Proposal Seminar Lemhanas
Proposal Seminar Lemhanas
PROPOSAL SEMINAR
PENINGKATAN KUALITAS SDM DI ERA DIGITAL 4.0 DAN
MENYONGSONG ERA SOCIETY 5.0 DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL
1. Latar belakang
Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0.
Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai
dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas
manusia, industri 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri
3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis
otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang
ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto,
2017). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh
pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. 1
Peralihan fase atau era dari 3.0 menjadi era digital / industri 4.0 telah
memperkenalkan teknologi produksi massal yang fleksibel dimana mesin akan
beroperasi secara independen (tunggal) atau berkoordinas, berkolaborasi dan
bersinergi dengan unsur sumber daya manusia. Industri 4.0 merupakan sebuah
pendekatan kerja untuk mengawasi dan mengendalikan jalannya proses produksi
dengan melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan penyatuan dan
penyesuaian produksi. Dalam industri 4.0 setidaknya terdapat tiga faktor yang saling
terkait satu dengan lainnya, yang digunakan, antara lain; 1) digitalisasi dan interaksi
ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan ekonomi dengan teknik
kompleks; 2) digitalisasi produk dan layanan; dan 3) model pasar baru.
1 Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng. , Era Industri 4.0: Tantangan dan Ppeluang
Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Professor
Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
2
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0.
Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena
otomatisasi dan konektivitas disebuah bidang akan membuat pergerakan dunia
industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik
dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence
(Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk pengaplikasian tersebut adalah
penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah,
efektif, dan efisien.2
Di satu sisi, era ini telah meningkatkan produktivitas sangat signifikan dan
memperoleh efesiensi waktu dan biaya dengan efektivitas hasil produksi yang lebih
tinggi jika dibandingka dengan produktivita pada era sebelumnya. Namun demikian,
di sisi yang lain telah memberi dampak tidak atau kurang sehat bagi negara
Indonesia sebagai negara berkembang dengan penduduk mencapai 265 juta jiwa
yang masih memerlukan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Untuk berada dalam
era industri 4.0 yang serba digital, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia
pun masih belum mampu menyediakan SDM (human ware) baik secara kuantitas
maupun kualitas, mahir dan terampil mengoperasionalkan soft ware dan hard ware
yang ada pada era tersebut.
2
Ibid, halaman 5-6.
3
suatu keniscayaan.
Society 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia
(human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan
oleh Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang
dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Sebelum konsep 5.0 ini
diluncurkan, masyarakat tengah mengalami kerisauan akibat adanya teknologi tinggi
yang berbasis kecerdasan artifisial, yang digambarkan dalam sinema sebagai suatu
momok yang menakutkan. Kekhawatiran masyarakat mengenai berkurangnya
lapangan pekerjaan dan berkembangnya teknologi robotik pun bisa sedikit dikurangi.
Akibat lain yang bisa timbul dari revolusi teknologi yang terjadi adalah berubahnya
perekonomian. Sektor yang dulu menjadi leading driver seperti oil and gas, akan
menjadi bidang yang ditinggalkan dengan berkembangnya teknologi otomotif
berbasis listrik dan gas. Hal ini memaksa negara-negara penghasil bahan tambang
untuk merubah driver utama dalam perekonomian mereka. Seperti yang terlihat dari
langkah-langkah yang dilakukan oleh banyak negara timur tengah dalam upaya
mereka beralih sumber devisa ke sektor finansial dan pariwisata3.
Sebagaimana apa yang telah dikemukakan pada era industri 4.0, terdapat
dimensi baik dan dimensi buruk atau setidak-tidaknya kekhawatiran dari suatu
berubahan peradaban manusia. Kekhawatiran terhadap otomatisasi robotic atau
digital baru-baru ini telah diantisipasi oleh Jepang yang terlebih dahulu me-launching
tentang peradaban baru Society 5.0. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang
ada pada era digital 4.0 justru akan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia yang dapat memberikan berbagai keuntungan dan kemudahan
sehingga manusia dapat hidup lebih bermakna. Pemanfaatan dan transformasi
jutaan data multi dimensi dari segala aspek kehidupan (the Internet of Things) dalam
suatu server raksasa yang dinamakan big data. Peradaban baru era Society 5.0 pun
kembali membawa kekhawatiran, dimana manusia melupakan Dzat Yang
Mahakuasa, Tuhan menciptakan seluruh bumi, langit dan segala kehidupan di
antara keduanya. Manusia mempertuhankan science, bahkan telah bertindak
sebagai “tuhan” bagi dirinya.
3
Isa Ansori, M, ……, Era Society 5.0: Titik Balik Peradaban Kemanusiaan, pada ;http\:Suaramuslim.net.
4
2. Perumusan Masalah.
Beranjak dan mencermati latar belakang tersebut di atas, maka dapat ditarik
perumusan masalah dalam Taskap ini adalah: “Bagaimana Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia di Era Digital 4.0 dan Menyongsong Era Society 5.0
dalam rangka Meningkatkan Ketahanan Nasional?”.
3. Pokok-Pokok Bahasan
4. Ruang Lingkup
Pembahasan naskah ini dibatasi pada strategi peningkatan kualitas SDM Indonesia
yang mahir dan terampil dalam mengisi dan menjalani era Digital 4.0. dan Society
5.0. berdasarkan tantangan dan peluang yang terdapat dalam kedua era tersebut,
peningkatan aspek spiritual masyarakat Indonesia menyongsong era Society 5.0.
dikaitkan dengan peningkatan Ketahanan Nasional.
5. Rencana Referensi
6. Kerangka Teoritis
a. Teori Perencanaan Strategis;
b. Teori Sumber Daya Manusia;
c. Teori / Konsep SismennasNasional;
d. Teori / Ketahanan Nasional.
Kelompok 3 SC
6
DAFTAR PUSTAKA
B. Arief Sidharta. 1994.“Filsafat dan Ideologi Pancasila”. Pro Justitia Tahun XII Nomor
1. Bandung : CV. Andira.
Kelling George L. & Catherine M. Coles, 1998. Fixing Broken Windows, Alih Bahasa,
Kunarto, PT. Cipta Manunggal. Jakarta.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang administrasi
Pemerintahan Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2.
Lederach, John Paul. 2003. The Little Book of Conflict Transformation, The Little
Books of Justice & Peacebuilding. Intercourse, PA, USA : Good Books.
Soerjono Soekanto. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar (edisi baru keempat, cetakan
XXI), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
7
LAMPIRAN
9