Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari
proses metabolisme. Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk
kehidupan mikroba. Definisi metabolisme adalah semua proses kimiawi yang
dilakukan oleh organisme atau semua reaksi yang melibatkan transformasi
energi kimia di dalam mahluk hidup. Walaupun sangat beraneka ragam jenis
substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, namun
terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan
dari satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih
sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik.
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel
hidup.yang dilakukan untuk menghasilkan energi. Metabolisme dibagi atas dua
fase yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah Pembentukan
senyawa yang memerlukan energi (Rekasi endergonik) misalnya reaksi
fotosintesis: membentuk C6G12O5 dari CO2 dan H2O, sedangkan Katabolisme
adalah proses penguraian senyawa yang menghasilkan energi (reaksi
eksergonik) misalnya pada respirasi yang menguraikan karbohidrat menjadi
asam piruvat dan energi. Metabolisme ini selalu terjadi dalam sel hidup karena
di dalam sel hidup terdapat enzim yang diperlukan untuk membantu berbagai
reaksi kimia yang terjadi. Suatu proses reaksi kimia yang terjadi dapat
menghasilkan energi dan dapat pula memerlukan energi untuk membantu
terjadinya reaksi tersebut.
Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi
eksergonik dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan
energi reaksi ini disebut reaksi endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi
proses perubahan yang dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan.
Untuk mempercepat laju reaksi-reaksi diperlukan enzim-enzim tertentu pada
setiap tahapan reaksi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses produksi energi dalam respirasi anaerob?
2. Bagaimana proses produksi energi dalam respirasi aerob?
3. Apa yang dimaksud dengan anabolisme?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses produksi energi dalam respirasi anaerob
2. Mengetahui proses produksi energi dalam respirasi aerob
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anabolisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Proses Produksi Energi dalam Respirasi Anaerob


a. Glikolisis
Glikolisis merupakan proses perombakan glukosa menjadi asam piruvat.
Proses ini tidak mensyaratkan adanya oksigen. Oleh karena itu, proses ini
dapat terjadi dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Gambar 6.1 berikut
ini menunjukkan langkah-langkah reaksi pada jalur reaksi glikolisis
(Boleng, 2015).
Langkah- langkah glikolisis, diawali dengan penambahan gugus fosfat
pada molekul glukosa, agar ikatan-ikatan pada struktur glukosa lebih mudah
diputuskan atau diuraikan. Langkah awal ini dibutuhkan dua molekul ATP.
Langkah berikutnya adalah pemutusan ikatan enam karbon pada molekul
glukosa, menjadi dua molekul gula bekarbonat tiga (trigleseraldehid-3-
phosphat). Selanjutnya, terjadi reaksi pembentukan molekul koenzim
tereduksi, yaitu Nikotinamida Adenin Dinukleotida berikatan dengan gugus
H2 (NADH2). Hasil akhir dari proses glikolisis adalah terbentuklah dua
molekul asam piruvat, yang akan memasuki siklus Tricarboxyclic Acyd
(TCA) yang didahului dengan membentuk dua molekul asetil ko-A (Boleng,
2015).
Untuk setiap molekul glukosa yang mengalami metabolisme dua molekul
ATP dikonsumsi, dan empat molekul ATP dibentuk. Dalam proses glikolisis
juga dihasilkan dua molekul koenzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida
mengikat hidrogen (NADH2 dalam bentuk tereduksi). Satu molekul NADH2
jika dioksida, menghasilakan 3 mol ATP. Dengan demikian, jumlah energi
bersih yang dihasilkan adalah sebanyak 8 mol ATP (4 mol ATP jadi,
ditambah dengan 6 mol ATP dari oksidasi NADH2; dan dikurangi dua
molekul ATP yang dikosumsi pada langkah awal reaksi pada jalur

3
glikolisis). Jumlah mol ATP yang dihasilkan dalam respirasi (katablisme)
secara anaerob jauh lebih sedikit. Dalam respirasi secara anaerobik, ATP
yang dihasilkan hanya pada jalur glikolisis saja (8 mol ATP). (Boleng,
2015).

Gambar 1. Siklus Glikolisis


Sumber : Joklik, 1988

b. Lintas Pentosa Fosfat


Lintasan untuk peruraian karbohidrat ini menyangkut pembentukan gula
fosfat berkarbon enam (heksose monofosfat) dan gula fosfat karbon lima
(pentose fosfat). Karena menyangkut beberapa reaksi lintasan glikolitik,
maka lintasan ini dipandang sebagai glikolisis yang langsir. Glucose dapat
dioksidasi melalui lintas pentose pospat disertai dengan pembebasan
pasangan-pasangan elektron, yang dapat memasuki rantai angkutan electron.
Tetapi siklus ini pada umumnya tidak dianggap sebagai lintas utama
penghasil energy pada kebanyakan mikroorganisme. Lintasan pentosa
pospat digunakan terutama untuk biosintesis karena menyediakan pentose
fosfat untuk dipergunakan dalam sintesis nucleotide, sekalipun lintasan ini
dapat menyediakan energy bagi sel sebagai lintasan pilihan untuk oksidasi
glukosa, lintasan ini juga mekanisme untuk mendapatkan energy dari
senyawa-senyawa gula berkarbon lima. Seperti halnya lintasan glikolitik.

4
Lintasan pentose fosfat terjadi pada bakteri prokariotik maupun eukariotik
(Pelczar, 1986).
Pada lintasan pentose fosfat terjadi pembentukan gula fosfat berkarbon
enam (keksosa monofosfat ), dan gula fosfat berkarbon lima (pentose fosfat).
Hasil yang diperoleh ini, digunakan untuk biositesis nukleotida. Proses ini
terjadi pada prokariota maupun eukariota. Dalam proses ini dihasilkan
Nikotinamide Adenin Dinukleotida (NADHP), yang kemudian akan masuk
ke dalam sistem transport elektron untuk sintesis ATP (Boleng, 2015).

c. Fermentasi
Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa memerlukan
oksigen. Organisme anaerobik menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-
reaksi yang disebut fermentasi, yang menggunakan bahan organik sebagai
donor atau aseptor elektron. Bakteri-bakteri anaerobik fakultatif dan bakteri
anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi untuk
menghasilkan energi. Streptococcus lactis, bakteri yang menyebabkan
masamnya susu, menguraikan glukosa menjadi asam laktat, yang
berakumulasi didalam mdium sebagai produk fermentasi satu-satunya
(Boleng, 2015).
2CH3CHO + 2NADH2 2C2H5OH + 2NAD
Gambar 2. Fermentasi alkohol

Gambar 3. Fermentasi asam laktat


Sumber : Pelczar, 1986

5
d. Jalur Etner Doudoroff (ED)
Tahap atau jalur ini, dapat ditemukan pada Pseudomonas. Dalam keadaan
anaerob, 1 mol glukosa dikatabolisme, akan menghasilkan 1 mol ATP
(Boleng, 2015).

e. Jalur Fosfoketolase (FK)


Proses ini hanya terjadi pada grup bakteri laktobasil heterofermentati.
Jalur fosfoketolase merupakan percabangan dari jalur Hexosa Monofosfat
(HMF). Bakteri yang memakai jalur ini, tidak memiliki enzim aldolase
(Boleng, 2015).

2. Proses Produksi Energi dalam Respirasi Aerob


a. Rantai Angkutan Elektron
Rantai angkutan electron, yang juga dikenal sebagai sistem sitokrom,
atau rantai respirasi, adalah serangkaian reaksi oksidasi-reduksi atau
pembentukan ATP. Fungsi rantai ini adalah untuk menerima electron dari
senyawa-senyawa tereduksi dan memindahkannya pada oksigen dengan
akibat terbentuknya air. Pada beberapa langkah dalam rantai tersebut,
dibebaskan energi untuk pembentukan ATP dari ADP dan fosfat organik
(Boleng, 2015).
Atom-atom hydrogen (elektron beserta proton, H+) yang diusir dari
substansi organic melalui oksidasi, dipindahkan oleh dehydrogenase yang
mengandung NAD dan NADP (FAD) atau FMN (Flavo Mononukleotida),
dan sitokrom-sitokrom yang mengandung besi, pada oksigen molekuler,
sehingga terbentuklah air (Boleng, 2015).
Elektron-elektron yang diusir dari zat-zat organic (misalnya NO2, H2 dan
H2S) melalui oksidasi dapat pula disalurkan ke dalam rantai angkutan
electron untuk memperoleh energi. Demikian caranya bakteri kemoautotrof
memperoleh ATP dari rantai angkutan electron (Boleng, 2015).

6
Gambar 4. Rantai angkutan elektron
Sumber : Joklik, 1998

b. Siklus Asam Trikarboksilat


Siklus asam trikarboksilat (Tricarboxyclic Acid atau TCA) disebut juga
siklus Krebs, adalah serangkaian reaksi yang membangkitkan energy dalam
bentuk ATP, dan molekul-molekul koenzim yang tereduksi (NADH2 dan
FADH2). Langkah-Langkah reaksi yang terjadi di dalam TCA,
menghasilkan NADH2, FADH2 ATP jadi, CO2, air. Langkah-langkah reaksi
dalam TCA, menunjukkan bahwa senyawa organik yang pertama kali
terbentuk adalah asam sitrat (oleh karena itu, siklus TCA disebut juga siklus
asam sitrat), dan diakhiri dengan pembentukkan senyawa organik asam
oksalo asetat. Selanjutnya, setelah asam oksaloasetat terbentuk, oksaloasetat
bereaksi dengan asetil KoA membentuk asam sitrat kembali, dan reaksi
akan berulang terus membentuk siklus yang tidak ada putusnya selama
kelanjutan reaksi aerobic terhadap molekul glukosa (Boleng, 2015).
Reaksi keseluruhan siklus TCA dapat diringkas sebagai berikut ini :

Asetil-KoA + 3H2O + 3NAD + FAD + ADP + Pa 2CO2 + KoA +


3NADH2+ FADH2
+ ATP

7
Gambar 5. Siklus asam trikarboksilat
Sumber : Pelczar, 1986

c. Katabolisme Lipid
Glukosa merupakan sumber tunggal yang terpenting bagi kebanyakan
sel. Tetapi, bagi banyak mikroorganisme, zat-zat lain seperti lemak dan
protein, dapat digunakan sebagai sumber energy pilihan. Ada peraturan
umum yang mengatur penggunaannya, zat-zat tersebut diubah secepat dan
seefisien mungkin menjadi intermediet lintasan-lintasan glikolitik dan TCA
sehingga untuk terlaksananya peruraian secara lengkap hanya dibutuhkan
sejumlah minuman enzim tambahan. Peraturan ini menyoroti kenyataan
bahwa lintasan glikolitik dan siklus TCA berlaku sebagai suatu pusat umum
dan lintasan-lintasan katabolic lainnya dibangun di sekelilingnya (Pelczar,
1986).
Perombakan lipid atau lemak diawali dengan pecahnya trigliseride oleh
penambahan air sehingga terbentuk gliserol dan asam lemak dengan bantuan
enzim-enzim lipase (Pelczar, 1986).

8
Gambar 6. Proses katabolisme lipid
Sumber : Pelczar, 1986

Gliserol sebagai komponen lemak dapat diubah menjadi intermediat


lintasan glikolitik (dehidroksiaseton fosfat) melalui reaksi-reaksi berikut :

Gambar 7. Proses katabolisme lipid


Sumber : Pelczar, 1986
Dihidroksiaseton fosfat yang terbentuk akan diuraikan melalui mekanisme
yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini
Trigliserida

Gliserol Asam-asam lemak

ATP Mg2+

ADP

Gliserol – 3 – PO4

NAD

NADH2+

9
Dihidroksiaseton – PO4

1,3 - difosfogliserat

2ADP

2ATP

3 – fosfogliserat

2 – fosfogliserat

H2O

Fosfoenolpiruvat

2ADP

2ATP

Asam Piruvat

Asam Laktat Asetaldehyde

Etanol

Asam-asam lemak dioksidasi melalui pengusiran berturut-turut fragmen


berkarbon dua dalam bentuk asetil KoA. Asetil KoA yang terbentuk
kemudian dapat memasuki siklus TCA, sedangkan atom-atom hydrogen
beserta electron-elektronnya memasuki rantai angkutan electron menuju
fosforilasi oksidatif (Pelczar, 1986).
Ada lebih banyak hasil energy per gram lemak daripada pergram karbohidrat.
Namun, relative hanya beberapa spesies mikroba yang efektif dalam merombak

10
lipid, baik tipe yang sederhana maupun yang rumit, antara lain karena terbatasnya
daya larut lipid (Pelczar, 1986).

d. Katabolisme Protein
Banyak bakteri heterotrofik dapat menghancurkan protein di luar
tubuhnya dan menggunakan produk-produk hasil proses tersebut sebagai
sumber tenaga karbon dan nitrogen. Karena molekul protein terlampau besar
untuk dapat melewati membrane, bakteri mensekresikan eksoenzim yang
disebut protease yang menghidrolisis protein tersebut menjadi peptide-
peptide (Pelczar, 1986).
Bakteri menghasilkan peptidase yang mengurai peptide menjadi asam-
asam amino individu, yang kemudian dikatabolisme melalui cara yang
bergantung pada tipe asam aminonya dan spesies atau galur bakteri yang
menguraikannya (Pelczar, 1986).

Gambar 8. Proses katabolisme protein


Sumber : Pelczar, 1986
Protein diuraikan menjadi peptide, dan kemudian akan menjadi asam
amino. Asam amino akan membentuk asetl-KoA, asam a-ketoglutarat, asam
suksinat, asam fumarat, asam oksaloasetat di dalam TCA. Dengan demikian,
maka baik dalam proses katabolisme glukosa, katabolisme protein, maupun
katabolisme lipid, semuanya akan masuk ke TCA, setelah melalui prosesnya
masing-masing (Boleng, 2015).

3. Anabolisme
Anabolisme adalah proses penyusunan (sintesis) senyawa organik di dalam
sel bakteri yang membutuhkan energi, penggunaan energi dalam proses
nonbiosintetik adalah untuk: produksi panas, penggerakan, pengangkutan
nutrien. Sedangkan penggunaan energi dalam proses biosintetik adalah untuk
pengubahan substansi, sintesis makromolekul (komponen karbohidrat, protein,

11
lemak, asam nukleat) untuk keperluan sintesis seluruh komponen-komponen
atau struktur halus sel bakteri, seperti dinding sel, membran sel, ribosom,
nukleoid, seluruh apendiks sel bakteri, dan komponen-komponen sel lainnya.
Pada proses sintesis makrmolekul, terdiri atas dua tahap, yaitu: biosintesis unti-
unit makromolekul, dan biosintesis makromolekul (Boleng, 2015).
Pada biosintesis lipid, terjadi pembentukan senyawa makromolekul dari
manomernya berupa gliserol dan asam lemak. Lipid dalam sel mikroorganisme
berperan sebagai: senyawa cadangan, komponen membra sitoplasma,
komponen membran organel, komponen dinding sel, alat transpor electron
(Boleng, 2015).
Pada biosintesis protein, terjadi pembentukan makromolekul dari asam asam
amino. Pada proses sintesis protein, selalu membutuhkan cetakan DNA yang
berfungsi untuk membentuk pola urutan asam amino, transfer informasi genetic
(Boleng, 2015).
a. Sintesis Karbohidrat
Tumbuhan, algae, dan sianobakteri adalah fotoautotrof. Mereka
menggunakan cahaya sebagai sumber energinya dan karbon dioksida
sebagai sumber karbon satu-satunya. Supaya karbon dioksida dapat
berguna bagi metabolisme, maka pertama- tama harus direduksi menjadi
karbohidrat; disebut fotosintesi (Pelczar, 1986).

Gambar 9. Reduksi karbon menjadi karbohidrat


Sumber : Pelczar, 1986
Menurut Pelczar (1986), di sini (CH2O)x adalah rumus bagi karbohidrat
mana saja. Proses ini mempunyai dua persyartan penting:
1. Sejumlah besar energi dalam bentuk ATP,
2. Sumlah besar reduktan kimiawi, dalam hal ini air

12
Bebrapa kelompok bakteri yaitu bakteri fotoautotrofik hijau dan ungu
dicirikan menurut kesanggupannya untuk melakukan fotosintesis. Tetapi
lain halnya dengan tumbuhan, algae, dan sianobakteri, bakteri-bakteri ini
tidak menggunakan air sebagai reduktan kimiawinya dan juga tidak
menghasilkan oksigen sebagai salah satu produk akhir fotointesisnya.
Persamaan umum bagi fotosintesis bakterial ialah (Pleczar1986)

Gambar 10. Fotosintesis bakteri


Sumber : Pelczar, 1986

Di sini H2A menyatakan redukktan kimiawi seperti, senyawa anorganik


H2, H2S, atau H2S2O3, atau senyawa organik laktat atau suksinat. Bila H2A
dalam persamaan ini adalah H2S, maka A adalah S.
Kedua persamaan tersebut di atas menyatakan hasil keseluruhan
fotosintesis. Banyak telah dipelajari mengenai reaksi-reaksi kimiawi yang
terlibat di dalam fotosintesis bakteri dan tumbuhan. Berikut ini adalah
tinjauan mengenai proses-proses penghasil energi yang bergantung pada
cahaya yang menyangkut bakterioklorofil pada bakteri dan klorofil pada
tumbuhan, algae dan sianobakteri. Yang dikemukakan di sini sejalan
dengan hasil-hasil mutakhir dari banyak peneliti namun mungkin saja
perlu dimodifikasi bila nanti diperoleh bukti-bukti lebih lanjut (Pelczar,
1986).

Fotosintesis siklik dan nonsiklik


Bakteri fotosintetik mempunyai klorofil, disebut bakterioklorofil, yang
berbeda dengan klorofil pada tumbuhan-tumbuhan dalam hal struktur dan
sifat-sifat penyerapan cahayanya. Bakterioklorofil menyerap cahaya pada
daerah dekat inframerah (660 sampai 870 nm). Tidak dikandung di dalam

13
kloroplas tetapi ditemukan pada sistem –sistem membran yang ektensif
diseluruh sel bakteri (Pelczar, 1986).
Bila sebuah molekul bakterioklorofil menyerap satu kuantum cahaya,
energi dari cahaya tersebut mengangkat molekul tersebut pada keadaan
eksitasi (ekcited state). Pada kedaan eksitasi ini sebuah elektron terusir
dari bakterioklorofil. Bakterioklorofil itu sendiri menjadi bermuatan
positif, lalu berfungsi sebagai penangkap elektron atau bahan pengoksidasi
yang kuat (Pelczar, 1986).
Elektron tersebut yang membawa sebagian energi yang di serap dari
cahaya, dipindahkan pada suatu protein “ Heme” yang mengandung besi
yang terkenal sebagai feredoksin. Dari sini kemudian berturut-turut
dilakukan pada ubikuinon, sitokrom b, dan sitokrom f , dan akhirnya
kembali pada bakterioklorofil yang bermuatan positif. Pada hakekatnya,
elektron tersebut telah bergerak mengelilingi suatu lingkaran, diawali
dengan bakterioklorofil dan kembali ke situ pula. Jadi seluruh proses ini
disebut fosforilasi siklik. Proses yang relatif sederhana ini digambarkan
pada gambar 11 (Pelczar, 1986).
Energi yang dilepaskan pada langkah antara sitokrom b dan sitokrom f
digunakan untuk fotofosforilasi- pembentukan ATP dan ADP dan fosfat
anorganik.
Perhatikan bahwa NADP tidak tereduksi pada reaksi-reaksi ini. Reduksi
NADP+ pada bakteri fotosintetik dicapai tidak melalui fotosintesis tetapi
melalui penggunaan tenaga pereduksi dan unsur-unsur lingkungan seperti
H2S dan senyawa-senyawa anorganik lainnya da organik. Senyawa-
senyawa tereduksi semacam itu biasanya dijumpai berlimpah-limpah
dalam lingkungan anaerobik bakteri-bakteri fotosintetik (Pelczar, 1986).

14
Gambar 11. Fotofosforilasi siklik
Sumber : Pelczar, 1986

Dapat ditambahkan bahwa cahaya yang berenergi lebih tinggi daripada


yang diserap oleh bakterioklorofil dapat turut menyumbang pada
fotosintesis bakteri karena dalam sel-sel bakteri ada karatenoid dan
pigmen-pigmen pelengkap lainnya yang menyerap cahaya pada
gelombang yang lebih rendah dan memindahkan energinya pada
bakterioklorofil (Pelczar, 1986).
Pada fotosintesis tumbuh-tumbuhan, alga dan sianobakteri, terjadi
fotofosforilasi nonsiklik. Dalam proses ini, ketika sebuah molekul dalam
pigmen sistem II (salah satu dari dua sistem reaksi cahaya) menyerap
cahaya, energi ini mengangkat molekul tersebut ke keadaan eksitasi dan
moekul itu melepaskan sebuah elektron. Elektron ini dipindahkan ke
plstikuino, ke sitokrom b, ke sitokrom f , dan akhirnya ke pigmen sistem I.
Fotofosforilasi terjadi disertai pembentukan ATP dari ADP dan fosfat
anorganik pada langkah antara sitokrom b dan sitokrom f . bila menyerap
cahaya, pigmen sistem I melepaskan sebuah elektron. Elektron ini
dipindahkan dari feredoksin ke flavoprotein, ke NADP+ pada langkah

15
antara lepasnya elektron dari pigmen sistem I ke feredoksin, terjadi lagi
fotofosfosforilasi. Perhatikan pula bahwa pada sebagian dari proses ini
terjadi reduksi NADP+ (lihat gambar 14-10). Proses ini berbeda dengan
fotofosforilasi siklik karena elektron yang dilepaskan oleh pigmen sistem
II tidak diedarkan kembali kepadanya. Melainkan, pada pigmen sistem II
elektron digantikan oleh perombakan air yang dibangkitkan oleh cahaya
yang disebut fotolisi (Pelczar, 1986).

Gambar 12. Fotofosforilasi nonsiklik


Sumber : Pelczar, 1986

b. Sintesis Protein
Sintesis protein merupakan proses terbentuknya protein yang terdiri dari
2 tahap yaitu tahap transkripsi dan tahap translasi. Tahap transkripsi adalah
tahap dimana pada saat pembentukan Mrna di dalam 16olymer dari DNA
template dengan dibantu oleh enzim 16olymerase. Tahap translasi adalah
tahap dimana Mrna keluar dari inti sel dan bertemu dengan Trna lalu
dibantu oleh Ribosom yang terdiri dari sub unit besar dan sub unit kecil
(McGilvery, 1996).

16
Gambar 13: Proses Sintesis Protein
Sumber: ilmubiologi.com
1) Transkripsi
Pada organisme eukariot (memiliki dinding inti sel), DNA terdapat
pada kromosom, artinya bahwa DNA berada di dalam inti sel. DNA akan
tetap berada di dalam sel, sedangkan protein dibuat di dalam sitoplasma.
DNA tidak ikut berperan secara langsung dalam pembuatan protein,
tetapi pita double helix DNA sangat berperan penting dalam
terbentuknya mRNA. Transkripsi adalah proses pembentukan molekul
RNA dari DNA. Proses transkripsi memerlukan kerja sekelompok enzim
yang disebut dengan RNA polimerase. Untuk memulai proses ini,
dibutuhkan adanya sinyal atau tanda yang berupa gen tertentu. Gen yang
menjadi tanda itu adalah kodon AUG. Tempat mulainya transkripsi ini
disebut hulu, atau dikodekan dengan bentuk 5`. Proses dimulainya
transkripsi dikenal dengan istilah inisiasi. Pada pengakhiran proses
transkripsi, ada daerah yang disebut hilir yang sering ditandai dengan
bentuk 3`. Proses diakhirinya transkripsi dikenal dengan istilah terminasi.
Proses transkripsi selalu berjalan dari hulu ke hilir, artinya selalu berjalan
menurut arah 5` ke 3 (McGilvery, 1996).
Hasil dari proses transkripsi adalah mRNA dengan kode pasangan
yang terdapat pada rantai sense DNA. Rantai RNA yang mengandung
kode ini disebut pula dengan kodon. Jadi mRNA adalah kodon. Setelah
proses transkripsi selesai maka m-RNA akan segera bergerak
meningggalkan inti sel menuju sitoplasma untuk melakukan proses
selanjutnya (translasi). DNA memiliki dua untai atau dua pita, pada
proses transkripsi hanya satu untai saja yang berfungsi sebagai pencetak

17
RNA. Pita DNA yang mencetak mRNA ini dikenal dengan istilah DNA
“sens”. Pita DNA komplementer (pelengkap) lainnya yang tidak
mencetak mRNA disebut DNA “antisens”. Proses antara inisiasi dan
terminasi adalah proses pemanjangan atau dikenal dengan
proseselongasi. Pita mRNA dengan pita DNA memiliki panjang yang
berbeda. Untaian RNA lebih pedek dari pada untaian DNA. Di dalam
satu untai DNA double helix bisa terjadi beberapa proses transkripsi yang
menghasilkan beberapa untai mRNA. Informasi yang diterjemahkan dari
DNA ke RNA adalah basa nitrogennya. Jika pada untai DNAsens
terdapat basa nitrogen adenin (A), maka pada rantai mRNA akan
diterjemahkan sebagai basa nitrogen urasil (U). Jika pada untai DNA
sens terdapat basa nitrogen guanin (G), maka pada untai mRNA akan
diartikan sebagai basa nitrogen sitosin (S). Hal ini berlaku sebaliknya.
Untai inisiasi pada DNA-pun akan diterjemahkan menjadi untai terminasi
pada mRNA, dan sebaliknya. mRNA yang telah selesai dicetak (dalam
arti telah selesai menerima informasi genetik dari DNA) akan
meninggalkan DNA, keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti
sel menuju sitoplasma untuk melanjutkan proses translasi. RNA dibuat
dari untai DNA (McGilvery, 1996).
Menurut McGilvery (1996), tahap transkripsi terdiri dari tiga tahap
yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
a) Inisiasi (Permulaan)
Inisiasi dimulai dari prometer yaitu daerah DNA yang merupakan
tempat melekatnya RNA polimerase. Promoter mencakup titik awal
(start point) transkripsi yaitu adanya nukleotida yang menunjukkan
dimulainya sintesis protein (kodon start). Promoter berfungsi untuk
menentukan tempat dimulainya transkripsi dan menentukan satu rantai
DNA yang akan digunakan sebagai cetakan.
b) Elongasi (Pemanjangan)
Elongasi terjadi saat RNA bergerak di sepanjang DNA, pilinan
ganda terbuka secara berurutan. Enzim RNA polimerase

18
menambahkan nukleotida dari molekul RNA yang sedang tumbuh
disepanjang rantai DNA. Setelah sintesis RNA selesai, rantai DNA
terbentuk kembali dan molekul RNA baru terlepas dari cetakkannya.

c) Terminasi (Pengakhiran)
Proses transkripsi akan berhenti setelah sampai pada terminator.
Terminator adalah urutan DNA yang berfungsi menghentikan
transkripsi (kodom terminasi).
2) Translasi
Pada proses ini, mRNA telah keluar dari inti sel. Sekali mRNA keluar
dari inti sel dan telah berada dalam sitoplasma, maka mRNA akan
bergabung dengan satu atau lebih ribosom yang memungkinkan asam-
asam amino disusun menjadi rantai polipeptida sesuai dengan kode
genetik yang ditugaskan pada rantai mRNA. Jadi proses translasi
merupakan proses pemindahan informasi genetik dari RNA ke protein.
Proses translasi dibantu dengan bantuan molekul-molekul perantara lain
yang terdapat didalam sitoplasma, yaitu tRNA atau RNA pemindah.
tRNA berfungsi untuk mengikat asam amino pada satu ujungnya,
sedangkan ujung yang lain mampu mengenal kodon mRNA untuk tempat
melekatnya asam amino yang diikatnya. Asam amino yang terdapat di
dalam sitoplasma akan diikat oleh tRNA. Pengikatan ini dibantu dengan
menggunakan energi yang berupa ATP (adenin tripospat). ATP berfungsi
untuk mengaktifkan asam amino agar siap untuk diangkut ke subunit
ribosom.
Triplet anti-kodon terdapat pada t-RNA. Triplet ini akan berpasangan
dengan triplet kodon sambil membawa sebuah asam amino. misal GUA
akan membawa asama amino valin, UAA akan membawa asama amino
tirosin. Dan dengan bantuan ribosom asama amino-asama amino tersebut
akan digabungkan dengan ikatan peptida menjadi protein.
Translasi meliputi tiga tahapan, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi
a) Tahap inisiasi (Permulaan)

19
Tahap inisiasi yaitu mRNA yang telah keluar dari inti sel (nukleus)
dan sudah berada di sitoplasma akan bersatu dengan sub unit kecil
ribosom. Ribosom akan menempel pada mRNA yang memiliki kodon
AUG. Kodon ini merupakan kodon penanda yang menandai akan
dimulainya sintesis protein. Kodon AUG adalah kode kodon untuk
asam amino metionin. Kodon AUG biasanya ada di ujung 5`. Setelah
ditemukan kodon ini, maka akan dilanjutkan dengan tahapan translasi
selanjutnya, yaitu tahap elongasi atau perpanjangan.
b) Tahap elongasi (Pemanjangan)
Tahap elongasi yaitu tahap setelah kodon AUG ditemukan, tRNA
akan membawa asam amino dari sitoplasma yang memiliki kode UAS
sebagai terjemahan dari metionin. Setelah metionin diterjemahkan,
sub unit besar ribosom akan bersatu dengan sub unit kecil yang
membentuk ribosom yang sempurna. Setelah menerjemahkan
metionin, kodon-kodon selanjutnya akan terbaca dan akan
diterjemahkan dengan cara yang sama. tRNA membawa asam amino
masuk ke dalam subunit besar dan melekat pada sisi A,lalu akan
dilepaskan pada sisi P. tRNA akan keluar melalui sisi E pada bagian
subunit besar ribosom.
Misal setelah AUG terdapat kodon ASG. Maka tRNA akan
mencarikan terjemahan dari kodon itu, yaitu UGS, yang berarti kode
untuk asam amino treonin. Kodon treonin itu akan diangkut oleh
tRNA memasuki bagian sisi A dan melepaskannya pada sisi P. tRNA
akan keluar dari ribosom melalui sisi E pada subunit besar untuk
membawa asam amino yang lainnya. Demikian proses yang terjadi
sampai terbentuk untaian yang cukup panjang, sampai ditemukan
kode untuk menghentikan proses ini.

20
Gambar 14: Tahap elongasi translasi
Sumber: ilmubiologi.com
Keterangan :
a. t-RNA membawa antikodon AAA & asam amino (fenilalanin)
b. Antikodon AAA berpasangan dengan kodon mRNA
c. Pembentukan ikatan peptide
d. Pemanjangan rantai polipeptida & ribosom siap menerima tRNA
selanjutnya.
c) Tahap terminasi (Penghentian sintesis protein)
Pada tahap ini terjadi karena terdapat kode-kode yang menandai
mRNA untuk menghentikan proses pengangkutan asam amino. Kode-
kode itu berbentuk kodon UAA, UAG, atau UGA. Jika salah satu
kodon itu ditemukan oleh tRNA, maka secara langsung proses sintesis
protein akan terhenti karena tRNA tidak mengikat asam amino
kembali.
Setelah selesai tahap terminasi, maka secara otomatis ribosom akan
berpisah antara sub unit besar dan sub unit kecilnya, serta asam amino
akan membentuk zat lain yang sedang dibutuhkan oleh sel. Sub unit
besar dan sub unit kecil akan bersatu kembali jika akan dilakukan
proses sintesis kembali. Berikut merupakan gambar proses sintesis
protein yang meliputi transkripsi dan translasi sampai terbentuk
polipeptida yang berupa rantai.

21
Gambar 15: Tahap terminasi translasi
Sumber: ilmubiologi.com

c. Sintesis lipid
Pada hakikatnya asam lemak berasal dari asetil KoA. Enzim yang
berkerja sebagai katalis adalah kompleks enzim-enzim yang terdapat pada
sitoplasma, sedangkan enim pemecah asam lemak terdapat pada
mitokondria. Reaksi awal adalah karboksilasi asetil koenzim A menjadi
malonil koenzim A. reaksiini melibatkan HCO3- dan energy dari ATP.
Dalam sintesis malonil koenzim A ini, malonil koenzim A karboksilase
yang mempunyai gugus prostetik biotin bekerja sebagai katalis. Reaksi
pembentukan malonil koenzim A sebenarnya terdiri atas dua reaksi sebagai
berikut:
Biotin – enzim + ATP + HCO3- CO2 – biotin – enzim + ADP + P1
CO2 – biotin – enzim + asetil KoA → malonil KoA + biotin - enzim
Biotin terikat pada suatu protein yang disebut protein pengangkut
karboksilbiotin. Bioktin karboksilase adalah enzim yang berkerja sebagai
katalis dalam reaksi karboksilasi biotin. Rekasi kedua ialah pemindahan
gugus karboksilat kepada asetil koenzim A. katalis dalam reaksi ini ialah
transkarboksilase. Telah diteliti bahwa zat-zat antara dalam sintesis asam
lemak diikat oleh suatu protein pengangkut asil (Acyl Carrier Protein) atau
ACP. Ikatan ini terjadi pada ujung molekul yang mengandung gugus –SH
yaitu gugus fosfopantoteinat. Gugus ini terdapat pula pada molekul
koenzim A.

22
Gambar 16: Gugus fosfopantoteinat
Sumber:
System enzim yang berkerja sebagai katalis dengan sintesis asam
lemak jenuh dari asetil koenzim A dan NADPH disebut asam lemak
sintetase dan merupakan suatu kompleks multienzim. Tahap berikutnya
dalam sintesis asam lemak adalah tahap memperpanjang rangkaian atom C,
yang dimulai dengan pembentukan asetil ACP dan malonil ACP, dengan
katalis asetiltransasilase dan maloniltransasilase.

Gambar 17: Reaksi pembentukan butiril ACP


Sumber:

23
Maloniltransilase bersifat sangat khas, sedangkan asetiltransasilase
dapat memindahkan gugus asil selain asetil, walaupun lambat. Asam lemak
dengan jumlah atom C ganjil disintesis berawal dari propionil ACP. Asetil
ACP dan malonil ACP bereaksi membentuk asetoasetil ACP, dengan enzim
asil-malonil ACP kondensase sebagai katalis.
Asetil ACP + malonil ACP asetoasetil ACP + ACP + CO2
Pada reaksi kondensasi ini, senyawa 4 atom C dibentuk dari senyawa 2
atom C dengan senyawa CO2 dibebaskan. Tahap selanjutnya ialah reduksi
gugus keto pada C nomor 3, dari asetoasetil ACP menjadi 3-hidroksi butiril
ACP dengan ketoasil ACP reduktase sebagai katalis. Kemudian 3-hidroksi
butiril ACP diubah menjadi krotonil ACP dengan pengeluaran molekul air
(dehidrasi). Enzim yang berkerja pada reaksi ini ialah 3-hidroksi asil ACP
dehydratase. Reaksi terakhir dari putaran pertama sintesis asam lemak ialah
pembentukan butiril ACP dari krotonil ACP dengan katalis enoil ACP
reductase. Jadi putaran pertama proses perpanjangan rantai C ini telah
mengubah asetil koenzim A menjadi butiril ACP. Putaran kedua pada
proses perpanjangan rantai C dimulai dengan reaksi butiril ACP dengan
malonil ACP dan seterusnya seperti reaksi-reaksi pada putaran pertama.
Demikian setelah beberapa putaran maka asam lemakn terbentuk pada
reaksi terakhir yang hidrolisis asil ACP menjadi asam lemak dan ACP.
Sebagai contoh sintesis asam palmitate mempunyai persamaan reaksi
sebagai berikut:

Gambar 18: Sintesis asam palmitate


Sumber:
Persamaan reaksi keseluruhan menjadi:
8 asetil KoA + 7 ATP + 14 NADPH + H2O + 6 H+ → asam palmitat +

24
d. 14 NADP+ + 8 KoA + 7 ADP + 7 P1
Dari contoh diatas tampak bahwa asam palimitat terbentuk dari 8
molekul asetil KoA, 14 NADPH dan 7 ATP. Asam palmitate dibuat dalam
sitoplasma, sedangkan asetil KoA dibentuk dari asam piruvat dalam
mitokondria ke dalam sitoplasma.

Gambar 19: Transpor asetil KoA melalui membrane mitokondria


Sumber:
Membrane sitoplasma ternyata tidak permeable terhadap asetil KoA,
jadi harus diubah dahulu menjadi asam sitrat yang dapat menembus
membrane mitokondria. Setelah sampai dalam sitoplasma asetil KoA
dilepaskan lagi dengan bantuan sitrat liase sebagai katalis.
Asam sitrat + ATP + HS KoA → asetil KoA + ADP + P1 + oksaloasetat
Asam oksaloasetat yang terbentuk dalam sitoplasma ini harus
dikembalikan ke dalam mitokondria. Membrane mitokondria tidak
permeable terhadap asam oksaloasetat, karena itu oksaloasetat diubah
dahulu menjadi piruvat melalui asam malat. Dala. Reaksi ini NADPH
dihasilkan dari d=NADH. Mula-mula asam oksaloasetat direduksi oleh
NADH menjadi asam malat. Katalis dalam reaksi ini malat dehydrogenase
yang terdapat dalam sitoplasma. Kemudian asam malat diubah menjadi
asam piruvat.
Asam oksaloasetat + NADH + H+ asam malat + NAD+
Asam malat + NADP+ → piruvat + CO2 + NADPH

25
Asam piruvat yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat masuk ke
dalam mitokondria ke dalam mitokondria dan diubah menjadi asam
oksaloasetat oleh piruvat karboksilase.

Asam piruvat + CO2 + ATP + H2O → asam oksaloasetat + ADP + P1 + 2 H+

Proses pemindahan satu molekul asetil koenzim A dari mitokondria ke


dalam sitoplasma dapat menghasilkan satu molekul NADPH. Pembentukan
asam palmitate membutuhkan 8 molekul asetil koenzim A, oleh karenanya
terbentuk pula 8 molekul NADPH. Telah dijelaskan bahwa pembentukan
asam palmitat membutuhkan 14 molekul NADPH. Kekurangan 6 molekul
NADPH diperoleh dari reaksi pembentukan ribulosa-5-fosfat dari glukosa-
6-fosfat.

Gambar 20: Pembentukan ribulose-5-fosfat dari glukosa-6-fosfat


Sumber:
Tiga molekul ribulose-5-fosfat dapat diubah menjadi dua molekul
heksosa dan satu molekul triosa yang dapat masuk ke dalam proses
glikolisis.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Proses produksi energi dalam respirasi aerob, terdiri dari: glikolisis, lintas
pentosa fosfat, fermentasi, jalur etner doudoroff (ED), jalur fosfat kelolase
(FK)
2. Proses produksi energi dalam respirasi aerob, terdiri atas: rantai angkutan
electron, siklus asam trikarbosilat, katabolisme lipid, dan katabolisme
protein
3. Anabolisme, terdiri dari: sintesis karbohidrat, sintesis protein dan sintesis
lipid

27

Anda mungkin juga menyukai

  • PERCOBAAN IV Bio Sel (Pembelahan Sel)
    PERCOBAAN IV Bio Sel (Pembelahan Sel)
    Dokumen16 halaman
    PERCOBAAN IV Bio Sel (Pembelahan Sel)
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Sistem Integumen
    Sistem Integumen
    Dokumen15 halaman
    Sistem Integumen
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • 4742 - Percobaan Iii
    4742 - Percobaan Iii
    Dokumen7 halaman
    4742 - Percobaan Iii
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen38 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Evolusi
    Bab I Evolusi
    Dokumen15 halaman
    Bab I Evolusi
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Steri Lisas I
    Steri Lisas I
    Dokumen15 halaman
    Steri Lisas I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Materi
    Metabolisme Materi
    Dokumen27 halaman
    Metabolisme Materi
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen38 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • 4 Materi
    4 Materi
    Dokumen14 halaman
    4 Materi
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen78 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Protozoa Peranan
    Protozoa Peranan
    Dokumen24 halaman
    Protozoa Peranan
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Mkalah Biokimia
    Mkalah Biokimia
    Dokumen8 halaman
    Mkalah Biokimia
    Budi Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen78 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen78 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen78 halaman
    Bab I
    yenyaprilia
    Belum ada peringkat