Anda di halaman 1dari 5

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT

RINGKASAN (GAGASAN UTAMA)

Rumah Sakit adalah organisasi penyelenggaraan pelayanan publik yang mempunyai


tanggung jawab atas setiap pelayanan jasa publik kesehatan yang di selenggarakannya. Tanggung
jawab tersebut yaitu, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terjangkau
berdasarkan prinsip aman,menyeluruh,non diskriminatif,partisipatif, dan memberikan
perlindungan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan (health receiver), serta
bagi penyelenggara pelayanan kesehatan demi untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat di perlukan dalam mendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik
dan organisasi yang sangat kompleks. Sebagai sarana pelayanan umum, rumah sakit adalah
tempat berkumpulnya orang yang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, dan juga dapat menjadi sarana atau tempat
terjadinya penularan penyakit penyakit melalui virus-virus yang terdapat di rumah sakit. Oleh
karena itu terbitlah undang-undang No.36 Tahun 2009 Pasal 4 dan 5 yang menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, dan
setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan serta lingkungan nya.

PEMBAHASAN

Rumah Sakit mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan, seperti yang telah di
jelaskan dalam buku ini rumah sakit mempunyai dampak positif serta dampak negatif. Dampak
positifnya bagi masyarakat yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang yang sedang sakit.
Sedangkan dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila
limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Air limbah yang berasal dari rumah sakit
merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini di sebabkan karena
limbah air rumah sakit yang mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung
senyawa senyawa kimia yang berbahaya serta mikroorganisme pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari
hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair yakni buangan
kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang
berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, air bekas cucian darah, air
limbah laboratorium, dan lain sebagainya1.
Di dalam buku ini di jelaskan bahwa pada tahun 1990, WHO melaporkan bahwa di
Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan yang terinveksi virus HIV, 2 di antaranya
menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis saja, akan tetapi meliputi limbah
rumah sakit secara keseluruhan. Buku ini juga membahas hasil Rapid Assessment pada tahun 2002
yang di lakukan oleh Ditjen Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Kota, yang menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476
rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi

1
Pruss A, Giroult E, Rushbrook P,Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005,
hlmn 4.
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang
telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% saja.
Limbah rumah sakit merupakan suatu bentuk limbah hasil proses kegiatan yang terjadi di
lingkungan rumah sakit sangat potensial menyebabkan penularan berbagai bibit bibit penyakit.
Untuk itu limbah rumah sakit di setiap daerah kota besar maupun kota kecil atau daerah terpencil
harus dikelola secara serius dan cermat, serta di butuhkan juga penanganan atau kesadaran dari
pemerintah dan pengelola rumah sakit, agar segala jenis kuman penyakit yang di kandung di
dalamnya tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan karena dapat mengakibatkan
penularan penyakit bagi masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit itu sendiri.
Dalam buku ini disebutkan bahwa, bentuk limbah atau sampah medis bermacam- macam
dan berdasarkan potensial bahaya yang di timbulkan dikelompokkan menjadi 8, yaitu sebagai
berikut :

1. Limbah Benda Tajam


Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan pisau bedah.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

2. Limbah Infeksius
Limbah Infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan biologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penykit menular. Limbah
jaringan tubuh meliputi organ dan anggota badan, darah dan cairan tubuh, sampah
mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah unit dialysis dan peralatan yang
terkontaminasi (medical waste).

3. Limbah Jaringan Tubuh


Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan dan organ tubuh, anggota badan, placenta,
darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsy. Limbah jaringan
tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi
label, dan dibuang ke incinerator.

4. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat citotoksik selama proses peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik harus di bakar dalam incinerator
dengan suhu diatas 1000oC.

5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi yang berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang
karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang
terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena
tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

6. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan zat kimia dalam tindakan medis, vetenary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan
limbah citotoksik.

7. Limbah Radio Aktif


Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotope yang
berasal dari penggunaan medis dan riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari
tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat,
cair ataupun gas.

8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit, dan sarana
kesehatan lain seperti barang barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.

Pada prinsipnya pengelolaan limbah medis rumah sakit merupakan bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang pada prinsipnya bertujuan untuk memproteksi
masyarakat dari potensi bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah medis
rumah sakit. Di dalam buku ini telah dijelaskan pengelolaan limbah medis rumah sakit, yaitu
sebagai berikut :

A. Limbah padat
1. Pemisahan
- Golongan A (dressing bedah, swab, bahan kimia, dan seluruh jaringan manusia)
Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang
pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis yang
mudah dijangkau, bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi
sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali.
Kemudian dikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah
klinis. Bak sampah tersebut hendaknya juga hendaknya diikat kuat bila mencapai tiga
perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah kemudian
dibuang dengan cara sebagai berikut :
a. Sampah dari haemodialisis, sampah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator
atau autoclaving.
b. Limbah dari unit lain, sampah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator atau
bisa dengan cara membuat sumur dalam yang aman. Semua jaringan tubuh,
plasenta, dll hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau kantong lain yang
tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
- Golongan B (syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas, dan benda tajam lain)
Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh
hendaknya diikat dan ditampung dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan dalam incinerator.
2. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai kebutuhan. Sementara
menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incineerator, sampah yang tidak berbahaya
dapat ditampung dengan sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal
ke tempat pembuangan atau incinerator (pengolahan on-site). Dalam bagian ini penulis
tidak menjelaskan bagaimana pengangkutan eksternal itu berlangsung.
B. Limbah cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan
organik dan anorganik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL)
dirumah sakit antara lain :
- Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
- Kolam Oksidasi Air Limbah (Waste Oxidation Ditch Treatmen System)
- Anaeroic Filter Treatmaent System
Dalam bagian ini penulis juga tidak menjelaskan tatacara atau mekanisme pengelolaan
limbah cair di rumah sakit.

Limbah medis rumah sakit baik secara langsung atau tidak langsung berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengunjung, petugas
kesehatan, dan masyarakat di sekitar wilayah rumah sakit tersebut.
Seperti yang telah di jelaskan di dalam buku ini pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas
lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan estetika dan kenyamanan berupa warna yang berasal dari bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan organik yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi
kurang sedap di pandang.
2. Kerusakan harta benda yang dapat disebabkan oleh garam-garam (korosif dan karat)
yang terlarut air yang berlumpur dan dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar
rumah sakit.
3. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang yang disebabkan virus, senyawa kimia,
dan logam berat.
4. Gangguan kesehatan terhadap manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa kimia, pestisida, serta logam berat.
5. Gangguan genetik dan reproduksi terhadap makhluk hidup.
6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi
vector penyakit seperti lalat dan tikus.
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik atau
benda tajam lainnya.
8. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menimbulkan gas tertentu dan
akan menimbulkan bau.
9. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan
mengakibatkan gangguan pernafasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan, menimbulkan
pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi
peralatan medis dan makanan-makanan serta minuman yang ada di rumah sakit.
Forum for democratic reform mengidentifikasi eleken-elemen kunci kemajuan demokrasi yaitu
: reformasi negara dan institusinya, rule of law, dan budaya demokratis. Pembaharuan hukum
lingkungan tidak bisa terlepas dari rule of law sebagai salah satu elemen kunci dari demokrasi.
Dalam konteks rule of law ada 5 hal yang menjadi elemen kunci yaitu : kepastian hukum,
peradilan yang independen, penegakan hukum yang efektif, pembentukan peraturan perundang-
undangan yang partisipatif, dan akses terhadap masyarakat yang termarginalkan dan tidak
beruntung2. Penulis didalam buku ini hanya memaparkan satu peraturan tentang kesehatan yaitu
Undang-Undang No.36 Tahun 2009. Selain itu penulis juga memaparkan peraturan perundang-
undangan terkait pengelolaan limbah rumah sakit, yaitu :
1. Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH)3.
3. Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun pengganti PP No.18 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Jo. Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
8. Permen LH No.02/008 tentang Pemanfaatan Limbah B3.
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.

Selain peraturan perundang-undangan di atas penulis didalam buku ini juga memaparkan
prinsip-prinsip berdasarkan kesepakatan Internasional yaitu The Polluters Pays Principle (Prinsip
Pencemaran Yang Membayar), The Precautionary Principle (Prinsip Pencegahan), The Duty Of Care
Principle (Prinsip Kewajiban Untuk Waspada), The Proximity Principle (Prinsip Kedekatan).
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh Pemerintahan
Indonesia Tentang Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Rumah Sakit serta prinsip-prinsip Kesepakatan Internasional, maka diharapkan adanya kesadaran
dari pihak pengelola rumah sakit untuk mengelola limbah bahan yang berbahaya serta beracun
dengan baik dan benar agar tidak merusak lingkungan sekitar karena limbah bahan yang
disebabkan oleh zat kimia dari rumah sakit jika terkena air di lingkungan masyarakat yang tinggal
di sekitar rumah sakit maka akan memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Jika air
yang sudah terkontaminasi digunakan untuk kegiatan sehari-hari maka akan menyebabkan orang
tersebut terkena gangguan penyakit. Untuk itu diperlukan peran serta dari pemerintah, pengelola
rumah sakit, serta dari masyarakat itu sendiri.

2
Achmad Santosa, Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan Tata Kelola Lingkungan yang baik
dalam Negara Demokrasi, Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.24
3
Henri Subagiyo, Jaminan Akses Informasi Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Rekomendasi
Penguatan Hak Akses Informasi Lingkungan), Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.76

Anda mungkin juga menyukai