1
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia (sebelum
timbul gejala) yang berlangsung 5-7 hari. Akibatnya, muncul respon imun
humoral dan selular, antara lain anti-netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti-
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah Immunoglobulin G
dan Immunoglobulin M, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan
pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada akan menjadi meningkat3,5.
Hampir setiap daerah pasti menemukan limbah cair hasil dari agroindustri.
Limbah – limbah cair ini menjadi faktor yang sering menyebabkan terjadi
Penyakit Demam Berdarah (DBD) berkembang. Saat ini, pencegahan dan
penanganan masih kurangan efektif dan efesiensi. Tatalaksana dengan cara
menguras, mengubur dan menutup yang masih konvesional. Cara tersebut masih
kurang efektif dalam meningkatkan harapan terhindar Penyakit Demam Berdarah
(DBD). Tatalaksana dengan menggunakan obat semprot, obat bakar, dan fogging
tetap masih kurang efektif dan efesien. Seringkali tatalaksana tersebut
menyebabkan nyamuk pembawa Penyakit Demam Berdarah (DBD) menjadi lebih
Resistensi. Dan pada akhirnya akan meningkatkan dosis yang ada pada obat
semprot, obat bakar, dan fogging yang menimbulkan penyakit lain, seperti kanker
paru –paru, asma dan penyakit pernafasan lainnya.
Melihat fakta tersebut, tantangan terbesar saat ini adalah mencari alternatif
pengurangan limbah yang menjadi tempat terjadinya Penyakit Demam Berdarah
(DBD) berkembang. Dengan pendekatan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi) bisa menjadi sebuah titik terang dalam pemecahan masalah tersebut.
Namun, pertanyaan mucul, mengapa harus ‘IPTEK’ menjadi titik terang?.
Jawabannya karena setiap saat IPTEK akan selalu berkembang, apalagi masalah
tentang limbah cair agroindustri yang menjadi permasalahan semua orang yang
menyebabkan berbagai penyakit termasuk nyamuk pembawa Penyakit Demam
Berdarah (DBD). Salah satu perkembangan IPTEK terbaru adalah pengelolaan air
limbah menjadi air bersih layak pakai dan minum.
2
Berikut kadar minimum dalam suatu limbah
Maka dari itu pada tulisan ini, penulis ingin memberikan ajakan kepada
masyarakat agroindustri mengenai pengelolaan air limbah cair agroindustri
menjadi air bersih dan layak pakai. Pada awalnya, kita hanya menggunakan air
bersih yang ada di alam kemudian membiarkan dan membuang air limbah begitu
saja. Namun, saat ini banyak yang sudah mengembangkan berbagai teknologi
yang dapat mengelola air limbah menjadi air bersih sehingga terhindar dari
berbagai penyakit terutama Penyakit Demam Berdarah (DBD) dan juga air yang
sudah dikelola bermanfaat untuk kehidupan masyarakat sehari –hari.
Pengelolaan ini bertujuan mendaur ulang limbah agroindustri, proses daur
ulang air limbah ini merupakan fokus tersendiri bagi insinyur kimia, terutama
masalah efektif dan efisiensi penggunaan air. Teknologi seperti membran
bioreactor (MBR) merupakan contoh teknologi yang telah digunakan untuk
mengolah air limbah. Namun, penggunaan air hasil daur ulang ini terhambat
karena persepsi negatif dari konsumen. Sebuah studi di Australia menunjukkan
bahwa penggunaan air hasil daur ulang berupa air bersih yang layak pakai akan
diterima oleh masyarakat apabila air tersebut sudah dikumpulkan, diolah, dan
diproses menjadi air bersih layak pakai4.
Pada tulisan ini, penulis mengajak masyarakat terutama masyarakat
agroindustri untuk mengolah air limbah menjadi air bersih layak pakai bahkan
bisa diminum. Pengelolaan air limbah dilakukan dengan pengumpulan pada suatu
tempat khusus, kemuadian diolah pemisahan antara kotoran dan air, lalu diproses
agar menjadi air bersih dan layak pakai bahkan layak minum. Seperti yang ditulis
tadi bahwa teknologi membran bioreactor (MBR) memberikan kesan negatif pada
3
masyarakat karena tidak melalui langkah –langkah tadi yaitu dikumpulkan,
diolah, dan diproses menjadi air bersih layak pakai. Sekarang telah ditemukan
solusi baru yaitu Integrated Membrane System (IMS) yang menempuh langkah
dikumpulkan, diolah, dan diproses menjadi air bersih layak pakai dan minum4,1.
Integrated Membrane System (IMS) yaitu sebuah istilah yang digunakan
untuk mendeskripsikan sistem pengolahan air yang menggunakan membran dalam
suatu tahapan prosesnya. IMS dapat terbentuk dari gabungan dua atau lebih proses
membran atau sistem yang mengombinasikan membran dengan proses lainnya.
Teknologi pengolahan daur ulang air mendorong terbentuknya alat pengolah air
untuk membuat desain yang inovatif serta memenuhi tujuan dari dilakukannya
pengelolaan air ini. Integrated Membrane System (IMS) merupakan salah satu
solusi yang lebih baik untuk memenuhi tujuan untuk melakukan proses daur ulang
air. Kombinasi antara elektrodialisis reversal dan kristalisasi/ penguapan untuk
mengcapai tujuan zero liquid discharge dari proses yang menggunakan biaya dan
modal operasi yang minimal4,2.
Integrated Membrane System (IMS) memiliki 3 jenis bentuk pengelolaan
air, yaitu Ultrafiltrasi dan Mikrofiltrasi (Pressure Driven Processes), Reverse
Osmosis dan Nanofiltrasi (Pressure Driven Processes), dan Elektrodialisis.
Dengan salah satu jenis Integrated Membrane System (IMS) saja sadah tercapai
langkah dikumpulkan, diolah, dan diproses menjadi air bersih layak pakai minum.
Dan juga mengurangi prevalensi dari Penyakit Demam Berdarah (DBD) 4,3.
4
(produk) ditampung di dalam fiber dan padatan tersuspensi akan tertinggal di luar
membrane. Cara membersihkan kotoran yang sudah menumpuk adalah dengan
melakukan backwash dengan frekuensi tergantung kualitas air limbah yang
disaring. Secara umum pembersihan membrane dilakukan antara tiap 20 menit
sampai tiap beberapa jam4,4.
5
Apa itu Elektrodialisis?
Elektrodialisis adalah suatu proses yang digerakkan secara elektrik
menggunakan potensial tegangan yang menggerakkan ion bermuatan melewati
membrane semipermeabel. Proses ini akan mengurangi TDS dalam air limbah
yang diproses. RED adalah teknologi pembangkit energi listrik yang
menggunakan proses yang berprinsip berlawanan terhadap teknologi
elektrodialisis. Fluks ion yang menghasilkan beda salinitas antara dua buah
larutan dikonversi secara langsung menjadi arus listrik. Proses ini biasanya
digunakan untuk air dengan TDS 200-5000. Dengan bantuan EDR proses ini
mampu mencapai air dengan kualitas diatas hasil RO. EDR sudah mampu
memproduksi air dengan kualitas air minum4,7.
Gambar 4. Elektrodialisis
6
pakai dan minum juga bisa mengurangi prevalensi Penyakit Demam Berdarah
(DBD). Karena nyamuk vektor pembawa Penyakit Demam Berdarah (DBD) yaitu
nyamuk Aedies Aegypti dan Aedes Albocpictus biasa berkembang dialiran
limbah dan lsebagainya. Tantangan utama pengelolaan air limbah menjadi air
bersih layak pakai dan minum yakni mengunakan IPTEK terbarukan. Maka dari
itu, penulis ingin memberikan suatu perkembangan IPTEK melalui Integrated
Membrane System (IMS) dengan memanfaatkan langkah dikumpulkan, diolah,
dan diproses menjadi air bersih layak pakai minum. Hal ini dikarena masyarakat
akan menggunakan air tersebut karena sudah melalui langkah dikumpulkan,
diolah, dan diproses menjadi air bersih layak pakai minum sehingga masyarakat
akan memanfaatkan hal tersebut untuk kebutuhan sehari –hari.
7
Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tentang Situasi
2. Dengue. 2014. World Health Organization (WHO), Dengue: Guidelines
For Diagnosis, Treatment, Prevention And Control. 2009.
3. Candra, A., Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Resiko Penularan, 2010; 2(2):110-119
4. Supriyatno, B., Pengelolaan Air Limbah Yang Berwawasan Lingkungan
Suatu Strategi dan Langkah Penangannannya, 2010; 1(1): 1-10
5. Fairus, A.S., Penanganan dan Pengolahan Limbah Agroindustri:
Karakterisitik Limbah dan Pengelolaannya, 2015: 5-6