Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMASI KOMUNITAS

ARTIKEL DISMENORE

Dosen : Sinta Rachmawati,S.Farm.,M.PH.,Apt.

Oleh :
Tri Ananda Agustin
NIM 162210101110

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Wanita Sehat,Kenali Dismenore,Atasi dengan Swamedikasi
ebagian wanita produktif pasti pernah mengalami apa yang disebut dengan “Dismenore”.

S Dismenore atau yang biasa dikenal dengan nyeri haid merupakan keluhan ginekologis
yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada wanita. Dismenore juga dapat terjadi karena adanya
pelepasan prostaglandin pada cairan menstrual dan menyebabkan kontraksi uterus. Rasa nyeri
ini terjadi sebelum atau selama menstruasi. Rasa nyeri tersebut dapat berupa kram perut bagian
bawah atau rasa sakit pada punggung,mual muntah,sakit kepala ataupun diare. Nyeri haid dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dalam beraktivitas dan juga insomnia. Bahkan nyeri haid yang
sering menjadi penyebab ketidakhadiran wanita di sekolah maupun tempat kerja sehingga dapat
menurunkan produktivitasnya.
Dismenore dibagi menjadi dua jenis yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer merupakan nyeri haid tanpa adanya penyebab yang dapat dikenali,atau tanpa
disertai kelainan pada alat-alat genital secara nyata. Dismenore primer biasanya terjadi pada
gadis atau wanita muda. Sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai dengan
kelainan anatomis alat-alat genital. Tanda-tanda atau kelainan pada dismenore sekunder antara
lain endometriosis,radang pelvis,fibroid,adenimiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis.
Dismenore sekunder biasanya pada wanita usia diatas 30 tahun.
Dismenore dapat diatasi dengan pengobatan sendiri atau yang biasa dikenal dengan
istilah swamedikasi. Swamedikasi untuk dismenore dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi
obat maupun tanpa mengonsumsi obat. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore
yaitu obat-obatan analgesik sebagai penghilang nyeri. Contoh obat golongan analgesik terutama
NSAIDs,misalnya aspirin,paracetamol,asam mefenamat,natrium diklofenak dan naproxen.
Obat-obatan tersebut sudah terbukti aman dan efektif untuk mengurangi nyeri saat haid dan
bisa didapatkan di apotek tanpa resep dokter.
Swamedikasi untuk dismenore juga dapat dilakukan dengan menggunakan obat herbal
maupun dengan cara-cara lain tanpa obat-obatan. Cara tersebut antara lain dengan mengompres
perut bagian bawah dengan botol berisi air panas,mandi air panas,mengkonsumsi vitamin dan
istirahat yang cukup. Terapi dengan air panas dapat memperlancar aliran darah dan juga
mengurangi rasa nyeri sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Wanita yang sedang
mengalami dismenore tidak disarankan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung kafein,tidak boleh merokok,ataupun mengkonsumsi alkohol. Olahraga juga
berperan penting dalam pencegahan dismenore. Wanita yang melakukan olahraga dengan
teratur terbukti mengalami resiko dismenore lebih kecil daripada wanita yang tidak gemar
melakukan olahraga.
Di era modern ini,banyak dikembangkan obat-obatan herbal dari bahan alam atau
tumbuhan. Tanaman yang paling sering digunakan untuk mengobati nyeri haid adalah kunyit
yang dikemas dalam bentuk minuman atau jamu. Kunyit memiliki kandungan bahan aktif yang
berfungsi sebagai analgesik,antipiretik dan antiinflamasi. Senyawa aktif yang terkandung
dalam kunyit tersebut adalah kurkumin. Kurkumin ini dapat menghambat pelepasan
prostaglandin yang berlebihan dan menghambat kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri.
Jamu dari bahan kunyit biasanya dikombinasikan dengan asam jawa. Cara
pembuatannya cukup mudah, yaitu dengan menghaluskan kunyit bersih dengan parut ataupun
blender kemudian air perasannya direbus dengan ditambahkan asam jawa,gula dan sedikit
garam hingga mendidih. jamu kunyit asam ini dapat dikonsumsi wanita semua usia. Tanaman
lain yang dapat dimanfaatkan untuk meredakan nyeri haid yaitu jahe. Cara pembuatannya
hampir sama yaitu jahe yang sudah dibersihkan ditumbuk dan direbus hingga mendidih. Jahe
memiliki kandungan Gingreol yang bersifat antikoagulan (mencegah pembekuan
darah),sehingga dapat memperlancar pengeluaran darah haid. Kandungan oleoresin pada jahe
dibuktikan bekerja dengan menghambat reaksi cyclooxigenase sehingga dapat menghambat
terjadinya inflamasi yang akan mengurangi kontraksi uterus.

Sumber :

B,Jayanthi.,Anuradha HV. 2014. Self-Medication Practice for Dysmenorrhoea in Medical,


Paramedical and Non-medical Students. India : International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research (141-145)
Ortiz,Mario I., et al. 2007. Patterns of Prescription and Self-medication for Treating Primary
Dysmenorrhea in a Mexican Population. Mexico : Proceedings of the Western
Pharmacology Society (165-167)
Sari,Dannik Kumala. 2012. Pengaruh Pemberian Kunyit Asam terhadap Kejadian Dismenorea
pada Remaja Putri di Pedukuhan Dagen Pendowohardjo Sewon Bantul. Yogyakarta
: STIKES ‘Aisyiyah.
Utari,Mona Dewi. 2017. Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe terhadap Nyeri Haid Mahasiswi
STIKES PMC Tahun 2015. Riau : Jurnal IPTEKS Terapan.

Anda mungkin juga menyukai