Disusun Oleh :
Kelompok IV
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa
Kelompok IV
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
D. Metode
1 Ceramah
2 Tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Waktu Kegiatan Audients
1. Pembukaan 5 menit Menjawab salam
Salam Mendengarkan
Perkenalan Menjawab
Menjelaskan Mendengarkan
tujuan penyuluhan
2. Kegiatan inti 20 menit
Menjelaskan Mendengarkan
materi Bertanya
Memberikan Mendengarkan
kesempatan
audient bertanya
Menjawab
pertanyaan
3. Penutup 5 Menit Menjawab pertanyaan
Evaluasi Bersama-sama
Kesimpulan menyimpulkan materi
Salam Menjawab salam
G. METODE
1 Ceramah
2 Tanya jawab
3 Diskusi
I. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan tanda gejala DBD
2. Menjelaskan pencegahan DBD (fogging, 3M Plus, pemantauan
jentik nyamuk)
3. Menjelaskan peran kader jumantik
LAMPIRAN MATERI
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer & Suprohaita, 2000). Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak–anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan
perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). Sehingga penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedesaegypty tersebut (Suharso, 1994).
2. Penyebab
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel– sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Suharso, 1994)
b. Vector
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Mansjoer &
Suprohaita; 2000).Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan
vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan
(Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan
dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari(Suharso, 1994).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Suharso, 1994)
d. Lingkungan
1) Kepadatan penduduk
Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya
dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki
pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa
penyakit DBD (WHO, 2000).
2) Sanitasi lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk
Aedes, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang
berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah
penduduk (Soegijanto, 2004).
3) Keberadaan kontainer
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes,
karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan
akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk
Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu
penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.
4) Tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
a) Benda yang bergantungan, seperti pakaian
b) Semak –semak atau tumbuhan, terutama ditempat gelap dan lembab
c) Penampungan air
3) Kriteria Jumantik
Kader juru pemantau jentik direkrut dari masyarakat sesuai dengan tujuan
berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk.
a) Adapun kriteria yang dimaksud adalah(Kemenkes RI, 2012) :
(1) Pendidikan : minimal SMU atau sederajat
(2) Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan
(3) Belum/tidak mempunyai pekerjaan tetap
(4) Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
(5) Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya
(6) Mampu bekerjasama dengan petugas pustu/puskesmas dan masyarakat
b) Tugas dan Tanggung Jawab Jumantik (Kemenkes RI, 2012)
(1) Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh rumah dan tempat-
tempat umum wilayah kerjanya
(2) Melakukan kegiatan pemantauan jentik di seluruh tempat tinggal dan
tempat umum di wilayah kerjanya
(3) Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik
(4) Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas sebulan sekali
(5) Memberikan penyuluhan PSN 3M Plus untuk pencegahan DBD secara
perorangan atau kelompok
(6) Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di sekitar tempat
tinggalnya
(7) Bersama supervisor melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS)
dan pemetaan per wilayah hasil pemeriksaan jentik setiap bulan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI .2012. Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah
Dengue di Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah
Dengue (PSN DBD), Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta
Kusuma H.,&Nurarif A.H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NICNOC,Media Hardy, Yogyakarta, hal 24
Mansjoer, Arif&Suprohaita.(2000). Kapita Slekta KedokteranJilid II. Fakultas
Kedokteran UI :Media Aescullapius. Jakarta.
Polson, K.A., et al., The Use of Ovitrap Baited with Hay Infusion as a
Surveillance
Tool for Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin, 2002. Vol 26:
178 – 184.
Purnawan J. 1995. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rejeki S. 2001. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,DKKS RI
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Santoso, J., Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Terhadap Jumlah Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti yang Terperangkap. 2010.
Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University
Press.