ANEMIA
Disusun Oleh :
M. Lutfi Arafandi 18360212
Maulana Yusup 18360214
Muhammad Ramadhan 18360215
Pembimbing :
dr. Rumbang Sembiring Sp.PD
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Telaah
Keluhan sesak ini sudah mulai dirasakan pasien pada
tahun 2011 setelah erupsi gunung sinabung, Sesak dirasakan
mengganggu sehingga pasien datang berobat ke IGD RSU
KABANJAHE. Pasien juga mengeluh tidak bisa BAB sejak 1
minggu yang lalu dan nyeri pada ulu hati, BAK (+).
d. Riwayat Keluarga
(-)
3
1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk : Normochepali
Rambut : Kehitaman disertai uban
Muka : normal
b. Mata
Konjungtiva anemis : + / +
Sklera ikterik :+/+
Oedem :-/-
Tampak cekung :+/+
b. Telinga
Nyeri tekan tragus :-/-
Serumen :-/-
c. Hidung
Deviasi septum :-/-
Sekret :-/-
d. Mulut
Bibir kering : (+)
Lidah kotor : (+)
e. Leher
Peningkatan JVP : Dalam batas normal
Pembesaran KBG : Dalam batas normal
Pembesaran thyroid : Dalam batas normal
4
f. Thorax
Paru
Inspeksi : pergerakan nafas hemitoraks kanan dan
kiri sama, ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : feremitus taktildan vokal hemitoraks
kiri dan kanan sama, ictus kordis tidak
teraba
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi ST : bronkhial, wheezing inspirasi dan
ekspirasi (-/-), Ronkhi (-/-)
g. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis
Perkusi : Dalam batas Normal
Auskultasi : Murmur (-), gallop (-)
h. Abdomen
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (-)
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Thympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
i. Ekstremitas
Superior : sianosis (-/-), akral dingin (+/+)
Edema (-/-)
1.5 Anjuran
5
1.6 Resume
Pasien seorang laki – laki usia 82 tahun. Keluhan sesak ini sudah mulai
dirasakan pasien sejak 5 hari. Sesak dirasakan mengganggu sehingga pasien
datang berobat ke IGD RSU KABANJAHE. Pasien juga mengeluh nafsu
makan berkurang, setelah pasien merasa kesulitan BAB. Pasien juga berkata
tidak bisa BAB sejak 7 hari yang lalu.
Status Generalisata
Anemia
1.8 Penatalaksanaan
Bed Rest
O2 2 liter/menit
Diet MB
1.8.2 Medikamentosa
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
- Inj. Furosemid 1amp
- Inj. Prosogan
6
- KSR 1x1
- Asam folat 2x10 mg tab
- Curcuma 2x1
- Musylin 2x1
- Ambroxol syr 3x1
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat mrmrnuhi
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count).
bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta
8
2. Pravelensi
klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau
1500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah
9
3. Etiologi
substansi tertentu seperti mineral (Besi, Tembaga) vitamin B12, asam amino,
4. Klasifikasi
b.Thalasemia major
d. Anemia sideroblastik
b. Anemia aplastik
10
g. Anemia pada keganasan hematologik
a. bentuk megaloblastik
b. bentuk non-megaloblastik
5. Gejala
hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl). Sindrom anemia terdiri dari
kaki terasa dingin,sesak nafas dan dispepsia. Pada pemerikasaan fisik dapat di
di luar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin
2. Gejala khas maisng-masing anemia, gejala ini spesifik untuk masing masing
11
Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
5. Patofisiologi
5 gr besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada
proses penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma
besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan
diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi
jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin
akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah
hal
12
6. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat
Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai
normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl. b. Mean
dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan
angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg
dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30- 35% dan
13
2. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung
Volume (MCV) MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun
apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl,
mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl. b. Mean Corpuscle Haemoglobin
(MCH) MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai
normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg. c.
hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30- 35% dan hipokrom < 30%.
Merah (Red Distribution Wide = RDW) Luas distribusi sel darah merah
adalah parameter sel darah merah yang masih relatif baru, dipakai secara
hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi
14
serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan
Nilai normal 15 %.
dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas
dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
6. Besi Serum (Serum Iron = SI) Besi serum peka terhadap kekurangan zat
besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat
hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas
dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah
dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
7. Serum Transferin (Tf) Transferin adalah protein tranport besi dan diukur
bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada
kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut,
mengikat besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke
15
sumsum tulang. Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks
umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan indikator status
besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang menurun dan serum feritin sering
dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh transferin dapat diukur
dengan perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi total
(TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus oleh plasma
9. Serum Feritin Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan
sensitif untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara
luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin <
12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan
kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi
karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum feritin
terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk usia dan
jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah pada wanita
dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada wanita. Serum
feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil atau naik secara
lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah sampai usia 45
tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria yang berusia 60-70
anak. Pada wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l
selama trimester II dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen
16
zat besi. Serum feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada
besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat
7. Penatalaksanaan medis
3. Transfusi darah.
17
BAB III
PEMBAHASAN
Sesak nafas sejak tahun 2011 di sertai tidak bisa BAB sejak 1
minggu yang lalu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati
sejak 3 hari yang lalu, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+),
lidah kotor (+), jaringan di bawah kuku tampak pucat, mata cekung
(+). Setelah di lakukan pemeriksaan cek darah rutin di dapatkan
hasil Hb 7,8 g/d.
DAFTAR PUSTAKA
18
Bakta IM. Hematologi ringkas. Denpasar: UPT Penerbit Universitas
Udayana,2001.
Bakta IM Segi-segi praktis pengelolaan anemia. Buletin perhimpunan
Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI). 1999;1(2):67-88
Riswan M,. Anemia defisiensi zat besi pada praktek bidan swasta di kota
madya Medan, Universitas Sumatra Utara, 2003.
19