Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERKAIT PENTINGNYA

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)


DI RT 03 DAN RT 06
DUSUN TRUKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas kelompok Stase Keperawatan Komunitas


Profesi Ners Angkatan XXII

Disusun Oleh :
Kelompok IV

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan “Satuan Acara Penyuluhan Terkait Pentingnya


Pemberantasan Sarang Nyamuk di RT 03 dan RT 06 Dusun Trukan” guna
memenuhi tugas Stase Keperawatan Komunitas program pendidikan profesi Ners
STIKes Surya Global Yogyakarta tahun 2019

Segoroyoso, Maret 2019

Mahasiswa

Kelompok IV

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(RR. Viantika Kusumasari, S.Kep., Ns., M.Kep) (Warjinem, AMK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
(PSN)
TOPIK : Pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk
HARI/TANGGAL : Rabu, 27 Maret 2019
WAKTU : 1 x 20 Menit
TEMPAT : RT 03 dan RT 06

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, ibu-ibu kader dapat memahami
cara cara pemberantasan sarang nyamuk
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, ibu-ibu kader dapat:
1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan tanda gejala DBD
2. Menjelaskan pencegahan DBD (fogging, 3M Plus, pemantauan jentik
nyamuk)
3. Menjelaskan peran kader jumantik
C. Materi (Terlampir)

D. Metode
1 Ceramah
2 Tanya jawab

E. Media
Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Waktu Kegiatan Audients
1.  Pembukaan 5 menit  Menjawab salam
 Salam  Mendengarkan
 Perkenalan  Menjawab
 Menjelaskan  Mendengarkan
tujuan penyuluhan
2.  Kegiatan inti 20 menit
 Menjelaskan  Mendengarkan
materi  Bertanya
 Memberikan  Mendengarkan
kesempatan
audient bertanya
 Menjawab
pertanyaan
3.  Penutup 5 Menit  Menjawab pertanyaan
 Evaluasi  Bersama-sama
 Kesimpulan menyimpulkan materi
 Salam  Menjawab salam

G. METODE
1 Ceramah
2 Tanya jawab
3 Diskusi

H. MEDIA DAN ALAT


Leaflet

I. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan tanda gejala DBD
2. Menjelaskan pencegahan DBD (fogging, 3M Plus, pemantauan
jentik nyamuk)
3. Menjelaskan peran kader jumantik

LAMPIRAN MATERI
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer & Suprohaita, 2000). Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak–anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan
perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). Sehingga penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedesaegypty tersebut (Suharso, 1994).
2. Penyebab
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel– sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Suharso, 1994)
b. Vector
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Mansjoer &
Suprohaita; 2000).Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan
vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan
(Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan
dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari(Suharso, 1994).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Suharso, 1994)
d. Lingkungan
1) Kepadatan penduduk
Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya
dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki
pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa
penyakit DBD (WHO, 2000).
2) Sanitasi lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk
Aedes, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang
berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah
penduduk (Soegijanto, 2004).
3) Keberadaan kontainer
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes,
karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan
akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk
Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu
penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.
4) Tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
a) Benda yang bergantungan, seperti pakaian
b) Semak –semak atau tumbuhan, terutama ditempat gelap dan lembab
c) Penampungan air

3. Tanda dan Gejala Demam Berdarah


a. Demam tinggi yang berlangsung 2-7 hari, tanpa penyebab jelas
b. Tampak lemah dan lesu
c. Nyeri ulu hati
d. Manifestasi perdarahan spontan :
1) Uji tourniquet positif
2) Peteki (bintik-bintik merah), perdarahan gusi, hematemesis, melena
(BAB berwarna hitam atau bercampur darah), mimisan
e. Hepatomegali (pembesaran hati atau hepar)
f. Nadi cepat dan lemah, bisa sampai tidak teraba, kulit dingin dan gelisah
g. Trombositopeni ( ≤ 100.000 sel/ml )
h. Penderita gelisah disertai tangan dan kaki dingin berkeringat
i. Mual muntah
4. Pencegahan DBD
a. Fogging / Penyemprotan
1) Dengan pestisida fosfat organic penghambat kolinesterase
2) Dapat membunuh hanya nyamuk dewasa, jentik masih tetap hidup.
3) Fogging tidak bisa membrantas nyamuk Ae.aegypti secara tuntas. Foging
hanya bermanfaat apabila didahului dengan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Selain itu fogingg hanya bermanfaat apabila dilakukan dengan
konsentrasi obat yang tepat.
4) Hanya bermanfaat apabila dilakukan dalam suatu wilayah dengan radius 100
meter, suhu udara dan kecepatan angin yang tepat.
5) Dapat menimbulkan kekebalan terhadap turunan lanjutan dari jenis nyamuk
Ae.aegypti
6) Pecemaran udara bisa membahayakan kesehatan bagi manusia dan hewan.
7) Bisa menimbulkan keracunan pada manusia, dengan gejala :
a) Sakit kepala, pusing, tremor, pupil mengecil, penglihatan kabur / gelap,
kejang, muntah, kejang perut, diare, sesak nafas, berkeringat
b) Keluar lendir dari hidung, bahkan bisa blocking jantung
8) Prosedur Foging untuk RT dan RW
a) Ada penderita yang sudah ditanyakan positif DBD oleh puskesmas/
dokter/ layanan kesehatan/ RS
b) Jumantik melacak jentik radius 100 meter dari rumah penderita (sekitar
20 rumah) dan didapati ≥ 5 % posiif jentik dari 20 rumah yang diperiksa
c) Membuat surat permohonan pengasapan atau foging ditujukan ke Dinas
Kesehatan kota malang melalui puskesmas dengan melampirkan identitas
penderita
d) Selama menunggu tindak lanjut dari dinas kesehatan kota malang maka
PSN harus tetap dijalankan.
b. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Cara yang poaling tepat dan efektif untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti
adalah dengan memutus rantai berkembangan biakan nyamuk dengan gerakan
3M Plus yaitu :
1) Menguras tempat bak mandi, tendon, gentong, vas bunga, tempat minum
burung, tanaman air minimal 1 minggu sekali. Selain menguras maka perlu
dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk.
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) seperti ember, gentong,
drum, dll
3) Mengubur / menimbun / memusnahkan barang bekas yang dapat
menampung air
PLUS
a) Memelihara ikan pemakan jentik ditempat-tempat penampungan air
b) Membersihkan tanah / kavling kosong dari genangan air
c) Mengupayakan agar jangan ada baju bergantungan di kamar.
d) Menggunakan obat nyamuk oles untuk mencegah gigitan
e) Menggunakan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk
f) Menggunakan kelambu saat tidur
g) Upaya pemberantasan secara kimia untuk jentik dengan Abate terutama
ditempat yang sulit untuk dikuras. Bila sulit untuk dikuras maka dapat dengan
menaburkan bubuk abate 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abat dalam
100 lt air.
c. Pemantauan Jentik Nyamuk
1) Periksa jentik/ uget-uget dibak mandi/WC, penampunagn air dikulkas,
tempat
minum burung, drum, tempat-tempat penampungan air lainnya
2) Jika tidak terlihat maka tunggu sekitar 1 menit, jika terdapat jentik maka
jentik akan muncul ke permukaan
3) Gunakan senter untuk memeriksa penampungan air yang gelap
4) Periksa vas bunga hidup, kaleng-kaleng bekas, dan talang rumah
5) Catat pada kartu jentik hasil yang ditemukan saat pemeriksaan jentik Juru
pemantaun jentik (jumantik) tingkat RT bias bergantian untuk memeriksa jentik
tiap bulan
5. Peran Kader Jumantik
Jumantik adalah kader yang berasal dari masyarakat di suatu daerah yang
pembentukan dan pengawasan kinerja menjadi tanggungjawab sepenuhnya
oleh pemerintah kabupaten/kota. Jumantik yang telah direkrut dibimbing dan
dimonitor oleh petugas kesehatan lingkungan/pengelola program yang ditunjuk
oleh Kepala Puskesmas. Selanjutnya kepala Puskesmas bertanggungjawab
kepada Dinas Kesehatan (Kemenkes RI, 2012).
a. Tatakerja/Koordinasi di Lapangan
Tatakerja/koordinasi jumantik di lapangan adalah sebagai berikut :
1) Tatakerja jumantik mengacu pada petunjuk teknis pemberantasan sarang
nyamuk penular DBD dan ketentuan-ketentuan lainnya yang brelaku di
wilayah setempat
2) Jumantik dapat berperan dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit lainnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah/penyakit
yang ada di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2012).

3) Kriteria Jumantik
Kader juru pemantau jentik direkrut dari masyarakat sesuai dengan tujuan
berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk.
a) Adapun kriteria yang dimaksud adalah(Kemenkes RI, 2012) :
(1) Pendidikan : minimal SMU atau sederajat
(2) Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan
(3) Belum/tidak mempunyai pekerjaan tetap
(4) Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
(5) Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya
(6) Mampu bekerjasama dengan petugas pustu/puskesmas dan masyarakat
b) Tugas dan Tanggung Jawab Jumantik (Kemenkes RI, 2012)
(1) Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh rumah dan tempat-
tempat umum wilayah kerjanya
(2) Melakukan kegiatan pemantauan jentik di seluruh tempat tinggal dan
tempat umum di wilayah kerjanya
(3) Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik
(4) Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas sebulan sekali
(5) Memberikan penyuluhan PSN 3M Plus untuk pencegahan DBD secara
perorangan atau kelompok
(6) Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di sekitar tempat
tinggalnya
(7) Bersama supervisor melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS)
dan pemetaan per wilayah hasil pemeriksaan jentik setiap bulan

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI .2012. Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah
Dengue di Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah
Dengue (PSN DBD), Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta
Kusuma H.,&Nurarif A.H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NICNOC,Media Hardy, Yogyakarta, hal 24
Mansjoer, Arif&Suprohaita.(2000). Kapita Slekta KedokteranJilid II. Fakultas
Kedokteran UI :Media Aescullapius. Jakarta.
Polson, K.A., et al., The Use of Ovitrap Baited with Hay Infusion as a
Surveillance
Tool for Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin, 2002. Vol 26:
178 – 184.
Purnawan J. 1995. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rejeki S. 2001. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,DKKS RI
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Santoso, J., Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Terhadap Jumlah Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti yang Terperangkap. 2010.
Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University
Press.

Anda mungkin juga menyukai