Disusun oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permintaan pemenuhan kebutuhan, khususnya kebutuhan pangan yang lebih
tinggi dibanding angka produksi sudah menjadi masalah yang terjadi sejak lama di
Indonesia. Produksi negeri belum cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat
sehingga berimbas pada tingginya tingkat impor bahan pangan dari luar negeri. Dengan
kondisi yang demikian, maka adanya diversifikasi pertanian sangat diperlukan untuk
meningkatkan produk hasil pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan
negeri.
Salah satu cara untuk melakukan diversifikasi pertanian adalah dengan kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan salah satu bentuk tekno-biologi yang sudah
berkembang cukup lama di Indonesia. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik
dalam perbanyakan tanaman secara klonal. Keuntungan pengadaan bibit melalui kultur
jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak
dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2011).
Aplikasi teknologi kultur jaringan untuk perbanyakan bibit telah banyak
memberikan keuntungan terutama pada tanaman hortikultura. Melalui kultur jaringan
tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan dengan faktor multiplikasi
yang cukup tinggi. Bibit varietas unggul yang mampu bersaing di pasaran internasional
baik segi kualitas maupun kuantitas dan jumlahnya sangat sedikit dapat segera
dikembangkan melalui kultur jaringan (Supriati dkk, 2005).
Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang biologi, teknologi kultur
jaringan menjadi salah satu hal yang perlu dipelajari. Untuk bisa melakukan proses
kultur jaringan, hal yang harus dilakukan sebelumnya adalah mengenai laboratorium
yang akan digunakan sebagai tempat untuk kegiatan kultur jaringan. Dengan dasar
tersebut, maka pengenalan laboratorium kultur jaringan menadi sangat penting untuk
dilakukan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui ruangan-ruangan yang biasan digunakan dalam proses kultur jaringan
di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.
2. Mengetahui alat-alat yang biasa digunakan dalam proses kultur jaringan di
Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.
3. Mengetahui kelayakan Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY
sebagai laboratorium kultur jaringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laminar air flow adalah suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan : persiapan
bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang
lain dalam kultur jaringan. Alat ini disebut Laminar Air Flow Cabinet, karena
meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja
bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu
pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam
alat melalui filter pertama, yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat
halus disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan
blower. Fungsi laminar air flow iniI untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam
kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV
(Wetherel, D. F. 1982).
Autoclave adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk
menampung udara panas bertekanan.Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat
bioteknologi seperti tip, e-tube, mortar pestle, dan lain-lain. Selain itu alat ini juga
digunakan untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat
digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media
tanaman. Pada umumnya, tangki ini terdiri dari bagian bodi shell yaitu bagian silinder
dari tangki, bagian tutup heads yang merupakan penutup tangki, dan nozzle yang
merupakan sebuah pipa yang menjadi jalur masuk dan keluarnya fliuda (Hallmann,
2001).
Aluminium foil adalah lembaran aluminium tipis yang dapat dipakai untuk
berbagai macam aplikasi memasak ataupun lainnya. Salah satu keuntungan dari
menggunakan aluminium foil adalah karena sifatnya yang dapat digunakan kembali
hingga beberapa kali. emula aluminium foil lebih banyak dipakai sebagai penahan
tampias atau kebocoran atap dari hujan. Tapi, kemudian dikembangkan juga sekaligus
sebagai penepis panas.
Hotplate adalah suatu alat yang berfungsi untuk homogen dan juga untuk
pemanas.Hotplate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media
kultur.Hotplate digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan
melibatkan pengaduk dan pemanas.Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat
ini bersumber pada energi listrik. Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat
diatur berdasarkan keperluan (Suryowinoto,1991).
Oven adalah salah satu mesin yang digunakan sebagai mesin pengering
berbagai komoditas bahan, dilengkapi dengan alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu
pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis.Rangka mesin pengering
terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body dibuat dari plat stainless steel food
grade (khusus makanan) yang difinishing sehingga mengkilap dan elegan. Mesin oven
kapasitas minidigunakan sebagai mesin pengering, pemanas, pengembang aneka
produk pertanian dan makanan Anda. Beberapa komoditas yang dapat dikeringkan
dengan mesin bisnis ini antara lain: sale pisang, ikan, dan tanaman obat (Adnan, 2011).
Rak kultur adalah tempat yang bersusun biasanya digunakan sebagai tempat
planlet atau hasil kultur. Rak kultur dalam suatu laboratorium dipisahkan agar
mengurangi terkontaminasinya bakteri atau jamur dengan media. Rak kultur biasanya
disimpan berjajar dengan rak–rak yang lainnya agar mudah mengamati media yang
dikultur (Adnan, 2011).
Menurut White (1963), tata ruang laboratorium yang ideal hendaknya terdiri
atas ruangan-ruangan yang terpisah untuk masing-masing kegiatan, seperti persiapan
media, prosedur aseptik, inkubasi kultur, dan pekerjaan laboratorium yang sifatnya
umum. Dalam merancang suatu laboratorium in vitro, maka fasilitas-fasilitas
komponennya disusun sebagai suatu garis produksi (Street, 1973).
BAB III
METODE
2. Tempat
Praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan dilaksanakan di Laboratorium
Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.
C. CARA KERJA
Pada praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan di Laboratorium
Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY, langkah pertama yang dilakukan oleh
diperolehnya informasi mengenai ruang-ruang yang harus ada di sebuah laboratorium
kultur jaringan dari penjelasan yang diberikan oleh dosen pengampu. Selanjutnya
fungsi dari masing-masing ruang yang harus ada di laboratorium kultur jaringan
dijelaskan oleh dosen pengampu. Setelah informasi tentang nama-nama ruang dan
fungsi dari ruang yang ada di laboratorium kultur jaringan, mahasiswa diajak oleh
dosen pengampu berkeliling di area laboratorium kultur jaringan sembari dijelaskan
fungsi dari masing-masing ruang dan peralatan yang ada di dalamnya. Ruangan dan
alat yang ada di laboratorium kultur jaringan kemudian difoto untuk dokumnetasi.
Penjelasan dosen dan hasil dokumentasi kemudian dilaporkan.
BAB IV
A. Ruangan
1. Ruang Admin
Berdasarkan hasil pengamatan, ruang admin yang ada di Laboratorium Kultur
Jaringan Biologi FMIPA UNY terdiri dari ruang tamu/tunggu dan ruang administrasi.
Ruang tamu/tunggu dilengkapi dengan meja dan kursi sofa serta white board. Untuk
ruang admin terdiri dari meja dan kursi admin, serta rak berisi buku-buku. Ruang
tamu/tunggu sering digunakan untuk diskusi dan pengantar untuk persiapan proses
kultur jaringan.
Dari beberapa refernsi yang ada, ruang admin merupakan ruang yang tidak
terlalu krusial untuk dihadrikan. Namun karena laboratorium kultur jaringan di Biologi
FMIPA UNY digunakan untuk kegiatan perkuliahan, maka ruang admin menjadi
penting untuk digunakan oleh dosen memaparkan pengantar sebelum mengikuti
praktikum.
3. Ruang Transport
Ruang penanaman adalah ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan
subcultur pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari kaca atau kabinet yang
disebut Laminar Airflow (LAF). Ruang transfer yang ada di laboratorium kultur
jaringan, Biologi, UNY memiliki luas sekitar 3 x 3 m2. Luas ruangan yang tidak begitu
besar membuat praktikan yang akan bekerja di ruang tersebut menjadi terbatas dalam
bergerak sehingga ruangan harus dipakai secara bergantian untuk meminimalisir
kecelakaan yang mungkin terjadi. Dalam ruangan tersebut hanya terdapat LAF
(Laminar Air Flow) berjumlah satu buah sehingga pengerjaan isolasi, inokulasi atau
subculture harus dilakukan secara bergantian. LAF yang digunakan termasuk belum
modern karena masih menggunakan sinar UV dari lampu UV yang dinyalakan secara
manual tidak otomatis untuk mensterilkan ruangan. LAF di dalam ruang transfer
berjumlah 1 dengan 2 kursi yang memungkinkan untuk bekerjasama satu sama lain.
Ketika dilakukan penyinaran menggunakan sinar UV pintu ruang transfer selalu dalam
keadaan tertutup untuk meminimalisir . Selain LAF, rak untuk menyimpan bahan
pembuat medium juga tersedia disebelah barat LAF. Menurut Lili Sugiyarto, Laminar
Airflow ini digunakan untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan
subkultur. Akan tetapi jika tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan
eksplan) dapat dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan jas laboratorium yang bersih selama tahap persiapan dan mensterilkan
tangan dengan alkohol 96% (Pierik, 1987). Alat-alat seperti scalpel, gunting dan alat-
alat inokulasi lainnya harus disterilkan dengan alkohol 96% dan dilanjutkan dengan
pemanasan di atas api bunsen. Lampu ultraviolet (UV) juga digunakan untuk
mensterilkan ruang, sebelum LAF digunakan.
4. Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi di laboratorium kultur jaringan jurusan pendidikan biologi
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas negeri yogyakarta ini
memiliki 2 rak besar dengan 6 lapis rak dengan panjang sekitar 2,5 meter, lebar sekitar
50 cm dan tinggi sekitar 3 meter. Di setiap lapis rak terdapat lampu neon yang hidup
24 jam namun rak ini terbuka sehingga masih ada kemungkinan kontaminan yang
masuk. Di ruangan ini juga ada AC untuk mengatur suhu ruangan. Di ruang inkubasi
juga terdapat kulkas besar untuk menyimpan larutan maupun bahan yang harus dalam
kondisi suhu dingin, autoklaf untuk menstrilkan alat dalam kultur jaringan.
Menurut Lili Sugiyarto (bahwa Growing area merupakan ruang pertumbuhan
atau ruang penyimpanan hasil kultur pada kondisi cahaya dan temperatur yang
terkontrol. Ruang pertumbuhan ini terdiri dari rak-rak yang biasanya terbuat dari kaca
dan digunakan untuk meletakkan botol-botol kultur setelah proses penanamanan pada
ruang isolasi di dalam LAF. Rak-rak yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan
lampu neon di atasnya sebagai sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam
kultur jaringan dilengkapi dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu ruang.
Berdasarkan sumber diatas maka kemudian laboratorium kultur jaringan judik biologi
FMIPA UNY ini sudah cukup baik karena memenuhi standar. Namun untuk rak
inkubasi sebaiknya ditutup dengan kaca agar terjaga kesterilisasianya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan di
Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY dapat disimpulkan bahwa :
1. Ruang-ruang yang ada di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA
UNY meliputi ruang admin, ruang transport, ruang inkubasi, dan ruang
gabungan yang terdiri dari dapur, tempat cuci, ruang preparasi, serta
gudang.
2. Alat-alat yang ada di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY
meliputi autocalve, kompor, LAF, kulkas, oven, stirrer, hotplate, botol jam,
botol UC, cawan petri, gelas beker, dan lain sebagainya.
3. Berdasrakn hasil pengamatan, Laboratorium Kultur Jaringan Biologi
FMIPA UNY sudah layak dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan
proses kultur jaringan, namun belum ideal karena adanya ruang-ruang yang
kemudian digabung menjadi satu.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan, saran yang dapat diberikan untuk
pengembangan laboratorium kultur di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA
UNY adalah sebaga berikut :
1. Perlunya pemisahan ruang-ruang yang ada di laboratorium. Salah satu yang
paling mendesak adalah memisahkan dapur dari ruang preparasi.
2. Perlu dilakukan perluasan laboratorium kultur agar mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum lebih leluasa dan waktu yang digunakan untuk
praktikum lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. Bogor : IPB
Press.
Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Laboratorium Kultur
Jaringan Tumbuhan, Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor
Hallmann. 2001. Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta
Hartmann, H.T., D.E., Kester, dan F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and Principles
Practice. New Jersey : Printice Hall Inc.
John H. Dodds dan Lorin W. Roberts. 1993. Percobaan Kultur Jaringan Tanaman. USA :
Cambrigde University Press.
Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands : Martinus Nijh off
Publishers.
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing Group Inc. New
Jersey.