1. Esensi atau Inti seseorang beragama adalah percaya akan adanya Tuhan
a. Mengapa manusia percaya adanya Tuhan, dan mengapa Tuhan manusia itu berbeda-beda
yang dibuktikan dengan banyaknya agama yang dianut oleh manusia
b. Jika seandainya tidak ada Nabi dan Rasul, apakah manusia akan beragama, mengapa ?
Lantas apa fungsi Nabi dan Rasul di sini
c. Jelaskan bagaimana cara saudara menjelaskan secara ilmiah, bahwa Allah Swt itu Tuhan
anda dan Tuhan Yang Maha Esa.
JAWAB :
a. Di dalam Al-Qur’an fitrah bertuhan dan beragama ini ditemukan dalam surat Al-A’raf
ayat 172-173 dan dijelaskan dalam surat A-Rum ayat 30 yang menjelaskan bahwa
manusia sejak awal kejadiannya telah membawa fitrah at-Tauhid (fitrah berketuhanan
yang maha Esa) dan mengabarkan pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan
hanif Alloh dan men-tauhid-kan-Nya. Firmana Alloh tersebut diperkuat oleh hadits
Qudsi bahwasannya Alloh SWT berfirman : “sesungguhnya Aku telah menciptakan
manusia hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus (hanif); Kemudian datanglah setan
kepada mereka dan menyimpangkan mereka dari agamanya…” (HR. Muslim dari Iyadh
bin Himar-Shahih).
Berdasarkan penjelasan tadi, dapat kita ketahui bahwasannya manusia itu lahir
dalam kondisi fitrah bertauhid kepada Alloh SWT bagaikan kertas putih bersih yang
sejak semula didalamnya tercetak persaksian dan perjanjian suci antara dirinya dengan
Tuhan-Nya, namun ada sebagian manusia yang berpaling dari perjanjian tersebut dan
mengabaikannya. Fitrah Alloh yang hadir pada diri manusia sebagai bukti bahwa
manusia pada dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari keutuhan untuk ber-Tuhan.
Secara fitri manusia merasa dirinya lemah dan butuh pertolongan yang maha Kuasa.
Menurut Ibnu Taimiyyah, manusia sangat memerlukan Tuhan karena dua arah tujuan,
yaitu arah beribadah dan arah memohon pertolongan kepada-Nya. Banyak terjadi di
saat seseorang kuat, sehat, dan Berjaya, mereka mengirah bahwa tidak perlu beribadah
dan memohon pertolongan kepada Tuhan, sebab Ia mengira semua itu adalah hasil jerih
payahnya. Namun tiba-tiba kejayaan itu hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat
diharapkan bantuannya, maka saat itulah fitrah ber-Tuhan muncul dengan sendirinya,
kesombongan runtuh dan akan merasa lemah dalam pengakuan Tuhannya, memohon
ampun dan pertolongan-Nya.
Fitrah bertuhan itu membuktikan bahwa manusia mempercayai adanya Tuhan
dan tidak bisa melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian karena agama
merupakan kebutuhan hidupnya. Marx dan lain-lain, bahkan murid Freud yaitu Carl
Gustav Jung setelah menerapkan psikoanalisisnya mendapatkan apa yang disebut
Naturaliter Religiosa yang mengandung arti setiap jiwa manusia ada fungsi percaya
kepada Tuhan.
Lalu mengapa tuhan manusia itu berbeda-beda yang dibuktikan dengan berbagai
agama yanga ada? Kebutuhan manusia akan hal yang bersifat keyakinan dan
suprnatural menjadi dasar perkembangan berbagai bentuk agama dan kepercayaan yang
ada di dunia. Secara evolutive kepercayaan ini terdiri dari : percaya kepada adanya
kekuatan yang bersumber dari roh nenek moyang, percaya adanya kekuatan pada
benda-benda bertuah, percaya kepada banyak dewa-dewa. Dalam perkembangannya,
keyakinan dan kepercayaan itu melembaga menjadi agama-agama di dunia.
Diantaranya : Agama Asmawi (mengklain ajarannya turun dari langit/Tuhan melalui
wahyu, beberapa agama diantaranya Yahudi, Nasrani, Islam), dan Agama Ardhi (agama
yang lahir dari budaya yang berkembang di bumi, beberapa agama diantaranya Budha,
Hindu, Shinto, dan lain-lain).
Fungsi agama bagi manusia adalah sebagai berikut : sumber pedoman hidup
bagi individu maupunkelompok, mengatur tata cara hubungan manusia denganTuhan
dan manusia dengan manusia, merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah,
pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan, pedoman perasaan keyakinan, pedoman
keberadaan, pengungkapan estetika (keindahan), pedoman rekreasi dan hiburan,
memberikan identitas kepada manusia sebagaiumat dari suatu agama.
b. Jika tidak ada Nabi atau Rosul yang diutus, maka manusia akan tetap beragama, namun
bukan agama yang benar atau lurus. Manusia akan berada pada peradaban
kejahiliyyahan atau kebodohan dimana mereka mempercayai atau berkeyakinan kepada
sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Manusia akan beragama Ardhi atau agama
yang lahir karena budaya yang berkembang. Bahkan jika nabi dan rosul tidak diustus ke
muka bumi ini tidak akan adanya agama, atau pedoman bagi manusia dalam
menjalankan kehidupannya. Jika melihat dari sudut kebudayaan, agama yang ada nanti
adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan agama
karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya.
Dengan demikian fungsi atau tujuan diutusnya nabi dan rosul adalah untuk
menjadi perantara dalam menunjukan agama yang benar. Adapun tugas Rosul adalah :
menyampaikan ajaran kepada manusia dan mengajaknya ke jalan yang benar,
membimbing manusia ke dalam kebaikan dan menjauhi kejahatan, membawa kabar
gembira (surga) dan peringatan (neraka), memperbaiki kondisi umat manusia,
memberikan teladan yang baik.
Banyaknya nabi yang diutus oleh Alloh SWT kepada umat yang berbeda-beda
tidaklah berarti bahwa agama Alloh SWT itu banyak adanya karena seluruh agama
(millah, sebutan untuk agama-agama sebelum nabi Muhammad SAW) atau ajaran yang
dibawa semua nabi dan rosul-Nya berada di bawah satu panji, yakni Islam. Memang
secara syari’at setiap Nabi dan Rosul-Nya berbeda satu dengan yang lainnya sesuai
dengan tingkatan umat dan kondisi zamannya, namun pada dasarnya semua syariat
tersebut berdiri di atas pondasi yang sama yaitu akidah keesaan Alloh SWT (‘aqidah at-
Tauhid). Dengan demikian pada hakikatnya islam adalah agama yang dibawa oleh nabi
dan rosul-Nya sejak nabi Adam AS hingga risalah Muhammad SAW. Pemahaman ini
ditegaskan dalam firman Alloh SWT, diantaranya : QS. Yunus/10:72, QS. Al-
Baqoroh/2:128, QS. Yunus/10:72, QS. Yusuf/12:101, QS. Ali Imron/3:52, QS. AN
Naml/27:44, dan HR. Asyaikhani dan Abu Dawud-Sahih.
c. Dalil Naqli : Al-Ikhlas “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” Al-Baqarah ayat 163“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Yang Maha Pemuurah lagi Maha Penyayang.” Al-Anbiyaa’ ayat 22
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arasy dari apa yang
mereka sifatkan.” Ash–Shoffat ayat 96 “Dan Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa
yang kalian perbuat.”
Dalil Aqli : Wujudnya alam semesta beserta isinya ini menjadi bukti/dalil bahwa
Allah itu Maha Esa. Sebab, seandainya ada sekutu bagi Allah, artinya Allah lebih dari
satu, maka alam semesta mustahil wujud. Seandainya ada dua Tuhan, dan keduanya
bersepakat untuk mewujudkan alam semesta, kehendak salah satu dari kedua-Nya yang
terlaksana. Tidak mungkin kehendak keduanya, karena berarti akan wujud dua alam
semesta. Dengan begitu, kehendak salah satu dari keduanya tidak terpenuhi. Bila
kehendaknya tidak terpenuhi, maka tidak bisa disebut Tuhan. Bukan Tuhan bila
kehendaknya tidak terpenuhi. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan
sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti
keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi. Apabila mereka membagi tugas dengan
mencipta setengah bagian masing-masing, maka keduanya tak berkuasa atas ciptaan
yang lain. Yang menciptalah yang berkuasa atas ciptaannya. Dan dengan begitu
keduanya tidak bisa disebut Tuhan, karena bukan Tuhan apabila kekuasaannya terbatas
serta ada hal yang di luar kuasa-Nya. Maka seandainya Allah lebih dari satu, bersepakat
atau tidak, alam semesta tidak akan wujud. Sedangkan alam semesta beserta isinya
dapat kita saksikan wujudnya dengan mata kepala sendiri. Maka mustahil Allah itu
berbilang (lebih dari satu). Maha Suci Allah dari berbilang dan Dia-lah Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Pembahasan tentang manusia akan selalu aktual dan menarik untuk dibicarakan selama
manusia berpikir dan sadar akan keberadaan dirinya di alam dunia ini.
a. Jelaskan definisi manusia menurut pandangan filsafat, menurut pandangan Ilmu
Pengetahuan dan menurut pandangan al-Qur’an
b. Dalam pandangan al-Qur’an, ada dua tugas-fungsi utama manusia di dunia. Jelaskan
kedua fungsi tersebut dan bagaimana keterkaitannya
c. Bagaimana cara anda menjelaskan secara ilmiah, bahwa alam semesta ini adalah
ciptaan Allah.
JAWAB :
a. Definisi Manusia
1) Menurut Filsafat : manusia merupakan intelegensi yang beradaptasi dan
berkepribadian yang berkreasi pada kehidupan multi-dimensi pada alam semesta ini.
2) Menurut Ilmu Pengetahuan : manusia merupakan proses evolusi yang berasal dari
makhluk yang mempunyai bentuk kemampuan yang sederhana. Hal ini diperkuat
dengan adanya penegtahuan ilmiah berupa fosil-fosil manusia purba.
3) Menurut Al-Qur’an : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun/23 :
12-14).
Manusia oleh Al-Qur’an disebut, al-Insān al-Basyar dan Bani Adam atau
Zurriyah Adam adalah makhluk yang dalam dirinya terdapat sejumlah masalah yang
menarik perhatian oleh para ilmuwan khususnya pengkaji Al-Qur’an.
b. Fungsi Manusia :
1) Manusia sebagai khalifah Alloh di muka bumi
Manusia diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi, maka secara otomatis manusia adalah pemimpin (khalifah) yang
nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai khalifah berarti manusia
adalah wakil Allah di muka bumi dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah,
maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dangan baik.
2) Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh
Manusia adalah hamba Allah yang diciptakan untuk menjalankan rencana Allah
SWT. Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan
tunduk pada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini,
baik yang menyangkut hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia. (ari
misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia di dunia adalah untuk beribadah
secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia melainkan manusia yang
membutuhkan-Nya.
3) Keterkaitan dua fungsi manusia
Agama islam mengajarkan bahha manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (Abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah dirikepada-Nya.
Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar,karena Allah Maha
besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi
otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran,
membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk
menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai
khalifah Allah,manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan
sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan
dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa
nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk
yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus
hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
c. "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan(mu) dengan Tuhanmu," (Qs. Ar-Ra’d Ayat 2)
Lebih rinci, dalam buku Tafsir Ilmi 'Penciptaan Jagat Raya dalam perspektif
Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan Allah dalam suatu
struktur yang sangat harmonis. Ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan
langit, Allah menerangkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang seperti yang
terlihat. Alam semesta diciptakan menyerupai bentuk sebuah bola besar, yang
dindingnya menyatu dengan tiang yang saling bertemu antara dasar, dinding dan atap
atau langitnya.
Temuan ilmiah menyatakan teknologi bangunan seperti bola inilah yang
menyebabkan suatu konstruksi tidak lagi memerlukan tiang. Tampak bahwa karya dari
rekayasa teknologi yang demikian sejalan dengan informasi Alquran. Selanjutnya
dijelaskan juga bahwa benda-benda langit merupakan bagian dari ciptaan-Nya. Allah
menjelaskan bagaimana Dia menundukkan matahari dan bulan, dalam arti menetapkan
keadaannya yang meliputi fungsi, gerak rotasi dan revolusinya yang terus berlaku sesuai
dengan ketetapan waktu yang telah ditentukan. "Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang
atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,"
Surah Az-Zumar Ayat 5. Ketika menjelaskan keadaan matahari yang bersinar, Allah
juga menerangkan bagaimana sinar ini memberikan pengaruh pada alam raya, yaitu
dengan terjadinya malam dan siang. Fenomena ini merupakan akibat logis dari
pergerakan benda-benda angkasa pada porosnya. Seperti Bumi yang juga berotasi, yang
gerakan perputaran ini telah menyebabkan sebagian wilayahnya menghadap matahari
dan mendapat sinar sehingga menjadi terang dan sebagian lainnya membelakangi
matahari sehingga menjadi gelap.
Islam
Aqidah
Syariah Akhlak
(Iman)
Habluminalloh Habluminannas
Rukun Iman Ibadah Muamalah (Kepada Makhluk-
(Kepada Alloh)
Nya)
Rukun Hukum
Islam Publik Manusia
Hukum
Perdata Biotik dan
Abiotik
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI. (2017). Pendidikan Agama Islam. Bandung : DPU FPISPS UPI.
Fathurrohman, A.A. Manusia dan Agama. Di akses melalui
https://www.academia.edu/4801477/Materi_PAI_1_Manusia_dan_Agama.
Kompasiana. Filsafat Manusia. Di akses melalui
https://www.kompasiana.com/bro_chris/581aa41d947e619f3219600c/filsafat-manusia-
kajian-filosofis-tentang-siapakah-manusia?page=all.
Luthfi, Ahmad. (29 Agst, 2017). Oketechno. Alquran dan Sains Jelaskan Struktur Alam
Semesta. Di akses melalui
https://techno.okezone.com/read/2017/08/29/56/1764968/menakjubkan-alquran-dan-
sains-jelaskan-struktur-alam-semesta.
Prasetio, Asep. (29 Sept, 2015). Kerangka Dasar Islam (Aqidah, Syariah, Akhlak). Di akses
melalui https://asepprasetio.wordpress.com/2015/09/29/kerangka-dasar-islam/
Salam, M.Y. Fungsi Manusia dalam Tinjauan Islam. Di akses melalui
https://www.academia.edu/15203981/Fungsi_Manusia_dalam_Tinjaun_Islam