Keunggulan Kompetitif PDF
Keunggulan Kompetitif PDF
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel guna menjawab
permasalahan bagaimana inovasi produk, aliansi stratejik dan perubahan lingkungan
menciptakan keunggulan kompetitif yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini
memberikan implikasi teoritis serta implikasi manajerial mengenai langkah yang harus diambil
oleh PT. Pos Indonesia untuk meningkatkan kinerja perusahaannya melalui keunggulan kompetitif
yang didapat dari inovasi produk, aliansi stratejik dan perubahan lingkungan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kantor pos di wilayah VI Jateng dan DIY
yang sudah on-line. Dari 272 kuesioner yang disebar, yang kembali hanya 111 kuesioner. Data
jawaban dari responden tersebut kemudian dianalisis kesesuaiannya dengan model penelitian yang
dikembangkan dari kerangka teoritis menggunakan analisis konfirmatori SEM. Dari hasil analisis
data terlihat bahwa dari enam hipotesis, hanya empat yang diterima. Perubahan lingkungan
terbukti berpengaruh positif terhadap aliansi stratejik dan keunggulan kompetitif, aliansi stratejik
berpengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif dan keunggulan kompetitif berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. Inovasi produk terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap
aliansi stratejik dan keunggulan kompetitif.
Kata kunci: Inovasi Produk, Aliansi Stratejik, Perubahan Lingkungan, Keunggulan Kompetitif
dan Kinerja Perusahaan.
keunggulan melalui salah satu dari ketiga langkah strategis yang telah diambil
strategi generik yang dikemukakan oleh diantaranya dibentuknya Tim Penyusunan
Porter tersebut, maka akan didapatkan Konsepsi Transformasi Bisnis Pos,
keunggulan bersaing (Aaker, 1989). Pengembangan Layanan Total Logistik,
Pengembangan Business Mail Processing
Day dan Wensley (1988)
Center (BMPC) juga pengembangan aplikasi
menyatakan bahwa keunggulan bersaing
System Online Payment Point (SOPP).
merupakan bentuk-bentuk strategi untuk
Manajemen PT. Pos Indonesia tentu sadar
membantu perusahaan dalam
dengan kinerja perusahaan yang mengalami
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
penurunan tersebut, karena selama lima tahun
Pendapat tersebut didukung oleh Ferdinand
terakhir ini mengalami kerugian yang tidak
(2003) yang menyatakan bahwa pada pasar
sedikit. Hal ini dapat dilihat pada kinerja
yang bersaing, kemampuan perusahaan
keuangan PT. Pos Indonesia yang telah
menghasilkan kinerja, terutama kinerja
dicatat selama tahun 2001 – 2005 seperti
keuangan, sangat bergantung pada derajat
tampak dalam Tabel 1.1 dibawah ini :
keunggulan kompetitifnya. Untuk
melanggengkan keberadaannya, keunggulan Tabel 1.1
bersaing perusahaan tersebut juga harus Laporan Kinerja Keuangan Tahun 2001 –
berkelanjutan, karena pada dasarnya 2005
perusahaan ingin melanggengkan (Dalam Juta Rupiah)
No Tahun Laba/Rugi
keberadaannya. Keunggulan bersaing
1 2001 50.044
berkelanjutan merupakan strategi perusahaan
untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu 2 2002 41.831
kinerja yang menghasilkan keuntungan 3 2003 (20.383)
tinggi. Artinya, keunggulan bersaing 4 2004 1.090
berkelanjutan bukanlah tujuan akhir, tetapi 5 2005 (51.409)
merupakan sarana untuk mencapai tujuan Sumber : data primer yang diolah (2008)
akhir perusahaan, yaitu meningkatkan kinerja
perusahaan. Dari Tabel 1.1 diatas dapat
dijelaskan bahwa kinerja keuangan PT Pos
Menghadapi persaingan yang Indonesia pada tahun 2002 terjadi penurunan
semakin kompleks, beberapa perusahaan laba/rugi dalam juta rupiah sebesar 41.831,
tampaknya harus segera mentransformasikan pada tahun 2003 mengalami defisit sebesar
bisnisnya. PT. POS Indonesia (Persero) (20.383), pada tahun 2004 terjadi kenaikan
misalnya, sejak tahun 1995 melakukan sebesar 1.090 dan pada tahun 2005
perubahan bisnis secara mendasar. Dimana mengalami defisit yang cukup besar yaitu
PT. POS Indonesia menggariskan visi dan (51.409). Karena itulah, kinerja keuangan
misi baru yang mempertegas upaya mereka PT. Pos Indonesia dianggap kurang
dalam melakukan migrasi bisnisnya dari memuaskan. Hal ini diperkuat oleh evaluasi
“possession processing” menjadi keuangan Pos Indonesia tahun 2005 yang
“informational-based service industry”. dilakukan manajemen Pos Indonesia. Selain
Pembenahan tersebut diawali dengan menghadapi persoalan keuangan, PT. Pos
menggariskan visi baru yang didukung Indonesia juga dihadapkan pada ancaman
penjabarannya secara operasional. Hal ini baru dengan dihapusnya Undang-Undang
merupakan konsekuensi penerapan teknologi Monopoli Pos oleh pemerintah
maju yang ternyata telah berhasil mengubah (www.pikiran-rakyat.com).
aturan main bisnis dalam berbagai industri.
(Roesanto, 2000) Dalam perkembangan selanjutnya
semula yang menjadi kompetitor sekarang
Menurut Hana Suryana, selama menjadi pemain yang lebih tangguh dan juga
beberapa tahun terakhir ini, pasar PT. Pos muncul kompetitor-kompetitor baru yang
Indonesia tergerus oleh perusahaan perposan memperebutkan pasar yang sama, misalnya :
swasta (www.pikiran-rakyat.com). Bahkan FedEx, UPS, TNT, DHL. Hal inilah yang
kinerja perusahaan PT. Pos Indonesia mendorong PT. POS Indonesia merasa perlu
mengalami penurunan yang cukup signifikan. segera mengubah layanan antaran postal
Langkah-langkah efisiensi telah dilakukan tradisional menjadi layanan berbasis
untuk memperbaiki kinerja, sedangkan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 3
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
teknologi komunikasi, yaitu menjalin pelaku bisnis. Di satu sisi melawan terlihat
kerjasama dengan perusahaan lain. Beberapa lebih berani, tetapi dengan konsekuensi
kerjasama yang telah dilakukan oleh PT. Pos menang atau hancur. Di sisi lain bergabung
Indonesia dengan perusahaan lain dan akan dirasa lebih lemah karena adanya
bersifat strategis diantaranya adalah aliansi kehilangan kontrol. Dari dasar inilah tercipta
strategis PT. Pos Indonesia dengan BNI 46 fenomena strategi baru, dimana kedua
dalam menyelenggarakan layanan tabungan, elemen strategi tersebut dapat digabungkan
PT. Pos Indonesia dengan BTN meluncurkan untuk mendapatkan suatu nilai strategis yang
Tabungan Batara Pos, PT. Pos Indonesia saling menguntungkan, yaitu dengan aliansi
dengan PT. Gapura Angkasa dalam proses stratejik.
delivery yang mengandalkan kekuatan
Menyikapi hal yang demikian, maka
armada dan jaringan Pos Indonesia, PT. Pos
tidak ada pilihan lain untuk tidak ikut
Indonesia dengan PT. Telkomsel dalam
berkompetisi dan mempertahankan
distribusi produk dan non produk, PT. Pos
organisasi atau perusahaan, agar tetap survive
Indonesia dengan ABN AMRO Bank tentang
dimana dalam kondisi yang turbolen
pembayaran tagihan kredit melalui Kantor
perusahaan harus adaptif dan mengikuti
Pos, PT. Pos Indonesia dengan CITIGROUP
perkembangan perubahan yang terjadi
dalam layanan transaksi keuangan di jaringan
dengan menerapkan aliansi stratejik (Barney,
cabang-cabang PT. Pos Indonesia dan juga
1996 dalam Susanto, 2004). Pembentukan
kerjasama antara PT. Pos Indonesia dengan
aliansi stratejik dan kerjasama adalah
PT. Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha
terutama dimotivasi untuk mendapatkan
dalam pembayaran premi asuransi serta joint
keunggulan kompetitif di pasar (Bleeke and
sales dan promotion melalui pemanfaatan
Ernst, 1991). Aliansi telah digambarkan
perangko Prisma.
sebagai kunci keberhasilan kompetitif
Menurut Ammel, Doz dan Prahalad (Ohmae, 1986; Saxenian, 1994). Aliansi
(1989), untuk memenangkan persaingan stratejik merupakan jawaban bagi banyak
global, perusahaan dapat berkolaborasi perusahaan yang berusaha untuk
dengan kompetitornya untuk memperkuat mendapatkan keunggulan bersaing (Hamel
posisi pasarnya. Perusahaan yang dan Prahalad, 1989). Dyer & Singh (1998)
berkolaborasi dengan kompetitornya mengatakan bahwa aliansi dapat menjadi
(competitive collaboration) akan sumber keuntungan bagi perusahaan.
memperoleh peningkatan skill dan teknologi Menurut Rivai (2001), bahwa Aliansi yang
serta transfer competitive advantage yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih
diperoleh dari kompetitornya. pada prinsipnya merupakan vertical linkage
dari value chain antar perusahaan yang akan
Para pelaku usaha melakukan upaya-
memberikan nilai tambah dan meningkatkan
upaya agar tetap mampu bersaing dan dapat
keunggulan bersaing perusahaan.
menjangkau pasar yang lebih luas. Salah satu
cara untuk dapat meningkatkan kemampuan Lataruva (2004), mengatakan bahwa
suatu pelaku usaha adalah melakukan banyak manfaat yang dapat diperoleh
kerjasama dengan pelaku usaha yang lain. perusahaan melalui aliansi strategik ini,
Dalam hal ini, pelaku usaha tertentu dapat antara lain menjamin kecepatan dan
menerobos hambatan pasar domestik, yaitu fleksibelitas untuk mengembangkan
melakukan kerjasama dengan salah satu keunggulan bersaing perusahaan, efektif
perusahaan lokal tertentu (Basedow dan dalam hal penyebaran teknologi baru dengan
Jung, 1993). Kerjasama ini terlihat seperti cepat, untuk masuk ke pasar baru atau untuk
cara yang tepat untuk menyetarakan diri, mempelajari sesuatu dari perusahaan-
khususnya ketika perusahaan mencari sumber perusahaan yang lebih unggul. Dan yang
daya unik dan unggul (Ring and Van De menarik dalam aliansi stratejik ini pihak-
Ven, 1992). pihak yang beraliansi sama-sama
memperoleh keuntungan dari kerjasama
Menurut Lataruva (2004), banyak
tersebut, bahkan posisinya di pasar juga
bukti yang menunjukkan bahwa sangat sulit
makin kuat.
untuk dapat berhasil menguasai pasar dengan
kekuatan sendiri. Strategi melawan atau Menurut hasil survey yang
bergabung masih sering diterapkan oleh para dilakukan, total lebih dari 20.000 perusahaan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 4
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
aliansi dibentuk di seluruh dunia dalam dua menunjukkan bahwa untuk keberhasilan
tahun terakhir dan jumlah perusahaan aliansi suatu aliansi dibutuhkan kesediaan memberi
di Amerika tumbuh 25% setiap tahun sejak dan menerima dari pihak-pihak yang
tahun 1987 (Farris, dalam Emulti dan beraliansi, yang menjadi tantangan bisnis saat
Kathalawa, 2001). Dorongan ke arah aliansi ini dan mendatang adalah seberapa besar
semakin kuat, terlebih lagi setelah beberapa toleransi yang dapat diberikan kepada pihak
hasil survey menunjukkan peningkatan yang luar untuk mengendalikan bisnis bersama.
signifikan atas pertumbuhan beberapa
Penelitian-penelitian pada aliansi
industri, contohnya aliansi perusahaan
stratejik telah mendukung teori-teori seperti,
penerbangan KLM-Nortwest (AS) dan
competitive strategy (Porter, 1980), political
Lutfanza-United Airlines (AS), peningkatan
economy (Stern and Reve, 1980) dan social
pertumbuhan lalu lintas penerbangan antara 3
exchange theory (Andersen and Narus,
sampai 8 persen pertahun pada jalur AS dan
1984), yang mengasumsikan bahwa ketika
Eropa. Sedangkan dalam penelitian terhadap
dibawah kondisi dan keadaan yang tepat,
22 maskapai penerbangan internasional
kerjasama bisnis ini akan berhasil. Penelitian
kurun waktu 1986 – 1995, produktifitas
yang dilakukan oleh Ring & Van de Ven
perusahaan meningkat rata-rata 1,7 persen
(1992), mengatakan bahwa aliansi stratejik
setelah beraliansi. Peningkatan ini
merupakan kerjasama yang tepat untuk
memungkinkan maskapai mengurangi harga
menyetarakan diri, khususnya ketika
sekitar 2 persen sementara menaikkan
perusahaan mencari sumber daya unik dan
profitabilitas 0,7 persen (Rivai, 2001). Ini
unggul. Hal ini didukung oleh pendapat
menunjukkan bahwa banyak perusahaan
Bleeke and Ernst (1991) yang mengatakan
yang telah menggunakan aliansi stratejik
bahwa pembentukan aliansi stratejik dan
sebagai solusi untuk menghadapi persaingan
kerjasama adalah terutama dimotivasi untuk
yang ada.
mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar.
Perusahaan-perusahaan yang sangat Aliansi stratejik juga merupakan jawaban
mengandalkan pada aliansi stratejik untuk bagi banyak perusahaan yang berusaha untuk
membangun keunggulan bersaingnya tanpa mendapatkan keunggulan bersaing (Hamel,
mempertimbangkan bahaya ketergantungan Doz dan Prahalad, 1989).
dalam jangka panjang terhadap partnernya
Berbeda dengan pendapat beberapa
akhirnya akan memperlemah kemampuannya
peneliti di atas yang mengemukakan bahwa
untuk mempelajari atau meraih skill baru
pentingnya aliansi stratejik untuk mencapai
(Porter, 1995). Fenomena ini bukan
keunggulan bersaing perusahaan. Penelitian
merupakan suatu yang aneh karena partner
lain mengatakan bahwa keunggulan
tidak memiliki kesamaan secara utuh
kompetitif dari suatu usaha lebih dipengaruhi
sehingga timbul kesulitan dalam
oleh kemampuan pihak manajemen dalam
penggabungan operasi atau tidak mempunyai
mengelola lingkungan. Brown dan
motivasi yang sama untuk memasuki suatu
Karagozoglu (1998) menyarankan proactive
aliansi. Aliansi stratejik dalam proses
corporate environmental management
pencapaian tujuan mengalami pergeseran,
sebagai strategi perusahaan untuk dapat
pasar mengalami perubahan begitu pula
menciptakan keunggulan kompetitif karena
produk dan komitmen mereka mengalami
tuntutan konsumen yang semakin peka akan
perubahan. Menghadapi berbagai tantangan
pentingnya faktor lingkungan sebagai
tersebut, manajer yang merencanakan untuk
pendukung kelangsungan hidup manusia.
melakukan aliansi stratejik harus memiliki
Dean J.T , Robert L. Brown dan Charles E.
argumentasi yang kuat bahwa kontribusi
Bamford, (1998) menyatakan bahwa
positif lebih besar dari pada masalah
dibandingkan dengan perusahaan besar
potensial yang akan muncul (Sartono, 1996)
perusahaan kecil lebih cepat menyesuaikan
Menurut Kanter (1994), keberhasilan diri dengan perubahan lingkungan
aliansi bisnis akan banyak bertumpu pada dibandingkan dengan perusahaan besar, yang
rasa kesatuan dan kebersamaan (kolaborasi) akhirnya menjadi salah satu basis keunggulan
melalui proses penciptaan nilai bersama- kompetitif perusahaan kecil. Penelitian yang
sama, bukan hanya sekedar proses pertukaran dilakukan oleh Chavan (2005)
atas sejumlah nilai investasi tertentu. Hal ini mengemukakan bahwa penerapan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 5
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
manajemen lingkungan yang baik akan merupakan kebutuhan mendasar dalam suatu
membantu perusahaan dalam meraih perusahaan untuk menciptakan keunggulan
keunggulan kompetitif. bersaing. Henard dan Szymanski (2001)
mendukung pendapat tersebut, bahwa inovasi
Selain pendapat yang mengatakan
produk merupakan strategi untuk
bahwa aliansi stratejik dan perubahan
meningkatkan nilai produk sebagai
lingkungan dapat membantu perusahaan
komponen kunci sukses operasi bisnis yang
dalam meraih keunggulan kompetitif, ada
membawa perusahaan memiliki keunggulan
beberapa pendapat lain yang mengatakan
kompetitif.
bahwa inovasi produklah yang merupakan
kunci sukses dalam meraih keunggulan Berdasarkan fenomena bisnis dan
kompetitif. Penelitian Korth (2005) research gap yang telah dipaparkan pada
mengemukakan perusahaan dapat bagian sebelumnya, maka dapat diketahui
mencapai keunggulan kompetitif melalui bahwa terjadi penurunan kinerja perusahaan
inovasi yang berkelanjutan. Dalam PT. Pos Indonesia sehingga perusahaan
tulisannya, Korth (2005) mengidentifikasi melakukan aliansi stratejik untuk
empat tipe inovasi, yaitu : produk dan jasa; membangun keunggulan kompetitif.
proses manufaktur, material, dan inovasi Permasalahan dalam penelitian ini adalah
dalam praktek bisnis. Perusahaan perlu bagaimana membangun keunggulan
untuk selalu berusaha meningkatkan kompetitif melalui aliansi stratejik dapat
kapabilitas dan aktivitas inovasinya. meningkatkan kinerja perusahaan.
Ditambahkan oleh Prasetya (2002, h. 224), Permasalahan penelitian tersebut
bahwa dalam kondisi lingkungan yang memunculkan pertanyaan penelitian sebagai
berubah dengan cepat, keunggulan bersaing berikut :
ditentukan oleh kreativitas dan inovasi yang
1. Apakah inovasi produk dan
dapat memuaskan keinginan pelanggan
perubahan lingkungan
secara lebih baik daripada pesaing.
mempengaruhi aliansi stratejik dalam
Menurut Porter (1980, h. 157), meningkatkan keunggulan kompetitif
dengan inovasi produk, perusahaan ?
melakukan pengembangan produk, sehingga
2. Apakah inovasi produk, aliansi
dapat menciptakan produk yang mempunyai
stratejik dan perubahan lingkungan
keunggulan kompetitif. Gronhaug dan
mempengaruhi keunggulan
Koufman (1988) dalam Han et al. (1998),
kompetitif dalam meningkatkan
mengatakan bahwa inovasi merupakan suatu
kinerja perusahaan?
alat untuk kelangsungan hidup perusahaan,
bukan hanya untuk pertumbuhan dalam hal 3. Apakah aliansi stratejik dapat
kinerja tetapi juga kemenangan persaingan mendorong peningkatan keunggulan
dalam hal keunggulan bersaing. kompetitif ?
Inovasi merupakan jalan keluar 4. Apakah keunggulan kompetitif dapat
untuk memperoleh keunggulan bersaing mendorong peningkatan kinerja
melalui “core competence” yang dimiliki perusahaan ?
perusahaan. Inovasi produk merupakan suatu
TELAAH PUSTAKA DAN
strategi penting bagi perusahaan agar tetap
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dapat beradaptasi dengan pasar, teknologi
dan persaingan (Dougherty dan Cynthia Pengaruh Inovasi Produk Terhadap
Hardy, 1996, h.1120). Produk yang inovatif Aliansi Stratejik
diyakini mampu meraih pangsa pasar yang Inovasi adalah proses kreasi untuk
lebih baik dibanding produk tanpa inovasi menghasilkan sesuatu yang baru yang
atau pembauran produk. Oleh karenanya mempunyai nilai bermakna bagi individu,
inovasi merupakan kunci dari keunggulan kelompok, organisasi, industri maupun
bersaing (Droge, et al., 1994, p. 669). Lebih masyarakat. Suatu produk hanya dapat
lanjut Droge et al. (1994), mengatakan bahwa dikatakan “baru” untuk waktu yang terbatas.
agar dapat bertahan dalam pasar yang bersifat Untuk dapat disebut baru, suatu produk harus
dinamis, maka perusahaan harus selalu benar-benar baru atau berubah dalam hal-hal
terlibat dalam inovasi terus-menerus yang
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 6
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
yang sifatnya penting atau substansial secara peluang bagi perusahaan untuk menjaring
fungsional (McCharty dan Perreault, 1996, h. konsumen (Eswaran dan Gallini, 1996, p.
214 – 215). 723) dan untuk mencapai segmen pasar baru
(Robertson, 1986, p. 3). Inovasi produk
Inovasi adalah bagaimana sebuah
merupakan salah satu faktor persaingan yang
perusahaan atau seseorang menghasilkan
paling penting untuk mencapai kesuksesan
uang dari kreativitas. Di bidang bisnis,
dimana akhir-akhir ini lingkungan bisnis
dengan melakukan inovasi, perusahaan dapat
selalu berubah dengan cepat (Lau, 1998, p. 1
menghadapi bukan saja pesaing, tetapi juga
dan Han, et al, 1998, p. 35).
tantangan. Ketika kreativitas berada pada
kultur organisasi yang benar, hasilnya adalah Menurut Muafi (2000), salah satu
inovasi (Higgins, 1995, h. 33). William alasan khas memasuki aliansi stratejik adalah
Coyne mendefinisikan inovasi sebagai untuk memperkenalkan produk yang inovatif.
aplikasi pemikiran kreatif secara praktek Aliansi stratejik sering digunakan, khususnya
(Filipezak, 1997, h. 34). oleh perusahaan-perusahaan besar untuk
berinovasi bersama-sama, berbagi dua atau
Definisi inovasi dalam keunggulan
lebih basis pengetahuan dan kemampuan
bersaing menurut Love (2001) adalah sarana
perusahaan. Menurut Hitt, Ireland dan
penggalian ide-ide baru secara sukses untuk
Hoskisson (1997, p. 396 dalam Muafi, 2000),
menunjang pertumbuhan dari nilai bisnis
berkaitan dengan inovasi ada dua tipe aliansi
yang ada. Menurut Porter (1985)
stratejik yang digunakan untuk
keuntungan-keuntungan yang didapat dari
mengembangkan inovasi, yaitu aliansi ikatan
peran innovator adalah adanya reputasi
produk dan aliansi ikatan pengetahuan.
sebagai pionir atau pemimpin, kesempatan
yang lebih awal dalam memperoleh posisi Aliansi ikatan produk digunakan
pasar yang menarik, biaya perubahan bagi untuk mengisi kesenjangan jenis-jenis
konsumen, pilihan akses pada saluran pasar produk. Biasanya aliansi ikatan produk
yang utama, kelebihan dalam pengalaman menjadi bagian dari keinginan untuk
atau pembelajaran, akses lebih baik terhadap melakukan outsource produk ke bidang
fasilitas, input, kesempatan menentukan global di mana produk dapat dihasilkan pada
standar teknologi, hambatan kelembagaan produksi dengan biaya rendah. Sedangkan
seperti hak paten serta kemampuan untuk aliansi ikatan pengetahuan dibentuk untuk
memperoleh keuntungan sementara yang membantu perusahaan mempelajari
tinggi hingga pesaing memasuki pasar. Pada kemampuan khusus perusahaan lain, dengan
dasarnya, perumusan inovasi merupakan maksud bahwa kedua perusahaan akan
upaya-upaya yang dilakukan sebagai memperoleh ketrampilan dan kemampuan,
implikasi dari perusahaan dalam mengerti, yang pada gilirannya akan menguntungkan di
memahami dan mencermati keinginan, masa yang akan datang. Di sini ada
kebutuhan serta tuntutan konsumen, juga kemungkinan aliansi ikatan produk tidak
untuk meningkatkan “competitive value” dari memungkinkan menciptakan keunggulan
perusahaan tersebut. Elemen dasar yang bersaing yang berkesinambungan, sedangkan
membuat perusahaan sukses dalam aliansi ikatan pengetahuan mempunyai
persaingan adalah strategi inovasi yang kemungkinan yang lebih tinggi mengarah
dilakukan secara terfokus dan sederhana, pada keunggulan bersaing yang
tidak membingungkan bagi pelanggan berkesinambungan, khususnya jika
sehingga akan mampu menciptakan new perusahaan dapat belajar dari mitra aliansi
market atau new user (Drucker, 1989). stratejiknya.
Sebuah cara untuk bersaing secara Berdasarkan uraian diatas maka
efektif di abad 21 ini adalah kemampuan hipotesis yang diajukan adalah :
untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
H1 : Semakin tinggi inovasi produk, akan
lebih baik daripada yang dimiliki oleh
semakin berpengaruh terhadap
pesaing (Kahn, 1998, p. 45). Inovasi sebagai
aliansi stratejik.
hasil dari agresivitas bersaing merupakan
respon cepat yang dibutuhkan untuk
Pengaruh Perubahan Lingkungan
menghadapi tantangan bersaing (Ferrier,
Terhadap Aliansi Stratejik
2001, p. 858). Inovasi produk memberikan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 7
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
dan Perreault, 1996, h. 94). Pengetahuan and Mamman (2000) mendefinisikan aliansi
tentang lingkungan persaingan dapat stratejik sebagai kerjasama dari kemampuan
mendorong kreativitas karena pengetahuan bersaing diantara perusahaan-perusahaan
tentang lingkungan persaingan menyoroti dimana setiap partner mencari tambahan
kesempatan yang dapat ditonjolkan dan kemampuannya dengan mengkombinasikan
kelemahan yang harus diperhitungkan beberapa sumber yang ada di perusahaan
(Menon, 1999, h. 25; Li dan Calantone, 1998, dengan partner-nya. Ditambahkan oleh
h. 17). Teece (1992) dalam Saffu and Mamman
(2000), aliansi stratejik berdampak pada
Brown dan Karagozoglu (1998)
beberapa ukuran stratejik yang baik pada
menyarankan proactive corporate
kerjasama operasional. Shapiro (1985) dalam
environmental management sebagai strategi
Saffu and Mamman (2000),
perusahaan untuk dapat menciptakan
mempertimbangkan aliansi menjadi stratejik
keunggulan kompetitif karena tuntutan
jika keputusannya adalah stratejik dan
konsumen yang semakin peka akan
melibatkan komitmen yang berakhir jangka
pentingnya faktor lingkungan sebagai
panjang sebagai kebalikan dari keputusan
pendukung kelangsungan hidup manusia.
taktis.
Ditambahkan oleh Chavan (2005) yang
mengemukakan bahwa penerapan Bagi kebanyakan perusahaan
manajemen lingkungan yang baik akan sangatlah tidak mungkin untuk dapat
membantu perusahaan dalam meraih memiliki semua kemampuan, sumberdaya,
keunggulan kompetitif. dan kompetensi inti yang diperlukan untuk
bersaing dengan sukses di arena persaingan
Berdasarkan uraian diatas maka
yang kompetitif dalam jangka waktu yang
hipotesis yang diajukan adalah :
panjang. Oleh karena itu, untuk menghadapi
H3 : Pengelolaan perubahan lingkungan tekanan persaingan yang kuat dalam suatu
yang semakin adapatif, akan semakin industri, muncul strategi kooperatif yakni
berpengaruh terhadap keunggulan aliansi stratejik. Aliansi antar berbagai badan
kompetitif usaha dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk. Dalam banyak hal, aliansi stratejik
sinonim dengan persetujuan lisensi dan
Pengaruh Aliansi Stratejik Terhadap kebanyakan adalah berupa patent, merk
Keunggulan Kompetitif dagang (trade mark) atau pengetahuan teknis
Menurut Wheelen dan Hungar (2000, yang diberikan kepada penerima lisensi
p. 125) dalam Elmuti dan Kathawala (2001, selama waktu tertentu guna memperoleh
p. 205) mengatakan bahwa aliansi stratejik royalti dan menghindari tarif atau kuota
adalah perjanjian antara perusahaan- impor (Pearce dan Robinson, 1997, p. 316).
perusahaan yang melakukan bisnis bersama Namun demikian, jika disimpulkan dari
melalui perjanjian perusahaan dengan cara pendapat ahli strategi Hitt, Ireland dan
untuk menciptakan perusahaan yang lebih Hoskisson (1997 : p. 168) dalam Muafi
baik kinerjanya, tetapi cara tersebut (2000) yang disebut aliansi stratejik adalah
dilakukan dalam jangka waktu pendek atau perjanjian kerjasama antara perusahaan-
kemitraan kerja penuh. Di sini aliansi perusahaan yang menggabungkan
melakukan perjanjian yang bersifat informal sumberdaya, kapabilitas dan kompetensi inti
ke perjanjian formal dengan kontrak jangka bersama-sama untuk mencapai kepentingan
panjang yang mana masing-masing pihak bersama.
melakukan perubahan ekuitas, atau Menurut Bleeke and Ernst (1991),
kontribusi modal untuk membentuk joint mengatakan bahwa pembentukan aliansi
venture perusahaan. stratejik dan kerjasama adalah terutama
Buckley (1992, p. 91) dalam Saffu dimotivasi untuk mendapatkan keunggulan
and Mamman (2000) mendefinisikan aliansi kompetitif di pasar. Aliansi stratejik juga
sebagai kolaborasi antar perusahaan yang digambarkan sebagai kunci keberhasilan
memberikan secara lebih ruang ekonomi dan kompetitif (Ohmae, 1986; Saxenian, 1994).
waktu untuk pencapaian sasaran yang akan Aliansi stratejik merupakan jawaban bagi
dituju. Sankar et al (1995, p. 20) dalam Saffu banyak perusahaan yang berusaha untuk
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 9
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
mendapatkan keunggulan bersaing (Hamel Jadi perusahaan atau group tetap terpisah.
dan Prahalad, 1989). Oleh karena itu alasan rasional ditempuhnya
strategi aliansi adalah memanfaatkan
Menurut Rivai (2001), untuk
keunggulan suatu perusahaan dan
mencapai keunggulan bersaing, aliansi yang
mengkompensasikan kelemahannya dengan
dilakukan perusahaan pada prinsipnya berupa
keunggulan yang dimiliki partnernya.
pengkoordinasian dan saling keterkaitan
(linkage) setiap aktivitas dalam value chain Untuk menghadapi persaingan global
antar perusahaan yang akan memberikan nilai pendekatan yang paling tepat adalah
tambah. Ada tiga kondisi yang harus melakukan kerjasama atau aliansi untuk
dipenuhi untuk mewujudkan aliansi stratejik, memperoleh kekuatan berbagai sumberdaya
yaitu : penting baik dari sisi teknologi, akses pasar
atau kekuatan untuk menyerang leader suatu
1. Pertama, mitra aliansi tetap
industri. Banyak perusahaan atau organisasi
independen, artinya walaupun terjadi
akhirnya melakukan merger atau menemukan
aliansi atau kerjasama tetapi masing-
bentuk kerjasama lain, seperti joint venture,
masing perusahaan tetap
tidak hanya dengan perusahaan domestik
menjalankan fungsi usahanya dan
tetapi juga dengan perusahaan asing.
tetap independen.
Menurut Hamel, Doz dan Prahalad (1989),
2. Kedua, setiap mitra bertanggung untuk memenangkan persaingan global,
jawab atas mitra strategis dalam perusahaan dapat berkolaborasi dengan
aliansi, misalnya tugas pemasaran, kompetitornya untuk memperkuat posisi
penelitian dan pengembangan dan pasarnya. Perusahaan yang berkolaborasi
sebagainya. dengan kompetitornya (competitive
3. Ketiga, setiap mitra terus-menerus collaboration) akan memperoleh peningkatan
skill dan teknologi serta transfer competitive
memberikan kontribusi, misalnya
apabila terjadi keresahan dalam advantage yang diperoleh dari
perusahaan yang beraliansi, hal itu kompetitornya.
menjadi tugas mitra lokal untuk Menurut Abadi (1994), terdapat
mengamankan terus-menerus. beberapa faktor yang mesti dipertimbangkan
Aliansi stratejik adalah suatu dalam melaksanakan strategi aliansi yaitu :
kegiatan dimana pihak yang berkepentingan 1. Apakah kedua perusahaan itu bisa
memiliki suatu interest di masa yang akan saling mengisi satu dengan lainnya
datang, maka dengan menyumbangkan secara strategis. Ini berarti, harus bisa
resource dan competitive advantage yang bekerja sama dalam rangka
dimiliki pada hal baru akan menghasilkan mengembangkan key success factor
suatu nilai baru. Dengan kata lain aliansi (KSF) nya, baik yang tangible
adalah suatu kerjasama antar pelaku-pelaku maupun intangible.
ekonomi, baik dalam lingkup nasional
2. Masing-masing pihak harus
maupun global, baik antar perusahaan
mempunyai kelebihan yang bisa
ataupun antar kelompok atau group
dimanfaatkan oleh partnernya. Harus
perusahaan. Tujuan utama dari strategi ini
ada kaitan yang bersifat strategic
adalah memungkinkan suatu perusahaan atau
partnership.
group untuk mencapai tujuan tertentu yang
tidak dapat dicapai dengan usaha sendiri 3. Perusahaan yang akan melakukan
(Dicken, 1992 dalam Lataruva, 2004). Di strategi aliansi itu harus paling tidak
dalam suatu aliansi selalu membagi resiko punya culture yang sama atau agak
sekaligus keuntungan dengan cara sama, jika tidak agak sulit melakukan
menanggung pengambilan keputusan strategi aliansi.
bersama untuk bidang tertentu. Karena itu
4. Arah strategi harus ditujukan kepada
tidak seperti pada merger, identitas pelaku
konvergensi menuju suatu titik
aliansi tidak melebur jadi satu, hanya
tertentu.
beberapa aktivitas bisnis dari peserta aliansi
yang dilibatkan, misalnya dalam bidang 5. Pengembangan SDM harus saling
R&D, distribusi, pengolahan atau pemasaran. menunjang di antara kedua pihak,
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 10
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
tetapi juga kemenangan persaingan dalam hal Menurut Dickson (1992); Ghemawat
keunggulan bersaing. Berhasil tidaknya suatu (1986) dalam Kandampully dan Duddy
produk dalam memenangkan persaingan (1999), dalam arena global, keunggulan
pasar yang semakin kompetitif dewasa ini, bersaing perusahaan adalah kecepatan meniru
banyak perusahaan berlomba-lomba dalam dengan pesaing-pesaingnya. Manifestasi ini
menciptakan produk yang mempunyai nilai sebagai persoalan penting yang bermanfaat
tambah dibandingkan produk lain sejenis. bagi perusahaan dalam memberikan
Produk inovatif diyakini mampu meraih kecakapan mereka untuk melakukan
pangsa pasar yang lebih baik dibanding inovasinya. Di sini dapat dikatakan bahwa
produk tanpa inovasi atau pembauran produk. keunggulan bersaing dapat dicapai ketika
Oleh karenanya inovasi merupakan kunci perusahaan dapat mengembangkan atribut
dari keunggulan bersaing (Droge, et al., yang sulit untuk ditiru. Menurut Prahalad dan
1994, p. 669). Menurut Droge et al. (1994), Hamel (1990) dalam Kimura dan
agar dapat bertahan dalam pasar yang bersifat Mourdoukoutas (2000), mengatakan bahwa
dinamis, maka perusahaan harus selalu keunggulan kompetitif perusahaan harus
terlibat dalam inovasi terus-menerus yang membangun pada kompetensi inti (core
merupakan kebutuhan mendasar dalam suatu competencies) yang jauh lebih sulit untuk
perusahaan untuk menciptakan keunggulan ditiru dari strategi yang dilakukan oleh
bersaing. Henard dan Szymanski (2001) pesaing.
mendukung pendapat tersebut, bahwa inovasi
Strandskov (2006) mengukur
produk merupakan strategi untuk
keunggulan kompetitif perusahaan dengan
meningkatkan nilai produk sebagai
menggunakan empat variabel, yaitu Firm
komponen kunci sukses operasi bisnis yang
Specific Advantages, Localization Specific
membawa perusahaan memiliki keunggulan
Advantages, Relationship Specific
kompetitif.
Advantages dan Competitive
Berdasarkan uraian diatas maka Strenghts/Performance. Hasil penelitian
hipotesis yang diajukan adalah : Strandskov (2006) menemukan bahwa
keunggulan kompetitif yang berupa Firm
H5 : Semakin tinggi inovasi produk, akan
Specific Advantages dan Relationship
semakin berpengaruh terhadap
Specific Advantages lebih berpengaruh
keunggulan kompetitif
terhadap kesuksesan kinerja perusahaan.
Pengaruh Keunggulan Kompetitif Ming dan Chia (2004) menyatakan variabel-
Terhadap Kinerja Perusahaan variabel pengukuran kinerja perusahaan,
Konsep keunggulan bersaing yaitu pertumbuhan, kemampulabaan,
kepuasan konsumen, dan kemampuan
perusahaan banyak dikembangkan dari
strategi generik yang dikemukakan Porter beradaptasi.
(1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan Menurut pendapat Glueck et al.
variabel keunggulan bersaing adalah (1987) dalam Yuwalliatin (2006), suatu
imitabilitas, durabilitas dan kemudahan perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
menyamai. Meskipun demikian, ajaran Porter bersaing jika mempunyai karakteristik
tentang strategi generik untuk keunggulan sebagai berikut :
bersaing terdiri dari keunggulan biaya,
a. Kompetensi khusus, misalnya
differensiasi dan fokus kepada pelanggan
mempunyai produk dengan mutu
masih relevan untuk tetap digunakan.
yang lebih baik, mempunyai saluran
Keunggulan bersaing adalah jantung distribusi yang lebih lancar,
kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. penyerahan produk yang lebih cepat,
Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh mempunyai merk produk lebih
dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan terkenal.
perusahaan bagi pembelinya. Bila perusahaan
b. Menciptakan persaingan tidak
kemudian mampu menciptakan keunggulan
sempurna. Dalam persaingan
melalui salah satu dari ketiga strategi generik
sempurna, setiap perusahaan dapat
yang dikemukakan oleh Porter tersebut, maka
masuk dan keluar pasar dengan
akan didapatkan keunggulan bersaing (Aaker,
mudah sehingga perusahaan yang
1989).
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 12
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Model Penelitian
Gambar 1. Pengembangan Model Penelitian
Perubahan
Lingkungan
H3
H2
H4 H6
Aliansi Keunggulan Kinerja
Stratejik Kompetitif Perusahaan
H1
H5
Inovasi
Produk
Sumber : Calantone (1994) dan McGinnis (1993); Lukas dan Ferrell (2000); Hamel, Doz dan Prahalad
(1989); Saffu and Mamman (2000); Muafi (2000); Porter (1985); Kandampully dan Duddy
(1999); Menon, Bharadwaj dan Howell (1996); Ferdinand (2000); Venkatraman dan Ramanujan
(1986)
PROSES ANALISIS DATA
METODE PENELITIAN
Teknik Analisis
Desain Penelitian
Teknik analisis yang dipilih untuk
Ditengah segala permasalahan yang menganalisis data dalam penelitian ini adalah
dihadapi oleh perusahaan, ada perusahaan analisis faktor konfirmatori dan maximum
jasa yang bisa bertahan melawan persaingan likehood estimation pada SEM (Structural
bisnis yang semakin ketat dengan baik. Salah Equation Model) dari paket statistik AMOS.
satu perusahaan jasa yang mampu bertahan Hasil komputasi untuk tes signifikansi model
dan ikut berkompetisi dalam menghadapi dilakukan dengan menguji goodness of fit
persaingan bisnis tersebut adalah PT. Pos yaitu GFI (Goodness of fit Index), AGFI
Indonesia, yaitu dengan melakukan aliansi (Adjusted Goodness of Fit Index), CFI
stratejik dengan perusahaan lain dalam upaya (Comparative Fit Index), RMSEA (Root
membangun keunggulan kompetitif untuk Mean Square Error of Approximation), TLI
meningkatkan kinerja perusahaan. (Tucker Lewis Index) dan CR (Critical
Populasi dalam penelitian ini adalah Ratio).
seluruh kantor pos yang ada di wilayah VI Hasil pengujian model melalui SEM
Jateng dan DIY yang sudah on-line. adalah seperti yang ditampilkan dalam
Responden utama dalam penelitian ini adalah Gambar 2.
kepala kantor pos yang ada di wilayah Jateng
dan DIY. Dari 272 kuesioner yang disebar,
yang kembali hanya 111 kuesioner.
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 14
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Gambar 2.
Hasil Analisis Structural Equation Model (SEM)
e7 e8 e9
.68 .50 .55
x7 x8 x9
.82 .71.74
PL
IP
.44 .70
.81
.19 .66 .49
x1 x2 x3
Chi Square=95.787
e1 e2 e3 df=83
Probability=.159
CMIN/df=1.154
GFI=.901
AGFI=.857
CFI=.980
TLI=.974
RMSEA=.037
Uji terhadap hipotesis model menunjukkan bahwa model ini sesuai dengan dan atau fit
terhadap data yang digunakan dalam penelitian, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Hasil Pengujian Kelayakan Full Model SEM
Confirmatory Factor Analysis
Goodness of Fit Indeks Cut-off value Hasil Analisis Evaluasi Model
Chi-square < 105,267 95,787 Baik
(5%,83)
Probability ≥ 0,05 0,159 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,037 Baik
GFI ≥ 0,90 0,901 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,857 Marjinal
TLI ≥ 0,95 0,974 Baik
CFI ≥ 0,95 0,980 Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 1,154 Baik
Sumber : data primer yang diolah (2008)
Hasil analisis pengolahan data telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang
terlihat bahwa semua konstruk yang menunjukkan kondisi yang fit hal ini
digunakan untuk membentuk sebuah model disebabkan oleh angka Chi-square sebesar
penelitian, pada proses analisis full model 95,787 yang lebih kecil dari cut-off value
SEM memenuhi kriteria goodness of fit yang yang ditetapkan (105,267) dengan nilai
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 15
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
probability 0,159 atau diatas 0,05, nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis nol
menunjukkan tidak adanya perbedaan antara dapat diterima dan hipotesis alternatif
matriks kovarian sample dengan matriks ditolak. Oleh karena itu hipotesis 1 ditolak,
kovarian populasi yang diestimasi. Ukuran dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
goodness of fit lain juga menunjukkan pada semakin tinggi inovasi produk tidak
kondisi yang baik yaitu TLI (0,974); CFI berpengaruh terhadap aliansi stratejik. Hal ini
(0,980); CMIN/DF (1,154); RMSEA (0,037); berarti bahwa hipotesis 1 tidak terbukti.
GFI (0,901) memenuhi kriteria goodness of
Hal ini dikarenakan PT. Pos
fit. Sedangkan nilai AGFI (0,857) masih
Indonesia selama ini hanya melakukan
berada dalam batas toleransi sehingga dapat
inovasi dengan mengembangkan layanan pos
diterima.
express saja. Dalam beberapa tahun ini PT.
Pengujian Model Pos Indonesia belum melakukan inovasi yang
signifikan. Setelah melakukan aliansi
Hasil perhitungan terhadap kriteria
stratejik, PT. Pos Indonesia baru melakukan
goodness of fit dalam program AMOS 6
inovasi yaitu dengan membuat System
menunjukkan bahwa analisis konfirmatori
Online Payment Point (SOPP). Aliansi
dan Structural Equation Modeling dalam
stratejik timbul karena PT. Pos Indonesia
penelitian ini dapat diterima sesuai model fit
mempunyai jaringan yang luas, sehingga
dengan nilai Chi-square = 96,672
banyak perusahaan yang melakukan
Probabilitas = 0,159; GFI = 0,901; AGFI =
kerjasama aliansi dengan PT. Pos Indonesia.
0,857; CFI = 0,980; TLI = 0,974, dan
RMSEA = 0,037 sesuai tabel 1. Berdasarkan H2 : Pengelolaan perubahan lingkungan
model fit ini dapat dilakukan pengujian yang semakin adaptif, akan semakin
terhadap 6 hipotesis yang diajukan dalam berpengaruh terhadap aliansi stratejik
penelitian ini.
Pengaruh Parameter estimasi untuk
pengujian perubahan lingkungan terhadap
Pengujian Hipotesis Kausalitas
aliansi stratejik menunjukkan nilai signifikan
Parameter estimasi hubungan pada CR sebesar 2,160 dengan probabilitas
kausalitas antara konstruk yang sebesar 0,031. Nilai tersebut memenuhi
dihipotesiskan dianalisis dengan persyaratan penerimaan hipotesis 2 yaitu
menggunakan criteria Critical Ratio yang nilai CR lebih besar dari 1,96 dan
identik dengan uji-t dalam analisis regresi probabilitas lebih kecil dari 0,05, sehingga
menunjukkan hasil seperti yang disajikan hipotesis nol dapat ditolak dan hipotesis
dalam tabel 2 berikut ini : alternatif diterima. Oleh karena itu hipotesis
Tabel 2 2 diterima, dengan demikian dapat
Uji Hipotesis disimpulkan bahwa semakin tepat
Estimate S.E. C.R. P pengelolaan perubahan lingkungan akan
semakin berpengaruh terhadap aliansi
KK <--- SM .390 .124 3.154 .002
stratejik. Hal ini berarti bahwa hipotesis 2
KK <--- SP .388 .317 1.223 .221 terbukti.
KK <--- L .388 .150 2.583 .010
H3 : Pengelolaan perubahan lingkungan
KB <--- KK .603 .089 6.781 *** yang semakin adaptif, akan semakin
berpengaruh terhadap keunggulan
PEMBAHASAN
kompetitif.
H1 : Semakin tinggi inovasi produk, akan
Pengaruh Parameter estimasi untuk
semakin berpengaruh terhadap aliansi
pengujian perubahan lingkungan terhadap
stratejik.
keunggulan kompetitif menunjukkan nilai
Pengaruh Parameter estimasi untuk signifikan pada CR sebesar 2,306 dengan
pengujian inovasi produk terhadap aliansi probabilitas sebesar 0,021. Nilai tersebut
stratejik menunjukkan nilai signifikan pada memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis
CR sebesar 0,020 dengan probabilitas sebesar 3 yaitu nilai CR lebih besar dari 1,96 dan
0,984. Nilai tersebut tidak memenuhi probabilitas lebih kecil dari 0,05, sehingga
persyaratan penerimaan hipotesis 1 yaitu hipotesis nol dapat ditolak dan hipotesis
nilai CR lebih kecil dari 1,96 dan probabilitas alternatif diterima. Oleh karena itu hipotesis
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 16
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo