Anda di halaman 1dari 58

RENCANA AKSI KEGIATAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
TAHUN 2015-2019

Revisi Tahun 2017 Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2017

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

SAMBUTAN Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR 3

BAB I. PENDAHULUAN 5

I. LATAR BELAKANG 5
II. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN 6
A. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik6
B. Penyakit Terabaikan 9
III. LINGKUNGAN STRATEGIS 10
A. Lingkungan Strategis Nasional 10
B. Lingkungan Strategis Regional 12
C. Lingkungan Strategis Global 13
BAB II. TUJUAN DAN SASARAN STATEGIS DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN 15

PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK 15

I. TUJUAN 15
II. SASARAN STRATEGIS 16
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN 18

I. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 18


II. KERANGKA REGULASI 21
III. KERANGKA KELEMBAGAAN 22
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 23

I. TARGET KINERJA 23
II. KERANGKA PENDANAAN 27
V. PEMANTAUAN, PENILAIAN, PELAPORAN 55

BAB VI. PENUTUP 56

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


KATA PENGANTAR

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) merupakan dokumen turunan dari Rencana Aksi Program
(RAP) yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian
Kesehatan 2015 - 2019 yang menjadi dokumen perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan di Indonesia. RAK memuat tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, indikator dan
target selama lima tahun (2015-2019).

Sejalan dengan ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana terjadi perubahan atas susunan
organisasi dan tata kerja. Sehingga terdapat perubahan pada nama satuan kerja Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang menjadi Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019 yang telah ditetapkan dengan Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 sebagaimana telah direvisi melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 telah disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan pemerintah dalam upaya mewujudkan masyarakat dengan
derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Buku Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor
dan Zoonotik Tahun 2015-2019 ini disusun untuk menjadi pedoman bersama dalam
mewujudkan outcome Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

Buku ini memuat tujuan, sasaran, arah kebijakan, stretegi, indikator, sampai dengan kerangka
pendanaan dan target Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
selama lima tahun (2015-2019) yang harus dijadikan acuan dan akan memberikan panduan
dalam penyusunan rencana kerja tahunan sekaligus menjadi salah satu dokumen sumber
dalam pelaksanaan penilaian Akuntabilitas Kinerja kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

Kami meyakini, bahwa Rencana Aksi Kegiatan ini belum sempurna dan terus akan diperbarui
untuk mengakomodir perkembangan kondisi internal dan eksternal pembangunan kesehatan
di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Oleh karena itu, masukan dari semua
pihak untuk perbaikannya sangat dibutuhkan. Kepada seluruh penyusun buku ini, kami
mengucapkan terima kasih atas segala upayanya. Semoga Rencana Aksi Kegiatan ini dapat
mencapai tujuan penyusunannya.

Jakarta, September 2017


Direktur,

drg. R. VENSYA SITOHANG, M.Epid

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK TAHUN 2015-2019

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


BAB I. PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN). Selanjutnya Menteri Kesehatan mengamanahkan bahwa Renstra Kementerian
Kesehatan harus dijabarkan dalam Rencana Aksi Program Unit Eselon I dan Rencana Aksi
Kegiatan Eselon II.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Program Indonesia dituangkan dalam sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2)
meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional.Pilar paradigma sehat di
lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum
of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan
nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan
kendali biaya.

Program Indonesia sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.


Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga.

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga dilaksanakan oleh Puskesmas
dengan ciri: 1) Sasaran utama adalah Keluarga; 2) Mengutamakan upaya Promotif-Preventif,
disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM); 3) Kunjungan Keluarga
dilakukan Puskesmas secara aktif untuk peningkatan outreach dan total coverage; dan 4)
Pendekatan siklus kehidupan atau life cycle approach. Melalui kunjungan keluarga, tim
Puskesmas sekaligus dapat memberikan intervensi awal terhadap permasalah kesehatan
yang ada di setiap keluarga. Kondisi kesehatan keluarga dan permasalahannya akan di catat
pada Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga), yang akan menjadi acuan dalam melakukan
evaluasi dan intervensi lanjut.

Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan
oleh peran dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor).
Peran dan tanggung jawab lintas sektor antara lain diwujudkan dalam bentuk menyukseskan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Gerakan ini dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka Germas mencakup enam hal sebagai berikut:1)
Peningkatan aktivitas fisik; (2) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); 3)
Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; 4) Peningkatan pencegahan dan
deteksi dini penyakit; 5) Peningkatan kualitas lingkungan; 6) Peningkatan edukasi hidup
sehat.

Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun
2015, Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan
nomor HK.02.02/2015 sebagaimana telah direvisi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 dan Rencana Aksi Program PP dan
PL tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ) menyusun Rencana Aksi
Kegiatan P2PTVZ yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun
mendatang.

II. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN


Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor dan zoonotik dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program, kondisi
lingkungan strategis, kependudukan, sumber daya, dan perkembangan baru lainnya. Potensi
dan permasalahan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik menjadi
masukan dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dalam
kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik.

A. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


Pengendalian penyakit malaria Menular yang merupakan komitmen global telah
menunjukkan pencapaian program yang cukup baik. Annual Parasite incidence (API)
yang menjadi indikator keberhasilan upaya penanggulangan malaria cenderung menurun
dari tahun ke tahun. Secara nasional kasus malaria selama tahun 2005-2012 cenderung
menurun dimana angka API pada tahun 1990 sebesar 4,69 per 1000 penduduk menjadi

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


1,38 per 1000 pada tahun 2013 dan diharapkan pada tahun 2014 dapat mencapai target
MDGs yaitu API <1 per 1000 penduduk.

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu
tujuan ke6 MDGs dan RPJMN 2015-2019 yaitu menurunkan angka kesakitan malaria.
Angka kesakitan malaria berdasarkan API (Annual Paracite Incidence) adalah jumlah
kasus positif malaria per 1000 penduduk pada satu tahun. API ini digunakan untuk
menentukan trend morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah (masih
terjadi penularan malaria). API juga merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk
dalam fase eliminasi yaitu jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk. Pada tahun 2014,
dengan jumlah kasus 252.027 dan kelengkapan laporan 90%, API Nasional adalah 0,99
per 1000 penduduk. Angka tersebut telah mencapai target RPJMN tahun 2014 sebesar
1 per 1000 penduduk. Secara nasional kasus malaria selama tahun 2009 – 2014
cenderung menurun yaitu pada tahun 2009 angka API sebesar 1,85 per 1000 menjadi
0,99 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus 252.027 pada tahun 2014. Pada tahun
2016 dengan kelengkapan laporan kabupaten/kota 88%, API Nasional adalah 0,84 per
1000 penduduk. Kerugian akibat penyakit malaria pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2,5
triliyun sedangkan biaya pencegahan hanya 2,04 Milyar.

Kasus malaria terfokus di kawasan timur Indonesia, oleh karena itu pada tahun 2014-
2015 dilakukan upaya pencegahan berupa pembagian kelambu secara masal (Total
Coverage). Sehingga diharapkan kasus malaria menurun pada 5 tahun mendatang, yang
akan berdampak pada peningkatan jumlah kabupaten/kota dengan API <1 dari 340 di
tahun 2015 menjadi 400 pada tahun 2019 dan Kabupaten/Kota yang mencapai eliminasi
dari 225 tahun 2015 menjadi 300 ditahun 2019.

Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.Di Indonesia
penyakit ini pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968
dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang.Kemudian jumlah kasus terus bertambah
seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD dimana pada tahun 2011
penyakit ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi dan 400
Kabupaten/Kota).

Total kasus DBD tahun 2016 sebanyak 204.171 (Incidence rate 78,85/100.000
penduduk) dengan kematian sebanyak 1.598 (CFR 0,78%). Kasus terbanyak ditemukan
di Provinsi Jawa Barat disusul Jawa Timur dan Bali.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun
1973 di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta. Sejak ditemukan pertama
kali sampai dengan tahun 2010, telah 21 provinsi dan 149 kab/kota di Indonesia pernah
melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya sering terjadi pada awal dan
akhir musim hujan dan penyakit ini lebih sering terjadi di daerah sub urban.

Virus JE pertama kali ditemukan pada 1971 dari nyamuk Culex, dan pada 1972 virus
diisolasi pada hewan babi. Kasus pada manusia telah ditemukan melalui survei di Bali
pada kurun waktu 1990- 2002, dimana rata-rata tiap tahun terdapat 50 - 60 anak yang
positif terjangkit JE berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium. JE selain dapat
menimbulkan kematian juga dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) mulai dari depresi
emosi, kelainan perilaku, gangguan intelektual dan fungsi neurologi lainnya.
7

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Hasil pelaksanaan Surveilans sentinel JE tahun 2016, didapatkan hasil 43 kasus posistif
JE yang didapatkan dari Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, NTT, DKI Jakarta, DI.
Yogyakarta dan Batam.

Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang ditularkan secara alami di antara hewan
vertebrata dan manusia (WHO). Dalam rangka akselerasi Pengendalian Zoonosis telah
dibentuk Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis melalui PERPRES No.30 Tahun 2011
tentang Pengendalian Zoonosis.

Rabies adalah penyakit infeksi sistem saraf pusat akut pada manusia dan hewan
berdarah panas yang disebabkan oleh Lyssa virus, dan menyebabkan kematian pada
hampir semua penderita rabies baik manusia maupun hewan. Sebanyak 25 provinsi telah
tertular rabies dan hanya 9 provinsi masih bebas historis dan telah dibebaskan dari rabies
(Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat). Tahun 2016
terdapat 91 kasus Lyssa dan terlaporkan 68.216 kasus GHPR dan yang diberikan Post
Exposure Treatmeant (PET) sebanyak 45.104 kasus.

Kasus Flu Burung (FB) pertama kali dilaporkan pada manusia pada bulan Juni 2005.
Berdasarkan data kasus FB dalam 5 tahun terakhir (2011 – 2015), terjadi sporadis di 15
provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Bali,
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Jumlah kasus
FB pada manusia tertinggi masih ditemukan di 3 provinsi dengan urutan DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Banten. Jumlah kumulatif kasus FB di Indonesia sejak Juni 2005 sampai
Desember 2015 adalah 199 kasus konfirmasi dengan 167 kasus kematian. Secara
kumulatif jumlah kasus FB pada manusia cenderung menurun, namun pada tahun 2012
sampai 2015, case fatality rate (CFR) FB mencapai 100%.

Sampai saat ini terdapat 15 provinsi di Indonesia yang terkonfirmasi kasus Flu Burung
pada manusia. Untuk tahun 2015 penambahan kasus konfirmasi dan kematian berasal
dari Provinsi Banten. Kasus terbesar terdapat di Provinsi DKI Jakarta yang disusul oleh
Provinsi Jawa Barat lalu Provinsi Banten.

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari


genusleptospira yang patogen dan dapat menyerang manusia dan hewan. Tikus dicurigai
sebagai sumber utama infeksi pada manusia di Indonesia. Pada tahun 2014 dilaporkan
kasus Leptospirosis nasional 524 kasus dengan 62 kematian (CFR 11,83%). Tahun 2016
dilaporkan kasus Leptospirosis nasional 830 kasus dengan 61 kematian (CFR 7 %).

Penyakit antraks adalah termasuk salah satu zoonosis yang disebabkan oleh Bacillus
anthracis, dapat menyerang manusia melalui 3 cara yaitu melalui kulit yang lecet, abrasi
atau luka, dapat melalui pernafasan (inhalasi) dan melalui mulut karena makan bahan
makanan yang tercemar kuman antraks misalnya daging yang terinfeksi yang dimasak
kurang sempurna. Spora antraks ini dapat digunakan sebagai senjata bioterorisme.

Wilayah endemis antraks pada hewan tersebar di 11 provinsi yaitu Jambi, Sumatera
Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Dalam 5 tahun terakhir (2011 -

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


2015) kasus antraks pada manusia ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, dan NTT. Jumlah rata-rata kasus antraks pada manusia dalam lima tahun
terakhir adalah 22 kasus per tahun. Sebesar 98% dari seluruh kasus antraks pada
manusia di Indonesia merupakan kasus antraks tipe kulit yang disebabkan kontak
langsung dengan hewan yang sakit/mati akibat antraks dan sebesar 2% merupakan
Antraks tipe pencernaan.

Pes (Plague) disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang terdapat pada binatang
pengerat/rodensia seperti tikus/bajing dan dapat menular antar binatang pengerat melalui
gigitan pinjal dan ke manusia melalui gigitan pinjal. Fokus Pes di Indonesia adalah
Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), Kabupaten
Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta).

B. Penyakit Terabaikan
Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan salah satu Penyakit Tropik Terabaikan
(Neglected Tropical Diseases/NTDs). Filariasis adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayidan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan
limfe (getah bening). Filariasis menularmelalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing
filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuhmanusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing
dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki,
tungkai, payudara, lengan dan organ genital. WHO menetapkan kesepakatan global
untuk mengeliminasi filariasispada tahun 2020 (The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Healthproblem by The Year 2020).

Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih
dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.Di Indonesia, sampai dengan
akhir tahun 2016 terdapat 13.032 kasus filariasis.

Untuk meningkatkan cakupan minum obat, maka pada Bulan Oktober periode Tahun
2015 – 2020 akan dilaksanakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA). BELKAGA
adalah Bulan dimana seluruh penduduk sasaran di wilayah endemis Filariasis minum
obat pencegahan Filariasis. Pencanangan BELKAGA dilaksanakan pada tanggal 1
Oktober 2015. Cakupan POPM filariasis dalam lima tahun terakhir terus meningkat, dari
56,5%pada tahun 2012 menjadi 69,5% pada tahun 2015, 71% pada tahun 2016.

Schistosomiasis disebabkan oleh cacing Schistosoma japanicum ditemukan hanya di


Provinsi Sulawesi Tengah di dua kabupaten yaitu yaitu di Lembah Lindu ( Kabupaten
Sigi), Lembah Napu dan Bada (Kabupaten Poso). Schistosomiasis merupakan penyakit
kronis yang dapat merusak organ-organ internal dan pada anak-anak dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif.Schistosomiasis secara epidemiologi
kebanyakan terjadi pada masyarakat miskin dan pedesaan, khususnya di daerah
pertanian dan perikanan. Secara keseluruhan penduduk yang berisiko tertular
schistosomiasis di kedua kabupaten adalah 50.000 (population of risk). Strategi
pengendalian dengan memutus rantai penularan penyakit dengan integrasi antara
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Daerah. Pencegahan melalui pengobatan
9

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


harus dilakukan berulang selama beberapa tahun yang bertujuan mengurangi dan
mencegah timbulnya penyakit atau morbiditas Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi,
serta pengendalian faktor risiko terhadap lingkungan.

Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis/STH),


masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara beriklim tropis dan sub
tropis, termasuk negara Indonesia. Prevalensi kecacingan saat ini berkisar 20-86 %
dengan rata-rata 30%. Infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status gizi, proses
tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak yang terinfeksi. Kasus-
kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh karena kecacingan. Upaya
pengendalian kecacingan dengan strategi pemberian obat cacing massal dilakukan
secara terintegrasi dengan Program Gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia
dini dan melalui Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia sekolah.

Keberhasilan upaya pengendalian penyakit tular vektor dan zoonosa lainnya terkait
dengan pemutusan rantai penularan melalui upaya pengendalian vektor dan binatang
pembawa penyakit secara terpadu meliputi aspek teknis/metode, sumber daya baik
manusia dan sarana prasarana, keterpaduan antar program dan lintas sektor serta
melibatkan peran aktif masyarakat.

III. LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Lingkungan Strategis Nasional


Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia ditandai dengan adanya
window opportunity di mana rasio ketergantungannya positif, yaitu jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak dari pada yang usia non-produktif, yang puncaknya terjadi sekitar
tahun 2030. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah 256.461.700 orang.
Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,19% pertahun, maka jumlah penduduk pada tahun
2019 naik menjadi 268.074.600 orang. Jumlah wanita usia subur akan meningkat dari
tahun 2015 yang diperkirakan sebanyak 68,1 juta menjadi 71,2 juta pada tahun 2019.
Dari jumlah tersebut, diperkirakan ada 5 juta ibu hamil setiap tahun. Angka ini merupakan
estimasi jumlah persalinan dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk beban
pelayanan ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yang meningkat
dari 120,3 juta pada tahun 2015 menjadi 127,3 juta pada tahun 2019. Penduduk berusia
di atas 60 tahun meningkat, yang pada tahun 2015 sebesar 21.6 juta naik menjadi 25,9
juta pada tahun 2019. Jumlah lansia di Indonesia saat ini lebih besar dibanding penduduk
benua Australia yakni sekitar 19 juta. Implikasi kenaikan penduduk lansia ini terhadap
sistem kesehatan adalah (1) meningkatnya kebutuhan pelayanan sekunder dan tersier,
(2) meningkatnya kebutuhan pelayanan home care dan (3) meningkatnya biaya
kesehatan.

Masalah penduduk miskin yang sulit berkurang akan masih menjadi masalah penting.
Secara kuantitas jumlah penduduk miskin bertambah, dan ini menyebabkan
permasalahan biaya yang harus ditanggung pemerintah bagi mereka. Tahun 2014
pemerintah harus memberikan uang premium jaminan kesehatan sebanyak 86,4 juta
orang miskin dan mendekati miskin. Data BPS menunjukkan bahwa ternyata selama
tahun 2013 telah terjadi kenaikan indeks kedalaman kemiskinan dari 1,75% menjadi
1,89% dan indeks keparahan kemiskinan dari 0,43% menjadi 0,48%. Hal ini berarti tingkat
kemiskinan penduduk Indonesia semakin parah, sebab semakin menjauhi garis
10

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran penduduk antara yang miskin dan yang tidak
miskin pun semakin melebar.

Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator yang menentukan Indeks
Pembangunan Manusia. Di samping kesehatan, pendidikan memegang porsi yang besar
bagi terwujudnya kualitas SDM Indonesia. Namun demikian, walaupun rata-rata lama
sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi angka ini belum memenuhi tujuan
program wajib belajar 9 tahun. Menurut perhitungan Susenas Triwulan I tahun 2013, rata-
rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun.
Keadaan tersebut erat kaitannya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yakni
persentase jumlah murid sekolah di berbagai jenjang pendidikan terhadap penduduk
kelompok usia sekolah yang sesuai.

Disparitas Status Kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat


telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,
antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi
dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari
golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan
lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk
dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan
buruk di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.

Disparitas Status Kesehatan Antar Wilayah. Beberapa data kesenjangan bidang


kesehatan dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Proporsi bayi lahir pendek, terendah
di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau tiga kali lipat
dibandingkan yang terendah. Kesenjangan yang cukup memprihatinkan terlihat pada
bentuk partisipasi masyarakat di bidang kesehatan, antara lain adalah keteraturan
penimbangan balita (penimbangan balita >4 kali ditimbang dalam 6 bulan terakhir).
Keteraturan penimbangan balita terendah di Provinsi Sumatera Utara (hanya 12,5%) dan
tertinggi 6 kali lipat di Provinsi DI Yogyakarta (79,0%). Ini menunjukkan kesenjangan
aktivitas Posyandu antar provinsi yang lebar. Dibandingkan tahun 2007, kesenjangan ini
lebih lebar, ini berarti selain aktivitas Posyandu makin menurun, variasi antar provinsi juga
semakin lebar.

Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut peta jalan menuju
Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semua penduduk Indonesia
telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage - UHC). Diberlakukannya JKN ini
jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, baik
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan,
serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban
anggaran negara yang diperlukan dalam JKN memerlukan dukungan dari upaya
kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat
dan tidak mudah jatuh sakit. Perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik.
Sampai awal September 2014, jumlah peserta telah mencapai 127.763.851 orang
(105,1% dari target). Penambahan peserta yang cepat ini tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi antrian panjang yang bila tidak
segera diatasi, kualitas pelayanan bisa turun.

11

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu ditingkatkan, terutama
dalam hal: (1) perempuan akan menjadi mitra kerja aktif bagi laki-laki dalam mengatasi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; dan (2) perempuan turut mempengaruhi
kualitas generasi penerus karena fungsi reproduksi perempuan berperan dalam
mengembangkan SDM di masa mendatang. Indeks Pemberdayaan Gender (IPG)
Indonesia telah meningkat dari 63,94 pada tahun 2004 menjadi 68,52 pada tahun 2012.
Peningkatan IPG tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa
indikator komponen IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup.

Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. Pada bulan Januari 2014 telah disahkan UU
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Sejak itu, maka setiap desa dari 77.548 desa yang
ada, akan mendapat dana alokasi yang cukup besar setiap tahun. Dengan simulasi APBN
2015 misalnya, ke desa akan mengalir rata-rata Rp 1 Miliar. Kucuran dana sebesar ini
akan sangat besar artinya bagi pemberdayaan masyarakat desa. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dan pengembangan

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) akan lebih mungkin diupayakan


di tingkat rumah tangga di desa, karena cukup tersedianya sarana¬sarana yang menjadi
faktor pemungkinnya (enabling factors).

Menguatnya Peran Provinsi. Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 tahun 2014 sebagai


pengganti UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Provinsi selain
berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif yang menjadi wilayah
kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Kesehatan yang telah diatur oleh Menteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang baru ini telah memberikan peran yang cukup
kuat bagi provinsi untuk mengendalikan daerah-daerah kabupaten dan kota di
wilayahnya. Pengawasan pelaksanaan SPM bidang Kesehatan dapat diserahkan
sepenuhnya kepada provinsi oleh Kementerian Kesehatan, karena provinsi telah diberi
kewenangan untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan dengan
pelaksanaan SPM.

Berlakunya Peraturan Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun 2014 juga
diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang Sistem Informasi Kesehatan
(SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses oleh unit kerja
instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola SIK sesuai dengan
kewenangan masing-masing.

B. Lingkungan Strategis Regional


Saat mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada tanggal
1 Januari 2016. Pemberlakukan ASEAN Community yang mencakup total populasi lebih
dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar) sekaligus tantangan tersendiri
bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic Community, yang mencakup liberalisasi
perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor kesehatan. Perlu dilakukan upaya
meningkatkan daya saing (competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan
dalam negeri. Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari
segi sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segi
manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,

12

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo
yang tidak terlalu lama.

Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama (Mutual Recognition Agreement
- MRA) tentang jenis-jenis profesi yang menjadi cakupan dari mobilitas. Dalam MRA
tersebut, selain insinyur, akuntan, dan lain-lain, juga tercakup tenaga medis/dokter,
dokter gigi, dan perawat. Tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang, akan dicakupi
pula jenis-jenis tenaga kesehatan lain. Betapa pun, daya saing tenaga kesehatan dalam
negeri juga harus ditingkatkan. Institusi-institusi pendidikan tenaga kesehatan harus
ditingkatkan kualitasnya melalui pembenahan dan akreditasi.

C. Lingkungan Strategis Global


Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong tindakan-
tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat.
Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable
Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan fakta
menunjukkan bahwa individu yang sehat memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang
lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan
masyarakatnya.

Pemberantasan malaria telah berhasil memenuhi indikator MDG’s yaitu API < 1 pada
tahun 2015. Pada SDG’s pemberantasan malaria masuk dalam goals ke 3.3 yaitu
Menghentikan epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan Penyakit Terabaikan serta
Hepatitis, Water Borne Diseases dan Penyakit menular lainnya.

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA)


dicanangkan di Washington DC dan Gedung PBB Genewa secara bersamaan pada
tanggal 13 Februari 2014. PertemuanGHSA pertama dilaksanakan pada tanggal 5-6 Mei
2014 diHelsinki, Finlandia. Pada awalnya, inisiatif GHSA digagas oleh Amerika Serikat
dan negara-negara maju dengan melibatkan multi-stakeholders dan multi-sektoral. Selain
itu juga dukung badan-badan dunia dibawah PBB diantaranya World Health Organisation
(WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World Organisation for Animal
Health(OIE).

Di Helsinki, GHSA membahas rancangan GHSA Action Packagesand Commitments


yang diharapkan dapat dijadikan rujukan bersama di tingkat global dalam mengatasi
ancaman penyebaran penyakit infeksi. Komitmen ini antara lain juga dimaksudkan untuk
memperkuat implementasi International Health Regulation-IHR yang telah dicanangkan
WHO sebelumnya.

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA) juga


sebagai bentuk komitmen dunia yang telah mengalami dan belajar banyak dalam
menghadapi musibah wabah penyakit menular berbahaya seperti wabah Ebola yang
telah melanda beberapa negara Afrika, Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov)
di beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9 khsusunya di Tiongkok, flu babi di Meksiko,
flu burung yang melanda di berbagai negara, dan wabah flu Spanyol tahun 1918.
Rangkaian kejadian tersebut seakan menegaskan bahwa wabah penyakit menular
berbahaya tidak hanya mengancam negara yang bersangkutan, namun juga mengancam
13

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


kesehatan masyarakat negara lainnya termasuk dampak sosial dan ekonomi yang
ditimbulkannya.

Termasuk elemen penting dari GHSA adalah zoonosis. Sebagai bentuk dari perwujudan
atas elemen penting (komitmen) tersebut, Pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini
diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian
Kesehatan, dan Kementerian Pertanian membahas lebih jauh berbagai aspek dari
penyakit zoonosis dalam kaitan pencegahan, pendeteksian lebih dini, dan upaya
merespon atas munculnya ancaman dari penyakit tersebut.

14

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


BAB II. TUJUAN DAN SASARAN DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTVZ mendukung pelaksanaan Renstra Kemenkes


yang melaksanakan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk
mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin
diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kegiatan P2PTVZ mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita
terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui upaya
preventif dan promotif.

I. TUJUAN
Terdapat dua tujuan Pembangunan Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)
meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang
kesehatan.

15

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Tujuan indikator Kementerian Kesehatan dalam Renstra bersifat dampak (impact atau
outcome). Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai
adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 346 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
4. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik disusun dalam rangka dukungan dalam keberhasilan Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam Rencana Aksi Program yaitu menurunnya
penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa.

Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik berorientasi hasil kepada menurunnya penyakit tular vektor dan zoonotik.

Tujuan dilengkapi dengan ukuran keberhasilan sebagai berikut:


1. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu sebesar 80%
di Tahun 2019
2. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk sebanyak 400 Kab/Kota di
Tahun 2019
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi
< 1% sebanyak 75 Kab/Kota di Tahun 2019
4. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk sebesar 68%
di Tahun 2019
5. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi Rabies sebesar 85% di Tahun 2019

II. SASARAN
Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik adalah
meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik. Sasaran
kinerja dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2019 dengan
indikator kinerja sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu
sebesar 80%
b. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk sebanyak 400
Kab/Kota
c. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka
mikrofilaria menjadi < 1% sebanyak 75 Kab/Kota
d. Meningkatnya persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
sebesar 68%
e. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang eliminasi Rabies sebesar 85%

Matrik target tahunan indikator sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor dan zoonotik sebagai berikut:

16

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Tabel. II. 1. Matrik target tahunan indikator sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian
penyakit tular vektor dan zoonotik Tahun 2015-2019

No. Indikator Base Target


Line 2015 2016 2017 2018 2019
(2014)
1 Persentase Kabupaten/Kota 30% 40% 50% 60% 70% 80%
yang melakukan
pengendalian vektor terpadu
2 Jumlah Kabupaten/Kota 337 340 360 375 390 400
dengan API <1 per 1.000
penduduk
3 Jumlah Kabupaten/Kota 29 35 45 55 65 75
endemis Filaria berhasil
menurunkan angka
mikrofilaria menjadi < 1%
4 Persentase Kabupaten/Kota 58% 60% 62% 64% 66% 68%
dengan IR DBD < 49 per
100.000 penduduk
5 Persentase Kabupaten/Kota 10% 25% 40% 55% 70% 85%
yang eliminasi Rabies

17

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

I. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Arah kebijakan dan strategi Direktorat P2PTVZ didasarkan pada arah kebijakan dan strategi
Kementerian Kesehatan 2005-2025 mengacu pada empat hal penting yakni: 1) Penguatan
Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care); 2) Penerapan Pendekatan
Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care); 3) Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan; 4)
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular
vektor dan zoonotik, maka arah kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian
penyakit tular vektor dan zoonotik 2015-2019 adalah:
1. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi
meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk malaria)
dalam memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-
daerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya
memutus mata rantai penularan.
2. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular,
dibutuhkan strategi innovative dengan memberikan otoritas pada petugas kesehatan
masyarakat (Public Health Officers), terutama hak akses pengamatan faktor risiko dan
penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya.
3. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian penyakit
melalui community base surveillance berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan
terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannnya
kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan
kesehatan tidak terjadi.
4. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular
seperti tenaga entomologi, epidemiologi, sanitasi dan laboratorium.
5. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk
negara dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation
(IHR) untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
6. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian
penyakit menular secara cepat.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik membagi
strategi dalam lima sub direktorat sebagai berikut:

1. Pencegahan dan Pengendalian Malaria


a. Diagnosis Malaria terkonfirmasi mikroskop atau uji reaksi cepat
b. Pengobatan memakai Artemisinin Based Combination Therapy /ACT
c. Pengendalian factor risiko terpadu
d. Integrasi ke layanan kesehatan dasar
e. Azas desentralisasi
f. Pemberdayaan kemandirian masyarakat (Posmaldes dan UKBM)
g. Forum kemitraan Nasional Gebrak Malaria
h. Penguatan sistem kesehatan
18

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


i. Penguatan Komitmen Nasional

2. Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

3. Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis


Strategi untuk pencapaian tujuan:
a. Peningkatan kegiatan surveilans zoonosis.
b. Peningkatan dan pemantauan penatalaksanaan kasus zoonosis.

19

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


c. Peningkatan peran serta masyarakat melalui KIE, sosialisasi dan penggalian dana
dari masyarakat.
d. Advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
e. Keterpaduan pelaksanaan baik secara lintas program dan sektor terkait dengan
pendekatan One Health.
f. Meningkatkan cakupan dan kualitas program.
g. Pencegahan dan penanggulangan KLB
h. Menyelenggarakan sosialisasi pengendalian zoonosis (Flu Burung, Rabies,
Leptospirosis, Antraks dan Pes)
h. Membuat dan mendistribusikan buku pedoman petunjuk teknis untuk pengelola
program di setiap tingkat administrasi.
i. Meningkatkan kualitas surveilans untuk mempertajam sasaran program,
mengukur pencapaian program serta menilai dampak program berdasarkan
indikator yang ditetapkan.
j. Melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi.
k. Menyediakan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) manusia
sebagai buffer stock Pusat.
l. Menyelenggarakan pertemuan untuk peningkatan kerjasama baik lintas program
maupun lintas sektor.
m. Membantu daerah dalam upaya penanggulangan KLB.

4. Filariasis dan Kecacingan


a. Kampanye Nasional POPM Filariasis: Pelaksanaan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di kabupaten/kota endemis dalam waktu
serentak dengan jumlah sasaran yang besar.
b. Melakukan kegiatan POPM filariasis yang juga mencakup pemberian obat cacing
pada anak sekolah dan pra sekolah.

20

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


c. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI untuk sasaran anak usia pra sekolah
dan usia sekolah dasar.
d. Integrasi dengan pemberian vitamin A untuk sasaran anak balita.

5. Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas
keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan
mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya (Permenkes 374/2010 tentang
Pengendalian Vektor)

II. KERANGKA REGULASI


Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka perlu didukung
dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan regulasi disesuaikan dengan
tantangan global, regional dan nasional. Kerangka regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan
regulasi dari turunan Undang-Undang yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan
pemerataan sumber daya manusia kesehatan; 3) pengendalian penyakit dan kesehatan
lingkungan; 4) peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berwawasasn
kesehatan; 5) penguatan kemandirian obat dan alkes; 6) penyelenggaraan jaminan kesehatan
nasional yang lebih bermutu; 7) penguatan peran pemerintah di era desentralisasi; dan 8)
peningkatan pembiayaan kesehatan.

Regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan peraturan pemerintah, peraturan
presiden, dan peraturan menteri yang terkait, termasuk dalam rangka menciptakan
sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.

21

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


III. KERANGKA KELEMBAGAAN
Kerangka kelembagaan untuk mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor dan zoonotik disusun sesuai dengan Kebijakan Pemerintah dan Kementerian
Kesehatan, dimana Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik akan berperan aktif terhadap upaya perbaikan yang akan dilakukan untuk
memastikan kerangka kelembagaan sesuai dengan tantangan dan kebutuhan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Repulik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508), Pasal 328, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 328 Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,
zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa
penyakit;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,
zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa
penyakit;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan
pengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor
dan binatang pembawa penyakit;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan
pengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor
dan binatang pembawa penyakit;
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,
zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa
penyakit; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik terdiri atas:
1. Sub Direktorat Malaria
2. Sub Direktorat Zoonosis
3. Sub Direktorat Filariasis dan Kecacingan
4. Sub Direktorat Arbovirosis
5. Sub Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
6. Sub Bagian Tata Usaha; dan
7. Kelompok Jabatan Fungsional.

22

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Memperhatikan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, tujuan, arah kebijakan dan


strategi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target kinerja dan
kerangka pendanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik 2015- 2019.

I. TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara berkala dan
dievaluasi pada akhir tahun 2019.
Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
mempunyai indikator kinerja sebagai berikut:
1. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1/1.000 penduduk
2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan
(POMP) Filariasis
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi
< 1%
4. Presentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu
5. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
6. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi rabies

Target periodik atas kinerja kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan
zoonotik sebagai berikut:

Tabel. IV. 1. Matrik Target Periodik Atas Kinerja Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2015-2019
No. Indikator Base Target
Line
2015 2016 2017 2018 2019
(2014)
1 Jumlah Kabupaten/Kota dengan API 337 340 360 375 390 400
<1 per 1.000 penduduk
2 Jumlah Kabupaten/Kota endemis 140 170 210 240 245
yang melakukan pemberian obat
massal pencegahan (POMP)
Filariasis
3 Jumlah Kabupaten/Kota endemis 29 35 45 55 65 75
Filaria berhasil menurunkan angka
mikrofilaria menjadi < 1%
4 Persentase Kabupaten/Kota yang 30% 40% 50% 60% 70% 80%
melakukan pengendalian vektor
terpadu
5 Persentase Kabupaten/Kota dengan 58% 60% 62% 64% 66% 68%
IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
6 Persentase Kabupaten/Kota yang 10% 25% 40% 55% 70% 85%
eliminasi Rabies

23

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


A. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API< 1 per 1.000 Penduduk
Annual Paracites Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk
pada satu tahun. API ini digunakan untuk menentukan trend morbiditas malaria dan
menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). API juga
merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk dalam fase eliminasi yaitu jika API
kurang dari 1 per 1000 penduduk.
a. Definisi Operasional Indikator
Jumlah Kumulatif Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
1) Rumus perhitungan API :
Jumlah kasus positif malaria
------------------------------------- x 1000 penduduk
Jumlah Penduduk

2) Rumus Perhitungan Indikator :


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mencapai API < 1
Target menuju eliminasi dilakukan secara bertahap disajikan dalam tabel berikut.
Tabel IV.2. Target pencapaian eliminasi.
Pencapaian JUMLAH TAHUN
RPJMN 2019 300 kab/kota 2019
Strategi Nasional Eliminasi 2020 337 kab/kota 2020
Semua kabupaten/kota mencapai eliminasi 511 kab/kota 2025
Semua Provinsi mencapai eliminasi 34 provinsi 2027
Mengajukan sertifikasi eliminasi kepada WHO Nasional 2028
Indonesia menerima sertifikat eliminasi malaria Nasional 2030

Gambar. Pemodelan penurunan jumlah kasus malaria sesuai milestone

24

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


B. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan
(POMP) Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis)
dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya
penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang
lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
a. Definisi operasional
merupakan angka absolut yang menunjukkan jumlah kabupaten/kota endemis yang
melakukan POPM Filariasis baik yang tahun pertama/kedua/ketiga/ keempat/kelima.
b. Rumus/ cara perhitungan:
Rumus perhitungan pencapaian Indikator adalah akumulasi jumlah kabupaten/kota
melakukan POPM Filariasis pada tahun berjalan.

C. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi


< 1%
Filariasis merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan cacat permanen bagi
penderitanya. Salah satu upaya memutus mata rantai penularan filariasis adalah dengan
Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis
filariasis selama 5 tahun berturut-turut.
Setelah pengobatan tahun ke-5 perlu dilakukan evaluasi angka prevalensi mikrofilaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi mikrofilaria dan densitas
(kepadatan) mikrofilaria setelah POMP Filariasis.
a. Definisi operasional :
Jumlah Kabupaten/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <
1% adalah jumlah kabupaten/kota yang telah selesai melakukan Pemberian Obat
Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut, kemudian 6 bulan
setelahnya pada pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan angka mikrofilaria (mf
rate) menjadi < 1%.
b. Rumus/ cara perhitungan:
Akumulasi jumlah Kabupaten/Kota endemis yang berhasil menurunkan angka
mikrofilaria menjadi < 1%.

D. Persentase Kabupaten/Kota yang Melakukan Pengendalian Vektor Terpadu


Pengendalian vektor terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas
keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaannya serta dengan
mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya. Pengendalian Vektor Terpadu
dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumber daya
yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga. Beberapa
Metode pengendalian vektor yang dapat dilakukan diantaranya adalah : a) metode
pengendalian fisik dan mekanis, misalnya modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat
perindukan, pemberantasan sarang nyamuk, pemasangan kelambu ; b) metode
pengendalian dengan menggunakan agen biotik , misalnya predator pemakan jentik,
bakteri, manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll) ; c) metode pengendalian secara

25

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


kimia, misalnya surface spray (IRS) dan space spray (fogging), larvasida, dan lain
sebagainya.
a. Defenisi Operasional Indikator
Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor dengan dua atau lebih
metode pengendalian
b. Rumus Perhitungan Pencapaian Indikator
Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian Vektor Terpadu
-------------------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh Kabupaten/Kota

E. Persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk


Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat
angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Cara yang dapat
dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah gigitan nyamuk penular DBD.
Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang penting pada saat ini adalah melalui
upaya pengendalian nyamuk penular dan upaya membatasi kematian akibat DBD. Atas
dasar itu maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerjasama dengan program dan
sektor terkait serta peran serta masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar dapat
meningkatkan persentase kabupaten/kota yang mencapai angka kesakitan DBD kurang
dari atau sama dengan 49 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian akibat
DBD menjadi kurang dari 1% dan membatasi penularan DBD dengan mengendalikan
populasi vektor sehingga angka bebas jentik (BJ) diatas atau sama dengan 95%.
a. Definisi Operasional Indikator
Persentase kab/kota dengan angka yang menunjukan kasus/kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada waktu tertentu < 49/100.000.
b. Rumus / cara perhitungan pencapaian indikator
Jumlah kab/kota dengan IR DBD < 49/100.000 penduduk dibagi jumlah total
kabupaten / kota pada tahun yang sama.

F. Persentase kabupaten/kota yang eliminasi rabies


Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Namun 95% kasus rabies
dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Menurut World Health Organization (WHO) rabies
terjadi di 92 negara dan bahkan bersifat endemik di 72 negara. Diperkirakan 55.000 orang
di dunia meninggal akibat rabies setiap tahunnya dan menurut WHO lebih dari 99% kasus
rabies pada manusia terjadi akibat dari gigitan anjing yang terinfeksi.
Negara-negara yang memulai program eliminasi rabies telah berhasil mengurangi jumlah
penyakit rabies secara signifikan, yang seringkali berakhir dengan eliminasi rabies.
Program eliminasi sering berkisar pada kampanye vaksinasi anjing massal, di mana
setidaknya 70% populasi anjing harus dikurangi untuk memutus/memotong siklus
penularan pada anjing dan manusia.
a. Definisi Operasional Indikator
Eliminasi rabies adalah menghilangkan kasus rabies (Lyssa) di suatu daerah
(kabupaten/kota), dimana kasus lyssa kurang dari satu selama 2 tahun berturut-turut.
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator:
Jumlah kabupaten/kota yang kasus lyssanya kurang dari 1
selama 2 tahun berturut-turut
---------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah total kab./kota yang mempunyai kasus lyssa pada tahun yang sama

26

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


II. KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan pendanaan dan
efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan melalui peningkatan
proporsi anggaran kesehatan secara signifikan sehingga mencapai 5% dari APBN pada tahun
2019. Peningkatan pendanaan kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah
Daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun cukai. Guna
meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan kesehatan maka perlu mengefektifkan
peran dan kewenangan Pusat-Daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan
Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.
Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka pendanaan kesehatan
diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui program Jaminan Kesehatan Nasional, penguatan kesehatan pada masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam
Sistem Kesehatan Nasional untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi,
Balita, peningkatan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan
lingkungan.
Pendanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (anggaran) untuk mencapai target
indikator kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik yang
ditetapkan. Pengalokasian anggaran kegiatan dilakukan pada tingkat pusat, daerah dan UPT
dengan memperhatikan kewajiban dan kewenangan masing masing serta memperhatikan
asas efektifitas dan efisiensi penganggaran.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, alokasi anggaran untuk dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota yang dilakukan melalui mekanisme Dekon secara bertahap akan dilakukan
melalui mekanisme DAK dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
dengan tetap memperhatikan target prioritas nasional bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit.
Sumber pendanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan
zoonotik dalam kurun waktu 5 tahun mendatang masih tertumpu pada APBN (rupiah murni)
disertai dengan optimalisasi pemanfaatan anggaran bersumber PNBP. Pendanaan
bersumber PHLN akan dilakukan secara selektif dan dilakukan hanya untuk mencapai target
indikator program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dengan pembiayaan bersumber hibah yang saat ini sedang berlangsung dan akan
berakhir sebelum tahun 2019 saat ini akan dievaluasi hasilnya untuk menjadi input berlanjut
atau tidaknya kegiatan bersumber hibah.

27

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2015

NO Satker Output PUSAT UPT Dekonsentrasi Total

Arbovirosis
23.394.906.000 7.051.302.000 5.592.120.000 36.038.328.000
Persentase kab/kota
dengan IR DBD Penurunan Kasus
1
kurang dari target penyakit DBD 23.394.906.000
nasional
penurunan IR
DBD per provinsi 5.592.120.000
Pengendalian
faktor risiko dan
sumber penular 4.500.227.000
DBD
Kajian dan
monitoring faktor
risiko sumber
penular dan 2.551.075.000
efektivitas
intervensi DBD
Malaria
69.245.147.000 4.986.893.000 9.732.754.000 83.964.794.000
Persentase kasus
Jumlah Kab/Kota malaria mendapat
2 dengan API <1/1.000 penatalaksanaan
8.507.210.000
pada tahun 2019 kasus sesuai
standar
Persentase
cakupan kelambu
di daerah 60.737.937.000
endemis Malaria
Jumlah Kab/kota
dengan cakupan
penatalaksanaan
7.024.245.000
kasus malaria
sesuai standar
Jumlah Kab/kota
endemis malaria
dg cakupan
2.708.509.000
pendistribusian
kelambu
Pengamatan
faktor risiko dan
sumber penular 2.699.157.000
malaria
Kajian dan
monitoring faktor
risiko sumber
penular dan 2.287.736.000
efektivitas
intervensi malaria
Zoonosis
13.005.760.000 5.307.306.000 3.027.070.000 21.340.136.000
Persentase Jumlah
Kab/Kota endemis
3 rabies yang
12.067.590.000 324.620.000 12.392.210.000
mempunyai Rabies
Center
Jumlah Provinsi
endemis rabies
dengan kab/kota
12.067.590.000
yg mempunyai
rabies center
Jumlah Kab/Kota
endemis rabies
yang mempunyai 324.620.000
rabies center

28

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Jumlah kasus
Konfirmasi Flu
4 Burung pada
544.060.000 3.859.122.000 1.667.695.000 6.070.877.000
Manusia kurang dari
11 pada tahun 2019
Penurunan
Jumlah kasus flu
544.060.000
burung ,
persentase
pelaksanaan
Deteksi Dini
1.667.695.000
suspect Flu
Burung
Pengamatan
faktor risiko dan
sumber penular
3.794.156.000
flu burung di
wilayah kerja
Pengamatan
faktor risiko dan
sumber penular
64.966.000
flu burung di
wilayah kerja
Persentase Angka
Kematian kasus
5 Leptospirosis pada
113.250.000 417.108.000 345.240.000 875.598.000
Manusia menjadi
<15% Tahun 2019
Penurunan
persentase angka
kematian kasus 113.250.000
leptospirosis
persentase
pelaksanaan
deteksi dini
345.240.000
suspect
leptospirosis
Pengamatan
faktor risiko dan
sumber penular
417.108.000
leptospirosis di
wilayah kerja
Jumlah kasus
Antraks pada
6
manusia menjadi <14 98.600.000 50.299.000 194.600.000 343.499.000
Tahun 2019
Penurunan Kasus
Antraks 98.600.000
persentase
pelaksanaan
Deteksi Dini 194.600.000
suspect Antraks
Pengamatan
faktor risiko dan
sumber penular
50.299.000
antraks di wilayah
kerja
Jumlah kasus Pes
pada manusia
7
menjadi <1 Tahun 182.260.000 980.777.000 494.915.000 1.657.952.000
2019
Menurunkan
kasus Pes pd
182.260.000
manusia
persentase
pelaksanaan
Deteksi Dini 494.915.000
suspect Pes
Pengamatan
faktor risiko dan
980.777.000
sumber penular

29

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


pes di wilayah
kerja
Filariasis dan
Kecacingan 21.850.717.000 1.196.726.000 41.201.277.000 64.248.720.000
Kab/Kota endemis
melakukan
pemberian obat
8 massal pencegahan
21.188.657.000 700.000.000 40.405.977.000 62.294.634.000
(POMP) filariasis
menuju eliminasi
Filariasis
Jumlah provinsi
endemis yang
dilakukan
Kampanye 9.980.070.000
pengendalian
filariasis
Kampanye
Pemberian Obat
Masal
Pencegahan
(POMP) Filariasis 11.208.587.000
Menuju Eliminasi
Filariasis ( New
Initiative )
Jumlah Kab/Kota
yang dilakukan
Kampanye POMP 1.170.000.000
Filariasis
Kampanye
Pemberian Obat
Masal
Pencegahan
(POMP) Filariasis 39.235.977.000
Menuju Eliminasi
Filariasis ( New
Initiative )
Jumlah lokasi
survei penilaian
700.000.000
mikrofilaria
Persentase
Kabupaten/kota
melaksanakan
9 Pemberian Obat
558.300.000 315.580.000 430.300.000 1.304.180.000
Cacing pada anak
usia sekolah dan
prasekolah
Jumlah provinsi
yg melaksanakan
pemberian obat
cacing pada anak 558.300.000
usia sekolah dan
prasekolah
Kabupaten/kota
melaksanakan
Pemberian Obat
Cacing pada anak 430.300.000
usia sekolah dan
prasekolah
Jumlah lokasi
survei
endemisitas 315.580.000
Kecacingan
Prevalensi
10 Schistosomiasis pada
103.760.000 181.146.000 365.000.000 649.906.000
manusia
Penurunan
prevalensi
Schistosomiasis 103.760.000
pada manusia

30

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Survei
Schistosomiasis
365.000.000
pada manusia
jumlah survei
schistosomiasis
181.146.000
yg dilaksanakan
Vektor
22.067.540.000 7.764.579.000 1.513.261.000 31.345.380.000
Persentase kab/Kota
Jumlah provinsi
yang melakukan
11 melakukan
Pengendalian Vektor 22.067.540.000
surveilans vektor
terpadu
jumlah kab/kota
yang melakukan
kegiatan 1.513.261.000
surveilans vektor
pengamatan
vektor dan
binatang 4.670.460.000
penggangu
pelaksanaan
kegiatan
3.094.119.000
surveilans vektor
Tata Usaha
3.038.642.000 3.038.642.000
Kab/Kota endemis
melakukan
pemberian obat Dokumen
12 massal pencegahan Perencanaan dan
1.777.692.000
(POMP) filariasis Anggaran
menuju eliminasi
Filariasis
Dokumen
Evaluasi dan
1.260.950.000
Pelaporan

151.341.762.000 26.306.806.000 61.066.482.000 239.976.000.000

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2016

IKK USULAN OUTPUT


NO
SATKER OUTPUT SUB OUTPUT 2016
Arbovirosis

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
Output Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
1 (NSPK) Pengendalian Penyakit
Pusat (NSPK) Pengendalian Arbovirosis 1.428.128
Tular Vektor Dan Zoonotik

Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia
Output Pengendalian Penyakit Tular Vektor
2 Pengendalian Penyakit Arbovirosis
Pusat Dan Zoonotik Yang Meningkat 1.122.365
Yang Meningkat Kualitasnya
Kualitasnya
Persentase
kab/kota dengan
IR DBD < 49 per Layanan Pengawasan Layanan Pengawasan
Output
3 100.000 penduduk Pelaksanaan Pengendalian Pelaksanaan Pengendalian
Pusat 5.099.665
Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Arbovirosis

Output Sarana Prasarana Pengendalian Sarana Prasarana Pengendalian


4
Pusat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Penyakit Arbovirosis 48.162.949

Output Peringatan Dini Kejadian Penyakit Peringatan Dini Kejadian Penyakit


5
Pusat Tular Vektor Dan Zoonotik Arbovirosis 381.000

31

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Layanan Pembinaan Pelaksanaan
Output Layanan Pembinaan Pelaksanaan
6 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Pusat Pengendalian Penyakit Arbovirosis 162.103
Dan Zoonotik

Layanan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan


Output
7 Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Arbovirosis di
Dekon 6.092.218
Dan Zoonotik Di Kab/Kota Kab/Kota

SDM Pengendalian Arbovirosis di


SDM P2P TVZ di
Output Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
8 pelabuhan/bandara/PLBD yang
KKP Batas Barat (PLBD) yang
meningkat kualitasnya
meningkat kualitasnya
Layanan Pelaksanaan 2.550.000
Output Layanan pelaksanaan P2P TVZ di Pengendalian Arbovirosis di
9
KKP pelabuhan/bandara/PLBD Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
Batas Barat (PLBD)

Output Kajian Bidang Pengendalian Kajian Bidang Pengendalian


10
BBTKL Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Arbovirosis

Teknologi Tepat Guna Bidang


Output Teknologi Tepat Guna Bidang
11 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
BBTKL Pengendalian Arbovirosis 4.000.000
Dan Zoonotik
Surveilans Pengendalian Penyakit
Output Surveilans Pengendalian
12 Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis
BBTKL Arbovirosis berbasis Lab
Lab
Malaria

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
Output Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
1 (NSPK) Pengendalian Penyakit
Pusat (NSPK) Pengendalian Malaria 3.749.200
Tular Vektor Dan Zoonotik

Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia
Output Pengendalian Penyakit Tular Vektor
2 Pengendalian Penyakit Malaria
Pusat Dan Zoonotik Yang Meningkat 23.114.940
Yang Meningkat Kualitasnya
Kualitasnya

Layanan Pengawasan
Output Layanan Pengawasan
3 Pelaksanaan Pengendalian
Pusat Pelaksanaan Pengendalian Malaria 9.802.295
Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Output Sarana Prasarana Pengendalian Sarana Prasarana Pengendalian


4
Pusat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Penyakit Malaria 78.671.550

Jumlah Output Peringatan Dini Kejadian Penyakit Peringatan Dini Kejadian Penyakit
5
kabupaten/kota Pusat Tular Vektor Dan Zoonotik Malaria 425.000
dengan API
<1/1.000
penduduk Layanan Pembinaan Pelaksanaan
Output Layanan Pembinaan Pelaksanaan
6 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Pusat Pengendalian Penyakit Malaria 1.451.015
Dan Zoonotik

Layanan Pelaksanaan
Output Layanan Pelaksanaan
7 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Dekon Pengendalian Malaria di Kab/Kota 33.520.102
Dan Zoonotik Di Kab/Kota

SDM Pengendalian Malaria di


SDM P2P TVZ di
Output Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
8 pelabuhan/bandara/PLBD yang
KKP Batas Barat (PLBD) yang
meningkat kualitasnya
meningkat kualitasnya
Layanan Pelaksanaan 4.745.000
Output Layanan pelaksanaan P2P TVZ di Pengendalian Malaria di
9
KKP pelabuhan/bandara/PLBD Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
Batas Barat (PLBD)

Output Kajian Bidang Pengendalian Kajian Bidang Pengendalian


10
BBTKL Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Malaria 8.000.000

32

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Teknologi Tepat Guna Bidang
Output Teknologi Tepat Guna Bidang
11 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
BBTKL Pengendalian Malaria
Dan Zoonotik
Surveilans Pengendalian Penyakit
Output Surveilans Pengendalian Malaria
12 Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis
BBTKL berbasis Lab
Lab
Zoonosis

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
Output Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
1 (NSPK) Pengendalian Penyakit
Pusat (NSPK) Pengendalian Zoonosis 1.293.440
Tular Vektor Dan Zoonotik

Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia
Output Pengendalian Penyakit Tular Vektor
2 Pengendalian Penyakit Zoonosis
Pusat Dan Zoonotik Yang Meningkat 3.170.170
Yang Meningkat Kualitasnya
Kualitasnya

Layanan Pengawasan Layanan Pengawasan


Output
3 Pelaksanaan Pengendalian Pelaksanaan Pengendalian
Pusat 1.922.820
Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Zoonosis

Output Sarana Prasarana Pengendalian Sarana Prasarana Pengendalian


4
Pusat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Penyakit zoonosis 43.185.372

Output Peringatan Dini Kejadian Penyakit Peringatan Dini Kejadian Penyakit


5
Pusat Tular Vektor Dan Zoonotik Zoonosis 137.700

Layanan Pembinaan Pelaksanaan


Persentase Output Layanan Pembinaan Pelaksanaan
6 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
kab/kota yang Pusat Pengendalian Penyakit Zoonosis 3.900.187
Dan Zoonotik
eliminasi rabies
Layanan Pelaksanaan
Output Layanan Pelaksanaan
7 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Dekon Pengendalian Zoonosis di Kab/Kota 2.499.760
Dan Zoonotik Di Kab/Kota
SDM Pengendalian Zoonosis di
SDM P2P TVZ di
Output Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
8 pelabuhan/bandara/PLBD yang
KKP Batas Barat (PLBD) yang
meningkat kualitasnya
meningkat kualitasnya
Layanan Pelaksanaan 1.000.000
Output Layanan pelaksanaan P2P TVZ di Pengendalian Zoonosis di
9
KKP pelabuhan/bandara/PLBD Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
Batas Barat (PLBD)

Output Kajian Bidang Pengendalian Kajian Bidang Pengendalian


10
BBTKL Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Zoonosis

Teknologi Tepat Guna Bidang


Output Teknologi Tepat Guna Bidang
11 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
BBTKL Pengendalian Zoonosis 1.250.000
Dan Zoonotik
Surveilans Pengendalian Penyakit
Output Surveilans Pengendalian Zoonosis
12 Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis
BBTKL berbasis Lab
Lab
Filariasis dan
Kecacingan

Jumlah kab/kota
endemis yang
melakukan Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
Output
1 pemberian obat (NSPK) Pengendalian Penyakit (NSPK) Pengendalian Filariasis &
Pusat 430.190
massal Tular Vektor Dan Zoonotik Kecacingan
pencegahan
(POMP) Filariasis

Jumlah kab/kota Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia


endemis filaria Output Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Penyakit Filariasis &
2
berhasil Pusat Dan Zoonotik Yang Meningkat Kecacingan Yang Meningkat 4.384.040
menurunkan Kualitasnya Kualitasnya

33

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


angka mikrofilaria
menjadi <1 % Layanan Pengawasan Layanan Pengawasan
Output
3 Pelaksanaan Pengendalian Pelaksanaan Pengendalian
Pusat 2.927.750
Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Filariasis & Kecacingan

Output Sarana Prasarana Pengendalian Sarana Prasarana Pengendalian


4
Pusat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Penyakit Filariasis & Kecacingan 19.747.650

Output Peringatan Dini Kejadian Penyakit Peringatan Dini Kejadian Penyakit


5
Pusat Tular Vektor Dan Zoonotik Filariasis & Kecacingan 179.600

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Layanan Pembinaan Pelaksanaan


Output
6 Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Penyakit Filariasis &
Pusat 750.520
Dan Zoonotik Kecacingan

Layanan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan


Output
7 Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Filariasis &
Dekon 117.497.748
Dan Zoonotik Di Kab/Kota Kecacingan di Kab/Kota

SDM Pengendalian Filariasis &


SDM P2P TVZ di Kecacingan di
Output
8 pelabuhan/bandara/PLBD yang Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
KKP
meningkat kualitasnya Batas Barat (PLBD) yang
meningkat kualitasnya
Layanan Pelaksanaan
Pengendalian Filariasis &
Output Layanan pelaksanaan P2P TVZ di
9 Kecacingan di
KKP pelabuhan/bandara/PLBD
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
Batas Barat (PLBD)
Output Kajian Bidang Pengendalian Kajian Bidang Pengendalian
10
BBTKL Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Filariasis & Kecacingan

Teknologi Tepat Guna Bidang Teknologi Tepat Guna Bidang


Output
11 Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Filariasis &
BBTKL 2.600.000
Dan Zoonotik Kecacingan
Surveilans Pengendalian Penyakit
Output Surveilans Pengendalian Filariasis
12 Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis
BBTKL & Kecacingan berbasis Lab
Lab
Vektor

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
Output Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan
1 (NSPK) Pengendalian Penyakit
Pusat (NSPK) Pengendalian Vektor 1.885.070
Tular Vektor Dan Zoonotik

Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia
Output Pengendalian Penyakit Tular Vektor
2 Pengendalian Penyakit Vektor
Pusat Dan Zoonotik Yang Meningkat 1.725.550
Yang Meningkat Kualitasnya
Kualitasnya

Persentase Layanan Pengawasan


kab/kota yang Output Layanan Pengawasan
3 Pelaksanaan Pengendalian
melakukan Pusat Pelaksanaan Pengendalian Vektor 3.037.900
Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik
pengendalian
vektor terpadu
Output Sarana Prasarana Pengendalian Sarana Prasarana Pengendalian
4
Pusat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Penyakit Vektor 31.328.850

Output Peringatan Dini Kejadian Penyakit Peringatan Dini Kejadian Penyakit


5
Pusat Tular Vektor Dan Zoonotik Vektor 5.123.620

Layanan Pembinaan Pelaksanaan


Output Layanan Pembinaan Pelaksanaan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Pusat Pengendalian Vektor 5.289.010
Dan Zoonotik

34

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Layanan Pelaksanaan
Output Layanan Pelaksanaan
6 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Dekon Pengendalian Vektor di Kab/Kota 6.335.110
Dan Zoonotik Di Kab/Kota

SDM Pengendalian Vektor di


SDM P2P TVZ di
Output Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
7 pelabuhan/bandara/PLBD yang
KKP Batas Barat (PLBD) yang
meningkat kualitasnya
meningkat kualitasnya
Layanan Pelaksanaan 14.855.000
Output Layanan pelaksanaan P2P TVZ di Pengendalian Vektor di
8
KKP pelabuhan/bandara/PLBD Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas
Batas Barat (PLBD)

Output Kajian Bidang Pengendalian


9 Kajian Bidang Pengendalian Vektor
BBTKL Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang


Output Teknologi Tepat Guna Bidang
10 Pengendalian Penyakit Tular Vektor
BBTKL Pengendalian Vektor 5.000.000
Dan Zoonotik
Surveilans Pengendalian Penyakit
Output Surveilans Pengendalian Vektor
11 Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis
BBTKL berbasis Lab
Lab
Tata Usaha

Advokasi,
Sosialisasi dan
Koordinasi Layanan Dukungan Manajemen Layanan Dukungan Manajemen
Output
1 pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pengendalian Penyakit Tular Vektor
Pusat 3.300.561
POMP Filariasis di Dan Zoonotik Dan Zoonotik
Kab/Kota endemis
menuju eliminasi

Tabel. Matriks Pendanaan 2017

N SASARAN SUB OUTPUT DO OUTPUT (DO SUB OUTPUT) SATUA TARGE USULAN
O N T 2017 (Dalam
Ribu)
2017
1 Pemberian Angka absolut orang yang minum obat Orang 35.9
obat pencegahan filariasis di seluruh kabupaten Juta 108.226.591
pencegahan endemis filariasis yang melaksanakan Orang
massal POPM filariasis
filariasis
(POPM) di Norma/Standar/Prosed Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria Jumlah 3
daerah ur/Kriteria (NSPK) (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian NSPK 330.000
kab/kota Pencegahan dan Filariasis yang hasilkan
yang Pengendalian Filariasis
endemis Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia Jumlah 100
filariasis Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Filariasis SDM 885.400
Pengendalian Filariasis yang mendapat informasi/pelatihan/TOT/
filariasis
Sarana Prasarana Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan Paket 12
Pencegahan dan dan Pengendalian Filariasis yang 20.990.000
Pengendalian Filariasis dihasilkan

Peringatan Dini Jumlah Peringatan Dini Kejadian Kejadian 10


Kejadian Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian Filariasis 100.000
dan Pengendalian pada tahap persiapan, pelaksanaan dan
Filariasis pasca POPM Filariasis yang di tangani
Layanan Pencegahan Jumlah Layanan Pencegahan dan Layanan 7
dan Pengendalian Pengendalian Penyakit Filariasis yang 3.493.000
Penyakit Filariasis dilaksankan

35

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Kab/Kot 154
Pengendalian Filariasis Pengendalian Filariasis di Kab/Kota, a 78.428.191
di Kab/Kota POPM, Tatalaksana kasus kronis filariasis
yang dilaksanakan

Kajian Bidang Jumlah Kajian Bidang Pengendalian Kajian -


Pengendalian Filariasis Filariasis yang dilaksanakan

Teknologi Tepat Guna Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Jumlah -


Bidang Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian Filariasis TTG
dan Pengendalian yang dilaksanakan
Filariasis
Surveilans Jumlah Kegiatan Surveilans Pengendalian Jumlah 40
Pengendalian Filariasis Filariasis Berbasis Lab untuk kegiatan Kab/Kot 4.000.000
Berbasis Lab SDJ, Evaluasi Mid term, Pre TAS dan TAS a yang
Filariasis Setelah POPM di survei

2 Pengobatan persentase kasus malaria positif yang Persen 95%


malaria diobati sesuai standar 128.494.500
sesuai
standar

Norma/Standar/Prosed Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria Laporan 10


ur/Kriteria (NSPK) (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian 876.500
Pencegahan dan Malaria yang dihasilkan
Pengendalian Malaria

Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia Orang 300


Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Malaria 10.300.000
Pengendalian Malaria yang mendapat pelatihan / peningkatan
kemampuan / TOT Malaria
Sarana Prasarana Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan Unit 15
Pencegahan dan dan Pengendalian Malaria dihasilkan 65.000.000
Pengendalian Malaria

Peringatan Dini Jumlah Peringatan Dini Kejadian Layanan 5


Kejadian Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian Malaria 425.000
dan Pengendalian yang ditangani
Malaria
Layanan Pencegahan Jumlah layanan pencegahan dan Layanan 93
dan Pengendalian pengendalian penyakit malaria yang 4.250.000
Penyakit Malaria dilaksanakan

Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan Layanan 372


Pencegahan dan dan Pengendalian Malaria di Kab/Kota 28.143.000
Pengendalian Malaria di
Kab/Kota
Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan Layanan 55
Pencegahan dan dan Pengendalian Malaria di 3.000.000
Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD
Pelabuhan/Bandara/PL
BD
Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia Orang 375
Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Malaria di 4.500.000
Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD yang mendapat
Pelabuhan/Bandara/PL pelatihan /peningkatan kemampuan
BD Malaria

Kajian Bidang Jumlah Kajian Bidang Pencegahan dan kali/tahu 46


Pencegahan dan Pengendalian Malaria yang dihasilkan n 5.600.000
Pengendalian Malaria

Teknologi Tepat Guna Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Layanan 10


Bidang Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian yang 3.000.000
dan Pengendalian dihasilkan
Malaria
Surveilans Pencegahan Jumlah Surveilans Pencegahan dan kali/tahu 44
dan Pengendalian Pengendalian Malaria Berbasis Lab yang n 3.400.000
Malaria Berbasis Lab dilaksanakan

36

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Sasaran dan
Indikator
Lainnya
3 Tenaga Peningkatan pengetahuan tenaga kab/kota Orang 600
pengendalia dalam proses melakukan pengendalian, 16.000.000
n vektor dan surveilans dan monitoring vektor
binatang
pembawa Sumber Daya Manusia Jumlah Tenaga Entokes terlatih di Dinas Orang 90
penyakit di Pencegahan dan Kesehatan Propinsi/Kab/Kota, UPT 2.600.000
Dinas Pengendalian Vektor
Kesehatan dan BPP
Propinsi/Kab
Sumber Daya Manusia Jumlah Tenaga terlatih Pengendalian Orang 378
/Kota dan
Pencegahan dan Vektor dan Biantang Pembawa Penyakit di 8.500.000
UPT (KKP
Pengendalian Vektor Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas
dan BTKL)
dan BPP di
yang dilatih
Kab/Kota/Puskesmas

Sumber Daya Manusia Jumlah Tenaga yang Mengikuti Pelatihan Orang 132
Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP, Seminar 4.900.000
Pengendalian Vektor yang berhubungan dengan Vektor dan BPP
dan BPP di dan Kursus di Salatiga (Nyamuk, lalat dan
Pelabuhan/Bandara/PL reservoar dan BBTKL surabaya Tikus Dan
BD Pinjal

4 Cakupan Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang Kab/Kot 58


Kab/Kota kegiatan pengendalian vektor dengan 2 a 42.619.966
endemis atau lebih metode sekaligus
Demam
Berdarah
dan Malaria Norma/Standar/Prosed Jumlah Pedoman, Juknis dan Aturan laporan 3
yang ur/Kriteria (NSPK) lainnya yang berhubungan dengan Vektor 1.630.000
melakukan Pencegahan dan dan BPP yang dihasilkan
pengendalia Pengendalian Vektor
n vektor dan BPP
terpadu
Sarana Prasarana Jumlah Alat dan Bahan unit 6
Pencegahan dan Surveilans/pengendalian Vektor yang 8.380.000
Pengendalian Vektor tersedia
dan BPP
Peringatan Dini Jumlah kejadian dan Diteksi dini vektor dan laporan 18
Kejadian Pencegahan binatang pembawa penyakit yang di 2.170.000
dan tanggani
PengendalianVektor
dan BPP
Layanan Pencegahan Jumlah layanan pencegahan dan laporan 34
dan Pengendalian pengendalian penyakit yang diturkan vektor 5.062.966
Penyakit Vektor dan dan BPP
BPP
Layanan Pelaksanaan Jumlah Kab/kota yang melakukan laporan 34
Pencegahan dan pelaksanaan Pencegahan dan 3.400.000
Pengendalian Vektor Pengendalian Vektor dan BPP
dan BPP di Kab/Kota
Layanan Pelaksanaan Jumlah layanan pencegahan dan layanan 368
Pencegahan dan pengendalian penyakit yang diturkan vektor 13.887.000
Pengendalian Vektor dan BPP yang dialkukan di KKP
dan BPP di
Pelabuhan/Bandara/PL
BD
Kajian Bidang Jumlah Kajian vektor dan BPP yang laporan 51
Pencegahan dan dilakukan 5.590.000
Pengendalian Vektor
dan BPP

Teknologi Tepat Guna Jumlah TTG yang di hasilkan untuk laporan 10


Bidang Pencegahan surveilans dan pengendalian vektor dan 1.000.000
dan Pengendalian BPP
Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit

37

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Surveilans Pencegahan Jumlah surveilans vektor dan BPP yang laporan 20
dan Pengendalian dilakukan komfirmasi laboratorium 1.500.000
Vektor dan BPP
Berbasis Lab

5 Cakupan Jumlah absolut anak (usia pra sekolah dan Anak 33.4
pemberian sekolah) yang minum obat cacing Anak 8.508.162
obat cacing
pada Anak
usia pra
sekolah dan
sekolah
Norma/Standar/Prosed Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria Jumlah 2
ur/Kriteria (NSPK) (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian NSPK 220.000
Pencegahan dan Kecacingan yang di hasilkan
Pengendalian
Kecacingan
Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia Jumlah 100
Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Cacingan SDM 885.400
Pengendalian yang mendapat tambahan
Kecacingan informasi/pelatihan/ Kecacingan
Sarana Prasarana Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan Paket 4
Pencegahan dan dan Pengendalian Kecacingan yang 650.000
Pengendalian dihasilkan
Kecacingan
Layanan Pencegahan Jumlah Layanan Pencegahan dan Layanan 6
dan Pengendalian Pengendalian Penyakit Kecacingan yang 1.180.953
Penyakit Kecacingan dilaksanakan

Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Anak 33.4


Pengendalian Pengendalian Kecacingan melalui Anak 5.571.809
Kecacingan di Pengobatan Massal Kecacingan di
Kab/Kota Kab/Kota
Kajian Bidang Kegiatan Kajian Bidang Pengendalian Kajian -
Pengendalian Kecacingan yang dilaksanakan
Kecacingan
Teknologi Tepat Guna Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Jumlah -
Bidang Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian TTG
dan Pengendalian Kecacingan yang dilaksanakan
Kecacingan
Surveilans Jumlah Kegiatan Surveilans Pengendalian Jumlah -
Pengendalian Kecacingan Berbasis Lab untuk kegiatan Kab/Kot
Kecacingan Berbasis penilaian prevalensi maupun evaluasi a yang
Lab pasca pengobatan massal kecacingan di survei

6 Pembentuka Kabupaten/kota yang melaksanakan Persen 40


n Gerakan 1 Pembentukan Gerakan 1 Rumah 1 33.297.764
Rumah 1 Jumantik.
Jumantik
Norma/Standar/Prosed Jumlah NSPK pencegahan dan Dokume 2
ur/Kriteria (NSPK) pengendalian arbovirosis yang n/Lapora 850.000
Pencegahan dan disusun/dicetak selama 1 tahun. n
Pengendalian
Arbovirosis

Sumber Daya Manusia Jumlah orang yang mendapatkan Orang 120


Pencegahan dan sosialisasi/informasi/refreshing 700.000
Pengendalian pencegahan dan pengendalian arbovirosis.
Arbovirosis

Sarana Prasarana Jumlah pengadaan logistik pencegahan Paket 5


Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis oleh pusat 20.262.764
Pengendalian dan didistribusikan ke daerah.
Arbovirosis

38

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Layanan Pencegahan Jumlah layanan pencegahan dan Lokasi/L 34
dan Pengendalian pengendalian arbovirosis yang dilakukan ayanan 1.420.000
Penyakit Arbovirosis oleh pusat ke daerah.

Layanan Pelaksanaan Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan Lokasi/L 206


Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis yang ayanan 2.595.000
Pengendalian dilakukan oleh provinsi ke kabupaten/kota.
Arbovirosis di Kab/Kota
Layanan Pelaksanaan Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan Lokasi/L 49
Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis yang ayanan 2.190.000
Pengendalian dilakukan oleh KKP di wilayah kerja KKP.
Arbovirosis di
Pelabuhan/Bandara/PL
BD

Sumber Daya Manusia Jumlah orang di wilayah kerja KKP yang Orang 1150
Pencegahan dan mendapatkan 4.145.000
Pengendalian sosialisasi/informasi/refreshing
Arbovirosis di pencegahan dan pengendalian arbovirosis.
Pelabuhan/Bandara/PL
BD

Kajian Bidang Jumlah kajian pencegahan dan Dokume 10


Pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan n/Lapora 490.000
Pengendalian oleh B/BTKL-PP. n
Arbovirosis
Teknologi Tepat Guna Jumlah TTG yang dihasilkan dan Dokume 10
Bidang Pencegahan digunakan dalam pencegahan dan n/Lapora 645.000
dan Pengendalian pengendalian arbovirosis. n
Arbovirosis Pembawa
Penyakit

7 Deteksi dini Jumlah puskesmas rawat inap yang Persen 40


penyakit mampu melakukan deteksi dini penyakit 20.935.000
DBD DBD dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan RDT DBD dan pemeriksaan
laboratorium darah sederhana (leukosit,
trombosit dan hematokrit).

Norma/Standar/Prosed Jumlah NSPK pencegahan dan Dokume 2


ur/Kriteria (NSPK) pengendalian arbovirosis yang n/Lapora 150.000
Pencegahan dan disusun/dicetak selama 1 tahun. n
Pengendalian
Arbovirosis
Sumber Daya Manusia Jumlah tenaga kesehatan yang Orang 60
Pencegahan dan mendapatkan 350.000
Pengendalian sosialisasi/informasi/refreshing tentang
Arbovirosis deteksi dini DBD dan penyakit arbovirosis
lainnya.

Sarana Prasarana Jumlah pengadaan logistik pencegahan Paket 3


Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis oleh pusat 10.000.000
Pengendalian dan didistribusikan ke daerah.
Arbovirosis
Peringatan Dini Jumlah daerah yang Lokasi/L 20
Kejadian Pencegahan dikunjungi/diinvestigasi oleh pusat pada ayanan 600.000
dan Pengendalian saat KLB/pasca KLB/situasi khusus.
Arbovirosis
Layanan Pencegahan Jumlah layanan pencegahan dan Lokasi/L 34
dan Pengendalian pengendalian arbovirosis yang dilakukan ayanan 3.400.000
Penyakit Arbovirosis oleh pusat ke daerah.

Layanan Pelaksanaan Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan Lokasi/L 206


Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis yang ayanan 2.905.000
Pengendalian dilakukan oleh provinsi ke kabupaten/kota.
Arbovirosis di Kab/Kota

39

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Layanan Pelaksanaan Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan Lokasi/L 49
Pencegahan dan dan pengendalian arbovirosis yang ayanan 665.000
Pengendalian dilakukan oleh KKP di wilayah kerja KKP.
Arbovirosis di
Pelabuhan/Bandara/PL
BD

Kajian Bidang Jumlah kajian pencegahan dan Dokume 10


Pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan n/Lapora 490.000
Pengendalian oleh B/BTKL-PP. n
Arbovirosis
Surveilans Pencegahan Kegiatan surveilans pencegahan dan Dokume 10
dan Pengendalian pengendalian arbovirosis berbasis lab yang n/Lapora 2.375.000
Arbovirosis Berbasis dilakukan oleh B/BTKL-PP. n
Lab
8 Eliminasi Jumlah kabupaten/kota yang tidak
kasus rabies ditemukan kasus rabies pada manusia 45.870.527
pada (lyssa) selama 2 tahun berturut-turut
manusia di
kabupaten
/kota
Norma/Standar/Prosed Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria Jumlah 5
ur/Kriteria (NSPK) (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian NSPK 1.405.550
Pencegahan dan Zoonosis yang dihasilkan
Pengendalian Zoonosis
Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia Jumlah 350
Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis SDM 4.100.000
Pengendalian Zoonosis yang meningkat pengetahuannya

Sarana Prasarana Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan Paket 15


Pencegahan dan dan Pengendalian Zoonosis yang tersedia 23.078.187
Pengendalian Zoonosis

Peringatan Dini Jumlah Kejadian Pencegahan dan lokasi 10


Kejadian Pencegahan Pengendalian Zoonosis yang ditangani 238.000
dan Pengendalian secara dini
Zoonosis
Layanan Pencegahan Jumlah Layanan Pencegahan dan layanan 30
dan Pengendalian Pengendalian Penyakit Zoonosis yang 6.048.790
Penyakit Zoonosis dilakukan

Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan layanan 5


Pencegahan dan dan Pengendalian Zoonosis di Kab/Kota 5.000.000
Pengendalian Zoonosis yang dilaksanakan
di Kab/Kota
Layanan Pelaksanaan Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan lap 99
Pencegahan dan dan Pengendalian Zoonosis di 2.000.000
Pengendalian Zoonosis Pelabuhan/Bandara/PLBD yang
di dilaksanakan
Pelabuhan/Bandara/PL
BD
Sumber Daya Manusia Jumlah Sumber Daya Manusia orang 1700
Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di 1.000.000
Pengendalian Zoonosis Pelabuhan/Bandara/PLBD yang meningkat
di pengetahuannya
Pelabuhan/Bandara/PL
BD

Kajian Bidang Jumlah Laporan Kajian Bidang lap 20


Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis 2.000.000
Pengendalian Zoonosis yang dilakukan

Surveilans Pencegahan Jumlah Laporan Surveilans Pencegahan lap 10


dan Pengendalian dan Pengendalian Zoonosis Berbasis Lab 1.000.000
Zoonosis Berbasis Lab yang dilakukan

40

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


9 Pemberian Jumlah Layanan dukungan manajemen Layanan 6
obat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 3.547.490
pencegahan Tular Vektor dan Zoonotik dalam 1 tahun
massal
filariasis
(POPM) di
daerah
kab/kota
yang
endemis
filariasis

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2018

PENDANAAN
VOL
TAHUN 2018
PN/ UM
KODE OUTPUT / SUB OUTPUT / KOMPONEN SATUAN (dalam juta)
PB E/
TAR
GET RUPIAH
Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK)
2059.001 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular PB Dokumen 560.050.000
2
Vektor dan Zoonotik
Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK)
2059.001.002 Dokumen 178.390.000
Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis 1
Penyusunan NSPK pencegahan dan pengendalian
2059.001.002.051 178.390.000
arbovirosis
Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK)
2059.001.003 Dokumen 381.660.000
Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis 1
Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian
2059.001.003.051 381.660.000
Zoonosis
Sumber Daya Manusia Pencegahan dan
2059.002 Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan PN Orang 461.200.000
80
Zoonotik
Sumber Daya Manusia Pencegahan dan
2059.002.003 Orang 461.200.000
Pengendalian Zoonosis 80
Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2059.002.003.054 461.200.000
Zoonosis
Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional
2059.003 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular PN Jenis 32.213.700.000
16
Vektor dan Zoonotik
Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian
2059.003.002 Jenis 4.390.900.000
Arbovirosis 11
Pelaksanaan pengadaan alat/bahan pencegahan
2059.003.002.052 4.390.900.000
dan pengendalian arbovirosis
Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian
2059.003.003 Jenis 27.822.800.000
Zoonosis 5
Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan
2059.003.003.053 27.822.800.000
Pengendalian Zoonosis
2059,005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria PN Layanan 75.462.900.000
364
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2059.005.001 PN Layanan 1.584.900.000
Malaria Pusat 20
2059.005.001.051 Assesment Penilaian Eliminasi malaria 1.000.000.000
Workshop evaluasi Gebrak Malaria dalam
2059.005.001.059 584.900.000
pengembangan dan pengaktifan Malaria Center
Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria Di
2059.005.002 PN Layanan 15.040.000.000
Kabupaten/Kota 285
2059.005.002.064 Pre Assesment Penilaian Eliminasi Malaria 700.000.000
2059.005.002.065 Post Eliminasi Malaria 4.940.000.000
Akselerasi Penemuan Kasus Malaria di Daerah
2059.005.002.066 3.970.000.000
Endemis Tinggi

41

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


2059.005.002.067 Assesment Pengendalian Vektor Malaria Terpadu 1.760.000.000
2059.005.002.068 Penemuan Kasus Aktif (MBS Fokus) 1.375.000.000
2059.005.002.069 Re-Orientasi Eliminasi Malaria 2.295.000.000
Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria di
2059.005.003 PN Layanan 7.275.000.000
Pelabuhan/Bandara/PLBD 49

Surveilans Migrasi di Pelabuhan dan bandara,


2059.005.003.060 1.975.000.000
termasuk Malaria Cross Border
Pengamatan Faktor Resiko pencegahan dan
2059.005.003.055 1.650.000.000
pengendalian malaria
Survei Demam Massal Malaria (Mass Fever Survey)
2059.005.003.056 1.210.000.000
penumpang di pelabuhan dan bandara

2059.005.003.061 Pengadaan Media Promosi dan KIE Malaria 2.440.000.000

2059.005.004 Layanan Pengendalian Penyakit Malaria di BTKL PN Layanan 6.863.000.000


10
Evaluasi PKMF (Pekan Kelambu Massal Fokus) dan
2059.005.004.059 2.323.000.000
Pekan Kelambu Massal

2059.005.004.056 Pemetaan luas wilayah Reseptifitas daerah malaria 3.040.000.000


2059.005.004.052 Monitoring resistensi dan uji efikasi obat anti malaria 1.500.000.000
Sarana dan Prasarana Pencegahan dan
2059.005.005 PN Jenis 44.700.000.000
Pengendalian Malaria 3
Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan
2059.005.005.051 2.503.850.000
Pengendalian Malaria
Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan
2059.005.005.052 42.196.150.000
Pengendalian Malaria
2059.006 Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis PB Layanan 6.374.185.000
45
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2059.006.001 Layanan
Arbovirosis Pusat 35 1.374.185.000
Koordinasi LS/LP pencegahan dan pengendalian
2059.006.001.052
arbovirosis 450.285.000
Advokasi dan Sosialisasi pencegahan dan
2059.006.001.053
pengendalian arbovirosis 207.400.000
Surveilans pencegahan dan pengendalian
2059.006.001.054
arbovirosis 243.500.000
Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan
2059.006.001.055 KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
303.000.000
Arbovirosis
Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan
2059.006.001.057
dan pengendalian arbovirosis 170.000.000
Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di
2059.006.004 Layanan 5.000.000.000
BTKL 10
2059.006.004.053 Surveilans Arbovirosis Berbasis laboratorium 5.000.000.000

2059.007 Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis PB Layanan 12.411.300.000


40
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2059.007.001 Layanan 4.834.300.000
Zoonosis Pusat 30
Bimbingan Teknis/Supervisi Pencegahan dan
2059.007.001.051 500.790.000
Pengendalian Zoonosis
Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan dan
2059.007.001.053 102.432.000
Pengendalian Zoonosis
Koordinasi LS/LP Pencegahan dan Pengendalian
2059.007.001.054 1.129.540.000
Zoonosis
Assesment Pencegahan dan Pengendalian
2059.007.001.055 800.050.000
Zoonosis
2059.007.001.056 Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis 504.388.000
Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan
2059.007.001.057 KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 301.400.000
Zoonosis
2059.007.001.059 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Zoonosis 1.495.700.000
Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis di
2059.007.004 Layanan 7.577.000.000
BTKL 25

42

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Kajian kualitas rantai dingin penyimpanan vaksin
2059.007.004.051 825.000.000
anti rabies
2059.007.004.052 kajian faktor resiko penyakit zoonosa 1.225.000.000
2059.007.004.053 surveilans penyakit zoonosa 2.875.000.000
2059.007.004.054 Surveilans dan Penanggulangan KLB Zoonosis 1.100.000.000
Peningkatan Kapasitas dalam rangka pengendalian
2059.007.004.055 1.552.000.000
Zoonosis
Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan
2059.008 PN Layanan 148.945.100.000
Kecacingan 611
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2059.008.001 Layanan 4.666.548.000
Filariasis dan Kecacingan Pusat 34

Koordinasi LS/LP Pengendalian Filariasis dalam


2059.008.001.056 1.000.008.000
rangka Peningkatan Program

Peningkatan Kapasitas Tenaga Entomologi /


2059.008.001.076 1.060.120.000
Pengendalian Vektor Filariasis dan Vektor lain

Surveilans Vektor filariaisi dan vektor di daerah


2059.008.001.077 65.120.000
Perbatasandan kepulauan terluar
Survei Efektifitas penggunaan Insektisida dalam
2059.008.001.078 pengendalian Vektor pasca POPM Filariasis 267.580.000
Terpadu
2059.008.001.079 Surveilans Vektor dan BPP Filariasis terpadu 1.399.650.000
Bimbingan Teknis/Supervisi Pencegahan dan
2059.008.001.080 Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor lainya dan 107.100.000
BPP
Monitoring Metode Pengendalian Vektor
2059.008.001.082 185.760.000
Filariaisis/Vektor lainya dan BPP secara Terpadu
Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pencegahan
2059.008.001.083 dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor lainya 180.000.000
dan Binatang Pembawa Penyakit
Surveilans ASIAN GAMES Situasi
2059.008.001.084 Khusus/KLB/Pasca KLB Vektor Filariaisis/ Vektor 401.210.000
lainya dan Binatang Pembawa Penyakit
Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan
2059.008.004 Layanan 1.013.018.000
Kecacingan di BTKL 10
2059.008.004.054 Survei Prilaku Vektor (DBD,Malaria dan Filariasis) 390.000.000

Surveilans Vektor dan BPP Berbasis Lab (Virus,


2059.008.004.055 360.000.000
Parasit, Cacing dan Pes )

Koordinasi Teknis Instalasi Entomologi dalam


2059.008.004.056 263.018.000
menunjang eliminasi Filariasis dan Malaria
Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis
2059.008.005 11.744.811.000
Pusat 225 Layanan
2059.008.005.051 supervisi Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Terpadu
382.000.000
Supervisi Evaluasi Penularan Filariasis dan
2059.008.005.052 Kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS
Filariasis) Terpadu 366.720.000
Supervisi Survei Cakupan POPM Filariasis dan
2059.008.005.053
Kecacingan Terpadu 30.560.000
Bimbingan Teknis Pengendalian Penyakit Filariasis
2059.008.005.054
dan Kecacingan terpadu 370.200.000
Pencegahan Dini/ Penanggulangan Kejadian Ikutan
2059.008.005.055 Minum Obat (POPM) Filariasis dan Kecacingan
terpadu 405.750.000
Survei Prevalensi Cacingan di Daerah Fokus
2059.008.005.056
Stuning terpadu 3.088.120.000
Workshop Penguatan Program P2PTVZ Terpadu
2059.008.005.059
dalam Pencapaian Eliminasi Filariasis 941.560.000
2059.008.005.060 Koordinasi National Task Force/Pokja Filariasis
19.604.000
Koordinasi Komite Ahli Pengobatan Filariasis
2059.008.005.061
(KAPFI) 19.600.000

43

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Advokasi dan Sosialisasi Terintegrasi daerah binaan
2059.008.005.063 P2PTVZ dalam rangka akselerasi eliminasi Filariasis
Terpadu di Kabupaten/Kota 5.263.322.000
2059.008.005.065 Evaluasi program eradikasi schito ls/lp terpadu
486.335.000
Koordinasi Lintas Kementerian Lembaga dalam
2059.008.005.066
rangka Eradikasi Schistsomiasis 371.040.000
Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis
2059.008.006 903.448.000
Kab/Kota 1 Layanan
2059.008.006.051 Bulan Eliminasi Kaki Gajah/BELKAGA
903.448.000
Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis
2059.008.007 14.550.000.000
B/BTKL 54 Layanan
Workshop Epidemiologi Fasciolopsis buski regional
2059.008.007.051
Kalimantan 350.000.000
Surveilans Evaluasi Pasca POPM Filariasis dan
2059.008.007.052
kecacingan Pre TAS Terpadu 3.900.000.000
Survei Evaluasi Pasca POPM Filariasis dan
2059.008.007.053 Kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS
Filariasis) Terpadu 6.460.000.000
Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan
2059.008.007.054
Terpadu 1.100.000.000
2059.008.007.055 Survei Evaluasi Prevalensi Kecacingan terpadu
740.000.000
2059.008.007.056 Desiminasi Hasil Survey
2.000.000.000
Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)
2059.008.008 Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan 903.168.000
Kecacingan 4 Dokumen
2059.008.008.052 Penyusunan Modul Pelatihan Schistosomiasis
352.868.000
Penyusunan Modul Pelatihan Transmission
2059.008.008.053
Assessment Survey/TAS Filariasis 237.700.000
2059.008.008.054 Penyusunan Modul Pelatihan Kecacingan
236.500.000
Finalisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian
2059.008.008.056
Filariasis,Kecacingan dan Schistosomiasis 76.100.000
Sumber Daya Manusia Pencegahan dan
2059.008.009 Orang 1.162.634.000
Pengendalian Filariasis dan Kecacingan 95
Peningkatan Kapasitas Teknis Manajemen Informasi
2059.008.009.051 Sistem Penanggulangan Filariasis, Kecacingan dan
terpadu 488.136.000
Peningkatan Kapasitas tenaga Mikroskopis Filariasis
2059.008.009.052
dan Kecacingan 674.498.000
Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan
2059.008.010 Layanan 68.749.929.000
Massal Filariasis dan Kecacingan di Kab/Kota 125

Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis dalam


2059.008.010.051
upaya peningkatan cakupan minum obat filariasis 9.850.000.000
2059.008.010.052 Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis
4.800.000.000
2059.008.010.053 Pelaksanaan POPM Filariasis
43.927.639.000
2059.008.010.054 Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan
5.971.778.000
Pelaksanaan POPM Kecacingan daerah non
2059.008.010.055 Endemis Filariasis dan daerah Pasca POPM
4.200.537.000
Filariasis
Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)
Pencegahan dan Pengendalian Vektor
2059.008.011 Dokumen 789.797.000
Filariasis/Vektor Lainnya dan Binatang Pembawa 4
Penyakit
Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian
2059.008.011.051 Vektor Filariasis/Vektor lainnya dan Binatang 31.800.000
Pembawa Penyakit

44

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Sosialisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian
2059.008.011.053 Vektor Filariasis/Vektor Lainya dan Binatang 757.997.000
Pembawa Penyakit
Sumber Daya Manusia Pencegahan dan
2059.008.012 Pengendalian Vektor Filariasis dan Vektor Orang 410.840.000
30
Lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit
Diklat, seminar dan Kursus Tentang surveilans
2059.008.012.051 vektor Filariasis /Malaria/Vektor lainya dan binatang 134.000.000
pembawa penyakit
Fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga
2059.008.012.052 pengendalian vektor Filariasis dan Vektor Lainya di 276.840.000
daerah/UPT

2059.008.013 Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Jenis 40.260.507.000


23
Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

2059.008.013.051 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pengendalian


Filariasis dan Kecacingan 17.654.597.000,0

2059.008.013.052 Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan


Pengendalian Filariasis dan Kecacingan 3.217.150.000,0

2059.008.013.053 Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan


Pengendalian Filariasis dan Kecacingan 17.171.160.000,0
Pelaksanaan Pengiriman Obat dan Logistik lainnya ke
2059.008.013.054
Daerah 2.217.600.000,0
Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana
Pencegahan dan Pengendalian Vektor
2059.008.014 Jenis 3.790.400.000
Filariasis/Vektor Lainnya dan Binatang Pembawa 6
Penyakit
Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan
2059.008.014.051 Pengendalian Vektor Filarisis /Vektor lainnya dan 1.780.850.000
Binatang Pembawa Penyakit
Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan
2059.008.014.052 Pengendalian Vektor Filariasis /Vektor Lainya dan 2.009.550.000
Binatang Pembawa Penyakit
Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang
2059.009 PN Layanan 32.043.000.000
Pembawa Penyakit 49
Layanan Pelaksanaan Pengendalian Vektor dan
2059.009.003 Binatang Pembawa Penyakit di Layanan 32.043.000.000
49
Pelabuhan/Bandara/PLBD
Surveilans Vektor (Aedes, Anopheles, Pinjal dan
2059.009.003.051 4.170.000.000
Lalat)
2059.009.003.052 Surveilans Binatang Pembawa Penyakit 2.206.000.000
Pengendalian Vektor (Fogging, IRS , Larvasida dan
2059.009.003.053 5.590.000.000
PSM)
2059.009.003.054 Pengendalian Binatang Pembawa Penyakit 2.046.000.000
Monitoring Resistensi/Efikasi 2 Jenis Bahan Aktif
2059.009.003.055 730.000.000
Insektisida
Sarana dan Prasana Pengendalian Vektor dan BPP
2059.009.003.056 seperti : Mesin Fog, Spaycan, Insektisida Parangkap 6.559.000.000
Tikus, Entomologi Kit dll)
Pengawasan Pengendalian Vektor dan BPP di
2059.009.003.057 3.625.000.000
Wilayah Kerja KKP
Koordinasi , Advokasi dan Sosialisasi Pengendalian
2059.009.003.058 2.976.000.000
Vektor dan BPP di KKP

Peningkatan Kapasitas SDM tenaga Jabfung


2059.009.003.059 2.591.000.000
Entomologi dan Pengendalian Vektor
Diklat Regional Pengendalian Vektor Di
2059.009.003.060 1.550.000.000
banadara/Pelabuhan Laut
2059.010 Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis PN Layanan 15.064.900.000
70
Pelaksanaan Surveillans Schistosomiasis pada
2059.010.001 Desa 3.210.000.000
manusia dan keong 28
Surveilans Schistosomiasis pada manusia dan
2059.010.001.051 3.210.000.000
Keong
Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan
2059.010.002 Desa 200.000.000
Massal Schistosomiasis 28

45

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal
2059.010.002.051 200.000.000
Schistosomiasis
Pelaksanaan Penyediaan sarana dan prasarana
2059.010.003 Jenis 11.654.900.000
pencegahan dan pengendalian schistosomiasis 14

Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan


2059.010.003.051 11.654.900.000
Pencegahan dan Pengendalian Schistosomiasis

2059.011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua PN Layanan 6.450.000.000


10
2059.011.001 Akselerasi Eliminasi Malaria di Wilayah Papua PN Layanan 5.300.000.000
5
Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan
2059.011.001.051 Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria (dekon) (Pro 1.350.000.000
PN)
Advokasi Rencana Aksi Percepatan Eliminasi
2059.011.001.052 750.000.000
Malaria di Papua (Dekon) (Pro PN)
Workshop Pengembangan dan Pengaktifan Malaria
2059.011.001.053 2.000.000.000
Center di Papua
Pentaloka Pengendalian Vektor Malaria dalam
2059.011.001.054 1.200.000.000
Pengembangan Malaria Center

Penyediaan Sarana dan Prasarana


2059.011.002 PN Layanan 1.150.000.000
Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center 5

Pelaksanaan Pengadaan Alat Pengembangan dan


2059.011.002.051 506.400.000
Pengaktifan Malaria Center

Pelaksanaan Pengadaan Media Promosi dan KIE


2059.011.002.052 643.600.000
Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center

Pengendalian tular vektor dan zoonotik dalam


2059,012 PN Layanan 427.226.000
rangka Asian Games dan Para Games 6

2059.012.001 Tanpa Sub Output PN Layanan 427.226.000


6
Penyediaan alat bahan kesehatankegiatan
2059.011.002.051 187.536.000
pengendalian penyakit tular vektor zoonotik
Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit tular
2059.011.002.052 239.690.000
vektor zoonotik
2059.951 Layanan internal(over head) PB Layanan
1 2.364.700.000,0
2059.951.001 Tanpa Sub Output Layanan
1 2.364.700.000,0
2059.951.001.051 Penyusunan Rencana Program dan Anggaran 650.580.000
2059.951.001.052 Pengelolaan Kepegawaian 417.620.000
2059.951.001.053 Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi 324.560.000
2059.951.001.054 Pengelolaan Data Data Informasi 28.080.000
2059.951.001.055 Pengadaan Sarana Kantor 200.020.000
2059.951.001.056 Pengelolaan Keuangan 407.920.000
2059.951.001.057 Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) 335.920.000
332.778.261.000

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2019

ALOKASI
VOLUME (JUTA
KEMENTRIAN-LEMBAGA/UNIT/PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/KOMPONEN SATUAN JENIS Pembagian RUPIAH)

2019 2019

024-KEMENTERIAN KESEHATAN

05-Ditjen Pencegahan dan Pengendaliaan Penyakit

08-Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

46

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


2059-Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
425.967,73
Zoonotik
001-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Dokumen Teknis
9 3.497,75
Zoonotik
001-002-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Pusat
4 1.028,85
Zoonotik
051-Penyusunan NSPK pencegahan dan
pengendalian arbovirosis 233,68
052-Finalisasi NSPK pencegahan dan
pengendalian arbovirosis 426,00
053-Sosialisasi NSPK pencegahan dan
pengendalian arbovirosis 369,17
001-003-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Pusat 2 1.200,00
Zoonotik
051-Penyusunan NSPK Pencegahan dan
800,00
Pengendalian Zoonosis
052 -Evaluasi NSPK Pencegahan dan
400,00
Pengendalian Zoonosis
001-005-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Pusat 3
1.269
Zoonotik
051 Penyusunan NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Vektor dan Binatang 109,5
Pembawa Penyakit
052 Finalisasi NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Vektor dan Binatang 509,7
Pembawa Penyakit
053 Sosialisasi NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Vektor dan Binatang 649,7
Pembawa Penyakit
002-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian
Orang Teknis 230
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 8.644,17
002-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian
Pusat 80 5.045,37
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
054-Sosialisasi Pencegahan dan
900,00
Pengendalian Penyakit Zoonosis
055 -Ceramah Klinis Leptospirosis 900,00
056 -Penguatan Sumberdaya Pengendalian
995,37
Zoonosis dengan pendekatan OH
057 -Percepatan Program Eliminasi Rabies 2.250,00
002-005-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian
Pusat 150
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 3.598,80
051 Peningkatan Kapasitas Tenaga
Entomologi / Pengendalian Vektor 2.244,60
052 Diklat, seminar dan Kursus Tentang
surveilans vektor dan binatang pembawa
169,50
penyakit
053 Fasilitasi peningkatan kemampuan
tenaga pengendalian vektor di daerah/UPT 1.184,70

003-Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional Pencegahan


Jenis Teknis 50 55.695,39
dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

003-001-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian


Pusat 12 21.797,39
Arbovirosis

052-Pelaksanaan pengadaan alat/bahan


pencegahan dan pengendalian arbovirosis 21.797,39

003-002-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian


Pusat 13 2.265,00
Zoonosis

053-Pelaksanaan Pengadaan Bahan


2.265,00
Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis
003-003-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Vektor
Pusat 12 25.846,00
dan Binatang Pembawa Penyakit
051 Pelaksanaan Pengadaan Alat dan
Bahan Surveilans dan Pengendalian Vektor 25.846,00
dan Binatang Pembawa Penyakit
003-004-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian
Pusat 10 5.475,00
Schistosomiasis

47

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


051-Pelaksanaan Pengadaan Alat dan
Bahan Pencegahan dan Pengendalian 5.475,00
Schistosomiasis
003-005-Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Pusat 3 312,00
Zoonotik
055-Pengadaan Sarana Kantor 312

005-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Layanan Teknis 515 65.909,00

005-001-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Pusat Pusat 34 3.450,00

051-Assesment Penilaian Eliminasi malaria 1500


061 - Pengembangan surveilans
800
pencegahan dan pengendalian malaria
062 - Pembinaan dan Koordinasi Kegiatan
100
LS/LP Malaria
063 - Sosialisasi dan Adokasi Pencegahan
400
dan Pengendalian Malaria
064 - Workshop Komisi Ahli Malaria 200

065 - Workshop Forum Gebrak Malaria 400


066 - Media briefing Update Informasi
50
Malaria
005-002-Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)
Pusat 1
Pencegahan dan Pengendalian Malaria 350,00
051 - Penyusunan NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Malaria 350,00
005-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian
Pusat 132
Malaria 1.350,00
051 - Workshop Tatalaksana Kasus Malaria
350,00
052 - Workshop Evaluasi Mikroskopis
650,00
053 - Sosialisasi Kader Terintegrasi
350,00
005-004-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Malaria Pusat 11 28.579,00
051 - Pelaksanaan Pengadaan Alat
4.613,65
Pencegahan dan Pengendalian Malaria
052 - Pelaksanaan Pengadaan Bahan
23.512,25
Pencegahan dan Pengendalian Malaria
053 - Pelaksanaan Pengadaan Media
369,10
Promosi dan KIE
054 - Pemeliharaan Back Up server
84,00
Pusdatin (e-sismal)
005-005-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Kab/Kota Dekonsentrasi 33 10.380,00
064-Pre Assesment Penilaian Eliminasi
Malaria 1.000,00
065-Post Eliminasi Malaria 3.000,00
067-Assesment Pengendalian Vektor
600,00
Malaria Terpadu
068-Penemuan Kasus Aktif (MBS Fokus) 750

069-Re-Orientasi Eliminasi Malaria 2.025,00

070 - Surveilans PE 1-2-5 975,00

071 - TOT Mikroskopis 1.000,00

072 - Surveilans Migrasi 500,00


073 - Sosialisasi Tatalaksana pengobatan ke
430,00
Rumah Sakit
074 - Peningkatan Kapasitas Tenaga
100,00
penyemprot (IRS)
005-003-Layanan Capaian Eliminasi Malaria PLBD KKP 49 8.500,00
055-Pengamatan Faktor Resiko
2.000,00
pencegahan dan pengendalian malaria
056-Survei Demam Massal Malaria (Mass
Fever Survey) penumpang di pelabuhan 1.500,00
dan bandara
060-Surveilans Migrasi di Pelabuhan dan
2.500,00
bandara, termasuk Malaria Cross Border
061-Pengadaan Media Promosi dan KIE
2.500,00
Malaria
48

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


005-004-Layanan Capaian Eliminasi Malaria B/BTKL PP B/BTKL PP 10 9.000,00
052-Monitoring resistensi dan uji efikasi
2.000,00
obat anti malaria
056-Pemetaan luas wilayah Reseptifitas
2.500,00
daerah malaria
059 - Percepatan Eliminasi Malaria 1.000,00

060 - Monitoring resistensi Insektisida 2.000,00

061 - Uji Kualitas RDT 1.000,00

062 - TOT tenaga penyemprot IRS 500,00

005-U01-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 400


100-IRS/ Indoor Residual Spraying
(Penyemprotan insektisida pada dinding 400
rumah)
005-U02-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 500
100-Sediaan darah mikroskop malaria yang
diuji silang (% sensitivitas, spesifitas, 500
akurasi spesies)
005-U03-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 1.500,00
100-Survei Darah Massal Malaria (Angka
1.500,00
Parasite Rate)
005-U04-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 800,00
100-IRS/ Indoor Residual Spraying
(Penyemprotan insektisida pada dinding 800,00
rumah) di daerah sulit
005-U05-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49
1.100,00
100-Survei Darah Massal Malaria (Angka
Parasite Rate) di daerah sulit 1.100,00
006-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Layanan Teknis 701 46.018,50

006-001-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Pusat Pusat 88


5.966
054-Surveilans pencegahan dan
pengendalian arbovirosis 1.374,00
057-Penguatan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik 2.357,92
058-Intensifikasi Percepatan Penurunan IR
DBD 2.233,58

006-002-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di Kab/Kota Dekonsentrasi 505 17.153,00

052- Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1


6.540,00
Jumantik di Kabupaten/Kota
053-Penguatan Tatalaksana dan Diagnostik
4.830,00
DBD /penyakit Arbovirosis Lainnya
054-Intensifikasi Pengendalian DBD di
3.863,00
Kabupaten/Kota
055-Media KIE Pengendalian DBD (PSN 3M
1.920,00
Plus)/Penyakit Arbovirosis Lainnya
006-003-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di Pelabuhan
KKP 98 14.700,00
dan Bandara
052-Pembinaan Pelaksanaan Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik di Wilayah Kerja KKP 8.820
053-Surveilans/Kewaspadaan Dini
Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis 5.880

006-004-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis B/BTKL PP B/BTKL PP 10 8.200,00


053-Surveilans Arbovirosis Berbasis
laboratorium 8.200
007-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis Layanan Teknis 237 20.694,77

007-001-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis Pusat 100 3.294,77


051-Bimbingan Teknis/Supervisi
507,75
Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis
053-Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan
102,40
dan Pengendalian Zoonosis
054-Koordinasi LS/LP Pencegahan dan
1.140,44
Pengendalian Zoonosis
055-Assesment Pencegahan dan
811,76
Pengendalian Zoonosis

49

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


056-Surveilans Pencegahan dan
556,32
Pengendalian Zoonosis
057-Monitoring Kewaspadaan Dini dan
Penanggulangan KLB Pencegahan dan 113,40
Pengendalian Penyakit Zoonosis
059-Pelaksanaan Pengadaan Media KIE
62,70
Zoonosis

007-002-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis di Kab/Kota Dekonsentrasi 102 7.400,00

051 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam


3.725,00
Deteksi dini dan Tatalaksana Zoonosis
052 Monitoring dan Evaluasi Pencegahan
2.000,00
dan Pengendalian Zoonosis
053 Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan
1.675,00
dan Pengendalian Zoonosis
007-004-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis B/BTKL PP 35 10.000,00

052-kajian faktor resiko penyakit zoonosa 2.800,00

053-surveilans penyakit zoonosa 4.700,00

056 Monev Pengendalian ZOonosis 1.700,00


057 Kewaspadaan Dini dan
800,00
Penanggulangan KLB Zoonosis
008-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Layanan Teknis 519 111.736,88
008-001-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan
Pusat 34 13.360,14
Pusat
051-supervisi Evaluasi Prevalensi
351,44
Mikrofilaria
052-Supervisi Penilaian Penularan Filariasis
(Transmission Assessment Survey/TAS 565,36
Filariasis) Terpadu
053-Supervisi Survei Cakupan POPM
30,56
Filariasis dan Kecacingan Terpadu
054-Bimbingan Teknis Pengendalian
386
Penyakit Filariasis dan Kecacingan terpadu
055-Pencegahan Dini/ Penanggulangan
Kejadian Ikutan Minum Obat (POPM) 400
Filariasis dan Kecacingan terpadu
056-Survei Prevalensi Cacingan di Daerah
4.250,00
Fokus Stuning terpadu
059-Workshop Penguatan Program P2PTVZ
Terpadu dalam Pencapaian Eliminasi 1500
Filariasis
060-Koordinasi National Task Force/Pokja
20
Filariasis
061-Koordinasi Komite Ahli Pengobatan
19,6
Filariasis (KAPFI)
067-Advokasi dan sosialisasi kecacingan
terintegrasi dalam rangka intervensi 1.570,00
stunting
068 Evaluasi Pelaksanaan POPM Cacingan
Terintegrasi dalam Rangka Intervensi 1.967,182
Stunting
069 Workshop dalam Rangka Survei Pasca
900,00
POPM berbasis Rumah Sakit
070 Pelaksanaan Bulan Eliminasi Kaki Gajah
700,00
(BELKAGA)
071 Pertemuan Monitoring dan Evaluasi
350
POPM Filariasis dan Kecacingan
072 Koordinasi LS/LP Filariasis dan
kecacingan dalam Rangka Peningkatan 350
Program
008-002-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK)
Pusat 4 1215,9
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan
051-Penyusunan Juknis Pasca Surveilans
353,00
Filariasis
052-Penyusunan Juknis Tatalaksana Kasus
237,70
Klinis Filariasis
053-Penyusunan Juknis Pengobatan
312,60
Cacingan pada Ibu Hamil dan Remaja Putri
054-Penyusunan Juknis Pemeriksaan
312,60
Laboratorium cacingan
008-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian
Pusat 138
Penyakit Filariasis dan Kecacingan 2.645,00

50

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


051-Peningkatan Kapasitas Teknis
Manajemen Informasi Sistem
Penanggulangan Filariasis, Kecacingan dan 1.000,00
terpadu
052-Peningkatan Kapasitas petugas
laboratorium dalam rangka POPM
700,00
Cacingan.
053-Workshop Penguatan Tata laksana
kasus kronis Penyakit Filariasis 945,00
008-004-Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Filariasis dan
Pusat 23 28.615,50
Kecacingan
051-Pelaksanaan Pengadaan Media KIE
9.290,00
Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
052-Pelaksanaan Pengadaan Bahan
Pencegahan dan Pengendalian Filariasis 16.835,50
dan Kecacingan
053-Pelaksanaan Pengiriman Obat dan
2.490,00
Logistik lainnya ke daerah
008-005-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Dekonsentrasi 275 52.900,34
051-Sosialisasi dan Advokasi POPM
7.516,07
Filariasis
052-Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
3.800,00
POPM Filariasis
053-Pelaksanaan POPM Filariasis 21.731,52
054-Sosialisasi dan Advokasi POPM
8.623,559
Kecacingan
055-Pelaksanaan POPM Kecacingan 9.297,833

056- Bulan Eliminasi Kaki Gajah 950,00


058-Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
981,359
POPM Filariasis
008-007-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan
B/BTKL PP 50 13.000,00
B/BTKL PP
052-Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria
2.000,00
Pasca POPM Filariasis Terpadu
053-Survei Penilaian Penularan Filariasis
dan Kecacingan (Transmission Assessment 5.550,00
Survey/TAS Filariasis) Terpadu
054-Survei Cakupan POPM Filariasis dan
750
Kecacingan Terpadu
055-Survei Evaluasi Prevalensi Kecacingan
3.000,00
terpadu
056-Desiminasi Hasil Survey 1.500,00
057 Survei Prevalensi Fasciolopsis Buski di
200
Kalimantan
009-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Layanan Teknis 1040 72.922,99
Penyakit
009-001 Layanan
Pengendalian
Vektor dan Pusat 225 11.736,40
Binatang Pembawa
Penyakit Pusat
051 Bimbingan Teknis dan Supervisi
1.184,70
Pengendalian Vektor dan BP2
052 Surveilans Vektor Filariasis, Malaria
dan Vektor Lainnya di Daerah Perbatasan 431,80
dan Kepulauan Terluar
053 Surveilans Vektor dan BPP terpadu
menuju eliminasi dan eradikasi penyakit 2.325,40
tular veKtor
054 Surveilans/Situasi Khusus/KLB/Pasca
KLB Vektor dan Binatang Pembawa 442,20
Penyakit
055 Monev Efektifitas/Resistensi
Penggunaan Insektisida dalam
2.325,40
Pengendalian Vektor Filariasis, Malaria dan
Vektor Lainnya
056 Monitoring Metode Pengendalian
1.888,00
Vektor dan BPP secara Terpadu
057 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE
Pencegahan dan Pengendalian Vektor
195,00
Filariasis / Vektor lainnya dan Binatang
Pembawa Penyakit
058 Koordinasi Kader Kesehatan Terpadu
1.888,00
P2PTVZ
51

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


059 Pembinaan dan Koordinasi Jabatan
1.055,90
Fungsional Entomologi Kesehatan
009-002-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Dekonsentrasi 284 11.320,00
Penyakit Kab/Kota
051 Pengawasaan dan Deteksi Dini Standar
8.750,00
Baku Mutu Vektor
052 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan
Insektisida kesehatan dalam Pengendalian 2.570,00
Vektor Terpadu
009-003-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
KKP 295 26.701,59
Penyakit
055-Monitoring Resistensi/Efikasi 2 Jenis
820,66
Bahan Aktif Insektisida
056-Sarana dan Prasana Pengendalian
Vektor dan BPP seperti Mesin Fog,
8.090,00
Spaycan, Insektisida Parangkap Tikus,
Entomologi Kit dll)
057-Pengawasan Pengendalian Vektor dan
3.422,97
BPP di Wilayah Kerja KKP
058-Koordinasi , Advokasi dan Sosialisasi
3.550,00
Pengendalian Vektor dan BPP di KKP
059-Peningkatan Kapasitas SDM tenaga
Jabfung Entomologi dan Pengendalian 2.952,96
Vektor
060-Diklat Regional Pengendalian Vektor Di
1.600,00
banadara/Pelabuhan Laut
061 Surveilans Vektor (Aedes, Anopheles,
2.330,00
Pinjal dan Lalat)
062 Pekan Bebas Vektor di Pelabuhan /
3.935,00
Bandara
009-004-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
B/BTKL PP 10 11.000,00
Penyakit
051 'Survei Prilaku Vektor menuju Eliminasi
3.150,00
dan Eradikasi
052 Konfirasi Vektor berbasisi laboratorium 6.000,00
053 Desiminasi dan Koordinasi Istalasi
1.850,00
Entomologi
009-U01-Layanan Pengendalian Vektor DBD SBK 49 5.395,00

100-Survei dan Larvasida 453,5

101-Larvasida 313,5

102-Fogging 4.628,00

009-U02-Layanan Pengendalian Vektor Pes SBK 49 1.210,00

100-Pemetaan 144,83

101-Persiapan bahan dan alat 539,00

102-Pemasangan perangkap 490,00

103-Identifikasi tikus dan pinjal 36,17

009-U03-Layanan Pengendalian Vektor Diare SBK 49


1.620,00
100-Survei 367,50

101-Spraying
1.252,50
009-U04-Layanan Pengendalian Vektor malaria SBK 49 3.940,00

100-Survei Jentik
245,00
101-Survei nyamuk
1.470,00
102-Larvasida
980,00
103-Spraying (IRS)
1.245,00
010-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Layanan Teknis 58 7.164,01

010-001-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Dekonsentrasi 28 4.420,00


051-Surveilans Schistosomiasis pada
4.000,00
manusia dan Keong
052-Pelaksanaan pengendalian
220,00
schistosomiasis pada keong

52

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


053-Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian
200,00
schistosomiasis
010-002-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Dekonsentrasi 28 400
051-Pelaksanaan Pemberian Obat
200
Pencegahan Massal Schistosomiasis
052-Sosialisasi dan advokasi POPM
200
schistosomiasis
010-004-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis 2 2.344,01
051-Pertemuan Monitoring dan Evaluasi
Program Eradikasi Schistosomiasis LS/LP 1.459,005
Terpadu
052-Monitoring dan Evaluasi Program
200,00
Eradikasi Schistosomiasis Terpadu
053-Koordinasi Lintas Kementerian dan
Lembaga dalam Rangka Eradikasi 285,00
Schistosomiasis
054-Pertemuan Koordinasi LSLP Program
400,00
Eradikasi Schistosomiasis
011-Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria di Papua Papua
Layanan Teknis 12 16.096,28
Barat
011-001-Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua Dekonsentrasi 9.606,11

051-Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan


Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria 1.901,87
055 - workshop malaria center untuk
pimpinan SKPD dari 5 kab tertinggi di
520,46
Papua
056 - Pembentukan dan Pelatihan Tim
Penyemprot 1.113,32
058 - Data Officer 60,00
Assesment Pengendalian Vektor Malaria
800,00
Terpadu
Sosialisasi Tatalaksana Pengobatan di
100,00
rumah Sakit
Peningkatan Kapasitas Tenaga Penyemprot 250,00
Advokasi Rencana Aksi Percepatan
711,85
Eliminasi Papua
Workshop Pengembangan dan
Pengaktifan Malaria Center di Kabupaten 437,02
Papua
Penta Loka Pengendalian Vektor 711,58

Pelaksanaan Media Promosi dan KIE 3000,00

011-003-Intervensi Percepatan Eliminasi Papua Barat Dekonsentrasi


6.490,18
052 - Advokasi dan sosialisasi percepatan
eliminasi malaria bagi camat dan kepala
500,00
desa di 2 kab tertinggi di Papua Barat
Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan
Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria 1.901,87
Assesment Pengendalian Vektor Malaria
Terpadu 100,00
Sosialisasi Tatalaksana Pengobatan di
rumah Sakit 70,00
Peningkatan Kapasitas Tenaga Penyemprot
150,00
Pentaloka Pengendalian Vektor Malaria
318,30
Petugas Pendamping Malaria (technical
Advisor) 450,00
Pelaksanaan Media Promosi dan KIE
3.000,00
012-Layanan pencegahan pengendalian filariasis di Papua dan
Layanan Teknis 2
Papua Barat 15.625,00
012-001-Layanan pencegahan pengendalian filariasis di Papua
Dekonsentrasi 2
dan Papua Barat 15.625,00
Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis
2.600,00
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
POPM Filariasis 1.450,00
Pelaksanaan POPM Filariasis
8.800,00

53

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan
1.250,00
Pelaksanaan POPM Kecacingan
1.400,00
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
POPM Cacingan 125,00
951-Layanan Internal (Overhead) Layanan Generik 1 1.962,99

951-001-Layanan Internal (Overhead) Pusat 1 1.962,99


051-Penyusunan Rencana Program dan
483,63
Anggaran
052-Pengelolaan Kepegawaian 57,11

053-Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi 28,16

054-Pengelolaan Data Data Informasi 14,08

055-Pengadaan Sarana Kantor 138

056-Pengelolaan Keuangan 881,37


057-Pengelolaan Barang Milik Negara
360,64
(BMN)

54

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


IV. PEMANTAUAN PENILAIAN DAN PELAPORAN

Pemantauan, evaluasi dan pengendalian merupakan bagian tidak terpisahkan dari tahapan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pengendalian merupakan upaya untuk
memastikan tercapainya sasaran pembangunan. Berbagai aplikasi dan media pelaporan yang
dibangun digunakan sebagai salah satu alat untuk pengumpulan data realisasi (pemantauan)
pelaksanaan rencana pembangunan. Data hasil pemantauan ini digunakan sebagai bahan
untuk melakukan pengendalian dan bahan bagi pelaksanaan evaluasi, baik evaluasi tahap
pelaksanaan (ongoing), evaluasi hasil, -output-outcome (ex-post) maupun evaluasi pra-
rencana (ex-ante). Kebutuhan akan data secara sistematis akan sangat menentukan kualitas
pengendalian dan hasil evaluasi.

Media informasi pemantauan ditujukan sebagai alat bantu pelaksanaan pemantauan yang
dapat menghasilkan pelaporan pemantauan yang bermanfaat untuk pengendalian
pelaksanaan rencana dan menyediakan data bagi pelaksanaan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan, khususnya yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Ruang lingkup pemantauan dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:
1. Input data realisasi komponen data pendukung
Sesuai dengan struktur data Renja KL 2018, pemantauan dilakukan mulai dari level
komponen. Input data dilakukan untuk data realisasi anggaran dan fisik, yang dilengkapi
dengan bukti dokumen Input data pemantauan dilakukan setiap bulan atau setiap saat
tergantung kebutuhan masing-masing indikator.
2. Input data realisasi output dan indikator-indikatornya
Pemantauan atas capaian atau realisasi output dan indikator-indikatornya yang terdiri dari
indikator output kegiatan, indikator kinerja kegiatan, indikator output program dan
indikator kinerja program dilakukan dengan melihat realisasi komponen yang ada di
masing-masing kegiatan/program. Input data dilakukan jika output dan sasaran/target
dari masing-masing indikator telah tercapai.
3. Verifikasi data
Verifikasi data ini terkait dengan pelaporan atas pemantauan dan input data realisasi
komponen/output/indikator yang telah dilakukan. Apabila verifikasi telah dilakukan maka
input data realisasi diasumsikan telah siap menjadi laporan hasil pemantauan.

Secara garis besar pemantauan, penilaian dan pelaporan dibagi menurut periode
pelaksanaannya adalah: 1.) Periode Bulanan (E Sismal, E Monev DJA, E Monev Bappenas
Satker, Simpeka, E Rekon KPPN), 2.) Periode Triwulanan (E Monev Bappenas, Matriks
Sandingan, Monitoring Triwulan atas Capaian Kinerja, E Performance), 3.) Periode Tahunan
(Laporan Kinerja, Profil Direktorat, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan dan BMN)

55

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


BAB VI. PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
ini disusun untuk dijadikan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dalam kurun
waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian, Satuan Kerja Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik mempunyai target kinerja yang telah
ditetapkan dan dievaluasi pada pertengahan (2017) dan akhir periode 5 tahun (2019) sesuai
ketentuan yang berlaku.

Jika di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Aksi Kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 2015-2019, maka akan
dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.

56

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


57

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019


58

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Anda mungkin juga menyukai