Anda di halaman 1dari 31

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nefrolitiasis

Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk
didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi didalam urine.

Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik
dalam ginjal,ureter maupun buli-buli.

Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini
terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Patofisiologi keperawatan, 2000 ).

Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang


menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri
karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.

2.2 Anatomi Ginjal

a. Ginjal
Gambar 2.2 Ginjal
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen.
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah
hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal
(juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang
peritoneum yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal
dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.
a. Lapisan ginjal
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan
fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :
1. lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
2. lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagian
medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang
merupakan bukaan saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

b. Unit Fungsional Ginjal


Gambar 2.3 Nefron Ginjal

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat


berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut
urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-
saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah
dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah
yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke
dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion

mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam


tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari:
1. tubulus penghubung
2. tubulus kolektivus kortikal
3. tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular.Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis
dan sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus
dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke
kandung kemih melewati ureter.
c. Persyarafan pada ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
2.3 Fisiologi Sistem Perkemihan

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan


ekstrasel dalam batas – batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel
ini dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan sekresi tubulus. Untuk
lebih jelasnya fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi dua fungsi, yaitu :

 Fungsi Eksresi
a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-osmol dengan
mengubah – ubah eksresi air.
b. Mempertahankan kadar masing – masing elektrolit plasma dalam
rentang normal.
c. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7.4 dengan mengeluarkan H+ dan
membentuk kembali HCO3- .
d. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein,
terutama urea, asam urat dan kreatinin.
 Fungsi Non – Eksresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah.
b. Menghasilkan eritripoetin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sum – sum tulang.
c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif.
d. Degradasi insulin, sekitar 20 % dari insulin dibentuk oleh pankreas dan
didegradasi oleh sel – sel tubulus ginjal, akibatnya penderita diabetes
yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang
jumlahnya sedikit. (Suharyanto, Toto & Abdul Madjid. 2009:18)
1. Pembentukan Urine
Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam
mempertahankan homeostasis tubuh. Pembentukan urine berlangsung
dalam tiga tahap yaitu :
a. Filtrasi glomerulus
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat
glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman .
Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula,
urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk
ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong
air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-
pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan
molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati
lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil
filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air,
protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion
anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.
b. Reabsorpsi
Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi
yang masih diperlukan tubuh misalnya vitamin, glukosa & asam
amino. Dimulai dari tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi
dilakukan oleh dinding usus secara difusi & transfor aktif.
Dinamakan reabsorpsi obligat, dimana 80% air diserap kembali di
tubulus ini. Filtrat yang keluar dinamakan urine sekunder/filtrat
tubulus. Lalu masuk melewati lengkung henle desenden(turun)
terjadi reabsorpsi 6% air dan lengkung henle asenden(naik) terjadi
reabsorosi Na+ & Cl-. Akhirnya masuk ke tubulus kontortus distal,
terjadi penambahan dan pengurangan filtrat. Reabsorpsi Na+, Ca2+
& air dikontrol oleh hormon antideuretik(ADH), reabsorbsi ini
dinamakan reabsorpsi fakultatif karena reabsorpsinya disesuikan
dengan kebutuhan.
c. Sekresi
sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat berupa ion K+,
PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa toksik terjadi di tubulus
kontortus distal, lalu mengalir ke duktus kolektifus akan terjadi
reabsorpsi air dan ion Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron
dan augmentasi ion K+ dan ion bikarbonat. Kemudian urine
diampung di katung kemih, daya tampungnya 300 cc, tekanan ke
dinding katung menyababkan ingin buang air kencing.
2.4 Etiologi

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu


seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalam 2 faktor :

a. Factor endogen :
 Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
 Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang
dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Factor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak
seimbangan cairan yang masuk
 Suhu
Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.
 Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor
terbentuknya batu
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu
proses pembentukan urin.
2.5 Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi,
kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
c. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
d. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
e. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini
maka akan mudah terjadi pengendapan.
f. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama,
salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan
urat sebagai inti pengendapan kalsium.
g. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
2.6 Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium


oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan /
komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.

a. Batu Kalsium

Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80%
dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas
kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
Faktor terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri,
hiperurikosuria, dan hipositraturia

b. Batu Struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya


batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran
kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.

c. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif,
pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak
mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,
thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan
penyakit ini.
2.7 Pathway Nefrolitiasis

2.8 Manifsetasi Klinis

Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin
berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

a. Hematuria
b. Piuria
c. Polakisuria/fregnancy
d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan- lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya
ke arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.

2.9 Komplikasi
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :

a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh
darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika
dibiarkan menyebabkan gagal ginjal

b. Infeksi

Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan
infeksi pada peritoneal.

c. Hidronefrosis

Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan


menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin

d. Avaskuler ischemia

Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga


terjadi kematian jaringan.
2.10 Diet Pada Batu Ginjal

Tujuan:

Membantu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau mencegah


pembentukan batu ginjal.

Jenis Diet:

a. Diet Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam

Diet ini diberikan kepada pasien batu Kalsium Ginjal. Asupan


makanan yang baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah
kalori, protein, zat besi, vitamin A, tiamin, vitamin C yang cukup
dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk
menurunkan kadar kalsium dalam urine. Nilai gizi yang diberikan
adalah kalori sebanyak 2.240, protein 63g, lemak 54g, karbohidrat
372g, kalsium 0,3g, besi 16,8 mg, vitamin A 8.402 SI, tiamin 0,8mg,
dan vitamin C 130 mg.

b. Diet Tinggi Sisa Basa

Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita batu sistin dan asam
urat. Komposisi makanan cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin.
Nilai gizi yang harus diberikan adalah kalori sebanyak 2,006 ;protein
55g ;lemak 64g ;karbohidrat 317g;kalsium 0,8g ;besi 19,3g ;vitamin A
12,912 SI ;tiamin 1,2mg ;vitamin C 299mg.

Makanan yang boleh diberikan ;


1. Sumber hidrat arang, nasi ;malsimum ½ gelas sehari, roti 4potong, kentang,
ubi,singkong, kue dari tepung maizena, hunkwe, tapioka, agar”, selai, sirup.
2. Sumber protein hewani ; daging 50gr atau telur 2 butir sehari dan susu.
3. Lemak ; minyak, mentega, margarin.
4. Sumber protein nabati ; kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe atau oncom
50gr/hari.
5. Sayuran ; semua jenis sayuran paling sedikit 300gr/hari.
6. Buah-buahan ; sari buah, teh, kopi, coklat.
c. Diet Rendah Purin

Diet ini diberikan kepada pasien dengan penderita penyakit batu


ginjal,, asam urat dan gout. Kadarpurin makanannormal untuk pasien
yang menderita penyakit ini adalah 600-1000mg/hari. Diet rendah
purin mengandung 120-1500mgpurin, cukup kalori, protein, mineral,
vitamin, tinggi karbohidrat (karena karbohidrat membantu
pengeluaran asam urat). Sedang lemak (karena lemak cenderung
menghambat pengeluaran asam urat), banyak cairan (untuk membantu
mengeluarkan kelebihan asam urat). Nilai gizi yang diberikan adalah
kalori sebanyak 1,848 ;protein 51gr ;lemak 32gr ;karbohidrat 338gr
;kalsium 0,3mg ;besi 15,9mg ;vitamin A 8,642 SI ;tiamin 0,8mg
;vitamin C 170 mg ; dan purin 50-200 mg.

2.11 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

a. Pemeriksaan Urin
 PH lebih dari 7,6
 Sediment sel darah merah lebih dari 90%
 Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan
rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat
lokasi batu dan besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada
pasien yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara
lain: tidak memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan
bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu
asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan
dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra- abdomen
selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke
UGD dengan nyeri pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%,
spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu
ureter.
e. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi,
tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif
pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal
sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan
spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga
sering terlewatkan dengan ultrasonografi.

2.12 Penatalaksanaan Medis

Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis


terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan
batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong
terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-
kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan
makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis
tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas,
karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam
urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan
allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah,
karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis
(basa), bisa diberikan kalium sitrat. Dianjurkan untuk banyak
minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin


adalah :
a. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan
batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain
itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian
diuretik.
b. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada
di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif
tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah
batu yang ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut yang dapat memecahkan batu menjadi pecahan
yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar bersama dengan
air seni. Keutungan dari tindakan ESWL ini yaitu tindakan ini
dilakukan tanpa membuat luka, tanpa pembiusan dan dapat tanpa
rawat inap.

c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain
adalah operasi Kecil pengambilan batu ginjal / PCNL (Percutaneous
Nephrolithotomy). PCNL merupakan tindakan menghancurkan batu ginjal dengan
memasukkan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga batu dapat
dihancurkan dengan alat tersebut. Tindakan ini memerlukan pembiusan dan rawat
inap.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN NEFROLITIASIS
3.1. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Anamnesa
- Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dll.

- Keluhan utama klien

- Riwayat penyakit masa lalu

- Riwayat penyakit keluarga.

1.) Aktivitas/Istirahat

Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah klien terpapar

suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena penyakit yang kronis atau

adanya cedera pada medula spinalis.

2.) Sirkulasi

Kaji terjadinya peningkatan tekanan darah nadi, yang disebabkan nyeri, ansietas atau

gagal ginjal. Daerah perifer apakah teraba hangat, merah atau pucat. Eliminasi kaji

adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran

urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat BAK. Keinginan/dorongan ingin

berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.

3.) Makanan/Cairan

Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat

atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi distensi abdominal,

penurunan bising usus.

4.) Nyeri/Kenyamanan

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu

misalnya pada panggul di region sudut kosta vertebral dapat menyebar ke punggung,

abdomen, dan turun ke lipat paha, genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan

kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri khas adalah nyeri akut tidak hilang

dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.

5.) Keamanan

Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.

6.) Riwayat penyakit


Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,

gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebih kalsium atau vitamin D (Haryono,

2013:

b. Pemeriksaan Fisik Fokus


Menurut Arif Muttaqin (2016:113) pada pemeriksaan fokus didapatkan adanya
perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat
dingin, dan lemah.

a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik
menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada
beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan
respon nyeri.

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Pre-Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Massa pada


abdomen), peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu
pada ginjal.
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstuksi ginjal, sering
BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.
d. Ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan invasif
diagnostik.
e. Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan,
tindakan diagnostik invasif, perencanaan pulang (Muttaqin & Sari, 2014:
114).

2. Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen injuri:mekanik).


b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
c. Resiko Intregritas kulit berhubungan dengan kelemahan fisik

3.3. Intervesi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Klien mengatakan - Kaji tanda-tanda - Dengan munculnya sensasi
rasa nyeri berkurang vital nyeri maka akan
b/d agen sampai menghilang. mempengarungi keadaan
cidera umum pasien.
biologis - Kaji skala nyeri - Intensitas nyeri dapat di
(Massa pada pengaruhi oleh luka post
operasi sehingga perlu di
abdomen),
ketahui untuk menilai
peregangan tingkatan, lokasi dan
kualitas nyeri.
dari terminal
- Atur posisi - Posisi nyaman dapat
saraf
nyaman klien mengalihkankan perasaan
sekunder dari pasien dengan posisi
adanya batu nyaman rasa nyeri dapat
- Lakukan massase terkurangi/teralihkan.
pada ginjal. sekiran nyeri
- meningkatkan kelancaran
suplai darah untuk
menurunkan iskemia.
- Ajarkan teknik
relaksasi nafas - Meningkatkan asupan
dalam dan okasigen sehingga akan
distraksi jika menurunkan nyeri
nyeri muncul sekunder dan pengalihan
perhatian dapat
menurunkan stimulasi
internal peningkatan
produksi endpofin dan
enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan
ke korteks serebri
sehingga menurunkan
- Tingkatkan persepsi nyeri
pengetahuan
- Pengetahuan yang akan
tentang: sebab-
dirasakan membantu
sebab nyeri dan
menghubungkan mengurangi nyeri dan
dapat membantu
berapa lama
mengembangkan
nyeri akan
kepatuhan klien terhadap
berlangsung.
rencana terapeutik

- Kolaborasi
- Analgetik memblok
dengan dokter
lintasan nyeri sehingga
untuk pemebrian
analgetik nyeri akan berkurang
Gangguan Dapat berkemih
- Mengetahui pengaruh
2 - Kaji pola iritasi kadung kemih
eliminasi dengan tujuan yang berkemih, warna dengan frekuensi miksi
cukup dan tidak urine dan catat
urine teraba distensi produksi urine
berlebihan pada
berhubungan kandung kemih.
dengan - Dorong klien - Meminimalkan retensi
untuk berkemih urin, distensi berlebihan
obstuksi tiap 3 jam. pada kandung kemih
ginjal, sering - membantu
- Dorong klien
untuk minum mempertahankan fungsi
BAK,
2.000 cc/hari ginjal, pemberian air secara
hematuria oral adalah pilihan terbaik
untuk mendukung aliran
sekunder darah renal dan untuk
membilas bakteri dari
dari iritasi traktus urinarius
saluran - Hindari minum - menurunkan iritasi dengan
kopi, teh, dan menghindari minuman
kemih. alcohol yang bersifat mengiritasi
saluran kemih

- Kolaborasi - terapi medikamentosa


ditujukan untuk batu yang
pemberian ukurannya kurang dari 5
medikamentosa mm karena diharapkan
batu dapat keluar spontan.
Terapi yang diberikan
bertujuan untuk
mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine
dengan pemberian
diuretikum dan minuman
banyak supaya dapat
mendorong batu keluar
dari saluran kemih.

- kolaborasi tindakan - alat ini memecah batu


ginjal, batu ureter
extracorporeal
proksimal atau batu
shockwave kandung kemih tanpa
lithotripsy (ESWL) melalui tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen
fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak
jarang pecahan-pecahan
batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria
- Kolaborasi - tindakan endourologi
tindakan adalah tindakan invasif
endourologi minimal untuk
mengeluarkan batu sauran
kemih yang terdiri atas
memecah batu dan
kemudian
mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung
ke dalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit.
Proses pemecahan batu
dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai
energi hidrautik, energi
gelombang suara, atau
dengan energi laser.
- Kolaborasi
tindakan - bedah terbuka pada kondisi
klien yang mengalmai batu
pembedahan
ginjal dilakukan atas
terbuka pertimbagnan medis,
dimana belum tersedianya
fasilitas untuk pelaksanaan
bedah ESWL atau adanya
pertimbangan adanya
komplikasi secara klinis
yang diharuskan untuk
penatalaksanaan dengan
pembedahan terbuka.

3 Ketidakseimbangan Menunjukan - kaji status nutrisi - memvalidasi dan


nutrisi kurang dari nutrisi yang klien, turgor menetapkan derajat
kebutuhan adekuat kulit, berat masalah untuk
berhubungan dengan badan, dan menetapkan pilihan
mual, muntah efek derajat intervensi yang tepat
sekunder dari nyeri penurunan berat
kolik badan, integritas
mukosa oral,
kemampuan
menelan, riwayat
mual/muntah,
dan diare

- Fasilitas klien
memperoleh diet - memperhitungkan
keinginan individu dapat
biasa yang
memperbaiki asupan
disukai klien nutrisi
(sesuai indikasi).

- Pantau intake - berguna dalam mengukur


dan output, keefektifan nutrisi dan
anjurkan untuk dukungan cairan. Makanan
timbang berat dan cairan tidak diijinkan
melalui mulut selama
badan secara
beberapa jam atau
periodik (sekali beberapa hari sampai
seminggu). gejala akut berkurang. Bila
makanan diberikan, adanya
gejala yang menunjukkan
berulangnya episode
gastritis dievaluasi dan
dilaporkan.
- menurunkan rasa tak enak
- Lakukan dan karena sisa makanan atau
ajarkan bau obat yang dapat
perawatan mulut merangsang pusat muntah.
sebelum dan
sesudah makan,
serta sebelum
dan sesudah
intervensi atau
pemeriksaan
peroral
- intake minuman
mengandung kafein
- Fasilitasi klien dihindari karena kafein
memperoleh diet merupakan stimulan sistem
sesuai indikasi saraf pusat yang
dan anjurkan meningkatkan aktivitas
menghindari lambung dan sekresi
asupan dari agen pepsin. Pengunaan alkohol
iritan juga dihindari, demikian
juga merokok karena
nikotin akan mengurangi
sekresi bikarbonat
pankreas dan karena
menghambat netralisasi
asam lambung dalam
duodenum. Nikotin juga
meningkatkan stimulasi
parasimpatis yang
meningkatkan aktivitas
otot dalam usus dan dapat
menimbulkan mual dan
muntah.
- merencanakan diet dengan
- Kolaborasi kandungan nutrisi yang
dengan ahli gizi adekuat untuk memenuhi
untuk peningkatan kebutuhan
menetapkan energi dan kalori
komposisi dan sehubungan dengan status
jenis diet yang hipermetabolik klien
tepat.
- Kolaborasi untuk
- meningkatkan rasa
pemberian anti-
nyaman gastrointestinal
muntah
dan meningkatkan
kemauan asupan nutrisi
dan cairan peroral
4 Ansietas berhubungan Skala cemas - bantu klien - cemas berkelanjutan
dengan prognosis berkurang sampai mengekspresikan memberikan dampak
pembedahan, tindakan menghilang perasaan marah, serangan jantung
invasif diagnostik kehilangan, dan lanjutan
takut
- hubungan emosional yang
- Beri dukungan baik antara perawat dan
prabedah klien akan memengaruhi
penerimaan klien dengan
pembedahan aktif
mendengar semua
kekhawatiran dan prihatian
klien adalah bagian penting
dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai
tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi,
dan perubahan atau
kejadian pascaoperatif
yang diharapkan akan
menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar
terhadap anestesi. Bagi
sebagian besar klien,
pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang
bermakna
- Hindari
konfrontasi - konfrontasi dapat
meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama,
dan mungkin
memperlambat
penyembuhan
- mengurangi rangsangan
- Beri lingkungan eksternal yang tidak
yang tenang dan perlu
suasana penuh
istirahat
- dapat menghilangkan
- Beri kesempatan ketegangan terhadap
kepada klien kekhawatiran yang tidak
untuk diekspresikan
mengungkapkan
ansietasnya

- meningkatkan relaksasi
- Kolaborasi dan menurunkan
berikan kecemasan
anticemas
(diazepam)
- menjadi dasar
5 Pemenuhan informasi Klien mengerti akan - kaji pengetahuan
berhubungan dengan prosedur tindakan klien untuk memberikan
rencana pembedahan,
pendidikan
tindakan diagnostik
invasif, perencanaan kesehatan dan
pulang
mengklarifikasikasi
sumber yang tidak
jelas.
- Lakukan
- kurang bijaksana bila
pendidikan memberitahukan klien dan
kesehatan keluarganya tentang
preoperative lamanya waktu tindakan
ESWL dan operasi yang
akan dijalani. Penundaan
yang tidak diantisipasi
dapat terjadi karena
berbagai alasan. Apabila
klien tidak kembali pada
waktu yang diharapkan,
keluarga akan menjadi
sangat cemas, anggota
keluarga harus menunggu
dalam ruangan tunggu
bedah untuk mendapat
berita yang terbaru dari staf

- Ajarkan latihan - tujuan dalam


meningkatkan batuk adalah
batuk efektif dan
untuk memobilisasi sekresi
gunakan bantal sehingga dapat
agar mengurangi dikeluarkan. Ketika
nyeri dilakukan napas dalam
sebelum batuk, refleks
batuk dirangsang. Jika
klien tidak dapat batuk
secara efektif, pneumonia
hipostatik, dan komplikasi
paru lainnya dapat terjadi
6 Nyeri akut Menunjukkan - kaji tanda-tanda - Rasa nyeri dapat
berhubungan dengan skala nyeri vital mempengaruhi keadaan
post pembedahan berkurang sampai umum pasien.
(agen injuri:mekanik) menghilang - Menentukan penyebab,
- kaji skala nyeri kualitas, daerah, Skala dan
waktu munclnya nyeri
- atur posisi - Posisi yang nyaman dapat
nyaman klien mengurangi nyeri

- Ajarkan teknik
- Meningkatkan asupan
relaksasi nafas
dalam jika nyeri okasigen sehingga akan
muncul menurunkan nyeri
sekunder dan pengalihan
perhatian dapat
menurunkan stimulasi
internal peningkatan
produksi endpofin dan
enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan
ke korteks serebri
sehingga menurunkan
persepsi nyeri
- Istirahat/tidur yang optimal
- Anjurkan pasien dapat membuat
untuk istirahat yang metabolisme pada tubuh
cukup menjadi baik. Sehingga
dapat mempercepat proses
penyembuhan luka/nyeri
- Kolaborasi - analgesik memblok
memberikan lintasan nyeri sehingga
analgetik nyeri akan berkurang
7 Resiko infeksi - Awasi tanda – - Dugaan adanya
berhubungan dengan tanda resiko infeksi/terjadinya sepsis,
tindakan invasif infeksi abses, peritonitis

- Observasi tanda- - Timbulnya tanda dan


tanda vital gejala infeksi dapat
menyebabkan perubahan
pada keadaan umum
pasien. Sehingga
diperlukan pantauan tanda-
tanda vital dan keadaan
umum
- Lakukan
- Pada klien yang
perawatan luka
dengan teknik mengalami post
sterelisasi pembedahan rawan
sekali terjadinya infeksi
jika tidak diperhatikan
- Anjurkan
- Pada daerah post operasi
keluarga untuk rawan terjadi infeksi jika
mencuci tangan tidak memperhatikan
jika kontak kebersihan pada daerah
dengan pasien luka post operasi.
dan menjaga
kebersihan pada
daerah luka
bedah pasien

- Kolaborasi - Antibiotik berguna


pemberian mencegah kuman dan
analgetik organisme yang dapat
menyebabkan terjadinya
infeksi
8 Resiko Intregritas kulit - Kaji jumlah dan - Menurunnya cairan
berhubungan dengan karakteristik menandakan adanya
kelemahan fisik cairan luka evolusi dari proses
penyembuhan, apabila
pengeluaran cairan terus –
menerus atau adanya
eksudat yang bau
menunjukkan terjadinya
komplikasi
- Pengenalan akan adanya
- Observasi luka kegagalan proses
secara teratur, penyembuhan luka
catat berkembangnya
karakteristik luka komplikasi secara dini
dan integritas dapat menceagah
kulit terjadinya kondisi yang
lebih serius
- Lindungi luka dan
- Beri penguatan perlukaan mekanis dan
pada balutan kontaminasi, mencegah
awal/pergantian akumulasi caairan yang
sesuai indikasi dapat menyebabkan
gunakan teknik ekskoriasi
aseptik yang
ketat
- Tekanan pada daerah
luka dapat menyebabkan
- Anjurkan pasien suhu panas pada luka,
tidak memakai suhu panas pada luka
pakaian yang menyebabkan infeksi
kentat pada luka bedah.

3.4. Implementasi/Penatalaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

3.5.Evaluasi
Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif, yakni hasil observasi/pengamatan dan analisis perawat
terhadap respons klien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan atau
sesudahnya.

b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan


analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah
ditetapkan. Kesimpulan evaluasi sumatif menunjukkan adanya
perkembangan kesehatan klien atau adanya masalah baru.
3. Nyeri akut teratasi
4. Kekurangan volume cairan teratasi.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi.
6. Kecemasan (ansietas).
7. Pemenuhan informasi
teratasi. (Post Operasi)
8. Nyeri akut teratasi.
9. Resiko infeksi teratasi.
10. Resiko Intregritas kuit teratasi

Anda mungkin juga menyukai