Anda di halaman 1dari 24

Makalah Landasan Pendidikan

Keberhasilan Belajar dan Berbagai Upaya Untuk Memotivasi Siswa dalam


Belajar

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan)

Dosen : Dr.H.Dindin Jamaluddin, M.Ag

Achamd Narullah, M.Pd.I

Nama NIM

Nita Septianti 1162070051

Santika Purnama 1162070064

Yolla Noer Endah 1162070077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
1.
2.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan dorongan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 8 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Keberhasilan, Belajar, dan Keberhasilan Belajar.....................................................3
1. Keberhasilan..........................................................................................................................3
2. Belajar...................................................................................................................................3
3. Keberhasilan Belajar..............................................................................................................5
4. Indikator Keberhasilan Belajar..............................................................................................6
B. Motivasi Belajar........................................................................................................................8
1. Pengertian Motivasi Belajar...................................................................................................8
2. Jenis-jenis Motivasi belajar....................................................................................................9
C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Memotivasi Siswa Dalam Belajar................................12
1. Fungsi Motivasi Belajar.......................................................................................................12
2. Teknik-Teknik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa..............................................13
3. Teknik-Teknik Motivasi dalam Konsep Islam......................................................................15
D. Ciri – ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar................................................16
BAB III...............................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu


proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum,
manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya motivasi siswa dalam
belajar. Realita lapangan menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemauan
belajar yang tinggi, baik dalam mata pelajaran belajar matematika, bahasa maupun
ilmu pengetahuan alam. Banyak siswa merasa malas belajar di dalam kelas, tidak
mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru
mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat
untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan
dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms,
dan bergaul dengan teman sebaya.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal
yang negative. Raymond J.W dan Judith(2004:22) mengungkapkan bahwa secara
harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif)
namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negative seperti minum obat-
obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar anak-anak muda
tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa
membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa
sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru.
Motivasi Merupakan Sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas atau
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi,
berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Jadi denga adanya Motivasi dalam Diri
seseorang sebagian besar tujuan yang di rencanakan akan akan tercapai atau
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan
Kerberhasilan belajar terwujud.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keberhasilan, belajar, dan keberhasilan belajar ?


2. Bagaimana indikator keberhasilan belajar ?
3. Apa pengertian motivasi ?
4. Apa saja upaya – upaya yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam
belajar?
5. Apakah ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keberhasilan, belajar, dan keberhasilan
belajar.
2. Untuk mengetahui indikator keberhasilan belajar.
3. Untuk mengetahui pengertian motivasi.
4. Untuk megetahui upaya – upaya yang dilakukan untuk memotivasi
siswa dalam belajar.
5. Untuk mengetahui ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Keberhasilan, Belajar, dan Keberhasilan Belajar

1. Keberhasilan

Keberhasilan secara etimologi yaitu berasal kata dari hasil yang artinya
sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Keberhasilan dalam
kamus besar Bahasa Indonesia adalah perihal (keadaan) berhasil.
Keberhasilan juga berarti memperoleh penghargaan, kepemimpinan.
Keberhasilan bisa dikatakan bahwa akan dilihat lebih tinggi oleh orang lain dalam
usaha dan kehidupan sosial seseorang. Keberhasilan juga berarti kebebasan,
kebebasan dari rasa takut, rasa cemas, rasa frustasi dan kegagalan. Keberhasilan
itu bisa diartikan sebagai penghargaan diri.
Keberhasilan itu adalah sebuah kemenangan, namun untuk bisa meraih
yang namanya keberhasilan, maka anda harus mempunyai keyakinan untuk itu.
Keberhasilan membutuhkan keyakinan. Ketika anda merasa yakin, maka anda
secara otomatis akan memperoleh atau menghasilkan sebuah kekuatan,
ketrampilan dan juga menghasilkan suatu energi yang diperlukan untuk sebuah
keberhasilan. Ketika anda percaya dapat melakukannya, maka kembangkanlah
bagaimana anda melakukannya.

2. Belajar
Belajar secara etimologi adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Belajar berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang di berikan kepada
orang supaya diketahui atau diturut.
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di
sekolah, perlu di rumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar
sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi
pendidikan.

3
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar
dengan dua macam rumusan. Rumusan pertamu berbunyi : “….acquisition of any
relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience”
( Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman ). Rumusan keduanya adalah process of acquiring
responses as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh
respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Hintzman (1978) dalam bukunya The Psycology of Learning and Memory
berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which
can affect the organism’s behavior” (Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut). Jadi, dalam pandangan
Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat
dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Menurut Made Pidarta, 2007: Belajar adalah perubahaan perilaku yang relative
permanen sebagai hasil pengalamaan (bukan hasil perkembangaan,pengaruh obat,
atau kecelakaan) dan melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikaannya kepada orang lain.
Menurut M. Sobry Sutikno, 2008: Belajar adalah proses orang
memperoleh berbagai kecakapaan, keterampilan, dan sikap. Biasa juga di artikan
bahwa belajar itu adalah suatu proses usaha yang di lakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhaan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungaannya.
Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan
( Moh. Surya, 1992, 23).
Biggs (1991) dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View From
Cognitive Psychology mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu:
rumusan kuantitatif; rumusan instusional; rumusan kualitatif.
Menurut pengertian secasa psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

4
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat di definisikan sebagai berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi
bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat
digolongkan kedalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan
tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang
terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

3. Keberhasilan Belajar
Dari pengertian keberhasilan dan belajar kita dapat mengetahui bahwa
keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi
artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang
menurut Tardif dkk., (1989), berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relative
lebih dikenal dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa
ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.
UNESCO (1996) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan
secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
a. Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (Learning to know)
Dalam hal ini posisi seorang guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator
dalam pembelajaran. Di samping itu guru juga dituntut untuk dapat berperan aktif

5
sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan
penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
b. Belajar untuk hidup bermasyarakat ( Learning to do )
Akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya.
Pendeteksian bakat dan minat siswa dapat dilakukan melalui tes bakat dan minat
(attitude test). Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur
keturunan (heredity) namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung
pada lingkungannya. Dewasa ini, keterampilan bisa digunakan menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang. Untuk itu
pembinaan terhadap keterampilan siswa perlu mendapat perhatian serius.
c. Belajar hidup bermasyarakat ( Learning to live together )
Salah satu fungsi lembaga pendidikan adalah tempat bersosialisasi,
tatanan kehidupan, artinya mempersiapkan siswanya untuk dapat hidup
bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan
pendidikan. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi
dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan
d. Belajar untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin (
learning to be )
Pengembangan diri secara maksimal erat hubungannya dengan bakat dan
minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi
lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan
berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi
anak yang pasif peran guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat
dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal. Kemampuan diri
yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk
mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi. Keempat pilar akan
berjalan dengan baik jika diwarnai dengan pengembangan keberagamaan.
Nilai-nilai keberagamaan sangat dibutuhkan bagi setiap warganegara
Indonesia dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Pengintegrasian nilai-nilai
agama ke dalam mata pelajaran yang diajarkan/dipelajari siswa akan lebih

6
efektif dalam pembentukan pribadi anak yang ber-Ketuhahan Yang Maha Esa
daripada diajarkan secara monolitik yang penuh dengan konsep.

4. Indikator Keberhasilan Belajar


Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu
proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, adalah:
1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok, (kognitif).
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ TIK telah dicapai siswa
baik individu maupun klasikal (afektif).
Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya
adalah daya serap siswa terhadap pelajaran.
3) Penilaian Keberhasilan
Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan dan dapat digolongkan kedalam jenis penilaian
sebagai berikut :
a) Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk menguur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
anak didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu
tertentu Contohnya: ulangan harian.
b) Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan
dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap
anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil
tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor (UTS).
c) Tes Sumatif
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua
tahun pelajaran, Tes ini bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf
keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil

7
tes ini daigunakan untuk kenaikan kelas, menyusun rangking atau sebagai
ukuran mutu sekolah (UAS)
4) Tingkat Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa
terhadap proses belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk
mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat
acuan sebagai berikut:
a. Istimewa / maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai siswa
b. Baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar (85% s/d 94%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
c. Baik / minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75% s/d
84% dikuasai siswa
d. Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75%
dikuasai siswa. Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar
siswa atau unjuk kerja siswa.

B.Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai energi atau
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan diri individu
tersebut bertindak atau berbuat ( Hamzah B.Uno,2009:2).
Robbin, S.P (1993) menyebutkan motivasi adalah suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai suatu tujuan. Tiga unsur kunci dalam definisi ini adalah:
1. Intensitas: menyangkut seberapa kerasnya seseorang berusaha.
Ini adalah unsur yang paling di fokuskan apabila berbicara tentang
motifasi. Akan tetapi intensitas yang tinggi tidak akan membawa
hasil yang diinginkan kecuali kalau upaya itu diarahkan ke suatu
tujuan yang menguntungkan organisasi.
2. Tujuan: apa yang ingin dicapai oleh seseorang.
3. Ketekunan: ukuran tentang berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotifasi tetap
bertahan pada pekerjaan cukup lama untuk mencapai tujuannya.

8
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal (dari
dalam diri seseorang ) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan
perilaku dalam rentang waktu tertentu” (Baron, 1992:Schunk,1990 dalam Nur,
2003:2).
Graham & Golan, (1991) menyatakan bahwa motivasi penting dalam menentukan
seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau
seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
2. Jenis-jenis Motivasi belajar
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar
kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh
sisya yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70). Motivasi ada dua
macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi
intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik
(Djamarah S.B, 1997:223).
3. Motivasi Intrinsik
Motif ini timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena
memang telah ada pada diri individu sebdiri, yaitu sejalan dengan
kebutuhannya. Motif instrinsik berisi ( Hamzah B.Uno,2009:2) :
a. Penyesuaian tugas dengan minat
b. Perencanaan yang penuh variasi
c. Umpan balik atas respon siswa
d. Kesempatan respons peserta didik yang aktif
e. Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas
pekerjaannya.
4. Motivasi Ekstrinsik
Motif ini timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Berikut ini
beberapa hal yang menimbulkan motif ekstrinsik,antara lain :
a. Pendidik memerlukan anak didiknya,sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, maupun keyakinan-
keyakinannya;
b. Pendidik melakukan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan pendidiknya;

9
c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga
pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami
kesulitan, baik yang bersifat peribadi maupun akademis.
d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta
didiknya;
e. Pendidik harus memiliki rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.
Semua ciri tersebut harus dimiliki oleh pendidik dalam upaya
memberikan motivasi kepada peserta didiknya.
Menurut Hamzah B. Uno, dalam bukunya Teori Motivasi dan Pengukurannya
(2009:8) Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Seseorang senang terhadap sesuatu apabila ia dapat mempertahankan
rasa senangnya maka ia akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu
b. Apabila seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka
biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, sering sekali pengajar harus
berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademisnya tidak sesuai dengan
harapan pengajar. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitif siswa
cukup baik, pengajar cendrung untuk mengatakan bahwa siswa tidak bermotivasi
dan menganggap bahwa hal ini kondisi yang menetap.yang menentukan tingkatan
kegiatan
Sebenarnya motivasi, yang dikemukakaan oleh Eysenck dkk dirumuskan sebagai
suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta
arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan
berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, dan sikap. Siswa
yang tampaknya tidak bermotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup
bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Jumlah motivator
yang mempengaruhi pada suatu saat yang sama banyak sekali, dan motif-motif
(yaitu factor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku) yang di
bangkitkan oleh motivator-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah
tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa.
Ada teori motivasi, salah satu teori yang terkenal kegunaannya untuk
menerangkan motivasi siswa adalah yang dikembangakan oleh Maslow (1943,
10
1970). Maslow percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan
oleh kebutuhan-kebutuhaan tertentu.
Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang) dibagi oleh
Maslow kedalam tujuh kaegori:

a. Fisiologis
Ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, meliputi kebutuhan
akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk
mempertahankan hidup.
b. Rasa aman
Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat
diramalkan, ketidakpastian, ketidakdilan, keterancaman, akan menimbulkan
kecemasan dan ketakutan pada diri individu.
c. Rasa cinta
Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain.
d. Penghargaan
Ini merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, di
hormati oleh orang-orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan
kebutuhan perhatian, kebenaran, status, martabat, dan lain sebagainya.
e. Aktualisasi diri
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya,
merealisasikan potensi-potensi yang di milikinya
f. Mengetahui dan mengerti
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya,
untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan
dan untuk mengerti sesuatu.
Pada tahun 1970 Maslow memperkenalkan kebutuhan ketujuh yang
tampaknya sangat mempengaruhi tingkah laku beberapa individu, yaitu yang
disebutnya kebutuhan estetik. Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan
akan keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan dari suatu tindakan.

11
Hierarki yang diajukan oleh Maslow ini merupakan suatu urutan
kebutuhan yang bersifat kaku, tetapi dalam kenyataan sehari-hari pengajar
mungkin menemukan pengecualian-pengecualian. Hal ini disebabkan karena
sering kali tingkah laku tidak dibangkitkan oleh satu penyebab, melainkan oleh
beberapa penyebab. Namun demikian hal tersebut tidak berarti bahwa teori
Maslow ini tidak berguna sama sekali dalam pendidikan. Bahkan dengan
memiliki pengetahuan ini pengajar dapat menganalisis penyebab tingkah laku
sisiwa memahaminya, dan memakainya untuk memotivasi siswa dalam belajar.

5. Indikator motivasi Belajar


a. Adanya hasrat keinginan berhasil;
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
c. Adanya harapan dan cita-cita dan harapan masa depan;
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan kondusif,sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2009: 31).

C.Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Memotivasi Siswa Dalam Belajar


Cara untuk membangkitankan motivasi belajar siswa mengingat
deemikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan
dapat membangkitkan motivasi belajar siswap-siswanya. Dalam usaha ini
banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat
membangkitkan motivasi belajar.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh
pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada
siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan
suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut
berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat
dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar
yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam

12
kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap
keefektifan usaha belajar siswa.
1. Fungsi Motivasi Belajar
Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
a) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi
tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah
laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan. Sehubungan dengan pemeliharaan dan
peningkatan motivasi siswa, Dececco & Grawford, (1974) menyatakan
bahwa “dalam pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa ada 4 fungsi
pengajar, yaitu:
a. Menggairahkan siswa
b. Memberikan harapan realistis
c. Memberikan insentif, dan
d. Mengarahkan
d) Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan sebagai penguat belajar apabila siswa benar-benar
mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain,motivasi
dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperkuat
perbuatan belajar. Untuk seorang guru, perlu memahami susasan itu, agar
dia dapat membantu siswanya dalam memililih factor-faktor yang ada
dilingkungan siswa sebagai penguat belajar.
e) Peran Motivasidalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran ini erat kaitannya dengan dengan kemaknaan belajar. Anak akan
tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah
dapat diketahui sebelumnya atau dinikmati.
f) Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapanmemperoleh hasil
yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi dalam belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar.

13
2. Teknik-Teknik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Gage & Berliner, (1979) menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan
motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-
besaran, yaitu:
a. Pergunakan pujian verbal
Pernyataan verbal terhadap prilaku yang baik atas hasil belajar siswa
merupakan cara efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa.
Seperti “Bagus sekali”, “Hebat”, “Menakjubkan”.
b. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
c. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk
mengadakan eksplorasi
Rasa iingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar
siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat
mengejutkan, Keragu-raguan, ketidak tentuan, menemukan sesuatu
hal yang baru, menghadapi teka-teki.

d. Untuk tetap mendapatkan perhatian


e. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa,
contohnya: hadiah
f. Menggunakan materi yang dikenal oleh siswa sebagai contoh
dalam belajar
g. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks
yang unik dan luar biasa
h. Minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah
dipelajari sebelumnya
i. Pergunakan simulasi dan permainan
j. Perkecil daya tarik system motivasi yang bertentangan.
k. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan
dari keterlibatan siswa
l. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di
lingkungan sekolah
m. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan
siswa
Guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk neningkatkan motivasi belajar
siswa. Ada beberapa strategi yang dapat dikembangakan dalam upaya untuk
menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, di antaranaya:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa.

14
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pembelajaran yang akan dicapai
oleh siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Tumbuhkan motivasi pada saat awal pengajaran dimulai.
Caranya dapat dilakukan dengan menanyakan pekerjaan rumah atau mengecek
apakah pengajaran saat itu sudah diketahui oleh peserta didik atau belum, agar
pendidik dapat membaca situasi kelas apakah peserta didik siap mengikuti
pembelajaran atau belum.
c. Pada saat membuka pelajaran, upayakan untuk mengulangi pelajaran
minggu lalu atau pertemuan sebelumnya dengan member beberapa
pertanayaan kepada peserta didik.
d. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi humor.
e. Berikanlah hadiah untuk siswa yang berprestasi
f. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
g. Pujiaan
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian.
h. Hukumaan
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar.
i. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
j. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
k. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
l. Menggunakan metode yang bervariasi
m. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

15
3. Teknik-Teknik Motivasi dalam Konsep Islam
Menurut Nyanyu Khodijah dalam bukunya Psikologi Pendidikan,(2014: 161)
Teknik-teknik motivasi dalam islam terbagi menjadi beberapa point,
diantaranya:
1) Janji dan ancaman. Al-Qur’an menjanjikan pahala yang akan
diperolehb orang-orang beriman dalam surga, dan ancaman yang akan
menimpa orang-orang kafir dalam neraka. Janji dan ancaman ini
menimbulkan harapan dan rasa takut yang merupakan jaminan bagi
tumbuhnya dorongan yang kuat bagi diri kaum muslimin untuk melakukan
amal yang baik selama hidup didunia, termasuk belajar.
2) Kisah, yaitu menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang
dapat menarik perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya
untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan dan perasaan
yang membuat mereka terlibat secara psikis serta terpengaruh secara
emosional.
3) Pemanfaatan peristiwa penting, yaitu menggunakan beberapa peristiwa
atau persoalan penting yang terjadi yang bias menggerakan emosi,
mengunggah perhatian dan menyibukkan pikiran. Al-Qur’an
menggunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum muslimin
sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka. Hal itu
membuat mereka lebih siap dan lebih menerima untuk mempelajari dan
menguasai keteladanan tersebut.

D.Ciri – ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar


1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fugsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun
proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

16
Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebihbaik dari sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa
saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya,
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. jika seorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan


yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Robbin, S.P (1993) menyebutkan motivasi adalah suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha
untuk mencapai suatu tujuan.
 Jenis-jenis Motivasi belajar
 Motivasi Intrinsik
 Motivasi ekstrinsik
 Indikator motivasi Belajar
Adanya hasrat keinginan berhasil;
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
Adanya harapan dan cita-cita dan harapan masa depan; dll
 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Memotivasi Siswa Dalam
Belajar
 Pergunakan pujian verbal
 Pergunakan simulasi dan permainan
 Perkecil daya tarik system motivasi yang bertentangan.
 Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan
dari keterlibatan siswa
 Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di
lingkungan sekolah
 Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan
siswa
 Ciri – ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar
 Perubahan terjadi secara sadar
 Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fugsional
 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
18
 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

B. Saran

Bagi Seorang dan atau calon-calon pengajar hendaknya memberikan motivasi


belajar untuk peserta didiknya agar mereka mempunyai rasa nyaman dan
keinginan kuat untuk terus mencari ilmu pengetahuan tanpa ada paksaan agar
tercapainya suatu tujuan tertinggi dalam hidupnya

19
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Sutikno, Sobry. 2008. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pidarta, made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Slameto.2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
cipta.
Sutikono, Sobry. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakaya Offset.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Uno, Hammzah.2009.Teori motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Sriyanti,Lilik.2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Ombak

Khodijah,Nyanyu. Psikologi Prndidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

20

Anda mungkin juga menyukai