Anda di halaman 1dari 2

Inestya Fitri Desiani

18/426771/FI/04476

Aspek Kebudayaan Sumatera Utara

Sistem Bahasa
Suku Batak merupakan salah satu suku yang terdapat di Indonesia, khususnya
Sumatera Utara. Sebagian besar bermukim di Tapanuli, sebagian lagi menempati bagian
Timur laut Tapanuli yaitu daerah Simalungun dan yang lain menetap di sebelah barat laut
Danau Toba yakni tanah Karo. Suku Batak tebagi menjadi beberapa bagian dan masing-
masing mempunyai bahasa sendiri. Berdasarkan pembagian linguistik bahasa Batak terdiri
atas lima bahasa yang berbeda, yaitu: Bahasa Batak Karo, Bahasa Batak Simalungun, Bahasa
Batak Toba, Bahasa Batak Angkola-Mandailing, dan Bahasa Pak-pak Dairi.

Sistem Pengetahuan
Suku Batak menguasai konsep pengetahuan mengenai perubahan musim serta
penegtahuan yang berhubungan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka.
Pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan dalam membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satu contohnya tanaman bambu, digunakan orang-orang Suku Batak untuk membuat
tabung air, ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk
membuat lesung dan alu yang berguna sebagai alat menumbuk padi.
Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak), serta batu, yang
dimanfaatkan masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Kemudian kulit kayu juga
dimanfaatkan masyarakat Batak untuk menulis ilmu kedukunan, surat menyurat dan ratapan.
Kulit kayu (lak-lak) tidak ditampilkan tetapi secara tersirat ada, karena yang menggunakan
lak-lak tersebut hanya seorang Datu.

Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Di Sumatera Utara sistem kekerabatan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal yaitu
menurut garis keturunan laki-laki. Masyarakat batak mengenal sistem marga atau pada suku
Nias disebut mado. Marga adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan laki-laki
(patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan yang selalu
dihubungkan dengan anak laki-laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah
memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya.
Marga selalu lebih mencolok daripada nama seseorang. Nama selalu tetap diikuti oleh
marga dan apabila orang Batak ingin memperkenalkan dirinya kepada orang lain, maka ia
lebih dulu menyebutkan marga. Dari marga, seseorang dapat mengetahui siapa dan darimana
asalnya karena setiap marga mempunyai daerah asal yang disebut dengan Bona ni Pasogit.
Daerah asal (Bona ni Pasogit) ini dapat dikatakan sebagai asal daerah dimana nenek moyang
(leluhur) tinggal dan mempunyai daerah kekuasaan.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Orang-orang suku Batak sudah mengetahui dan menggunakan alat-alat sederhana
yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cangkul,
bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-
sabi) atau ani-ani. Mereka juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati),
piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis
pedang panjang). Unsur teknologi lain yang dimilki suku Batak ialah kain ulos merupakan
kain tenunan yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak. Suku Batak juga
memiliki rumah adat yang disebut dengan Jabu Parsakitan dan Jabu Bolon.

Sistem Mata Pencaharian


Mata pencaharian masyarakat di Sumatera Utara kecuali yang tinggal di pesisir
umumnya ialah bercocok tanam di sawah dan ladang. Beternak merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat Sumatera Utara, antara lain peternakan kerbau, sapi, babi, kambing,
ayam dan bebek. Mata pencaharian lain yang dilakukan oleh masyarakat di Sumatera Utara
ialah membuat kerajinan seperti menganyam, menenun, mengukir, tembikar, dan lain
sebagainya. Mereka juga melakukan perburuan hewan di hutan.

Sistem Religi
Menurut Koentjaraningrat (dalam Irmawati, 2008 : 49) wilayah Sumatera Utara sudah
dikuasai oleh beberapa agama. Agama Islam dan agama Kristen Protestan masuk ke wilayah
Sumatera Utara sejak permulaan abad ke-19. Orang Batak mengetahui kepercayaan Kristen
sejak tahun 1861 (Simanjuntak, 1986). Agama Islam diajarkan oleh orang Minangkabau kira-
kira tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang Batak Selatan, seperti
Mandailing dan Angkola. Agama Kristen disebarkan di daerah Toba dan Simalungun (Batak
Utara) oleh organisasi penyiar agama dari Jerman, yaitu Organisasi Reinische Missions
Gesselschaft sekitar tahun 1863. Mayoritas suku Batak beragama Kristen Protestan.
Walaupun orang Batak sebagian besar telah beragama Kristen, banyak konsep-konsep asal
dari agama aslinya masih ada, terutama di antara penduduk daerah pedesaan. Orang Batak
memiliki konsep bahwa alam beserta segala isinya diciptakan oleh Debata (Ompung)
Mulajadi Na Bolon) ’Tuhan Semesta Alam’.

Sistem Kesenian
Sumatera Utara memiliki banyak kesenian tradisional, salah satunya ialah tarian.
Misalnya seperti tarian Manduda, tarian ini melambangkan perasaan bahagia saat panen. Lalu
ada pula tarian Sekapur Sirih yang penarinya ialah perempuan dan bertujuan untuk
menyambut tamu dengan membawa bunga untuk ditaburkan. Kesenian lain yang terdapat di
Sumatera utara ialah kesenian lompat batu. Kesenian ini mengasah keberanian para pemuda
untuk meloncati batu yang ditumpuk tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Marice. 2010. Bahasa Batak Toba di Kota Medan [Disertasi]. Medan (ID): Universitas Sumatera
Utara.
Vina Kania, dkk. 2015. Tujuh Unsur Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara. Makalah.
https://tobatimes.blogspot.com/2016/08/mengenal-unsur-unsur-kebudayaan-batak.html diakses pada
tanggal (22 Februari)

Anda mungkin juga menyukai