L4
2. L4 – L5
Suhu Intraoperatif
( OC)
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
H. Hipotesis
Soekarjo Purwokerto.
pasca secsio secarea di Ruang Pemulihan IBS RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
pasca secsio secarea di Ruang Pemulihan IBS RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.