DISUSUN OLEH :
MAYA FITRIANA
NIM.P17324415032
Laporan Tugas Akhir ini diajukan Sebagai Salah Satu Ujian Akhir Program
Pada Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
DISUSUN OLEH :
MAYA FITRIANA
NIM.P17324415032
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul
“Analisis Asuhan Kebidanan pada Ny.N dengan Preeklamsia Berat di RSUD
Karawang”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi
tugas akhir Program Diploma III Kebidanan Prodi Kebidanan Karawang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tentunya didukung oleh berbagai pihak
yang telah berkontibusi baik dalam memberikan tambahan pengetahuan maupun
dukungan emosional. Untuk itu pada kesempatan ini penyelesaian menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari :
v
10. Zidan Dwi Laksana selaku saudara kandung yang selalu memberikan doa dan
semangat yang sedang mengenyam pendidikan di Pesantren;
11. Keluarga besar penulis yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang selalu
memberikan doa dan semangat;
12. Bidan Sweetest Room 27 (Astri Ariyani, Dyna Amani Fadillah, Ismayanti
Octaviani) selaku sahabat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
motivasi dalam kegiatan perkuliahan serta menjadi bahu saat bersedih dan
berkeluh kesah;
13. Group Neangan Lawang (Richa Yulinda dan Fetriana NurIndah Sari) selaku
sahabat seperjuangan yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat dan
menjadi tempat peraduan disaat hati gundah maupun senang;
14. Nurizka Deviani, Am.Keb selaku kakak kelas sekaligus sahabat yang menjadi
tempat berkeluh kesah dan memberi banyak masukan saat proses penyusunan
tugas akhir dan Nurmahalina T.P.A selaku sahabat yang telah memberikan
pencerahan dan arahan saat penyusunan tugas akhir;
15. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 23 Reina Prodi Kebidanan
Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung
16. Almh. Melani Indrihastuti selaku sahabat yang lembut, sabar dan cantik yang
cita-citanya kami wujudkan bersama, yaitu menjadi seorang bidan.
17. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan mendukung sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan demi
perbaikan sangat peneliti harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan peneliti khususnya. Aamiin.
Penulis
vi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG PROGRAM
STUDI KEBIDANAN KARAWANG LAPORAN TUGAS
AKHIR, JUNI 2018
Maya Fitriana
NIM : P17324415032
ABSTRAK
Latar Belakang: Preeklamsia sebagai salah satu kategori hipertensi dalam
kehamilan (HDK) memiliki angka kejadian kasus yang cukup tinggi,
khususnya di Kabupaten Karawang pada tahun 2015 tercatat sebanyak 34
kasus (50%). Adapun kasus lainnya antara lain perdarahan 12 kasus (17,6%)
infeksi 6 kasus (8,82%) dan lain lain ada 11 kasus (16,17%).
Tujuan: Mendeskripsikan dan menganalisa asuhan kebidanan pada Ny.N
dengan preeklamsia berat
Metode Penelitian: Studi kasus secara observasional dengan teknik
pengambilan data melalui wawancara, observasi secara langsung dan studi
dokumentasi rekam medik rumah sakit dan bukti dokumentasi lainnya.
Hasil penelitian: Tata laksana kasus pada kehamilan yang tidak sesuai
dengan standar menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya preeklamsia
berat pada ibu. Penegakkan diagnosa preeklamsia berat dilakukan melalui
anamnesa, pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan penunjangan lain.
Kesimpulan: Ada kesenjangan dalam asuhan kebidanan pada Ny. N dengan
preeklamsia berat. Meliputi : antenatal cate dan bayi baru lahir
Kata Kunci : Preeklamsia Berat.
Daftar Referensi : 24 (2012-2017)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i
PERNYATAAN ORSINIOLITAS ..........................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
ABSTRAK .....................................................................................................................vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................................4
1.3 Manfaat Penelitian.................................................................................................4
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4. Wawancara
Lampiran 5. SOP
ix
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan.
dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan
dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh
etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani
oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil
Afrika Sub-Suharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia
2014)
menurun, pada tahun 1990-2015 yaitu dari 532.000 pada tahun 1990
menjadi 303.000 pada tahun 2015. Sebagian besar kematian ini terjadi
(WHO, 2015)
menyebutkan bahwa jumlah kasus kematian pada bayi turun dari 33.278
di tahun 2015 mencapai 32.007 pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 di
ibu turun dari 4.999 kasus pada tahun 2015 menjadi 4912 kasus pada
tahun 2016 dan pada tahun 2017 (semester I) menjadi 1712 kasus.
2
Data dinas kesehatan Kabupaten Karawang pada tahun 2016
infeksi dan lain-lain. Sedangkan Angka Kematian Bayi pada tahun 2016
(17,6%) infeksi 6 kasus (8,82%) dan lain lain ada 11 kasus (16,17%).
3
Melihat permasalahan dan data diatas maka peneliti tertarik untuk
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
4
1.3.2 Bagi Institusi
preeklampsia berat.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Preeklamsia
6
endotel dan koagulasi. Preeklamsia, sebelumya selalu didefinisikan
macam, yaitu ringan dan berat. Tidak ada klasifikasi sedang dalam
preeklamsia.
2) Preeklamsia Berat:
salah satu tanda dan gejala dan gangguan lain dapat digunakan
atas abdomen
5. Edema Paru
visus
(PNPK-Preeklamsia, 2016)
9
1. Usia
wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari
Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi
preeklamsia.
Preeklamsia, 2016)
2016)
10
4. Paritas
6. Faktor keturunan
11
kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obesitas atau
overweight.
2.1.5 Etiologi
12
trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
pembentukan proteinuria.
Preeklamsia.
13
Yang jelas Preeklamsia merupakan salah satu penyebab
sel endotel
14
peroksida lemak. Perodiksa lemak selain akan merusak
antioksidan.
kehamilan
tinggi.
15
c. Disfungsi sel endotel
(Prawirohardjo, 2013)
2.1.6 Patofisiologi
a. Perubahan kardiovaskular
hipertensi.
b. Ginjal
16
akut akibat nekrosis tubulus ginjal. Kerusakan jaringan
c. Viskositas darah
d. Hematokrit
preeklamsia.
e. Edema
f. Hepar
17
menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan dapat
g. Neurologik
h. Paru
kualitatif.
18
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
dehidrogenase.
mengandung :
20
2) Pencegahan dengan medikal
2013)
preeklamsia meliputi :
21
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur
2011)
lain :
22
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya
menyurat.
sijariemas).
6. Persiapan penderita :
23
- Tertersedia kalsium glukonas 10%
- Ada refleks patella
- Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB per jam
- Frekuensi napas 12-16 x/menit
Bila terdapat tanda-tanda keracunan MgSO4 seperti
c. Pemberian Nifedipin
24
5. Pengiriman penderita.
Karawang, 2014)
menjadi:
Darurat (IRD)
suhu tubuh.
25
fungsi hepar dan ginjal, elektrolit, HbsAg, gula darah,
Sulfat.
Perinatal
Perinatal
Preeklamsia).
4-6 jam.
26
c. Dokter dibantu perawat/ bidan memberikan suntikan dosis
diperlukan).
1. Konservatif
2. Aktif
ini:
27
1) Enam jam sejak pengobatan medisinal terjadi
kegagalan jantung
kelainan
28
2.1.12 Komplikasi
A. Bagi Janin
2010)
insidensi BBLR pada bayi yang lebih besar yaitu 2,3 kali
gram
1000-1500 gram
29
2) Menurut Saifuddin (2009), diklasifikasikan berdasarkan
2. Asfiksia
keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau
30
karbondioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum.
(Prawirohardjo, 2013)
Mawarti, 2013).
31
2.2 Sistem Rujukan
2.2.1 Definisi
kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
32
menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
2006).
dan neonatal.
33
yakni memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk
berikut:
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang datang
34
puskesmas mampu PONED dan RS PONEK sesuai dengan
ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas
RS PONEK.
ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas
35
(Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan
Neonatus).
persalinan.
RS.
36
fasilitas kesehatan yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan
(Syafrudin, 2009).
dalam rencana rujukan meliputi siapa yang menemani ibu dan bayi
harus tersedia, orang yang di tunjuk menjadi donor darah dan uang
37
1. Rujukan Pelayanan Kebidanan
balasan).
lain :
pendidikan.
38
3. Rujukan Informasi Medis, Kegiatan ini antara lain berupa :
yakni :
1) Rujukan Kesehatan
39
2) Rujukan Medik
lain-lain.
lengkap.
40
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
pelayanan kesehatan.
41
melalui kerjasama yang terjalin, memudahkan dan atau
keluarga.
masing.
42
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
43
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
6. Pengiriman Penderita
penanganan)
fasilitas pelayanan.
44
Model pola rujukan kegawat-daruratan medik/PONED yang ideal
wilayah Kabupaten/kota:
Kabupaten/kota.
pemerintahan
provinsi.
f. Pemetaan sumberdaya
45
1) Tenaga kesehatan yaitu medis, keperawatan (bidan,
kebutuhan layanan.
46
b) Pasien obstetri dan neonatal, dalam kondisi
47
i. Pada kondisi Kabupaten berada di daerah terpencil atau sebagian
spesialistik/PONEK.
dapat dilayani
dokter.
tindaklanjutnya.
48
j. Rujukan yang dikirim ke fasilitas pelayanan rujukan medis
2011).
49
puskesmas belum mampu menunjang proses perencanaan strategis
(Muninjaya, 2011).
50
2.3 Program EMAS
bayi baru lahir sebesar 25%. Adapun tujuan EMAS adalah sebagai
berikut:
51
1) Adaptasi standar kinerja pelayanan kegawatdaruratan
obstetri neonatal
meningkat
52
c. Teknologi informatika dan komunikasi dimanfaatkan
rujukan
kegiatan:
gateway)
kebijakan
53
profesi, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil dan masyarakat.
kualitas.
2012).
54
2.3.4 Pelaksanaan
55
kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan
semula.
2012).
A. Definisi
56
dilakukan oleh Dokter harus dilakukan tanpa adanya unsur
pemaksaan.
57
Disebutkan didalamnya bahwa setiap tindakan kedokteran atau
Pasal 1
terhadap pasien.
atau pengampunya.
58
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang
pasien.
kecacatan.
Pasal 2
59
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan.
Pasal 3
ucapan setuju.
60
peraturan yang sudah dibuat tentu dianggap melanggar Hukum.
peraturan berikut:
Tindakan Medis
Praktik Kedokteran.
Tenaga Kesehatan.
61
2. Proteksi dari pasien dan subyek;
62
D. Bentuk Persetujuan Informed Consent
dokter.
saat:
terapi.
63
3. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak
penelitian.
F. Pemberi Persetujuan
64
apabila telah berusia 18 tahun atau lebih atau telah pernah
berikut:
memberikan persetujuan.
65
tidak berrisiko tinggi. Untuk itu mereka harus dapat
terkesan tidak logis. Kalau hal seperti ini terjadi dan bila
66
konsekuensi penolakan tersebut berakibat serius maka
sampingnya.
H. Persetujuan
67
I. Pembatalan Persetujuan yang Telah Diberikan
membatalkan persetujuan.
68
akibatnya apabila tindakan tidak dilanjutkan. Dalam hal
69
terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan. Keputusan tersebut
sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga
70
terbaik dan memastiakn bahwa wanita itu sudah diberikan
mereka.
serendah mungkin.
71
2.5 PERMENKES dan KEPMENKES
Kesehatan Perorangan
Pasal 7
tingkatan;
Pasal 12
keluarganya;
Pasal 13
pelaksanaan rujukan;
72
b. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan
penerima rujukan.
Pasal 15
h. Konseling; dan
73
c) PERMENKES Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Pasal 4
74
dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.”
2008)
anemia berat.”
75
tepat dari: Preeklampsia berat dan hipertensi.” (Kementrian
76
persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk
9. Tatalaksana/penanganan Kasus
Bidan kompetensi ke 6
“bonding attachment”.
kekebalan tubuh bayi sehingga jika bayi tidak dilakukan IMD maka
tidak tercapai dan risiko infeksi meningkat. Selain itu, kerugian tidak
dan bayi untuk melakukan skin to skin contact yang berguna untuk
77
g) PERMENKES Pasal 19 dan 20 Tentang Kewenangan Bidan
Pasal 19
kehamilan.
meliputi pelayanan:
c. persalinan normal;
a. episiotomi;
78
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
Pasal 20
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
prasekolah; dan
yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu
79
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
jantung;
(KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir,
80
kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh
kembang.
Pasal 28
berkewajiban untuk:
perundangan-undangan;
prosedur operasional;
81
j. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
dan Pelaporan
Pasal 45
undangan.
82
umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan dan
pelayanan kebidanan.
83
Tujuan dari standar 2 (dua) ini yaitu mengumpulkan,
berikut :
2). Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa
setiap pemeriksaan.
pelayanan kebidanan.
84
sekaligus melindungi masyarkat karena penilaian terhadap proses
dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian
berikut ini:
Pernyataan standar
berikut :
teratur
85
2). Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
Pernyataan standar
86
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan
Pernyataan standar
87
4. Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Pernyataan standar
berlangsung.
jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk,
Pernytaan standar
88
eklamsia lainnya , serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
Pernyataan standar
89
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan
berikut ini :
Pernyataan standar
90
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk
ibu bayi.
partus lama.
Pernyataan standar
persalinan.
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Hasil yang
Pernyataan standar
91
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan
Episiotomi
Pernyataan standar
penjahitan perineum.
92
Standar Pelayanan Nifas
ini:
Pernyataan standar
persalinan
Pernyataan standar
93
pulihnya kesehatan ibu, dan memebantu ibu untuk memulai
7. Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Pernyataan standar
94
Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal
ibu dan bayi. Di baawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat darurat
mester III
Pernyataan standar
merujuknya.
trimester tiga.
Pernyataan standar:
95
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia
pertama.
Pernyataan standar
patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses
partus lama/macet.
96
11. Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
Pernyataan standar
janin/bayinya
Pernyataan standar
meningkat.
97
13. Standar 21: penanganan perdarahan post partum
Pernyataan standar
mengendalikan perdarahan.
Pernyataan standar
merujuknya.
98
mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder
Pernyataan standar:
merujuknya.
Penyataan standar
perawatan lanjutan.
99
BAB III
160/110 mmHg, tinggi fundus uteri 27 cm, detak jantung janin 132
menjelaskan bahwa saat ini bukan kewenangan bidan untuk menangani Ny.
rujukan EMAS dengan cara Gate way untuk melihat rumah sakit yang
masih tersedia untuk Ny. N. Setelah itu bidan N mendapatkan list Rumah
Sakit yang tersedia, lalu bidan melakukan pilihan untuk rujukan rumah
100
Cateter, memberi MgSO4, dan rujuk didampingi oleh bidan. Ketika
diantar oleh keluarga dan bidan N atas indikasi preeklamsia berat. Setelah
dengan tekanan darah 150/100 mmHg, protein urin (+2) dan terdapat
hari pertama haid terakhir (HPHT) menunjukan bahwa usia kehamilan ibu
dan pemberian nifedipine 4x10 mg/20 menit. Pukul 01.30 WIB diberikan
MgSO4 kolf kedua, tekanan darah 150/100 mmHg dan nadi 81 x/menit.
WIB keadaan compos mentis, keadaan umum baik, tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36°C, respirasi 20 x/menit, HIS 1x/10 menit
selama 15 detik, DJJ 142 x/menit, pemeriksaan dalam vulva tak ada
kelaiann, porsio tebal lunak, pembukaan serviks 1-2 cm, selaput ketuban
101
utuh, presentasi kepala, penurunan bagian terendah H II, diberikan
MgSO4 kolf ketiga 28 tpm. Pukul 08.00 WIB diberikan misoprostol kedua
sebanyak 25 mg.
dan durasi mulas mya semakin lama, ada dorongan ingin meneran. HIS 4x
dalam 10 menit selama 40 detik, DJJ 142 x/menit. Ketuban pecah spontan
Pada tanggal 29 Maret 2018 bayi Ny. N lahir pukul 10.30 WIB
Jenis kelamin laki-laki, segera menangis, tonus otot aktif warna kulit
infant warmer dan dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil berat badan :
2705 gram, lingkar kepala : 31 cm, panjang badan : 46 cm, lingkar dada :
31 cm. Ketika bayi telah lahir bayi langsung dibawa ke ruang Perinatologi
dan dilakukan perawatan bayi baru lahir normal, sehingga tidak dilakukan
IMD.
selaput ketuban utuh, insersi tali pusat centralis, diameter ±21 cm, tebal 3
cm, panjang tali pusat ±60 cm, berat plasenta 600 gram, tidak ada
terdapat laserasi pada jalan lahir ibu. Keadaan postpartum tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 19 x/menit, suhu 36,8 oC, tinggi
102
fundus uteri 1 jari dibawah pusat, keadaan vesika urinaria kosong, jumlah
masih lemas.
x/menit, suhu 36,7°C, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus keras, tidak ada perdarahan aktif, masih terpasang infus dengan
cairan RL dan MgSO4 kolf keempat, serta ibu mengatakan bahwa tidak
ada keluhan saat ini. Bidan melakukan pemeriksaan pada Bayi Ny. N yaitu
detak jantung bayi 129 x/menit, respirasi 37 x/menit, suhu 36,8°C dan
telah diberikan neo-K dan Hb-0. Pada pukul 12.00 WIB bayi langsung
pertama setelah bersalin yaitu pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 07.00
uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras dan lokhia berwarna
merah, tidak ada perdarahan aktif. Pemeriksaan pada Bayi Ny. N yaitu
detak jantung bayi 130 x/menit, respirasi 35 x/menit, suhu 36,8°C keadaan
baik.
103
Ibu sudah dapat berjalan-jalan tanpa didampingi dan mengatakan
bahwa hari ini telah diperbolehkan untuk pulang karena keadaan ibu sudah
baik, atas anjuran dari dokter Ny. N diperkenankan untuk pulang bersama
bayi nya. Bayi Ny. N pulang dalam keadaan sudah diberi Neo K dan Hb 0.
KF II dilakukan pada hari ketujuh masa nifas yaitu pada hari kamis
fundus uteri 1 jari diatas sympisis, kontraksi uterus keras dan lokhia
melakukan pemeriksaan pada Bayi Ny. N yaitu detak jantung bayi 131
telah puput pada hari ke empat. Ibu mengatakan dapat melakukan aktivitas
seperti sedia kala. Keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
14) dilakukan kunjungan didapatkan hasil bahwa tekanan darah ibu 120/90
tidak teraba, lokhia berwarna kuning kecoklatan, air susu ibu (+). Hasil
pemeriksaan pada Bayi Ny. N yaitu detak jantung bayi 142 x/menit,
104
sudah tidak teraba, lokhia berwarna putih kekuningan, air susu ibu (+).
Hasil pemeriksaan pada Bayi Ny. N yaitu detak jantung bayi 136 x/menit,
KF III dan KN III dilakukan pada tanggal 27 April 2018 (nifas hari
keadaannya baik dan tidak ada kelainan serta mengingatkan ibu untuk
efek sampingnya.
3.2 Pembahasan
Kasus :
Pembahasan :
105
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
Standar 7
Wewenang Bidan
Pasal 19
a. episiotomi;
postpartum;
106
i. penyuluhan dan konseling;
Pasal 20
(KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir,
tekanan darah.
Kasus :
107
Pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 19.30 WIB Ny. N diantar
Pembahasan :
108
khususnya pada ibu dengan hipertensi, karena akan mengetahui
Kasus :
mmHg, protein urin (+2) dan terdapat edema pada kaki. Hasil
109
haid terakhir (HPHT) menunjukan bahwa usia kehamilan ibu 40
Pembahasan :
kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
karena bidan bekerja dalam suatu tim dan keterampilan dasar bidan
sudah terpenuhi.
110
a). melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi
pelaksanaan rujukan;
penerima rujukan.
111
berat. Tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan rujukan (RSUD
Kasus :
rujukan EMAS dengan cara Gate way untuk melihat rumah sakit
list Rumah Sakit yang tersedia, lalu bidan melakukan pilihan untuk
Pembahasan :
112
eklampsia. Standar ini merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan
113
Bidan telah melakukan rujukan dengan tepat. Selain itu,
Kasus :
misoprostol 25 mg pervaginam.
Pembahasan :
114
Menurut asusmsi penulis, bidan sudah melakukan asuhan
Kasus :
sering dan durasi mulas mya semakin lama, ada dorongan ingin
Pembahasan :
dilakukan spontan jika ibu dalam batas baik untuk meneran sendiri.
115
Dalamkasus ini tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan praktik
berlaku.
Kasus :
Pembahasan :
dasar poin ke (2) kebutuhan dasar bayi baru lahir kebersihan jalan
attachment”.
untuk di IMD.
Kasus :
keempat, serta ibu mengatakan bahwa tidak ada keluhan saat ini.
Pembahasan :
status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi,
117
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan,
atonia uteri.
jikalau ada tanda-tanda bahaya yang terjadi pada ibu. Dalam kasus
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena bidan
Kasus :
118
keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, status emosional
perdarahan aktif.
hari kamis tanggal 5 April 2018. Ibu datang ke bidan dan dilakukan
Pembahasan :
119
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, KEMENKES RI)
terjadi pada masa nifas dan kembalinya kondisi seperti semula serta
Dalam kasus ini antara teori dan praktik sudah sesuai, karena KF 1
dan KF III pada saat 29 hari masa nifas (tanggal 27 April 2018)
Kasus :
Pembahasan :
120
perawatan tali pusat; d). pemberian suntikan vitamin K1; e).
Lahir; j). pemberian tanda identitas diri; dan k). merujuk kasus
“bonding attachment”.
121
Menurut konfirmasi terhadap perawat T dilakukan
manfaat yang sangat banyak untuk ibu dan bayi. Dalam kasus ini,
Kasus :
keadaan baik.
122
KN II dilakukan pada hari ketujuh setelah bersalin, bidan
Pembahasan :
dengan teori yang ada yaitu tiga kali yang dilakukan pada hari
pertama pasca bersalin, hari ketujuh dan hari ke dua puluh satu.
123
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berat
preeklamsia berat
optimal karena bidan tidak melakukan IMD pada saat bayi baru
lahir, hal tersebut tidak sesuai dengan teori dan SOP yang berlaku,
124
4.2 Saran
datang.
akhir.
125
4.2.3 Bagi Penulis
126
DAFTAR REFERENSI
Dewi, Vivian Nani Lia dan Sunarsih, Tri. 2012. Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Menteri Kesehatan RI: Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,
persalinan dan sesudah melahirkan, penyelenggarakan pelayanan
kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. Menteri Kesehatan RI:
Jakarta.
127
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28
Tentang Kewajiban dan Hak Bidan. Menteri Kesehatan RI : Jakarta
Norwitz, Errol R dan John O Schorge. 2013. At the Glance Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
WHO. (2014). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta: WHO
WHO. (2015). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta : WHO
128
129
Lampiran 2 : Buku KIA
130
131
Lampiran 3 : Status Laboratorium
132
Lampiran 4 : SOP PEB
133
PENATALAKSANAAN PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Tanggal terbit Disahkan oleh :
Direktur RSUD KARAWANG
Dr. H.ASEP HIDAYAT LUKMAN ,M.M
NIP. 19590730 198702 1 007
Prosedur Diagnosa banding
Tujuan Hipertensi menahun, kelainan ginjal dan epilepsi
Kebijakan Penatalaksanaan
3 Pre Eklampsi
a. Rawat Jalan
- Banyak istirahat dengan tidur miring
- Diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan garam
- Nifedipine 3x10 mg
- Kunjungan ulang tiap minggu
b. Rawat inap
Pada kehamialn pre aterm (<37 minggu)
- Bila tekanan darah normal selama perawatan pertahankan persalinan
sampai aterm
- Bila tekanan darah turun tidak sampai normal, kehamilan diterminasi
pada usia kehamilan 37 minggu
- Pada kehamilan aterm (37 minggu) persalinan ditunggu spontan atau
persalinan pada tanggal taksiran persalinan (persalinan dapat
dilakukan spontan atau kalau perlu memperpendek partus kala II
dengan extasi vakum atau forceps
Prosedur c. Pengobatan obstetrik
Terminasi kehamilan dengan cara sesuai
Bila belum inpartu:
- Induksi persalinan, kateter folley dilanjutkan dengan infus
oksitosin dan amniotomi
- Seksio sesarea sasaran bila induksi pesalinan gagal yaitu 12 jam
sejak mulai oksitosin belum masuk fase aktif
Bila sudah inpartu:
- Kala I: fase laten : sectio caesaria
Fase aktif: amniotomi, bila kemudian pembukaan belum lengkap,
sectio
- Kala II: persalinan pervagina, dibantu extraksi forceps dan vakum
d. Perawatan konservatif
- Indikasi kehamilan pre aterm (<37 minggu) tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklamsi dengan keadaan janin buruk
- Pengobatan medisinal:
Sama dengan pengobatan medisinal perawatan aktif, hanya disini
134
tidak dilakukan terminasi
- Pengobatan obstetri
Selama pengobatan konservatif dilakukan observasi dan evaluasi
sama seperti pada perawatan aktif, hanya disini tidak dilakukan
terminasi.
MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda pre eklamsi
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
Bila sudah 24 jam tidak ada perbaikan, dianggap pengobatan
gagal dan dilakukan terminasi
Perawatan obstetrik
Pada dasarnya semua kehamilan dengan eklamsi harus di lakukan terminasi
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Kehamilan di akhiri apabila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah (salah satu atau lebih )
a. Pemberian anti obat kejang terakhir
b. Setelah kejang berakhir
c. Penderita mulai sadar
Cara terminasi kehamilan sama seperti pada pre eklamsi berat
- Konsultasi
Apabila di perlukan konsultasi spesialis penyakit dalam,syaraf,mata dan
anestesi
- Perawatan rumah sakit
Pasien pre eklamsi ringan di rawat apabila setelah 2 minggu rawat jalan
tidak meunjukan adanya perubaikan
Pasien pre eklamsi harus di rawat
- Penyulit
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru-paru, kelainan pembekuan darah,
136
pendarahan otak, dan kematian janin
- Informed concent
Perlu di jelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan
janin serta rencana perawatan/tindakan yang akan di lakukan
- Tenaga standar
Dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan terlatih
- Lamanya rawatan
Pasien di rawat sampai 5 hari pasca persalinan
- Masa pemulihan
6 minggu
- Output
Sembuh total bila tanpa komplikasi
- Patologi anatomi
Tidak di lakukan
1. Poliklinik kebidanan
2. Kamar bersalin
3. Ruang nifas
4. Ruang perinatologi
Unit 5. ICU
terkait 6. IBS/recovery room
7. Intermediate
137
Lampiran 5 : Informed Consent
138
Lampiran 6 : Rekam Medik
139
140
141
Lampiran 7 : Surat Rujukan
142
Lampiran 8 : Dokumentasi
143
Lampiran 9 : Kunjungan Rumah
144
Lampiran 10 : Kunjungan Rumah Kedua
145