Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENERAPAN KODE ETIK KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT BANYUMAS

DISUSUN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS

MK ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. JUDI NIM 1211020081


2. MILA HERAWATI NIM 1211020128
3. WAHYU TRI WIDIYANTO NIM 1211020107
4. ANGGORO TRI B NIM 1211020124
5. PUJI LESTARI NIM 1211020126
6. DEWI PUSPITASARI NIM 1211020116
7. WIEDIYATI HERI P NIM 1211020084
8. ROZALI ARSYAD K NIM 1211020104
9. DEEDING ESTIAR YULI H NIM 1211020127
10. YUNI PURNANI NIM 1211020122
11. EMI MAEMUNAH NIM 1211020129
12. YULIYANI NIM 1211020125

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS PARALEL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata‟ala atas segala anugerah dan
kenikmatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Etika dan Hukum Keperawatan dengan membahas penerapan kode etik keperawatan di RS
Banyumas dalam bentuk makalah. Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan
 persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Etika dan Hukum Keperawatan di Fakultas
Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan P aralel Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari pula bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain
 berkat rahmat dari Allah Subhanahu wata‟ala. Kemudian bantuan, dorongan dan bimbingan
rekan – rekan juga memudahkan kami sehingga kendala – kendala yang dihadapi dapat teratasi
dengan baik. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam
 penulisan makalah ini.

Selanjutnya, kami merasa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik
 pada teknis penulisan maupun materi yang tersaji mengingat keterbatasan kemampuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
 penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Akhirnya, kami berharap semoga Allah Subhanahu wata‟ala memberikan imbalan yang
setimpal pada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan kepada
kami. Amiin ya Rabbal „alamiin.

Purwokerto, November 2012

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................. .............................................................. 1

KATA PENGANTAR .............................................. ............................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN ................................................. ...................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN .................................................. ...................................................... 5

A. PENGERTIAN .................................................. ...................................................... 5

B. TIPE-TIPE ETIK ............................................... ...................................................... 6

C. TEORI ETIK ........................................................................................................... 6

D. PRINSIP-PRINSIP ETIK ........................................................................................ 7

E. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA ...................................................... 8

BAB III. PERUMUSAN MASALAH .................................................. ................................... 10

A. REALITAS PENERAPAN KODE ETIK DI RUMAH SAKIT BANYUMAS ..... 10

B. PERMASALAHAN PENERAPAN KODE ETIK DI RS BANYUMAS .............. 11

C. PENYELESAIAN MASALAH .............................................................................. 12

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 15

A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 15

B. SARAN ................................................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
 pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat
dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
 profesional.

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah satu tenaga
 profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan
mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung
 jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi


 praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan


 berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul
 beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian
inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang
didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat.

Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang
 perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan
lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun pelanggaran terkait dengan
masalah hukum.

Rumah Sakit Banyumas sebagai salah satu rumah sakit pendidikan yang berada
diwilayah kabupaten Banyumas dengan berbagai pelayanan kesehatan yang diberikan,dan salah
satunya adalah pelayanan keperawatan sudah barang tentu diperlukan pedoman etik dalam
 pelayanan keperawatan yang diterapkan. Sehingga praktik keperawatan yang diberikan dapat
dipertanggung jawabkan baik secara etik maupun secara legal formal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David
(1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.
2002. 7) Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang
 benar.Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan
kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan
yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika
mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki
 prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau
 peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi.Profesi menyusun kode etik berdasarkan
 penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional.Kode etik menerapkan konsep etis
karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai
individu.Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi
kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh:
 benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi dan tanggung jawab bila profesional
kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap
 penyakit yang pasti membawa kematian?.
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang
(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan
organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek
manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak asasi dan
tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan
menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang
disusunnya.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan.Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan
masyarakat; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan
 penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.

5
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan.Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah
universal.Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia, karena itu tidak
membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-lain.
Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan
manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat
akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien
dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda
maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak,
B. TIPE-TIPE ETIK 
1. Bioetik 
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
 pada manusia.Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua
tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik
antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik
terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2. Clinical ethics/Etik klinik 
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.Contoh clinical ethics :
Adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya
merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3.  Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
C. TEORI ETIK 
1. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat
tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat
menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua
hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayinya.

6
2. Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed consent, alokasi su mber-sumber, dan euthanasia.
D. PRINSIP-PRINSIP ETIK 
Berikut ini adalah prinsip etik menurut organisasi profesi keperawatan internasional
(ICN; International Concil of Nursing )
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
 persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.Praktek
 profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
 benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh
 pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity
 berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
 berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti, jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk

7
 pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
 privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
 bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan
 pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanp a terkecuali.

E. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA


Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
 pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
 perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu
 berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat
dihindarkan.
Teks Kode Etik Keperawatan Indonesia Tahun 2000.

PASAL I PERAWAT DAN KLIEN


1. Perawat dalam memberikan perawatan terhadapklien tidak terpengaruh
kedudukan sosial politik dan agama yang dianut serta warna kulit,umur,jenis
kelamin, aliran, pertimbangan kebangsaan, kesukuan.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai  –   nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.

8
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

PASAL II PERAWAT DAN PRAKTIK,


1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yangmenerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkankemampuan serta kualifikasi seseorang dalam melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukan perilaku profesional.

PASAL III PERAWAT DAN MASYARAKAT


Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

PASAL IV PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT


1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenagakesehatan lainnya, dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun tujuan pelayanankesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
 pelayanan kesehatansecara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

PASAL V PERAWAT DAN PROFESI


1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
 pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
 pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai pengembangan profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.

9
BAB III

PERUMUSAN MASALAH

A. REALITAS PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT


BANYUMAS
Secara umum,untuk melaksanakan atau mengawal penerapan kode etik di RS Banyumas
maka Bidang Keperawatan RS Banyumas telah membentuk “Panitia Etik dan
Kredensial”
Pelaksanaan Kode Etik Keperawatan di RS Banyumas berdasarkan pasal pasal Etika
Keperawatan Indonesia:
1. PASAL I PERAWAT DAN KLIEN
Secara garis besar, pasal ini telah dilaksanakan dengan baik di rumah sakit
Banyumas. Prinsip pada pasal ini adalah memandang klien sebagai individu yang
holistic dan bersifat unik,dalam hal ini untuk menjabarkan prinsip etika seperti
ini Rumah Sakit Banyumas telah berusaha memenuhinya dengan membuat
 berbagai Protap, diantaranya Protap Pelayanan Keperawatan Rawat Inap, Protap
Pelayanan Kerohanian, Protap Penanganan Pasien Dengan Penyakit Terminal,
Protap Penanganan Pasien dengan HIV, Protap Kerahasiaan Pasien.
2. PASAL II PERAWAT DAN PRAKTIK
Rumah Sakit Banyumas sebagai rumah sakit pendidikan selalu senantiasa
meningkatkan mutu pelayanannya,diantaranya dengan peningkatan mutu praktik
keperawatan. Dalam hal peningkatan mutu praktik keperawatan ini erat kaitannya
dengan peningkatan mutu SDM Keperawatan, baik secara formal maupun
informal. Secara pendidikan formal, Bidang Keperawatan sangat mendukung
 peningkatan kualifikasi pendidikan bagi perawat yang akan melanjutkan
 pendidikan formal,baik S1 Keperawatan,maupun S2 Keperawatan. Tentunya
dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan klinik,sehingga walaupun
ada sejumlah perawat yang menempuh pendidikan secara bersamaan,namun
 pelayanan keperawatan tidak ditinggalkan.
Peningkatan kualitas praktik keperawatan juga telah dilakukan melalui
 pendidikan informal,diantaranya dengan mengadakan berbagai
 pelatihan,seminar, agenda Kamis Ilmiah, Focus Interest Group, dan beberapa
kegiatan lain yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dan profesionalitas
 perawat di RS Banyumas.
3. PASAL III PERAWAT DAN MASYARAKAT
Dalam kaitannya dengan pasal ini, perawat di RS Banyumas telah menjalankan
 peran aktifnya, melalui berbagai Kelompok/Paguyuban pasien tertentu,seperti
Paguyuban Puntadewa (pasien Gangguan Jiwa, Paguyuban Pasien Diabetes
Militus, Paguyuban Bunga Harapan (pasien HIV/AIDS), Perkumpulan Sayang
Ginjal. Didalam perkumpulan tersebut dilakukan berbagai kegiatan,terutama
kegiatan Promotif dan Preventif dan disitulah peran etik perawat telah dijalankan.

10
4. PASAL IV PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
Hubungan antar perawat/teman sejawat di rumah sakit Banyumas sejauh ini
sangat baik, karena selama ini keakraban/silaturahmi terus menjadi perhatian
utama terutama dengan diadakan berbagai acara rutin yang bersifat persahabatan.
Dan untuk menjaga kondisi lingkungan kerja yang kondusif maka RS Banyumas
telah membuat beberapa aturan tidak tertulis yang berkaitan dengan hal tersebut,
diantaranya,apabila ada suami istri yang berprofesi sebagai perawat maka suami
istri tersebut tidak akan ditempatkan di bangsal yang sama, apabila dalam suatu
ruangan terdapat konflik antar teman sejawat maka tugas kepala ruangan untuk
menangani perawat tersebut, namun bila tidak dapat teratasi maka
 penanganannya akan diserahkan ke Bidang Keperawatan.
Dalam hal hubungan dengan profesi lain,masih ada beberapa profesi yang
memandang sebelah mata kompetensi perawat, tentu saja hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi perawat untuk menunjukkan kompetensi dan
 profesionalitasnya. Dalam hal menegur profesi lain untuk melindungi klien dari
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,
tidak etis dan illegal masih jarang dilakukan. Padahal apabila dilihat secara jujur
ada beberapa oknum profesi lain yang melakukan tindakan yang kurang etis
terhadap pasien namun hanya sedikit perawat yang berani menegur oknum
tersebut, hal ini berkaitan dengan kultur orang Jawa yang merasa ” Ewuh
Pekewuh”.
5. PASAL V PERAWAT DAN PROFESI
Perawat di RS Banyumas mempunyai wadah profesi yaitu PPNI, namun selama
ini peran PPNI kurang terlihat peranannya. Perawat di RS Banyumas sebagian
 besar masih belum bisa membedakan antara peran PPNI dan peran Bidang
Keperawatan. Sebagai contoh, apabila ada anggota PPNI yang melakukan
 pelanggaran etik, apakah ditangani oleh PPNI atau oleh Bidang Keperawata n ?
B. PERMASALAHAN PENERAPAN KODE ETIK KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT
Walaupun penerapan etika keperawatan telah dilaksanakan di RSU Banyumas, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaannya mengalami beberapa permasalahan,
diantaranya:
o Apak ah semua perawat memahami K ode Eti k Keperawatan?

o Bagaimana System Reward & Pun ishment diterapkan ?

o Di mana perbedaan kewenangan an tara organi sasi PPNI dan Bi dang

Keperawatan dalam menangani pelanggaran Etika Keperawatan di RS

Banyumas?

o M enghadapi penol akan pasien t erh adap T in dakan k eperawatan atau pengobatan

dan lebih memil ih pengobatan al tern ative dil uar medis.

o M asalah antar a per an merawat dan mengobati

o Tanggun g jawab terh adap peral atan dan bar ang pasien

11
C. PENYELESAIAN MASALAH
Sejauh ini secara garis besar RSU Banyumas telah membuat mekanisme penyelesaiaan
masalahetika keperawatan ,hal ini diantaranya dengan :
1. Apak ah semua perawat memahami Kode Eti k Keperawatan? 
Perlu dilakukan sosialisasi tentang Kode Etik Profesi bagi para perawat,terutama
terhadap perawat yang baru masuk bekerja di lingkungan RS Banyumas.
2. Bagaimana System Reward & Pun ishment diterapkan ? 
Telah terbentuk ”Panitia Etika &Kredensial Keperawatan” yang bertugas
mengawasi dan membina perawat yang melanggar etik. Berikut ini adalah
 beberapa contoh kategori pelanggaran Etik yang tercantum dalam Buku Panduan
“Panitia Etik a& Kredensial Keperawatan” :
a. PELANGGARAN RINGAN
1) Datang terlambat tanpa konfirmasi
2) Mengisi daftar hadir dengan memalsu tanda tangan kehadiran
3) Pulang lebih awal tanpa ijin
4) Tidak mengisi daftar hadir 
5) Berpakaian dengan atribut tidak lengkap ( sepatu, name tag, tanda
 pengenal, cap erawat, kerudung yang tidak sesuai )
b. PELANGGARAN SEDANG
1) Meninggalkan tempat kerja untuk kepentingan pribadi tanpa ijin
2) Tidak jujur, tidak tertib dan tdak cermat dalam pekerjaan
3) Kurang bertanggungjawab dalam pemeliharaan barang-barang
4) Ijin lebih dari 3x dalam seminggu
5) Dendam tehadap teman kerja
c. PELANGGARAN BERAT
1) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi
2) Menyalahgunakan barang, uang, surat berharga milik Negara
3) Melakukan kegiatan atau kerjasama dengan teman sejawat atau
orang lain di lingkungan kerja untuk mendapatkan kepentingan
 pribadi.
4) Mencemarkan kehormatan/martabat perawat
5) Menjual belikan,mamilik dan menggunakan dokumen serta surat
 berharga milik Negara secara tidak sah
6) Melakukan kegiatan kerja sama dengan teman sejawat atau orang
lain dilingkungan kerja untuk mendapatkan kepentingan pribadi
7) Bertindak sewenang wenang
8) Melakukan tindakan yang merugikan bagi yang dilayani
9) Membocorkan rahasia Negara
10) Melakukan pungutan yang tidak sah pada waktu melaksanakan
tugas

12
Klasifikasi Punishment Pelanggaran Etika
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Membuat surat pernyataan
d. Klarifikasi oleh team etik 
e. Diserahkan pembinaannya kepada team etik 
f. Khusus pada kasus tertentu bisa langsung ke Team Pembina Pegawai
Rumah Sakit
3. Di mana per bedaan kewenangan an tara or ganisasi PPN I dan Bi dang

Keperawatan dalam menangani pelanggaran Etika Keperawatan di RS

Banyumas? 

Didalam Struktur Organisasi Panitia Etik Kredensial Perawat, seharusnya


organisasi PPNI dilibatkan dalam menangani masalah etik perawat dan peran
organisasi profesi dapat terlibat secara aktif. Berikut ini adalah Gambar Struktur
Organisasi Panitia Etik Kredensial RS Banyumas

DIREKTUR

KOMITE KABID KOMITE ETIK


KEPERAWATAN KEPERAWATAN RS

KOMISI B ( ETIK& KETUA PANITIA


KREDENSIAL) ETIK KREDENSIAL

SEKRETARIS

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

4. M enghadapi penolakan pasien terh adap Ti ndakan keper awatan atau

pengobatan dan l ebih memi li h pengobatan alternati ve dil uar medis.

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
 pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi
yangmemungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan
kondisinya.Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan
dipengaruhi oleh beberapafactor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, socialdan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan

13
tindakan asuhan keperawatanmerupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy
 pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka
anggap tidak sesuai dengandirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah
menfasilitasi kondisi ini dengan disertai bukti tertulis sesuai SOP Penolakan
Tindakan sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah
lain yanglebih tidak etis.
5. M asalah antar a per an merawat dan mengobati 
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat
adalahmemberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor
sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.Masalah antara
 peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga
kesehatan yang melakukanpengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh
 perawat yang ada didaerah perifer (pedesaan).Antara pengetahuan perawat yang
 berhubungandengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-
aturan yang jelassebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan
keperawatan.Menilik kondisi seperti ini maka keberadaan Undang Undang
Keperawatan sangat dibutuhkan urgensinya.
6. Tanggun g jawab terh adap peral atan dan barang mil ik pasien
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang
 berartimencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang
sudahmeninggal dan setelah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-
obatansisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan
obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin
keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut
tidak adaartinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi
keluargakemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah
komunikasi daninformai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari
keluarga pasien itumerupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun
 bagaimana keluarga harustahu secara pasti untuk apa obat itu diambil

14
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Moral adalah suatu perilaku tentang benar atau salah, baik atau buruk yang dapat
diterima oleh masyarakat, masalah yang berkaitan dengan keperawatan membutuhkan
keputusan secara etis. Dalam membuat keputusan kita harus memahami tentang
kerangka pembuatan keputusan, untuk membuat kerangka pembuatan keputusan
secaraeti kita harus mengetahui tentang Nilai dan kepercayaan Pribadi, Kode etik
 perawat Indonesia, Konsep Moral keperawatan, Teori/prinsip-prinsip etika. Serta kita
harus memahami tentang langkah-langkah dalam pembuatan keputusan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan secara etik.
Dalam hal penerapan prinsip Etika Keperawatan, RS Banyumas telah menerapkan
 prinsip tersebut ini diwujudkan dengan telah terbentuk “Pan itia Etik Keperawatan” yang
 berfungsi memantau dan mengawasi perilaku etik perawat di RS Banyumas. Namun
dalam pelaksanaannya panitia tersebut belum maksimal dalam menjalankan tugasnya
sedangkan organisassi profesi PPNI yang seharusnya berperan aktif masih belum terlihat
kontribasinya.Sosialisasi dan pengetahuan perawat tentang etik keperawatan juga belum
diketahui dan dipahami oleh seluruh perawat yang ada.

B. SARAN
Walaupun pelaksanaan kode etik keperawatan telah berusaha diterapkan,namun
menurut kami hal itu masih dperlukan babarapa perbikan diantaranya :
1. Peran “ Panitia Etik Kredensial” perlu lebih ditingkatkan
2. Organisasi profesi PPNI RS Banyumas harus lebih mengambil peran aktif
terhadap pembinaan etik para anggotanya
3. Sosialisasi dan pemahaman tentang Kode Etik perawat merupakan hal yang
 penting untuk dilakukan, sehingga perawat RS Banyumas dapat menerapkan nya
dalam praktik keperawatan.
4. Penerapan sisten reward dan punishment harus dapat dilaksanakan secara
konsisten sehingga dapat menumbuhkan kesadaran diri perawat terhadap
 penerapan kode etik keperawatan.
Demikian beberapa saran yang dapat kami berikan, semoga dapat bermanfaat bagi
kemajuan perawat RS Banyumas secara umum.

15

Anda mungkin juga menyukai