Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

PENGENALAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN

Disusun oleh :

Kelompok 1/ Pendidikan Biologi I 2016

Kusuma Galih Ayusaputri 16304241002

Puti Alifia Artalani 16304241006

Puji Lestari 16304241007

Monita Rahayi 16304241008

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permintaan pemenuhan kebutuhan, khususnya kebutuhan pangan yang lebih
tinggi dibanding angka produksi sudah menjadi masalah yang terjadi sejak lama di
Indonesia. Produksi negeri belum cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat
sehingga berimbas pada tingginya tingkat impor bahan pangan dari luar negeri. Dengan
kondisi yang demikian, maka adanya diversifikasi pertanian sangat diperlukan untuk
meningkatkan produk hasil pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan
negeri.
Salah satu cara untuk melakukan diversifikasi pertanian adalah dengan kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan salah satu bentuk tekno-biologi yang sudah
berkembang cukup lama di Indonesia. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik
dalam perbanyakan tanaman secara klonal. Keuntungan pengadaan bibit melalui kultur
jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak
dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2011).
Aplikasi teknologi kultur jaringan untuk perbanyakan bibit telah banyak
memberikan keuntungan terutama pada tanaman hortikultura. Melalui kultur jaringan
tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan dengan faktor multiplikasi
yang cukup tinggi. Bibit varietas unggul yang mampu bersaing di pasaran internasional
baik segi kualitas maupun kuantitas dan jumlahnya sangat sedikit dapat segera
dikembangkan melalui kultur jaringan (Supriati dkk, 2005).
Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang biologi, teknologi kultur
jaringan menjadi salah satu hal yang perlu dipelajari. Untuk bisa melakukan proses
kultur jaringan, hal yang harus dilakukan sebelumnya adalah mengenai laboratorium
yang akan digunakan sebagai tempat untuk kegiatan kultur jaringan. Dengan dasar
tersebut, maka pengenalan laboratorium kultur jaringan menadi sangat penting untuk
dilakukan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui ruangan-ruangan yang biasan digunakan dalam proses kultur jaringan
di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.
2. Mengetahui alat-alat yang biasa digunakan dalam proses kultur jaringan di
Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.
3. Mengetahui kelayakan Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY
sebagai laboratorium kultur jaringan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Laboratorium Kultur Jaringan


Laboratorium kultur jaringan merupakan tempat yang digunakan untuk
mengkultur jaringan tumbuhan maupun hewan. Laboratorium kultur jaringan menuntut
aseptisitas yang sangat tinggi. Seluruh tahapan/ prosedur teknik kultur jaringan juga
harus dalam kondisi aseptic. Oleh karena itu seluruh ruangan didalarn laboratoriurn
hendaknya dalam keadaan aseptik, terutarna ruangan kultur a tau inkubasi harus dalam
kondisi benar-benar aseptic. Pada ruangan kultur seluruh tanaman hasil perbanyakan/
hasil perlakuan ditumbuhkan.
Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang
dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang
penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area). Seberapapun luasnya
laboratorium, ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang di atas juga harus terpisah
dari kebun bibit dan green house untuk menghindari masuknya kontaminasi ke dalam
ruang kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi harus terus dijaga secara intensif
(Hartman dkk, 1997).

Gb. Desain Standar Lab. Kultur Jaringan


1. Ruang Persiapan (preparation area)
Ruang persiapan merupakan ruangan yang mempunyai 3 fungsi dasar yaitu
untuk membersihkan alat-alat (alat-alat gelas seperti petri, botol, dll), persiapan dan
sterilisasi media, dan penyimpanan alat-alat gelas. Sebuah bak untuk mencuci yang
dilengkapi dengan kran untuk aliran air mengalir juga diperlukan untuk
membersihkan alat-alat berbahan gelas. Selain itu diperlukan meja yang
permukaanya dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan. Peralatan selanjutnya
yang digunakan dalam ruang preparasi adalah lemari es untuk menyimpan larutan
stok dan beberapa media, timbangan analitik, autoclave, pH meter, magnetic stirrer,
destilator (Hartmann dkk., 1997). Selain alat di atas, ruangan ini juga dilengkapi
dengan laat-alat seperti Hot plate dan magnetic stirer, Oven, pH meter, kompor gas,
labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish, pipet, botol
kultur, dan pisau scalpel (Lili Sugiyarto, 201).
Meskipun di dalam persiapan media diperlukan alat timbang dengan kepekaan
sampai skala miligram untuk menimbang hormon dan vitamin, namun timbangan
yang tidak begitu peka dapat juga digunakan untuk menimbang agar dan
karbohidrat. Bahan-bahan kimia penyusun media kultur hendaknya ditempatkan
pada rak-rak di dekat timbangan untuk mempermudah pekerjaan. Di dalam ruangan
persiapan media ini juga diperlukan lemari pendingin untuk menyimpan stok
larutan dan bahan-bahan kimia yang mudah rusak bila disimpan pada suhu kamar.
Diperlukan juga alat pemanas yang dilengkapi dengan pengaduk bermagnet guna
melarutan bahan-bahan anorganik dengan cepat. Di samping, itu diperlukan pula
pH meter atau indikator pH guna menentukan pH akhir medium kultur. Air
destilasi, baik yang berasal dari destilasi ganda ataupun tunggal, harus selalu
tersedia di dalam ruangan persiapan media dalam jumlah besar. Sementara itu
perangkat sterilisasi merupakan merupakan fasilitas yang tidak dapat dipisahkan
dari pekerjaan persiapan media. Untuk upaya sterilisasi ini dapat digunakan oven
listrik yang biasa digunakan di dalam rumah tangga. Sedangkan untuk sterilisasi
panas basah dapat digunakan otoklaf atau panci bertekanan. Sementara itu sejumlah
vitamin dan hormon harus disterilkan dengan metoda ultrafiltrasi pada keadaan
suhu kamar. Setelah wadah kultur disterilkan dengan metoda panas kering dan
medium disterilkan dengan otoklaf, wadah-wadah kultur ditempatkan di dalam
ruang transfer untuk segera dapat digunakan (John H.Dodds, dkk, 1993).
2. Ruang Penanaman (Transfer area)
Ruang penanaman merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi
dan subkultur (penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari
kaca atau kabinet yang disebut Laminar Airflow (LAF). Laminar Airflow ini
digunakan untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan subkultur. Akan
tetapi jika tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan eksplan) dapat
dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk menggunakan jas
laboratorium yang bersih selama tahap persiapan dan mensterilkan tangan dengan
alkohol 96% (Pierik, 1987). Alat-alat seperti scalpel, gunting dan alat-alat inokulasi
lainnya harus disterilkan dengan alkohol 96% dan dilanjutkan dengan pemanasan
di atas api bunsen. Lampu ultraviolet (UV) juga digunakan untuk mensterilkan
ruang, sebelum LAF digunakan (Lili Sugiyarto, 201).
3. Ruang pertumbuhan atau Inkubasi (Growing area)
Growing area merupakan ruang pertumbuhan atau ruang penyimpanan hasil
kultur pada kondisi cahaya dan temperatur yang terkontrol. Ruang pertumbuhan ini
terdiri dari rak-rak yang biasanya terbuat dari kaca dan digunakan untuk meletakkan
botol-botol kultur setelah proses penanamanan pada ruang isolasi di dalam LAF.
Rak-rak yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan lampu neon di atasnya
sebagai sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam kultur jaringan
dilengkapi dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu ruang.
Kultur yang baru saja ditanam selanjutnya dipelihara di dalam ruangan dengan
faktor-faktor lingkungan, seperti suhu, cahaya dan kelembaban yang diatur dengan
hati-hati. Kondisi lingkungan demikian dapat diperoleh dengan penggunaan
inkubator, kamar tumbuh, ataupun ruangan khusus dengan kondisi lingkungan
terkendali. Apabila yang dikulturkan adalah suspensi sel, maka diperlukan fasilitas
meja penggojok untuk memberikan kondisi aerasi yang baik. Di dalam membuat
rancangan ruang kultur, maka sejumlah aspek teknis harus mendapatperhatian yang
seksama, seperti kemampuan dan ketersediaan tenaga listrik, peredaran udara untuk
pengaturan keseragaman suhu, susunan rak-rak kultur, dan eliminasi kontaminan
yang bertebaran di udara (Wetherel, 1982). Kondisi lingkungan optimal yang
dikehendaki bervariasi tergantung pada spesies tanaman dan tujuan pekerjaan, di
samping tergantung pula pada variasi suhu diurnal, intensitas dan kualitas cahaya,
serta fotoperiodesitas. Lampu fluorescent memiliki beberapa kelebihan sebagai
sumber cahaya dibandingkan lampu pijar. Lampu fluorescent memiliki kualitas
spektrum yang lebih baik, bentuk yang juga lebih baik dan lebih sedikit
memancarkan panas dibandingkan lampu pijar. Namun demikian, sejumlah kultur
jaringan tanaman tertentu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat baik apabila
ditempatkan pada lingkungan dengan sumber cahaya yang merupakan kombinasi
dari lampu florescent dan lampu pijar (John H. Dodds, dkk, 1993).

B. Peralatan Laboratorium Kultur Jaringan


Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan
tanaman meliputi (1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara
laminari atau ruang kecil (catatan: lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan dapat
diletakkan di tempat yang diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang khusus untuk
itu. Kipas angin pada lemari ini seringkali dijalankan terus menerus dan pra filter
diganti atau dibersihkan sebulan sekali), Otoklaf, Oven untuk sterilisasi kering
(sebaiknya ada tetapi tidak muklat), Perlengkapan untuk sterilisasi dengan penyaringan,
Radas penyulingan air dan atau pembebas mineral air murni, (2) Kultur alat yang
diperlukan adalah Ruang kultur dan atau kotak berpengatur suhu (Catatan: baik terang
ataupun gelap terus-terusan sama baiknya untuk pertumbuhan sel. Umumnya cahaya
yang dipancarkan dari lampu neon yang dingin dan putih pada 25 W.m2 sudah
mencukupi. Lampu ini dapat ditambah dengan bola lampu pijar. Atau, dapat dipaki
lampu Gro-Lux yang berspektur luas sebagi ganti lampu neon dan lampu pijar), Rak
(Rak dari kawat kasa yang kaku memungkinkan aliran udara sebanyak-banyaknya dan
naungan sekecil-kecilnya), Pengocok (Yang lebih baik adalah model putar. Bentuk ini
tersedia dari ukuran kecil untuk diletakkan di atas meja (ukuran meja) sampai ukuran
besar untuk ditempatkan di lantai), (3) Alat yang lainnya adalah Pisau klinis, tang dan
pembakaran Bunsen. Botol, cawan petri untuk kultur agar. Lebih cocok digunakan
botol gelas dan cawan petri plastic sekali pakai yang disterilkan lebih dahulu. Labu
kultur, botol Delong mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan botol lainnya
seperti labu Erlenmeyer, yang mempunyai leher sehingga cenderung mengumpulkan
debu. Sumbat, dapat digunnakan sumbat busa. Sumbat kapas yang dibungkus dengan
kain kasa tipis tidaklah mahal, tidak berubah bentuk dalam pemanasan dengan
autoclave dan dapat digunakan berulang-ulang. Pipet, tersedia pipet steril sekali-pakai,
tetapi lebih baik digunakan pepet gelas sengan ujung yang dapat dilepaskan. Lemari
pendingin dan pembeku (Yuwono, 2008).
Alat – alat yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan terdiri atas: botol
kultur, wrapping plastik, cawan petridish, laminari air flow, autoclave, aluminium foil,
hot plate, oven, rak kultur, dan planlet.Botol kultur merupakan tempat untuk
menkulturkan atau menanam eksplan. Pada umumnya dalam budidaya jaringan yang
biasa digunakan sebagai penutup botol kultur adalah aluminium foil. Aluminium foil
dipotong persegi dan ukuran potongan aluminium foil dibuat sedemikian rupa sehingga
aluminium foil tersebut menutupi bagian terbuka dari botol kultur sampai 2 inchi ke
bawah pada tepi botol kultur atau wadah lainnya. Dan untuk lebih merapatkan
penutupan dapat dipakai karet gelang. Aluminium foil tahan panas sehingga pada saat
pembuatan media setelah media dimasukkan ke dalam botol dan kemudian disterilkan
dengan menggunakan autoclaf maka dengan aluminium foil ini tidak masalah karena
aluminium foil sifatnya tahan panas (Wetherel, D. F. 1982).
Wrapping plastik adalah suatu alat yang berfungsi untuk menutup media atau
botol kultur agar tidak terkontaminasi oleh cendawan, terkadang juga digunakan untuk
penutup parsel atau buah-buahan. Dengan adanya plastik ini media akan bebas dari
serangan cendawan (Suryowinoto, 1991).
Cawan petridish adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari
plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petridish selalu
berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar
merupakan tutupnya. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan
juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petridish plastik
dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri. Cawan Petridish plastik
dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri, terbuat dari kaca atau
plastik yang berbentuk silider, yang digunakanuntuk membiakan bakteri. Selain itu
fungsi dari cawan petridish adalah sebagai media perkembangan mikroorganisme
(Hallmann, 2001).

Laminar air flow adalah suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan : persiapan
bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang
lain dalam kultur jaringan. Alat ini disebut Laminar Air Flow Cabinet, karena
meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja
bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu
pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam
alat melalui filter pertama, yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat
halus disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan
blower. Fungsi laminar air flow iniI untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam
kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV
(Wetherel, D. F. 1982).
Autoclave adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk
menampung udara panas bertekanan.Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat
bioteknologi seperti tip, e-tube, mortar pestle, dan lain-lain. Selain itu alat ini juga
digunakan untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat
digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media
tanaman. Pada umumnya, tangki ini terdiri dari bagian bodi shell yaitu bagian silinder
dari tangki, bagian tutup heads yang merupakan penutup tangki, dan nozzle yang
merupakan sebuah pipa yang menjadi jalur masuk dan keluarnya fliuda (Hallmann,
2001).
Aluminium foil adalah lembaran aluminium tipis yang dapat dipakai untuk
berbagai macam aplikasi memasak ataupun lainnya. Salah satu keuntungan dari
menggunakan aluminium foil adalah karena sifatnya yang dapat digunakan kembali
hingga beberapa kali. emula aluminium foil lebih banyak dipakai sebagai penahan
tampias atau kebocoran atap dari hujan. Tapi, kemudian dikembangkan juga sekaligus
sebagai penepis panas.
Hotplate adalah suatu alat yang berfungsi untuk homogen dan juga untuk
pemanas.Hotplate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media
kultur.Hotplate digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan
melibatkan pengaduk dan pemanas.Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat
ini bersumber pada energi listrik. Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat
diatur berdasarkan keperluan (Suryowinoto,1991).
Oven adalah salah satu mesin yang digunakan sebagai mesin pengering
berbagai komoditas bahan, dilengkapi dengan alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu
pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis.Rangka mesin pengering
terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body dibuat dari plat stainless steel food
grade (khusus makanan) yang difinishing sehingga mengkilap dan elegan. Mesin oven
kapasitas minidigunakan sebagai mesin pengering, pemanas, pengembang aneka
produk pertanian dan makanan Anda. Beberapa komoditas yang dapat dikeringkan
dengan mesin bisnis ini antara lain: sale pisang, ikan, dan tanaman obat (Adnan, 2011).
Rak kultur adalah tempat yang bersusun biasanya digunakan sebagai tempat
planlet atau hasil kultur. Rak kultur dalam suatu laboratorium dipisahkan agar
mengurangi terkontaminasinya bakteri atau jamur dengan media. Rak kultur biasanya
disimpan berjajar dengan rak–rak yang lainnya agar mudah mengamati media yang
dikultur (Adnan, 2011).
Menurut White (1963), tata ruang laboratorium yang ideal hendaknya terdiri
atas ruangan-ruangan yang terpisah untuk masing-masing kegiatan, seperti persiapan
media, prosedur aseptik, inkubasi kultur, dan pekerjaan laboratorium yang sifatnya
umum. Dalam merancang suatu laboratorium in vitro, maka fasilitas-fasilitas
komponennya disusun sebagai suatu garis produksi (Street, 1973).
BAB III

METODE

A. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
Praktikum pengenalan laboratorium dilaksanakan pada,
Hari : Selasa
Tanggal : 19 Februari 2019
Pukul : 07.30 – 09.10 WIB

2. Tempat
Praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan dilaksanakan di Laboratorium
Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan laboratorium kultur
jaringan adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Kamera

C. CARA KERJA
Pada praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan di Laboratorium
Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY, langkah pertama yang dilakukan oleh
diperolehnya informasi mengenai ruang-ruang yang harus ada di sebuah laboratorium
kultur jaringan dari penjelasan yang diberikan oleh dosen pengampu. Selanjutnya
fungsi dari masing-masing ruang yang harus ada di laboratorium kultur jaringan
dijelaskan oleh dosen pengampu. Setelah informasi tentang nama-nama ruang dan
fungsi dari ruang yang ada di laboratorium kultur jaringan, mahasiswa diajak oleh
dosen pengampu berkeliling di area laboratorium kultur jaringan sembari dijelaskan
fungsi dari masing-masing ruang dan peralatan yang ada di dalamnya. Ruangan dan
alat yang ada di laboratorium kultur jaringan kemudian difoto untuk dokumnetasi.
Penjelasan dosen dan hasil dokumentasi kemudian dilaporkan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan di Laboratorium


Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019, diperoleh
beberapa informasi mengenai ruang-ruang yang ada di laboratorium kultur jaringan serta alat-
alat yang ada di dalamnya. Dari hasil praktikum berikut adalah ruang-ruang yang ada di
Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA beserta alat-alat yang ada di dalmnya :

A. Ruangan
1. Ruang Admin
Berdasarkan hasil pengamatan, ruang admin yang ada di Laboratorium Kultur
Jaringan Biologi FMIPA UNY terdiri dari ruang tamu/tunggu dan ruang administrasi.
Ruang tamu/tunggu dilengkapi dengan meja dan kursi sofa serta white board. Untuk
ruang admin terdiri dari meja dan kursi admin, serta rak berisi buku-buku. Ruang
tamu/tunggu sering digunakan untuk diskusi dan pengantar untuk persiapan proses
kultur jaringan.
Dari beberapa refernsi yang ada, ruang admin merupakan ruang yang tidak
terlalu krusial untuk dihadrikan. Namun karena laboratorium kultur jaringan di Biologi
FMIPA UNY digunakan untuk kegiatan perkuliahan, maka ruang admin menjadi
penting untuk digunakan oleh dosen memaparkan pengantar sebelum mengikuti
praktikum.

2. Ruang Gabungan (Dapur, Ruang Preparasi, Gudang, dan Tempat Cuci)


Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY memiliki ruang gabungan
yang terdiri dari dapur, ruang preparasi, gudang, dan tempat cuci. Dapur digunakan
untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kultur jaringan.
Ruang preparasi digunakan untuk mempersiapkan atau membuat media kultur jaringan,
mempersiapkan dan mensterilisasi eksplan yang akan digunakan, tempat mencuci alat
pembuatan media, tempat penyimpanan alat-alat laboratorium, dan tempat
penyimpanan zat kimia. Pada ruangan ini dibutuhkan fasilitas, seperti meja untuk
mempersiapkan bahan tanaman dan untuk meletakkan alat-alat. Gudang digunakan
untuk menempatkan alat-alat laboratorium kultur jaringan yang belum dipakai dalam
keadaan bersih. Sedangkan tempat mencuci digunakan untuk mencuci alat-alat yang
telah dipakai dan selanjutnya menyimpan alat-alat tersebut di gudang.
Ruangan laboratorium yang ideal harus ditata dengan rapi. Berdasarkan hasil
pengamatan, ruang gabungan tersebut apabila dibandingkan dengan ruangan pada
laboratorium kultur jaringan yang ideal, maka hal ini belum ideal. Karena dapur, ruang
preparasi, gudang dan tempat cuci digabung menjadi satu ruangan, seharusnya dapur,
ruang preparasi, gudang dan tempat cuci memiliki ruang yang terpisah karena memiliki
fungsi yang berbeda. Namun hal itu dapat diatasi pada Laboratorium Kultur Jaringan
Biologi yang dimiliki oleh FMIPA. Pada kenyataannya, apabila dapur, ruang preparasi,
gudang, dan tempat cuci digabung menjadi satu (ruang gabungan) tetap dapat
melaksanakan fungsi dari masing-masing ruang tersebut.

3. Ruang Transport
Ruang penanaman adalah ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan
subcultur pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari kaca atau kabinet yang
disebut Laminar Airflow (LAF). Ruang transfer yang ada di laboratorium kultur
jaringan, Biologi, UNY memiliki luas sekitar 3 x 3 m2. Luas ruangan yang tidak begitu
besar membuat praktikan yang akan bekerja di ruang tersebut menjadi terbatas dalam
bergerak sehingga ruangan harus dipakai secara bergantian untuk meminimalisir
kecelakaan yang mungkin terjadi. Dalam ruangan tersebut hanya terdapat LAF
(Laminar Air Flow) berjumlah satu buah sehingga pengerjaan isolasi, inokulasi atau
subculture harus dilakukan secara bergantian. LAF yang digunakan termasuk belum
modern karena masih menggunakan sinar UV dari lampu UV yang dinyalakan secara
manual tidak otomatis untuk mensterilkan ruangan. LAF di dalam ruang transfer
berjumlah 1 dengan 2 kursi yang memungkinkan untuk bekerjasama satu sama lain.
Ketika dilakukan penyinaran menggunakan sinar UV pintu ruang transfer selalu dalam
keadaan tertutup untuk meminimalisir . Selain LAF, rak untuk menyimpan bahan
pembuat medium juga tersedia disebelah barat LAF. Menurut Lili Sugiyarto, Laminar
Airflow ini digunakan untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan
subkultur. Akan tetapi jika tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan
eksplan) dapat dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan jas laboratorium yang bersih selama tahap persiapan dan mensterilkan
tangan dengan alkohol 96% (Pierik, 1987). Alat-alat seperti scalpel, gunting dan alat-
alat inokulasi lainnya harus disterilkan dengan alkohol 96% dan dilanjutkan dengan
pemanasan di atas api bunsen. Lampu ultraviolet (UV) juga digunakan untuk
mensterilkan ruang, sebelum LAF digunakan.
4. Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi di laboratorium kultur jaringan jurusan pendidikan biologi
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas negeri yogyakarta ini
memiliki 2 rak besar dengan 6 lapis rak dengan panjang sekitar 2,5 meter, lebar sekitar
50 cm dan tinggi sekitar 3 meter. Di setiap lapis rak terdapat lampu neon yang hidup
24 jam namun rak ini terbuka sehingga masih ada kemungkinan kontaminan yang
masuk. Di ruangan ini juga ada AC untuk mengatur suhu ruangan. Di ruang inkubasi
juga terdapat kulkas besar untuk menyimpan larutan maupun bahan yang harus dalam
kondisi suhu dingin, autoklaf untuk menstrilkan alat dalam kultur jaringan.
Menurut Lili Sugiyarto (bahwa Growing area merupakan ruang pertumbuhan
atau ruang penyimpanan hasil kultur pada kondisi cahaya dan temperatur yang
terkontrol. Ruang pertumbuhan ini terdiri dari rak-rak yang biasanya terbuat dari kaca
dan digunakan untuk meletakkan botol-botol kultur setelah proses penanamanan pada
ruang isolasi di dalam LAF. Rak-rak yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan
lampu neon di atasnya sebagai sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam
kultur jaringan dilengkapi dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu ruang.
Berdasarkan sumber diatas maka kemudian laboratorium kultur jaringan judik biologi
FMIPA UNY ini sudah cukup baik karena memenuhi standar. Namun untuk rak
inkubasi sebaiknya ditutup dengan kaca agar terjaga kesterilisasianya.

B. Alat-alat dan Bahan dalam Metode Kultur Jaringan


Alat – alat yang dibutuhkan seperti gelas ukur, erlenmeyer, petridish, hotplate,
timbangan analitik, botol-botol gelas, oven, magnetic stirrer, destilator, autoclave,
lemari es, laminar airflow, pinset, scalpel, spatula, rak inkubasi, bunsen, aluminium
foil, karet, plastik gulung, batang pengaduk kaca.
Nama Alat
No. Gambar Fungsi
atau Bahan
1. LAF Tempat yang digunakan untuk
(Laminar melakukan
Air Flow inokulasi mikrobiologi.Inokulasi
Cabinet) Penanaman bakteri atau biasa
disebut juga inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke
medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat
tinggi.
2. Oven Untuk mengeringkan alat-alat
setelah disterilkan.

3. Autoclave alat yang digunakan untuk


mensterilkan peralatan dan
perlengkapan dengan
menundukkan material untuk uap
tekanan tinggi jenuh pada 121 ° C
selama sekitar 15-20 menit.

4. Hot Plate digunakan untuk memanaskan


campuran/sampel
Nama Alat
No. Gambar Fungsi
atau Bahan
5. Lemari es Untuk menyimpan stock media
culture agar tidak rusak

6. Shaker Alat pengojog botol kultur dan


digunakan untuk mengocok
eksplan yang ditanam pada media
kultur cair.

7. Rak Untuk meletakkan botol-botol


inkubasi kultur setelah proses penanaman
yang dilengkapi dengan lampu
neon sebagai sumber cahaya,
diletakkan pada ruang berAC
sehingga suhu terkontrol, dan
harus dijaga kebersihannya. Rak
dapat terbuat dari kaca atau
triplek yang permukaannya putih.

8. Botol-botol Botol-botol tempat media dan


media untuk menanam eksplan kultur
jaringan. Ukuran botol bervariasi
dan disesuaikan dengan
kebutuhan kultur jaringan.
Pemilihan botol diusahakan yang
mulut botolnya kecil, bening dan
tahan terhadap tekanan dan sushu
tinggi.
Nama Alat
No. Gambar Fungsi
atau Bahan
9. Mikroskop untuk meneliti reaksi suatu kultur
dalam media perlakuan sejak
awal inisiasi dan untuk
membedakan struktur yang
terbentuk pada awal
perkembangan.

10. Kompor Digunakan untuk memanaskan


bahan-bahan yang akan
digunakan sebagai media tumbuh
kultur jaringan

11. Rak Untuk menyimpan berbagai


macam alat yang berukuran kecil
seperti petridish, corong, labu
ukur, gelas ukur, dll yang mudah
pecah sehingga diperlukan
penyimpanan khusus agar tidak
mengalami kerusakan

12. Alat Untuk mengatasi apabila ada


pemadam kebakaran kecil di ruang kultur
kebakaran jaringan
Nama Alat
No. Gambar Fungsi
atau Bahan
13. Kertas Plastik dan kertas payung tahan
payung panas, untuk penutup pada botol
dan plastik kultur dan sebagai pengikat
tahan plastik dengan botol kultur.
panas

14. Petridish Digunakan sebagai tempat untuk


memotong-motong eksplan yang
akan di tanam dalam botol kultur.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan di
Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY dapat disimpulkan bahwa :
1. Ruang-ruang yang ada di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA
UNY meliputi ruang admin, ruang transport, ruang inkubasi, dan ruang
gabungan yang terdiri dari dapur, tempat cuci, ruang preparasi, serta
gudang.
2. Alat-alat yang ada di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA UNY
meliputi autocalve, kompor, LAF, kulkas, oven, stirrer, hotplate, botol jam,
botol UC, cawan petri, gelas beker, dan lain sebagainya.
3. Berdasrakn hasil pengamatan, Laboratorium Kultur Jaringan Biologi
FMIPA UNY sudah layak dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan
proses kultur jaringan, namun belum ideal karena adanya ruang-ruang yang
kemudian digabung menjadi satu.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan, saran yang dapat diberikan untuk
pengembangan laboratorium kultur di Laboratorium Kultur Jaringan Biologi FMIPA
UNY adalah sebaga berikut :
1. Perlunya pemisahan ruang-ruang yang ada di laboratorium. Salah satu yang
paling mendesak adalah memisahkan dapur dari ruang preparasi.
2. Perlu dilakukan perluasan laboratorium kultur agar mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum lebih leluasa dan waktu yang digunakan untuk
praktikum lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2011. Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas


Hasanuddin.
Barahima ,Abbas.2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan.Bandung:Alfabeta.

Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. Bogor : IPB
Press.

Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Laboratorium Kultur
Jaringan Tumbuhan, Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor

Hallmann. 2001. Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta
Hartmann, H.T., D.E., Kester, dan F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and Principles
Practice. New Jersey : Printice Hall Inc.

John H. Dodds dan Lorin W. Roberts. 1993. Percobaan Kultur Jaringan Tanaman. USA :
Cambrigde University Press.

Lili Sugiyarto. . Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Pembuatan Media


dan Metode Sterilisasi. Yogyakart : UNY.

Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands : Martinus Nijh off
Publishers.

Suryowinoto, 1991. Kultur Jaringan. http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur Diakses 27


Februari 2019.

Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing Group Inc. New
Jersey.

Yuwono,Triwibowo.2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai