Anda di halaman 1dari 2

5.

Strategi Integrasi
Strategi Integrasi adalah proses penyatuan kelompok-kelompok yang berbeda menjadi
satu kesatuan yang utuh. Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang
baik, ada beberapa strategi yang akan ditempuh, yaitu:

1. Stategi Asilmilasi
2. Strategi Akulturasi
3. Strategi Pluralis

1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi
identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi
integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.

2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru
yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional
dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal,
walaupun penghargaan tersebut dalam kadar yang tidak terlalu besar.

3. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi
kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan
berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi
nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik
suku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan
berkembang, serta hidup berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan
dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

6. Integrasi Nasional Indonesia


Integrasi nasional dapat kita lihat dari dua dimensi, yaitu secara vertikal dan
horizontal. Dimensi vertikal dari integrasi nasional berupaya utnuk menyatukan persepsi,
keinginan, dan harapan yang ada antara elit dan massa atau antara pemerintah dengan rakyat.
Jadi integrasi secara vertikal berupaya mewujudkan integrasi dengan membatasi perbedaan
antara masyarakat dan pemerintah.
Dimensi horizontal dari integrasi nasional adalah dimensi yang berkaitan dengan
upaya mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat,
baik itu perbedaan wilayah, suku, agama, perbedaan budaya dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Dapat dikatakan bahwa integrasi secara horizontal adalah upaya mewujudkan
integrasi dengan menjembatani perbedaan antara kelompok dalam masyarakat. Integrasi
nasional dalam dimensi ini biasa disebut dengan integrasi territorial.
Dalam kajian tentang integrasi nasional Indonesia Wiliam Liddle dalam Nazarudin
Syamsudin (1989) menjelaskan dua jenis halangan integrasi yang dihadapi Indonesia.
Pertama, adanya pembelahan horizontal yang disebabkan perbedaan suku, ras, agama, suku
dan lingkungan geografi. Kedua secara vertikal, yakni perbedaan antara elit dan masa. Latar
belakang pendidikan yang berbeda yang menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang
berpandangan tradisional. Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang terdiri dari berbagai
suku, bangsa dan agama. Suku-suku yang ada mempunyai identitas kebudayaannya sendiri
dengan bahasa yang berbeda-beda. Yang dominan adalah suku Jawa dengan jumblah sekitar
60% dari jumblah pendduduk Indonesia. Dalam bidang keagamaan Indonesia termasuk
bangsa yang terdiri dari banyak agama dengan lima agama besar.
Secara vertikal juga masih terdapat kesenjangan pembangunan antara Jawa dengan
luar Jawa, antara bagian Timur dan bagian Barat. Saat ini sedang ada upaya dalam
meminimalkan kesejangan dengan kebijakan otonomi daerah serta percepatan pembangunan
Indonesia bagian Timur.
Pembelahan secara vertikal maupun horizontal ini dapat memicu adanya gejala-gejala
yang dapat mengancam integrasi bangsa Indonesia. Jika tidak ada upaya mengintegrasikan
maka pembelahan akan terjadi bagi kelompok masyarakat yang beragam.

Anda mungkin juga menyukai