Anda di halaman 1dari 10

Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 90

REFORMASI
BIROKRASI YANG MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUKUM

IMRON ROSYADI
Dosen Fakultas Hukum Universitas Saburai

ABSTRAK

Jajaran birokrasi pada saat ini mendapat sorotan, bahkan kritik yang tajam, seperti perangai yang arogan,
organisasi yang tambun, geraknya yang lambat, sifatnya yang korup, profesionalisme dan produktivitas yang
rendah serta hal lain yang sejenis. Oleh karenanya untuk mewujudkan good governance tindakan pertama yang
harus dilakukan adalah memperbaiki pemerintahan (reformasi birokrasi). Reformasi ini diarahkan untuk
membangun kualitas birokrasi yang sesuai dengan tuntutan good governance. Pembangunan hukum adalah
bagaimana law enforcement dapat berjalan, dan masing-masing profesi dapat saling menjunjung tinggi etika dan
profesionalismenya. Peraturan perundang-undangan yang mengatur birokrasi dan perilaku birokrat yang terbit
sejak zaman kalonial ternyata masih belum berorientasi paradigma era reformasi. Berbagai langkah reformasi
birokrasi dapat dilaksanakan secara bertahap. Langka-langkah tersebut bisa berupa penyesuaian kompetensi
dengan jabatan, rasionalisasi jumlah PNS, perbaikan gaji dan tunjangan jabatan, sanksi yang tegas bagi
pelanggar aturan, penonaktifan pejabat yang diduga sedang terlibat KKN, dan pergantian pejabat yang
mementingkan kepentingan kelompok / pribadi / golongan. Oleh karena itu perlu melakukan pembaharuan hukum
terhadap peraturan perundang-undangan mengenai birokrasi.
__________________________________________________
Keywords: Revormasi, Birokrasi, Pembangunan Hukum

PENDAHULUAN mampu mengatasi masalah publik


(Good Governance).
Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor : Rendahnya daya tanggap
XI/MPR/1996, serta Undang-Undang (Responsiveness) pemerintah Indonesia
Nomor 28 tahun 1999, tentang dapat dirujuk pada upaya
Penyelenggaraan Negara yang bersih penyelesaian kasus Tenaga Kerja
dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Indonesia (TKI) illegal yang diusir
Nepotisme. Kedua peraturan ini dari Malaysia. Pada kasus ini
antara lain menegaskan perlunya para pemerintah Indonesia dan pejabat
pejabat publik mengumumkan dan publik yang berwenang tidak
bersedia di periksa kekayaannya langsung menindaklanjuti persoalan
sebelum, selama dan setelah menjabat ini. Justru yang terjadi adalah saling
(Pasal 3 ayat 1 TAP MPR Nomor : silang pendapat antar pejabat publik
XI/MPR/1998 dan Pasal 5 Undang- yang kemudian memperkeruh
Undang Nomor 28 tahun 1999). hubungan diplomatik Indonesia dan
Malaysia.
Tujuan yang ingin dicapai dari
peraturan adalah penyelenggaraan Hampir semua orang tahu
pemerintah yang baik sehingga bagaimana kondisi penegakan hukum
di Indonesia. Banyak pelanggaran

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 90

hukum yang justru dilakukan oleh untuk berperilaku sesuai dengan


pejabat publik dan elit politik, yang prinsip-prinsip Good Governance.
tidak pernah tuntas terselesaikan.
Kondisi ini mencerminkan betapa Dari uraian tersebut diatas,
lemahnya Law Enforcement di secara spesifik yang menjadi masalah
Indonesia. Pejabat tinggi negara saat dalam penelitian ini adalah
ini sulit diandalkan untuk dapat Bagaimana Pelaksanaan Reformasi
menyelesaikan berbagai persoalan Birokrasi yang mendukung
bangsa dengan efektif. Parahnya Pembangunan Hukum di Indonesia.
seringkali perilaku yang ditampilkan
para pejabat negara dirasakan justru METODE PENELITIAN
memperburuk keadaan ketimbang
menenangkannya. Pendekatan masalah dilakukan
dengan cara pendekatan yuridis
Jajaran birokrasi mendapat normatif yaitu pendekatan dalam arti
sorotan, bahkan kritikan yang tajam, menelaah kaedah-kaedah atau norma-
seperti perangai arogan, organisasi norma dan aturan-aturan yang
yang tambun, geraknya yang lambat, berhubungan dengan masalah yang
sifatnya yang korup, profesionalisme akan dibahas. Data yang digunakan
dan produktivitas yang rendah, serta dalam menunjang penelitian adalah
hal lain yang sejenis. data sekunder. Data sekunder adalah
data yang didapat dari bahan-bahan
Oleh karenanya untuk kepustakaan, peraturan perundang-
mewujudkan Good Governance undangan yang berlaku, dan teori-
tindakan pertama yang harus teori yang ada dalam literatur-
dilakukan adalah memperbaiki literatur yang berkaitan dengan
birokrasi pemerintahan (reformasi Reformasi Birokrasi, Hukum
birokrasi). Reformasi ini diarahkan Administrasi Negara dan Etika
untuk membangun kualitas birokrasi Administrasi Negara.
yang sesuai dengan tuntutan Good
Governance keteladanan dan Sumber data sekunder dalam
kepemimpinan elit (pejabat publik) penelitian ini didukung dengan :
sangat dibutuhkan untuk membangun a. Bahan Hukum Primer, antara lain
citra Good Governance di Indonesia, dari Ketetapan Majelis
karena bangsa Indonesia sangat kuat Permusyawaratan Rakyat (TAP
menganut budaya paternalistik. MPR), Peraturan Perundang-
Rakyat selalu meniru pemimpinnya Undangan, Peraturan Pemerintah
apabila pejabat publik memberikan dan berbagai macam Keputusan
contoh yang baik, maka rakyat akan yang dikeluarkan oleh Presiden
mengikutinya, begitu pula sebaliknya. dan Peraturan-Peraturan Menteri.
Dengan demikian harus dimulai b. Bahan Hukum Sekunder, antara
dengan komitmen para pejabat publik lain berupa tulisan-tulisan dari
para pakar yang berhubungan

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 91

dengan permasalahan yang diteliti Setiap warga negara selalu


ataupun yang berkaitan dengan berhubungan dengan aktivitas
bahan Hukum Primer, meliputi birokrasi pemerintahan. Tidak henti-
literatur-literatur, jurnal ilmiah hentinya orang harus berurusan
dan makalah-makalah. dengan birokrasi, sejak berada dalam
c. Bahan Hukum Tertier, antara lain kandungan sampai meninggal. Dalam
berupa bahan-bahan yang bersifat setiap sendi kehidupan kalau
menunjang bahan Hukum Primer seseorang tinggal disebuah tempat
dan bahan Hukum Sekunder dan melakukan interaksi sosial
seperti kamus hukum, kamus dengan orang lain serta merasakan
bahasa asing, artikel-artikel pada hidup bernegara, maka keberadaan
majalah dan surat kabar, serta birokrasi pemerintahan menjadi suatu
media elektronik. conditio sine quanon yang tidak bisa
ditawar-tawar. Begitu luasnya ruang
Pengumpulan data dilakukan lingkup jasa pelayanan umum yang
dengan cara mengadakan studi diselenggarakan oleh pemerintah
kepustakaan (Library Research). Studi sehingga semua orang mau tidak
kepustakaan dilakukan dengan cara mau harus menerima bahwa
mempelajari, mengutip dan menelaah intervensi birokrasi melalui pelayanan
literatur-literatur serta bahan-bahan umum itu absah keberadaannya, akan
yang mempunyai hubungan dengan tetapi pertanyaan-pertanyaan etis
permasalahan yang akan dibahas. kembali muncul sehubungan dengan
Selanjutnya data sekunder tersebut kurangnya perhatian (concern) para
diolah, diteliti dan dievaluasi, aparatur birokrasi terhadap
kemudian diklasifikasikan sesuai kebutuhan warga negara tersebut.
dengan materi pembahasan masalah. Untuk memperoleh pelayanan yang
sederhana saja, pengguna jasa sering
Sebagai tindak lanjut dari dihadapkan pada kesulitan-kesulitan
pengumpulan dan pengolahan data, yang terkadang mengada-ada. Kecuali
dilakukan analisa data secara itu rutinitas tugas-tugas pelayanan
kualitatif yaitu dengan memberikan dan perekanan yang berlebihan
arti dan kemudian diuraikan dengan kepada pertanggungjawaban formal
kalimat per kalimat secara jelas serta telah mengakibatkan adanya prosedur
dihubungkan untuk menjawab yang kaku dan lamban. Para pegawai
permasalahan yang ada untuk ditarik tidak lagi merasa terpanggil untuk
kesimpulan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
memberikan gambaran secara umum memperbaiki prosedur kerja tetapi
terhadap permasalahan yang dibahas. lebih sering justru menolak adanya
perubahan. Etos kerja yang cenderung
mempertahankan status quo ini telah
menumbuhkan persepsi masyarakat
PEMBAHASAN
bahwa berhubungan dengan birokrasi
berarti berhadapan dengan berbagai

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 92

prosedur yang berbelit-belit, makan secara adil dan merata. Kalau perlu
waktu, dan menyebalkan.Yang lebih pelayanan yang sudah tidak
parah prosedur yang mencekik itu terjangkau lagi oleh jaring-jaring biro-
acapkali ditunggangi oleh krasi pemerintahan dapat diserahkan
kepentingan pribadi dan dijadikan kepada pihak-pihak swasta. Dengan
komoditas yang diperdagangkan demikian akan tercipta suasana
untuk keuntungan pribadi maupun persaingan yang sehat bagi organisasi-
kelompok. Ketentuan bahwa birokrasi organisasi pelayanan publik, dan
punya kewajiban untuk melayani masyarakat akan dapat memperoleh
masyarakat menjadi terbalik sehingga kualitas pelayanan yang maksimal.
bukan lagi birokrasi yang melayani
masyarakat tetapi justru masyarakat Bentuk organisasi birokrasi yang
yang melayani birokrasi. diharapkan memiliki daya tanggap
yang baik terhadap kepentingan-
Banyak faktor yang mempe- kepentingan umum adalah bentuk
ngaruhi begitu buruknya tata kerja organis- adaptif. Ciri-ciri pokok yang
dalam birokrasi. Sudah menjadi terdapat dalam struktur yang organis-
rahasia umum bahwa di kantor- adaptif antara lain :
kantor pemerintah kita akan melihat 1. Berorientasi kepada kebutuhan
bahwa banyak pegawai yang datang para pemakai jasa.
ke kantor hanya untuk mengisi 2. Bersifat kreatif dan inovatif
presensi, membaca koran, main catur, 3. Menganggap sumber daya manu-
menyebar gosip, sementara pekerjaan- sia sebagai modal tetap jangka
pekerjaan yang diselesaikannya panjang (longterm fixed asset)
sungguh tidak sepadan dengan waktu 4. Kepemimpinan yang memiliki
yang telah dihabiskannya. kemampuan mempersatukan ber-
bagai kepentingan dalam
Oleh sebab itu langkah debiro- organisasi, sehingga dapat
kratisasi merupakan hal yang tidak menumbuhkan sinergisme.
bisa ditunda-tunda lagi, dan pelaksa-
naannnya pada jajaran aparat Maka birokrasi yang adaptif
pemerintahan hendaknya dijaga mengandalkan adanya proses
konsistensinya. Prosedur yang kaku komunikasi timbal- balik antara
hendaknya dihapus sehingga suasana manajer atau pemimpinan dengan
kerja akan mendukung berkembang- karyawan atau bawahan. Garis
nya inovasi dan perubahan yang pengambilan keputusan vertikal tidak
menuju peningkatan kualitas boleh terlalu panjang. Konsep
pelayanan. Perizinan disederhanakan sinergisme diterapkan dengan asumsi
sampai ke tingkat yang benar-benar bahwa pekerjaan yang dilaksanakan
diperlukan. Berbagai peraturan yang dengan kerjasama dan pemikiran
tidak ada sangkut pautnya dengan orang banyak akan membawa hasil
kelancaran tugas harus dipotong dan yang optimal, sementara itu para
pelayanan hendaknya diberikan pegawai secara individual harus lebih

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 93

peka terhadap kebutuhan-kebutuhan keputusan dan menjaga keteraturan,


masyarakat dan tidak membeda- ia juga bisa menjadi penghambat
bedakan pelayanan antara warga keinginan dan arus tindakan. Maka
negara yang satu dengan warga flexibilitas prosedural dalam urusan
negara yang lain. publik hanya dapat dicapai dengan
tindakan dan keputusan yang optimis,
Pejabat negara sebagai bagian berani, dan adil yang ditunjang
dari organisasi publik (birokrasi) dengan itikad baik. Kemampuan
wajib menaati aturan main yang untuk mengambil inisiatif, ketegasan,
terdapat didalamnya, dan sebagai keberanian bertindak, kejujuran, dan
anggota masyarakat wajib kepekaan terhadap masalah-masalah
mengusahakan kesejahteraan untuk publik merupakan ciri-ciri kualitas
bagian terbesar masyarakat. individu yang terbentuk dari proses
yang panjang. Demikian pula
Jelas bahwa birokrasi penggunaan wewenang untuk
hendaknya tidak diisi dengan orang- bertindak sesuai dengan aturan dan
orang yang lemah, baik secara sekaligus masuk akal oleh para
rasional maupun secara etis. Sekali pejabat merupakan prasyarat bagi
lagi kita harus melihat kenyataan terciptanya birokrasi yang bersih dan
bahwa masyarakat sering kali tidak berwibawa.
membedakan antara masalah-masalah
yang menyangkut mekanistis dan Untuk pengembangan pribadi-
rasionalitas dengan masalah-masalah pribadi yang tangguh dan
yang menyangkut integritas dan menciptakan aparatur yang bersih
moralitas individu yang dan berwibawa, dan sekaligus
melaksanakannya. profesional, ada beberapa aspek
pengembangan kualitas manusia yang
Sehubungan dengan diperlukan, yakni :
kedudukannya dalam masyarakat, 1. Pengembangan Sosial (social
pejabat negara juga harus development), yaitu untuk
menghadapi dilema yang berkenaan meningkatkan berbagai keahlian
dengan aturan dan prosedur dalam dan keterampilan dalam membina
organisasi. Aturan, standar dan hubungan antar pribadi. Proses
prosedur ditetapkan dengan maksud administratif membutuhkan
untuk menjaga keadilan, keterbukaan, keterampilan dalam membina
kedalaman analisis, dan tanggung hubungan baik dengan atasan,
jawab dalam urusan-urusan publik. rekan sekerja, maupun bawahan
Mereka yang sering menerobos atau sehingga interaksi sosial dalam
mengambil jalan pintas berarti organisasi dapat berjalan dengan
melanggar satu aspek legalitas yang baik.
paling berharga : aturan hukum (the 2. Pengembangan Emosional
rule of law). Meskipun prosedur bisa (emotional development), untuk
menjadi sarana dalam menentukan membina kesadaran diri yang

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 94

lebih besar dan ketangguhan mudah tergelincir dan melakukan


emosi. Syarat bagi pejabat yang tindakan penyelewengan tanpa
baik adalah yang dapat disadarinya. Seorang pejabat yang
mengontrol emosinya sehingga mula-mula bekerja dengan jujur
setiap persoalan dalam organisasi dan penuh pengabdian bisa saja
dapat terpecahkan dengan cara tiba-tiba berubah karena ajakan
rasional. dari rekan kerjanya. Banyak pula
3. Pengambangan Intelektual pejabat yang mula-mula
(intellectual development), untuk berdedikasi tinggi dan bersih
memajukan pengetahuan, lambat laun terseret arus lantaran
kearifan, dan berbagai suasana di tempat kerjanya yang
keterampilan praktis. Para penuh dengan intrik dan
administrator organisasi publik penyelewengan. Karena itu para
dituntut memiliki pengetahuan pegawai dan pejabat perlu sangat
yang menunjang pemahamannya hati-hati dalam bertindak dan
mengenai persoalan-persoalan senantiasa mengingat kode-kode
publik serta membuat keputusan- etik serta keluhuran nilai-nilai
keputusan yang tepat. moral. Setiap pengaruh yang
4. Pengembangan Watak (character mengarah kepada hal-hal yang
development), merupakan upaya negatif hendaknya ditolak sedini
untuk menyempurnakan perilaku mungkin sebelum terlampau jauh
manusia-manusia sehingga dalam melangkah hingga sulit
senantiasa sejalan dengan moral untuk kembali.
dan nilai-nilai etika. Kesadaran
mengenai norma-norma etis juga Paul H. Douglas, dalam
merupakan bagian dari bukunya Ethics in Government,
pengembangan watak. mengemukakan beberapa tindakan
5. Pengembangan Spiritual (spiritual yang hendaknya dihindari oleh
development), yaitu usaha seorang pejabat publik yaitu :
memupuk kesadaran yang lebih 1. Ikut serta dalam transaksi bisnis
besar terhadap makna kehidupan pribadi atau perusahaan swasta
dan makna kemanusiaan. untuk keuntungan pribadi dengan
Pengambangan spiritual juga mengatas namakan jabatan
merupakan sarana utama untuk kedinasan.
membentuk kepribadian manusia 2. Menerima segala suatu hadiah
yang tangguh. dari pihak swasta pada saat ia
melaksanakan transaksi untuk
Permasalahan yang menyangkut kepentingan kedinasan atau
tugas-tugas kedinasan atau tugas- pemerintah.
tugas administrasi negara 3. Membicarakan masa depan
terkadang memang begitu rumit peluang kerja diluar instansi pada
sehingga tanpa kecermatan dan saat ia berada dalam tugas-tugas
kehati-hatian seorang pejabat akan sebagai pejabat pemerintah.

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 95

4. Membocorkan informasi pemikiran ini dapat dijadikan


komersial atau ekonomis yang referensi bagi upaya reformasi
bersifat rahasia kepada pihak- birokrasi pemerintahan di Indonesia.
pihak yang tidak berhak.
5. Terlalu erat berurusan dengan Untuk memahami reinventing
orang-orang diluar instansi government, Osborne dan Gaebler
pemerintah yang dalam memberikan kata kunci, yaitu
menjalankan bisnis pokoknya birokrasi pemerintah harus memiliki
tergantung dari izin pemerintah. entrepreneurial spirit (semangat
kewirausahaan) guna melaksanakan
Contoh diatas hanya merupakan dan mewujudkan visi dan misi
sebagian dari unsur tindakan yang organisasi pemerintah. Semangat
kelihatannya remeh tetapi bisa kewirausahaan tersebut selanjutnya
berakibat serius bagi integritas diterjemahkan kedalam sepuluh
seorang pejabat, termasuk bagi prinsip yang dapat dijadikan panduan
kemungkinan untuk merugikan reinventing government yaitu :
negara. Untuk memiliki kecermatan 1. Steering Rather Than Rowing
dan kepekaan terhadap hal-hal yang Disini pemerintah hanya berfungsi
seharusnya tidak diperbolehkan, sebagai pengarah, daripada
seorang pejabat memang perlu selalu melaksanakan tugas-tugas
mawas diri dan merenungkan operasional. Artinya birokrasi
kembali tugas-tugas yang telah dia pemerintah tidak perlu lagi menjadi
lakukan di kantor maupun di tengah pelaku utama pasar, tetapi lebih
masyarakat. berfungsi mengarahkan pasar melalui
kebijakan publik. Dengan demikian,
Untuk mewujudkan good apabila sektor privat dan organisasi
governance tindakan pertama yang masyarakat (LSM) telah mampu
harus dilakukan adalah memperbaiki melakukan pekerjaan secara lebih baik
birokrasi pemerintahan (reformasi dibandingkan dengan pemerintah,
birokrasi). Reformasi birokrasi ini maka pemerintah tidak perlu lagi
dapat dilakukan dengan reinventing menangani pekerjaan sejenis. Disini
government (Osborne dan Gaebler, pemerintah cukup memanfaatkan
1992), yaitu perubahan-perubahan mekanisme pasar untuk mendorong
yang dilakukan guna menemukan perubahan.
kembali (reinventing) prinsip-prinsip 2. Leverageing Change Through The
birokrasi pemerintahan yang baik Market ;
(good governance). Meskipun 3. Empowering Rather Than Serving
pemikiran reinventing government Tugas utama pemerintah adalah
didasari oleh sistem sosial ekonomi memberdayakan masyarakat
dan politik masyarakat yang sudah dibanding melayani secara terus
maju, dimana sektor swasta (privat menerus. Melalui pemberdayaan
sector) sudah kuat dan partisipasi masyarakat ini pada akhirnya
masyarakatnya tinggi, tetapi akan terwujud kemandirian dan

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 96

menghilangkan ketergantungan Organisasi pemerintah harus


masyarakat kepada pelayanan diarahkan untuk menumbuhkan
pemerintah. partisipasi masyarakat dan tim kerja,
4. Injecting Competition Into Service bukan membangun struktur yang jauh
Delivery. dari jangkauan masyarakat.
Dalam pemberian pelayanan
kepada masyarakat perlu Untuk mewujudkan reinventing
dilakukan kompetisi agar tersebut Osborne dan Plastrik (1997)
pelayanan tersebut lebih efisien. memberikan lima strategi, yaitu :
5. Transforming Rule-Driven 1. Creating Core Strategy
Organization. Artinya setiap organisasi perlu
Dalam melaksanakan pekerjaan, menciptakan sebuah pernyataan
pemerintah harus menekankan tentang misi, melalui pernyataan
pada upaya pencapaian misi dan misi yang jelas, selanjutnya akan
sasaran yang telah ditetapkan, dan dapat menggerakkan organisasi
bukan pada pelaksanaan aturan- secara keseluruhan dari tingkat
aturan. atas sampai bawah.
6. Funding Outcomes Not Inputs. 2. The Consequences Strategy
Berbagai pembiayaan yang Yaitu membagi organisasi menjadi
dikeluarkan oleh pemerintah bagian / kelompok kecil atau
harus diarahkan untuk membiayai menyatukan beberapa unit
hasil dan bukan inputnya. organisasi menjadi satu guna
7. Meeting The Need Of The Customers, meningkatkan kinerja organisasi.
Not The Bureaucracy. 3. The Customer Strategy
Berbagai pelayanan yang Yaitu suatu upaya pemberian
diberikan pemerintah harus pelayanan publik yang
ditujukan untuk kepentingan berorientasi kepada pemanfaat.
masyarakat luas, bukan untuk Artinya dalam mengorganisasikan
kepentingan birokrasi. pelayanan publik lebih
8. Earning Rather Than Spending. berorientasi kepada misi daripada
Pemerintah harus berusaha untuk kekuasaan.
mengusahakan pendapatan yang 4. The Control Strategy
memadai, dibanding hanya Pengawasan dan pemberian
menghitung pengeluaran. laporan tidak hanya oleh atasan,
9. Preventing Rather Than Care tetapi juga oleh masyarakat
Agar kerugian yang lebih besar pemanfaat (penerima layanan).
tidak dialami pemerintah, maka 5. The Culture Strategy
tindakan pencegahan terhadap Yaitu menciptakan suatu budaya
munculnya masalah harus Entrepreneurieal dalam organisasi,
diutamakan dibanding mengatasi guna mencapai strategi organisasi
masalah tersebut. yang telah ditetapkan dalam misi
10. From Hierarchy To Participation And organisasi.
Team Work.

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 97

Perjuangan untuk mewujudkan kalangan tertentu baik di dalam


good governance dengan demikian negeri maupun pihak asing, akan
harus dimulai dengan komitmen para hilang dengan sendirinya. Dengan
pejabat publik untuk berperilaku bgitu, pemerintah menjadi kuat
sesuai dengan prinsip-prinsip good dan diharapkan menegakkan
governance. Pendekatan learning process hukum dalam semua bidang
yang diperkenalkan oleh David C. kehidupan masyarakat, bangsa
Korten (1984) merupakan cara yang dan negara dapat berjalan
cukup efektif untuk mewujudkan hal sebagaimana mestinya.
ini. Dalam pendekatan ini para 3. Dalam beberapa hal kita kerap
pejabat publik dapat belajar dari kali menemukan birokrasi terlalu
kesalahan (embracing error) untuk kaku dan berlebih-lebihan dalam
proses memperbaiki diri. Selanjutnya menerapkan berbagai prosedur,
melalui kesalahan tadi, para pejabat sehingga perlu dilakukan
publik dapat belajar efektif (learning to tindakan-tindakan yang dikenal
be effective) dan melangkah menuju sebagai debirokratisasi.
belajar efisien (learning to be efficient), 4. Peraturan perundang-undangan
untuk pada akhirnya belajar yang mengatur birokrasi dan
mengembangkan diri (learning to be perilaku birokrat yang terbit sejak
expand) menuju kualitas pejabat zaman kolonial ternyata masih
publik dan good governance yang belum berorientasi paradigma era
dicita-citakan. reformasi.

SIMPULAN DAN SARAN SARAN

KESIMPULAN 1. Perlu ada satu sistem birokrasi


yang memiliki komitmen untuk
1. Untuk menciptakan birokrasi mengutamakan pelayanan pada
yang professional dalam masyarakat sehingga bisa
pelayanan publik, langkah memberikan pelayanan yang
pertama yang harus dilakukan efisien, biaya murah, dan tidak
oleh pemerintah adalah membuat diskriminatif.
batasan tegas apa yang harus 2. Perlu melakukan sinkronisasi dan
dilakukan oleh birokrasi dan harmonisasi terhadap peraturan
bagaimana melakukannya. perundang-undangan yang
2. Pemerintahan yang baik dan mendukung reformasi birokrasi
bersih akan menghasilkan tingkat serta menyusun undang-undang
kepercayaan yang besar dari tentang pelayanan publik,
kalangan masyarakat dalam administrasi pemerintahan, dan
negeri maupun luar negeri. perilaku aparatur.
Dengan terciptanya pemerintahan 3. Perlu peningkatan patisipasi
yang bersih dan kuat, maka publik dalam setiap tahap
dependensi pemerintah terhadap pembuatan peraturan perundang-

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)


Imron Rosyadi : Reformasi Birokrasi Yang Mendukung Pembangunan Hukum 98

undangan, khususnya yang Publishing Company Inc, New


berkaitan dengan pengawasan York.
publik.
4. Perlu melakukan pembaharuan Osborne, David and Peter Plastrik,
hukum terhadap peraturan 1997, Banishing Bureucracy : The
perundang-undangan mengenai Five Strategies For Reinventing
birokrasi yang : Government, Addison Wesley
a. Berparadigma desentralisasi Publishing Company Inc, New
b. Berorientasi kepada pelayanan York.
publik
c. Berlandaskan pada prinsip-prinsip Sinambela, Mahadi dan Azhari, 2003,
tata kelola pemerintahan yang Dilema Otonomi Daerah & Masa
baik Depan Nasionalisme Indonesia,
d. Menghapus ego sektoral Penerbit Balairung & Co,
e. Menutup semua celah yang Yogyakarta.
manipulatif dan berpotensi KKN
Komisi Hukum Nasional Republik
f. Populis dan Responsif
Indonesia, 2005, Semua Harus
Baik, Newsletter KHN, Vol. 4,
No. 5, Januari – Februari 2005,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.

Israwan Setyoko, Paulus, 2002, Good Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Governance di Indonesia : Sebuah Rakyat (TAP MPR) Nomor :
Perjuangan, Universitas Jen- XI/MPR/1998 Tentang Penye-
deral Soedirman, Purwokerto. lenggaraan Negara Yang
Bersih dan Bebas Dari Ko-
Kumorotomo, Wahyudi, 1999, Etika rupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Administrasi Negara, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 jo. Undang-Undang
Osborne, David and Ted Gaebler, Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
1992, Reinventing Government : Pemberantasan Tindak Pidana
How The Entrepreneurial Spirit Korupsi.
Is Transforming The Publik
Sector, Addison Wesley

Jurnal Sains dan Inovasi I(2)90-98(2006)

Anda mungkin juga menyukai