20
c. Kompleks Pompangeo (MTpm), berumur Kapur – Paleosen terdiri dari
sekis mika, sekis glokofan, sekis amfibolit, sekis klorit, rijang berjaspis
sekis genesan, pualam, dan batugamping meta.
d. Formasi Langkowala (Tml), berumur Miosen terdiri dari konglomerat,
batupasir, serpih, dan setempat kalkarenit. Formasi ini diperkirakan
sebagai formasi pembawa bitumen padat.
e. Formasi Buara (Ql), berumur Plistosen – Holosen, terdiri dari terumbu
koral, konglomerat, dan batupasir.
f. Aluvium (Qa), merupakan endapan paling muda berumur Holosen terdiri
dari lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal.
Pembuatan database merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
estimasi sumberdaya suatu bahan galian, karena database dapat digunakan sebagai
input data untuk mengetahui potensi bahan galian tersebut. Informasi data untuk
penelitian diperoleh dari kegiatan pemboran eksplorasi yang dilakukan oleh PT.
Anugrah Inti Spektra dengan kedalaman bervariasi, sedangkan analisa kadar dari
conto yang diperoleh dari pemboran dilakukan tiap satu meter kedalaman conto
tersebut. Database ini diperlukan untuk melakukan import data ke dalam program
Surpac 6.5.1, yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan pengolahan
data secara statistik dan estimasi sumberdaya dengan metode Inverse Distance
Weighting (IDW). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
empat bagian, yaitu:
21
a. Data collar yang berisi data posisi/koordinat lubang bor berupa northing,
easting, elevation dan
b. Data assay yang berisi informasi mengenai kadar pada tiap-tiap interval
kedalaman tertentu sesuai dengan analisa kadar yang dilakukan.
c. Data geology yang berisi informasi lithology setiap lapisan pada tiap titik
bor.
d. Data survey berisi informasi mengenai total depth, dip dan azimuth.
Database yang akan diolah dengan program Surpac 6.5.1 dibuat dengan
aplikasi Microsoft Office Excel yang berformat comma separated value (csv). Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah proses pengolahan data karena proses import
data pada program Surpac 6.5.1 umumnya dalam bentuk comma separated value.
Import data adalah proses pemasukan database (data collar, data geology, data
survey, data assay) ke dalam program Surpac 6.5.1. Hasil dari import data yaitu file
keluaran berupa tampilan sebaran lubang bor secara tiga dimensi. Apabila terjadi
kesalahan saat pemasukan data, maka data dapat diperbaiki berdasarkan database
yang telah diverifikasi kemudian dilakukan import data kembali.
Pada daerah penelitian pemboran dilakukan dengan grid yang lumayan rapat,
dengan jarak antar lubang bor sekitar 50m. Menurut data empiris, pada umumnya
digunakan jarak antar titik bor sebesar 50m atau 25m untuk tahap eksplorasi umum
maupun eksplorasi rinci. Dengan demikian, titik-titik bor yang ada pada daerah
penelitian dianggap cukup layak untuk dijadikan dasar dilakukannya analisis estimasi
sumberdaya nikel laterit.
Pada daerah penelitian kadar Ni pada zona limonit bervariasi dari hasil
deskripsi lapangan zona limonit dicirikan oleh kenampakan fisik berupa warna coklat
kemerah-merahan sampai coklat tua, ukuran butir lempung-lanau, dijumpai mineral
seperti Hematit, Mangan dan magnetit.
Dasar klasifikasi zona saprolit berdasarkan unsur kimia. Dari hasil deskripsi
lapangan pada titik bor (logging) zona saprolit dicirikan oleh kenampakan fisik
berupa warna coklat kekuning-kuningan sampai hijau kekuning-kuningan, ukuran
butir pasir halus–kerakal, mulai dijumpai adanya fraksi material yang lebih kasar
yang merupakan hasil pelapukan yang belum sempurna seperti bongkah batuan
22
dasar, biasanya dijumpai mineral seperti serpentin, talk, olivin, garnierit, dan
mineral-mineral hydrous silica.
Secara kimiawi zona bedrock merupakan zona yang memiliki komposisi
kimiawi yang masih sama dengan batuan dasar yang masih fresh. Batuan dasar dari
endapan nikel laterit pada daerah penelitian adalah di dominasi oleh Dunit. Batuan
tersebut umumnya mengalami serpentinisasi dengan intensitas lemah sampai tinggi.
Unsur yang umum dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi adalah Mg, sedangkan
unsur Ni semakin menurun konsentrasinya. Mineral yang umum dijumpai adalah
mineral primer penyusun batuan tersebut yaitu olivin, piroksin dan serpentin. Secara
megaskopis zona bedrock dicirikan oleh batuan yang masih segar dengan tingkat
pelapukan maupun serpentinisasi yang rendah, kompak, dan masif, masih
memperlihatkan struktur, tekstur, dan komposisi asli dari batuan tersebut.
4.5 Model Sumberdaya Terukur Nikel Laterit Daerah Penelitian dan Estimasi
Sumberdaya
23
model secara keseluruhan merupakan support geometri untuk melakukan penaksiran
nilai kadar Ni pada masing-masing blok estimasi sumberdaya. Blok model yang
digunakan dalam estimasi sumberdaya endapan nikel laterit akan berupa blok tiga
dimensi, dimana memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, terdiri dari grid atau
cell yang lebih kecil. Interpolasi untuk data kadar Ni pada cell yang belum diketahui
kadarnya dilakukan berdasarkan data kadar Ni hasil assay pada tiap meter kedalaman
lubang bor. Interpolasi dilakukan dengan Inverse Distance Weighting (IDW).
Metode ini digunakan untuk menghitung nilai di suatu blok didasari hubungan
letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linear atau harga rata-rata tertimbang
(weigthing average) dari titik-titik data yang ada di sekitar blok tersebut. Data di
dekat blok memperoleh bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari blok
bobotnya lebih kecil. Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data dari blok yang
ditaksir.
Hal ini dilakukan selain sebagai alat bantu juga dapat memudahkan dalam
perhitungan tanpa harus melakukan perhitungan secara manual. Kelebihan dalam
menggunakan software ini adalah dapat menghitung volume sumberdaya
berdasarkan COG yang telah ditentukan, sehingga memberikan kemudahan nantinya
dalam melakukan proses produksi. Adapun Cut of Grade (COG) yang digunakan
yaitu kadar Ni ≥1,5% dengan densitas 1,5 kg/m3. Grade tertinggi pada lokasi
penelitian ini yaitu 3.0% dan grade terendah yaitu 0,59%.
Dari blok model yang telah dibuat dan hasil estimasi 35 titik bor dengan
menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW) maka didapatkan jumlah
sumberdaya pada zona limonite dimana total volume sebesar 153.850m3 dan tonase
sebesar 153.850Ton/m3 dengan total kadar rata-rata 0,83%, dimana untuk grade 0,5-
0,7% volume yang di dapatkan 18.947m3 dan tonase sebesar 28.420Ton/m3, grade
0,7-0,9% dengan volume sebesar 98.256m3 dan tonase sebesar 147.384Ton/m3,
grade 0,9-1,1% dengan volume sebesar 30.175m3 dan tonase sebesar 45.263Ton/m3,
grade 1,1-1,3% dengan volume sebesar 5.834m3 dan tonase sebesar 8.752Ton/m3,
grade 1,3-1,5% dengan volume sebesar 638m3 dan tonase sebesar 956Ton/m3. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4.1.
24
Tabel 4.1 Tonase Sumberdaya Nikel Laterit zona Limonite
Untuk sumberdaya nikel laterit ini bisa dikatakan sebagai sumberdaya tertukur
karena sudah memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan geologi yang nyata
dengan jarak titik bor sebagai sumberdaya (25 x 25) m dengan ketebalan setiap data
1m. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengeboran yang telah diolah dimana pada zona
25
saprolit didapatkan volume sebesar 150.850m3 dan tonase sebesar 230.775Ton/m3
dengan densitas 1,5 kg/m3 sebaran Ni pada zona limonite dan volume 120.688m3 dan
tonase sebesar 181.031Ton/m3 dengan densitas yaitu 1,5 kg/m3 sebaran Ni pada
zona saprolite. Dari karakteristik fisiknya berupa warna coklat kekuning-kuningan
sampai hijau kekuning-kuningan, dengan ukuran butir halus-kerakal tetapi dijumpai
juga fraksi material yang lebih kasar yang merupakan hasil pelapukan yang belum
sempurna seperti bongkah batuan dasar/bedrock. Dari tonase, densitas, bentuk,
karakteristik fisik, kadar (kualitas) yang telah diketahui dan sesuai dengan keperluan
perusahaan maka sumberdaya ini tingkat kepercayaan yang sudah wajar.
Sedangkan untuk factor kedalaman berpengaruh terhadap konsentrasi kadar
nikel karena terdapat perbedaan ketebalan zona limonit dan zona saprolit. Ini
didasarkan dari data hasil eksplorasi yang terpercaya serta informasi mengenai
pengambilan dan pengujian conto yang diperoleh dengan teknik yang tepat dari
lokasi seperti lokasi pemboran. Untuk jarak/spasi tiap lubang bor yang semakin dekat
juga menandakan bahwa eksplorasi sudah semakin mendekati dengan eksplorasi
rinci dan sudah melalui beberapa tahap sebelum masuk ke tahap eksplorasi rinci
seperti tahap survei tinjau, dan tahap prospeksi.
26