S2 2014 339687 Chapter1
S2 2014 339687 Chapter1
PENDAHULUAN
asing yang belajar bahasa Indonesia adalah pembelajar yang berkebangsaan non-
Indonesia dan berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia. Pembelajar BIPA biasanya
pembelajar dewasa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau
bahasa kedua.
sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau mendapatkan nilai kelulusan telah
1
2
motivasi dan akan berhenti ketika pembelajar sudah meraih atau mencapai apa
yang diinginkan.
atau bahasa pilihan. Selain itu, terdapat tiga organisasi nonprofit Amerika yang
serta pada tahun 2010 diselenggarakan organisasi program bahasa Indonesia baru
berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan
berbahasa secara lisan dan secara tulis. Keempat, berdasarkan penyebab kesalahan
Penelitian ini akan mengkaji salah satu aspek tataran linguistik, yaitu
tiga proses pembentukan kata, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Dari
ketiga proses tersebut, peneliti membatasi penelitian ini pada ranah kesalahan kata
kerja berafiks yang digunakan. Hal tersebut sesuai dengan Susanto (2001) yang
penelitian ini adalah keterampilan menulis. Di bawah ini adalah contoh kesalahan
*(1) Jadi, pemerintah bisa membuat aturan di mana mentebang menjadi kegiatan
ilegal.
*(2) Akhirnya, siswa bisa mengadiri SMA selama tiga tahun.
*(3) Setelah kedelai rebus sudah dingin, pembuat tempe mecampur ragi dan
kedelai rebus itu.
bercetak tebal di atas. Pada data nomor (1) kesalahan pembentukan kata kerja
dikarenakan fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan.
Kaidah afiksasi awalan {meN-} jika digabungkan dengan kata berfonem awal /t/
seharusnya luluh menjadi {meN-}. Pada data nomor (2) kesalahan pembentukan
kata kerja dikarenakan fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi,
berfonem awal /h/ seharusnya tidak luluh. Kalimat tersebut tidak hanya
terdapat kata bentukan yang tidak tepat. Kata menghadiri mempunyai makna
untuk kalimat tersebut adalah kata menemupuh yang berarti ‘melalui atau
menyusuri, mengikuti (kursus, pelajaran, sekolah dsb)’. Pada data nomor (3)
dalam kata campur, tetapi bentukan kata yang dihasilkan tidak sesuai dengan
5
dengan kata berfonem awal /c/ terbentuk nasal sebelum kata dasar yang menjadi
mencampur. Pembenaran untuk kata bercerak tebal pada data nomor (1), (2), (3)
*(4) Dalam berdialogue kami mencari banyak persoalan antara kedua negara.
Pada kata kerja dicetak tebal di atas, dapat diketahui bahwa kata dasar
yang digunakan adalah dialogue. Kata dasar tersebut masih berupa kata dasar
dalam bahasa ibu pembelajar yaitu bahasa Inggris. Meskipun dalam bahasa
Indonesia juga terdapat kata serapan dari bahasa Inggris yaitu dialog. Tetapi kata
berdialog tidak berterima dalam kalimat tersebut. Hal itu dikarenakan kata dialog
karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih’.
Kata yang tepat untuk sehingga berterima dalam kalimat tersebut adalah kata
dikarenakan salah dengar dari ucapan yang ditulis ke dalam bahasa tulis.
dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua. Pembenaran untuk kata
(4a) Dalam diskusi, kami mencari banyak persoalan antara kedua negara.
indonesia bagi penutur asing. Kesalahan penggunaan gabungan afiks {di-kan} dan
*(5) Saya baru tahu kalau silat bisa di ajari oleh perempuan dan laki-laki.
*(6) Menurut Mustofa, terkadang pemerintah pusat sering memberikan bantuan
yang tidak sesuai dengan apa yang di perlukan oleh daerah.
Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa pada kalimat (5) dan (6) di-
berfungsi sebagai preposisi. Namun jika kalimat tersebut dibaca secara seksama,
maka akan terlihat bahwa di- sebagai bagian dari kata sesudahnya. Dapat diartikan
bahwa dalam kalimat (5) dan (6) di- merupakan gabungan afiks yaitu {di-i} dan
{di-kan}. Kerancuan penggunaan di- sebagai awalah dan di- sebagai preposisi
Kesalahan pada bagian ini dapat disebabkan karena pembelajar belum menguasai
kaidah pembentukan konstruksi pasif dalam bahasa indonesia. Bentuk dasar ajar
7
pasif yang tepat. Perbaikan dapat dilihat pada konstruksi (5a) dan (6a).
(5a) Saya baru tahu kalau silat bisa diajarkan oleh perempuan dan laki-
laki.
(6a) Menurut Mustofa, terkadang pemerintah pusat sering memberikan
bantuan yang tidak sesuai dengan apa yang diperlukan oleh daerah.
dalam membentuk kata dengan afiks, tetapi penutur asing banyak mendapatkan
tatabahasa Indonesia yang masih samar atau belum jelas. Kesalahan penggunaan
sebagai subjek penelitian karena belum banyak peneliti yang meneliti tentang
Amerika?
Amerika?
8
Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, tujuan
mahasiswa Ameika.
Amerika.
ilmu yang sudah didapat dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Bagi
peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan manfaat
sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
tataran sintaksis tetapi juga dalam tataran morfologi. Hal tersebut dapat
9
para pembelajar BIPA yang berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia telah
ini menjelaskan kesalahan berbahasa dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik.
bahan ajar BIPA. Penelitian ini masih bersifat umum, hanya menjelaskan ragam
pembelajaran BIPA. Salah satu disertasi yang membahasa tentang BIPA adalah
Asing Model Tutorial: Studi Kasus Pembelajaran BIPA Tingkat Pemula pada
dengan model tutorial. Penelitian ini praktis mengarah pada ranah pengajaran dan
pelafalan yang tercermin pada penulisan bahasa Korea. Penelitian tersebut lebih
fokus pada ranah fonologi khususnya dalam membedakan bunyi dalam pasangan
minimal. Faktor penyebab kesalahan dalam bidang fonologi antara bahasa ibu
dari Korea. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pembelajar BIPA
dari Korea melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa
memperbaiki dan membantu proses belajar mengajar bahasa sasaran. Tujuan dari
pembelajar yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua. Sesuai dengan
dilakukan.
12
penyimpangan yang tidak sistematis, misalnya karena kelelahan, emosi atau salah
merupakan bentuk bahasa yang tidak benar secara gramatikal baik yang
satuan gramatikal. Secara umum morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga terhadap
tataran linguistik yang identik dengan tata kata atau tata bentuk. Dalam bahasa
Indonesia terdapat tiga proses pembentukan kata. Proses afiksasi, reduplikasi, dan
Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk
kelas kata atau makna dari bentuk dasar yang dikenal sebagai proses afiksasi
derivasional. Penambahan afiks yang tidak disertai dengan perubahan kelas kata
pada letak atau di mana posisi afiks tersebut digabung dengan kata yang
dibedakan adanya; prefiks (awalan) yaitu imbuhan yang melekat di depan kata
dasar; sufiks (akhiran) adalah imbuhan yang melekat di belakang kata dasar;
infiks (sisipan) adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar; dan
pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.
Gabungan afiks merupakan morfem terbagi, maka kedua bagian dari afiks
ada yang lebih dahulu serta tidak ada yang lebih kemudian.
14
dengan mengulang bentuk dasar secara utuh, sebaigan, berkombinasi dengan afiks
beberapa jenis.Ada dua jenis kata ulang yaitu, (1) kata ulang sesungguhnya atau
kata ulang asli, (2) kata ulang semu atau atau kata ulang tidak asli. Kata ulang
sesungguhnya atau kata ulang asli dipilah menjadi (a) kata ulang utuh, (b) kata
ulang sebagian, (c) kata ulang berimbuhan, dan (d) kata ulang berubah bunyi.
Sedangkan kata ulang semu atau kata ulang tidak asli dipilah pada dasarnya bukan
kata ulang, tetapi mempunyai bentuk seperti kata ulang. Misalnya laki-laki, cumi-
morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat,
menghasilkan makna baru dan makna baru tersebut disebut kata majemuk.
kata.
fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi, namun tidak diluluhkan.
Seperti pada kaidah afiksasi awalan meN-, jika fonem /t/, /s/, /p/ seharusnya luluh
bentukan kata berprefiks, tetapi juga terdapat kesalahan yang dibentuk dari
namun hal tersebut sangat sukar bagi penutur asing untuk menentukan peluluhan
1. Penghilangan afiks
4. Penggantian morf
sebagai berikut.
4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-,
5. Perubahan morfem ber-, per- dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-
9. Pemajemukan berafiksasi
17
Terdapat sebuah usia optimal atau periode kritis yang disebut juga dengan
periode sensitif dalam mempelajari bahasa kedua. Setelah masa remaja, bahasa
harus diajarkan dan dipelajari melalui usaha-usaha secara sadar. Terdapat dua
yaitu usia dan bakat. Usia anak-anak lebih berhasil dalam mempelajari bahasa
kedua daripada orang dewasa, serta bakat dalam pembelajaran kedua. Tetapi
orang dewasa memiliki kelebihan kognitif dan afektif jika dibandingkan dengan
memberikan salah satu jawaban bahwa ada satu kompetensi transisi ke bahasa
berbahasa menjadi tiga jenis, yaitu (1) kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
atau (interference errors), (2) kesalahan intrabahasa (intralingual errors) dan (3)
interferensi positif.
diklasifikasi dari sudut pandang yang berbeda-beda, namun secara garis besar
2. kesalahan intralingual
3. kesalahan ambigu
4. kesalahan unik
psikolinguistik, epistemik atau bisa juga terletak pada struktur wacana. Bagan
TRANSFER
KOMPETENSI INTRALINGUAL
UNIK
SUMBER
KESALAHAN
MASALAH
PEMROSESAN
PERFORMANSI
STRATEGI
KOMUNIKASI
20
1. Penanggalan (omission)
2. Penambahan (addition)
3. Kesalahbentukan (misformation)
4. Kesalahurutan (misordering)
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor individu pelajar bahasa, dan faktor
di luar individu pelajar bahasa. Faktor individu pelajar bahasa meliputi: keyakinan
individu dalam belajar bahasa, keadaan afektif individu pelajar bahasa dalam
belajar bahasa, dan faktor-faktor umum pelajar bahasa antara lain aspek usia,
21
bakat bahasa, gaya belajar, kepribadian pelajar bahasa dan motivasi (Ellis, dalam
Susanto 2008).
pembelajar belajar bahasa asing. Tabel berikut menunjukkan hasil deskripsi dari
tiga peneliti yang berbeda dan dengan cara pengklasifikasian yang berbeda pula.
sebagai berikut, yaitu kesalahan dalam aspek fonologis, kesalahan dalam aspek
morfologis, kesalahan dalam aspek sintaksis, dan kesalahan dalam aspek wacana.
Dari keempat aspek tersebut, peneliti memfokuskan pada aspek morfologi sebagai
subjek penelitian.
kesalahan penambahan (ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak
perlu), kesalahan yang berupa salah bentuk (ditandai oleh bentukan atau struktur
yang salah), dan kesalahan yang berupa salah urut (ditandai oleh penempatan
yang tidak benar bagi morfem atau kelompok morfem dalam suatu ujaran) (Burt
pengembangan konsep didasarkan atas data yang ada. Kedua, penelitian ini
mahasiswa Amerika. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni (1)
metode pengumpulan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian
simak sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Metode
simak dalam hal ini teknik simak bebas libat cakap yang digunakan dengan
digunakan oleh peneliti yakni teknik catat yaitu mencatat data yaitu kata-kata
berbahasa mahasiswa program CLS tahun 2013, dipilih mahasiswa tingkat madya
yang ditulis oleh 7 mahasiswa tingkat madya dan 3 mahasiswa tingkat mahir.
Mahasiswa CLS tahun 2013 terdaftar sejak tanggal 4 Juni 2013 sampai 5
Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang. Mahasiswa CLS 2013
penelitian data sekunder. Data sekunder akan dikumpulkan dari hasil tugas
mahasiswa Amerika tingkat madya dan mahir program CLS 2013. Kedua,
25
Pada tahap analisis data ini, data dianalisis dengan menggunakan metode
agih. Metode agih ini diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung sebagai
teknik dasarnya. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan
itu dipandang sebagai unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud
kerja tersebut.
penelitian ini akan disajikan secara formal dan informal. Secara informal hasil
26
dipahami, sedangkan secara formal hasil penelitian ini akan dikemukakan dengan
tabel.
Penyajian ini akan disajikan ke dalam empat bab dengan perincian sebagai
berikut: