Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


TAHUN AJARAN 2018/2019

Nama : Neng Bintang Fauziah


NIM : 1806148
Fakultas/Prodi : FPEB/Pendidikan Ekonomi
Dosen : Dr. Edi Suresman, M.Pd./Nurti Budiyanti, M.Pd.

1. Esensi atau Inti seseorang beragama adalah percaya akan adanya Tuhan
a. Mengapa manusia percaya adanya Tuhan, dan mengapa Tuhan manusia itu berbeda-beda
yang dibuktikan dengan banyaknya agama yang dianut oleh manusia
b. Jika seandainya tidak ada Nabi dan Rasul, apakah manusia akan beragama, mengapa ?
Lantas apa fungsi Nabi dan Rasul di sini
c. Jelaskan bagaimana cara saudara menjelaskan secara ilmiah, bahwa Allah Swt itu Tuhan
anda dan Tuhan Yang Maha Esa.
JAWAB :
a. Di dalam Al-Qur’an fitrah bertuhan dan beragama ini ditemukan dalam surat Al-A’raf
ayat 172-173 dan dijelaskan dalam surat A-Rum ayat 30 yang menjelaskan bahwa
manusia sejak awal kejadiannya telah membawa fitrah at-Tauhid (fitrah berketuhanan
yang maha Esa) dan mengabarkan pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan
hanif Alloh dan men-tauhid-kan-Nya. Firmana Alloh tersebut diperkuat oleh hadits
Qudsi bahwasannya Alloh SWT berfirman : “sesungguhnya Aku telah menciptakan
manusia hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus (hanif); Kemudian datanglah setan
kepada mereka dan menyimpangkan mereka dari agamanya…” (HR. Muslim dari Iyadh
bin Himar-Shahih).
Berdasarkan penjelasan tadi, dapat kita ketahui bahwasannya manusia itu lahir
dalam kondisi fitrah bertauhid kepada Alloh SWT bagaikan kertas putih bersih yang
sejak semula didalamnya tercetak persaksian dan perjanjian suci antara dirinya dengan
Tuhan-Nya, namun ada sebagian manusia yang berpaling dari perjanjian tersebut dan
mengabaikannya. Fitrah Alloh yang hadir pada diri manusia sebagai bukti bahwa
manusia pada dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari keutuhan untuk ber-Tuhan.
Secara fitri manusia merasa dirinya lemah dan butuh pertolongan yang maha Kuasa.
Menurut Ibnu Taimiyyah, manusia sangat memerlukan Tuhan karena dua arah tujuan,
yaitu arah beribadah dan arah memohon pertolongan kepada-Nya. Banyak terjadi di
saat seseorang kuat, sehat, dan Berjaya, mereka mengirah bahwa tidak perlu beribadah
dan memohon pertolongan kepada Tuhan, sebab Ia mengira semua itu adalah hasil jerih
payahnya. Namun tiba-tiba kejayaan itu hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat
diharapkan bantuannya, maka saat itulah fitrah ber-Tuhan muncul dengan sendirinya,
kesombongan runtuh dan akan merasa lemah dalam pengakuan Tuhannya, memohon
ampun dan pertolongan-Nya.
Fitrah bertuhan itu membuktikan bahwa manusia mempercayai adanya Tuhan
dan tidak bisa melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian karena agama
merupakan kebutuhan hidupnya. Marx dan lain-lain, bahkan murid Freud yaitu Carl
Gustav Jung setelah menerapkan psikoanalisisnya mendapatkan apa yang disebut
Naturaliter Religiosa yang mengandung arti setiap jiwa manusia ada fungsi percaya
kepada Tuhan.
Lalu mengapa tuhan manusia itu berbeda-beda yang dibuktikan dengan berbagai
agama yanga ada? Kebutuhan manusia akan hal yang bersifat keyakinan dan
suprnatural menjadi dasar perkembangan berbagai bentuk agama dan kepercayaan yang
ada di dunia. Secara evolutive kepercayaan ini terdiri dari : percaya kepada adanya
kekuatan yang bersumber dari roh nenek moyang, percaya adanya kekuatan pada
benda-benda bertuah, percaya kepada banyak dewa-dewa. Dalam perkembangannya,
keyakinan dan kepercayaan itu melembaga menjadi agama-agama di dunia.
Diantaranya : Agama Asmawi (mengklain ajarannya turun dari langit/Tuhan melalui
wahyu, beberapa agama diantaranya Yahudi, Nasrani, Islam), dan Agama Ardhi (agama
yang lahir dari budaya yang berkembang di bumi, beberapa agama diantaranya Budha,
Hindu, Shinto, dan lain-lain).
Fungsi agama bagi manusia adalah sebagai berikut : sumber pedoman hidup
bagi individu maupunkelompok, mengatur tata cara hubungan manusia denganTuhan
dan manusia dengan manusia, merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah,
pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan, pedoman perasaan keyakinan, pedoman
keberadaan, pengungkapan estetika (keindahan), pedoman rekreasi dan hiburan,
memberikan identitas kepada manusia sebagaiumat dari suatu agama.
b. Jika tidak ada Nabi atau Rosul yang diutus, maka manusia akan tetap beragama, namun
bukan agama yang benar atau lurus. Manusia akan berada pada peradaban
kejahiliyyahan atau kebodohan dimana mereka mempercayai atau berkeyakinan kepada
sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Manusia akan beragama Ardhi atau agama
yang lahir karena budaya yang berkembang. Bahkan jika nabi dan rosul tidak diustus ke
muka bumi ini tidak akan adanya agama, atau pedoman bagi manusia dalam
menjalankan kehidupannya. Jika melihat dari sudut kebudayaan, agama yang ada nanti
adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan agama
karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya.
Dengan demikian fungsi atau tujuan diutusnya nabi dan rosul adalah untuk
menjadi perantara dalam menunjukan agama yang benar. Adapun tugas Rosul adalah :
menyampaikan ajaran kepada manusia dan mengajaknya ke jalan yang benar,
membimbing manusia ke dalam kebaikan dan menjauhi kejahatan, membawa kabar
gembira (surga) dan peringatan (neraka), memperbaiki kondisi umat manusia,
memberikan teladan yang baik.
Banyaknya nabi yang diutus oleh Alloh SWT kepada umat yang berbeda-beda
tidaklah berarti bahwa agama Alloh SWT itu banyak adanya karena seluruh agama
(millah, sebutan untuk agama-agama sebelum nabi Muhammad SAW) atau ajaran yang
dibawa semua nabi dan rosul-Nya berada di bawah satu panji, yakni Islam. Memang
secara syari’at setiap Nabi dan Rosul-Nya berbeda satu dengan yang lainnya sesuai
dengan tingkatan umat dan kondisi zamannya, namun pada dasarnya semua syariat
tersebut berdiri di atas pondasi yang sama yaitu akidah keesaan Alloh SWT (‘aqidah at-
Tauhid). Dengan demikian pada hakikatnya islam adalah agama yang dibawa oleh nabi
dan rosul-Nya sejak nabi Adam AS hingga risalah Muhammad SAW. Pemahaman ini
ditegaskan dalam firman Alloh SWT, diantaranya : QS. Yunus/10:72, QS. Al-
Baqoroh/2:128, QS. Yunus/10:72, QS. Yusuf/12:101, QS. Ali Imron/3:52, QS. AN
Naml/27:44, dan HR. Asyaikhani dan Abu Dawud-Sahih.
c. Dalil Naqli : Al-Ikhlas “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” Al-Baqarah ayat 163“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Yang Maha Pemuurah lagi Maha Penyayang.” Al-Anbiyaa’ ayat 22
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arasy dari apa yang
mereka sifatkan.” Ash–Shoffat ayat 96 “Dan Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa
yang kalian perbuat.”
Dalil Aqli : Wujudnya alam semesta beserta isinya ini menjadi bukti/dalil bahwa
Allah itu Maha Esa. Sebab, seandainya ada sekutu bagi Allah, artinya Allah lebih dari
satu, maka alam semesta mustahil wujud. Seandainya ada dua Tuhan, dan keduanya
bersepakat untuk mewujudkan alam semesta, kehendak salah satu dari kedua-Nya yang
terlaksana. Tidak mungkin kehendak keduanya, karena berarti akan wujud dua alam
semesta. Dengan begitu, kehendak salah satu dari keduanya tidak terpenuhi. Bila
kehendaknya tidak terpenuhi, maka tidak bisa disebut Tuhan. Bukan Tuhan bila
kehendaknya tidak terpenuhi. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan
sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti
keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi. Apabila mereka membagi tugas dengan
mencipta setengah bagian masing-masing, maka keduanya tak berkuasa atas ciptaan
yang lain. Yang menciptalah yang berkuasa atas ciptaannya. Dan dengan begitu
keduanya tidak bisa disebut Tuhan, karena bukan Tuhan apabila kekuasaannya terbatas
serta ada hal yang di luar kuasa-Nya. Maka seandainya Allah lebih dari satu, bersepakat
atau tidak, alam semesta tidak akan wujud. Sedangkan alam semesta beserta isinya
dapat kita saksikan wujudnya dengan mata kepala sendiri. Maka mustahil Allah itu
berbilang (lebih dari satu). Maha Suci Allah dari berbilang dan Dia-lah Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Pembahasan tentang manusia akan selalu aktual dan menarik untuk dibicarakan selama
manusia berpikir dan sadar akan keberadaan dirinya di alam dunia ini.
a. Jelaskan definisi manusia menurut pandangan filsafat, menurut pandangan Ilmu
Pengetahuan dan menurut pandangan al-Qur’an
b. Dalam pandangan al-Qur’an, ada dua tugas-fungsi utama manusia di dunia. Jelaskan
kedua fungsi tersebut dan bagaimana keterkaitannya
c. Bagaimana cara anda menjelaskan secara ilmiah, bahwa alam semesta ini adalah
ciptaan Allah.
JAWAB :
a. Definisi Manusia
1) Menurut Filsafat : manusia merupakan intelegensi yang beradaptasi dan
berkepribadian yang berkreasi pada kehidupan multi-dimensi pada alam semesta ini.
2) Menurut Ilmu Pengetahuan : manusia merupakan proses evolusi yang berasal dari
makhluk yang mempunyai bentuk kemampuan yang sederhana. Hal ini diperkuat
dengan adanya penegtahuan ilmiah berupa fosil-fosil manusia purba.
3) Menurut Al-Qur’an : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun/23 :
12-14).
Manusia oleh Al-Qur’an disebut, al-Insān al-Basyar dan Bani Adam atau
Zurriyah Adam adalah makhluk yang dalam dirinya terdapat sejumlah masalah yang
menarik perhatian oleh para ilmuwan khususnya pengkaji Al-Qur’an.
b. Fungsi Manusia :
1) Manusia sebagai khalifah Alloh di muka bumi
Manusia diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi, maka secara otomatis manusia adalah pemimpin (khalifah) yang
nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai khalifah berarti manusia
adalah wakil Allah di muka bumi dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah,
maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dangan baik.
2) Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh
Manusia adalah hamba Allah yang diciptakan untuk menjalankan rencana Allah
SWT. Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan
tunduk pada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini,
baik yang menyangkut hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia. (ari
misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia di dunia adalah untuk beribadah
secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia melainkan manusia yang
membutuhkan-Nya.
3) Keterkaitan dua fungsi manusia
Agama islam mengajarkan bahha manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (Abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah dirikepada-Nya.
Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar,karena Allah Maha
besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi
otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran,
membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk
menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai
khalifah Allah,manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan
sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan
dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa
nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk
yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus
hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
c. "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan(mu) dengan Tuhanmu," (Qs. Ar-Ra’d Ayat 2)
Lebih rinci, dalam buku Tafsir Ilmi 'Penciptaan Jagat Raya dalam perspektif
Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan Allah dalam suatu
struktur yang sangat harmonis. Ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan
langit, Allah menerangkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang seperti yang
terlihat. Alam semesta diciptakan menyerupai bentuk sebuah bola besar, yang
dindingnya menyatu dengan tiang yang saling bertemu antara dasar, dinding dan atap
atau langitnya.
Temuan ilmiah menyatakan teknologi bangunan seperti bola inilah yang
menyebabkan suatu konstruksi tidak lagi memerlukan tiang. Tampak bahwa karya dari
rekayasa teknologi yang demikian sejalan dengan informasi Alquran. Selanjutnya
dijelaskan juga bahwa benda-benda langit merupakan bagian dari ciptaan-Nya. Allah
menjelaskan bagaimana Dia menundukkan matahari dan bulan, dalam arti menetapkan
keadaannya yang meliputi fungsi, gerak rotasi dan revolusinya yang terus berlaku sesuai
dengan ketetapan waktu yang telah ditentukan. "Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang
atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,"
Surah Az-Zumar Ayat 5. Ketika menjelaskan keadaan matahari yang bersinar, Allah
juga menerangkan bagaimana sinar ini memberikan pengaruh pada alam raya, yaitu
dengan terjadinya malam dan siang. Fenomena ini merupakan akibat logis dari
pergerakan benda-benda angkasa pada porosnya. Seperti Bumi yang juga berotasi, yang
gerakan perputaran ini telah menyebabkan sebagian wilayahnya menghadap matahari
dan mendapat sinar sehingga menjadi terang dan sebagian lainnya membelakangi
matahari sehingga menjadi gelap.

3. Dalam ruang lingkup Dinul Islam terdapat tiga aspek pokok :


a. Sebutkan ketiga aspek tersebut dan berilah contoh masing-masing
b. Buatlah gambar kerangka dasar ruang lingkup Dinul Islam
c. bagaimana keterkaitan diantara ketiga aspek pokok di atas dalam suatu bagan atau
gambarkan
JAWAB :
a. Tiga aspek ruang lingkup Dinul Islam
1) Aqidah (Iman, Tauhid), Comtohnya berserah diri kepada Alloh SWT, menyembah
hanya kepada Alloh, meyakini bahwa semuanya adalah kehendak Alloh SWT.
Aqidah dalam islam ini bagaikan akar dalam sebuah pohon, yang pertama harus ada,
dan harus tertanam kuat agar menjadi pondasi yang kokoh.
2) Syari’ah (Ibadah), Contohnya tunduk dan patuh kepada Alloh dengan ketaatan,
sholat, puasa berdo’a, dan amalan ibadah lainnya. Ibadah ini dalam islam diibaratkan
sebuah batang.
3) Akhlak, Contohnya sikap, attitude, perilaku yang ditunjukan melalui amal
perbuatan. Akhlak dalam agama islam diibaratkan dalam pohon adalah sebagai
buahnya.
b. Kerangka dasar ruang lingkup Dinul Islam
1) Aqidah (Iman)
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara
teknis juga berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, aqidah merupakan asas
tempat mendirikan seluruh bangunan (ajaran) islam dan menjadi kerangka dasar
ajaran islam sangkutan semua hal dalam Islam. Aqidah juga merupakan sistem
keyakinan islam yang mendasar seluruh aktivitas umat islam dalam kehidupannya.
Aqidah atau sistem keyakinan islam dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang
biasa disebut dengan rukun iman yang enam. Adapun kata iman secara etimologis
berarti percaya atau membenarkan dengan hati. Sedang menurut istilah syara’, iman
berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukan
dengan anggota badan. Dengan pengertian ini, berarti iman tidak hanya terkait
dengan pembenaran dengan hati atau sekedar meyakini adanya Allah saja, misalnya
iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada ; membuktikannya dengan
ikrar syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat Dzikir kepada Allah; dan
mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah
makna iman yang sebenarnya, sehingga orang yang beriman berarti orang yang
hatinya mengakui adanya Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat-
kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu melakukan perintah-
perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir perbuatan).
Dalam mengembangkan konsep kajian aqidah ini, para ulama dengan ijtihadnya
menyusun suatu ilmu yang kemudian disebut dengan ilmu tauhid. Mereka juga
menamainya dengan ilmu kalam,ushuluddin, atau teologi Islam. Ilmu-ilmu ini
membahas lebih jauh konsep-konsep aqidah yang termuat dalam al-Quran dan Hadis
dengan kajian-kajian yang lebih mendalam yang diwarnai dengan perbedaan
pendapat di kalangan mereka dalam masalah-masalah tertentu.
2) Syariah (Ibadah)
Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus
diikuti, yakni jalan kearah sumber pokok bagi kehidupan. Adapun secara
terminologis syariah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah
untuk kaum muslim baik yang ditetapkan dengan Al-Quran maupun sunnah rosul.
syariah merupakan cabang dari aqidah yang merupakan pokoknya. Keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan. Aqidah
merupakan fondasi yang dapat membentengi syariah, sementara Syariah merupakan
perwujudan dari fungsi kalbu dalam beraqidah (Syaltut, 1966: 13).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kajian syariah tertumpu pada masalah
aturan Allah dan rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur
manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (hablun minallah) dan dalam
berhubungan dengan sesamanya (hablun minannas). Kedua hubungan manusia
inilah yang merupakan ruang lingkup dari syariah Islam. Hubungan yang pertama
itu kemudian disebut dengan ibadah, dan hubungan yang kedua disebut muamalah.
Ibadah mengatur bagaimana manusia bisa berhubungan dengan Allah. Dalam arti
yang khusus (ibadah mahdlah), ibadah terwujud dalam rukun Islam yang lima, yaitu
mengucapkan dua kalimah syahadah (persaksian), mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bagi yang mampu. Sedang
muamalah bisa dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian, jelaslah bahwa kajian syariah
lebih tertumpu pada pengamalan konsep dasar Islamyang termuat dalam aqidah.
Pengamalan inilah yang dalam al-Quran disebut dengan al-a’mal al-shalihah (amal-
amal shalih). Untuk lebih memperdalam kajian syariah ini para ulama
mengembangkan suatu ilmu yang kemudian dikenal dengan ilmu fikih atau fikih
Islam. Ilmu fikih ini mengkaji konsep-konsep syariah yang termuat dalam al-Quran
dan sunnah dengan melalui ijtihad.
Dengan ijtihad inilah syariah dikembangkan lebih rinci dan disesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat manusia. Sebagaimana
dalam kajian aqidah, kajian ilmu fikih ini juga menimbulkan berbagai perbedaan
yang kemudian dikenal dengan mazhab-mazhab fikih.
3) Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan
karakter. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.
Adapun ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada
sebagian lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa kajian akhlak adalah tingkah laku
manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik (mulia)
atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah tingkah laku
manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah, dalam
berhubungan dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan
hubungan sosial antar manusia,dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain
seperti binatang dan tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau
benda-benda mati yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan
akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu akhlak kepad Khaliq (Allah sang pencipta) dan
akhlak kepada makhluq (ciptaan-Nya).
c. Keterkaitan anatara ketiga aspek dinul islam

Islam

Aqidah
Syariah Akhlak
(Iman)

Habluminalloh Habluminannas
Rukun Iman Ibadah Muamalah (Kepada Makhluk-
(Kepada Alloh)
Nya)

Rukun Hukum
Islam Publik Manusia

Hukum
Perdata Biotik dan
Abiotik

4. Menurut Ulama Salafi, ada tiga sumber hukum Islam,


a. Jelaskan ketiga sumber hukum Islam tersebut
b. Bagaiamana keterkaitannya satu sama lainnya
c. Bagaimana anda mengaktualisasikan al-Quran dalam kehidupan kini.
JAWAB :
a. Sumber hukum islam
1) Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kalam Alloh yang merupakan mu'jizat, diturunkan (diwahyukan)
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, diriwayatkan
(ditransmisikan) secara mutawatir, sebagai pedoman hidup manusia yang
menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat, dan menjadi media untuk bertaqarrub
.(ibadah) kepada Alloh dengan membacanya
2) Hadits
Hadits adalah suatu perkataan, perbuatan, dan pengakuan, persetujuan atau
ketetapan yang disandarkan kepada Rosululloh SAW. Hadits juga merupakan
sumber hukum islam setelah Al-Qur'an
3) Ijtihad
Ijtihad adalah upaya maksimal seorang mujtahid dalam menemukan hokum syara’
yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari sumbernya yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah.
b. Keterkaitan sumber hukum islam
Sumber hukum islam ada tiga, yakni Al-Qur’an, hadits, dan ijtihad. Sumber
hokum islam yang utama adalah Al-Qur’an yang merupakan firman Alloh yang menjadi
pedoman paling kuat dalam islam. Hadits merupakan sumber islam yang kedua setelah
Al-Qur;an, hadits juga sebagai penjabaran atau penjelasan dari Al-Qur’an, sedangkan
ijtihad merupakan sumber hokum islam yang terakhir yang dihasilkan oleh para
mujtahid yang berisi ketetapan yang tidak dijabarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
c. Aktualisasi Al-Qur’an dalam kehidipan saat ini
Al-Qur’an yang menjadi sumber hokum yang paling utama dalam islam, dengan
demikian harus mengimplementasikan atau mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an
dalam kehidupan saat ini. Di bawah ini contoh dari aktualisasinya.
1) Menghargai waktu (memanfaatkan tiap detiknya digunakan untuk hal yang positif
dan produktif)
2) Menghargai ilmu pengetahuan
3) Memiliki budaya pekerja keras
4) Memiliki orientasi ke depan
5) Memiliki harga diri
6) Menjalin silaturahmi dan menanamkan sikap toleransi
7) Istiqomah dan mampu mengambil hikmah dari sejarah atau kisah yang dipaparkan
dalam Al-Qur’an.

5. Iman merupakan sistem keyakinan dalam Islam.


a. Jelaskan urgensi keimanan dalam kehidupan bagi diri anda.
b. Apa saja hal-hal yang dapat meningkatkan dan melemahkan keimanan
c. Apa kaitannya iman dengan taqwa
JAWAB :
a. Urgensi Keimanan
1) Iman merupakan dasar, pondasi, dan akar bagi sebuah amal perbuatan.
2) Iman merupakan pendorong, energi, motivasi untuk melakukan tindakan amal.
3) Iman mampu membentengi diri dari penyesalan bila gagal, dan putus asa.
4) Dengan iman membuat seseorang merasa tenang dan aman.
5) Iman merupakan prasyarat agar manusia tidak merugi, menumbuhkan rasa cinta,
mendapatkan barakah, dan selamat sampai akhirat.
b. Faktor yang meningkatkan dan Melemahkan Iman
1) Meningkatkan Keimanan
a) Mempelajari ilmu yang benar.
b) Memperhatikan ayat-ayat kauniah.
c) Taat beribadah kepada Alloh.
d) Membaca, memahami, menghayati Al-Qur’an.
e) Ma’rifat dengan nama dan sifat Alloh.
f) Memperhatikan sejarah Nabi Muhammad SAW.
g) Memperhatikan kebaikan islam.
h) Menelaah sejarah umat islam.
2) Melemahkan Keimanan
a) Faktor Intern
 Bodoh.
 Ghaflah.
 Lupa.
 Maksiat.
b) Faktor Ekstern
 Pengaruh setan.
 Pengaruh dunia dan fitnahnya.
 Pengaruh pengikut kejelekan.
c. Keterkaitan Iman dan Taqwa
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang
yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup
dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul yakni orang yang melaksanakan shalat,
sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya
ajaran Allah. Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan
larangannya. Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran
Allah, yaitu al-Qur'an menurut sunnah rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang
terwujud kedalam ucapan dan perbuatan. Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati,
ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan
laku pebuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia
disebut sikap hidup.
Hubungan tentang iman, takwa dan islam kepada salah satu ayat Al-Qur'an surat
Ali Imran ayat 102 yang artinya adalah "Hai orang orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragam islam"
Allah mengingatkan orang orang yang beriman untuk bertakwa, karena
ketakwaan adalah alat kontrol terhadap perilaku seseorang didalam hidupnya untuk
memperbanyak amal kebaikan dan selalu berupaya menghindari semua bentuk
perbuatan yang akan mengundang dosa. Tidak ada dalam rumus kehidupan seorang
beriman yang melakukan perbuatan yang melanggar aturan Allah melainkan ketaqwaan
itu sudah dicabut didalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI. (2017). Pendidikan Agama Islam. Bandung : DPU FPISPS UPI.
Fathurrohman, A.A. Manusia dan Agama. Di akses melalui
https://www.academia.edu/4801477/Materi_PAI_1_Manusia_dan_Agama.
Kompasiana. Filsafat Manusia. Di akses melalui
https://www.kompasiana.com/bro_chris/581aa41d947e619f3219600c/filsafat-manusia-
kajian-filosofis-tentang-siapakah-manusia?page=all.
Luthfi, Ahmad. (29 Agst, 2017). Oketechno. Alquran dan Sains Jelaskan Struktur Alam
Semesta. Di akses melalui
https://techno.okezone.com/read/2017/08/29/56/1764968/menakjubkan-alquran-dan-
sains-jelaskan-struktur-alam-semesta.
Prasetio, Asep. (29 Sept, 2015). Kerangka Dasar Islam (Aqidah, Syariah, Akhlak). Di akses
melalui https://asepprasetio.wordpress.com/2015/09/29/kerangka-dasar-islam/
Salam, M.Y. Fungsi Manusia dalam Tinjauan Islam. Di akses melalui
https://www.academia.edu/15203981/Fungsi_Manusia_dalam_Tinjaun_Islam

Anda mungkin juga menyukai