Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu


mengenai planet Bumi beserta isinya. Cakupan ilmu Geologi sangatlah luas, salah
satu cabang ilmu dari geologi adalah “Geomorfologi”, yang merupakan pengetahuan
tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Geomorfologi sangat erat kaitannya ilmu
seperti meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.
Dalam geomorfologi sangat penting mendiskripsikan bentuk-bentuk bentang
alam. Mempelajari bentang alam apabila tidak melihatnya secara langsung tentu akan
mengalami kesulitan jika tidak memahami peta topografi. Topografi merupakan hasil
dari proses atau siklus geomorfologi. Salah satu cara mengetahui bentuk bentang
alam suatu daerah adalah menginterpretasi peta topografinya. Dalam peta
topografi,terdapat garis kontur yang dapat menunjukkan bentuk bentang alam. Dari
garis-garis kontur pada peta topografi, juga terdapat sungai-sungai didalamnya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari praktikum acara “Pola Aliran, Tipe Genetik , dan Orde
Sungai” adalah agar praktikan dapat mengenali daerah aliran sungai.
Sedangkan tujuan dari praktikum acara ini adalah:
1. Praktikan dapat mengelompokkan sub-DAS sungai berdasarkan pola aliran sungai.
2. Praktikan dapat membuat tabel kelurusan dan diagram fase berdasarkan setiap sub-
DAS yang telah dibuat.

1.3. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Peta Topografi
2. Kertas kalkir ukuran A3
3. Kertas A4S
4. Alat tulis menulis
5. Pensil warna
6. Pulpen mekani
7. Penggaris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peta
2.1.1 Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunanimappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.
Beberapa ahli juga mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun
pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut beberapa
pengertian peta dari para ahli.
a. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah gambaran
atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan
bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa,
yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan.
b. Menurut Aryono Prihandito (1988), peta merupakan gambaran permukaan bumi
dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi
tertentu.
c. Menurut Erwin Raisz (1948), peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan
muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas,
dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005),
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan
pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

2.1.2 Fungsi Peta

Fungsi dari peta antara lain :


a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
d. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah
yang akan diteliti.
e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
h. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena
(gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

2.1.3 Jenis-Jenis Peta

Adapun jenis-jenis peta dibagi berdasarkan beberapa aspek, yaitu :


A. Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik
kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Peta umum ada 2
jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi. Peta topografi yaitu peta yang
menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi sedangkan
peta chorografi, menggambarkan daerah yang luas, misalnya provinsi, negara,
benua bahkan dunia. Dalam peta ini digambarkan semua kenampakan yang ada
di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api,
batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.
b. Peta Khusus atau Tematik
Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan
satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan.
Contoh peta khusus/tematik: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur
penerbangan atau pelayaran).
B. Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:
a. Peta Digital
Peta yang digambarkan pada sebuah aplikasi komputer, biasanya menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG).
b. Peta Timbul (relief)
Peta timbul atau relief adalah peta yang menggambarkan bentuk sebenarnya
dari permukaan bumi.
c. Peta Datar
Peta datar adalah peta yang digambarkan dalam bidang datar berbentuk dua
dimensi.
C. Berdasarkan skalanya , peta dapat dibagi menjadi:
a. Peta Kadaster / Teknik
Peta kadaster atau teknik adalah peta yang memiliki skala antara 1:100 hingga
1:5.000.
b. Peta Skala Besar
Peta ini memiliki skala antara 1:5.000 hingga 1:250.000.
c. Peta Skala Menengah
Peta ini memiliki skala antara 1:250.000 hingga 1:500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta ini memiliki skala antara 1:500.000 hingga 1:1.000.000 atau lebih.
Gambar 2.1 Contoh peta

2.2 Garis Kontur

2.2.1 Pengertian Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian


sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung
horisontal. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis khayal yang
menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis
kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief (baik secara relatif maupun
absolut).
Gambar 2.2 Peta Kontur

2.2.2 Sifat-Sifat Garis Kontur

Adapun sifat-sifat garis kontur adalah :


a. Berbentuk kurva tertutup.
b. Tidak bercabang.
c. Tidak berpotongan.
d. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
e. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
f. Tidak tergambar jika melewati bangunan.
g. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
h. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai
i. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan,
j. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3, 4 atau 5
garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada
daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
k. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
l. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan
gunung.
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu

lembah/jurang.

2.3. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage


basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran
sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai
bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu
drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS
tersebut. oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau
disebut catcment area. Semua air yang mengalir melalui sungai bergerak
meninggalkan daerah daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau tampa
memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai limpasan (run off).

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya
akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut,
atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan
fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan
sumber daya alam.

Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas


Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang airnya
mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh. Sebuah pulau
selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. Antara DAS yang
satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk
punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah aliran (garis pemisah
DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream
devide range.
2.4. Bagian-Bagian Sungai

Sungai memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara bagian yang satu dengan

bagian yang lain. Secara umum, sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian atas (hulu), tengah, dan bawah (hilir).

1. Bagian Hulu

Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini

terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai

huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat

deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya

yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air

akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah proses

erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras tadi. Karena

aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga lembah

sungai ini membentuk huruf V.

2. Bagian Tengah

Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya

memiliki cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi

lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air

tidak begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah tidak

begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang dominan

terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil dari erosi yang

terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah bawahnya, kearah hulu.
3. Bagian Hilir

Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan

mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai

disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar.

Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah ini

proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu,

yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan di bagian hilir ini.

Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya landai, dan arus /

gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan terbentuk delta.

Gambar 2.3 Bagian-Bagian Sungai

2.5. Pola Aliran Sungai

Sungai yang merupakan kenampakan permukaan Bumi yang berupa perairan yang
mengalir, ternyata memiliki berbagai macam pola aliran sungai. Macam- macam pola
aliran sungai ini nantinya akan terlihat dari arus sungai tersebut atau ke arah manakah
air sungai mengalir yang akhirnya akan bermuara ke laut. Adapun beberapa macam
pola aliran sungai antara lain sebagai berikut:
1. Pola Aliran Sungai Dendritik
Pola aliran sungai yang pertama adalah pola aliran sungai dendritik. Apabila kita
melihat penampang daun dengan urat- uratnya, maka kita akan melihat pola aliran
sungai ini. Ya, Pola aliran sungai Dendritik ini menyerupai penampang pada daun.
Sehingga kita akan melihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang
menuju ke segala arah. Secara umum, pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol
oleh litologi yang bersifat homogen. Pola aliran sungai ini memiliki tekstur sungai
yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya.
Tekstur sungai ini diartikan sebagai panjang sungai per satuan luas wilayah. Misalnya
adalah sungai yang mengali di atas batuan yang kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang rapat, sementara pada pada batuan yang resisten
terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang renggang. Resistensi batuan
terhadap erosi ini akan sangat mempengaruhi proses pembentukan alur- alur sungai,
yakni batuan yang tidak resisten cenderung lebih mudah ter-erosi membentuk alur-
alur sungai.

2. Pola Aliran Sungai Radial

Jenis pola aliran sungai yang selanjutnya adalah pola aliran sungai radial. Seperti
halnya namanya, pola aliran sungai radial merupakan pola aliran sungai yang sifatnya
menyebar ke segala arah. Sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini memiliki
satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Sebagai contoh adalah
mata air di gunung yang menyebarkan airnya ke segala arah.
Contoh lainnya yang mengikuti pola aliran sungai radial adalah kawah/ magma
yang ada di puncak gunung. Pola magma ini terbentuk mengikuti bentukan muka
bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekuen. Pola aliran sungai
radial juga dapat ditemukan pada bentukan bentangan- bentangan kubah.
3. Pola Aliran Sungai Radial

Pola aliran sungai selanjutnya adalah pola aliran sungai radial sentripetal. Pola
aliran sungai ini sama- sama bernama radial, hanya saja ada tambahan sentripetral.
Meskipun namanya sama, namun pola aliran sungai ini justru merupakan kebalikan
dari pola aliran sungai radial. Jika di aliran sungai radial, mata air justru berupa
cembung yang mengalir ke segala arah, nah di radial sentripetal ini justru mata air
akan menuju ke satu arah.
Jadi bisa dikatakan bahwa pola aliran sungai redial sentripetal ini aliran sungai
menuju ke satu titik, seperti menuju ke sebuah cekungan besar atau depresi. Daerah
yang banyak dijumpai aliran sungai seperti ini biasanya adalah di bagian barat serta
barat laut Amerika Serikat. Secara berproses, pola aliran sungai ini dapat berkembang
membentuk pola annular. Pola annular sendiri merupakan pola yang pada awalnya
adalah aliran radial setripetal namun selanjutnya muncul sungai obsekuen, sungai
subsekuen yang sejajar serta sungai resekuen.

4. Pola Aliran Sungai Rektangular

Secara umum, sungai yang memiliki pola aliran rektangular inialirannya


dikontrol oleh struktur geologi, seperti struktur rekahan dan juga patahan. Sungai
yang memiliki pola aliran rektanguler ini biasanya terjadi pada struktur batuan beku.
Sungai dengan pola aliran rektangular ini biasanya bentuknya lurus mengikuti arah
patahan. Ciri- ciri sungai dengan pola aliran ini adalah bentuk sungainya tegak lurus
dan merupakan kumpulan dari saluran- saluran air yang mengikuti pola dari struktur
geologi tersebut. Pola aliran sungai rectangular ini pada umumnya berkembang pada
batuan yang resisten terhadap erosi yang tipenya mendekati seragam namun
dikontrol oleh rekahan dua arah yang memiliki sudut yang saling tegak lurus.
Cabang- cabang dari sungai dengan aliran ini pada umumnya membentuk sudut
tumpul dengan sungai utamanya atau sungai induknya.
5. Pola Aliran Sungai Trellis

Trellis biasanya kita kenal dengan pagar. Memang benar, seperti namanya, pola
aliran sungai trellis ini adalah sungai yang alirannya menyerupai pagar yang dikontrol
oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan pola aliran
trellis ini memiliki ciri- ciri oleh kumpulan saluran- saluran air yang membentuk pola
sejajar yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak lurus terhadap
saluran utamanya. Saluran utama pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu
lipatan.
Pola aliran trellis ini mengandung perpaduan antara sungai konsekuen dan
subsekuen. Pola aliran trellis ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah yang
paralel pada sabuk pegunungan lipatan. Di wilayah ini sungai akan banyak yang
melewati lembah untuk bergabung dengan saluran utamanya yang pada akhirnya
akan menuju muara sungai.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
3.1.1. Luas DAS
No Nama Sungai Jumlah Kotak Luas Kotak Skala Luas DAS
1 Sungai Induk 146 1 mm 25000 0.0584
2 Sub-DAS I 261 1 mm 25000 0.01044
3 Sub-DAS II 125 1 mm 25000 0.0115
4 Sub-DAS III 345 1 mm 25000 0.0138
5 Sub-DAS IV 285 1 mm 25000 0.0114
6 Sub-DAS V 325 1 mm 25000 0.0152
7 Sub-DAS VI 485 1 mm 25000 0.0184
8 Sub-DAS VII 385 1 mm 25000 0.0154

Lebar dan luas DAS :


Luas DAS = panjang x skala
= 30 x 25.000 = 0.75 km
Lebar DAS = panjang : panjang
= 0.149404 : 0.75 = 0.19872 km2

3.1.2. Sub-DAS I
No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase
1 10-20 190-200 II 7.10%
2 20-30 200-210 II 7.10%
3 30-40 220-230 I 3.50%
4 40-50 230-240 I 3.50%
5 50-60 240-250 III 10.70%
6 60-70 250-260 II 7.10%
7 90-100 270-280 III 10.70%
8 100-110 280-290 I 3.50%
9 140-150 320-330 III 10.70%
10 150-160 330-340 II 7.10%
11 160-170 340-350 III 10.7%
12 170-180 350-360 III 14.2%

3.1.3. Sub-DAS II

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 180-190 II 6.25%
2 20-30 190-200 III 9.37%
3 30-40 200-210 II 6.25%
4 40-50 220-230 I 3.12%
5 50-60 230-240 II 6.25%
6 70-80 240-250 II 6.25%
7 80-90 250-260 III 9.37%
8 90-100 260-270 II 6.25%
9 100-110 270-280 II 6.25%
10 120-130 280-290 I 3.12%
11 130-140 290-300 II 6.25%
12 140-150 320-330 III 9.37%
13 150-160 330-340 I 3.12%
14 160-170 340-350 III 15.6%
15 170-180 350-360 I 3.12%

3.1.4. Sub-DAS III

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 180-190 I 6.25%
2 20-30 190-200 I 9.37%
3 30-40 200-210 I 6.25%
4 110-120 270-280 III 6.25%
5 120-130 280-290 II 3.12%
6 140-150 320-330 II 9.37%
7 160-170 340-350 II 15.6%
8 170-180 350-360 I 3.12%
3.1.5. Sub-DAS IV

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 180-190 I 6.25%
2 20-30 190-200 III 9.37%
3 30-40 200-210 III 6.25%
4 50-60 250-260 I 6.25%
5 70-80 270-280 I 6.25%
6 110-120 270-280 III 6.25%
7 120-130 280-290 III 3.12%
8 140-150 320-330 II 9.37%
9 160-170 340-350 III 15.6%
10 170-180 350-360 III 3.12%

3.1.6. Sub-DAS V

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 180-190 I 6.25%
2 20-30 190-200 I 9.37%
3 30-40 200-210 I 6.25%
4 110-120 270-280 III 6.25%
5 120-130 280-290 II 3.12%
6 140-150 320-330 II 9.37%
7 160-170 340-350 II 15.6%
8 170-180 350-360 I 3.12%

3.1.7. Sub-DAS VI

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 190-200 II 7.10%
2 20-30 200-210 II 7.10%
3 30-40 220-230 I 3.50%
4 40-50 230-240 I 3.50%
5 50-60 240-250 III 10.70%
6 60-70 250-260 II 7.10%
7 90-100 270-280 III 10.70%
8 100-110 280-290 I 3.50%
9 140-150 320-330 III 10.70%
10 150-160 330-340 II 7.10%
11 160-170 340-350 III 10.7%
12 170-180 350-360 III 14.2%

3.1.8. Sub DAS VII

No Azimuth (O) Back Azimuth (O) Jumlah Persentase


1 10-20 180-190 I 6.25%
2 20-30 190-200 I 9.37%
3 30-40 200-210 I 6.25%
4 110-120 270-280 III 6.25%
5 120-130 280-290 II 3.12%
6 140-150 320-330 II 9.37%
7 160-170 340-350 II 15.6%
8 170-180 350-360 I 3.12%

3.2. Pembahasan

3.2.1. Tabel Luas DAS

Pada tabel luas DAS terdapat delapan point umum dalam perhitungan yaitu
sungai utama, sub-DAS I, sub-DAS II, sub-DAS III, sub-DAS IV, sub-DAS V, sub-
DAS VI, sub-DAS VII. Dimana delapan poin utama tersebut jumlah kotak dalam
millimeter blok yang dilewati oleh sungai utama maupun anak sungai pada setiap
sub-DAS dengan luas kotak selebar 1 mm dengan menghitung luas DAS yang
digunakan rumus luas DAS adalah jumlah kotak dibagi dengan skala.

3.2.2. Tabel Kelurusan Sub-DAS I

Pada sub-DAS I ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS I,


didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS I terdapat empat
orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.
3.2.3. Tabel Kelurusan Sub-DAS II

Pada sub-DAS II ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS


II, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS II terdapat lima
orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

3.2.4. Tabel Kelurusan Sub-DAS III

Pada sub-DAS III ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS
III, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS III terdapat
empat orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

3.2.5. Tabel Kelurusan Sub-DAS IV

Pada sub-DAS IV ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS


IV, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS IV terdapat
empat orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

3.2.6. Tabel Kelurusan Sub-DAS V

Pada sub-DAS V ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS


V, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS V terdapat tiga
orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

3.2.7. Tabel Kelurusan Sub-DAS VI

Pada sub-DAS VI ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS


VI, didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS VI terdapat
tiga orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

3.2.8. Tabel Kelurusan Sub-DAS VII

Pada sub-DAS VII ditandai dengan warna merah dimana pembagian sub-DAS VII,
didasarkan pada interpretasi kemudian diberi batas. Pada sub-DAS VII terdapat tiga
orde yang dihitung dari sungai paling luas (hulu) dengan lipatan banyak
percabangannya dan dalam bentuk denritik.

Anda mungkin juga menyukai