Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung danusus
halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang
berakibatkehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz.2002).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3
juta penduduk \setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali
setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahun.6
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang
datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan,
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batamyang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikutidengan Shigella spp,
Salmonella spp, V.Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni,
V Cholera non-01, danSalmonella paratyphi A.
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit(
jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan
diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natriumdan
kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat jugaterjadi
cairan atau dehidrasi ( Setiati, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari penyakit gastroenteritis (diare) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan daripenyakit gastroenteritis ?
3. Bagaimana bentuk checklist dari penyakit kumbah lambung ?
2. Definisi
Diare adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis diare pada
anak balita bisa didefinisikan sebagi meningkatnya frekuensi buar air
besar tiga kali atau lebih, tinja kosistensinya menjadi lebih lunak dari
biasanya, sehingga hal itu dianggap tidak normal oleh ibunya. Secara
klinik, diare dibedakan menjadi 3 macam yaitu, diare cair akut, disentri,
dan diare persistensi (Wahyudi, 2009).
Menurut Sudoyo (2006), diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam. Sedangkan
7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan tinja
1) Mikroskopis dan mikroskopis.
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah
Dengan cara menentukan pH dan cadanagan alkali (lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan AGD menurut ASTRUP (bila memungkinkan)).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginja.
d. Pemeriksaan elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca, dan Fosfor dalam serum (terutama pada
penderita diare yang disertai kejang).
e. Pemeriksaan intubasi
Untuk mengetahui jenis jasad renik untuk parasit secara kualitatif dan
kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Penatalaksanaan
Pemberian cairan (jenis cairan, cara pemberian dan jumlah.)
a. Cairan peroral
o Dehidrasi ringan dan sedang : cairan yang berisi NaCl,
NaHCO3, KG dan glukosa.
o Diare akut dan kolera, umur > 6 bulan : kadar Na 90 meq/L.
o Dehidrasi ringan/sedang, umur < 6 bulan : pada Na 50 – 60
meq/L formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana
hanya mengandung garam dan gula ( NaCl dan Sukrosa ayau air
tajin yang diberi garam dan gula)
b. Cairan parenteral
Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada tersedianya cairan setempat.
Umumnya RL. Cara memberikan cairan :
6. Obat-obatan 6. Antisekresi
(antisekresi, berfungsi untuk
antispasmoliti menurunkan sekresi
k dan cairan dan elektrolit
antibiotik) untuk
keseimbangannya.
Antispasmolitik
berfungsi untuk
proses absorpsi
normal. Antibiotik
sebagai antibakteri
berspektrum luas
untuk menghambat
endoktosin.
sangat mental,
keluaran urin
menurun.
3. Bila hipotensi 3. meningkatkan
terjadi, aliran balik vena
tempatkan klien pasien
3. Meningkatakan
pemahamandan
dapat
3. Kajiulang
meningkatkanke
obat,
rjasamadalam
tujuan,freku
program.
8. Rujukkesu 8. Klienmendapatk
mberkomun euntungandaripe
itas yang layananageninid
tepat, alamkopingdeng
mis.,perawa anpenyakitkroni
kesehatanM sdanevaluasipen
asyarakat, goban.
ahli diet,
kelompokp
endukung,
danpelayan
an social.
Nama : ……………………………………
NIM : …………………………………….
ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
Definisi :
Tujuan :
Membuang racun yang tidak terabsorpsi setelah racun
masuk saluran pencernaan
Mendiagnosa perdarahan lambung
Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
Membuang cairan atau partikel dari lambung
Indikasi :
Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
Persiapan operasi lambung
Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
Tidak ada reflex muntah
Gagal dengan terapi emesis
Pasien dalam keadaan sadar
Kontra Indikasi :
Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam
penatalaksaan pasien dengan keracunan. Kumbah lambung
dilakukan ketika pasien menelan substansi toksik yang
dapat mengancam nyawa, dan prosedur dilakukan selama
60 menit setelah tertelan.
B. Saran
Kami memahami makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu pembaca bisa memberi saran dan kritik kepada kami untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.