Anda di halaman 1dari 6

REFRIGERATION TECHNIQUE OF SHRIMP FREEZING APPLICATION ON PT.

GRAHA
MAKMUR CIPTA PRATAMA, SIDOARJO, JAWA TIMUR

APLIKASI TEKNIK REFRIGERASI PADA PEMBEKUAN UDANG DI PT. GRAHA


MAKMUR CIPTA PRATAMA, SIDOARJO, JAWA TIMUR

1 2
Dendy Akbar Hakim , Sapto Andriyono

1
Undergraduate Student of Industrial Technology of Fisheries, Faculty of Fisheries and Marine,
Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115
2
Department of Marine, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl.
Mulyorejo, Surabaya 60115

Abstract

Shrimp were known as a source of food that contains protein and water is very high, therefore
including the highly perishable commodity or easily contaminated with spoilage bacteria. Shrimp by
the market's needs were always expected in the form of fresh and meet export quality standards, it
remains difficult to be met. To maintain the quality of the shrimp that will be exported, shrimp freezing
process were required which is applications of refrigeration technique. This observation refrigeration
technique was conducted on shrimp freezing in PT. Graha Makmur Cipta Pratama Sidoarjo. The
working method used is descriptive method that can be interpreted by the fact-finding proper
interpretation include primary data and secondary data. Mechanical refrigeration is used in PT. GMCP
is using IQF (Individually Quick Frozen). The results of calculations performed on the sampling size
shrimp as raw material ranging in size 25 with the value of the product yield PDTO 89.63% and
86.71% PND products then the percentage of glazing value achieved was 14%. Shrimp core
temperature optimum is -18o C.

Keywords: IQF, Refrigeration, Freezing, PT. GMCP, Shrimp

Abstrak
Udang dikenal sebagai sumber makanan yang memiliki kandungan protein dan air sangat
tinggi, oleh karenanya termasuk komoditi yang sangat mudah rusak/busuk (perishable food) atau
mudah dicemari bakteri pembusuk. Kebutuhan udang oleh pasar dunia yang selalu mengharapkan
dalam bentuk segar dan memenuhi standar mutu ekspor, tetap sukar dipenuhi. Untuk menjaga
kualitas udang yang akan diekspor, tentunya diperlukan proses pembekuan udang yang dalam hal ini
merupakan salah satu aplikasi dari teknik refrigerasi. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
aplikasi teknik refrigerasi pada pembekuan udang di PT. Graha Makmur Cipta Pratama Sidoarjo.
Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif yang dapat diartikan pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Teknik
refrigerasi yang digunakan di PT. GMCP adalah menggunakan metode IQF (Individual Quick Frozen).
Hasil perhitungan yang dilakukan pada sampling size udang sebagai bahan baku berkisar pada size
25 dengan nilai rendemen produk PDTO 89,63% dan produk PND 86,71% serta prosentase nilai
glazing yang dicapai adalah 14%. Suhu core udang yang optimum adalah -18o C.

Kata Kunci : IQF, Refrigerasi, Pembekuan, PT. GMCP, Udang

Pendahuluan
Udang dikenal sebagai sumber segar dan memenuhi standar mutu ekspor,
makanan yang memiliki kandungan protein tetap sukar dipenuhi (Hariadi, 1994). Sari
dan air sangat tinggi, oleh karenanya termasuk (2006) mengatakan bahwa, salah satu cara
komoditi yang sangat mudah rusak/busuk yang digunakan untuk mempertahankan mutu
(perishable food) atau mudah dicemari bakteri udang adalah dengan mengaplikasikan
pembusuk. Kebutuhan udang oleh pasar dunia teknologi refrigerasi, salah satunya
yang selalu mengharapkan dalam bentuk pembekuan (freezing). Pembekuan udang
adalah salah satu pengolahan hasil perikanan − 0
% = 100%
yang bertujuan untuk mengawetkan makanan 0
berdasarkan atas penghambatan Perhitungan waktu pembekuan udang
pertumbuhan mikroorganisme, menahan dilakukan berdasarkan Earle (1983)
reaksi-reaksi kimia dan aktivitas enzim-enzim menggunakan rumus sebagai berikut :
(Nuryani, 2006). a a
PT. Graha Makmur Cipta Pratama merupakan tf = λρ P + R : (T − Ta)
hs k
salah satu perusahaan cold storage sekaligus Keterangan :
pengekspor udang yang berada di Sidoarjo, tf = waktu pembekuan,
Jawa Timur. Untuk menjaga kualitas udang λ = panas laten bahan,
yang akan diekspor, tentunya diperlukan p = densitas bahan,
proses pembekuan udang yang dalam hal ini a = ketebalan bahan,
merupakan salah satu aplikasi dari teknik hs = konduktivitas total bahan,
refrigerasi. Berdasarkan hal tersebut, penulis k = konduktivitas pembekuan,
berminat untuk mempelajari lebih dalam, P dan R = tetapan Plank (slab = P = 1/2 dan R
mencari lebih banyak pengalaman serta = 1/8)
meningkatkan keterampilan dengan (T-Ta) = selisih suhu.
melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT.
Graha Makmur Cipta Pratama, Sidoarjo-Jawa Hasil dan Pembahasan
Timur. Proses Pembekuan Udang
Pada dasarnya proses pembekuan
Metodologi udang yang ada di PT Graha Makmur Cipta
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini Pratama dibagi menjadi empat area yakni area
dilaksanakan di PT. Graha Makmur Cipta bongkar raw material, area pemotongan
Pratama, Jl. Industri No. 29A Desa Sukorejo, kepala, grading, dan sortir, area pengupasan
Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, kulit dan soaking serta area pembekuan,
Propinsi Jawa Timur pada tanggal 12 Januari - packing, dan cold storage. Tahap setiap
12 Februari 2015. Metode kerja yang proses kegiatan pembekuan udang disajikan
digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini pada Gambar 1.
adalah metode deskriptif yang dapat diartikan
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat
dengan teknik pengambilan data meliputi data
primer dan data sekunder. Metode ini
mempelajari masalah dan tata cara serta
situasi tertentu, termasuk tentang kegiatan dan
proses yang sedang berlangsung serta
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena
(Nazir, 2011). Parameter yang dikumpulkan
dalam kegiatan ini adalah size udang, berat
rendemen, persentase glazing, dan waktu
pembekuan udang. Pada penentuan size
udang yang digunakan sebagai bahan baku
pada proses pembekuan. Perhitungan size
udang pada setiap sampling dilakukan Gambar 1. Skema alur proses produksi
berdasarkan Kartika (2010) menggunakan Keterangan :
persamaan sebagai berikut : a. =Data Primer hasil perhitungan saat
pengamatan di lapangan
b. =Data sekunder
=

Bahan baku yang digunakan dalam


Parameter perhitungan rendemen dilakukan
kegiatan produksi udang beku di PT. Graha
berdasarkan Kartika (2010) menggunakan
Makmur Cipta Pratama adalah udang
persamaan sebagai berikut
vannamei (Litopenaeus vannamei). Tahap
PDTO n kg PDTO/PND pertama dalam proses pembekuan adalah
Cek Kupas = x 100% penerimaan bahan baku. Bahan baku berupa
PND n kg HL udang vannamei diperoleh dari hasil budidaya
tambak di wilayah Sidoarjo, Banyuwangi, Bali,
Perhitungan persentase glazing dilakukan Situbondo, Tuban, Gresik, Lamongan, dan
berdasarkan Solval, et al (2013) yang Sumbawa. Setiap box yang diterima dari
menggunakan persamaan sebagai berikut:
supplier ini berisi udang yang size-nya sama di kupas karapasnya dan dibuang ususnya
dengan kisaran ukuran udang size 24-26. sesuai spesifikasi yang diminta pembeli. Hasil
Perlu diketahui bahwa size 24-26 ini berarti pengamatan pada proses pengupasan,
terdapat 24 sampai 26 ekor udang dalam satu permintaan pembeli berupa udang yang
Kg. Udang yang terdapat dalam keranjang dikupas dalam bentuk PDTO (Peeled
dicuci dengan air dingin dengan suhu 1,3oC. Deveined Tail on) dan PND (Peeled and
Proses pencucian udang menggunakan air Deveined). Selama proses kupas karapas dan
dingin merupakan salah satu aplikasi teknik pembuangan usus udang ini suhu udang
refrigerasi yang diterapkan di PT. GMCP. dipertahankan agar tidak lebih dari 3oC
Pencucian bertujuan untuk membersihkan dengan cara penambahan es. Penambahan
udang dari kotoran-kotoran yang terdapat es ini juga merupakan salah satu aplikasi
pada permukaannya serta memisahkan udang teknik refrigerasi yang diterapkan di PT.
dari pecahan-pecahan es pendingin. Selain GMCP. Es yang digunakan adalah ice flake
itu, pencucian menggunakan air dingin pada karena mempunyai kemampuan untuk
udang dapat menjaga suhu udang agar tetap mendinginkan lebih cepat. Setelah dilakukan
o
kurang dari 3 C. Lalu, dilakukan inspeksi pengupasan karapas, petugas quality control
dengan cara mengambil sampling udang tiap mengambil sampling dari kupasan dan
sepuluh keranjang yang dipindahkan dari truk. menghitung rendemen kupasan. Rendemen
Sampling inspection ini dilakukan untuk yaitu perbandingan bahan awal dan hasil
menentukan harga pada supplier berdasarkan akhir. Standar untuk produk PDTO (Peeled
range kualitas dan size dari udang mereka. Deveined Tail on) yaitu rendemen 88% dan
Hasil pengamatan sampling size PND (Peeled and Deveined) rendemen 84%.
udang pada penerimaan bahan baku adalah Hasil perhitungan rendemen udang PDTO
udang dengan size 24,9. Perhitungan size berdasarkan Kartika (2010) adalah 89,93%
udang pada setiap sampling berdasarkan dan rendemen udang PND adalah 86,71%.
rumus Kartika (2010). Setelah dilakukan Hasil kedua rendemen udang tersebut
inspeksi dan grading secara sampling, menunjukkan bahwa rendemen udang sangat
selanjutnya udang masuk ke dalam area baik karena hasilnya melebihi standar.
pemotongan cephalothorak. Rendemen udang Udang yang telah dikupas dan dibelah
setelah di potong bagian cephalothoraknya kemudian ditampung kembali dalam
adalah 69%. Udang yang telah di potong keranjang, setelah itu dipindahkan ke dalam
cephalothorak kemudian di masukkan ke blong soaking. Soaking adalah proses
dalam mesin grader. Mesin grader berfungsi pemberian larutan phospat dan non-phospat
memisahkan size udang berdasarkan ukuran pada udang yang bertujuan untuk menambah
besar kecil udang. Mesin grader memiliki dan mengembalikan berat udang setelah
kapasitas 400-500 kg/jam. kupas dan pengambilan usus. Proses soaking
Prinsip dari mesin grader adalah merupakan tahapan dalam pembekuan udang
menggunakan prinsip gravitasi yang yang paling banyak menghabiskan waktu
memisahkan udang yang diangkut dengan karena proses ini dilakukan sekitar tiga jam.
conveyor kemudian dialirkan diantara pipa- Prinsip yang digunakan mesin soaking yaitu
pipa yang memutar dengan bantuan dengan kecepatan putaran atau rpm yang
semprotan air, kemudian ukuran udang yang dapat mengubah larutan menjadi homogen
kecil akan terlebih dahulu turun ke keranjang sehingga mudah diserap oleh pori-pori udang.
penampungan, berlanjut size selanjutnya. Suhu larutan soaking harus dipertahankan
Setelah disortir dengan mesin grader, udang antara 10-15oC. Kegagalan dalam proses
yang sudah dipisahkan sesuai ukurannya akan soaking diakibatkan karena penempatan alat
disortir ulang oleh karyawan, proses ini disebut yang tidak rata, sehingga proses putaran
dengan bagian final yang fungsinya kurang sempurna dan suhu air yang jauh dari
mengkalibrasi ulang hasil sortir sesuai standar suhu yang ditentukan. Udang yang telah di
size, kualitas dan warna. Size udang adalah di soaking ditempatkan dalam wadah box fiber
dalam berat tertentu udang terdapat jumlah dan dibawa ke area pembekuan.
/banyaknya udang. Teknik pembekuan udang vannamei di
Udang yang telah keluar dari mesin PT. Graha Makmur Cipta Pratama
grader ditampung dalam keranjang dan diberi menggunakan pembekuan secara mekanis
label size. Apabila ada udang yang tidak yaitu dengan mesin IQF (Individual Quick
masuk ke dalam kerajang tampungan grader Frozen). Proses pembekuan udang di PT
maka udang akan disortir secara manual oleh GMCP ini dilakukan dengan cara mencuci
pegawai untuk menentukan size udang udang dari proses sebelumnya dengan air
tersebut. Tahap berikutnya adalah proses dingin untuk menghilangkan larutan soaking
pengupasan karapas dan soaking yaitu udang pekat yang menempel dipermukaan udang,
kemudian udang dibekukan secara individu, sementara agar tetap menjaga kualitas udang
caranya dengan menata satu persatu udang sebelum didistribusikan.
pada conveyor berjalan, dimungkinkan udang
tidak melingkar atau yang disebut udang cincin Teknik Refrigerasi Pada Pembekuan Udang
atau curl melainkan berbentuk sabit karena air di PT GMCP
akan menumpuk di tengah-tengah udang yang Refrigerasi adalah proses
menyebabkan udang akan lama membeku. pengambilan kalor atau panas dari suatu
Proses pembekuan udang dilakukan benda atau ruang untuk menurunkan
selama kurang lebih 15 menit dengan suhu temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk
optimal -33°C. Jika suhu mesin IQF turun dari energi, sehingga mengambil kalor suatu
sampai -29°C proses pembekuan harus benda ekuivalen dengan mengambil sebagian
dihentikan karena pada suhu tersebut udang energi dari molekul-molekulnya. Pada aplikasi
tidak mencapai suhu core yang optimum. tata udara (air conditioning), kalor yang diambil
Suhu core adalah suhu pusat udang yang berasal dari udara. Untuk mengambil kalor dari
diukur dengan cara mengebor daging udang udara, maka udara harus bersentuhan dengan
sampai ke bagian tengah udang dengan suatu bahan atau material yang memiliki
menggunakan bor kemudian diukur temperatur yang lebih rendah (Tampubolon,
menggunakan termometer. Suhu core udang 2005). Sedangkan menurut Hartanto (1985)
berkisar antara suhu -18°C sampai dengan - pendinginan atau refrigerasi adalah suatu
22°C. Pengukuran suhu core udang di PT proses penyerapan panas pada suatu benda
GMCP dilakukan oleh QC (Quality Control) dimana proses ini terjadi karena proses
bagian pembekuan. penguapan bahan pendingin (refrigerant).
Proses selanjutnya adalah, udang Proses pembekuan bertujuan untuk
ditimbang per dua lbs dan di glazing dengan mengawetkan sifat-sifat alami udang dengan
air dingin. Proses glazing adalah proses cara menghambat aktifitas bakteri dan aktifitas
pelapisan es pada produk IQF yang fungsinya enzim (Hariadi, 1994). Menurut Murniyati dan
untuk menghindari atau meminimalisir efek Sunarman (2000), keadaan beku
dehidrasi terhadap finish product dan untuk menyebabkan bakteri dan enzim terhambat
mengetahui berat material sebelum dan kegiatannya, sehingga daya awet ikan beku
setelah di glazing. Glazing dilakukan pada lebih besar dibandingkan dengan ikan yang
saat udang keluar dari mesin IQF kemudian hanya didinginkan. Pada suhu -12oC, kegiatan
ditimbang untuk mengetahui berat sebelum di bakteri telah dapat dimatikan tetapi proses
glazing, setelah itu udang di glazing dengan kimia enzimatis terus berjalan. Mesin pembeku
cara dicelupkan pada air dingin bersuhu yang digunakan di PT. GMCP adalah mesin
kurang dari 1,3°C sebanyak 13 – 15 %. Hasil IQF (Individual Quick Freezer) yang berjumlah
glazing udang menunjukkan kenaikan berat dua mesin, yaitu merek AOWID dan Nantong.
udang sebesar 14% yang awalnya 908 gram Kedua mesin IQF yang dimiliki perusahaan ini
menjadi 1035 gram. mampu membekukan satu ton udang tiap satu
Pada saat pelapisan dimungkinkan jam. Dalam sehari kedua mesin IQF tersebut
keranjang yang berisi udang harus mampu membekukan udang sebanyak
sepenuhnya masuk pada bak yang berisi air delapan ton. Menurut Murniyati dan Sunarman
dingin, agar hasil glazing maksimal. (2000) ukuran freezer ditentukan oleh waktu
Keberhasilan glazing tergantung dari suhu pembekuan, kapasitas pembekuan, dan
core atau inti udang yang dicapai pada saat kepadatan produk di atas konveyor.
proses pembekuan IQF. Setelah proses Komponen mesin pembeku atau
glazing selesai, selanjutnya udang freezer yang ada di PT. GMCP yaitu
dimasukkan ke dalam polybag ready dan evaporator, kompresor, kondensor, katup
dilewatkan ke alat metal detector untuk ekspansi. Prinsip mesin pembeku ini yaitu
mengetahui bahwa udang terhindar dari bahan menyerap panas dari tubuh udang dan
logam beserta turunanya. Proses terakhir memindahkan ke media lain dengan
adalah udang dimasukkan dalam MC (Master perantaraan bahan pendingin atau refrigerant.
Carton) dan disimpan dalam cold storage Di dalam mesin pembeku AOWID, proses
hingga menunggu proses loading ke kontainer. pembekuan dikendalikan oleh peralatan
Penyimpanan udang dilakukan di cold storage mekanis sehingga proses pembekuan berjalan
room dengan dengan suhu yaitu antara -18ºC dengan efektif dan efisien. Refrigerant cair
sampai -22ºC. PT. Graha Makmur Cipta yang berasal dari tangki penampung
Pratama memiliki dua cold storage room yang dimasukkan dalam evaporator melalui katup
mampu menyimpan udang dengan kapasitas ekspansi. Di evaporator, refrigerant cair
300 ton. Cold storage room berfungsi sebagai dipaksa menguap dengan menurunkan
tempat penyimpanan produk udang beku tekanannya oleh kompresor. Di dalam
evaporator ini proses pembekuan udang semua permukaan bahan dibekukan seragam,
terjadi dengan cepat. Uap refrigerant yang waktu pembekuan pendek, dehidrasi pada
terhisap oleh kompresor kemudian produk dapat diminimalisir, dan kapasitas
dimampatkan dan dimasukkan dalam produksi yang besar. Kelemahan pembekuan
kondensor untuk diembunkan. Refrigerant sistem kontinu adalah bahan yang dibekukan
yang telah menjadi cairan kembali ditampung terbatas pada produk atau bahan pangan
di dalam sebuah tangki penampung yang dalam bentuk kecil saja seperti udang.
kemudian diuapkan kembali di dalam
evaporator. Siklus tersebut berjalan terus-
menerus sehingga refrigerant tidak perlu Waktu Pembekuan Udang
dibuang. Waktu yang dibutuhkan untuk
Mesin IQF menggunakan membekukan udang berbeda-beda. Menurut
penghembusan udara dingin melalui fan yang Murniyati dan Sunarman (2000) waktu
ada didalam mesin untuk membekukan udang pembekuan adalah waktu yang dibutuhkan
secara individu. Udara yang dihembuskan untuk menurunkan suhu produk dari suhu awal
merupakan udara dingin yang berasal dari hingga mencapai suhu tertentu pada bagian
bahan pendingin atau refrigerant. Mesin ini tengah produk. Suhu tengah udang yang
memiliki suhu optimal -30°C sampai -36ºC. ditetapkan di PT. GMCP berkisar antara -18°C
Refrigerant bersirkulasi melalui keempat sampai dengan -22°C. Waktu yang diperlukan
komponen tersebut dan mengalami perubahan untuk membekukan udang di PT. GMCP
fase dari gas menjadi cairan. Refrigerant yang berkisar antara 10-15 menit. Faktor-faktor
digunakan di PT. GMCP berupa amonia yang mempengaruhi kecepatan pembekuan
dikarenakan harga amonia yang murah dan udang yaitu performa mesin IQF, suplai
mudah didapat. Hal tersebut sesuai dengan amonia sebagai pendingin, ukuran udang yang
pendapat Hariadi (1994) yang menyatakan akan dibekukan, dan suhu udang sebelum
bahwa amonia banyak digunakan dibidang dibekukan.
industri perikanan karena mempunyai sifat Hasil perhitungan waktu pembekuan
menguntungkan, terutama adalah murah dan udang dengan menggunakan rumus
mudah diperoleh dipasaran. Selain itu, amonia perhitungan berdasarkan Earle (1983) yaitu
memiliki bau yang sangat tajam sehingga jika 12,67 menit. Hasil perhitungan tersebut
terjadi kebocoran mudah diketahui. Bila terjadi berbeda dengan waktu pembekuan udang
kebocoran pada sistem refrigerasi, refrigerant saat pengamatan di lapangan, yaitu 15 menit.
mungkin dapat mengenai produk makanan Perbedaan waktu pembekuan antara
tetapi tidak mempunyai dampak yang serius pengamatan di lapangan dengan hasil
terhadap makanan, kulit, atau bahan tenunan perhitungan dapat disebabkan oleh beberapa
untuk jangka waktu yang pendek. Persentuhan faktor yaitu pertama, pada perhitungan
yang lebih lama dengan udara yang pembekuan hanya menggunakan asumsi nilai
mengandung amonia dapat menyebabkan koefisien transfer panas permukaan mesin IQF
makanan berasa atau berbau amonia dan panas laten pembekuan karena tidak
(Stoecker and Jones, 1982). diperoleh data yang pasti mengenai nilai
Mesin IQF yang digunakan di PT. koefisien transfer panas permukaan mesin dan
GMCP menggunakan sistem kontinu. Menurut panas laten pembekuan udang. Kedua, waktu
Estiasih dan Ahmadi (2009) pembekuan pembekuan udang yang ditetapkan oleh PT.
sistem kontinu merupakan pembekuan yang GMCP untuk udang size 15 selama 15 menit
menggunakan konveyor untuk meletakkan tentunya sudah melalui banyak pertimbangan
produk atau bahan, dan udara dihembuskan dan perhitungan yang kaitannya dengan
searah atau berlawanan dengan pergerakan efisiensi waktu, listrik, daya kerja mesin IQF,
bahan. Sistem pembekuan secara kontinu kualitas pembekuan udang, dan faktor-faktor
yang diterapkan di PT. GMCP memanfaatkan lainnya.
konveyor untuk meletakkan udang. Konveyor
tersebut bergerak melewati mesin IQF. Di Kesimpulan
dalam mesin IQF, fan menghembuskan udara Aplikasi teknik refrigerasi pada pembekuan
dingin pada udang dengan suhu -30°C sampai udang yang dilakukan oleh PT. Graha Makmur
-36ºC yang menyebabkan udang beku. Cipta Pratama (PT. GMCP) adalah
Kemudian, konveyor bergerak keluar dari menggunakan teknik pembekuan udang IQF
mesin IQF dan udang secara otomatis jatuh ke (Individual Quick Frozen). Prinsip pembekuan
dalam wadah yang berada pada outlet mesin. udang secara IQF yaitu dengan membekukan
Sistem tersebut berjalan terus menerus udang yang ditata satu-persatu pada konveyor
selama mesin tetap menyala. Kelebihan yang berjalan lalu dibekukan menggunakan
pembekuan IQF sistem kontinu ini adalah mesin IQF dengan zat pendingin atau
refrigerant berupa amonia. Berdasarkan Refrigerasi Cascade Menggunakan
perhitungan sampling size udang 24-26 rata- Heat Exchanger Tipe Concentric Tube
rata berukuran 25 dengan nilai rendemen Dengan Fluida Kerja Refrigeran
produk udang PDTO sebesar 89,63% serta Musicool-22 Di High Stage Dan R-
PND sebesar 86,71% dan glazing sebanyak 404a Di Low Stage. Jurnal Teknik
14%. Faktor-faktor yang mempengaruhi POMITS Vol. 2, No. 1, 2301-9271.
kecepatan pembekuan udang di PT. GMCP Sari, D. K. 2006. Optimasi Proses Pembekuan
yaitu performa mesin IQF, suplai amonia Udang Masak Beku Dengan
sebagai pendingin, ukuran udang yang akan Menggunakan DantechTM Freezer Di
dibekukan, dan suhu udang sebelum PT Central Pertiwi Bahari, Lampung.
dibekukan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Solval, M. K., Luis, A. E. R., Marvin, M., David,
Daftar Pustaka
B., Subramaniam, S. 2013. Evaluation
Earle, R. L. 1983. Unit Operations in Food of chitosan nanoparticles as a glazing
Processing. The New Zealand Institute material for cryogenically frozen
of Food Science and Technology Inc. shrimp. LWT - Food Science and
Hariadi, S. 1994. Pembekuan Udang Jilid I. Technology 57 (2014) 172e180.
Karya Anda. Surabaya. Stoecker, W. F. and Jones, J. W. 1982.
Hartanto, B. 1985. Teknik Mesin Pendingin. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.
BKPI, Tegal. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kartika, N. M. 2010. Teknik Pembekuan Tampubolon, D. dan Samosir, R. 2005.
Udang Vanamei (Litopenaeus Pemahaman Tentang Sistem
vannamei) Di PT. Grahamakmur Cipta Refrigerasi. Jurnal Teknik SIMETRIKA
Pratama Kecamatan Buduran Vol. 4 No. 1 – April 2005: 312 – 316.
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Hasil
Praktikum Kerja Lapang Program
Studi Budidaya Perairan Universitas
Airlangga.
Koswara, S. 2009. Pengolahan Pangan
Dengan Suhu Rendah.
Ebookpangan.com.
Tampubolon, D. dan Samosir, R. 2005.
Pemahaman Tentang Sistem
Refrigerasi. Jurnal Teknik SIMETRIKA
Vol. 4 No. 1 – April 2005: 312 – 316.
Lailossa, G. W. 2009. Studi Awal Design
Model Sistem Rantai Dingin (Cold
Chain System) Komoditas Unggulan
Ekspor Sektor Perikanan Maluku (Ikan
Beku/Frozen Fish). Artikel pada
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi
Teknologi Kelautan, 17 Desember
2009.
Murniyati, A.S. dan Sunarman. 2000.
Pendinginan Pembekuan dan
Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Nuryani, A. B. 2006. Pengendalian Mutu
Penanganan Udang Beku Dengan
Konsep Hazard Analysis Critical
Control Point (Studi Kasus Di Kota
Semarang Dan Kabupaten Cilacap).
Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang.
Safitra, A. G., & Putra, A. B. 2013. Studi
Variasi Beban Pendinginan Di
Evaporator Low Stage Sistem

Anda mungkin juga menyukai