Anda di halaman 1dari 15

Keterampilan Berbahasa

I. Pengertian Keterampilan Berbahasa

Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam


menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian
luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia,
bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana
diisyaratkan (Suparno, 2001:27). Keterampilan Berbahasa

II. Jenis – Jenis Keterampilan Berbahasa

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar


bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan Berbahasa

1. Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif.
Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi
bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa
ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak
kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses
pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat
disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar
memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara
interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau
yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan
melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan
bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya
berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan
noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau
mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan
nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak
bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita


berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;

 Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya


ingat jangka pendek (short term memory).
 Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam
bahasa target.
 Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan
intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
 Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
 Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order
patterns)Keterampilan Berbahasa

2. Keterampilan Berbicara
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada
tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-
situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan
berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara
berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi,
pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo
bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif,
misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini,
audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh
mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif,
misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara,
dimana permbicara harus dapat;

 Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar


dapat membedakannya.
 Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat
sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
 Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang
tepat.
 Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar.
 Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.

3. Keterampilan Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca


dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar
dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah
berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara
terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang
harus dimiliki oleh pembicara adalah; Keterampilan Berbahasa

 Mengenal sistem tulisan yang digunakan.


 Mengenal kosakata.
 Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan
gagasan utama.
 Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks
tertulis.
 Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

4. Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan
menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam


menulis.

 Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.


 Memilih kata yang tepat.
 Menggunakan bentuk kata dengan benar.
 Mengurutkan kata-kata dengan benar.
 Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

5. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam


bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan
menulis untuk saat sekarang telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha
untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha
meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi penulis
handal. Keterampilan Berbahasa

Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih
sedemikia rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan,
pengetian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang bias sehingga
banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak
dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu
ditentukan karena bakat.

Apakah benar, kemampuan menulis itu ditentukan oleh bakat? Jika ditelaah
pengertian bakat, setidaknya secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa
bakat adalah kemampuan yang dimiliki dan dibawa seseorang sejak lahir.
Padahal sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu
sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia
terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus
melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan
demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan
dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus
dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara itens,
maka seseorang dapat terampil menulis

JENIS – JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA


1. Kata Ulang
Arti kata ulang, antara lain sebagai berikut :
a. Menyatakan banyak
Contoh : Jalan – jalan di kampungku mulai rusak.
b. Menyatakan tiruan atau menyerupai
Contoh : Adik bermain mobil – mobilan di halaman rumah.
c. Menyatakan bermacam – macam
Contoh : Ibu membeli buah – buahan di pasar.
d. Menyatakan perbuatan atau tindakan berulang – ulang
Contoh : Anita berteriak – teriak minta tolong.
e. Menyatakan agak
Contoh : Pipinya menjadi kemerah – merahan.

2. Kata Hubung
Kata hubung adalah kata yang berfungsi menyambung induk kalimat dengan
anak kalimat. Kata
hubung dapat digolongkan berdasarkan fungsinya, antara lain :
a. Menyatakan waktu
Contoh : Ibu datang setelah aku pulang.
b. Menyatakan syarat
Contoh : Kamu akan lulus ujian jika rajin belajar.
c. Menyatakan sebab akibat
Contoh : Ayah tidak masuk kerja karena sakit.
d. Menyatakan perlawanan
Contoh : Andi tetap percaya diri meskipun teman p temannya terus
mengejek.
3. Kata Ganti
Kata ganti terdiri dari :
a. Kata ganti orang
- Kata ganti orang pertama tunggal : saya, aku
Contoh : Saya akan ikut ibu ke Bogor
- Kata ganti orang pertama jamak : kami
Contoh : Kami akan ke Jakarta besok pagi.
- Kata ganti orang kedua tunggal : kamu, anda
Contoh : Apa yang anda pikirkan saat ini ?
- Kata ganti orang kedua jamak : Kalian
Contoh : Kalian sebaiknya beristirahat dahulu agar tidak lelah.
- Kata ganti orang ketiga tunggal : beliau, dia, ia
Contoh : Ia menjadi wakil direktur sebuah perusahaan di Jakarta.
- Kata ganti orang ketiga jamak : mereka
Contoh : Mereka tidak mengetahui keberadaan Andi.

b. Kata ganti milik


Contoh : Rumahku di Jalan Pahlawan no. 32
4. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan terdiri dari : ke, dengan, dari, di
a. Kata depan yang menunjukkan tujuan
Contoh : Kapan kamu berangkat ke Bandung ?
b. Kata depan yang menunjukkan keterangan alat
Contoh : Ibu mengiris bawang dengan pisau.
c. Kata depan yang menunjukkan tempat asal
Contoh : Paman baru datang dari Bali.
d. Kata depan yang menunjukkan tempat berada
Contoh : Pak Danu menanam pohon mangga di halaman rumahnya.
e. Kata depan yang menyatakan tidak dengan
Contoh : Perjalanan ke Jakarta cukup lancar tanpa hambatan.
f. Kata depan yang menunjukkan keterangan cara
Contoh : Diana mengerjakan soal matematika dengan teliti
5. Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu awalan

(Prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks).


Berikut ini macam-macam imbuhan dalam bahasa Indonesia.

1. Awalan (Prefiks)

Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar.


Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-,
ke-, di-, pe-, dan ter-

Me-

Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya adalah
men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut
tergantung dengan kata dasarnya dan makna yang akan dibentuk. Di bawah ini
adalah makna-makna dari imbuhan me-:

Menyatakan suatu perbuatan aktif: mengambil, menyiram, mengesampingkan,


mempertahankan.

Ber-
Awalan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-.
Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Aturan
perubahan imbuhan ber- adalah sebagai berikut:

Jika kata dasar diawali dengan huruf r atau er, maka menjadi be-

contoh: ber- + riak = beriak, ber- + rekreasi = berekreasi

Jika kata dasarnya ajar, maka imbuhannya berubah menjadi bel-

contoh: ber + ajar = belajar

Imbuhan ber- memiliki beberapa macam makna yaitu:

Menyatakan kepunyaan : Beranak, berotot, beruang

Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor

Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja

Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga

Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

Ke-

Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna
sebagai berikut:

Menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.

Di-

Imbuhan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata dasar
bermakna pasif.

Contoh: di + siram = disiram, dilihat, dipukul

Ter-

Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif.
Namun, imbuhan ter- cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja.
Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- juga memiliki makna sebagai berikut:
Contoh:

Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat

Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal

Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci

Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh

Pe-

Awalan pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi


pada awalan me- yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah
sebagai berikut:

Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar, pemanis, pemutih

Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik

Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah

Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf

Se-

Imbuhan se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:

Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji

Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota

Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar

2. Sisipan (infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-


bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-.

Contoh: -em- + getar = gemetar, -el- + tali = temai

Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali


Menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar

3. Akhiran (sufiks)

Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah,
-tah, dan –pun.

-kan
Imbuhan kan memberikan kata dasar memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan perintah: Dengarkan, ambilkan, pejamkan

-I
Akhiran –I membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna sebagai berikut:
Menyatakan perintah: turuti, kuliti, gelitiki

-an
Akhiran –an membentuk kalimat menjadi bermakna sebagai berikut:
Menyatakan tempat: lapangan, kubangan, pangkalan
Menyatakan alat: timbangan, garisan
Menyatakan suatu hal atau objek tertentu: gambaran, lukisan, lamaran, didikan
Menyatakan keseluruhan: lautan
Menyatakan bagian: satuan, kiloan, tahunan, mingguan
Menyatakan kemiripan: mobil-mobilan, kuda-kudaan

-kah, -tah

Akhiran –kah dan -tah membentuk kata dasar sehingga memiliki makna:

Menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah,


iyatah, rugitah, panjangtah

-pun
Akhiran –pun membentuk kata dasar yang bermakna:
Memiliki makna seperti “juga”: merekapun, diapun, sayapun
4. Awalan-akhiran (Konfiks)
Konfliks adalah imbuhan yang diletakan pada bagian awal dan akhir kata.
Imbuhan-imbuhan konfiks diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya.

Me-kan, Me-i
Imbuhan me-kan bisa berubah menjadi memper-kan, menye-kan. Imbuhan-
imbuhan tersebut memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan kegiatan aktif: mengirimkan, memantulkan, menggembirakan,
menelatarkan, mengirimi, meyambangi, dll.

Di-kan, Di-i

Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan me-kan,
tetapi imbuhan ini membentuk kata kerja pasif.
Contoh: Dikirimkan, dipantulkan, digembirakan, ditelantarkan, dikirimi,
dilempari, dll.

Pe-an

Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai


berikut:

Menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran, perampokan,


pemeriksaan.
Menyatakan suatu proses: Pendaftaran, pembentukan, pembuatan.
Menyatakan tempat: penampungan, pemandian, pegunungan.

Se-nya

Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai


berikut:
Menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya,
secantik-cantiknya.

6.Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.Kata benda konkrit
Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan
dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas,
rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak
kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya
ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.

Ciri-ciri kata benda :


1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan
–nya.
2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata
sifat

u 7. Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-
bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu :

 Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta


 Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi,
melainkan, tidak hanya,dan sebagainya.
 Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah,
sehabis, dan sebagainya.
 Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan
sebagainya.
 Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
 Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti,
bak, dan sebagainya
 Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
 Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
 Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah,
konon, dan sebagainya

8. Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan
keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan
adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata
bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :

 Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat
lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
 Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan
berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang,
nanti, minggu depan, dan sebagainya.
 Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu
berlangsung. Contoh :dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi
buta, dan sebagainya.
 Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu
proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya,
bila, dan sebagainya.
 Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa
sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena
itu, dan sebagainya.

9. Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai
fungsi, yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan
sang Pencipta alam.

10. Kata Seru


Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu
seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering
digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru
yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh,
amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah kemari!
- Pergilah ke sekolah!

11. Kata Tanya


Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-
macam kata tanya :

 Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh :


Apa yang kau lakukan ?
 Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu
?
 Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu
dimulai ?
 Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak
anakmu ?
 Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah
kakekmu ?
 Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh :
Bagaimana kabar pamanmu ?
 Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu
tidak masuk sekolah kemarin ?

akna atau arti baru.

1. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Cara Penulisannya


a. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. seolah-
olah telah melebur menjadi satu kata baru
Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra

b.Kata majemuk tak-senyawa


Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem
dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis kucing. cerdik pandai

2. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya


Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk dapat dibedakan atas:

a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda


Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan

b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja


Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan

c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat


Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat tinggi

d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda


Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras kepala

e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda


Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga

f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja


Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi

g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat


Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.

3. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau


dari segi hubungannya.
1. Kata majemuk dapat dibedakan atas:
2. Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). seperti:
pra-sarana. prasejarah. tanadil
3. Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. seperti:
rumah sakit. kapal udara. meja belajar
4. Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. seperti:
maha-siswa, bumiputra. purbakala
5. Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat
dengan morfem keduanya. seperti naik turun. besar kecil. pulang pergi, sanak saudar
B Contoh-contoh Kata Majemuk
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-
unsurnya mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
a. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
b. Dia sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa
yang membentuknya.
Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat
mengumpulkannya.

3. Kalimat majemuk campuran


Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang
bertingkat.
Contoh:
Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke sekolah.

C. Ciri-ciri Kata Majemuk


Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hokum
DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).

Anda mungkin juga menyukai