Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari Pertama Praktek)

I. Kasus (ISOLASI SOSIAL)


II. Proses terjadinya masalah
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat et al, 2005).

Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian dari seorang individu dan diteriam sebagai
perlakuan dari orang lain serta kondisi yang negatif atau mengancam (Judith M
Wilinson, 2007)

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah
orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan isolasi sosial dibedakan menjadi 2, yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1. Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam
mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan/hostilitas,
sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik,
menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi,
double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat

c. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Penurunan
aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan mood dan gangguan
kecemasan. Menurut Townsend (2003, hlm.59) neurotransmitter yang
mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
 Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga apabila
dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan mood dan motivasi.
 Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan memori, menarik
diri dari masyarakat dan depresi
 Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung menurun
sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah, lesu dan malas
melakukan aktivitas
 Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan isolasi sosial
cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti malas, lemah dan lesu.

2. Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal
Stress sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit keluarga seperti
perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan pada usia
tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

b. Faktor internal
Stress Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

c. Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian terhadap stressor individu sangat penting dalam hal ini. Rasa sedih
karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar sehingga
individu tidak tidak mau menghadapi kehilangan dimasa depan, bukan
mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini lebih mungkin
terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan yang
berkaitan dengan hubungan (Stuart, 2007, hlm. 280).

d. Sumber Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) sumber koping yang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif adalah sebagai berikut :
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
2) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan
perhatian pada hewan peliharaan.
3) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
Menurut Stuart & Laraia (2005, hlm. 432 ) terkadang ada beberapa orang
yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan
teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga
sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan
menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk
keluarga dan temannya

e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang
spesifik yaitu sebagai berikut:
1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri(
Rasmun, 2004, hlm. 35).
2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain (Rasmun, 2004, hlm. 32).
3) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk (Rasmun, 2001,
hlm. 36).
f. Rentang Respon
Menurut Stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan
lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon
adaptif dengan maladaptif sebagai berikut :

Menyendiri Menarik diri Manipulasi


Otonomi Dependensi Impulsif
Bekerjasama Curiga Narcissisme
Interdependen

Respon Adaptif Respons


Maladaptif

(Stuart. 2006)

Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri termasuk dalam
transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung
berfikir kearah negatif.
1. Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
a. Menyendiri (Solitude)
Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengevaluasi diri dan menentukan langkah berikutnya
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Bekerjasama (Mutuality)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima, merupakan kemampuan
individu yang saling membutuhkan satu sama lain
d. Interdependen
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal

2. Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.
a. Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi apabila
seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain
untuk mencari ketenangan sementara waktu
b. Ketergantungan (Dependen)
Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan tergantung
dengan orang lain
c. Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
d. Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi pada
diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain sehingga
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
e. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak
f. Narcissisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung
C. Manifestasi
1. Gejala Subjektif :
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Respon verbal kurang dan sangat singkat
 Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya
 Klien merasa ditolak

2. Gejala Objektif :
 Klien banyak diam dan tidak mau bicara
 Kurang spontan
 Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar
 Ekspresi wajah kurang berseri
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Komunikasi verbal menurun/tidak ada
 Tidak memiliki teman dekat
 Mengisolasi diri
 Aktivitas menurun
 Kepribadian yang kurang sehat
 Tidak ada kontak mata, sering menunduk
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Lebih senang menyendiri
 Menyendiri/berdiam di kamar
 Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim
 Tidak ada rasa percaya diri
 Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain
 Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung

III. A. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif


(Iyus, 2009)

B. Data yang Perlu Dikaji

1. Isolasi Sosial

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif

a. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

2. Harga Diri Rendah


Data subjektif
a. Klien mengatakan dirinya sebagai orang yang tidak berharga, dirinya kurang
sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya akan selalu mendapat haslil
yang buruk.

Data objektif
a. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar dirinya dan kurang
dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain
3. Resiko Bunuh Diri
Data subjektif

a. Mengungkapkan keinginan bunuh diri. Mengungkapkan keinginan untuk mati.


Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan. Ada riwayat berulang
percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga. Berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang dosis obat yang mematikan. Mengungkapkan adanya
konflik interpersonal. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekeasan
saat kecil.

Data objektif

a. Impulsif. Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat


patuh). Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol). Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam
karier). Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun. • Status perkawinan yang tidak
harmonis.

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Resiko bunuh diri

V. Rencana tindakan keperawatan

Tgl/ No Dx Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk


Pasien keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Menjelaskan masalah yang
isolasi sosial pasien dirasakan keluarga dalam
2. Berdiskusi dengan pasien merawat pasien
tentang keuntungan 2. Menjelaskan pengertian,
berintraksi dengan orang lain tanda dan gejala isolasi
3. Berdiskusi dengan pasien sosial yang dialami pasien
tentang kerugian tidak serta proses terjadinya
berinteraksi dengan orang 3. Menjelaskan cara merawat
lain pasien dengan isolsi sosial
4. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu
orang
5. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam
kegiatan harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Memberikan kesempatan merawat pasien dengan
kepada pasien isolasi sosial
mempraktekkan cara 2. Melatih keluarga melakukan
berkenalan dengan satu cara merawat langsung
orang pasien isolasi sosial
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwal aktivitas di
2. Memberi kesempatan rumah termasuk minum
kepada pasien untuk obat (dischange planning)
berkenalan dengan dua 2. Menjelaskan follow up
orang atau lebih pasien setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal

Anda mungkin juga menyukai