Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN PENGLIHATAN LANJUT USIA DI UNIT PELAKSANA

TEKNIS DINAS BANDA ACEH

THE DESCRIPTION OF VISUAL ABILITY IN ELDERLY AT REGIONAL


TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF BANDA ACEH

Arief Munandar1, Khairani2

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh
2
Dosen Bagian Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala, Email: arief_munandar72yahoo.com;khairani_ppk07@yahoo.com

Abstrak
Seiring proses penuaan lanjut usia telah mengalami penurunan penglihatan. Penglihatan pada lanjut usia
umumnya merupakan penurunan sensitivitas dan efisiensi kerja indera penglihatan. Penurunan penglihatan yang
terjadi pada lanjut usia yaitu fisiologi penglihatan yang berkurang, penurunan kemampuan mata untuk melakukan
akomodasi dan penglihatan warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penglihatan lanjut usia akibat
proses penuaan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 72 orang dengan jumlah
sampel 68 responden. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 24 juni sampai dengan 28 juni 2016
dengan menggunakan kuesioner melalui teknik wawancara terpimpin. Hasil analisa univariat didapatkan lanjut
usia yang mengalami penurunan penglihatan sebanyak 52 responden (76,5%) dan tidak mengalami penurunan
penglihatan sebanyak 16 responden (23,5%), lanjut usia yang mengalami penurunan kemampuan akomodasi
mata sebanyak 60 responden (88,2%) dan lanjut usia yang mengalami penurunan penglihatan warna sebanyak 56
(82,4%). Hasil penelitian ini adalah lanjut usia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh sebagian besar mengalami penurunan penglihatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
penulis menyarankan kepada dinas terkait agar menciptakan penerangan yang cukup, menciptakan ruangan yang
kondusif dan memfasilitasi lanjut usia untuk pemeriksaan mata secara intensif.

Kata kunci : Lanjut usia, penglihatan

Abstract

With the aging process, elderly gradually experience vision decline. The decline generally in work sensitivity and
efficiency of the eyes. The elderly experience vision physiology decline, decreased eye accommodation ability
and color vision deficiency. The purpose of this study was to determine the visual ability of elderly due to aging
process in Regional Technical Implementation Unit (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang in Ulee Kareng
of Banda Aceh in 2016. This research is a descriptive research. Population of this was 72 elderly. Samples were
collected by using purposive sampling technique with total samples of 68 respondents. The data collection was
conducted on the June 24 to 28 in 2016 by using questionnaire with guided interview technique. Data were
analyzed by using univariate analysis and the results showed that 52 respondents (76.5%) experienced the vision
decline and 16 respondents (23.5%) did not experience the vision decline, 60 respondents (88.2% ) experienced
decreased eye accommodation ability and 56 respondents (82.4%) experienced color vision deficiency. The
results of this research showed that the majority of elderly in UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang in Ulee
Kareng of Banda Aceh experienced vision decline. Based on these results, the researcher suggests the relevant
agencies provide adequate lighting, create a conducive space and facilitate the elderly to get intensive eye
examination.

Keywords: Elderly, vision decline


PENDAHULUAN

Penuaan merupakan proses fisiologis dalam cukup pesat. Pada tahun 2013 sekitar 13,4%
kehidupan manusia, yang ditandai dengan dan pada tahun 2050 diprediksikan akan
adanya kondisi yang mengalami penurunan meningkat menjadi 25,3%. Peningkatan
daya tahan tubuh dan fungsi tubuh sehingga persentase lanjut usia akan meningkat setiap
beresiko terserang berbagai macam penyakit tahunnya dan angka beban tanggungan juga
dan infeksi (Kadir, 2007). Menurut semakin meningkat seiring meningkatnya
Organisasi Kesehatan Sedunia Kantor Asia jumlah populasi lanjut usia (Kemenkes RI,
Selatan dan Tenggara (WHO SEARO / WHO 2014).
South East Asia Regional Of Fice), batasan Berdasarkan data Kementerian
usia lanjut untuk Indonesia sampai saat ini Kesehatan Republik Indonesia 2015,
masih 60 tahun ke atas. Berdasarkan data diperoleh jumlah lanjut usia di Indonesia
USA – Bureau of the Census, antara tahun pada tahun 2014 sebanyak 12.740.265 jiwa.
1990-2025 Indonesia diperkirakan akan Jumlah ini tergolong besar dan membuktikan
mengalami pertumbuhan warga lanjut usia bahwa angka harapan hidup lanjut usia di
terbesar di seluruh dunia, yaitu sebesar 414% Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan data
(Nugroho, 2000). yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan Provinsi Aceh tahun 2015, jumlah lanjut usia
dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang saat ini dengan rentang usia lebih dari 60-75
kedokteran, termasuk di antaranya penemuan tahun mencapai 188.100 jiwa dan
obat-obatan seperti antibiotik yang mampu diperkirakan akan terus meningkat setiap
“melenyapkan” berbagai macam penyakit tahunnya, hal ini dibuktikan dengan
infeksi, berhasil menurunkan angka kematian peningkatan jumlah lanjut usia pada tahun-
bayi dan anak, memperlambat kematian, tahun sebelumnya sejak tahun 2010-2014
memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga (Kemenkes RI, 2014).
kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Proses penuaan merupakan proses
Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia yang terus menerus (berlanjut) secara
semakin bertambah banyak, bahkan alamiah, proses tersebut akan memberi
cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, dampak pada kemunduran fisik dan
2008,p.1). psikologis (Kozier, 2004). Perubahan-
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang perubahan fisik tersebut meliputi perubahan
lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan dari tingkat sel sampai ke semua sistem
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan,
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di pendengaran, penglihatan, kardiovaskular,
negara maju seperti Amerika Serikat sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal,
pertambahan orang lanjut usia + 1000 orang gastrointestinal, urogenital, endokrin dan
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan integument (Mubarak, Chayatin & Santoso,
50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun 2011, p.151).
sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu Seiring dengan pertambahan usia,
berganti menjadi “ ledakan penduduk lanjut banyak lanjut usia mempunyai masalah
usia (Lanjut usia)” (Bandiyah, 2009). dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Salah
Di dunia, terjadi peningkatan persentase satunya perubahan sensoris yang ditandai
kelompok lanjut usia (60 tahun ke atas) dengan masalah penglihatan yaitu penurunan
penglihatan yang terjadi seiring proses Penurunan penglihatan mungkin
penuaan. Masalah penglihatan merupakan merupakan keluhan yang besar bagi lanjut
faktor yang turut berperan dalam perubahan usia, sebab respon-respon perseptual
gaya hidup yang bergerak ke arah terhadap lingkungan berhubungan dengan
ketergantungan yang lebih besar. Perubahan rasa aman. Penurunan penglihatan (lov
ini akan memberikan dampak terhadap vision) dan fungsi penglihatan yang dianggap
kemandirian lanjut usia dalam melakukan normal seiring proses penuaan termasuk
aktivitasnya (Stanley, 2006). fisiologi penglihatan yang berkurang,
Penurunan penglihatan pada lanjut usia penurunan kemampuan mata untuk
umumnya adalah penglihatan yang menurun melakukan akomodasi dan penglihatan warna
akibat kelainan atau gangguan pada mata. (Hazaria, 2009).
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih Berdasarkan data Panti Werdha Ulee
menjadi masalah kesehatan yang dihadapi Kareng Banda Aceh pada bulan Maret 2016,
oleh masyarakat di dunia dan di Indonesia. lanjut usia yang tinggal di panti tersebut
Seiring meningkatnya usia harapan hidup berjumlah 72 orang. Dari hasil studi
maka prevalensi gangguan penglihatan ini pendahuluan peneliti telah mewawancarai 8
akan cenderung semakin meningkat (Depkes, orang lanjut usia, 7 diantaranya mengalami
2012). masalah penglihatan. Dari hasil wawancara
Menurut Data Badan Kesehatan Dunia peneliti menilai bahwa sebagian besar lanjut
(WHO, 2012) saat ini terdapat 285.389 juta usia yang tinggal di panti telah mengalami
orang menderita gangguan penglihatan, penurunan penglihatan.
39.365 juta diantaranya mengalami kebutaan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
Sembilan puluh persen penderitanya berada penulis tertarik untuk melakukan suatu
di negara berkembang. Menurut data penelitian tentang “Gambaran Penglihatan
Riskesdas Depkes RI (2013) prevalensi Lanjut usia Di Unit Pelaksana Teknis Dinas
nasional masalah penglihatan pada lanjut usia (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang
(65-75 tahun) tahun 2013 yaitu 1.204.711 Ulee Kareng Banda Aceh”.
orang yang mengalami penurunan
penglihatan. METODE
Berdasarkan penelitian sebelumnya Penelitian yang digunakan
yang dilakukan oleh Nenty (2008) di Unit dalam peneltian ini bersifat deskriptif sesuai
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Meligoe dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
Jroh Naguna Banda Aceh yang melakukan bagaimana gambaran penglihatan pada usia
penelitian hubungan perubahan indera lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
penglihatan akibat proses penuaan dengan Sayang Ulee Kareng Banda Aceh.
stres pada lanjut usia. Hasil yang diperoleh Populasi dalam penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa dari penelitian 41 semua lansia yang berada di UPTD Rumoh
responden didapatkan 31 responden (75,6%) Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
mengalami perubahan indera penglihatan dan Banda Aceh. Berdasarkan data yang didapat
10 responden (24,4%) tidak mengalami dari UPTD tersebut bahwa lansia yang
perubahan indera penglihatan. Dari hasil ini berada di panti tersebut sebanyak 68 orang.
menunjukkan sebagian besar lanjut usia Penelitian ini yang menjadi sampel adalah
mengalami penurunan penglihatan akibat seluruh lansia yang tinggal di UPTD Rumoh
proses penuaan. Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh. Dengan kata lain penetapan a. Lanjut usia (60-74
sampel dilakukan dengan teknik total tahun) 45 66,2
sampling. b. Lanjut usia tua 22 32,4
Alat pengumpulan data yang digunakan (75-90 tahun)
c. Usia sangat tua 1 1,5
dalam penelitian ini adalah kuesioner dan (90-100 tahun)
wawancara terpimpin. peneliti melakukan uji 2 Jenis kelamin:
coba instrumen yang berupa uji validitas dan a. Laki-laki 24 35.3
reliabilitas yang dianalisis dengan b. Perempuan 44 64.7
menggunakan program komputer. Untuk 3 Status perkawinan:
mendapatkan data yang diinginkan sesuai a. Menikah 3 4.4
dengan tujuan penelitian, peneliti b. Janda 44 64.7
c. Duda 21 30.9
menggunakan 2 format kuesioner sebagai
4 Tingkat Pendidikan:
berikut: Bagian A merupakan data demografi a. Tidak sekolah 36 52,9
responden, meliputi: kode responden, umur, b. Pendidikan dasar
jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan rendah 29 42,6
terakhir. c. Pendidikan
Bagian B merupakan pedoman wawancara menengah 1 1,5
terstruktur untuk menilai penglihatan lanjut d. Pendidikan tinggi 2 2,9
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui
usia yang terdiri dari 10 item pertanyaan
bahwa pada kategori usia distribusi lanjut
yang terbagi menjadi 4 pertanyaan (nomor 1,
usia paling banyak yaitu usia 60-74 tahun
3, 6, 10) untuk menilai kemampuan
(lanjut usia) dengan frekuensi 45 (66,2%).
akomodasi mata dan 2 pertanyaan (nomor 2,
Kategori jenis kelamin yang memiliki
7) untuk menilai penglihatan warna.
distribusi frekuensi tertinggi adalah
Pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif dan
perempuan sebanyak 44 orang (64,7%).
negatif. Pertanyaan positif terdapat pada
Sementara itu berdasarkan dari status
nomor 2, 3, 6, 9, 10 dan pertanyaan negatif
perkawinan sebagian besar responden
terdapat pada nomor 1, 4, 5, 7, 8. Penilaian
berstatus janda sebanyak 44 orang ( 64,7%),
jawaban berdasarkan pilihan dengan
dan jika dilihat berdasarkan pendidikan
alternatif jawaban yaitu Ya dan Tidak
terakhir sebagian besar responden tidak
(Alimul, 2003). Setiap pertanyaan positif
sekolah sebanyak 36 orang (52,9%).
diberi bobot nilai 2 untuk jawaban Ya dan
Berikut ini adalah hasil pengumpulan
diberi bobot nilai 1 untuk jawaban Tidak.
data mengenai penglihatan pada usia lanjut di
Sedangkan untuk pertanyaan negatif bila
UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
jawaban Ya diberi nilai 1 dan bila Tidak
Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2016, dapat
diberi nilai 2. Kriteria penilaian untuk
dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
melihat penurunan penglihatan adalah
sebagai berikut: penurunan jika x 15 dan
Tabel 2. Distribusi frekuensi Responden
normal jika x ˂ 15. Berdasarkan Penglihatan Lanjut Usia
HASIL No Penglihatan Frekuensi Persentase
lanjut usia
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Demografi Lansia
No Data Demografi f % 1 Penurunan 50 73,5
1 Umur lanjut usia menurut 2 Normal 18 26,5
WHO
Total 68 100 di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh Tahun
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
2016 (n=68)
bahwa penglihatan lanjut usia sebagian
besar mengalami penurunan penglihatan
yaitu sebanyak 50 orang (73,5%). PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada lanjut usia tentang Penglihatan lanjut usia
kemampuan mata lanjut usia melakukan
Hasil pengolahan data yang
akomodasi memiliki nilai rata-rata 6.
ditunjukkan pada tabel 5.3, diperoleh
Kemudian dikategorikan penurunan
bahwa sebanyak 50 orang (73,5%) di Unit
penglihatan bila x ≥ 6 dan penglihatan
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh
normal bila x < 6. Dapat dilihat pada tabel
Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee Kareng
berikut :
Banda Aceh mengalami penurunan
Tabel 3.Distribusi frekuensi Responden penglihatan, sedang sisanya 18 orang
(26,5%) tidak mengalami penurunan
No Akomodasi f (%) penglihatan. Hasil tersebut menunjukkan
mata bahwa jumlah lanjut usia yang mengalami
1 Penurunan 60 88,2 penurunan penglihatan akibat proses
2 Normal 8 11,8 penuaan lebih banyak dibandingkan dengan
Total 68 100
yang tidak mengalami penurunan
Berdasarkan Akomodasi Mata penglihatan.
Penyebab umum hilangnya penglihatan
Berdasarkan tabel 5.4 dapat
secara bertahap pada lanjut usia adalah
disimpulkan bahwa 60 orang lanjut usia
katarak. Ia mungkin tidak menyadari sama
(88,2%) mengalami penurunan akomodasi
sekali dan adanya katarak dini dideteksi
mata di Unit Pelaksana Teknis Dinas
oleh ahli kacamata yang memeriksanya,
(UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh
atau pasien mungkin mengalami kekaburan
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh dan
penglihatan jauh secara bertahap, kemudian
sebanyak 8 orang lanjut usia (11,8%)
penglihatan dekat. Dalam kebanyakan
berada pada kategori normal.
kasus, katarak berkembang sebagai akibat
Hasil penelitian tentang penglihatan dari perubahan penuaan mata (Olver &
warna pada lanjut usia menunjukkan nilai Cassidy, 2011).
rata-rata 3 yang dikategorikan penurunan Hasil penelitian ini didukung
bila x ≥ 3 dan normal bila x < 3. Dapat penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli,
Nawi & Rasyid (2010) mengenai faktor
No Akomodasi Frekuensi Persentase yang berhubungan dengan kejadian katarak
mata di Balai Kesehatan Masyarakat Makassar
1 Penurunan 56 82,4 tahun yaitu kelompok umur 60-69 tahun
2 Normal 12 17,6 (lanjut usia) paling banyak yang mengalami
Total 68 100 penurunan penglihatan sebanyak 80 orang
dilihat pada tabel 4 berikut ini: (32,1%).
Mulai usia dekade keempat pupil akan
Tabel 4. Distribusi frekuensi Responden mulai mengecil dan perlu waktu untuk
Berdasarkan Penglihatan warna Lanjut usia
bereaksi terhadap cahaya. Dengan adanya biasanya ada gangguan hormonal sehingga
perubahan ini, umumnya orang tua (lanjut ada jaringan tubuh yang mudah rusak.(
usia) memerlukan 3 kali jumlah penerangan Brunner & Suddarth, 2001). Menurut ilyas
untuk melihat dibandingkan dengan dewasa (2007) jenis kelamin erat kaitannya dengan
muda. Selain itu untuk fokus terhadap penglihatan bahwa penurunan penglihatan
sesuatu pun perlu lebih banyak waktu dan kebanyakan dialami berjenis kelamin
jarak yang lebih dekat. Perubahan lain yang perempuan ini disebabkan perempuan
terjadi adalah proses penebalan dan mengalami monopouse pada usia 45 tahun,
kekeruhan lensa mata atau terjadinya proses sehingga mengakibatkan kemampuan
koagulasi protein pada lensa, glaukoma dan metabolisme dalam tubuh semakin
bermacam-macam perubahan pada retina berkurang dan terjadi kerusakan pada
seperti degenerasi makula retinopati jaringan tubuh.
(Kosasih et al, 2002). Hurlock (1980, dalam Rahardjo, 2009)
Komplikasi soal mata dengan mengemukakan penurunan penglihatan
kemunduran visus (daya penglihatan) yang terjadi pada usia lanjut meliputi
terutama untuk membaca (presbiopi) yang penurunan yang konsisten dalam
biasanya dimulai sejak usia 40 tahun, kemampuan untuk melihat objek pada
sehingga memerlukan kaca mata dengan tingkat penerangan rendah, penurunan
lensa “plus” khusus untuk membaca. Proses sensitivitas terhadap warna, dan tidak dapat
menua hanya sedikit melemahkan daya melihat jarak jauh dengan jelas. Hal ini
penglihatan (ketajaman) dan mungkin sesuai dengan jawaban responden yang
memerlukan cahaya lampu lebih terang menyatakan bahwa mereka mengalami
ditempat-tempat strategis seperti daerah kesulitan melihat benda pada jarak jauh
bekerja, menaiki tangga rumah, tempat dengan jelas, sukar membedakan warna
membaca (Stanley & Beare, 2006). antara hijau dan biru dan sulit melihat pada
Berdasarkan hasil penelitian yang malam hari. Selain itu mereka juga
dilakukan, menunjukkan bahwa perempuan mengalami kesulitan melihat huruf yang
lebih banyak mengalami penurunan berukuran kecil dan merasa silau jika
penglihatan yaitu 33 orang (48,5%), melihat cahaya.
sedangkan laki-laki sebanyak 17 orang Kemampuan akomodasi mata
(26,5%) dan sisanya 18 orang (25%) tidak Akomodasi mata adalah kemampuan
mengalami penurunan penglihatan. mata untuk mengubah-ubah kecembungan
Hasil penelitian ini didukung penelitian lensa agar bayangan dari benda yang dilihat
yang dilakukan oleh Arimbi (2011) selalu tepat jatuh di retina. Lanjut usia pada
mengenai faktor-faktor yang berhubungan umumnya telah mengalami penurunan daya
dengan katarak degeneratif di RSUD Budhi akomodasi, salah satunya yaitu presbiopi.
Asih tahun 2011 yaitu kategori perempuan Presbiopi pada lanjut usia disebabkan
yang mengalami perubahan indera karena daya akomodasi lensa mata tidak
penglihatan lebih besar sebanyak 58,7% mampu bekerja dengan baik, yang
dibandingkan dengan laki-laki sebanyak mengakibatkan lensa mata tidak dapat
41,3%. memfokuskan cahaya ke titik kuning
Penurunan penglihatan lebih tinggi dengan tepat (Riodan-Eva, 2012).
pada wanita dibandingkan laki-laki karena Gangguan mata pada lanjut usia ini
pada wanita terjadi monopause, saat itu akan membuat mata tidak dapat melihat
objek yang jauh maupun dekat. Pengertian cis aldehida A2. Penglihatan warna
dari daya akomodasi itu sendiri adalah merupakan kemampuan membedakan
suatu kemampuan lensa mata untuk gelombang sinar yang berbeda. Warna ini
mencembung atau memipih. Kasus terlihat akibat gelombang elektromagnitnya
presbiopi ini paling umum dialami bagi mempunyai panjang gelombang yang
orang yang sudah memasuki usia lanjut, terletak antara 440-700 nm. Warna primer
dan biasanya akan mulai terjadi pada usia yang utama pada pigmen sel kerucut adalah
50 tahunan ke atas. Bagi penderita prebiopi merah, hijau dan biru. Sedangkan warna
tidak ada cara untuk penyembuhan secara komplemen adalah warna yang bila
total, namun dapat diatasi dengan dicampur dengan warna primer akan
menggunakan kacamata sesuai dengan yang berwarna putih. Pada lanjut usia telah
resepkan (Ilyas, 2009). terjadi penurunan penglihatan warna yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dapat dikenal dalam bentuk trikomatik
dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (Ilyas, 2009).
(UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Trikomatik yaitu dimana lanjut usia
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh seperti telah sulit membedakan beberapa warna
yang tercantum pada tabel 5.4 bahwa 60 seperti kurang mengenali warna merah
orang lanjut usia (88,2%) mengalami (protanomali), warna hijau (deutranomali)
penurunan akomodasi mata. dan warna biru (tritanomali). Hal ini
Hasil ini didukung penelitian yang disebabkan degenerasi makula pada lanjut
dilakukan oleh Sumarsono (2015) tentang usia sehingga implikasinya yaitu penurunan
presbiopi pada kelainan refraksi penglihatan warna biru dan kuning (Ilyas,
menunjukkan bahwa dari total responden 2009).
182 orang didapatkan 92 orang (50,5%) Berdasarkan hasil penelitian yang telah
mengalami presbiopi emetrop dengan rata- dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Dinas
rata umur 44,08 tahun, 75 (41,2%) (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh
mengalami presbiopi hipermetrop dengan Sayang Ulee Kareng Banda Aceh seperti
rata-rata umur 50,44 tahun dan 15 (8,3%) yang tercantum pada tabel 5.5 yaitu
mengalami presbiopi miop dengan rata-rata sebanyak 56 orang (82,4%) mengalami
umur 47,33 tahun. penurunan penglihatan warna.
Dari hasil penelitian yang telah Hasil ini didukung penelitian yang
dipaparkan, peneliti berasumsi bahwa rata- dilakukan oleh Pramanawati, Wilardjo &
rata lanjut usia yang berumur 60 tahun ke Martiningsih (2008) tentang penurunan
atas cenderung mengalami penurunan contrast sensitivity pada retinopati diabetika
kemampuan mata untuk melakukan nonproliferatif diabetes mellitus tipe 2
akomodasi. Hal ini dibuktikan dengan dibanding non diabtes mellitus didapatkan
jawaban responden yaitu tidak mampu dari 37 sampel bahwa sebanyak 28 orang
melihat huruf-huruf yang kecil dan (75,6%) mengalami penurunan penglihatan
memerlukan bantuan orang lain untuk warna dan 9 orang (24,4%) tidak
memasukkan benang dalam jarum. mengalami penurunan penglihatan warna.
Dari hasil diatas dapat dibuktikan dengan
Penglihatan warna jawaban responden yang sulit mengenali
Penglihatan warna diperankan oleh sel warna biru.
kerucut yang mempunyai pigmen terutama
Bandiyah, S. (2009). Lanjut usia dan
KESIMPULAN keperawatan gerontik. Yogyakarta:
Berdasarkan hasil penelitian dan Nuha Medika
pembahasan yang telah diuraikan, maka
Hazaria, R. 2005. Sehat dan ceria diusia
kesimpulan yang didapatkan mengenai
senja. Jakarta: PT Rhineka Cipta.
penglihatan lansia akibat proses penuaan di
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Panti Ilyas, S. (2009). Ilmu penyakit mata. Ed. 3.
Sosial Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Jakarta: FKUI
Ulee Kareng Banda Aceh sebagian besar
berada dalam kategori penurunan yaitu Kadir dan Mariani, (2007). Panti werdha
sebanyak 50 orang (73,5%), penurunan sebuah pilihan. Diakses pada tanggal 12
kemampuan akomodasi 60 orang (88,2%) desember 2015 dari
dan penglihatan warna 56 (82,4%). http://subhankadir.wordpress.com.
Adapun saran penulis Bagi institusi
pelayanan adalah memfasilitasi lansia Kementerian Kesehatan Republik
dalam hal penerangan yang cukup, Indonesia. (2014). Gambaran kesehatan
menciptakan lingkungan yang kondusif dan lanjut usia di Indonesia. Diakses pada
pemeriksaan lebih lanjut demi kenyamanan tanggal 12 desember 2015 dari
lansia, bagi profesi keperawatan khususnya http://www.depkes.go.id/download/Bule
bidang gerontik diharapkan adanya tin%20lansia.pdf.
pemberian informasi terkait penglihatan
lansia akibat proses penuaan dan Kementerian Kesehatan Republik
memberikan saran untuk menggunakan alat Indonesia. (2014). Situasi gangguan
bantu penglihatan agar memudahkan lansia penglihatan dan kebutaan di Indonesia.
untuk kembali beraktivitas, dan peneliti Diakses pada tanggal 12 desember 2015
selanjutnya disarankan agar dapat dari
mengembangkan penelitian ini menjadi http://www.depkes.go.id/download.php?
suatu penelitian korelasi dengan file=download/pusdatin/infodatin/infoda
mengkorelasikan variabel penglihatan tin-penglihatan.pdf
lansia akibat proses penuaan dengan
variabel lain dan faktor-faktor yang Kozier, B. (2004). Buku ajar fundamental
mempengaruhi penglihatan lansia akibat keperawatan: Konsep, proses dan
proses penuaan. praktik. Jakarta: EGC.

REFERENSI Kurniawan F Stefanus L. (2004).


Gambaran Status Kesehatan Lansia
Arimbi, A.T. (2011). Faktor-faktor yang Studi Kasus di Wilayah Paroki
berhubungan dengan katarak Kristoforus Jakarta Barat. Jakarta:
degeneratif di RSUD Budhi Asih. Universitas Indonesia
Jakarta: FKUI
Martono, H.H., & Kris, P. (2010). Buku
Badan Pusat Statistik (2012). Data sensus ajar geriatri (ilmu kesehatan usia
penduduk NAD. lanjut) Ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit
Universitas Indonesia.
Maryam, S dkk, 2008. Mengenal usia lanjut http://www.cdc.govvisionhealthpdfvisio
dan perawatannya. Salemba nbrief.pdf
Medika:Jakarta.
Vaughan & Ausbury. Riordan-Eva, P.
Mubarak, W.I., Chayatin, N & Santoso, (2012). Oftalmologi umum. Ed. 17.
B.A. (2011). Keperawatan komunitas. Jakarta: EGC
Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization. (2012). Ageing.
Nugroho, W. (2000 & 2008). Keperawatan Diakses pada tanggal 11 desember 2015
gerontik & geriatric. Edisi 3. Jakarta: dari
EGC http://www.who.int/topics/ageing/en/

Olver, J., Cassidy, L. (2011). At a glance Zulkifli, A. Nawi, R & Rasyid. R. (2010).
oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga Faktor yang berhubungan dengan
kejadian katarak di Balai Kesehatan
Potter & Perry. ( 2005 ). Fundamental
Masyarakat Makassar. FKM UNHAS:
keperawatan : Konsep, proses, dan
Makassar
praktik. Jakarta: EGC

Rahardjo, W. (2009). Peningkatan kualitas


hidup lansia. Jakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Indonesia

Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar


keperawatan medikal bedah bruner &
suddarth. Jakarta: EGC.

Stanley, M. (2006). Buku ajar


keperawatan gerontik. Ed. 2. Jakarta:
EGC

Sumarsono, A. (2015). Presbiopi pada


kelainan refraksi. Yogyakarta:
FKUGM

Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi


untuk mahasiswa keperawatan. Ed. 3.
Jakarta: EGC

The state of vision, aging, and public health


in America. National Center FOR
Chronic Disease Prevention and Health
Promotion. Retrieved February 07,
2015, from

Anda mungkin juga menyukai