Anda di halaman 1dari 21

STRUKTUR DAN MEKANISME KERJA SISTEM PENCERNAAN

Flavianus Reo Lelang Wayan**


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida
NIM. 10 2010 237
Email: alphyn_91@yahoo.co.id

Pendahuluan
Fungsi utama sistem pencernaan (sistem alimenter) adalah untuk memindahkan zat
gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air, elektrolit dari makanan yang kita makan ke
dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi
yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai
aktivitas bergantung energi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.
Makanan juga merupakan sumber bahan untuk perbaikan, pembaharuan, dan penambahan
jaringan tubuh.
Tumbuhan dapat menyerap eneegi matahari dan membentuk molekul-molekul
organik yang mereka butuhkan dari senyawa anorganik, misalnya CO2 dan H2O melalui
proses fotosintesis.
Manusia tidak dapat menuai energi dari sinar matahari secara langsung sehingga
manusia memanfaatkan energi bentuk lain dengan memakan tumbuhan atau hewan yang
memakan tumbuhan. Kemudian manusia menggunakan molekul-molekul organik (dalam
makanan) dan O2 untuk menghasilkan energi dengan produk sampingan CO2 dan H2O.
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organik terdapat di makanan
tersedia bagi sel digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangun.
Makanan mula-mula harus dicerna yang kemudian dapat diserap dari saluran pencernaan ke
dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95 %
makanan yang masuk tersedia untuk digunakan oleh tubuh.1

**Fakultas Kedokteran Ukrida


Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat. Telp (021)56942061
Gambaran Umum Saluran Pencernaan
Dinding saluran pencernaan tersusun atas empat lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga
sentral) ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regio bervariasi sesuai fungsi regionya
masing-masing.1-3

a. Mukosa. Lapisan ini tersusun atas tiga lapisan yakni Epitelium, yang berfungsi
sebagai perlindungan, sekresi dan absorbsi. Lamina propria yakni jaringan ikat
areolar yang menopang epitelium. Lamina ini mengandung pembuluh darah, nodus
limfatikus, nodulus limfe dan beberapa jenis kelenjar. Muskularis mukosa yang
terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal luar.
b. Submukosa
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal, dan pleksus serabut saraf serta
sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus submukosal). Submukosal
mengikat ke muskularis ekseterna.

c. Muskularis eksterna
Lapisan ini terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkontriksi lumen saluran dan kontraksi
lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen saluran. Kontraksi ini
mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakan isi saluran ke arah depan.
Muskularis eksterna terfiri dari otot rangka di mulut, faring dan esofagus atas, serta
otot polos pada saluran selanjutnya. Terdapat pula pleksus aurbach (pleksus
mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan sel ganglion parasimpatis, terletak di
antara lapisan otot sirkular dalam dan longitudinal luar.

d. Serosa
Lapisan keempat dan paling luar ini juga disebut lapisan peritoneum viseral.
Lapisan ini terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium
skuamosa simpel. Di bawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epitelium
skuamosa menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat disekitarnya.
Area ini disebut sebagai adventisia
Pengaturan Fungsi Pencernaan
Motilitas dan sekresi pencernaan diatur secara cermat untuk memaksimalkan pencernaan
dan penyerapan makanan yang masuk. Terdapat empat faktor yang berperan dalam
pengaturan fungsi sistem pencernaan yakni :
1. Fungsi otonom otot polos
Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos pencernaan
adalah potensial gelombang lambat yang disebut irama listrik dasar (basic electrical
rhytm) saluran pencernaan. Gelombang lambat bukan potensial aksi dan tidak secara
langsung menginduksi kontraksi otot. Gelombang tersebut bersifat ritmik, berfluktuasi
seperti gelombang potensial membran yang secara berkala membawa membran
mendekati atau menjauhi ambang.
Apabila titik awal dekat dengan ambang, seperti saat makan ada di saluran
pencernaan, depolarisasi puncak gelombang lambat akan mencapai ambang,
sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraksi kontraktil yang menyertainya
meningkat. Sebaliknya apabila titik awalnya jauh dari ambang, seperti saat tidak
makan, kecil kemungkinan ambang dapat tercapai, sehingga frekuensi potensial aksi
dan aktivitas kontraktil menurun.

2. Pleksus saraf intrinsik


Faktor kedua yang terlibat dalam pengaturan fungsi saluran pencernaan adalah
pleksus saraf intrinsik. Merupakan jaringan sel-sel saraf yang saling berhubungan .
terdapat macam pleksus yakni, Pleksus mienterikus (aurbach) yang terletak di
antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler juga pleksus submukosa
(meissner) yang terletak di submukosa. Kedua pleksus ini dikenal sebagai pleksus
intrinsik karena keduanya terletak dalam dinding saluran pencernaan.
Pleksus-pleksus intrinsik mempengaruhi semua faset aktivitas saluran pencernaan.
Melalui persarafan sel-sel otot polos serta sel-sel eksokrin dan endokrin saluran
pencernaan, pleksus intrinsik secara langsung mempengaruhi motilitas saluran
pencernaan , sekresi getah pencernaan dan sekresi hormon pencernaan. Jaringan
saraf intrinsik ini terutama bertanggung jawab mengkoordinasikan aktivitasi lokal di
dalam saluran pencernaan. Sebagai contoh, apabila sebuah potongan besar
makanan tersangkut di esofagus, respon kontraktil lokal yang dikoordinasikan oleh
pleksus intrinsik dimulai untuk mendorong maju makanan.

3. Saraf ekstrinsik
Merupakan saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan mempersarafi
berbagai organ pencernaan yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf
otonom. Seperti yang diketahui bahwa saraf simpatis selalu menghambat atau
memperlambat kontraksi dan sekresi saluran pencernaan sedangkan saraf
parasimpatis melalui saraf vagus (N. X) cenderung meningkatkan motilitas otot polos
dan mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan.
Selain diaktifkan selama lepas muatan simpatis atau parasimpati umum, saraf-saraf
otonom mempersarafi sistem pencernaan dapat secara sendiri diaktifkan hanya
untuk memodifitasi aktivitas pencernaan. Salah satu tujuan utama pengaktifan
spesifik saraf ekstrinsik adalah koordinasi aktivitas antara berbagai bagian sistem
pencernaan. Tujuan lain dari pengaktifan spesifik adalah pemberian jalan bagi faktor-
faktor luar sistem pencernaan untuk dapat mempengaruhi sistem pencernaan.

4. Hormon pencernaan
Di dalam mukosa bagian tertentu saluran pencernaan terdapat sel-sel kelenjar
endokrin yang mengeluarkan hormon-hormon ke dalam darah jika mendapat
rangsangan yang sesuai. Hormon-hormon pencernaan dikeluarkan terutama sebagai
respon terhadap perubahan lokal spesifik di sisi lumen(misalnya ada protein,lemak
atau asam) yang bekerja secara langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atau tidak
langsung melalui pleksus intrinsik atau saraf otonom ekstrinsik.1

Proses Dasar Pencernaan


Terdapat empat proses pencernaan dasar, yaitu:
Motilitas, proses ini mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi
saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan
terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus. Tonus penting
untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk
mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami
distensi( peregangan).1
Terhadap aktivitas tonik yang terus menerus tersebut, terjadi dua jenis dasar motilitas
pencernaan: gerakan propulsive (mendorong) dan gerakan mencampur. Gerakan propulsive
memajukan isi saluran pencernaan kea rah depan dengan kecepatan yang berbeda-beda,
dengan laju propulsi bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh setiap region saluran
pencernaan; yaitu makanan bergerak maju dalam segmen dengan kecepatan yang cukup
bagi segmen tersebut untuk melaksanakan tugasnya. Sebagai perbandingan, transit
makanan di oesophagus berlangsung sangat cepat, karena struktur ini hanya berfungsi
sebagai tempat transit makanan, sedangkan di usus halus sebagai tempat utama proses
pencernaan dan penyerapan, makanan bergerak sangat lambat, sehingga tersedia cukup
waktu untuk penguraian dan penyerapan makanan.1,2
Gerakan mencampur mempunyai fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengan
getah pencernaan, gerakan tersebut membantu pencernaan makanan. Kedua, gerakan
tersebut mempermudah proses pencernaan makanan dengan mendorong makanan ke
permukaan penyerapan saluran pencernaan.
Pergerakan suatu bahan melintasi saluran pencernaan sebagaian besar terjadi akibat
kontraksi otot polos di dalam dinding organ-organ pencernaan, dengan pengecualian bahwa
motilitas di kedua ujung saluran ( mulut sampai bagian awal esophagus dan sfingter anus
eksternus di akhir) melibatkan aktivitas otot rangka dan bukan otot polos. Dengan demikian,
tindakan mengunyah, menelan, dan defekasi memiliki komponen volunteer karena otot-otot
angka berada di bawah kesadaran, sedangkan motilitas yang dilakukan oleh otot polos di
bagian saluran pencernaan lainnya dikontrol oleh mekanisme involunter yang kompleks.
Sekresi sejumlah getah pencernaan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-
kelenjar eksokrin yang terletak di sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretotik
spesifiknya sendiri. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen
organic spesifik yang penting dalam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu, atau
mucus. Sel-sel sekretorik mengekstrasi dari plasma sejumlah besar air dan bahan-bahan
mentah yang penting untuk menghasilkan produk sekretorik mereka. Sekresi semua getah
penernaan memerlukan energy, baik untuk transportasi aktif sebagai bahan mentah ke
dalam sel, sebagian berdifusi secara pasif maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh
reticulum endoplasma. Sel-sel eksokrin ini memiliki banyak mitokondria untuk menunjang
tingginya kebutuhan energy yang dibutuhkan dalam proses sekresi. Sekresi tersebut
dikeluarkan di dalam lumen karena adanya rangsang saraf dan hormone yang sesuai.
Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam suatu bentuk lain unutk
dikembalikan ke darah setelah produk sekresi tersebut ikut serta dalam proses pencernaan.
Kegagalan proses reabsorpsi tersebut karena diare atau muntah menyebabkan hilangnya
cairan yang dipinjam dari plasma tersebut.
Pencernaan mengacu kepada proses penguraian makanan dari yang srukturnya
kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim
yang diproduksi di dalam system pencernaan. Manusia mengkonsumsi tiga kategori
biokimiawi makanan kaya energy: karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar
tersebut tidak bisa menembus membrane plasma utuh untuk diserap ke dalam darah atau
limfe.
Bentuk karbohidrat yang paling sederhana adalah gula sederhana atau monosakarida
misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang dalam keadaan normal jumlahnya sangat
sedikit terkandung dalam makanan. Sebagian besar karbohidrat yang dikonsumsi dari
makanan dalam bentuk polisakarida. Tepung kanji yang berasal dari makanan nabati paling
banyak mengandung polisakarida, sedangkan daging mengandung glikogen yang
merupakan bentuk simpanan glukosa dalam daging. Selulosa, yang merupakan polisakarida
pada dinding tumbuhan tidak dapat dicerna oleh getah pencernaan yang dihasilkan oleh
manusia, sehingga menjadi serat yang tidak tercerna dalam makanan manusia. Selain itu,
ada juga dalam bentuk disakarida seperti sukrosa yang banyak terdapat dalam gula dan
laktosa yang didapat dalam susu.
Kategori kedua makanan adalah protein, yang terdiri dari berbagai kombinasi asam
amino yang disatukan oleh ikatan peptide. Melalui proses pencernaan, protein diuraikan
terutama menjadi konstituen mereka, yaitu asam amino serta beberapa polipeptida kecil,
keduanya merupakan satuan protein yang dapat diserap.
Lemak merupakan kategori ketiga makanan. Sebagian besar lemak dalam makanan
berada dalam bentuk trigliserida, yaitu lemak netral, yang masing-masing terdiri dari
kombinasi gliserol dengan tiga molekul asam lemak melekat padanya. Selama proses
pencernaan, dua molekul asam lemak dipisahkan, meninggalkan sebuah monogliserol, satu
molekul gliserol dengan satu molekul asam lemak melekat padanya. Dengan demikian,
produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak, yang merupakan
satuan lemak yang dapat diserap.
Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan H2O di
tempat ikatan, enzim dalam sekresi pencernaan memutuskan ikatan-ikatan subunit-subunit
molecular kecil di dalam molekul nutrient, sehingga molekul-molekul tersebut menjadi bebas.
Subunit-subunit kecil tersebut semula disatukan untuk membentuk molekul nutrient melalui
proses pengeluaran H2O di tempat-tempat ikatan. Hidrolisis menggantikan air dan
membebaskan unit-unit kecil yang dapat diserap tersebut. Enzim-enzim pencernaan bersifat
spesifik terhadap ikatan yang dapat mereka hidrolisis. Sewaktu bergerak melintasi saluran
pencernaan, makanan terpajan ke berbagai enzim, yang masing-masing menguraikan
molekul makanan lebih lanjut. Dengan cara ini, molekul makanan yang besar diubah menjadi
satuan-satuan kecil yang dapat diserap melalui cara yang progresif dan bertahap seiring
dengan bergeraknya isi saluran pencernaan ke depan.
Penyerapan merupakan proses penyelesaian dari pencernaan dan penyerapan
sebagian besar terjadi di usus halus. Melelui proses penyerapan (absorpsi), satuan-satuan
kecil yang dapat diserap dihasilkan dari proses pencernaan tersebut, bersama dengan air,
vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau
limfe.1,3,4
Struktur, Mekanisme Kerja dan Proses Biokimia Sistem Pencernaan

a. Rongga Oral, Faring dan Esofagus


Merupakan pintu masuk ke saluran pencernaan. Bibir juga memiliki fungsi lain non
pencernaan yaitu penting untuk berbicara dan sebagai reseptor sensorik.
Rongga vestibulum terletak di antara gigi terletak di antara gigi, bibir dan pipi
sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan,
palatum mole dan palatum durum di bagian atas, lidah di bagian bawah dan orofaring
di bagian belakang.
Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis oris) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi
untuk menerima makanan dan produksi wicara. Permukaan luar bibir dilapisi kuli
yang mengandung folikel rambut, kelenjar keringat serta kelenjar sebasea. Area
transisional memiliki epidermis transparan. Bagian ini tampak merah karena dilewati
oleh banyak kapiler yang dapat terlihat. Permukaan dalam bibir adalah mebran
mukosa. Bagian frenulum labia melekatkan membran mukosa pada gusi di garis
tengah.
Pipih mengandung otot buksinator mastikasi. Lapisan epitel pipi merupakan subjek
abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru
yang membelah dengan cepat.
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam
produksi wicara. Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringan di luar
lidah serta berfungsi dalam pergerakan lidah secara keseluruhan. Otot intrinsik lidah
memiliki serabut yang menghadap ke berbagai arah untuk membentuk sudut satu
sama lain. Ini memberikan mobilitas yang besar pada lidah. Terdapat pula papila
yakni elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan dorsal lidah. Papila-
papila ini menyebabkan tekstur lidah menjadi kasar. Papila fungiformis dan papila
sirkumvalata memiliki kuncup pengecap. Sekresi dari kelenjar von ebner terletak di
otot lidah bercampur dengan makanan pada permukaan lidah dan membantu
pengecapan rasa. Terdapat pula tonsil-tonsil lingua yakni agregasi jaringan limfoid
pada sepertiga distal lidah.
Kelenjar Saliva mensekresikan saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Ada tiga
pasang kelenjar saliva yakni, kelenjar paratiroid, kelenjar submaksilar dan kelenjar
sublingua. Saliva terutama terdiri dari sekresi serosa yaitu 98 % air dan mengandung
enzim amilase serta berbagai jenis ion ( natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium),
juga sekresi mukus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein
(musin), ion dan air. Fungsi saliva sendiri yakni melarutkan makanan secara kimia,
melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Amilase pada saliva
menguraikan zat tepung menjadi polisakarida.
Gigi tersusun dalam kantong-kantong pada mandibula dan maksila. Komponen gigi
yakni mahkota gigi yang merupakan bagian yang terlihat, leher yang diselubungi
gusi, membran peridontal yang merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong
alveolar dan melekat pada sementum, rongga pulpa serta dentin dan email gigi. Gigi
berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk kemudian
dipotong-potong oleh gigi dan dicampur dengan dengan saliva untuk membentuk
bolus.3-5

Langkah awal dalam proses pencernaan adalah mastikasi yaitu motilitas mulut yang
melibatkan penggilingan dan pencampuran makanan yang masuk oleh gigi. Digesti
oleh kelenjar saliva dan proses menelan yang melibatkan lidah, palatum molle,
epiglotis dan esofagus. Mastikasi adalah proses pemecahan makanan secara
mekanik yang sistematik di mulut. Proses mastikasi melibatkan aktivitas terkoordinasi
dari gigi, otot – otot pengunyah, sendi temporomandibula, lidah, bibir, palatum dan
kelenjar saliva. Kebanyakan proses mastikasi disebabkan oleh reflex mengunyah
yang disebabkan adanya makanan masuk ke mulut yang menyebabkan rahang
membuka dan menutup secara terus menerus sampai makanan terpecah – pecah,
tercampur dengan saliva dan agar mudah ditelan. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah agar merangsang papil pengecap.

Proses digesti dan sekresi dalam mulut berasal dari enzim yang disekresi oleh tiga
pasang kelenjar saliva, yatu kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar
submandibula. Kelenjar- kelenjar tersebut akan mensekresi enzim amylase yang
berfungsi untuk pencernaan karbohidrat. Tetapi hanya sekitar 5% karbohidrat yang
dicerna karena makanan berada di mulut hanya dalam waktu singkat. Saliva juga
mempunyai fungsi protektif yang dengan enzim lizozim akan menghancurkan
mikroorganisme yang masuk, bikarbonat yang akan menetralkan asam, melarutkan
makanan agar bisa merangsang papil pengecap dan melubrikasi makanan agar
menjadi bolus sehingga makanan bisa masuk ke dalam lambung. Saliva mempunyai
dua jenis reflek yaitu reflek terkondisi dan reflek sederhana. Reflek terkondisi terjadi
saat kita melihat, mencium, dan mendengar bisa meningkatkan sekresi saliva, dan
reflek sederhana dimulai ketika makanan masuk ke mulut yang akan merangsang
mekanoreseptor yang akan meningkatkan sekresi saliva. Saliva juga memudahkan
kita dalam proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah kita.1-5
Proses menelan merupakan proses akhir dari sistem pencernaan yang ada di
mulut. Bolus yang terbentuk didorong secara sengaja oleh lidah ke arah bagian
belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan
di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla.
Kemudian pusat menelan secara reflex mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat
dalam proses menelan. Proses ini awalnya adalah volunteer, namun sekali kita
melakukan proses menelan, proses itu tidak dapat dihentikan.1,3

b. Lambung
Merupakan organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di
bawah diafragma. Semua bagian kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian garis
tengah. Ukurannya berbeda-beda tiap individu. Lambung dibagi menjadi fundus yakni
dekat lubang esofagus, korpus di bagian tengah / utama dan antrum di bagian bawah
lambung otot lebih tebal. Secara histologis, ada tiga lapisan jaringan dasar pada
lambung yakni mukosa, submukosa dan jaringan muskularis. muskularis eksterna
pada bagian fundus dan lambung mengandung otot melintang tambahan. Mukosa
yang membentuk lipatan-lipatan atau ruga yang menonjol sehingga memungkinkan
peregangan dinding lambung.1,3,5
Lambung melakukan beberapa fungsi. Fungsi terspenting adalah menyimpan
makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Pada gaster terdapat empat
aspek proses motilitas, yaitu pengisian lambung, penyimpanan lambung,
pencampuran lambung, dan pengosongan lambung. Volume lambung dalam
keadaan kosong sekitar 50 ml dan maksimal sampai 1 liter. Bolus yang masuk ke
lambung menyebabkan sekresi dari getah lambung dan depolarisasi otot lambung
yang menyebabkan gerakan peristaltic yang sangat kuat akan mencampur bolus
dengan getah lambung menjadi kimus. Gerakan peristaltic mendorong makanan
yang ada di pylorus kembali ke antrum yang disebut gerakan retropulsif, tujuan
gerakan ini agar makanan bisa tercampur semua dengan getah lambung.
Pengosongan lambung diatur oleh factor lambung dan duodenum. Kontraksi
peristaltic antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung, juga menghasilkan
gaya pendorong yang bertujuan mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk
ke dalam duodenum selama gerakan gelombang peristaltic saat sfingter pylorus
membuka dan menutup tergantung kekuatan dari peristaltic tersebut.

Fungsi digesti dan sekresi lambung meliputi pelepasan enzim – enzim


pencernaan dan hormone – hormone yang terlibat dalam mengatur pencernaan yang
ada di lambung. Mukosa lambung diliputi sel – sel, yaitu sel leher mukosa yang
terutama mensekresi mucus, sel peptic (chief cell) yang menseksresi pepsinogen, sel
parietal yang mensekresi HCl dan factor intrinsic, enterochromatin like cell (ECL)
yang akan menskeresi histamine, dan sel G yang akan mensekresi gastrin. Fungsi
dari HCl adalah membangkitkan suasana asam dalam lambung (pH 2) agar enzim
pepsin bisa aktif dan mencerna protein, membantu menguraikan partikel makanan
menjadi partikel yang lebih kecil, dan mematikan mikroorganisme yang masuk ke
dalam lambung. Faktor intrinsic berguna untuk melindungi vitamin b12 yang masuk
ke lambung agar tidak dihancurkan oleh HCl dan bisa terserap di ileum terminal.
Fungsi dari ECL akan mensekresi histamine untuk merangsang pembentukan HCl.
Fungsi dari gastrin adalah untuk merangsang pembentukan HCl. Pada lambung juga
terjadi pencernaan karbohidrat selama satu pada korpus dan fundus lambung
sebelum bolis bercampur dengan HCl.
Pengaturan sekresi lambung meliputi 3 fase. Yaitu fase sefalik, fase gastric dan
fase intestinal. Fase sefalik yaitu factor sekresi lambung yang terjadi pada saat
sebelum makanan masuk ke lambung. Seperti melihat, membaui makanan,
mencicipi, dan terutama saat menkonsumsi makanan. Factor – factor tersebut akan
merangsang saraf parasimpatis yang akan mensekresi getah lambung sekitar 20%.
Fase gastric dimulai ketika makanan masuk ke lambung. Factor terebut akan
merangsang reflek syaraf dan hormone yang akan merangsang sekitar 70% dari
getah lambung selama beberapa jam ketika makanan berada di lambung. Fase
intestinal disebabkan adanya makanan pada usus halus yang akan merangsang
sekresi gastrin dari mukosa duodenum yang akan merangsang sekresi getah
lambung.

c. Duodenum, jejunum, dan ileum


Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus
halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 hingga 5 meter saat bekerja. Usus
halus terbagi 3 divisi yaitu, duodenum yang merupakan bagian terpendek yaitu 35 cm
sampai 30cm dan merupakan muara dari duktus empedu dan duktus pancreas.
Jejunum adalah bagian selanjutnya dengan panjang kurang lebih 1m hingga 1,5 m.
dan Ileum yang merupakan bagian terakhir dengan panjang 2 hingga 2,5 m
merentang dan menyatu dengan usus besar. 3-5
Duodenum dipendarahi oleh a.gastroduodenalis, a.pancreaticoduodenalis superior
dan a.pancreaticoduodenalis inferior. Pembuluh baliknya adalah
v.pancreaticoduodenalis superior dan inferior yang akan bermuara ke vena porta.
Yeyunum dan ileum mendapat pendarahan dari aa.jejunales et ilei yang mempunyai
pembuluh balik yang sama dan bermuara ke vena porta.
Fungsi motilitas dari usus halus meliputi gerakan segmentasi dan propulsif /
peristaltic. Gerakan segmentasi adalah gerak mencampur dan mendorong kimus
secara perlahan – lahan sehingga kimus bisa dihancurkan dan bercampur secara
merata dengan getah pencernaan dan kimus bisa diserap sempurna dengan vili
intestinalis pada mukosa usus halus. Gerakan peristaltic adalah gerak mendorong
kimus di usus halus menuju ke usus besar.
Fungsi sekresi dari usus halus dan digesti dari usus halus berasal dari mukosa usus
halus tersebut. Kelenjar brunner pada submukosa lambung akan mensekresi mucus
yang berfungsi sebagai proteksi dinding duodenum dari kimus yang asam dan
lubrikasi agar kimus tidak mencederai dinding duodenum. Adanya kimus pada
duodenum akan merangsang nervus vagus untuk meningkatkan sekresi mucus dan
merangsang sel S pada mukosa duodenum untuk meningkatkan sekresi bikarbonat
pancreas untuk membantu netralisir kimus yang asam. Adanya lemak dalam
duodenum merangsang sel I pada mukosa duodenum dan yeyunum untuk
merangsang sekresi empedu untuk membantu mengemulsi lemak. Enterosit yang
terletak pada vili usus halus mengandung enzim - enzim seperti lactase, sukrase,
maltase dan alpha dekstrinase yang berfungsi mencerna karbohidrat. Selain itu, pada
permukaan vili juga terdapat aminopeptidase yang berfungsi untuk mencerna protein
menjadi asam amino. Pencernaan lemak di terjadi pada lumen duodenum. Lemak
pertama kali akan diemulsifikasi oleh garam – garam empedu dan lesitin sampai
menjadi partikel – partikel yang sangat kecil sehingga mempermudah pencernaan
lemak menjadi asam – asam lemak oleh lipase pancreas pada lumen usus halus.
Garam – garam empedu akan membentuk misel yang akan melarutkan asam – asam
lemak dan vitamin – vitamin yang bersifat larut dalam lemak yang kemudian akan
diabsorbsi dan masuk ke dalam darah.
Dalam proses pencernaan ini, lebih dari 100 juta sel usus dilepaskan, hal ini
menyebabkan mukosa usus halus harus mengalami penggantian dalam jangka
waktu yang sangat cepat. Rata-rata setiap tiga hari mukosa usus halus harus diganti
dengan yang baru karena keseluruhan perjalanan dari kriptus ke ujung vilus juga
memakan waktu rata-rata 3 hari.1
Fungsi absorbsi pada usus halus sebagian besar sari – sari makanan terjadi pada
duodenum dan yeyunum, sedangkan ileum hanya absorbsi vitamin b12 dan garam –
garam empedu. Mukosa usus halus sangat ideal untuk penyerapan karena luas
permukaan penyerapan sangat besar. Hal ini disebabkan permukaan dalam lipatan –
lipatan, terdapat banyak vili – vili dan mikrovili pada tiap permukaan vili intestinalis.
Karbohidrat dan protein yang telah diabsorbsi akan di salurkan ke vena porta dan ke
hepar untuk di olah secara metabolic dan didetoksifikasi, lalu ke vena cava dan
dialirkan ke seluruh tubuh melalui pompa jantung. Absorbsi lemak disalurkan ke
sistem limfe menuju ductus thorasicus untuk diolah dan kemudian dialirkan ke vena
cava dan dialirkan ke seluruh tubuh.1,3,6

d. Pankreas dan kandung empedu


Sewaktu mengalir ke dalam usus halus, isi lambung tidak hanya bercampur dengan
getah yang disekresikan oleh mukosa usus halus, tetapi juga dengan sekresi
pancreas eksokrin dan hati yang mengalir ke dalam lumen duodenum.
Pankreas adalah campuran dari jaringan eksokrin dan endokrin, tetapi keduanya
tidak memiliki kesamaan kecuali tempat nya saja. Bagian eksokrin mengumpul
seperti anggur membentuk asinus yang berhubungan dengan duktus dan bermuara
di duodenum. Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan
endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhan, yang tersebar di seluruh pancreas.
Hormone yang di hasilkan langerhans adalah insulin dan glucagon.
Pancreas eksokrin mengeluarkan getah pancreas yang terdiri dari dua komponen
yaitu sekresi enzimetik dan sekresi alkali encer yang kaya akan natrium bikarbonat.
Enzi mini secara aktif diproduksi oleh sel asinus. Ada tiga jenis enzim yang dihasilkan
oleh pancreas eksokrin, yaitu enzim-enzim proteolitik, yang berperan dalam
pencernaan protein, amylase yang berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan
cara serupa dengan amylase liur, dan lipase yang merupakan sau-satunya enzim
penting dalam pencernaan lemak.1
Tiga enzim proteolitik yang dihasilkan oleh pancreas adalah tripsinogen,
kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam
bentuk inaktif. Setelah masuk ke dalam duodenum, tripsinogen diaktifkan kembali
menjadi tripsin oleh enterokinase. Pancreas juga menghasilkan inhibitor tripsin untuk
menghambat kerja tripsin jika enzim ini tidak sengaja diaktifkan dalam pancreas.
Kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pancreas lainnya,
diubah oleh tripsin masing-masing menjadi bentuk aktif mereka, kimotripsin, dan
karboksipeptidase, di dalam lumen duodenum.
Amylase pancreas bekerja seperti air liur, yaitu berperan dalam mencerna
karbohidrat yang mengubah polisakarida menjadi disakarida. Enzim ini disekresikan
dalam bentuk aktif karena tidak berbahaya.
Lipase pancreas sangat penting karena satu-satu nya yang mampu menuntaskan
pencernaan lemak. Apabila terjadi kerusakan pada enzim-enzim pancreas,
pencernaan menjadi tidak sempurna, karena pancreas adalah satu-satunya
penghasil lipase.
Sekresi alkali encer pancreas berguna karena kerja dari enzim-enzim pancreas akan
optimal hanya pada keadaan netral atau sedikit basa, namun, isi gaster yang masuk
ke dalam duodenum sangat asam. Penting sekali agar kimus yang tiba ini segera
dinetralkan untuk mencegah kerusakan mukosa duodenum oleh asam, volume
sekresi pancreas yang terbesar adalah cairan alkalis ini dimana mencapai 1 dan 2
liter perharinya. 1
Empedu disekresikan oleh hai dan dibelokkan ke kandung empedu di antara waktu
makan. Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang
mencegah empedu memasuki duodenum, kecuali selama ingesti makanan. Apabila
sfingter tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati akan
dibelokkan ke dalam kandung empedu yang terletak dibagian bawah hati. Empedu
dipekatkan di dalam kandung empedu, setelah makan empedu disekresikan ke
dalam duodenum. Jumlah yang disekresikan tiap hari antara 250ml sampai 1 liter.
Garam empedu yang turunan kolesterol dihasilkan untuk membantu pencernaan dan
penyerapan lemak, sebagian garam empedu kembali direabsorpsi ke dalam darah
melalui mekanisme transportasi khusus. Garam empedu ini memiliki efek yang sama
seperti deterjen yang digunakan untuk melarutkan minyak sewaktu mencuci piring.
Garam empedu akan memecah lemak menjadi molekul-molekul yang jauh lebih kecil
hingga gampang diecerna kemudian. Empedu juga menghasilkan bilirubin yang
merupakan pigmen yang mengakibatkan feses berwarna coklat khas dan air seni
berwanra kekuningan.1

e. Usus Besar
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar
terdiri dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme
diubah menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas
dari mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon
menyimpan sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari
chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan
hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui
defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada
ileocecal. Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung
tersembunyi. Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-
kira panjangnya 9 cm disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri
beberapa nodul limpatik. Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4
bagian, yaitu colon ascendens, colon transversal, colon descendens dan colon
sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan berakhir pada fleksur kolik
kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon transversal
membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon
descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang
sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid
membentuk saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak
lengkap. Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi
membentuk tiga berkas otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon.
Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang
terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang
berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang melekat di
sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan
mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk
suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar
tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus
halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular.
Perbedaan utama adalah pada sel goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain
jumlahnya berkurang banyak.

Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan
berakhir pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur
yang sederhana, dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat
pencernaan.beristirahat Bagian terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3
cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada
anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal daripada rektum dan berbentuk
internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang anus. Otot rangka membentuk
external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan Epitel
pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian
bawah tersusun squamous.

Fungsi utama kolon adalah: absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan
setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi
tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus
yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.1,5

a) Gerakan Mencampur “Haustrasi”

Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5 cm
otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat
yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi
gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar
(haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik,
kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan
kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu
bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan
feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan
cairan serta zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses
yang dikeluarkan tiap hari.

b) Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”

Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang
lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat.
Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan
untuk beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan
mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat
yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf
setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla
spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga
bagian distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap
ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan
bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang
berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida
sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses.
Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).
Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.

c) Absorpsi dalam Usus Besar

Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar
air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml
diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon
proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan
feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan).

d) Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air

Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi
aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus
besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut,
apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida
menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian
menyebabkan absorbsi air.

Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri
didalam usus besar.

e) Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi
usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

 Kerja Bakteri dalam kolon.

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada
kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai
tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang
menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄).

 Komposisi feses.

Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%
anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses
disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan
hasil kerja bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih
(tinja akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja
bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak
terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses
bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama
kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

f) Proses Defekasi

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter
yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum
serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi
pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan
timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah
oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus.

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan


rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani
internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks
defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding
rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic
dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika
gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar
berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi
volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi
merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga
agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan
megontraksikan otot abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks


defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis
(segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal
akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon
descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus.
Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi
sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses
defekasi yang kuat.

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti


mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen
mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis
mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses.

Metabolisme energi
Metabolisme ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonversi senyawa
kimia di dalam tubuh, jalur yang diambil oleh tiap molekul, hubungan antarmolekul, dan
mekanisme yang mengatur aliran metabolit melalui jalur metabolisme. Jalur metabolic
digolongkan menjadi tiga kategori : jalur anabolic, yaitu jalur – jalur yang berperan dalam
sintesis senyawa yang lebih besar dan kompleks dari precursor yang lebih kecil, misalnya
sintesis protein dari asam amino, dan sintesis cadangan triasilgliserol dan glikogen; jalur
katabolic, yang berperan dalam penguraian molekul besar, sering melibatkan reaksi oksidatif
yang menghasilkan ATP melalui rantai respiratorik; dan jalur amfibolik, yang berlangsung di
persimpangan metebolisme, bekerja sebagai penghubung antara jalur katabolic dan
anabolic, misalnya siklus asam sitrat.6
Sifat alamiah makanan menentukan pola dasar metabolisme. Terdapat kebutuhan
untuk mengolah produk pencernaan dari karbohidrat, lipid, dan protein makanan. Produk-
produk ini masing-masing terutama adalah glukosa, asam lemak dan gliserol, serta asam
amino.
Glukosa adalah bahan bakar utama bagi kebanyakan jaringan. Glukosa
dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat
menjadi asetil-KoaA yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk dioksidasi sempurna
menjadi CO2 dan air yang erkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi
oksidatif. Glikolisis juga dapat berproduksi secara anaerob, dengan produk akhir berupa
laktat.
Metabolisme lemak berasal dari sumber asam lemak rantai panjang adalah lipid
makanan atau melalui sintesis de novo dari asetil-KoA yang berasal dari karbohidrat atau
asam amino. Asam lemak dapat dioksidasikan menjadi asetil-KoA atau diesterifikasi dengan
gliserol, yang membentuk triasilgliserol(lemak) sebagai cadangan bahan bakar utama tubuh.
Asam amino diperlukan untuk membentuk protein, diamana sebagian dipasok dari
makanan karena tidak dibentuk di tubuh.setelah deaminasi, nitrogen amin diekskresikan
sebagai urea, dan krangka karbon yang tersisa setelah transmisi dapat dioksidasikan
menjadi karbon dioksida melalui asam sitrat dan digunakan membentuk glukosa serta badan
keton.
Di tingkat jaringan dan organ, sirkulasi darah mengintegrasikan metabolisme. Asam
amino yang berasal dari pencernaan protein dan glukosa yang berasal dari pencernaan
karbohidrat diserap melalui vena porta hati. Hati memiliki peran mengatur konsentrasi
berbagai metabolit larut – air dalam darah. Pada kasus glukosa, hal ini dicapai dengan
menyerap glukosa yang melebihi kebutuhan saat ini dan mengubah menjadi glikogen melalui
proses glikoginesis, atau asam lemak melalui proses lipoginesis. Diantara waktu makan, hati
bekerja mempertahankan kadar glukosa darah dari glikogen dan bersama denan ginjal,
dengan mengubah metabolit nonkarbohidrat, seperti laktat, gliserol dan asam amino menjadi
glukosa melalui proses glukoneogenesis. Pemeliharaan kadar glukosa dalam darah yang
memadai sangat penting bagi jaringan yang memakai glukosa sebagai bahan utama (otak
dan otot) dan bahan bakar satu – satunya (eritrosit).6

Fungsi makan pagi


Bagi siapapun yang membutuhkan dorongan memori daya ingat yang baik, makan
pagi adalah salah satu waktu makan yang terpenting dalam sehari. Sebuah penelitian yang
diberikan kepada pria dan wanita yang sudah memasuki usia tua yang sehat menunjukkan
bahwa dengan memperoleh kalori ( baik karbohidrat, protein, atau lemak) saat makan pagi
meningkatkan performa para peserta dalam tes yang melibatkan kemampuan daya ingat.
Para ilmuwan memberikan tes memori kepada 22 pria dan wanita tua setelah mereka
diberikan satu dari empat jenis makanan yang diberikan pada pagi yang berbeda. Setiap
pagi, para partisipan diberikan minuman yang mengandung baik itu karbohidrat murni,
protein, lemak atau bahan makanan yang tidak mengandung kalori.
Para ilmuwan menemukan fakta bahwa dibandingkan makanan yang tidak
mengandung kalori, karbohidrat, lemak, dan protein membantu meningkatkan kemampuan
mengingat lima belas menit setelah makan pagi tersebut. Pada tes yang dilakukan
kemudian, ketiga nutrisi itu ternyata juga memberikan efek yang berbeda, di mana
karbohidrat tampaknya memberi keuntungan lebih besar selama satu jam setelah
mengkonsumsinya, meskipun pada hasil itu didapati bahwa lemak juga meningkatkan
perhatian lebih banyak satu jam .
Penelitian belakangan telah menunjukkan betapa pentingnya melakukan sarapan
pagi dalam performa para murid yang belajar di sekolah.7

Kesimpulan
Semua bagian yang masuk ke dalam sistem pencernaan memiliki hubungan yang
erat satu dengan lainnya. Organ yang satu berhubungan dan saling bergantung dengan
yang lain. Terjadinya gangguan pada salah satu anggota system pencernaan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan diseluruh sistem pencernaan yang akibatnya sangat
merugikan. Adanya keterlambatan pengosongan lambung karena lemak yang menumpuk di
duodenum dapat mengakibatkan individu merasa perutnya tidak enak. Membiasakan makan
yang teratur dapat mencegah terjadinya gangguan pada sistem pencernaan.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2001.h.538-87.
2. Eroschenko, V.P. Atlas histologi di fiore. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit buku-buku
kedokteran EGC. 2003
3. Sloane, ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC. 2004
4. Pearce E L. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia.
2008
5. Snell RS. Anatomi klinis untuk mahasiswa kedokteran, Edisi 6. Jakarta: Penerbit
EGC; 2006. h. 234-5, 792-3.
6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit
EGC; 2009. h. 139-51.

7. American Journal of Clinical Nutrition November 2001;74:567-568, 687-693

Anda mungkin juga menyukai