Pendahuluan
Fungsi utama sistem pencernaan (sistem alimenter) adalah untuk memindahkan zat
gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air, elektrolit dari makanan yang kita makan ke
dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi
yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai
aktivitas bergantung energi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.
Makanan juga merupakan sumber bahan untuk perbaikan, pembaharuan, dan penambahan
jaringan tubuh.
Tumbuhan dapat menyerap eneegi matahari dan membentuk molekul-molekul
organik yang mereka butuhkan dari senyawa anorganik, misalnya CO2 dan H2O melalui
proses fotosintesis.
Manusia tidak dapat menuai energi dari sinar matahari secara langsung sehingga
manusia memanfaatkan energi bentuk lain dengan memakan tumbuhan atau hewan yang
memakan tumbuhan. Kemudian manusia menggunakan molekul-molekul organik (dalam
makanan) dan O2 untuk menghasilkan energi dengan produk sampingan CO2 dan H2O.
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organik terdapat di makanan
tersedia bagi sel digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangun.
Makanan mula-mula harus dicerna yang kemudian dapat diserap dari saluran pencernaan ke
dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95 %
makanan yang masuk tersedia untuk digunakan oleh tubuh.1
a. Mukosa. Lapisan ini tersusun atas tiga lapisan yakni Epitelium, yang berfungsi
sebagai perlindungan, sekresi dan absorbsi. Lamina propria yakni jaringan ikat
areolar yang menopang epitelium. Lamina ini mengandung pembuluh darah, nodus
limfatikus, nodulus limfe dan beberapa jenis kelenjar. Muskularis mukosa yang
terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal luar.
b. Submukosa
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal, dan pleksus serabut saraf serta
sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus submukosal). Submukosal
mengikat ke muskularis ekseterna.
c. Muskularis eksterna
Lapisan ini terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkontriksi lumen saluran dan kontraksi
lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen saluran. Kontraksi ini
mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakan isi saluran ke arah depan.
Muskularis eksterna terfiri dari otot rangka di mulut, faring dan esofagus atas, serta
otot polos pada saluran selanjutnya. Terdapat pula pleksus aurbach (pleksus
mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan sel ganglion parasimpatis, terletak di
antara lapisan otot sirkular dalam dan longitudinal luar.
d. Serosa
Lapisan keempat dan paling luar ini juga disebut lapisan peritoneum viseral.
Lapisan ini terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium
skuamosa simpel. Di bawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epitelium
skuamosa menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat disekitarnya.
Area ini disebut sebagai adventisia
Pengaturan Fungsi Pencernaan
Motilitas dan sekresi pencernaan diatur secara cermat untuk memaksimalkan pencernaan
dan penyerapan makanan yang masuk. Terdapat empat faktor yang berperan dalam
pengaturan fungsi sistem pencernaan yakni :
1. Fungsi otonom otot polos
Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos pencernaan
adalah potensial gelombang lambat yang disebut irama listrik dasar (basic electrical
rhytm) saluran pencernaan. Gelombang lambat bukan potensial aksi dan tidak secara
langsung menginduksi kontraksi otot. Gelombang tersebut bersifat ritmik, berfluktuasi
seperti gelombang potensial membran yang secara berkala membawa membran
mendekati atau menjauhi ambang.
Apabila titik awal dekat dengan ambang, seperti saat makan ada di saluran
pencernaan, depolarisasi puncak gelombang lambat akan mencapai ambang,
sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraksi kontraktil yang menyertainya
meningkat. Sebaliknya apabila titik awalnya jauh dari ambang, seperti saat tidak
makan, kecil kemungkinan ambang dapat tercapai, sehingga frekuensi potensial aksi
dan aktivitas kontraktil menurun.
3. Saraf ekstrinsik
Merupakan saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan mempersarafi
berbagai organ pencernaan yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf
otonom. Seperti yang diketahui bahwa saraf simpatis selalu menghambat atau
memperlambat kontraksi dan sekresi saluran pencernaan sedangkan saraf
parasimpatis melalui saraf vagus (N. X) cenderung meningkatkan motilitas otot polos
dan mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan.
Selain diaktifkan selama lepas muatan simpatis atau parasimpati umum, saraf-saraf
otonom mempersarafi sistem pencernaan dapat secara sendiri diaktifkan hanya
untuk memodifitasi aktivitas pencernaan. Salah satu tujuan utama pengaktifan
spesifik saraf ekstrinsik adalah koordinasi aktivitas antara berbagai bagian sistem
pencernaan. Tujuan lain dari pengaktifan spesifik adalah pemberian jalan bagi faktor-
faktor luar sistem pencernaan untuk dapat mempengaruhi sistem pencernaan.
4. Hormon pencernaan
Di dalam mukosa bagian tertentu saluran pencernaan terdapat sel-sel kelenjar
endokrin yang mengeluarkan hormon-hormon ke dalam darah jika mendapat
rangsangan yang sesuai. Hormon-hormon pencernaan dikeluarkan terutama sebagai
respon terhadap perubahan lokal spesifik di sisi lumen(misalnya ada protein,lemak
atau asam) yang bekerja secara langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atau tidak
langsung melalui pleksus intrinsik atau saraf otonom ekstrinsik.1
Langkah awal dalam proses pencernaan adalah mastikasi yaitu motilitas mulut yang
melibatkan penggilingan dan pencampuran makanan yang masuk oleh gigi. Digesti
oleh kelenjar saliva dan proses menelan yang melibatkan lidah, palatum molle,
epiglotis dan esofagus. Mastikasi adalah proses pemecahan makanan secara
mekanik yang sistematik di mulut. Proses mastikasi melibatkan aktivitas terkoordinasi
dari gigi, otot – otot pengunyah, sendi temporomandibula, lidah, bibir, palatum dan
kelenjar saliva. Kebanyakan proses mastikasi disebabkan oleh reflex mengunyah
yang disebabkan adanya makanan masuk ke mulut yang menyebabkan rahang
membuka dan menutup secara terus menerus sampai makanan terpecah – pecah,
tercampur dengan saliva dan agar mudah ditelan. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah agar merangsang papil pengecap.
Proses digesti dan sekresi dalam mulut berasal dari enzim yang disekresi oleh tiga
pasang kelenjar saliva, yatu kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar
submandibula. Kelenjar- kelenjar tersebut akan mensekresi enzim amylase yang
berfungsi untuk pencernaan karbohidrat. Tetapi hanya sekitar 5% karbohidrat yang
dicerna karena makanan berada di mulut hanya dalam waktu singkat. Saliva juga
mempunyai fungsi protektif yang dengan enzim lizozim akan menghancurkan
mikroorganisme yang masuk, bikarbonat yang akan menetralkan asam, melarutkan
makanan agar bisa merangsang papil pengecap dan melubrikasi makanan agar
menjadi bolus sehingga makanan bisa masuk ke dalam lambung. Saliva mempunyai
dua jenis reflek yaitu reflek terkondisi dan reflek sederhana. Reflek terkondisi terjadi
saat kita melihat, mencium, dan mendengar bisa meningkatkan sekresi saliva, dan
reflek sederhana dimulai ketika makanan masuk ke mulut yang akan merangsang
mekanoreseptor yang akan meningkatkan sekresi saliva. Saliva juga memudahkan
kita dalam proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah kita.1-5
Proses menelan merupakan proses akhir dari sistem pencernaan yang ada di
mulut. Bolus yang terbentuk didorong secara sengaja oleh lidah ke arah bagian
belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan
di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla.
Kemudian pusat menelan secara reflex mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat
dalam proses menelan. Proses ini awalnya adalah volunteer, namun sekali kita
melakukan proses menelan, proses itu tidak dapat dihentikan.1,3
b. Lambung
Merupakan organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di
bawah diafragma. Semua bagian kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian garis
tengah. Ukurannya berbeda-beda tiap individu. Lambung dibagi menjadi fundus yakni
dekat lubang esofagus, korpus di bagian tengah / utama dan antrum di bagian bawah
lambung otot lebih tebal. Secara histologis, ada tiga lapisan jaringan dasar pada
lambung yakni mukosa, submukosa dan jaringan muskularis. muskularis eksterna
pada bagian fundus dan lambung mengandung otot melintang tambahan. Mukosa
yang membentuk lipatan-lipatan atau ruga yang menonjol sehingga memungkinkan
peregangan dinding lambung.1,3,5
Lambung melakukan beberapa fungsi. Fungsi terspenting adalah menyimpan
makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Pada gaster terdapat empat
aspek proses motilitas, yaitu pengisian lambung, penyimpanan lambung,
pencampuran lambung, dan pengosongan lambung. Volume lambung dalam
keadaan kosong sekitar 50 ml dan maksimal sampai 1 liter. Bolus yang masuk ke
lambung menyebabkan sekresi dari getah lambung dan depolarisasi otot lambung
yang menyebabkan gerakan peristaltic yang sangat kuat akan mencampur bolus
dengan getah lambung menjadi kimus. Gerakan peristaltic mendorong makanan
yang ada di pylorus kembali ke antrum yang disebut gerakan retropulsif, tujuan
gerakan ini agar makanan bisa tercampur semua dengan getah lambung.
Pengosongan lambung diatur oleh factor lambung dan duodenum. Kontraksi
peristaltic antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung, juga menghasilkan
gaya pendorong yang bertujuan mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk
ke dalam duodenum selama gerakan gelombang peristaltic saat sfingter pylorus
membuka dan menutup tergantung kekuatan dari peristaltic tersebut.
e. Usus Besar
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar
terdiri dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme
diubah menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas
dari mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon
menyimpan sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari
chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan
hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui
defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada
ileocecal. Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung
tersembunyi. Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-
kira panjangnya 9 cm disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri
beberapa nodul limpatik. Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4
bagian, yaitu colon ascendens, colon transversal, colon descendens dan colon
sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan berakhir pada fleksur kolik
kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon transversal
membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon
descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang
sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid
membentuk saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak
lengkap. Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi
membentuk tiga berkas otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon.
Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang
terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang
berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang melekat di
sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan
mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk
suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar
tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus
halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular.
Perbedaan utama adalah pada sel goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain
jumlahnya berkurang banyak.
Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan
berakhir pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur
yang sederhana, dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat
pencernaan.beristirahat Bagian terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3
cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada
anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal daripada rektum dan berbentuk
internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang anus. Otot rangka membentuk
external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan Epitel
pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian
bawah tersusun squamous.
Fungsi utama kolon adalah: absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan
setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi
tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus
yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.1,5
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5 cm
otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat
yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi
gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar
(haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik,
kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan
kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu
bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan
feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan
cairan serta zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses
yang dikeluarkan tiap hari.
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang
lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat.
Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan
untuk beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan
mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat
yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf
setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla
spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga
bagian distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap
ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan
bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang
berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida
sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses.
Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).
Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar
air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml
diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon
proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan
feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan).
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi
aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus
besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut,
apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida
menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian
menyebabkan absorbsi air.
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri
didalam usus besar.
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi
usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada
kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai
tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang
menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄).
Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%
anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses
disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan
hasil kerja bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih
(tinja akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja
bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak
terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses
bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama
kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
f) Proses Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter
yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum
serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi
pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan
timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah
oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic
dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika
gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar
berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi
volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi
merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga
agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan
megontraksikan otot abdomen.
Metabolisme energi
Metabolisme ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonversi senyawa
kimia di dalam tubuh, jalur yang diambil oleh tiap molekul, hubungan antarmolekul, dan
mekanisme yang mengatur aliran metabolit melalui jalur metabolisme. Jalur metabolic
digolongkan menjadi tiga kategori : jalur anabolic, yaitu jalur – jalur yang berperan dalam
sintesis senyawa yang lebih besar dan kompleks dari precursor yang lebih kecil, misalnya
sintesis protein dari asam amino, dan sintesis cadangan triasilgliserol dan glikogen; jalur
katabolic, yang berperan dalam penguraian molekul besar, sering melibatkan reaksi oksidatif
yang menghasilkan ATP melalui rantai respiratorik; dan jalur amfibolik, yang berlangsung di
persimpangan metebolisme, bekerja sebagai penghubung antara jalur katabolic dan
anabolic, misalnya siklus asam sitrat.6
Sifat alamiah makanan menentukan pola dasar metabolisme. Terdapat kebutuhan
untuk mengolah produk pencernaan dari karbohidrat, lipid, dan protein makanan. Produk-
produk ini masing-masing terutama adalah glukosa, asam lemak dan gliserol, serta asam
amino.
Glukosa adalah bahan bakar utama bagi kebanyakan jaringan. Glukosa
dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat
menjadi asetil-KoaA yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk dioksidasi sempurna
menjadi CO2 dan air yang erkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi
oksidatif. Glikolisis juga dapat berproduksi secara anaerob, dengan produk akhir berupa
laktat.
Metabolisme lemak berasal dari sumber asam lemak rantai panjang adalah lipid
makanan atau melalui sintesis de novo dari asetil-KoA yang berasal dari karbohidrat atau
asam amino. Asam lemak dapat dioksidasikan menjadi asetil-KoA atau diesterifikasi dengan
gliserol, yang membentuk triasilgliserol(lemak) sebagai cadangan bahan bakar utama tubuh.
Asam amino diperlukan untuk membentuk protein, diamana sebagian dipasok dari
makanan karena tidak dibentuk di tubuh.setelah deaminasi, nitrogen amin diekskresikan
sebagai urea, dan krangka karbon yang tersisa setelah transmisi dapat dioksidasikan
menjadi karbon dioksida melalui asam sitrat dan digunakan membentuk glukosa serta badan
keton.
Di tingkat jaringan dan organ, sirkulasi darah mengintegrasikan metabolisme. Asam
amino yang berasal dari pencernaan protein dan glukosa yang berasal dari pencernaan
karbohidrat diserap melalui vena porta hati. Hati memiliki peran mengatur konsentrasi
berbagai metabolit larut – air dalam darah. Pada kasus glukosa, hal ini dicapai dengan
menyerap glukosa yang melebihi kebutuhan saat ini dan mengubah menjadi glikogen melalui
proses glikoginesis, atau asam lemak melalui proses lipoginesis. Diantara waktu makan, hati
bekerja mempertahankan kadar glukosa darah dari glikogen dan bersama denan ginjal,
dengan mengubah metabolit nonkarbohidrat, seperti laktat, gliserol dan asam amino menjadi
glukosa melalui proses glukoneogenesis. Pemeliharaan kadar glukosa dalam darah yang
memadai sangat penting bagi jaringan yang memakai glukosa sebagai bahan utama (otak
dan otot) dan bahan bakar satu – satunya (eritrosit).6
Kesimpulan
Semua bagian yang masuk ke dalam sistem pencernaan memiliki hubungan yang
erat satu dengan lainnya. Organ yang satu berhubungan dan saling bergantung dengan
yang lain. Terjadinya gangguan pada salah satu anggota system pencernaan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan diseluruh sistem pencernaan yang akibatnya sangat
merugikan. Adanya keterlambatan pengosongan lambung karena lemak yang menumpuk di
duodenum dapat mengakibatkan individu merasa perutnya tidak enak. Membiasakan makan
yang teratur dapat mencegah terjadinya gangguan pada sistem pencernaan.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2001.h.538-87.
2. Eroschenko, V.P. Atlas histologi di fiore. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit buku-buku
kedokteran EGC. 2003
3. Sloane, ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC. 2004
4. Pearce E L. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia.
2008
5. Snell RS. Anatomi klinis untuk mahasiswa kedokteran, Edisi 6. Jakarta: Penerbit
EGC; 2006. h. 234-5, 792-3.
6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit
EGC; 2009. h. 139-51.