Acara 4 Geomorf
Acara 4 Geomorf
PENDAHULUAN
2.1 Peta
2.1.1 Pengertian Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunanimappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.
Beberapa ahli juga mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun
pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut beberapa
pengertian peta dari para ahli.
a. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah gambaran
atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan
bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa,
yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan.
b. Menurut Aryono Prihandito (1988), peta merupakan gambaran permukaan bumi
dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi
tertentu.
c. Menurut Erwin Raisz (1948), peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan
muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas,
dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005),
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan
pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
lembah/jurang.
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya
akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut,
atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan
fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan
sumber daya alam.
Sungai memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Secara umum, sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian.
1. Bagian Hulu
Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini
terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai
huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat
deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya
yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air
akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah proses
erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras tadi. Karena
aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga lembah
2. Bagian Tengah
Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya
memiliki cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi
lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air
tidak begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah tidak
begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang dominan
terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil dari erosi yang
terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah bawahnya, kearah hulu.
3. Bagian Hilir
Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan
mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai
disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar.
Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah ini
proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu,
yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan di bagian hilir ini.
Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya landai, dan arus /
Sungai yang merupakan kenampakan permukaan Bumi yang berupa perairan yang
mengalir, ternyata memiliki berbagai macam pola aliran sungai. Macam- macam pola
aliran sungai ini nantinya akan terlihat dari arus sungai tersebut atau ke arah manakah
air sungai mengalir yang akhirnya akan bermuara ke laut. Adapun beberapa macam
pola aliran sungai antara lain sebagai berikut:
1. Pola Aliran Sungai Dendritik
Pola aliran sungai yang pertama adalah pola aliran sungai dendritik. Apabila kita
melihat penampang daun dengan urat- uratnya, maka kita akan melihat pola aliran
sungai ini. Ya, Pola aliran sungai Dendritik ini menyerupai penampang pada daun.
Sehingga kita akan melihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang
menuju ke segala arah. Secara umum, pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol
oleh litologi yang bersifat homogen. Pola aliran sungai ini memiliki tekstur sungai
yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya.
Tekstur sungai ini diartikan sebagai panjang sungai per satuan luas wilayah. Misalnya
adalah sungai yang mengali di atas batuan yang kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang rapat, sementara pada pada batuan yang resisten
terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang renggang. Resistensi batuan
terhadap erosi ini akan sangat mempengaruhi proses pembentukan alur- alur sungai,
yakni batuan yang tidak resisten cenderung lebih mudah ter-erosi membentuk alur-
alur sungai.
Jenis pola aliran sungai yang selanjutnya adalah pola aliran sungai radial. Seperti
halnya namanya, pola aliran sungai radial merupakan pola aliran sungai yang sifatnya
menyebar ke segala arah. Sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini memiliki
satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Sebagai contoh adalah
mata air di gunung yang menyebarkan airnya ke segala arah.
Contoh lainnya yang mengikuti pola aliran sungai radial adalah kawah/ magma
yang ada di puncak gunung. Pola magma ini terbentuk mengikuti bentukan muka
bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekuen. Pola aliran sungai
radial juga dapat ditemukan pada bentukan bentangan- bentangan kubah.
3. Pola Aliran Sungai Radial
Pola aliran sungai selanjutnya adalah pola aliran sungai radial sentripetal. Pola
aliran sungai ini sama- sama bernama radial, hanya saja ada tambahan sentripetral.
Meskipun namanya sama, namun pola aliran sungai ini justru merupakan kebalikan
dari pola aliran sungai radial. Jika di aliran sungai radial, mata air justru berupa
cembung yang mengalir ke segala arah, nah di radial sentripetal ini justru mata air
akan menuju ke satu arah.
Jadi bisa dikatakan bahwa pola aliran sungai redial sentripetal ini aliran sungai
menuju ke satu titik, seperti menuju ke sebuah cekungan besar atau depresi. Daerah
yang banyak dijumpai aliran sungai seperti ini biasanya adalah di bagian barat serta
barat laut Amerika Serikat. Secara berproses, pola aliran sungai ini dapat berkembang
membentuk pola annular. Pola annular sendiri merupakan pola yang pada awalnya
adalah aliran radial setripetal namun selanjutnya muncul sungai obsekuen, sungai
subsekuen yang sejajar serta sungai resekuen.
Trellis biasanya kita kenal dengan pagar. Memang benar, seperti namanya, pola
aliran sungai trellis ini adalah sungai yang alirannya menyerupai pagar yang dikontrol
oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan pola aliran
trellis ini memiliki ciri- ciri oleh kumpulan saluran- saluran air yang membentuk pola
sejajar yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak lurus terhadap
saluran utamanya. Saluran utama pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu
lipatan.
Pola aliran trellis ini mengandung perpaduan antara sungai konsekuen dan
subsekuen. Pola aliran trellis ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah yang
paralel pada sabuk pegunungan lipatan. Di wilayah ini sungai akan banyak yang
melewati lembah untuk bergabung dengan saluran utamanya yang pada akhirnya
akan menuju muara sungai.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Luas DAS
No Nama Sungai Jumlah Kotak Luas Kotak Skala Luas DAS
1 Sungai Induk 146 1 mm 25000 0.0584
2 Sub-DAS I 261 1 mm 25000 0.01044
3 Sub-DAS II 125 1 mm 25000 0.0115
4 Sub-DAS III 345 1 mm 25000 0.0138
5 Sub-DAS IV 285 1 mm 25000 0.0114
6 Sub-DAS V 325 1 mm 25000 0.0152
7 Sub-DAS VI 485 1 mm 25000 0.0184
8 Sub-DAS VII 385 1 mm 25000 0.0154
3.1.2. Sub-DAS I
No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase
1 10-20 190-200 II 7.10%
2 20-30 200-210 II 7.10%
3 30-40 220-230 I 3.50%
4 40-50 230-240 I 3.50%
5 50-60 240-250 III 10.70%
6 60-70 250-260 II 7.10%
7 90-100 270-280 III 10.70%
8 100-110 280-290 I 3.50%
9 140-150 320-330 III 10.70%
10 150-160 330-340 II 7.10%
11 160-170 340-350 III 10.7%
12 170-180 350-360 III 14.2%
3.1.3. Sub-DAS II
3.1.6. Sub-DAS V
3.1.7. Sub-DAS VI
3.2. Pembahasan
Pada tabel luas DAS terdapat delapan point umum dalam perhitungan yaitu
sungai utama, sub-DAS I, sub-DAS II, sub-DAS III, sub-DAS IV, sub-DAS V, sub-
DAS VI, sub-DAS VII. Dimana delapan poin utama tersebut jumlah kotak dalam
millimeter blok yang dilewati oleh sungai utama maupun anak sungai pada setiap
sub-DAS dengan luas kotak selebar 1 mm dengan menghitung luas DAS yang
digunakan rumus luas DAS adalah jumlah kotak dibagi dengan skala.
Pada sub-DAS III ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS
III, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS III terdapat
empat orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.
Pada sub-DAS VII ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS VII,
didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS VII terdapat tiga
orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.