Anda di halaman 1dari 2

Deva Ayuk Kurniawati

04171021

Kelas A

Di Dunia saat ini lagi rawan bencana, kondisi ini diterparah terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global
(Global Warming). Salah satu upaya menyelamatkan bumi adalah dengan cara hemat energi dan sumberdaya alam.
Sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan CO2 secara otomatis menjadi pilihan yang terbaik. Adapun,
kelestarian alam dan lingkungan termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi masih banyak orang yang
menggunakan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik.

Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah solusi pengadaan energy terbarukan yang ramah
lingkungan dan alternatif mengurangi dampak pemanasan global. Disamping tidak menghasilkan CO2, listrik yang
bersumber tenaga surya memberikan kemudahan di daerah terpencil yang kelangkaan listrik tenaga konvensional dan di
tempat-tempat dimana jaringan listrik PLN tidak dapat menjangkau.

Indonesia adalah negara tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia juga merupakan negara yang
mempunyai paling banyak lokasi menempati pada lintangan khatulistiwa ini. Jadi sinar matahari itu berlimpah di seluruh
pelosok tanah air sepanjang tahun dan bisa didapati dengan gratis. Energi yang dihasilkan pancaran sinar matahari pada
hari cerah adalah lebih kurang 1000 watt per meter persegi (Irradiance 1000 W/m2) pada massa udara AM 1,5.

Prinsip kerja PLTS yaitu Bahan sel surya terdiri dari kaca pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan
mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan. Sel surya merupakan suatu pn junction dari silikon kristal tunggal. Dengan
menggunakan photo-electric effect dari bahan semikonduktor, sel surya dapat langsung mengkonversi sinar matahari
menjadi listrik searah (DC). apabila sel surya itu dikenakan pada sinar matahari, maka timbul yang dinamakan elektron
dan hole, yang timbul di sekitar pn junction bergerak berturut-turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Sehingga
pada saat elektron-elektron dan hole-hole itu melintasi pn junction, timbul beda potensial pada kedua ujung sel surya.
Jika pada kedua ujung sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang mengalir melalui beban. Ketika arus listrik
mengalir akan melewati charge controller yang berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus yang dikeluarkan, setelah
melewati peralatan charge controller akan ditampung di battery dengan arus DC, battery berfungsi untuk menyimpan
sementara energi listrik yang dihasilkan panel surya. Setelah ditampung di battery akan di distribusikan ke peralatan
selanjutnya yaitu inverter yang berfungsi mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC atau sebaliknya tapi disini hanya
mengubah DC menjadi tegangan AC. Setelah di inverter akan distribusikan ke beban atau pengguna.

Namun, menurut Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar berkata PLTS sulit dikembangkan di Indonesia. Faktor
yang menjadi kendala pengembangan PLTS di Indonesia yaitu pertama, untuk membebaskan lahan seperti di kota
Jakarta, sangat sulit mendapatkan lahan gratis membangun PLTS. Ini berbeda dengan Uni Emirat Arab yang memberikan
lahan secara gratis untuk investor dalam mengembangkan tenaga surya. Kedua, kualitas sinar matahari di Indonesia
yang tidak sebesar negara Arab. Arcandra mengatakan kapasitas faktor listrik dari energi surya di Indonesia rata -rata
18%, sementara di negara Arab bisa mencapai 24%. Ketiga, tingkat bunga pinjaman (interest rate) bagi investor untuk
pengembangan energi terbarukan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara Arab. Bunga pinjaman di Indonesia
sekitar 10-11% sementara di negara Arab bisa di bawah 2%. Keempat, Jika di negara Arab, investor tidak dibebankan
pajak, di Indonesia dikenai pajak penghasilan sekitar 25%.Kelima, PLTS Indonesia saat ini yang masih memakai sistem
manual dalam pengoperasiannya. Jadi, jika sinar matahari tertutup awan, sistem listrik akan terputus. Untuk menangani
hal ini dibutuhkan sistem listrik smart grid. Smart grid adalah jaringan listrik pintar yang mampu mengintegrasikan aksi-
aksi atau kegiatan dari semua pengguna. Permasalahan lainnya adalah pola konsumsi listrik. Menurut Arcandra, PLTS di
Uni emirat Arab bisa maju karena beban puncaknya terjadi di siang hari. Ini sesuai dengan sistem kerja PLTS yang
bekerja optimal saat matahari terbit. Sementara di Indonesia kebalikannya, beban puncak terjadi di malam hari. Alhasil
butuh baterai agar mampu menyimpan energi yang dihasilkan saat siang hari untuk dipakai di malam hari.

Perhitungan dasar PLTS yaitu Menentukan type watt inverter dengan cara menjumlah beban watt dari
perangkat yang ingin anda back up. Daya total ini dihitung dalam Watt/hours, atau total daya yang digunakan
bersamaan setiap jamnya. Contoh: Beban listrik yang ingin di back up oleh anda sejumlah 450 W/h maka anda bisa
menggunakan inverter 500watt, boleh lebih tetapi tidak boleh kurang. Dengan mempertimbangkan faktor efisiensi,
sebaiknya daya watt inverter mendekati daya watt beban.

Menentukan baterai yang digunakan untuk lama waktu back up. Contoh rumus : Aki mobil 12Volt 100Ah dan
total beban 400 watt/jam Maka rumusnya adalah, 12 Volt dikali 100Ah =1200watt/jam dibagi Beban 400watt = 3 jam

Contoh daya listrik digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut: 1 unit Kulkas 100 Watt dipakai 24 Jam =2400
Wh, 1 unit LCD 32″ 80 Watt dipakai 5 jam =400 Wh, 10 lampu LED 7 Watt dipakai 10 Jam =700 Wh, Total 187 Watt/Hour
dan 3500 Wh per hari. Total yang digunakan adalah sebesar 187 Watt per jam. Apabila dijumlah, total pemakaian listrik
per hari adalah 3500 Watt Hour.

Cara penghitungan sederhana untuk pemakaian PLTS : 3500 Wh : 130 Wp (Bila menggunakan Tipe Panel Surya
130Wp) = 26, 92 . 26,92 unit : 5 jam (Lama pemanasan per hari) = 5.384. 5.384 x 1,5 (Minimal daya Otonomi) = 8 Unit
(angka Pembulatan) Listrik yang di hasilkan adalah: 8 unit x 130 Wp = 1040 Watt per satu jam pemanasan pada puncak
pemanasan (peak). Dalam sehari, kurang lebih bisa menghasilkan listrik sebesar 1040 Wp x 5 jam Pemanasan = 5200 Wh.
Jadi untuk beban listrik terpasang, setara dengan kapasitas 1040 Wp atau 5200 Wh menggunakan 8 unit panel tipe 130
Wp dan unit penyimpan daya (baterai) berkapasitas 12V 100 Ah sebanyak 6 unit, satu unit Battery Charge Control, dan
satu unit inverter, bracket, panel box, box battery, dan peralatan pendukung lainya.

Dari sini bisa diprediksi berapa investasi yang harus dikeluarkan, Perkiraan hitungan mudahnya, kapasitas sistem
dikali USD10 (harga perkiraan). Jadi, apabila menggunakan contoh penghitungan daya tersebut, maka nilai investasi
yang harus dikeluarkan saat awal pemasangan adalah sebesar 1040 Wp x USD10 = USD10.400, atau sekitar
Rp96.720.000 dengan Kurs Rp9.300.

Sumber :

https://ulyadays.com/pembangkit-listrik-tenaga-surya/

http://dayasurya.weebly.com/

https://katadata.co.id/berita/2018/02/01/arcandra-ungkap-6-penyebab-plts-sulit-berkembang-di-indonesia

http://solarsuryaindonesia.com/panduan/menentukan-kebutuhan-listrik-cadangan

Anda mungkin juga menyukai