Etika
Etika
Profesi Merupakan suatu kegiatan yang sangat bergantung pada keahlian tertentu.
Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai
dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji
sebagai upah atas jasanya.
3. Empati dan komunikasi yang baik adalah kuncinya. Kita jelaskan apa adanya kondisi
pasien, secara jujur, ramah, dan bahasa yang mudah dipahami apabila pasien dan
keluarganya memang meminta untuk dijelaskan. Terkadang ada keluarga yang
meminta pasien tidak diberitahu langsung kondisi penyakitnya karena keluarga
melihat penyakitnya sangat serius dan mental penderita tidak siap untuk itu. Maka
kita hormati keputusan keluarga, namun tetap kita jelaskan semuanya kepada
keluarga. Kita seringkali harus memotivasi keluarga terdekat untuk menjadi motivator
untuk penderita.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/413/2014 tentang “Tata Cara
Pelaksanaan Sumpah/Janji Apoteker”.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan. Seorang Apoteker dalam menjalankan profesinya dan
akan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan praktik kefarmasian, maka harus
mengucapkan sumpah menurut tata cara agama yang dipeluknya atau mengucapkan
janji yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia yang
meluluskan tenaga profesi apoteker tersebut. Dengan demikian perlu diatur tata cara
pelaksanaan sumpah/janji Apoteker untuk menjadi pedoman dalam pengambilan
sumpah/jani Apoteker oleh Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia.
Tata Cara Pelaksanaan Sumpah/Janji Apoteker
Sejak aturan ini diberlakukan pelaksanaan pengambilan sumpah/janji Apoteker
dilakukan dalam bentuk sidang terbuka yang diselenggarakan tersendiri dengan
mengenakan jas profesi apoteker.
Dewan sidang pengambilan sumpah/janji Apoteker terdiri dari:
5. Superego adalah bagian moral atau etis dari kepribadian.[1] Menurut referensi lain
Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi
moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat, penentuan
nilai benar dan salah dalam segala sesuatu.[2] Superego ini merupakan perwujudan
internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat, sebagaimana diterangkan
orang tua kepada anak dan dilaksanakan dengan cara
[2]
memberinya hadiah atau hukuman. Perhatiannya yang utama adalah memutuskankan
apakah sesuatu dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-
wakil masyarakat.[3]
Kaitan antara Id, ego, superego, Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas
dan idealistik yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip
kenyataan dari ego.[1] Superego mencerminkan yang ideal dan bukan yang real,
memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.[1] Superego tumbuh dari ego
dan seperti ego superego tidak memiliki energi dari dirinya sendiri.[1] Namun,
superego tidak berhubungan dengan dunia luar dan dengan demikian tuntutannya
untuk kesempurnaan tidak realistik.[1] Ada dua bagian superego Superego memiliki
dua subsistem, yaitu suara hati (conscience) dan ego ideal.[1] Suara hati adalah hasil
dari pengalaman dengan hukuman yang diberikan orang tua atas tingkah laku yang
tidak tepat dan mengatakan kepada anak apa yang tidak boleh dilakukannya.[1] ego
ideal berkembang dari pengalaman dengan hadiah-hadiah tingkah laku yang tepat dan
mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.[1]
6. Pintar,cerdas, bodoh
- Arti pintar adalah mengetahui, pandai, memiliki ilmu. Tak heran jika pintar
selalu dikaitkan dengan prestasi akademik, karena orang pintar selalu bergelut
pada ilmu. Orang pintar mampu mencerna apapun dengan sempurna sehingga
memiliki pengetahuan yang sangat luas, dan pengetahuan tersebut lah yang
menjadi senjata utamanya. Orang pintar juga dikenal akan disiplin dan teratur,
sehingga ia selalu mampu mengerjakan setiap hal yang diperintahkan. Namun
pintar dibatasi oleh waktu dan proses. Orang pintar butuh proses dan tahapan
untuk mempelajari suatu hal terlebih dahulu dengan jangka waktu tertentu,
sampai akhirnya ia mengetahui sepenuhnya akan hal yang dipelajarinya
tersebut. Selain itu, orang pintar juga biasanya hanya bisa menjawab hal-hal
yang dipelajarinya, dan terpaku pada hafalan bukan pengertian. Jika menurut
teori berkata A, maka itulah yang akan ia ingat terus. Dengan demikian,
sebenarnya semua orang berpotensi menjadi pintar, asalkan mau belajar
dengan tekun sampai akhirnya menguasai suatu hal dengan baik
- cerdas merupakan anugerah bawaan dari lahir dan tak bisa dicari. Oleh karena
itu, orang cerdas seringkali berimprovisasi dan lebih kreatif dalam melakukan
sesuatu. Kemampuan berfikir orang cerdas sangatlah cepat, sehingga ia sangat
mudah mengerti, memahami, dan menangkap maksud dari suatu kondisi atau
keadaan. Menurut, Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001, salah satu arti kata
cerdas adalah tajam fikiran. Orang cerdas tidak terpaku pada teori namun lebih
terhadap pemahaman konsep. Bagi orang cerdas, senjata utamanya adalah
logika, dan pengetahuan yang ia dapat dari teori hanyalah sebagai pendukung.
Tak heran jika orang cerdas, tidak hanya menguasai satu materi yang itu-itu
saja, biasanya orang cerdas mampu menguasai beberapa bidang tertentu,
seperti musik, olahraga, seni, dan lainnya. Berbeda dengan orang pintar yang
disiplin dan teratur, biasanya orang cerdas justru terlihat lebih santai. Namun
bukan dalam arti negatif, orang cerdas tahu kapan ia harus santai dan serius,
karena orang cerdas sangat fleksibel. Orang cerdas lebih mengandalkan
pikiran kritis dan pengalaman. Secara emosional, orang cerdas cenderung
lebih stabil emosinya dibanding orang pintar.
Asosial berarti tidak adanya motivasi untuk melakukan interaksi sosial, atau lebih
suka melakukan aktivitas sendiri. Psikolog perkembangan menggunakan
sinonim nonsosial, tidak sosial, dan ketidaktertarikan sosial. Asosial berbeda tetapi
tidak selalu berlawanan dengan kelakuan anti-sosial, dimana dalam perilaku anti-
sosial menyiratkan misantropi atau perlawanan kepada orang lain atau tatanan sosial
secara aktif. Sifat asosial sering ditemukan dalam orang-orang introvert, sementara
sifat asosial yang ekstrem ditemukan dalam orang-orang dengan bermacam-macam
kondisi klinis.
1. Berbicara efektif
Komunikasi yang terjalin dan sampai kepada lawan bicara haruslah yang bersifat
mendorong. Hal ini terlebih ketika yang berbicara adalah orang yang memiliki
jabatan lebih tinggi daripada lawan bicaranya, seperti bos kepada anak buahnya.
Motivasi yang dimaksud adalah adanya dorongan/penyemangat dalam kata-kata
yang diucapkan agar lawan bicara tergerak untuk melakukan sesuatu dengan baik
dan sungguh-sungguh berdasarkan pengarahan yang sudah diberikan.
Agar tema/materi yang kita sampaikan meninggalkan bekas dalam pikiran lawan
bicara maka kita bisa menguatkan komunikasi kita dengan ekspresi indera yang
meyakinkan. Gerak tangan, tatapan mata, senyuman, atau kernyitan dahi akan
menambah kesan tentang tema yang kita sampaikan. Hal ini juga agar lawan
bicara mengerti bahwa tema yang kita bicarakan adalah hal yang penting dan patut
untuk didengar.
10. Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala
sosial maupun natural yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari
pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut Kerlinger teori
dinyatakan sebagai sebuah aset dari proposisi yang mengandung suatu pandangan
sistematis dari fenomena.
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam
prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak
akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila
dikumpulkan secara sistematis dengan beberama sistem serta dilakukan secara
sekuensial, maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa
fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori.
Sebuah teori dikatakan benar jika ia menjelaskan hal-hal yang tidak teramati tapi
benar-benar ada dan menjelaskannya dengan akurat. Jika tidak, ia salah. Hal ini
menunjukkan kesalahan dalam membandingkan teori dengan fakta. Sebuah fakta
adalah keadaan aktual di alam, dan sebuah teori, adalah benar jika ia sesuai dengan
fakta. Beberapa teori benar (teori atom), yang lain salah (teori kalorik), dan metode
ilmiahlah yang mengarahkan kita dalam memutuskan mana yang benar mana yang
salah. Mengatakan sesuatu gagasan itu hanya teori bukan fakta, adalah kesalahan
kategori, seperti membandingkan apel dan jeruk, bukannya apel dengan apel dan
jeruk dengan jeruk. Fakta adalah apa yang dijelaskan teori. Dan teori dapat
menjelaskan fakta.