Anda di halaman 1dari 8

Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017

No. 01/12/3578/Th.I, 20 Desember 2017

Keadaan Ketenagakerjaan
Kota Surabaya, Agustus 2017
• Kebijakan pengetatan anggaran yang dilakukan oleh
pemerintah pada tahun anggaran 2016 berdampak pada
pengurangan jumlah sampel Survei Angkatan Kerja Nasional
Tingkat (Sakernas) Agustus 2016 yang semula didesain agar dapat
Pengangguran menyajikan statistik ketenagakerjaan hingga level kabupaten/
kota menjadi hanya sampai pada level provinsi saja. Oleh
Terbuka (TPT) Kota karena itu, keadaan ketenagakerjaan pada level kabupaten/
kota Agustus 2017 hanya bisa dibandingkan dengan keadaan
Surabaya pada ketenagakerjaan pada Agustus 2015.
Agustus 2017 berada • Jumlah angkatan kerja di Kota Surabaya pada Agustus 2017
meningkat 1,89 persen dibanding Agustus 2015 atau
pada level 5.98 bertambah 27 ribu orang lebih menjadi hampir mencapai 1,5
juta orang dan sejalan dengan peningkatan Tingkat Partisipasi
persen. Angkatan Kerja (TPAK) yang semula 66,10 persen pada Agustus
2015 menjadi 66,36 persen pada Agustus 2017.
• Walaupun terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja,
penyerapan angkatan kerja menunjukkan kinerja yang cukup
positif yang terlihat dari turunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) yang semula pada Agustus 2015 berada pada
level 7,01 persen menjadi 5,98 persen pada Agustus 2017.
• Pola persebaran angkatan kerja yang bekerja di Kota Surabaya
masih menunjukkan pola yang sama yaitu bagian terbesar
angkatan kerja yang bekerja masih berada pada sektor
Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi (37,05
persen), sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan
(24,25 persen), serta sektor Industri (17,23 persen).

Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017 1


1. Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran
Setelah statistik ketenagakerjaan sempat tidak dirilis pada Agustus 2016 pada level kabupaten/kota
akibat adanya kebijakan pengetatan anggaran yang berdampak pada dikuranginya sampel Sakernas
Agustus 2016 yang semula didesain untuk mengestimasi statistik ketenagakerjaan hingga level
kabupaten/kota menjadi hanya sampai pada level provinsi, pada Agustus 2017 pelaksanaan Sakernas
kembali pada desain awal agar mampu menghasilkan statistik ketenagakerjaan hingga level kabupaten/kota.

Untuk lebih memahami istilah, konsep, dan definisi terkait statistik ketenagakerjaan silahkan
membaca artikel “Mengenal Statistik Ketenagakerjaan” pada lampiran.

Pada Agustus 2017, jumlah angkatan kerja di Kota Surabaya mengalami peningkatan sebesar 1,89
persen menjadi hampir 1,5 juta orang dibanding periode Agustus 2015 yang mencapai 1,47 juta orang atau
terjadi penambahan sekitar 33 ribu orang angkatan kerja. Hal ini sejalan dengan peningkatan TPAK Kota
Surabaya yang mencapai 66,36 persen atau meningkat 0,26 persen dibanding Agustus 2015.

Tabel 1.
Penduduk Kota Surabaya Usia 15 Tahun atau Lebih menurut Jenis Kegiatan Utama,
Agustus 2015 dan Agustus 2017

Agustus Agustus
Jenis Kegiatan Utama Satuan Perubahan
2015 2017
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Penduduk Usia Kerja (usia 15 tahun atau lebih) orang 2.220.853 2.254.188 33.335
2. Angkatan Kerja (AK) orang 1.468.094 1.495.837 27.743
Bekerja orang 1.365.180 1.406.358 41.178
Pengangguran orang 102.914 89.479 - 13.435
3. Bukan Angkatan Kerja (BAK) orang 752.759 758.351 5.592
Sekolah orang 232.448 213.041 - 19.407
Mengurus Rumah Tangga orang 438.173 475.736 37.563
Lainnya orang 82.138 69.574 - 12.564
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) persen 66,10 66,36 0,26
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) persen 7,01 5,98 - 1,03
Sumber: Sakernas, Agustus 2017

Walaupun jumlah angkatan kerja pada Agustus 2017 mengalami sedikit peningkatan , satu hal positif
yang terjadi di Kota Surabaya adalah cukup signifikannya penambahan penduduk usia kerja yang bekerja.
Penambahan angkatan kerja yang bekerja mencapai 41 ribu orang pada Agustus 2017. Hal ini tentu akan
berdampak pada semakin kecilnya jumlah penduduk usia kerja yang menganggur yang mengakibatkan
semakin kecil pula proporsi penganggur terhadap angkatan kerja. Proporsi inilah yang digunakan untuk

2 Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017


mengukur Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang pada Agustus 2017 TPT Kota Surabaya mengalami
penurunan yang sangat signifikan dibanding periode Agustus 2015. Pada Agustus 2015 tercatat TPT Kota
Surabaya mencapai 7,01 persen, sedangkan pada Agustus 2017 hanya mencapai 5,98 persen atau
mengalami penurunan sekitar -1,03 persen. Kondisi ini tentunya merupakan capaian yang sangat positif
untuk dapat mewujudkan kondisi ketenagakerjaan pada level full employment yang menurut para ahli
dicirikan dengan TPT pada kisaran 3 – 4 persen.

Tabel 2.
Penduduk Kota Surabaya Usia 15 Tahun atau Lebih yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama,
Agustus 2015 dan Agustus 2017

Agustus Agustus
Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan
2015 2017
(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, 9.743 6.348 - 3.395


Perburuan, dan Perikanan (0,71%) (0,45%)
2. Industri 255.102 242.311 - 12.791
(18,69%) (17,23%)
3. Konstruksi 94.243 65.175 - 29.068
(6,90%) (4,63%)
4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa 426.289 521.012 94.723
Akomodasi (31,23%) (37,05%)
5. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 94.782 118.239 23.457
(6,94%) (8,41%)
6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha 96.300 100.401 4.101
Persewaan, dan Jasa Perusahaan (7,05%) (7,14%)
7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 384.245 341.105 - 43.140
(28,15%) (24,25%)
8. Lainnya 1 4.476 11.767 7.291
(0,33%) (0,84%)

1.365.180 1.406.358
Jumlah 41.178
(100,00%) (100,00%)

Sumber: Sakernas, Agustus 2017


Keterangan: 1 Mencakup Pertambangan dan Penggalian serta Listrik, Gas, dan Air Minum
Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk.

Jika ditinjau berdasarkan lapangan pekerjaan utama dari kelompok angkatan kerja yang bekerja, baik
kondisi pada Agustus 2015 maupun Agustus 2017 memiliki pola yang sama. Lapangan pekerjaan utama
atau sektor utama yang banyak menyerap tenaga kerja di Kota surabaya masih didominasi oleh sektor
Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi (37,05 persen), disusul oleh sektor Jasa Kemasyarakatan,
Sosial, dan Perorangan (24,25 persen), serta sektor Industri (17,23 persen), walaupun pada dua sektor
terakhir tercatat adanya penurunan jumlah pekerja secara agregat.

Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017 3


Tabel 3.
Penduduk Kota Surabaya Usia 15 Tahun atau Lebih yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama,
Agustus 2015 dan Agustus 2017

Agustus Agustus
Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan
2015 2017
(1) (2) (3) (4)

1. Berusaha sendiri 183.627 256.225 72.598


(13,45%) (18,22%)
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja 78.903 81.309 2.406
keluarga/tidak dibayar (5,78%) (5,78%)
3. Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 44.325 33.686 - 10.639
(3,25%) (2,40%)
4. Buruh/karyawan/pegawai 953.552 918.526 - 35.026
(69,85%) (65,31%)
5. Pekerja bebas 43.702 45.799 2.097
(3,20%) (3,26%)
6. Pekerja keluarga/tidak dibayar 61.071 70.813 9.742
(4,47%) (5,03%)

1.365.180 1.406.358
Jumlah 41.178
(100,00%) (100,00%)

Sumber: Sakernas, Agustus 2017

Begitu pula halnya dengan status pada pekerjaan utama, pola distribusi atau sebaran penyerapan
angkatan kerja di Kota Surabaya pada Agustus 2017 tidak terlalu banyak berubah dibanding Agustus 2015.
Lebih dari separuh pekerja di Kota Surabaya (65,31 persen) berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai,
disusul oleh mereka yang berusaha sendiri (18,22 persen), dan mereka yang berusaha dibantu buruh tidak
tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar (5,78 persen). Ada hal yang menarik di mana jumlah
buruh/karyawan/pegawai tercatat adanya penurunan sekitar 35 ribu orang seiring turunnya jumlah mereka
yang berusaha dibantu buruh tetap/dibayar yang patut diduga sebagai dampak dari masih melambatnya
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya sejak tiga tahun terakhir. Sementara di sisi lain, terdapat
penambahan jumlah pekerja informal yang terlihat dari bertambahnya mereka yang bekerja sendiri.
Sedangkan jumlah mereka yang bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar pun bertambah seiring
bertambahnya jumlah mereka yang berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar.
Sedangkan jika kita perhatikan apa yang disajikan pada Tabel 4 berikut, dapat kita lihat bahwa secara
umum sebagian besar angkatan kerja di Kota Surabaya yang bekerja masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada Agustus
2017 tercatat lebih dari 640 ribu orang yang bekerja memiliki pendidikan SMA/SMK (45,52 persen). Hal ini
sangat bersesuaian dengan kondisi pendidikan di Kota Surabaya di mana rata-rata lama sekolah pada tahun
2016 telah mencapai 10,44 tahun atau setara dengan kelas 1 atau 2 SMA/SMK. Tentunya hal ini juga
menjadi tantangan tersendiri mengingat lebih dari separuhnya atau 349 ribu orang memiliki pendidikan
SMA umum yang secara keahlian mungkin masih belum memadai untuk bisa berkompetisi secara maksimal
di dunia kerja.

4 Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017


Tabel 4.
Penduduk Kota Surabaya Usia 15 Tahun atau Lebih yang Bekerja
menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 2015 dan Agustus 2017

Agustus Agustus
Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan
2015 2017
(1) (2) (3) (4)

1. SD ke bawah 317.874 298.143 - 19.731


(23,28) (21,20)
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 233.492 201.684 - 31.808
(17,10) (14,34)
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 326.040 349.385 23.345
(23,88) (24,84)
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 257.783 290.771 32.988
(18,88) (20,68)
5. Diploma I/II/III 37.759 40.709 2.950
(2,77) (2,89)
6. Universitas 192.232 225.666 33.434
(14,08) (16,05)

1.365.180 1.406.358
Jumlah 41.178
(100,00) (100,00)

Sumber: Sakernas, Agustus 2017

Tabel 4 juga memberikan gambaran bahwa dibanding kondisi Agustus 2015, kualitas pekerja di Kota
Surabaya pada Agustus menunjukkan peningkatan jika dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan baik
dari sisi proporsi maupun secara agregat. Dari sisi proporsi atau persentase terhadap total angkatan kerja
yang bekerja, peningkatan persentase angkatan kerja yang bekerja terjadi pada mereka yang
berpendidikan SMA, SMK, Diploma, bahkan pada kelompok mereka yang berpendidikan universitas.
Sebagai implikasinya, mereka yang berpendidikan SMP ke bawah mengalami penurunan proporsi terhadap
total angkatan kerja yang bekerja. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah angkatan kerja yang bekerja dan
memiliki pendidikan SMA ke atas mengalami peningkatan pada setiap level pendidikan. Terutama pada
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di universitas yang pada Agustus 2017 bertambah lebih dari
33 ribu orang. Selain itu, mereka yang memiliki jenjang pendidikan tamat SMK juga bertambah hampir 33
ribu orang. Adanya penambahan pada kelompok angkatan kerja yang bekerja pada jenjang pendidikan SMK
dan pendidikan tinggi menunjukkan bahwa angkatan kerja yang terserap di pasar kerja di Kota Surabaya
cenderung memiliki keahlian khusus yang diharapkan bisa menunjang pekerjaan agar bisa memperoleh
balas jasa baik upah maupun penghasilan yang lebih baik lagi. Namun demikian, masih perlu kajian lebih
mendalam mengenai apakah keahlian yang mereka miliki sudah sesuai dengan lapangan pekerjaan yang
digelutinya.

Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017 5


Tabel 5.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Kota Surabaya Usia 15 Tahun atau Lebih
menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 2015 dan Agustus 2017
(Persen)

Agustus Agustus
Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan
2015 2017
(1) (2) (3) (4)

1. SD ke bawah 2,64 3,19 0,55


2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4,81 4,29 - 0,52
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 9,81 6,85 - 2,96
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,02 7,79 - 4,23
5. Diploma I/II/III 3,42 10,54 7,12
6. Universitas 5,16 6,46 1,30

Jumlah 7,01 5,98 - 1,03

Sumber: Sakernas, Agustus 2017

Salah satu statistik ketenagakerjaan yang cukup menarik adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT),
karena statistik ini biasanya sering dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan di
suatu wilayah terkait tingkat kesempatan kerja. Semakin kecil tingkat pengangguran berarti semakin bagus
tingkat kesempatan kerja di wilayah tersebut. Dilihat dari indikator TPT, kondisi Kota Surabaya pada
Agustus 2017 menunjukkan hal yang positif. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, TPT Kota Surabaya pada
Agustus 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 5,98 persen dibanding kondisi Agustus
2015 yang mencapai 7,01 persen. Hal ini merupakan pencapaian yang positif mengingat pada periode
Agustus 2017 tersebut terjadi penambahan angkatan kerja sebanyak 28 ribu orang lebih (lihat Tabel 1)
yang jika tidak dibarengi oleh ketersediaan lapangan kerja dan peran aktif pemerintah dalam
mempertemukan para pencari tenaga kerja (seperti perusahaan dari sisi demand) dengan pencari kerja (si
tenaga kerja dari sisi supply) seperti memfasilitasi kegiatan Job Fair maupun pendampingan perusahaan di
beberapa sekolah agar bisa menghasilkan spesifikasi kelulusan yang dibutuhkan secara langsung oleh
perusahaan.

6 Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017


Gambar 1. Bagan Ketenagakerjaan

Penduduk
Penduduk
Penduduk Usia Kerja (Usia 15 Tahun ke Atas) Bukan
Usia Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Bekerja Penganggur
Mengurus
Sekolah Rumah Lainnya
Tangga

Sementara Merasa Tidak Sudah


Sedang Bekerja Tidak
Bekerja
Mencari
Kerja
Mempersi-
apkan Usaha
Mungkin
Mendapatkan
Diterima
tapi Belum
Pekerjaan Bekerja

Di Bawah Jam Kerja Jam Kerja


Normal ≥ 35
Normal < 35 Jam Jam per
per minggu Minggu

Setengah Pekerja
Pengang- Paruh
gur Waktu

Mengenal Statistik Ketenagakerjaan

Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labor Force
Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) dimana konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok,
yaitu: penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok
berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja.
Definisi yang berkaitan dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih.
2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran.
3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus
rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lau. Kegiatan termasuk pula kegiatan
pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
5. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama
seminggu yang lalu sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok kerja, dan
sebagainya. Contoh:
a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak bekerja karena cuti, sakit, mogok kerja, mangkir, mesin/peralatan
perusahaan mengalami kerusakan, dan sebagainya.
b. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya
(menunggu panen atau musim hujan untuk menggarap sawah).
c. Pekerja professional (mempunyai keahlian tertentu/khusus) yang sedang tidak bekerja karena sakit, menunggu pekerjaan
berikutnya/ pesanan dan sebagainya, seperti: dalang, tukang cukur, tukang pijat, dukun, penyanyi, komersial, dan sebagainya.

Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017 7


6. Pengangur terbuka, terdiri atas:
a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.
b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
(lihat pada “An ILO Manual on Concepts and Methods”).
• Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang pada saat survey orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti:
a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
b. Yang sudah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
c. Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan dan permohonannya telah dikirim lebih dari satu mingggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari
pekerjaan asalkan seminggu yang lalu masih mengharapkan pekerjaan yang dicari. Mereka yang sedang bekerja dan berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan yang lain tidak dapat disebut sebagai penganggur terbuka.
• Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu
usaha/pekerjaan yang “baru”, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan
atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar. Mempersiapkan yang dimaksud adalah apabila
“tindakannya nyata”, seperti: mengumpulkan modal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha,
dan sebagainya telah/sedang dilakukan.
Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus/pelatihan dalam rangka
membuka usaha. Mempersiapkan suatu usaha yang nantinya cenderung pada pekerjaan sebagai berusaha sendiri (own account
worker) atau sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau sebagai berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar.
Penjelasan:
Kegiatan mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi bisa
dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih berusaha untuk mempersiapkan suatu kegiatan usaha.
7. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah presentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
8. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu).
Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
a. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih
mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah pengangguran terpaksa).
b. Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak
mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).
9. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Tidak termasuk yang sedang libur sekolah.
10. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu
rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah
walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja.
11. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain diatas, yakni mereka yang sudah pensiun, orang-orang yang cacat jasmani (buta,
bisu, dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan seminggu yang lalu.

Diterbitkan Oleh:

Badan Pusat Statistik Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang,
Kota Surabaya hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang
Jl. A. Yani No. 152 E mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,
Surabaya – 60231 dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat
Suparno, SE., MM. Statistik.
Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surabaya
Telepon: 031 – 8296692
Email: suparno4@bps.go.id
Website: surabayakota@bps.go.id

8 Keadaan Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai