Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Komoditi tanaman perkebunan yang telah ditetapkan oleh menteri pertanian bermacam-
macam jenisnya.Salah satu jenis tanaman yang masuk dalam komoditi tanaman perkebunan
yangtelah ditetapkan oleh menteri pertanian adalah tanaman Nilam.Nilam (Pogostemon
cablin Benth.) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan
sebagai minyak nilam. Nilam merupakan jenis tanaman semak yang bisa mencapai satu
meter. Banyak manfaat yang didapat dari tanaman Nilam yang diantaranya adalah yang
sering dikenal dengan minyak nilam. Karena pemanfaatan dan ditinjau dari segi ekonomis
dari tanaman Nilam cukup bagus maka perlu diketahui bagaimana cara pemanfaatan tanaman
Nilam tersebut hingga dapat menghasilkan produk yang sangat bermanfaat.

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) termasuk tanamanpenghasil minyak atsiri


yang memberikan kontribusi penting dalam dunia farmasi, terutama untuk industri parfum
dan aroma terapi. Tanaman nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama
Indonesia dan Filipina serta India, Amerika Selatan dan China. Tanaman nilam adalah salah
satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang dihasilkan dari hasil destilasi daun tanaman
nilam. Minyak ini disebut juga minyak eteris atau minyak terbang (volatile) karena jenis
minyak ini mudah menguap pada suhu 25oC. Kandungan unsur kimia minyak nilam terdiri
patchoulyalcohol(C15H26OH), patchoulycamphor, eugenol benzoate, benzaldehyde, cinnamic
aldehyde, dan cadinene

Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pemanfaatan tanaman Nilam, mulai dari
fungsi dan manfaat dari tanaman Nilam sampai proses pengambilan minyak atsiri dari daun
Nilam.

1
I.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui metode-metode dalam pengambilan minyak atsiri dari daun nilam.
2. Untuk mengetahui mekanisme pengambilan minyak atsiri dari daun nilam dengan
metode-metode tersebut.
3. Untuk mengetahui metode apa yang menghasilkan rendemen lebih tinggi.

I.3 Manfaat

1. Agar dapat meningkatkan nilai ekonomis dari daun nilam menjadi minyak atsiri.
2. Agar dapat mengetahui proses pengambilan minyak atsiri daun nilam.
3. Agar dapat mengetahui manfaat minyak atsiri daun nilam.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

II.1.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome (Ketaren, 1985). Minyak atsiri, atau
dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta
minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada
suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas .

Gambar 2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan
senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga
seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat) (switaning, dkk, 2010). Minyak
Atsiri Universitas Sumatera Utara Banyaknya ragam minyak atsiri di pasaran internasional
dan masih sedikitnya jenis minyak atsiri yang di Indonesia menunjukkan bahwa peluang
pasar ekspor minyak atsiri masih terbuka sangat lebar. Disamping itu besarnya nilai impor
minyak atsiri menunjukkan bahwa potensi pasar di dalam negeri juga masih terbuka lebar. Di
sisi lain juga masih banyak tanaman yang menghasilkan jenis minyak atsiri seperti adas, jahe,
jeruk, cengkeh, jeruk purut, kapulaga dan lain-lain yang belum dimanfaatkan sebagai minyak
atsiri. Hingga saat ini bahanbahan tersebut masih diperdagangkan sebagai bahan mentah dan
harganya rendah. Melalui teknologi sederhana seperti penyulingan, bahan-bahan tersebut

3
dapat dibuat menjadi minyak atsiri yang harganya jauh lebih tinggi. Dengan semakin
berkembangnya industri obat-obatan, parfum, kosmetika, pengolahan makananminuman,
aromaterapi dan lain-lain, kebutuhan akan minyak atsiri semakin besar baik volume, maupun
jenisnya.

II.2 Daun Nilam

Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan


tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini
disulling untuk mendapatkan minyak (Patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai
kegiatan industri. Komponen utama yang dikandung minyak nilam adalah patchouli alcohol
(PA, CA15H26) yang berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan
pengendali penerbangan (eteris) untuk parfum agararoma keharumannya bertahan lebih lama.

Gambar 2.2 Daun Nilam

Yang dimaksud “penerbangan” di sini adalah sifat minyak yang mudah menguap,
dengan adanya bahan tambahan minyak nilam (eteris) pada parfum, bau yang dihasilkan
lebih tahan lama. Penguapan minyak nilam paling lambat jika dibandingkan dengan minyak
atsiri lainnya.

(Mangun,2012)

4
Tanaman nilam adalah tanaman yang memiliki akar serabut yang wangi, memiliki
daun halus beludru dan membulat lonjong seperti jantung serta berwarna 4 pucat. Bagian
bawah daun dan rangting berbulu halus, batang dengan diameter 10- 20mm membentuk segi
empat, serta sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan satu
sama lain. Jumlah cabang yang 5 memilikinya titik didih yang sangat tinggi. Selanjutnya
intensitas suatu bau (harum yang dihasilkan, dengan beberapa kekecualian pada kondisi
tertentu) merupakan manifestasi dari sifat mudah menguap persenyawaan yang menghasilkan
bau harum tersebut.

( Guenther , 1987 )

Minyak nilam atau disebut Patchouli oil, kata patchouli berasal dari kata “pacholi”
yaitu nama jenis tanaman yang banyak terdapat di tanah Hindustan (india). Minyak nilam
terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol, aldehid dan ester-ester
yang memberikan bau khas, misal patchouli alcohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa
yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen terbesar. Patchouli alkohol
meruppakan seskuiterpen alkohol yang dapat diisolasi dari minyak nilam, tidak larut dalam
air, tidak larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik lain, mempunyai titik didih
1400C/8mmHg, kristal berwarna putih dengan titik lebur 560C.

(Sastrohamidjojo, 2004)

Beberapa keunggulan nilam:

1. Minyaknya bermanfaat untuk kebutuhan berbagai industri.


2. Masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup
lama.
3. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah.
4. Potensi pasarnya sudah jelas.
5. Polo perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor.
6. Belum ditemukannya bahan sistesis atau bahan pengganti yang dapat menyamai
manfaat minyak nilam ini.

(Mangun, 2012)

5
II.3 Proses Penyulingan

Sebagian minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan


uap atau disebut juga dengan cara Hidrodestilasi (penyulingan dengan uap air). Penyulingan
sendiri didefinisikan sebagai pemisahan komponenkomponensuatu campuran dari dua jenis
cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Proses
penyulingan dengan demikian merupakan proses penting bagi produsen minyak atsiri. Dalam
industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu:

1. Penyulingan dengan air (Water Distillation)


2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Steam Distiillation)

Perbedaan pokok dari ketiga tipe penyulingan terletak pada perbedaan cara
penanganan bahan olahannya.

1. Penyulingan dengan air.


Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tarsebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan langsung.
Ciri khas metode ini adalah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih.
2. Penyulingan air dan uap.
Pada metode ini, bahan olah diletakan diatas rak-rak atau saringan berlubang.
Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dibawah saringan. Air
dapat dipanaskan dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari
metode ini adalah :
a) Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas
b) Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air
panas.
3. Penyulingan dengan uap.
Prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak
diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas
pada tekanan lebih dari 1 atm. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori
yang terletak di bawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di
atas saringan.
(Guenther, 1987)

6
II.4. Pembekuan dan Kerusakan Sel Akibat Pembekuan Air

Merupakan komponen penting dari material biologi termasuk


tumbuhtumbuhan. Rata-rata kandungan air dalam makhluk hidup mencapai 60-90%
massa. Apabila material tersebut dibekukan, maka kandungan air bebas akan berubah
menjadi kristal es. Pembekuan adalah proses perubahan fase dari cair menjadi padat
melalui pembuangan panas sensibel dan laten dari suatu material. Selama pembekuan
ada tiga tahap : precolling, perubahan fase dan subcolling. Pada tahap precolling,
hanya panas sensibel yang dibuang dan temperatur menurun sampai pada kondisi
terbentuknya kristal es. Pada tahap transisi terjadi pembuangan panas laten. Pada
temperatur ini, dimana kristalisasi air terjadi, proses pembuangan panas sensibel
masih terus terjadi dari komponen-komponen yang lain.
Pembekuan suatu jaringan atau sel dari meterial biologi, pembentukan kristal
es dapat terjadi mulai dari luar sel sampai ke dalam sel. Pada umumnya, kristalisasi es
diawali dari pembentukan inti es pada fluida yang berada di luar sel kemudian terus
berlanjut pada fluida dalam sel. Proses pembekuan jaringan tanaman mengakibatkan
terbentuknya ekstracellular ice. Ketika kristal es mulai terbentuk diluar sel, cairan
yang berada dalm sel akan berdifusi keluar sehingga ekstracellular ice yang terbentuk
semakin besar dan sel semakin menyusut. Terbentuknya ekstracellular ice dengan
ukuran besar dapat menekan sel bahkan dapat mengakibatkan kerusakan sel
permanen. Material beku tersebut kemudian dicairkan untuk mengeluarkan cairan
yang terdapat dalam sel.

(Widiastuti, 2012)

7
BAB III

PROSES

III.1. Metode Hydrodistillation

Gambar 1. Rangkaian Proses Hydrodistillation

Cara Pengambilan Minyak Nilam menggunakan Hydrodistillation adalah sebagai


berikut :

1) Daun nilam dicacah halus sebesar ±1 cm.


2) Daun nilam yang telah dicacah dimasukkan ke dalam alat distilasi sebanyak
100 gram, kemudian ditambah dengan akuades sebanyak 100 mL.
3) Ekstraksi dilakukan selama 6 jam hingga diperoleh distilat campuran minyak
atsiri dan air.
4) Minyak atsiri daun nilam yang diperoleh dari hidrodistilasi konvensional ini
dipisahkan dari air dan dikeringkan dengan Na2SO4 untuk memisahkan air
dari minyaknya.
5) Minyak atsiri yang telah bebas dari air ditentukan persen kadar serta massa
jenisnya.

( Jannah, 2014 )

8
III.2 Metode Ekstraksi Soxhlet

Keterangan :

1 2 1. Klem

2. Pendingin

3 3. Selang

4 5 4. Kertas pembungkus

6 5. Pipa kapiler

7 6. Statif

7. Labu ekstraksi

8 8. Pemanas

Gambar 2. Rangkaian Alat Soxhlet

Mekanisme pengambilan minyak atsiri dari daun nilam dengan ekstraksi soxhlet
adalah sebagai berikut :

1) Siapkan bahan baku nilam cacah sebanyak 60 gram.


2) Kemudian dimasukkan ke dalam tempat bahan di dalam soxhlet dan kemudian
merangkai alat Soxhlet.
3) Tambahkan dengan pelarut organik n-Hexane sebanyak 500 mL. Peralatan
soxhlet extraction kemudian dipanaskan dengan heating mantel hingga terjadi
beberapa kali proses cycle.
4) Proses ekstraksi dihentikan jika pelarut nHexane pada tabung ekstraksi telah
jernih.

( Syahputra, 2017 )

9
III.3 Metode Microwave Hydrodistillation

Gambar 3. Rangkaian Proses Microwave Hydrodistillation


Keterangan gambar :
1. Labu leher dua 7.Termokopel
2. Pengatur daya 8 .Heating mantle
3. Pengatur timer 9. Pengatur suhu
4. Kondensor Liebig 10.termometer
5. Corong pemisah 11.Labu (1000 ml)
6. Erlenmeyer

Untuk metode microwave distillation dengan menggunakan steam prosedurnya adalah


sebagai berikut :
1) Daun nilam yang telah dicacah dimasukkan ke dalam alat distilasi sebanyak 100
gram, kemudian ditambah dengan aquades sebanyak 100 mL.
2) Ekstraksi dilakukan selama 1,5 jam dengan daya oven microwave 500 watt dan
temperatur 100°C.
3) Minyak atsiri daun nilam yang diperoleh dari hidrodistilasi dengan oven
microwave ini dipisahkan dari air dan dikeringkan dengan Na2SO4 untuk
memisahkan air dari minyaknya.
4) Minyak atsiri yang telah bebas dari air ditentukan persen kadar serta massa
jenisnya ditentukan persen kadar minyak serta massa jenisnya.

10
5) Komponen minyak atsiri nilam dari kedua metode diidentifikasi menggunakan
Gas Chromatography dengan detektor Mass Spectrometer (GC-MS).

( Jannah, 2014 )

11
III.4. Metode Steam Hydrodistillation

Gambar 4. Rangkaian Proses Stem Hydrodistillation

Cara Pengambilan Minyak Nilam menggunakan Steam Hydrodstillation adalah


sebagai berikut :

1) Daun Nilam yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang kontruksinya
hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga
pengukusan.
2) Air dididihkan pada bagian bawah alat. Minyak atsiri akan ikut bersama aliran
uap yang kemudian dialirkan ke kondensor. Alat yang digunakan dalam
metode ini disebut alat suling pengukus. Temperatur steam harus dikontrol
agar hanya cukup untuk memaksa bahan melepas minyak atsirinya dan tidak
membakar bahan.
3) Uap yang dipakai bertekanan >1 atm dan bersuhu >100℃, sehingga waktu
distilasi bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri.
( Hafidudin, 2006 )

III.5. Metode Steam Distillation


12
Gambar 5. Rangkaian Proses Steam Distillation

Cara Pengambilan Minyak Nilam menggunakan Steam Destillation adalah sebagai


berikut :

1) Aquadest yang digunakan sebagai sumber uap dimasukkan kedalam boiler sebanyak
80% dari volume boiler.
2) Daun nilam yang sudah dicacah kemudian dimasukkan dalam ketel suling. Pemanas
berupa induction cooker dinyalakan. Proses keluarnya desilat mulai terjadi sekitar 35
menit setealah waktu pemanasan dinyalakan.
3) Saat inilah waktu penyulingan mulai dihitung. Kemudian distilat air dan minyak
nilam dipisahkan menggunakan corong pemisah, tabung centrifuge dan penambahan
Na2SO4.

( Faramitha, 2013 )

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Untuk Metode Penyulingan Air dan Uap (Water and Steam Distillation) kadar minyak
atsiri yang diperoleh pada penelitian ini adalah 3,93% sesuai dengan data yang terdapat
dalam literatur yang menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri pada daun Nilam adalah
2,5-5%. Tetapi pada hasil destilasi masih mengandung air dan minyak atsiri perlu
ditambahkan lagi natrium sulfat anhidrat untuk memisahkan antara air dan minyak atsirinya
tentu akan menmbah cara kerja dan biaya dan juga waktu.

Kelebihan metode penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation) adalah
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses penyulingan dan alatnya
sederhana namun dapat menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga efisien dalam penggunaan. Metode ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air
kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air dan mengurangi biaya produksi. Disisi lain, sistem kohobasi ini
juga lebih menguntungkan karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak
atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas karena bahan tidak berhubungan langsung
dengan air yang mendidih.

Kekurangannya adalah metode ini tidak cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh
panas uap air, serta membutuhkan waktu destilasi yang lebih panjang untuk hasil yang lebih
banyak.

Untuk metode Metode Microwave Hydrodistillation yield yang diperoleh dari bahan
utuh dengan Metode Microwave Hydrodistillation sebesar 5,8252%. Dengan metode ini
hanya dibutuhkan waktu sekitar 3 jam jauh lebih cepat dari pada metode ekstarksi yang ainya
dan juga menggunakan air sehingga lebih menghemat bahan untuk pelarutnya.

14
Microwave Hydrodistillation dibandingkan metode ekstraksi yang lain memiliki
beberapa kelebihan yaitu : Microwave Hydrodistillation dapat menyelesaikan ekstraksi dalam
beberapa menit, lebih cepat dibandingkan metode ekstraksi yang lain. Penggunaan solvent
yang sedikit sehingga mengurangi biaya pembelian pelarut dan pembuangan sisa pelarut.
Microwave Hydrodistillation menghasilkan ekstrak dengan yield lebih besar daripada metode
ekstraksi yang lain. Microwave Hydrodistillation menggunakan energi listrik lebih kecil
dibandingkan metode ekstraksi yang lain.
Sedangkan kelemahan metode Microwave Hydrodistillation yaitu harganya yang
mahal dan membutuhkan proses curing. Proses curing pada prinsipnya merupakan suatu
proses terjadinya reaksi kimia awal jaringan ikat kolagen kulit dengan bahan curing baik
dengan menggunakan bahan curing asam, basa maupun enzim.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Metode Microwave Hydrodistillation
volume pelarut harus cukup untuk memastikan bahwa solid selalu terendam dalam seluruh
pelarut selama iradiasi berlangsung. Semakin tinggi volume pelarut maka semakin besar yield
yang dihasilkan dalam metode ekstraksi konvensional. Namun, dalam Microwave
Hydrodistillation semakin tinggi volume pelarut maka semakin kecil yield yang dihasilkan.
Semakin lama waktu ekstraksi menyebabkan waktu radiasi dalam microwave semakin lama
sehingga pelarut akan menyerap energi microwave yang lebih banyak. Semakin besar power
microwave yang digunakan dalam metode Microwave Hydrodistillation, maka semakin cepat
pecahnya dinding sel karena jika digunakan power yang lebih tinggi maka suhu akan naik

15
dengan cepat. Semakin kecil ukuran partikel berarti semakin besar luas permukaan kontak
antara partikel dan pelarut selama iradiasi dalam Microwave Hydrodistillation. Semakin
tinggi suhu ekstraksi berarti semakin besar tekanan internal pada sel partikel sehingga
dinding sel cepat pecah dan analit dari dalam sel akan keluar larut dalam pelarut.

Untuk metode Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi soxhlet.


Diperoleh kadar minyak nilam sebesar 4,51% pada waktu 120 menit dan suhu 30 ͦ C dengan
berat jenis 0,9596 dan indeks bias sebesar 1, 5080 . umtuk metode ini dibutuhkan waktu yang
cukup lama yakni untuk ekstraksi minyak nilam butuh waktu terbaik 2 jam setelah itu
dilakukan pemurnian dengan cara didestilasi ini juga membutuhkan waktu yang lama dan
juga penggunaan heksana sebagai pelarut relatif mahal dibandinggkan dengan pelarut air.
Diperoleh kadar minyak nilam sebesar 4,51% pada waktu 120 menit dan suhu 30 ͦ C dengan
berat jenis 0,9596 dan indeks bias sebesar 1, 5080 .
Keuntungan ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi perpindahan keseimbangan
transfer dengan berulang kali membawa pelarut segar kontak langsung dengan matriks padat
mempertahankan suhu ekstraksi yang relatif tinggi dengan panas dari termos distilasi, dan
tidak ada persyaratan filtrasi setelah pelepasan. Juga, metode Soxhlet sangat sederhana dan
murah
Kelemahan utama dari ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi waktu ekstraksi yang
panjang, menggunakan pelarut dalam jumlah banyak, agitasi tidak dapat disediakan dalam
perangkat Soxhlet untuk mempercepat proses, besar jumlah pelarut yang digunakan
membutuhkan prosedur penguapan/konsentrasi, dan kemungkinan dekomposisi termal
senyawa target tidak dapat diabaikan sebagai ekstraksi biasanya terjadi pada titik didih
pelarut untuk waktu yang lama. Ekstraksi yang memakan waktu lama
dan penggunaan pelarut dalam jumlah besar merupakan kelemahan metode ekstraksi Soxhlet
konvensional
Kelebihan Destilasi antara lain dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih
yang tinggi,dan Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
Kekurangan Destilasi antara lain Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki
perbedaan titik didih yang besar dan Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode penyulingan di Kukus (Water and Steam Distillation) menghasilkan


rendemen yang lebih tinggi sebesar 3,93%. Kelebihan metode penyulingan
dengan air-uap (water and steam distillation) adalah membutuhkan sedikit air
sehingga bisa menyingkat waktu proses penyulingan dan alatnya sederhana
namun dapat menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga efisien dalam penggunaan.
2. Metode Microwave Hydrodistillation yield yang diperoleh dari bahan utuh dengan
metode microwave hydrodistillation sebesar 5,8252%. Metode ini dapat
menyelesaikan ekstraksi dalam beberapa menit, lebih cepat dibandingkan metode
ekstraksi yang lain.
3. Metode Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi soxhlet.
Diperoleh kadar minyak nilam sebesar 4,51%.Keuntungan ekstraksi Soxhlet
konvensional meliputi perpindahan keseimbangan transfer dengan berulang kali
membawa pelarut segar kontak langsung dengan matriks padat mempertahankan
suhu ekstraksi yang relatif tinggi dengan panas dari termos distilasi, dan tidak ada
persyaratan filtrasi setelah pelepasan.

V.2 Saran

1. Sebaiknya kondisi bahan baku meliputi jumlah kadar air dalam bahan tidak terlalu
tinggi karena kandungan kadar air yang tinggi dalam bahan baku dapat
menghambat proses penyulingan, yang dapat menyebabkan minyak yang terambil
tidak sempurna.

17
DAFTAR PUSTAKA

Edi , Sarwo . 2015 . “ Cara Membuat Minyak Nilam “ . ( http :// sarwoedi. blogspot .
com/2015/05/cara-membuat-minyak-nilam . html ) . Diakses pada tanggal 10 Maret
2019 pukul 17.00 WIB

Faramitha, Yora, & Setiadi . 2013 . “ Studi Perolehan Minyak Atsiri dari Daun Nilam Aceh
Sidikalang ( Pogostemon Cablin Benth ) menggunakan Proses Distilasi Uap . Diakses
dari http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S46644-Yora%20Faramitha

Guenther . 1987 . “ Minyak Atsiri Jilid 1 “ . Jakarta : UI Press

Hafidudin, Yusrizal . 2006 . “ Ekstraksi Minyak Atsiri “ . ( https://www.academia.edu/


19631971/Laporan_Praktikum_Ekstraksi_Minyak_Atsiri ) . Diakses pada tanggal 10
Maret 2019 pukul 19.30 WIB

Jannah, Rahmi M., Zamri, Adel., & Yuharmen . 2014 . “ Perbandingan Isolasi Minyak Atsiri
Daun Nilam ( Pogostemon Cablin Benth ) Metode Hidrodistilasi Konvesional dan
Hidrodistilasi Oven Microwave disertai Uji Aktivitas Antimikroba “ . Diakses dari
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/6894/3606-7054-1SM.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y

Mangun , Abumi . 2012 . “ Minyak Daun Niilam “ . ( http :// wordpress . com ) . Diakses
pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 21.00 WIB

Nafiun . 2013 . “ Penyulingan Daun Nilam Metode Steam “ . ( http :// www . nafiun . com
/2013/01/ penyulingan-daun-nilam-metode-steam . html ). Diakses pada tanggal 10
Maret 2019 pukul 18.45 WIB

Sastrohamidjojo , H . 2004 . “ Kimia Minyak Atsiri “ . Yogyakarta : Gadjah Mada

Setya , Novita., Budiarti , Aprilia., & Mahfud . 2012 . “ Proses Pengambilan Minyak Atsiri
dari Daun Nilam dengan Pemanfaatan Gelombang Mikro , Jurnal Teknik ITS vol 1 .
doi: 10.12962/j23373539.v1i1.453

Syahputra, Mahmud E., Parasandi, Devina., & Mahfud. 2017 . “ Ekstraksi Minyak Nilam
dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan Soxhlet Extraction . Diakses dari
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/viewFile/24555/4654

Widiaastuti , Ira . 2012 . “ Sukses Agribisnis Minyak Atsiri “ . Yogyakarta : Pustaka Baru
Press

18
19

Anda mungkin juga menyukai