Anda di halaman 1dari 17

NAMA : RISFA

NIM : L051181302

PRODI : PSP.

PROSES SEDIMENTASI DI LAUT

Sedimentasi Laut merupakan sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan
akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar.
Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marine. Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut
sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan
hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk
lewat proses kimia yang terjadi di laut.

Proses Sedimentasi

Proses sedimentasi berawal dari proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa
terangkut oleh aliran air, kekuatan angin, gelombang dan lain sebaginya. Material tersebut dapat
berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Material yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu
tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun
kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat
asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Sedimentasi (pengendapan) berlangsung secara bertahap
sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut membentuk
muka Bumi kita ini. Jenis sedimentasi laut ini dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen
Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
Jenis-Jenis Sedimentasi Laut

1. Sedimen Biogenik Pelagis.

Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air
untuk membentuk lapisan sedimen. Sedimen Terigen Pelagis

2. Sedimen Terigen Pelagis

Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial
yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair.
A. Sedimentasi Fluvial

Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah air sungai dan berlokasi di sungai.
Sedimentasi oleh air sungai, biasanya terjadi di dataran rendah, akibat dari sifat air yang mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga menghasilkan pendangkalan di
muara sungai. Oleh karena itu, daerah muara sungai lebih berpotensi banjir (Baca: Jenis Jenis Banjir –
Pengertian – Penjelasan dan Penyebabnya).

Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk kepada sungai- sungai. Sedimentasi
fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok. Pembagian ini terjadi karena perbedaan lokasi pengendapan. Ke 6
bentuk sedimen ini adalah:

a. Alluvial

Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami perubahan kekuatan arus secara cepat.
Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara tiba- tiba di dasar. Endapan ini biasanya berbentuk
kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial biasanya terjadi di sekitar lereng pegunungan maupun
dasar lembah.
b. Meander

Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini terjadi akibat pengendapan yang
terjadi di tikungan- tikungan sungai. Aliran sungai di sekitar tikungan sungai memiliki arus yang lebih
lemah dari pada aliran yang berada di luar tikungan. Akibatnya, pengendapan terjadi di dalam tikungan,

dan erosi terjadi di luar tikungan, sehingga membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik (Baca:
Abrasi dan Erosi – Pengertian – Perbedaan – Jenis dan Macamnya).

c. Dataran Banjir

Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah kanan dan kiri sungai.
Dataran ini terus mendapat pengendapat materi yang dibawa oleh air secara terus menerus. Akibatnya,
sekitar bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Dataran ini disebut dataran
banjir, karena saat volume air sedang tinggi, dataran ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan
sedikit sisa dataran yang lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan muncul kembali. Saat air
surut itulah, materi menjadi terendap di kanan dan kiri sungai (baca: Proses Terjadinya Banjir dengan
Menggunakan Prinsip Geografi).

d. Danau Tapal Kuda

Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat adanya pengendapan terus menerus.
Sungai ini, biasanya berbentuk seperti tapal kuda. Pengendapan ini, menyebabkan salah satu dari
tikungan yang ada di sungai terputus, dan menyebabkan sungai baru yang tersendiri.

e. Delta

Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari hasil endapan material yang
berlangsung secara terus menerus. Terjadinya delta, akibat dari terendapnya pasir di dasar sungai,
sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke laut. Untuk menjadi delta, dibutuhkan banyak
materi sedimen yang dibawa oleh air, muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.
B. Sedimentasi Marine

Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan terjadi di laut. Sedimentasi ini,
terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang mengendapkan materi kedalam dasar laut. Sedimentasi ini
juga terjadi akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang membawa material, lalu saat surut, material
itu mengendap. Pengendapan yang terus bertumpuk, menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut.
Sehingga membentuk pulau- pulau atau dataran kecil yang indah. Ada 4 bentuk yang terjadi akibat dari
sedimentasi marine.

 Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai. Dataran ini terjadi akibat arus
pantai yang membawa materi endapan ke laut, dan mengendap di dasar laut. Materi ini, berasal
dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin panjang, jika terus terjadi arus laut
yang membawa materi endapan ke laut.

 Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan pulau besar dengan pulau kecil
di dekatnya. Proses terjadinya tombolo sama dengan spit. Tombolo biasa dijadikan sebagai
jembatan untuk menuju pulau di tengah laut oleh masyarakat.

 Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang terbentuk akibat sedimentasi.
Penghalang pantai, pada dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan mengitari bibir pantai.
Sehingga seperti tanggul.

 Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah- tengah laut. Gosong terjadi
akibat perubahan arus laut yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial yang biasanya
berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan lebar. Biasanya gosong memiliki
bentuk- bentuk yang unik, dan beberapa kali menjadi lokasi untuk iklan rokok.

 Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai. Air laut yang menuju pantai,
membawa materi, yang kemudian mengendapkannnya di pantai.

2. Sedimentasi Aeris
Proses Sedimentasi Aeris

Sedimentasi Aeris adalah sedimentasi yang dilakukan oleh angin. Angin membawa materi- materi
endapan, dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan dari angin itu melemah. Materi yang dibawa oleh
angin biasanya adalah tanah pasir. Endapan pasir yang terus bertumpuk, makin lama akan menjadi
gundukan.

Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut sebagai Sand Dune atau gumuk
pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai disekitar gurun maupun disekitar pantai (Baca: Ekosistem
Gurun : Pengertian, Ciri-ciri, Proses dan Komponennya). Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh angin ini
termasuk dalam sedimentasi teristris. Sedimentasi teristris adalah sedimentasi yang terjadi di darat.

3. Sedimentasi Gletser

Proses Sedimentasi Glasial

Sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang dilakukan oleh es atau gletser. Sedimentasi ini terjadi karena
adanya moraine. Moraine adalah batu kerikil, pasir, dan materi lainnya yang terbawa oleh es, dan
mengendap. Sedimentasi oleh gletser juga mengelir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
hal ini menyebabkan pengendapan terjadi di ujung gletser, yang menyebabkan perubahan bentuk gletser
dari V menjadi U. Sedimentasi oleh gletser, termasuk dalam sedimentasi glasial. sedimentasi glasila
adalah sedimentasi yang terjadi di gletser. Terdapat 4 bentuk sedimentasi yang dilakukan oleh es, yaitu:

1. Oscar : Sedimen yang berbentuk punggung sempit dan panjang

2. Kame : Sedimen yang berbentuk dataran tinggi.

3. Drumlin : Sedimen yang berbentuk bukit kecil

4. Till Plain : Sedimen yang berbentuk dataran.

Faktor-faktor Penyebab Sedimentasi

Sedimentasi atau pengendapan merupakan proses alam. Proses alam ini terjadi dalam waktu yang
berulang- ulang. Dalam waktu lama sedimentasi ini akan menghasilkan berbagai macam bentukan. Nah,
untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai sedimentasi, kita juga perlu mengetahui
tentang apa saja yang mendorong terjadinya sedimentasi ini. Beberapa faktor yang menyebabkan atau
mendorong terjadinya sedimentasi antara lain sebagai berikut:

1. Adanya material, seperti pasir, tanah atau debu yang akan menjadi bahan yang mengendap

2. Terdapat lingkungan pengendapan yang cocok baik di darat, laut dan transisi

3. Terjadinya pengangkutan sumber material atau transportasi yang dilakukan oleh air, angin dan
juga es

4. Berlangsungnya pengendapan yang terjadi karena perbedaan arus dan juga gaya

5. Terjadinya replacement atau penggantian dan juga rekristalisasi atau perubahan material

6. Diagenesis yakni perubahan yang terjadi saat pengendapan berlangsung baik secraa kimia aupun
secara fisika

7. Kompaksi, merupakan akibat dari adanya gaya yang berat dari material sedimen yang memaksa
volume lapisan sedimennya menjadi berkurang
8. Lithifikasi, merupakan akibat dari adanya kompaksi yang terus menerus sehingga lama kelamaan
sedimen akan mengeras.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sedimentasi atau pengendapan. Faktor- faktor
tersebut juga terjadi dalam proses sedimentasi hingga membentuk suatu bentukan yang berbeda- beda.
Setelah adanya faktor- faktor yang menyebabkan sedimentasi, selanjutnya akan terjadi proses sedimentasi
itu sendiri. Proses sedimentasi akan kita bahan berikutnya.

Proses Terjadinya Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan yang melibatkan berbagai faktor dari luar. Proses sedimentasi ini
meliputi proses erosi, transportasi atau angkutan, pengendapan atau deposition, dan pemadatan atau
compaction. Secara umum, proses sedimentasi ini dibedakan menjadi dua macam yakni proses
sedimentasi secara geologis dan proses sedimentasi yang dipercepat. Penjelasan mengenai kedua proses
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Proses sedimentasi secara biologis

Pada dasarnya proses sedimentasi secara geologis merupakan proses erosi tanha yang berjalan secara
normal atau secara biasanya. Hal ini berarti bahwa proses pengendapan yang berlangsung masih dalam
batasan yang dibolehkan atau masih dalam keseimbangan alam dari proses agradasi dan degradasi pada
perataan kulit muka bumi akibat dari adanya pelapukan.

2. Proses sedimentasi yang dipercepat

Proses sedimentasi yang dipercepat merupakan proses sedimentasi yang berlangsung dalam waktu yang
relatif singkat. Proses sedimentasi ini menyimpang dan sangat berbeda dengan proses sedimentasi secara
biologis. Proses sedimentasi yang dipercepat ini memberikan dampak buruk, bersifak merugikan atau
merusak, mengganggu keseimbangan alam atau kelestarian lingkungan hidup. Proses sedimentasi yang
dipercepat ini biasanya terjadi atau disebabkan karena kegiatan manusia dalam mengolah tanah.

Kesalahan dalam mengolah tanah ini akan menyebabkan terjadinya erosi tanah dan juga tingkat
sedimentasi yng tinggi. hasil dari sedimentasi ini dapat berupa batuan breksi dan juga batuan konglomerat
yang terendap tidak jauh dari sumber atau asalnya, sementara batu pasir terendapkan lebih jauh dari batu
breksi dan juga batu konglomerat, sedangkan lempung diendapkan jauh dari sumbernya.

Itulah jenis- jenis dari proses pengendapan atau proses sedimentasi. Proses pengendapan atau sedimentasi
ini apabila diurutkan maka tahapan- tahapannya adalah proses pengangkatan, proses pengendapan dan
juga proses pemadatan. Proses sedimentasi hingga menjadi sebuah bentukan yang baru membutuhkan
waktu yang lama dan panjang. Misalnya untuk membentuk batuan sedimen membutuhkan waktu
berpuluh puluh tahun lamanya. Karena sedimentasi ini melibatkan berbagai kekuatan untuk mengangkut
material, maka dibenadakan menjadi beberapa jenis sedimentasi.roses degradasi ng masih dalam batasan
yang dibolehkan atau masih dalam keseimbangan degradas

Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki tingkat bahan
organic yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara
periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di
lingkungannya. Seperti yang terdapat di laut Kuning, Korea Selatan dan teluk Fundy di Amerika Utara
adalah gambaran luasnya daerah kepesisiran dengan dominasi sebagai daerah pengendapan lumpur (mud
deposition) yang mengurung daerah tersebut. Sehingga menjadikan pantai berlumpur sebagai mintakat
yang memiliki pengaruh energi rendah seperti estuary dan lagoon juga sebagai daerah pemasukan air
tawar (influx freshwaters) dalam jumlah yang besar sehingga kompleksitas sedimen dominan adalah
berbutir halus (dominantly fine-grained sediments).

Bagaimanapun, pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh energi
lingkungan rendah, akan tetapi bahwa kelimpahan sedimen seperti sedimen halus, pengendapan lumpur
dapat tetap berlaku dan bahkan pada pantai yang memiliki pengaruh gelombang yang besar.
Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai di mana terdapat banyak muara sungai yang membawa
sedimen suspense dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut relative
tenang sehingga tidak mampu membawa (disperse) sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas.
Sedimen suspense tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yang luas sehingga membentuk
pantai yang luas , datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut atau pantai sangat kecil.

Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada
saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau
(mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan pohon dengan akar tunjang, yaitu akar
yang banyak tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan tersebut. Selain itu juga ada juga mangrove
yang mempunyai akar pernapasan yang menyembul dari tanah. Mangrove denganakar tunjang dan akar
pernapasan yang begitu ruwet di pantai dapat menangkap lumpur sehingga terjadi sedimentasi. Guguran
daun dan ranting menjadi serasa organic sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga banyak
mengundang hewan antara lain beberapa jenis ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai
peredam energy gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari erosi.

Pada umumya sedimen yang berada di daerah pantai (perairan pantai, muara sungai atau estuary,
teluk) adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil, yaitu dengan beberapa micron. Sifat-
sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya permukaan daripada gaya berat. Gaya-gaya permukaan
tersebut adalah gaya tarik dan gaya tolak. Apabila resultannya merupakan gaya tarik, partikel akan
berkumpul dan membentuk flokon dengan dimensi yang jauh lebih besar daripada dimensi partikel
individu. Fenomena ini disebut dengan flokulasi. Sebagian besar sedimentasi yang terjadi di perairan
pantai merupakan hasil flokulasi sedimen kohesif.

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang. Sifat-sifat sedimen seperti
rapat mass dan tahanan terhadap erosi, ukurn dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta
bathimetrik pantai.
Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel).
Kemiringan dasar pantai bergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai
kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di
mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspense bermuara di daerah tersebut dan gelombang
relatif kecil. Pantai utara Jawa dan timur Sumatera sebagia besar merupakan pantai berlumpur.

Perbedaan utama denganw wilayah pesisir dengan substrat berpasir adalah pantai belumpur tidak
dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Oleh karena itu, daerah pesisir dengan pantai
berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benra-benar terlindung dari aktivitas gelmbang laut
terbuka. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang
berbutiran halus.

Ukuran partikel yang sangat halus disertai sudut dasar sedimen yang amat datar menyebabkan air
di dalam sedimen tidak mengalir keluar dan tertahan di dalam substrat. Pantai berlumpur cenderung untuk
mengakumulasi bahan organic, sehingga cukup banyak makanan yang potensial bagi organisme panta ini.
Namun, berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di dataran lumpur juga mempunyai
kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernafasan.

Kebanyakan organisme yang menempati daerah berlumpur menunjukkan adaptasi dalam


menggali dan melewati saluran yang permanen dalam substrat. Kehadiran organism ditunjukkan oleh
adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Ketika organism berada
di dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dala keadaan anaerobic atau harus membuat
beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke bawah.
Makrobentos memiliki penyebaran yang lebih luas karena mampu beradaptasi dengan air tawar maupun
air laut dengan tekstur sedimen lunak dan keras.

Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Asalnya


Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Lithogenous;
Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng
kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu
kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara
berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh
karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air
tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
2. Biogenous;
Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah
tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia
yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel
yang sering ditemukan dalam sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera,
Cocolithophore, yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze.
Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel
Siliceous.
3. Hydrogenous;
Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi
yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan
Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna
kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).
4. Cosmogenous;
Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa
ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respon
magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).
Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir
Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan tetapi
mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat dan Evants, 1985). Ukuran butir
sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan dengan d, dan satuan yang lazim
digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (µm)
(Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur, pasir,
butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan. Material sangat halus seperti lumpur dan lempung
berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif (Triatmodjo,
1999).

Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan Pengendapan


1. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite, napal, dan lain
sebagainya.
2. Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan sungai
(alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.
3. Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya delta.
Pantai berpasir adalah bentuk pantai yang landai atau datar dengan dominasi pasirnya yang sangat
banyak. Pada pantai berpasir memiliki gerakan ombak pengaruh yang menyertai: Ukuran Partikel,
Pergerakan Substrat, & Kandungan Oksigen

Pada umumnya pantai berpasir lebih banyak dikenal oleh manusia dibanding dengan jenis pantai yang
lain. Hal ini dikarenakan pantai berpasir memiliki manfaat yang sangat banyak dibanding dengan pantai
jenis yang lainnya. Pantai berpasir adalah pantai dengan ukuran substrat 0.002-2 mm. Jenis pantai
berpasir termasuk dalam jenis pantai dengan partikel yang halus. Sama halnya pada pantai berbatu, pada
pantai berpasir juga dibagi dalam beberapa zonasi, yaitu:
1. Mean High Water of Spring Tides (MHWS) rata-rata air tinggi pada pasang purnama.
Zona ini berada pada bagian paling atas. Pada daerah ini berbatasan langsung dengan daerah yang kering
dan sering terekspose
2. Mean Tide Level (MLS) rata-rata level pasang surut.
Zona ini merupakan daerah yang paling banyak mengalami fluktusi pasang surut. Pada daerah ini juga
dapat ditemukan berbagai ekosistem salah satunya ekosistem padang lamun.
3. Mean Water Low of Spring Tides (MLWS) rata-rata air rendah pada pasang surut purnama.
Zona ini merupakan zona yang paling bawah. Pada daerah ini fliktuasi pasang surut sangat sedikit yang
berpengaruh karena daerah ini tidak terkena fluktuasi tersebut. Daerah ini juga bias ditemukan ekosistem
terumbu karang.
Menurut Nybakken (1992) zonasi yang terbentuk pada pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh faktor fisik
perairan. Hal ini nampak dari hempasan gelombang dimana jika kecil maka ukuran partikelnya juga kecil,
tetapi sebaliknya jika hempasan gelombang besar maka partikelnya juga akan besar. Pada pantai berpasir
hempasan gelombangnya kecil menyebabkan butiran partikelnya kecil.

Secara umum kita dapat membagi kawasan pantai berpasir sebagai kawasan pasang surut karena sangat
dipengaruhi oleh pola naik dan surutnya air laut kedalam tiga zona yang merupakan pemilahan dari pola
pergerakan pasang surut dan hempasan riak gelombang yang dinamis tersebut. Zona pertama merupakan
daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak
gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut (supratidal), Zona kedua merupakan batas antara
surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas
bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal).

Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen


Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli,
baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan
( Pettijohn, 1975 ).
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan
asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. ( Pettjohn, 1975).
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar
dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan
laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau.
Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu,
golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal.
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari
laut dangkal sampai laut dalam ( Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu
darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju
suatu cekungan pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras
( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
1. Kompaksi Sedimen yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan
dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang
satu dengan yang lain menjadi rapat.
2. Sementasi yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan
larutan pada ruang butir makin besar.
3. Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal
dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum
terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
4. Autigenesis yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral
tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum
diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
5. Metasomatisme yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Laporan Utama Pengukuran Bathymetri dan Studi Permodelan Sirkulasi Air serta
Ekosistem Danau Tondano, PPSA.
Garde, R. J.,Ranga Raju, K. G. 1977. Mechanics of Sediment Transportation and Alluvial Stream
Problems,Willey Eastern Limited, New Delhi. 273-275

Anda mungkin juga menyukai