Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Okuapsi terapis emmiliki peran pada kasus psikososial dalam area dan
komponen sebagai berikut:
1. Kognitif
Mengajarkan problem solving
Melatih kemampuan decision making
Mengajarkan cara coping mechanism
Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi
2. Intrapersonal
Meningkatkan self-esteem dan self-image yang positif
Mengurangi kemarahan
Mengurangi perilaku depresi
3. Interpersonal
Memberikan kesempatan untuk bekerja secara kooperatif didalam
kelompok
Memeberikan kesempatan untuk berperilaku yang sesuai didalam
kelompok
Memberikan kesemptaan untuk komunikasi verbal yang tepat
dengan orang lain
4. Perawatan diri
Memberikan arahan dan motivasi akan pentingnya melakukan
perawatan diri
5. Produktivitas
Meningkatkan keterampilan kerja pasien
Memberikan kesemptan kepada pasien untuk mencoba pekerjaan
yang berbeda
6. Leisure
Membantu pasien mengembangkan hobi yang dimiliki
2.3.5 Anatomi
Beberapa penelitian telah meneliti gangguan skizoafektif menggunakan CT
konvensional atau langkah-langkah MRI, dan ini sebagian besar kurang bertenaga
dan belum menunjukkan perbedaan yang jelas baik dari skizofrenia atau gangguan
bipolar (Acta Psychiatrica Scandinavica, 2015)
2.3.6 Patofisiologi
2.3.7 Prevalensi
Gangguan skizoafektif tampaknya sekitar sepertiga sama seringnya dengan
skizofrenia. Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif diperkirakan 0,3%.
Insiden gangguan skizoafektif lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria,
terutama karena peningkatan insidensi tipe depresi pada wanita (American
Psychiatric Association, 2013).
Frekuensi gangguan skizoafektif di seluruh dunia sulit ditentukan, karena
kriteria diagnostik telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Sebuah studi
Finlandia memperkirakan prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif menjadi
sekitar 0,32%. Sebuah ulasan Perancis menyebutkan kisaran 0,5-0,8%. Angka-angka
ini hanya perkiraan; belum ada penelitian yang dilakukan (Brannon, 2016).
Orang muda dengan gangguan skizoafektif cenderung memiliki subtipe
bipolar, sedangkan orang yang lebih tua cenderung memiliki subtipe depresif. Secara
keseluruhan, gangguan ini mempengaruhi lebih banyak wanita daripada pria,
mungkin sebagian karena lebih banyak wanita memiliki subtipe depresif
dibandingkan dengan subtipe bipolar. Pria dengan gangguan skizoafektif cenderung
menunjukkan ciri-ciri antisosial dan perilaku berbeda dengan ciri-ciri kepribadian
lainnya. Selain itu, usia onset adalah untuk wanita dibandingkan untuk pria. Tidak
ada perbedaan berbasis ras dalam frekuensi yang telah diamati (Brannon, 2016).
2.3.8 Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan gangguan skizoafektif dianggap antara pasien
dengan skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood. Artinya, prognosis lebih baik
daripada skizofrenia saja tapi lebih buruk daripada gangguan mood saja (Brannon,
2016).
1. Volition
Volition adalah proses dimana seseorang termotivasi untuk menentukan dan
mengerjakan kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini dimulai dari keinginan manusia
secara umum untuk melakukan aktivitas, arti penting dalam melakukannya dan
pengalaman hidup, serta ketertarikan untuk mengerjakannya kembali. Volition terdiri
dari tiga komponen, yaitu:
a. Personal causation, merupakan suatu komponen yang mengacu pada
pikiran dan perasaan seseorang mengenai kemampuan dirinya dan efektivitas yang
ia miliki dalam aktivitas sehari-hari. Motivasi dilibatkan dalam penilaian komponen
ini.
b. Value, merupakan suatu keyakinan dan komitmen tentang apa yang baik,
benar dan penting untuk dilakukan, bagaimana melakukannya, dan apa tujuan atau
pendapat dari komitmen tersebut.
c. Interest, merupakan sesuatu yang dihasilakan dari pengalaman kepuasan
dan kesenangan dalam pekerjaan. Biasanya ketika seseorang merasa senang karena
sudah mencoba atau melakukan maka membuat dirinya tertarik untuk melakukannya
lagi.
2. Habituation
Habituation adalah suatu proses dimana seseorang mengatur tindakan mereka
kedalam pola dan rutinitas. Dengan beberapa aktivitas berulang, seseorang
membentuk ritme kebiasaan melakukan hal tersebut untuk mengisi kehidupan sehari-
hari. Habituation terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Habit, merupakan hasil dari pengulangan beberapa aktivitas sebelumnya
namun tidak secara kaku, namun dengan adanya regulasi yang teratur sesuai dengan
kondisi lingkungan yang dinamis dan familiar. Habit mengintegrasikan bagaimana
seseorang melakukan aktivitas secara rutin, waktu yang digunakan, pola perilakunya
(cepat atau lambat, dan sebagainya) yang dihasilkan.
b. Roles, merupakan komponen dimana seseorang memiliki peran dan
kewajiban dengan aktivitasnya itu. Identifikasi peran timbul karena adanya refleksi
sikap dan perilaku orang lain terhadap dirinya. Roles mengatur perilaku melalui
aktivitas rutin yang dilakukan, interaksi dengan orang lain, dan siklus aktivitasnya.
3. Performance Capacity
Komponen ini mengacu pada kemampuan seseorang yang didasari secara fisik dan
mental serta bagaimana mereka dapat beraktivitas dengan kemampuan tersebut
(kemampuan objektif) dan pengalaman subjektif seseorang sehingga memengaruhi
kinerja dalam beraktivitas. Performance capacity terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Objective Component, merupakan komponen yang terdiri dari kemampuan
fisik (musculoskeletal, neurologis, kardiopulmonal, dan sistem fungsi tubuh lainnya)
dan kemampuan mental (kognitif, persepsi, psikologis, dan sosial) yang
memengaruhi kinerja seseorang dalam beraktivitas.
b. Subjective Experience, merupakan komponen yang berdasarkan pada
pengalaman-pengalaman seseorang yang dapat digunakan untuk menilai kinerjanya
apakah dapat dilakukan secara efektif atau mengalami keterbatasan.
Faktor internal lainnya dari diri pasien yang diperlukan antara lain nilai,
kepercayaan, dan sistem fungsi tubuh. Nilai dan kepercayaan merupakan suatu
bentuk value dari komitmen dalam kepatuhan rutinitas minum obat. Maksudnya
adalah bagaimaina pasien memahami apakah rutinitas minum obat itu penting dan
baik untuk dilakukan, bagaimana melakukannya dengan benar, dan bagaimana
melakukannya dengan teratur sehingga dapat menjadi suatu rutinitas serta apa tujuan
dan pendapat dari komitmen tersebut.