Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

NAMA :

1. Ananda Vina Saputri (I011181037)


2. Raita Humairah J. (I0111810)
3. Rahmatullah (I0111810)
4. Yulianti (I0111810)
5. Nursyamsi (I0111810)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah Swt. karena atas

rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun makalah

tentang Pancasila sebagai Ideologi Nasional dengan tepat waktu. Makalah

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas pendidikan pancasila

serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai

pancasila sebagai ideologi nasional. Pada kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada teman–teman anggota kelompok yang

telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

lebih membuka wawasan berpikir bagi kami dan orang lain yang telah

membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik.

Makassar, 10 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................2

1.3 TUJUAN PENULISAN ..............................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3

2.1 PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA ............3

2.1.1 Asal Mula yang Langsung ..................................3

2.1.2 Asal Mula yang Tidak Langsung ........................4

2.2 KEDUDUKAN dan FUNGSI PANCASILA ..............5

2.2.1 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa .....6

2.2.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Republik Indonesia ......................................................7

2.2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

dan Negara Indonesia ........................................7

2.3 PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA


dengan PAHAM IDEOLOGI BESAR

LAINNYA di DUNIA ...............................................12

2.3.1 Ideologi Liberal ................................................23

BAB III PENUTUP .......................................................................25

3.1 KESIMPULAN .............................................................25

3.2 SARAN .........................................................................25

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................26


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Ideologi merupakan

sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan suatu Negara. Tanpa adanya

ideologi maka suatu Negara akan kehilangan pegangan dan tidak memiliki

pedoman arah yang jelas dalam menyelenggarakan Negara sehingga akan

terombang–ambing oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat. Namun, ideologi bukan sesuatu yang harus dihafalkan tetapi

harus dipahami dan diamalkan dalam berbagai bidang kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi negara Indonesia

adalah Ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila ini dijadikan sebagai

pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara

Indonesia dalam berbagai aspek.

Pancasila sebagai ideologi nasional bukan dibentuk dan diciptakan

oleh seseorang begitu saja tetapi terbentuknya melalui proses yang panjang

dalam sejarah bangsa Indonesia yang diangkat dari nilai–nilai adat istiadat,

nilai–nilai kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan

hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara.


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian Asal Mula Pancasila ?

2. Apakah Kedudukan dan Fungsi Pancasila ?

3. Bagaimana Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Besar

Lainnya di Dunia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui Asal Mula Pancasila.

2. Untuk mengetahui Kedudukan dan Fungsi Pancasila.

3. Untuk mengetahui Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi

Besar Lainnya di Dunia.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANCASILA

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,

bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang namun

pancasila terbentuk melalui proses yang panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Sebelum pancasila disahkan sebagai dasar filsafat negara, nilai–nilainya sudah

ada dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri seperti nilai–nilai adat istiadat,

kebudayaan dan nilai–nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia

mengangkat nilai – nilai tersebut serta dirumuskan secara musyawarah dalam sidang

BPUPKI pertama.

2.2 Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia digali dari nilai–nilai yang terdapat

pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh

karena itu dari berbagai macam kedudukan dan fungsi pancasila sebenarnya dapat

dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi pancasila yang pokok yaitu

sebagai dasar negara republik Indonesia dan sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia. Kedudukan pancasila dan fungsi pancasila dapat diuraikan seperti :

2.2.1 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan

untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai

luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup tersebut
berfungsi sebagai kerangka acuan untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam

interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup sebagai bagian

dari lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kehidupan bersama tersebut, muncul

pandangan hidup dalam masyarakat yang dituangkan dan dilembagakan menjadi

pandangan hidup bangsa, selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan

dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman dan

kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga dalam Pancasila terkandung

konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pemikiran dan

gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.

2.2.2Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma

untuk mengatur penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh pelaksanaan dan

penyelenggaraan Negara terutama peraturan perundang-undangan harus dijabarkan

dan dirumuskan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari

segala sumber hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

2.2.3 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada

hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang
atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila

diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang

terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara,

dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain

diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini

merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.

a. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan, konsep,

pengertian dasar, cita-cita’ dan ‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari

kata bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’ yang

artinya ‘melihat’.

Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar.

Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’ disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita

yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar,

pandangan atau faham. Dengan demikian ideologi mencangkup pengertian tentang

idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.

Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi

basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang

bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki

ciri sebagai berikut:

a) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan

kenegaraan.
b) Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,

pandangan hidup, pedoman hidup,pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan,

diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan

dengan kesediaan berkorban.

b. ideologi terbuka dan ideologi tertutup

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran, maka ideologi Terbuka itu

merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu

merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari

berbagai ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,

melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu program

untuk mengubah dan memperbarui masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi

cita-cita ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-

pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan

oleh negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh

karena itu, ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat menemukan

pada “dirinya”, “kepribadiannya”, di dalam ideologi tersebut. Selain itu sifat ideologi

terbuka juga senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi dalam

mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa.

c. ideologi partikular dan ideologi komprehensif

Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Karl

Mannhein yang beraliran Marx. Mannhein membedakan dua macam kategori secara

sosiologis, yaitu ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat
komprehensif. Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang

tersusun secara sistematis yang terkait erat dengan suatu kelas sosial tertentu dengan

masyarakat. Kategori kedua diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh

mengenai semua aspek kehidupan sosial ideologi dalam kategori kedua ini bercita-

cita melakuakn transformasi sosial secara besar-besaran.

d. hubungan antara filsafat dan ideologi

Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan sistem nilai yang

secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau

pedoman hidup manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,

masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar pedoman bagi

manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan

menyeluruh yang saling menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan

bersumber kepada filsafat. Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan

ideologi yang menyangkut strategi, telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan

Negara, termasuk di dalamnya menentukan sudut pandang atau filsafat hidup yang

merupakan norma ideal yang melandasi ideologi.

 Makna ideologi bagi bangsa dan negara

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harta dan

martabatnya, dan kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu

manusia membutuhkan suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dalam

pengertian inilah manusia membentuk suatu negara. Negara sebagai lembaga


kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa memiliki cita-cita dan

harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu

yang orientasi bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan.

 Pancasila sebagai ideologi yang Reformasi, Dinamis, dan

Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun

bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi

Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa

ideologi pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa mampu

menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta

dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi pancasila bukan

berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, sehingga memiliki

kemampuan reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang seiring

dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman.

Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka, nilai-nilai yang

terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai

berikut :

a) Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

b) Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran

serta lembaga pelaksanaanya.


c) Nilai praksis yaitu merupakan realisassi nilai-nilai instrumental dalam

suatu realisasi perkembangan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-

hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural

memiliki tiga dimensi yaitu:

a) Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam

pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat

nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu Ketuhanan,

kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

b) Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila perlu

dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam

norma-norma kenegaraan.

c) Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan

realitas yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

2.3 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar

lainnya di Dunia

Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang

melalui proses yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang

dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-agama.

Oleh karena itu ideologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa terlekat pada

kelangsungan hidup bangsa Indonesia.


Ideologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial, yaitu dalam ideologi Pancasila yang mengakui kebebasan individu.

Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila berkedudukan sebagai makhluk pribadi

dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.

Dalam hal ini nilai-nilai ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam

hidup bermasyarakat.

1. Paham Negara Persatuan

Hakikat negara kesatuan adalah negara yang merupakan suatu kesatuan

dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri dari berbagai macam

suku bangsa, golongan kebudayaan, agama, dan wilayah yang terdiri dari beribu-ribu

pulau. Pengertian Persatuan Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 negara yang

mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Jadi, negara persatuan

bukanlah negara yang berdasarkan pada individualisme dan golongan. Tetapi negara

persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan bersama, bedasarkan

kekeluargaan serta tolong menolong atas dasar keadilan sosial.

2. Paham Negara Kebangsaan

Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta

memiliki tujuan tertentu. Sedangkan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu

serta memiliki tujuan tertentu maka disebut sebagai negara. Menurut M. Yamin, bangsa

Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik

internasional, yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan

kebebasan.
a) Hakikat Bangsa

Pada hakikatnya bangsa merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat

manusia dalam merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu

deklarasi bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa

kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pernyataan tesebut merupakan suatu

pernyataan universal hak kodrat manusia sebagai bangsa, manusia dalam

merealisasikan sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan sosial.

b) Teori Kebangsaan

Teori-teori kebangsaan sebagai berikut :

 Teori Hans Kohn

Yang dikatakan bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama,

peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan

berkembang dari akar – akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.

 Teori Ernest Renan

Menurut Emest Renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa sebagai berikut:

1. Bangsa adalah satu jiwa, suatu asas kerohanian. 2. Bangsa adalah suatu solidaritas

yang besar. 3. Bangsa adalah suatu hasil sejarah. 4. Bangsa bukan suatu yang abadi.

5.Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

Adapun faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa sebagai berikut:

1. Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau

2. Keinginan hidup yang lebih baik

3. Penderitaan bersama
4. Modal sosial.

 Teori Gepolitik oleh Frederick Ratzel

Teori geopolitik merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara

wilayah geografi dengan bangsa. Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah

merupakan suatu organisme hidup.

 Negara Kebangsaan Pancasila

Sintesa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dituangkan dalam suatu asas

kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila.

Unsur-unsur pembentuk nasionalisme Indonesia adalah kesatuan sejarah, kesatuan

nasib, kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah, kesatuan asas kerohanian.

3. Paham Negara Integralistik

Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan

mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral

yang disebut negara Indonesia. Paham integralistik pertama kali diusulkan oleh

Soepomo pada sidang BPUPKI yang berakar pada budaya bangsa. Bangsa Indonesia

terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, kelompok-kelompok, golongan-

golongan, suku bangsa-suku bangsa, kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu

wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya yang

beraneka ragam.

Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas

kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar individu


maupun masyarakat. Hal ini menyatakan paham negara integralistik tidak memihak

yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas.

4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang

Berketuhanan Yang Maha Esa.

Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila

adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara. Dalam pengertian ini

negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara Kebangsaan yang berketuhanan yang

Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah sebagai sang

pencipta segala sesuatu. Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah

makhluk Tuhan maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah

Berketuhanan, demikian pula warganya juga Berketuhanan Yang Maha Esa.

Rumusan Ketuhanan yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam Pembukaan

UUD 1945 telah memberikan sifat khas kepada negara Kebangsaan Indonesia, yaitu

bukan merupakan negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara

demikian juga bukan merupakan negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas

agama tertentu. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara yang mengakui Tuhan

yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu negara

Kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa. Negara tidak memaksakan agama

seseorang karena agama merupakan suatu keyakinan batin yang tercermin dalam hati

sanubari dan tidak dipaksakan. Dalam hal ini, negara menjamin kemerdekaan setiap

penduduk untuk memeluk agama dan untuk beribadah menurut agama dan

kepercayaan masing-masing. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk


menggali dan meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama.

Negara wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga Negara pada

umumnya dan para penyelenggara negara khususnya, berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah “Ketuhanan Yang

Maha Esa”. Oleh karena sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber

nilai, dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang

bersifat material dan spiritual. Masalah-masalah yang menyangkut penyelenggaraan

negara dalam arti material antara lain, bentuk negara tujuan negara, tertib hukum, dan

sistem negara. Adapun yang bersifat spiritual antara lain moral agama dan moral

penyelenggaraan negara.

Sila ketuhanan yang Maha Esa merupakan dasar yang memimpin cita-cita

kenegaraan kita untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan

penyelenggara negara. Dengan dasar sila ini, maka politik negara mendapat dasar

moral yang kuat, menjadi dasar yang memimpin kerohanian arah jalan kebenaran,

keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

Hakikat ketuhanan yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna

terdapat kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dengan Negara.

Kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh

karena itu terdapat hubungan sebab akibat yang langsung antara Tuhan dengan

manusia karena manusia sebagai makhluk Tuhan.

b. Hubungan Negara dengan Agama


 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila

Menurut Pancasila, negara berdasar atas Tuhan yang Maha Esa atas dasar

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Rumusan yang demikian ini, menunjukkan pada

kita bahwa Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan Negara sekuer

yang memisahkan Negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat

(1), bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa

Negara sebagai persekutuan hidup adalah berketuhanan yang Maha

Esa.Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Nilai-nilai yang berasal

dari Tuhan yang pada hakikatnya adalah Hukum Tuhan adalah merupakan sumber

material bagi segala norma, terutama bagi hukum positif di Indonesia.

Negara pancasila pada hakikatnya mengatasi segala agama dan menjamin

kehidupan agama dan umat beragama, karena beragama merupakan hak asasi yang

bersifat mutlak.

Pada pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga Negara

untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan

ketaqwaan masing-masing. Negara kebangsaan yang berketuhanan yang Maha Esa

adalah Negara yang merupakan pemjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai

individu makhluk, sosial dan manusia adalah sebagai pribadi dan makhluk Tuhan yang

Maha Esa..

 Hubungan Negara dengan Agama menurut Sekulerisme


Paham Sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan bentuk,

sistem, segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekulerisme

berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia

dengan manusia, adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan

manusia dengan Tuhan.

Negara adalah urusan hubungan horizontal antarmanusia dalam mencapai

tujuannya, sedangkan agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama.

Walaupun dalam Negara sekuler yang membedakan antara Negara dengan agama,

namun lazimnya warga negara diberikakan kebebasan dalam memeluk agama masing-

masing.

5. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang

Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Negara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang

bertujuan demi tercapainya harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan

lahir maupun batin. Sehingga tidak mengherankan apabila manusia adalah

merupakan subjek pendukung pokok negara. Oleh karena itu negara adalah

suatu negara Kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa, dan

Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab. Negara Pancasila sebagai negara

Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab, mendasarkan

nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia. Kebangsaan

Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan.

6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan


Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan

tertinggi adalah di tangan rakyat yang dilaksanakan oleh MPR. Oleh karena itu negara

kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara demokrasi. Penggunaan

hak-hak demokrasi dalam negara kebangsaan, diantaranya hak-hak demokrasi yang

disertai tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung dan

memperkokoh persatuan dan keatuan bangsa, serta disertai dengan tujuan untuk

mewujudkan sutu keadilan sosial, yaitu suatu keadilan sosial berupa kesejahteraan

dalam hidup bersama.

Demokrasi kerakyatan mengembangkan demokrasi bersama, berdasarkan

asas kekeluargaan, dan kebebasan individu diletakkan dalam rangka tujuan atas

kesejahteraan bersama-sama. Pokok-pokok kerakyatan yang terkandung dalam sila

keempat dalam penyelenggaraan negara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan

mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat.

b. Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada

dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.

c. Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.

d. Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.

e. Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat

kebersamaan.

7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan

Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti

bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa,

sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan

dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia bertujuan untuk

melindungi warga negaranya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan

umum, serta mencerdaskan warganya. Dalam pergaulan internasional, Indonesia

bertujuan untuk ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Negara yang berkeadilan sosial harus

merupakan negara yang berdasarkan hukum yang memiliki 3 persyaratan, yaitu

pengakuan dan perlindungan atas hak alam asasi manusia, peradilan yang bebas, dan

legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

2.3.1 Ideologi Liberal

Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme, materialisme, dan

empirisme. Rasionalisme adalah paham yang meletakkan rasio sebagai sumber

kebenaran tertinggi. Materialisme adalah paham yang meletakkan materi sebgai nilai

tertinggi. Sedangkan empirisme mendasarkan atas kebenaran fakta empiris yang

meletakkan kebebasan individu sebagai nilai teringgi dalam kehidupan masyarakat dan

Negara.

Liberalisme memiliki prinsip bahwa rakyat adalah ikatan individu-individu

yang bebas dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan bersama dalam negara.

Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi senanstiasa berdasarkan atas kebebasan


individu di atas segala-galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam

negara sehingga dimungkinkan kedudukannya masih lebih tinggi dari nilai religius.

Hal ini harus dipahami karena demokrasi mencakup seluruh sendi-sendi kehidupan

berbangsa dan bernegara. Atas dasar inilah perbedaan sifat serta karakter bangsa yang

sering menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang hanya berdasarkan

liberalisme. Indonesia sendiri pada era reformasi ini yang tidak semua orang

memahami makna demokrasi sehingga penerapannya tidak sesuai dengan kondisi

bangsa sehingga menimbulkan berbagai konflik.


BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan dari

paham-paham besar dunia, melainkan nilai-nilai pancasila secara tidak

langsung oleh terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai ideologi bagi bangsa Indonesia telah ditetapkan sejak tahun

1945 seluruh bangsa Indonesia berkomitmen kuat untuk tetap dan terus

memakai pancasila sebagai ideologi negara selama negara indonesia ada.

Ideologi merupakan hal yang penting bagi suatu negara karena berfungsi

sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah hidup suatu negara.

3. Pancasila sebagai ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-

nilai pancasila dijadikan landasan pokok atau fundamental bagi

penyelenggaraan negara. Nilai-nilai dasar yang ada dalam pancasila adalah

nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai

keadilan.

3.2 SARAN

Kita sebagai warga Negara Indonesia sudah sepatutnya untuk

menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Serta terus mempelajari makna

yang terkandung dari pancasila agar nantinya Negara Indonesia tetap

mempunyai pedoman serta pandangan dan arah untuk kedepannya.


25
DAFTAR PUSTAKA

Arief Hakam, M. 2001. Kiat Menulis Artikel di Media Cetak. Bandung :

Yayasan Nuansa Cendekia.

Tri Purwanto Bambang dan Sunardi. 2012. Kewarganegaraan untuk kelas

XII SMA dan MA. Solo : Platinum.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.


26

Anda mungkin juga menyukai