Anda di halaman 1dari 14

46

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan
4.1.1 Hasil Penelitian
Untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan keterampilan bermain dalam
permainan bolabasket, penelititi melakukan tes terhadap 30 siswa laki-laki yang
mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMP 34 Bandung untuk memperoleh data.
Data hasil yang telah diperoleh dari tes yang dilakukan selanjutnya akan dianalisis.
Adapun data yang diperoleh disajikan dalam bentuk table di bawah ini :
Tabel 4.1
Deskripsi Data Tes Fungsi Kognitif

Std.
Variabel N Minimum Maksimum Mean
Deviation
Fungsi 30 0.6 1 0.79 0.102
Kognitif

Data tersebut menunjukkan sebagai berikut:


 n (Jumlah Sampel) = 30
 Nilai minimum (nilai paling rendah) = 0.6
 Nilai maksimum (nilai paling tinggi) = 1
 Mean (rata-rata) = 0.79
 Std. Deviation (simpangan baku) = 0.102
Tabel 4.2
Deskripsi Data Tes Keterampilan Bermain dalam Permainan Bolabasket

Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation


Keterampilan Bermain
dalam Permainan 30 0 0.639 0.49 0.124
Bolabasket

Data tersebut menunjukkan sebagai berikut:


 n (Jumlah Sampel) = 30
47

 Nilai minimum (nilai paling rendah) = 0


 Nilai maksimum (nilai paling tinggi) = 0.639
 Mean (rata-rata) = 0.49
 Std. Deviation (simpangan baku) = 0.124

Hasil analisis pada tabel 4.1 merupakan data tes fungsi kognitif siswa laki-laki
yang mengikuti ektrakurikuler bolabasket. Sedangkan, hasil analisis pada tabel 4.2
merupakan data tes keterampilan bermain bolabasket siswa laki-laki yang mengukuti
ekstrakurikuler bolabasket di SMP Negeri 34 Bandung.

4.1.2 Uji Asumsi


Setelah memperoleh data perhitungan fungsi kognitif dan juga keterampilan
bermain siswa dalam permainan bolabasket, serta telah mengetahui rata-rata, jumlah,
skor tertinggi dan terendah, dan standar deviasi maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji normalitas dari kedua data tersebut yang tujuannya adalah untuk
mengetahui tingkat kenormalan data. Selain itu, uji normalitas juga menentukan
langkah pengujian statistik selanjutnya. Selain uji normalitas akan dilakukan pula uji
homogenitas yang bertujuan untuk menguji apakah data tersebut berasal dari variasi
homogen atau tidak. Hasil perhitungan uji normalitas dan uji homogen adalah sebagai
berikut :
1) Uji Normalitas Data
Ringkasan data hasil perhitungan normalitas dapat dilihat pada table 4.3 sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Data Uji Normalitas

Dhitung Nilai Tabel Kolmogorov Smirnov


Variabel Ket
(Dh) (𝑛1 = 30 ; 𝑛2 = 30; 𝛼 = 0,05)

Fungsi Kognitif 0.08 0,24 Normal


48

Keterampilan Bermain
dalam Permainan 0.14 0.24 Normal
Bolabasket

Berdasarkan Tabel 4.3, terlihat bahwa nilai |Dhitung| dari kedua kelas baik fungsi
kognitif maupun keterampilan bermain dalam permainan bolabasket lebih kecil
dibandingkan nilai tabel Kolmogorov Smirnov dengan jumlah responden 30 siswa
dan derajat kebebasan (𝛼 = 0,05). Dengan demikian maka H0 diterima, hal ini berarti
data tersebut berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal
dari populasi yang sama. Ringkasan data hasil perhitungan homogenitas dapat dilihat
pada table 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Hasil Uji Homogenitas
Variabel Varians 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Fungsi Kognitif 0.0104
Keterampilan Bermain dalam 0.0155 1.495 1.90
Permainan Bolabasket

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh nilai 1.495 < 1.90 yang menunjukan bahwa
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka dapat disimpulkan bahwa variasi dari kedua sampel tersebut
sama atau homogen.
3) Uji Hipotesis (Uji-t)
Setelah dilakukan pengujian asumsi yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas
data, maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis menggunakan perhitungan
Korelasi Pearson Product Moment. Uji hipotesis ini digunakan untuk melihat korelasi
(hubungan) antara fungsi kognitif (X) dengan keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket (Y) siswa yang mengikuti ektrakurikuler bolabasket SMP Negeri 34
Bandung. Adapun pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
49

H0 = Tidak terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan keterampilan bermain


dalam permainan bolabasket
Ha = Terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan keterampilan bermain dalam
permainan bolabasket
Uji korelasi product moment yang dilakukan berdasarkan kriteria pengujian jika
rhitung > rtabel maka Ha diterima, yaitu terdapat hubungan antara fungsi kognitif
dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket. Namun jika rhitung <
rtabel maka Ha ditolak dan H0 diterima, yaitu tidak terdapat hubungan antara fungsi
kognitif dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket, dengan derajat
kepercayaan (α) = 0.05 dan jumlah sampel (n) = 30 siswa.
Tabel 4.5
Data Hasil Uji Koefisien korelasi

Fungsi Keterampila
N Kognitif n bermain ∑xy ∑𝑥 2 ∑𝑦 2 (∑𝑥)2 (∑𝑦)2
(∑x) (∑y)

30
23.7 14.555 11.803 19.023 7.510 561.69 211.842

Hasil data yang diperoleh pada tabel 4.5 kemudian dihitung koefisien korelasinya
menggunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 }{𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 }
30(11.80264452) − (23.7)(14.55481)
=
√{30(19.023332) − (561.69)}{30(7.510264649) − (211.8424941)}
354.0793356 − 344.948997
=
√(570.69996 − 561.69)(225.3079395 − 211.8424941)
9.1303386
=
√(9.00996)(13.46544533)
50

9.1303386
=
√121.3231238
9.1303386
=
11.0146777
𝑟𝑥𝑦 = 0.828924717
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil koefisien
korelasi (𝑟𝑥𝑦 ) atau rhitung = 0.8289 dengan derajat kepercayaan (α) = 0.05 dan
jumlah sampel (n) = 30 siswa, sehingga diperoleh rtabel = 0.355 . Dari perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa rhitung > rtabel , maka dapat disimpulan hipotesis
alternatif (Ha ) diterima yaitu terdapat hubungan yang positif sebesar 0.8289 antara
fungsi kognitif dan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket. Untuk dapat
memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka digunakanlah
pedoman pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.0 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.399 Rendah


Sedang
0.40 – 0.599
Kuat
0.60 – 0.799
Sangat Kuat
0.80 – 1.000
(Sumber : Sugiyono, 2017, hlm. 257)
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, maka koefisien korelasi yang didapatkan sebesar
0.8289 berada pada interval 0.80 – 1.000, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
hubungan antara fungsi kognitif dengan keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket adalah sangat kuat. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi hubungan
tersebut maka dilakukanlah uji signifikansi korelasi product moment sebagai berikut
:
51

𝑟√𝑛 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2
(0.0828924717)(√28
=
√1 − 0.687116186
(0.0828924717)(5.29150262)
=
√0.312883814
4.386257312
=
0.559360183
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 7.841561565
Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, dengan derajat
kepercayaan (α) sebesar 5% untuk uji dua pihak dan dk = n – 2 = 28, maka diperoleh
ttabel sebesar 1.701. Hal ini dapat digambarkan seperti berikut :

Daerah penolakan Daerah penolakan


hipotesis Ho hipotesis Ho
Daerah
Penerimaan
hipotesis Ho

-1.701 0 1.701
Gambar 4.1. Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua pihak

Berdasarkan perhitungan dan yang ditunjukkan pada gambar, thitung yang


dihasilkan sebesar 7.842 lebih besar dari ttabel sehingga thitung berada pada daerah
penolakan hipotesis Ho, maka hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan
antara fungsi kognitif dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket
ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara fungsi kognitif dengan
keterampilan bermain dalam permainan bolabasket pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket di SMP Negeri 34 Bandung.
52

Selanjutnya untuk menganalisis seberapa besar sumbangan variabel X terhadap


variabel Y, maka dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi dengan cara
mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan. Koefisien determinasi yang
diperoleh yaitu sebesar 0.69. Hal ini berarti varian yang terjadi pada variabel
keterampilan bermain bolabasket 0.69 % ditentukan oleh varian yang terjadi pada
variabel fungsi kognitif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bukan hanya
fungsi kognitif yang dapat mempengaruhi keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket akan tetapi terdapat factor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
keterampilan bermain siswa dalam permainan bolabasket. Misalnya seperti lamanya
latihan yang diterima ketika berolahraga bolabasket atau pelatihan secara alami yang
didapat pada masa anak-anak ketika belum melakukan olahraga tersebut akan tetapi
telah dilatih di beberapa bagian.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan dari domain fungsi kognitif yang terdiri
dari atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif dengan keterampilan
bermain dalam permainan bolabasket, berikut ini merupakan uji koefisien korelasi
dari indikator tersebut.
Pada fungsi atensi berdasarkan perhitungan statistik didapatkan ∑ X = 3.83333 ,
∑ Y = 14.55481 , ∑ X 2 = 0.556667 , ∑ Y 2 = 7.510265 dan ∑ XY = 1.969334 .
Sehingga didapatkan rxy = 0.6324 lebih besar dari rtabel = 0.355 dan t hitung =
4.320 lebih besar dari t tabel = 1.701. Artinya terdapat hubungan positif dan
signifikan antara atensi dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket.
Pada fungsi bahasa berdasarkan perhitungan statistik didapatkan ∑ X = 1.7 ,
∑ Y = 14.55481 , ∑ X 2 = 0.114444 , ∑ Y 2 = 7.510265 dan ∑ XY = 0.863011 .
Sehingga didapatkan rxy = 0.424 lebih besar dari rtabel = 0.355 dan t hitung =
2.478 lebih besar dari t tabel = 1.701. Artinya terdapat hubungan positif dan
signifikan antara bahasa dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket.
Pada fungsi memori berdasarkan perhitungan statistik didapatkan ∑ X = 7.3 ,
∑ Y = 14.55481 , ∑ X 2 = 1.7966667 , ∑ Y 2 = 7.510265 dan ∑ XY = 3.602376 .
Sehingga didapatkan rxy = 0.635 lebih besar dari rtabel = 0.355 dan t hitung =
53

4.355 lebih besar dari t tabel = 1.701. Artinya terdapat hubungan positif dan
signifikan antara memori dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket.
Pada fungsi visuospasial dan fungsi eksekutif berdasarkan perhitungan statistik
didapatkan ∑ X = 9.866667 , ∑ Y = 14.55481 , ∑ X 2 = 3.33333 , ∑ Y 2 =
7.510265 dan ∑ XY = 4.882763 . Sehingga didapatkan rxy = 0.871 lebih besar
dari rtabel = 0.355 dan t hitung = 9.367 lebih besar dari t tabel = 1.701. Artinya
terdapat hubungan positif dan signifikan antara fungsi visuospasial dan fungsi
eksekutif dengan keterampilan bermain dalam permainan bolabasket.
4.2. Pembahasan
Analisis korelasional data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara fungsi kognitif dengan keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket pada siswa yang mengikuti ektrakurikuler bolabasket di SMP Negeri 34
Bandung. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan uji hipotesis yang telah
dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan program
Microsoft Exel menunjukkan nilai r hitung sebesar 0.8289 lebih besar dari r tabel 0.355
dengan derajat kepercayaan (α) 0.05 san jumlah sampel (n) = 30 siswa. Selain itu,
perhitungan tingkat hubungan antara variabel fungsi kognitif dengan variabel
keterampilan bermain siswa dalam permainan bolabasket juga sangat kuat.
Hasil penelitian yang diperoleh tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Stella dkk. (2013) yang mengatakan bahwa :

Success or failure in a basketball or indeed any decision making process is a


product of the collective vulnerable contributions of various information
processing and situation awareness stages including attention, perception,
operational memory, comprehension, judgement, prediction, action selection and
execution. (hlm. 717)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat kita ketahui bahwa, berhasil atau gagal dalam
permainan bolabasket ataupun proses pengambilan keputusan adalah produk dari
kontribusi kolektif dari berbagai tahap pemrosesan informasi dan kesadaran situasi
54

termasuk perhatian, persepsi, memori operasional, pemahaman, penilaian, prediksi,


pemilihan tinfakan dan eksekusi.
Jika dilihat pada perhitungan koefisien korelasi dari domain fungsi kognitif yang
terdiri dari fungsi atensi, fungsi bahasa, fungsi memori, fungsi visuospasial dan
fungsi eksekutif, koefisien korelasi terbesar yaitu pada fungsi visuospasial dan fungsi
eksekutif sebesar 0.871 sedangkan koefisien korelasi terkecilnya yaitu pada fungsi
bahasa sebesar 0.424. berdasarkan hasil tersebut jika dibandingkan dengan r tabel

0.355, maka r hitung dari semua domain fungsi kognitif lebih besar r tabel, sehingga
semua fungsi tersebut memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan
bermain dalam permainan bolabasket.
Pada fungsi atensi setelah dihitung secara statistik, pada fungsi ini terdapat
hubungan yang positif dan signifikan dengan keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket. Hal ini sependapat dengan Policastro, dkk. (2018, hlm. 6) yang
mengatakan bahwa, “Attention is a necessary executive function for developing
correct movement strategies and inhibiting unwanted movement”. Pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa atensi adalah fungsi eksekutif yang diperlukan untuk
mengembangkan strategi gerakan yang benar dan menghambat gerakan yang tidak
diinginkan. Proios, dkk (dalam Pruna dan Bahdur, 2016, hlm 4) juga mengatakan
bahwa “Participant in open skill sports exhibit higher attentional flexibility and can
modulate specific attention resources according to task demand”. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa peserta dalam olahraga keterampilan terbuka
menunjukkan fleksibilitas atensi yang lebih tinggi dan dapat memodulasi sumber
daya perhatian khusus sesuai dengan yang ditugaskan.
Pada fungsi Bahasa yang merupakan dasar untuk berkomunikasi berdasarkan
hasil perhitungan secara statistik diperoleh hasil yaitu terdapat memiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket. Hal ini sependapat dengan Sagar dan Jowett (dalam West, 2016, hlm. 2)
yang mengatakan bahwa, “Communication will increase the satisfaction of their
training and performance, physical self-concept, achievement goals, intrinsic
motivation and sustaining passion for the sport”. Berdasarkan pendapat tersebut
55

diketahui bahwa komunikasi akan meningkatkan kepuasan dari pelatihan dan juga
performa pemain, konsel diri menganal fisik yang dimiliki, tujuan pencapaian yang
ingin dicapai, motivasi intrinsic, dan semangat yang berkelanjutan untuk berolahraga.
Pada fungsi memori juga terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan
keterampilan bermain dalam permainan bolabasket. Hal ini sejalan dengan Pruna dan
Bahdur (2016, hlm. 6) yang berpendapat bahwa, “Working memory is also vital in the
decision making process”. kerja dari fungsi memori merupakan hal yang sangat
penting dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
Pada fungsi visuospasial dan fungsi eksekutif pun berdasarkan hasil koefisien
korelasi yang diperoleh terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan
keterampilan bermain dalam permainan bolabasket. Hal ini didukung dengan
pendapat Policastro, dkk. (2018. Hlm 6) berpendapat bahwa, “Basketball practice is
based on visuo-spatial structures, which are used to create and improve complex
motor task, thus creating “automatic” movement to play”. Pendapat tersebut berarti
bahwa latihan bolabasket didasarkan pada struktur visuo-spasial yang digunakan
untuk membuat membuat dan meningkatkan tugas motorik yang kompleks, sehingga
menciptakan gerakan “otomatis” untuk bermain. Kasturi dan Jayasankara (2016, hlm.
12) juga berpendapat bahwa, “Well developed cognitive skills and executive functions
are beneficial in the achievement of expertise in sport across all age groups”, yang
berarti bahwa keterampilan kognitif dan fungsi eksekutif yang berkembang dengan
baik bermanfaat dalam pencapaian keahlian dalam olahraga di semua kelompok
umur.
Semua domain fungsi kognitif yang ada tidak dapat berdiri sendiri melainkan
saling bekerja sama satu sama lain untuk membuat keputusan yang sesuai dengan
keadaan atau situasi ketika bermain bolabasket. Pruna dan Bahdur (2016) mengatakan
bahwa,
In order to be successful players are required to make and execute
good decisions. Cognitive ability is a vital skill in enhancing
players perceptions and information processing ability and improving
their speed of play. Skills such as reaction time, spatial awareness,
pattern recognition, long and short term memory, attention shing,
ability to minimize Inattentional blindness, sorting through available
56

information etc. are all vital cognitive skills that maximize player
performance. (hlm. 4)

Berdasarkan pendapat tersebut, untuk menjadi pemain yang sukses diperlukan


untuk membuat dan mengeksekusi keputusan yang baik. Kemampuan kognitif adalah
keterampilan penting dalam meningkatkan persepsi pemain dan kemampuan
pemrosesan informasi serta meningkatkan kecepatan permainan mereka.
Keterampilan seperti waktu reaksi, kesadaran spasial, pengenalan pola, memori
jangka pendek dan jangka panjang, perhatian, kemampuan untuk meminimalkan
kebutaan yang tidak disengaja, memilah-milah informasi yang tersedia, dll. Semua
adalah keterampilan kognitif vital yang memaksimalkan kinerja pemain.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa fungsi kognitif berkontribusi
terhadap keterampilan bermain dalam permainan bolabasket. Besarnya kontribusi
fungsi kognitif terhadap keterampilan bermain bolabasket yaitu sebesar 0.69 %. Hal
tersebut menunjukkan bahwa selain fungsi kognitif, terdapat faktor lain yang juga
berkontribusi terhadap keterampilan bermain dalam permainan bolabasket.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keterampilan bermain dalam permainan
bolabasket menurut Kasturi dan Jayasankara (2016, hlm. 14), yaitu “number of years
of training received in the sport, or the nature of coaching received in childhood or
adolescence of those who do not currently play a sport, but have been trained at some
point”. Selain itu kinerja fungsi kognitif seorang pemain juga dipengaruhi oleh
beberapa keadaan situasional seperti yang dikatakan Pruna dan Bahdur (2016) bahwa,
A player may have high cognitive ability but execution of
cognitive skills may be situation-specific with things such as fatigue,
lack of concentration, fear and anxiety, self-doubt, arousal level, match
situation, history with opponents, muscle tension, injury etc. all
impacting level of cognitive functioning. (hlm. 4)
Berdasarkan pendapat tersebut, seorang pemain mungkin memiliki kemampuan
kognitif yang tinggi akan tetapi pada pelaksanaan keterampilannya mungkin
situasional dengan beberapa hal seperti kelelahan, kurang konsentrasi, ketakutan dan
kecemasan, keraguan diri, tingkat rangsangan, situasi pertandingan, sejarah dengan
lawan, ketegangan otot, cedera, semua mempengaruhi tingkat fungsi kognitif.
57

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara fungsi kognitif dengan keterampilan
bermain dalam permainan bolabasket pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
bolabasket di SMP Negeri 34 Bandung. Dengan hasil koefisien korelasi (𝑟𝑥𝑦 ) atau
rhitung = 0.8289 lebih besar dari rtabel = 0.355 dan thitung yang dihasilkan sebesar
7.842 lebih besar dari ttabel = 1.701. Kontribusi fungsi kognitif terhadap keterampilan
bermain dalam permainan bolabasket yaitu sebesar 0.69% dan tingkat korelasinya
termasuk dalam kategori sangat kuat.

5.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, implikasi penelitian adalah


sebagai berikut :
1. Bagi guru pendidikan jasmani, diharapkan mampu mengembangkan kualitas
pendidikan dalam proses pembelajaran maupun dalam proses pengembangan
keterampilan siswa dengan memberikan tugas-tugas gerak yang dapat melatih
fungsi kognitif anak dan juga kemampuan motoriknya, agar mendapatkan hasil
yang terbaik, oleh sebab itu sebagai seorang guru harus lebih kreatif, inovatif dan
cerdas dalam melakukan proses pembelajaran.
2. Bagi sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi sarana dan prasarana
yang ada, sehingga guru lebih nyaman dan mampu meningkatkan kualitas
pembelajarannya pada saat proses pembelajaran.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, peneliti memberikan beberapa


rekomendasi sebagai berikut :
58

1. Kepada rekan mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian diharapkan mampu


mengembangkan dan terus menggali secara lebih kreatif dan inovatif mengenai
hubungan fungsi kognitif dan pendidikan jasmani di sekolah baik pada proses
pembelajaran maupun dalam pengembangan keterampilan siswa sehingga mampu
menjadi solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan dalam proses
pembelajaran dan pengembangan keterampilan siswa disekolah.
2. Untuk seluruh insan olahrga diharapkan terus berusaha menemukan penelitian-
penelitian terbaru yang berguna untuk kemajuan olahraga khususnya dibidang
pendidikan.
3. Untuk para pendidik khususnya guru pendidikan jasmani, memberikan tugas
gerak kepada siswa yang dapat melatih fungsi kognitif dan juga motorik siswa
sangat baik digunakan untuk proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan
hasil belajar dalam proses pembelajaran maupun kemampuan siswa dalam
ekstrakurikuler, namun tetap disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan
siswa.
59

DAFTAR PUSTAKA
Katsuri, B. & Jayasankara, R.K. (2016). Sport and Cognitive Functioning among
College Football and Basketball Players. Indian Journal of Neurosciences,
2 (1), 11-15. doi: https://doi.org/10.3390/sports6030080
Stella, N.Y., Peacock, J.B., & Chuan, T.K. (2013). Investigating the Cognitive
Contribution to basketball Behavior anf Performance. Procedia – Social
and Behavioral Sciences, 97, 715-722. doi: https://doi.org/10.1016/
j.sbspro.2013.10.292
Policastro, F. dkk. (2018). Relation Between Motor and Cognitive Skills in Italian Ba
-sketball Player Age Between 7 and 10 Years Old. MDPI Journal Sports, 6
(3), 1-8. doi: https://doi.org/10.3390/sports6030080

Pruna, R., & Bahdur, K. (2016). Cognition in Football. Journal of Novel Physiothera-
rapies, 6 (6), 1-5. doi: 10.4172/2165-7025.1000316
West, L. (2016). Coach-Athlete Communication : Coaching Style, Leadership Chara-
cteristics, and Psychological Outcomes. (Tesis). Master of Education in
Human Movement Sport and Leisure Studies Graduate Project. 16.
https://scholarworks.bgsu.edu/hmsls_masterproject/16

Anda mungkin juga menyukai