BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah No. 2 Tahun2016
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tengah2016-2036
diamanatkan pada pasal 12 ayat 2 bahwa kawasan perkotaan Takengon
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan RDTR. Sesuai pada PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
harus sudah ditetapkan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
penetapan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota. Mengacu pada hal tersebut,
maka diperlukan penyusunan RDTR kawasan perkotaan Takengon dimana
penyusunan RDTR merupakan landasan spasialpembangunan dasar pemberian
izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan status RRTR/RDTR Desember 2018, yang sudah
diperdakan hanya 45 (empat puluh lima) RDTR dan 2 (dua) RRTR Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) dari jumlah total yang harus disusun kurang lebih 1838
(seribu delapan ratus tiga puluh delapan) RRTR/RDTR se-Indonesia. Jumlah
total RRTR/RDTR tersebut merupakan turunan dari 476 (empat ratus tujuh puluh
enam) perda RTRW Kabupaten/Kota se-Indonesia.
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dijelaskan bahwa diperlukan rencana rinci apabila rencana umum tata ruang, dalam hal
ini RTRW kabupaten/kota, belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu perlu
disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk memberikan akurasi yang lebih
jelas dalam menjelaskan berbagai struktur dan pola ruang yang sebelumnya telah
disusun di rencana tingkat atasnya. RDTR dan peraturan zonasi sangat diperlukan
sebagai acuan operasional dalam pemanfaatan serta pengendaliaan
pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya sebagai acuan untuk pemberian izin
pemanfaatan ruang. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah
Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, disebutkan
bahwa setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya.
1.2 Maksud
Pekerjaan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah dimaksudkan menyiapkan bahan untuk menjadi landasan spasial
pembangunan melalui penyusunan RDTR dan PZ sebagai dasar pemberian izin dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu Pemerintah Daerah Kabupaten
Aceh Tengah dalam penyusunan materi teknis RDTR dan Peraturan Zonasi kawasan
pekotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
1.4 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah, antara lain:
1. Tersedianya materi teknis (buku rencana dan fakta analisa) RDTRdan Peraturan
Zonasi Kawasan PerkotaanTakengon Kabupaten Aceh Tengah;
2. Tersedianya draft Ranperda RDTR dan Peraturan Zonasi
KawasanPerkotaanTakengon Kabupaten Aceh Tengah;
3. Tersedianya album peta dengan skala atau tingkat kedetailan informasi
minimal 1:5.000.
4. Tersusunnya dokumen KLHS sebagai pendukung RDTR dan PZ.
1.6 Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini meliputi :
1. Dokumen Materi Teknis terdiri atas Buku Fakta dan Analisis, Buku Rencana dan
Album Peta skala 1: 5.000;
2. Ranperda RDTR;
3. Dokumen KLHS;
4. Visualisasi 3D.
1.7 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon
ini tersusunnya adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai dasar pemberian
izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Persyaratan dari setiap tenaga ahli yang dibutuhkan pada pekerjaan ini
sebagai berikut:
1. Ahli Perencanaan Wilayah (Team Leader)
Disyaratkan dengan latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya sarjana
jurusan teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yang dibuktikan dengan ijasah
S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional sebagai ketua tim pada
pekerjaan-pekerjaan bidang penataan ruang, perencanaan masterplan dan
berpengalaman menyusun RDTR dan PZ kabupaten/kota atau rencana rinci,
sekurang-kurangnya 10 tahun atau 120 bulan kalender, atau berpendidikan
magister teknik Perencanaan Wilayah dan Kota / Arsitektur bidang perancangan
kota yang dibuktikan dengan ijasah S2 di bidang tersebut, dengan pengalaman
profesional sebagai ketua tim pada pekerjaan-pekerjaan bidang penataan ruang,
perencanaan masterplan, dan berpengalaman menyusun RDTR dan PZ
kabupaten/kota atau rencana rinci, sekurang-kurangnya 5 tahun atau 60 bulan
kalender.
2. Ahli Arsitektur/ perancangan kota
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana Arsitekur yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut dengan pengalaman profesional
di bidang rancang kota sekurang- kurangnya 5 tahun atau 60 bulan kalender,
1 Sekretaris 1 Orang 8
1.10 Pelaporan
Laporan dan kelengkapan yang harus diserahkan:
1. Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak harus diserahkan selambat-lambatnya1 (satu) bulan
setelah SPMK, bersamaan dengan penyerahan Laporan Pendahuluan. Laporan
Rencana Mutu Kontrak diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan ini berisi:
a. Lembar Pengesahan;
b. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan);
c. Informasi proyek (pekerjaan) ;
d. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan);
e. Lokasi Proyek;
f. Pihak-pihak yang terlibat;
g. Struktur organisasi proyek;
h. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang ;
i. Metode kerja pelaksanaan;
j. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
k. Jadwal tenaga kerja ;
l. Jadwal Pelaporan;
m. Progres Kerja;
n. Jadwal pengetesan (pembahasan); dan
o. Cash flow.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisikan laporan kegiatan selama satu bulan dan rencana
kegiatan bulan berikutnya serta dilengkapi dengan dokumen pendukungnya.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan setiap bulan.
3. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi latar belakang kegiatan, tujuan dan sasaran
kegiatan, metodologi, jadwal pelaksanaan kegiatan, dan rencana kerja.Laporan
ini merupakan acuan dan pengendali kegiatan secara keseluruhan. Laporan ini
dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK.
4. Laporan Antara
Laporan Antara berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ruang
lingkup kegiatan dan metodologi sampai dengan bulan ke 3 (tiga) setelah SPMK.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 4 (empat) bulan setelah SPMK.
5. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan ruang lingkup kegiatan dan metodelogi sampai dengan bulan ke 7 (tujuh)
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-8
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN
Pada kesempatan baik ini kami menyampaikan terima kasih kepada pemberi
tugas dan pelanggan atas kepercayaan dan dukungan terus-menerus yang diberikan
kepada kami.
secara etik, jujur, dan bertanggung jawab berdasarkan etika profesi, serta mampu
memberikan solusi terbaik dan cerdas sesuai dengan rencana, efisiensi, tepat waktu
dan antisipatif terhadap kemajuan dan perubahan zaman.”
4. Konsultansi Spesialis:
Jasa Survey Permukaan Tanah
Jasa Survey Pembuatan Peta
Jasa Pengujian dan Analisa Parameter Fisikal
Jasa Pengujian dan Analisa Sistem Mekanikal dan Elektrikal
Jasa Inspeksi Teknikal
5. Konsultansi Lainnya:
Jasa Konsultansi Lingkungan
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Bangunan
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Keairan
Mlaten, Donorojo,
2 Eko Budiyono 3308102810920005 80
Mertoudan, Magelang
A. PERALATAN KANTOR
B. OPERASIONAL
C. PERALATAN SURVEY
3 Laser Distance Meter 3 200m Leica 2010 90% Jakarta Milik Sendiri
11 Digital Cone Penetrometer 1 2,5 Ton Cap 2012 95% Jakarta Milik Sendiri
Direktorat Jenderal Pengembangan Jl. Jendral Gatot Subroto Kavling Tasikmalaya, Ciamis, Sampang,
Fasilitasi Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Tata Lingkungan / Arsitektur /
4 Perwilayahan Industri, 52-53, Lt.13, Kuningan Timur, Sumenep, Madiun, Kediri, 2/PPI.4/PPK/SPIK-KPI-J/6/2017 21 Juni 2017 Rp 1.624.380.000 17 Desember 2017 17 Desember 2017
Industri (KPI) Di Jawa Barat dan Jawa Timur Sipil
Kementerian Perindustrian Setiabudi, Jakarta Selatan Banyuwangi
Fasilitasi Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Direktorat Jenderal Pengembangan Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53
Tata Lingkungan / Arsitektur /
10 Industri (KPI) Di Provinsi Jawa Timur Perwilayahan Industri, Kementerian Lantai 13 Jakarta 12950 Kotak Provinsi Jawa Timur 02/PPI.4/PPK/SPIK-KI..JTM/7/2016 18 Juli 2016 Rp 859.825.000 14 Desember 2016 14 Desember 2016
Sipil
Perindustrian Pos 3538 JKSMG
Penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM di Sumatera Kementerian Perindustrian Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53 02/PPI.2/PPK/SPK/APBNP-
15 Jasa Konsultansi Sumatera dan Kalimantan 15 September 2015 Rp 780.900.000 13 Desember 2015 13 Desember 2015
dan Kalimantan Ditjen PPI Jakarta Selatan SIKIM/09/2015
Review dan Penyempurnaan Rencana Terpadu Dan Kementerian Agraria dan Tata
Jln. Raden Patah I No. 1 Kalimantan dan Nusa Tenggara
16 Program Investasi Pemanfaatan Ruang Jangka Menengah Ruang/BPN Jasa Konsultansi 18/HK-200/PPK-5539/2015 15 Juli 2015 Rp 1.668.650.000 15 Desember 2015 15 Desember 2015
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Timur
KSN Perbatasan Kalimantan Dan Nusa Tenggara Timur Direktorat Pemanfaatan Ruang
Pengadaan Furniture Kantor Gudang Peralatan dan Direktorat Jenderal Bina Marga Jalan Pattimura No.20 Kebayoran
18 Pengadaan Barang Citeureup - Bogor 27/SPK/PL/MK-BM/X/2015 28 Oktober 2015 Rp 176.901.682 28 November 2015 28 November 2015
Persedian - Citeureup Kementerian PUPR Baru - Jakarta Selatan 12110
Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kab Jl. Soekarno-Hatta, Kota Mungkid Jasa Konsultansi Manajemen /
23 Penyusunan Masterplan Pariwisata Kabupaten Magelang Kab Magelang 12/SP-PPK/PL/Disparbud/III/2014 17 Maret 2014 Rp 175.598.000 15 Mei 2014 15 Mei 2014
Magelang 56512 Bantuan Teknis
Penyusunan RTR KSP Kawasan Terpadu Pusat Bisnis, Dinas Pekerjaan Umum Jl. Laute No.134, Mandonga, Kota Tata Lingkungan / Arsitektur /
26 Kabupaten Kolaka 256/2/PPK-DPU/SP/IV/2013 15 April 2013 Rp 798.562.000 12 Oktober 2013 12 Oktober 2013
Sosial, Budaya dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari 93111 Sipil / Tata Tuang
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Jasa Konsultansi Perencanaan Penyusunan RDTR Kawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur Nomor Tata Lingkungan / Sipil /
29 Banyuwangi SPK-05/PPK/KP3K.2/VI/2013 11 Juni 2013 Rp 863.564.002 9 Desember 2013 9 Desember 2013
Pesisir Untuk Industri Pariwisata Banyuwangi Direktorat Tata Ruang Laut dan Pesisir 16 Jakarta Pusat Arsitektur
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur /
31 Jln. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu Kabupaten Banggai Laut 203/SPJ/PPK/DPU/03/2013 20 Maret 2013 Rp 823.982.000 16 September 2013 16 September 2013
Zoning Regulation Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah Sipil / Tata Tuang
Kabupaten Banjarnegara,
Perencanaan Infrastruktur Transportasi, Logistik, Energi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil /
32 Kabupaten Banyumas, Kabupaten 397/29.05/SP/DCKTR/V/2013 28 Mei 2013 Rp 906.156.800 25 Oktober 2013 25 Oktober 2013
dan Air Kawasan Permukiman (No. Paket 397-29.05) Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur
Batang
Penyusunan Sistem Informasi Perencanaan Penataan Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20
34 Telematika Kupang 215/SP/DPU/PPK.2/VII/2013 00 Januari 1900 Rp 756.980.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang
Penyusunan RTR Kawasan Pekotaan Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Tata Lingkungan / Arsitektur /
36 Kab. Kepulauan Sangihe 012/03/SP/RTR/DPU/III/2013 20 Maret 2013 Rp 615.967.000 16 September 2013 16 September 2013
Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Sipil / Tata Tuang
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan DED Jl.Jend. Sudirman No. 200
39 Disbudpar Provinsi Riau Tata Lingkungan / Sipil Indragiri Hilir 09/SP/PPK-RDTR/IV/2013 15 April 2013 Rp 1.346.988.000 08 November 2013 08 November 2013
Kawasan Industri Pariwisata Bahari Indragiri Hilir pekanbaru 28282
Jasa Konsultansi Penyusunan Pemanfaatan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Jalan Ade Irma Nasution No.10 Kab Banyuasin, Empat Lawang 602.1/169-SPP-
41 Tata Lingkungan / Sipil 18 April 2012 Rp 968.725.000 16 Oktober 2012 16 Oktober 2012
Banyuasin, Empat Lawang dan Lahat Tata Ruang Prov Sumsel Palembang dan Lahat KONS/DPUCKTR/IV/2012
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Direktorat Jenderal Perkebunan - Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Tata Lingkungan / Sipil /
42 Palu 17/Kont/PPK/RDTR-KEK/IV/2012 19 April 2012 Rp 1.364.020.000 15 November 2012 15 November 2012
Ekonomi Khusus Untuk Industri Agro Palu Kementerian Pertanian Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Arsitektur
Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Jln. Ahmad Yani Pontianak Tata Lingkungan / Sipil /
43 Kota Pontianak 59.1/5/KTR/DPU/PPK.2/III/2012 15 Maret 2012 Rp 612.113.000 11 September 2012 11 September 2012
Perkotaan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat Arsitektur
Pengembangan Sistem Pengelolaan, Penatausahaan dan Sekretariat Daerah Telematika; Keuangan; Jasa Studi,
44 Jl. Pahlawan No.9 Semarang Semarang 165.3.1/SPK/PPK/SETDA/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.225.680.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pelaporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah Penelitian dan Bantuan Teknis
Feasibility Study Potensi Investasi Bidang Kelautan dan Jl. Medan Merdeka Timur Jasa Studi, Penelitian dan
45 Kementerian Kelautan dan Perikanan Nasional 09/SPK/PPK/KP3K.1/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.149.785.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Bantuan Teknis / Jasa Keuangan
Peyusunan Blue Print Pemasaran Pariwisata Kabupaten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jalan Raya Singosari No. 275 Jasa Konsultansi / Bantek /
46 Kabupaten Malang 09/PPK/Disbudpar/III/2012 14 Maret 2012 Rp 328.697.000 12 Juli 2012 12 Juli 2012
Malang Kabupaten Malang Singosari – Malang Keuangan
Identifikasi Kebutuhan Sarana Prasarana Infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20 Tata Lingkungan / Sipil /
48 Kabupaten Lembata 128/SPJ/DPU/VI/2012-5 27 Juni 2012 Rp 756.298.000 24 Desember 2012 24 Desember 2012
Permukiman Kawasan Pesisir di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang Arsitektur
Pendampingan Teknis dan Monitoring Pelaksanaan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur Nomor Tata Lingkungan / Sipil /
49 Nusa Tenggara Barat SPK-17/PPK/NTB/KP3K.3/V/2012 16 Mei 2012 Rp 2.531.658.000 12 Desember 2012 12 Desember 2012
Penataan Ruang Kawasan Pesisir Nusa Tenggara Barat Direktorat Tata Ruang Laut dan Pesisir 16 Jakarta Pusat Arsitektur
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Jasa Studi, Penelitian dan
51 Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan Sumatera Utara 602/DBM-SP/7092/6/2012 00 Januari 1900 Rp 1.175.965.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Utara Bantuan Teknis
Penyusunan RDTR, KLHS, dan Peraturan Zonasi Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Jalan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Sipil /
52 Kalimantan Timur 86/SPK/PPK/KEK/DPU/III/2012 00 Januari 1900 Rp 1.912.568.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Provinsi Kalimantan Timur Samarinda Arsitektur
Badan Penanaman Modal dan Jl. Raya Puputan Niti Mandala, Jasa Studi, Penelitian dan
57 Quickwins Peningkatan Sistem Pelayanan Publik Denpasar 065/SPK-QW/BPPMP/VII/2012 00 Januari 1900 Rp 979.856.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Perizinan Provinsi Bali Kota Denpasar, Bali 80239 Bantuan Teknis
Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Jalan KH Abdul Fatah Hasan Tata Lingkungan / Arsitektur /
60 Serang & Cirebon 31/KP3K.LPSPL/PPK/V/2012 09 Mei 2012 Rp 1.196.475.000 07 November 2012 17 November 2012
Perikanan dan Laut Serang - Banten Konplek DPRD Blok L No.4 Serang Sipil
Penyempurnaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Tata Lingkungan / Sipil /
63 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali Jl. Beliton No. 2 Denpasar Denpasar 21.1/SP/PPK.3-DPU/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.125.941.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
DED Infrastruktur Perkotaan Arsitektur
Bantuan Teknis Pengembangan Kelembagaan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Jl. Cut Nya Dien No.33
66 Jasa Konsultansi Manajemen Kutai Kartanegara 32/SPK/PPK/DINKES/06/2012 26 Juni 2012 Rp 401.655.000 26 Oktober 2012 26 Oktober 2012
Masyarakat Kartanegara Tenggarong
67 Rencana Induk Pengembangan Sarana Prasarana Sanitasi Bappeda Kabupaten Nias Barat Jalan Onolimbu Lahomi Tata Lingkungan Kabupaten Nias Barat 050/SPK.1/PPK/BAPPEDA/VI/2012 14 Juni 2012 Rp 695.870.000 14 November 2012 14 November 2012
Sinkronisasi Program Kerja Dan Anggaran Ketahanan Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3 Pasar Jasa Studi, Penelitian dan Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan
68 126/207.2/SEKJ/SPK/V/2012 17 Mei 2012 Rp 3.175.950.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Pangan Dan Infrastruktur Pertanian Nasional 2 Sekretariat Jenderal Minggu, Jakarta 12550 Bantuan Teknis Maluku
Kajian Infrastuktur Sektor Energi, Transportasi dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh Tata Lingkungan / Sipil /
71 Aceh 25/SP/PPK-2/Bappeda/KIA/IV/2012 19 April 2012 Rp 798.520.000 19 Oktober 2012 19 Oktober 2012
Sumber Daya Air Di Kawasan Industri Aceh (KIA) Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121 Arsitektur
Pemetaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pasca Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Jasa Konsultansi / Bantek /
73 Jl.Sampul No.138 Medan Sumatera Utara 29/PPK-PMN/IV/2012 11 April 2012 Rp 1.728.598.000 09 September 2012 09 September 2012
Otonomi di Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara Keuangan
Konsultan Masterplan, Site Plan, dan DED Pengembangan Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta
74 Kementerian Daerah Tertinggal Tata Lingkungan / Sipil Jawa dan Sumatera SP.074/PPK/KPDT/V-2012 08 Mei 2012 Rp 3.298.565.000 05 Desember 2012 05 Desember 2012
Kawasan Permukiman Tertinggal Wilayah Barat Pusat 10110
Bimtek Rencana Detail Kawasan Strategis Pariwisata Jalan Medan Merdeka Barat No. Jasa Konsultansi Manajemen /
77 Kementerian Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah 235.1/SPJ/PPK/Despar/V/2012 23 Mei 2012 Rp 2.265.982.000 19 November 2012 19 November 2012
Provinsi Sulawesi Tengah 17, Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis
Kajian Distribusi dan Jaringan Lintas Angkutan Barang di Dinas Perhubungan Provinsi Jl. Kesuma Bangsa No. 01
78 Transportasi Samarinda 25/2/SP/DISHUB/III/2012 00 Januari 1900 Rp 1.078.698.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kalimantan Timur Kalimantan Timur Samarinda
Masterplan dan DED Infrastruktur Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Jl. KH. Abdul Fatah Hasan No. 25 Tata Lingkungan / Arsitektur /
80 Banten 07.1/SP-PPK/DBMTR/IV/2012 00 Januari 1900 Rp 1.436.314.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Dalam Provinsi Provinsi Banten Serang - Banten Sipil
Masterplan Pengembangan Transportasi dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. 17 Agustus No.73 Manado
81 Transportasi Manado 108/PERJ/BAPPEDA/PPK2/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.126.984.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Perhubungan Kawasan Strategis di Sulawesi Utara Daerah Provinsi Sulawesi Utara 95117
Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan KUKM Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jl. Raya Bandara Juanda No.22,
82 Jasa Konsultansi Jawa Timur 22/SP/PPK-KUKM/VII/2012 10 Juli 2012 Rp 715.950.000 10 Desember 2012 10 Desember 2012
Provinsi Jawa Timur Jawa Timur Sidoarjo
Jasa Konsultansi Pengembangan Ekonomi di Kawasan Jl. Khatib Sulaiman No. 1 Padang,
83 Bappeda Provinsi Sumatera Barat Jasa Konsultansi Kabupaten Solok 33/SP/PPK-BPPD/VII/2012 17 Juli 2012 Rp 471.249.500 17 November 2012 17 November 2012
Perdesaan Kabupaten Solok Sumatera Barat 25128
Kajian Pengembangan Sentra Industri Pengolahan Hasil Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta Tata Lingkungan / Arsitektur /
84 Kementerian Daerah Tertinggal Kalimantan SP.062/PPK/KPDT/VI-2012 07 Juni 2012 Rp 964.775.000 07 Desember 2012 07 Desember 2012
Hutan Di Daerah Tertinggal (PKT-15) Pusat 10110 Sipil
Kajian Pengambangan Kawasan Industri Tambak Garam di Direktorat Jenderal KP3K, Jl. Medan Merdeka Timur Jasa Konsultansi Manajemen /
85 Sulawesi Selatan, NTB dan NTT SPK-02.1/PPK/KP3K/VI/2012 05 Juni 2012 Rp 2.332.790.000 03 Desember 2012 03 Desember 2012
Sulawesi Selatan, NTB dan NTT Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Bantuan Teknis
Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Untuk Badan Perencanaan Pembangunan Kompleks Kepatihan, Danurejan,
87 Jasa Konsultansi D.I.Yogyakarta 17/SPK-BAPPEDA/V/2011 23 Mei 2011 Rp 721.695.000 21 November 2011 21 November 2011
Industri di Kab. Sleman dan Kab. Bantul Daerah Prov. DIY Yogyakarta
Rencana Sistem Transportasi Dan Rekayasa Manajemen Dinas Perhubungan Dan Lalu Lintas
92 Jl. Ahmad Yani No. 268 Surabaya Transportasi Surabaya 65/5/SPK/DISHUBLALIN/VI/2011 00 Januari 1900 Rp 986.987.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Lalu Lintas Jalan Provinsi Jawa Timur Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur
Penyusunan Database Informasi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Jl. A. Yani Timur KM. 36
93 Telematika Banjarbaru 36/SP-PPK/Dishut/SDH/V/2011 16 Mei 2011 Rp 487.355.000 16 September 2011 16 September 2011
Berbasis Sistem Informasi Geografis (GIS) Selatan Banjarbaru
Bantuan Teknis Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / Magelang, Boyolali dan
94 136/SPK/RDTR-PZ/V/2011 00 Januari 1900 Rp 1.324.189.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Di Kawasan Perkotaan Magelang, Boyolali dan Purworejo Provinsi Jawa Tengah Semarang Arsitektur Purworejo
Bimbingan Teknis Pengelolaan Lingkungan Di TWP Kep. Dir.Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Jalan Medan Merdeka Timur No. Jasa Konsultansi Manajemen /
97 Sulawesi Selatan 203/5/SP/TWP/KKJI/KP3K/VI/2011 06 Juni 2011 Rp 1.965.713.000 03 Desember 2011 03 Desember 2011
Kapoposang dan Laut Disekitarnya Ditjen KP3K 16, Gambir, Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis
Perencanaan Teknis Lingkungan Pemukiman Pedesaan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1
99 Tata Lingkungan Semarang 21/SPK/DCKTR/PPID/IV/2011 07 April 2011 Rp 827.980.000 05 Oktober 2011 05 Oktober 2011
PPID Provinsi Jawa Tengah Semarang
Penyusunan Evaluasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Sipil / Kota Bontang, Kabupaten
100 109/SPK/PPK-DPU/6-2011 08 Juni 2011 Rp 986.598.000 05 Desember 2011 05 Desember 2011
(Paket-5) Kalimantan Timur Samarinda Arsitektur Mahakam Ulu
Penyusunan Sinkronisasi RPIJM Provinsi Sulawesi Utara Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Jasa Studi, Penelitian dan
101 Sulawesi Utara 315/KONS/PPK/DPU/VII/2011 00 Januari 1900 Rp 1.256.980.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Bidang Perumahan Pemukiman Tahun 2012 Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Bantuan Teknis
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Prov Jalan Urip Sumoharjo, Kota
102 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Sulsel SP.15/Kont-PPK/RIPPDA/IV/2011 14 April 2011 Rp 678.293.000 11 September 2011 11 September 2011
Daerah (RIPPDA) Sulsel Makassar
Bantuan Teknis Kelembagaan Bidang Penyehatan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169
105 Jasa Konsultansi Manajemen Jawa Timur 618/SP/PPK-PLP/DPUCKTR/VI/2011 07 Juni 2011 Rp 446.985.500 05 Oktober 2011 05 Oktober 2011
Lingkungan Permukiman Dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233
Penyusunan Studi Identifikasi Kesesuaian Pemanfaatan Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kota Jl. Arif Rahman Hakim No. 22 Tata Lingkungan / Arsitektur /
106 Kota Mubagu 281/Kons/DPU/IV/2011 06 April 2011 Rp 596.103.000 03 September 2011 03 September 2011
Ruang Kota Mubagu Kotamobagu Kotamobagu Sipil / Tata Tuang
Jasa Konsultansi Kajian Kelembagaan Pemasaran Dinas Pariwisata Jalan S . Parman I Niti Mandala
107 Jasa Konsultansi Manajemen Bali SPK.12/PPK-Dinpar/III/2011 28 Maret 2011 Rp 613.887.000 25 Agustus 2011 25 Agustus 2011
Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali Renon Denpasar 802235
Dinas Perhubungan dan Informasi Jalan Siliwangi No.357 Semarang Jasa Studi, Penelitian dan
109 Kajian Peningkatan Pelayanan Publik Sektor Transportasi Semarang 116/SP-PPK/DISHUBKOMINFO/V/2011 00 Januari 1900 Rp 819.875.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Jawa Tengah 51046 Bantuan Teknis
Masterplan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169 Tata Lingkungan / Sipil / Kota Malang, Kota Batu, Kota SPP.512/PKT.05/PPK/DPUCKTR/IV/201
112 12 April 2011 Rp 856.498.000 09 Oktober 2011 09 Oktober 2011
Permukiman (PKT.05) dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233 Arsitektur Blitar 1
Penyusunan Rencana Penanganan Limbah Di Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JI. Mayjen. D.I. Panjaitan No. 8 Kabupaten Tabalong, Kabupaten
113 Tata Lingkungan 601/225/SP/APBD.CK/III/2011 31 Maret 2011 Rp 1.269.850.000 30 November 2011 30 November 2011
Permukiman Kalimantan Selatan Banjamasin Kotabaru dan Kota Banjarbaru
Identifikasi Kebutuhan dan Peluang Investasi Bidang Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Jasa Studi, Penelitian dan
114 Nasional 52.1/SPK/PPK/DJP/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.059.860.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pertanian dan Perekebunan Direktorat jenderal Perkebunan Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan
Pengembangan Website Pariwisata dan Updating Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Wisata Menanggal, Surabaya
115 Telematika Surabaya 17/SPK.7/Disbudpar/IV/2011 21 April 2011 Rp 885.972.000 18 September 2011 18 September 2011
Database Potensi Wisata Jawa Timur Provinsi Jawa Timur 60234
Masterplan Percepatan Pengembangan Infrastruktur Kementerian Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Tata Lingkungan / Arsitektur /
116 Kalimantan 65/2/SPK-PPK/PTPMK/V/2011 16 Mei 2011 Rp 856.986.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan Transmigrasi Kalimantan Transmigrasi RI Selatan Sipil
Bimbingan Teknis Penanganan Kawasan Permukiman Satuan Kerja PSPLP Provinsi Jln. S.Parman. No.3, Palangka
119 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kota Palangka Raya 01.25/KONS/PSPLP-KH/III/2011 29 Maret 2011 Rp 1.689.648.000 25 September 2011 25 September 2011
Kumuh Perkotaan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah Raya 73111
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Penyusunan Kajian Indeks Wilayah Tertinggal (Paket Kementerian Pembangunan Daerah Jl. Abdul Muis No.7
120 Jasa Survey / Bantuan Teknis Papua dan Papua Barat 028.7/SPK/P2SP/PDT/V/2011 05 Mei 2011 Rp 695.350.000 05 November 2011 05 November 2011
Papua dan Papua Barat) Tertinggal Jakarta Pusat
Identifikasi dan Penyusunan Strategi Bagi Pengembangan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Jl. Sisingamangaraja No. 3A
122 Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan Perekonomian dan Menengah Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Jawa Tengah SP.17/PPK-DINKOPUKM/IV/2011 05 April 2011 Rp 653.750.000 03 September 2011 03 September 2011
Semarang 50232
Daerah Provinsi Jawa Tengah
Perencanaan Strategis Peningkatan Investasi Dalam Badan Penanaman Modal Daerah Jl. Mgr Soegiyopronoto No 1
123 Jasa Konsultansi Jawa Tengah 605/BPPMD/SP/V/2011 16 Mei 2011 Rp 816.243.000 14 Oktober 2011 14 Oktober 2011
Bidang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah Semarang 50131
Study Identifikasi Potensi Titik Simpul Jaringan Angkutan Dinas Perhubungan dan Informasi Jalan Siliwangi No.357 Semarang
124 Transportasi Semarang 15/3/SPK/DISHUBKOMINFO/5/2011 00 Januari 1900 Rp 987.569.500 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Barang Provinsi Jawa Tengah 51046
Pengawasan Pembangunan Jaringan Irigasi Kecamatan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5
125 Pengawasan / Supervisi Samarinda 065/SPK-Peng/PPK/DPU/V/2011 18 Mei 2011 Rp 815.369.500 16 September 2011 16 September 2011
Sungai Kunjang Kalimantan Timur Samarinda
Penyusunan Pengembangan Infrastruktur Jangka Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil / Koridor I Pusat Kota Denpasar –
126 Jl. Beliton No. 2 Denpasar 05/1a/SP/K1/PPK-DPU/V/2011 18 Mei 2011 Rp 805.698.000 14 November 2011 14 November 2011
Menengah Koridor I Pusat Kota Denpasar – GWK Provinsi Bali Arsitektur GWK
Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri di Jl. Ahmad Yani Komp. Kantor Tata Lingkungan / Arsitektur / Kabupaten Landak & Kota
127 Bappeda Provinsi Kalimantan Barat 33/Kont/PPK.2/Bappeda/IV/2011 27 April 2011 Rp 985.687.000 27 Oktober 2011 27 Oktober 2011
Kalimantan Barat Gubernur Pontianak Sipil Pontianak
Perencanaan Penataan Lingkungan Pemukiman Penduduk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta JL. SM. Amin No. 92 Pekanbaru - Tata Lingkungan / Sipil /
129 Pekanbaru 33/PPK/SPK/DPU-CK/V/2011 23 Mei 2011 Rp 1.028.571.000 21 November 2011 21 November 2011
Pedesaan Karya Provinsi Riau Riau Arsitektur
Bantuan Teknis Penyempurnaan RDTR Kawasan Strategis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Tata Lingkungan / Sipil /
130 Banjarmasin 95/SPK-RDTR/PPK/DPU/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.289.564.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Arsitektur
Penyusunan Tatralok Sistem Transportasi Angkutan Jalan Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Jl. Pringgo Diningrat, Beran Kidul, 312/SP/PPK/DISHUBKOMINFO/VI/201
132 Transportasi Kabupaten Sleman 00 Januari 1900 Rp 789.580.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
di Kabupaten Sleman Informatika kabupaten sleman Tridadi, Sleman 1
Badan Perencanaan Pembangunan Jl. 17 Agustus No.73 Manado Tata Lingkungan / Sipil /
133 Penyusunan Masterplan Infrastruktur Daerah Sulawesi Utara 326/SPK/PPK.5/Bappeda/VI/2011 29 Juni 2011 Rp 1.532.658.000 26 November 2011 26 November 2011
Daerah Provinsi Sulawesi Utara 95117 Arsitektur
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jalan Tanjungpura Sukadana Tata Lingkungan / Sipil /
135 Penyusunan RDTR Kabupaten Kayong Utara Kabupaten Kayong Utara 607/01/PPK.PBJ/KS/DPU/VIII/2011 10 Agustus 2011 Rp 459.874.000 07 November 2011 07 November 2011
Kayong Utara Kode Pos 78852 Arsitektur
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Pengawasan Pembangunan Gedung Kantor Badan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Pemuda 127-133 Semarang
136 Pengawasan / Supervisi Semarang - Jawa Tengah SP.55.1/Bappeda/V/2011 23 Mei 2011 Rp 519.657.000 25 Oktober 2011 25 Oktober 2011
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Daerah Provinsi Jawa Tengah 50132 Indonesia
Penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Kawasan Badan Perencanaan dan Pembangunan Jl. Kesuma Bangsa Nomor 2 -
138 Jasa Konsultansi Kalimantan Timur 021/P/Bappeda/PPK/V/2011 17 Mei 2011 Rp 865.728.000 14 November 2011 14 November 2011
Industri di Wilayah Transmigrasi Daerah Prov Kaltim Samarinda 75123
Penyusunan Masterplan Pembangunan Infrastruktur Satker Peningkatan Infrastruktur Jalan Abdul Muis No.7, Gambir, Tata Lingkungan / Sipil /
139 Kalimantan SPK.105/PPK-2/KPDT/IV/2011 06 April 2011 Rp 2.133.658.000 02 Desember 2011 02 Desember 2011
Permukiman dan Perumahan Daerah Tertinggal (JK-08) Kementerian PDT Jakarta Pusat 10110 Arsitektur
Kajian Capaian Kinerja Pemerintah Dalam Pembangunan Jl. Abdul Muis No. 7, Jasa Studi, Penelitian dan
140 Kementerian Daerah Tertinggal Jawa, Sumatera dan Bali 315.1/KTR/PPK/KPDT/V/2011 25 Mei 2011 Rp 2.159.750.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Daerah Tertinggal Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis
Jasa Konsultansi Pendampingan Ekonomi Petambak Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. Sangkar Mas Nunbaun Sabu Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis
141 Nusa Tenggara Timur 21/SP-DKP/PE/VI/2011 10 Juni 2011 Rp 1.538.795.000 08 November 2011 08 November 2011
Garam Kawasan Pesisir Nusa Tenggara Timur Propinsi NTT Kupang / Keuangan
Penyusunan AMDAL Perpipaan Distribusi Utama dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jalan Tengkawang No. 5
142 Jasa Konsultansi Balikpapan 62/SPK/AMDAL-SPAM/DPU/IV/2011 18 April 2011 Rp 759.826.000 16 September 2011 16 September 2011
Reservoir Induk SPAM Regional Balikpapan Utara Kalimantan Timur Samarinda
Survey dan Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Jl. Pangeran Diponegoro 21-A Tata Lingkungan / Arsitektur /
143 Bappeda Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara 51.1/SK/BAPPEDA/PPK-3/V/2011 18 Mei 2011 Rp 1.321.967.000 16 November 2011 16 November 2011
Industri Sumatera Utara Box 1054 Medan 20152 Sipil
Masterplan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jl. Pemuda 127-133 Semarang Tata Lingkungan / Sipil /
144 Bappeda Provinsi Jawa Tengah Boyolali 31.1/SP.5-BAPPEDA/V/2011 10 Mei 2011 Rp 1.375.258.000 08 November 2011 08 November 2011
Perdesaan 50132 Indonesia Arsitektur
Penyusunan Database Potensi Pariwisata Provinsi Jl. Denang Lebar Daun Kav IX,
145 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Telematika Sumatera Selatan 20/Disbudpar/PPK/SPK/SL.5/2011 20 April 2011 Rp 719.575.000 18 Oktober 2011 18 Oktober 2011
Sumatera Selatan Palembang
Pembuatan Aplikasi GIS Perhubungan dan Komunikasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Jl. Kapten A. Rivai No. 51,
148 Telematika Palembang 9/SPK-PPK/Dishubkominfo/V/2011 16 Mei 2011 Rp 496.587.000 14 November 2011 14 November 2011
dan Informatika Informatika Propinsi Sumatera Selatan Palembang, Sumatera Selatan
Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Peningkatan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Gedung Cisadane Lantai III, Jalan
149 Jasa Konsultansi Kota Tangerang 05/KONT/PPK/SDP/VI/2011 15 Juni 2011 Rp 259.697.000 12 September 2011 12 September 2011
SKPD Kota Tangerang Pelatihan KS. Tubun No.1 Kota Tangerang
Kajian dan Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kompleks Perkantoran Pertanian Tata Lingkungan / Sipil /
150 Sulawesi Utara 78/SP-PPK/DKP/VI/2011 15 Juni 2011 Rp 1.125.870.000 15 Desember 2011 15 Desember 2011
Industri Hasil Laut Sulawesi Utara Kalasey Arsitektur
Penyusunan Masterplan dan DED Kasan Pesisir untuk Direktorat Jenderal KP3K, Jl. Medan Merdeka Timur Tata Lingkungan / Sipil /
151 Sulawesi Barat SPK-08.2/PPK/KP3K/IV/2011 05 April 2011 Rp 1.775.295.500 05 November 2011 05 November 2011
Industri Budidaya Tambak Udang Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Arsitektur
Penyusunan Materplan Pengembangan Kawasan Industri Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Tata Lingkungan / Arsitektur /
152 Direktorat Jenderal Perkebunan Kalimantan Timur 21/SPMK/PPK/DJP/VI/2011 14 Juni 2011 Rp 2.360.479.000 09 Desember 2011 09 Desember 2011
Kelapa Sawit Kalimantan Timur Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Sipil
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Rencana Induk Pengembangan Kawasan Industri Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Flamboyan Nomor 2 Mataram- Tata Lingkungan / Sipil /
153 Nusa Tenggara Barat 17.A/SPK/BPPD-NTB/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 809.650.000 13 Desember 2010 13 Desember 2010
Pengolahan Hasil Perikanan Daerah Prov. NTB 83126-Provinsi NTB Arsitektur
Penyusunan Strategi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh
154 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Aceh SP.17/PPK/Bappeda/V/2010 27 Mei 2010 Rp 587.956.000 25 Oktober 2010 25 Oktober 2010
Kreatif Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121
Penyusunan Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Jasa Studi, Penelitian dan
155 Jalan Haluoleo, Mokoau, Kambu Sulawesi Tenggara SP.23/PPK/BAPPEDA/VI/2010 23 Juni 2010 Rp 1.251.265.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Daerah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Bantuan Teknis
Analisis Pengembangan Kelembagaan Dinas Pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Jl. Jend. Sudirman No. 29
156 Jasa Konsultansi Manajemen Balikpapan 602/05/SP-PPK/DPU/IV/2010 26 April 2010 Rp 461.260.000 24 Agustus 2010 24 Agustus 2010
Umum Provinsi Kalimantan Timur Balikpapan
Penyusunan Rencana Pedoman Pembangunan Dinas Cipta karya dan Tata Kota
157 Jl. Kesuma Bangsa Nomor 84 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Samarinda SP.21/PPK/RP3KP/DCKTK/IV/2010 12 April 2010 Rp 569.857.500 11 September 2010 11 September 2010
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Terpadu (RP3KP) Samarinda
Badan Kordinasi Penanaman Modal Jalan Udayana Nomor 4 Jasa Studi, Penelitian dan
161 Bantuan Teknis Peningkatan Standar Pelayanan Publik Mataram 98/KTR/BKPM-PT/APBD/V/2010 00 Januari 1900 Rp 886.974.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
dan Perizinan Terpadu NTB Mataram Bantuan Teknis
Penyusunan DED Kawasan Industri Pengolahan Hasil Dinas Pertambangan dan Energi Jl.MT.Haryono No.27 Samarinda Tata Lingkungan / Sipil /
163 Kalimantan Timur 05.2/SPK-PK/Distamben/V/2010 27 Mei 2010 Rp 1.539.785.000 25 November 2010 25 November 2010
Tambang Provinsi Kalimantan Timur 75124 Arsitektur
Jasa Konsultasi Penyusunan Study Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Jl. DI. Panjaitan No.2 Kotak Pos Tata Lingkungan / Arsitektur /
164 Maluku HK.03/100/SPK/PPK1/DPU/VI/2010 10 Juni 2010 Rp 1.758.956.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (FS dan DED) Provinsi Maluku 88 Ambon Sipil
Kajian Teknis Pengembangan dan Pelayanan Angkutan Dinas Perhubungan, Informasi dan Jalan. Cok. Agung Tresna
168 Transportasi Denpasar 15/SP/PPK/DISHUBINKOM/6/2010 00 Januari 1900 Rp 716.985.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Laut di Bali Komunikasi Provinsi Bali Denpasar Bali
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Pengembangan Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi BAPPEDA Jl. Ahmad Yani Komp. Kantor Tata Lingkungan / Sipil /
169 Kalimantan Barat 15/8/SPP/PPK.5/Bappeda/IV/2010 27 April 2010 Rp 897.711.000 24 Oktober 2010 24 Oktober 2010
Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Barat Gubernur Pontianak Arsitektur
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang / Perencanaan
171 Jl. P. Senopati, Palbapang Bantul Kabupaten Bantul 33/SPJK/JB/DPU-19/VI/2010 16 Juni 2010 Rp 648.974.999 11 November 2010 11 November 2010
Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul Kawasan Industri
Bimbingan Teknis Manajemen Pengelolaan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares,
172 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kota Manado 22/SPK-PPK/RTH/DPU/V/2010 27 Mei 2010 Rp 1.842.358.000 23 November 2010 23 November 2010
Terbuka Hijau Kota/Taman Kota Provinsi Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado
Penyusunan DED Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Jl. Majapahit No. 54 Tata Lingkungan / Sipil /
173 Dinas Kehutanan Provinsi NTB Mataram 17A/SPK/DED-RTH/06/2010 07 Juni 2010 Rp 528.310.000 05 Oktober 2010 05 Oktober 2010
Lindung Mataram 83115 Arsitektur
Detail Desain Pengembangan Infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20 Tata Lingkungan / Sipil /
175 Labuan Bajo 09/312/KTR/DPU/6/2010 17 Juni 2010 Rp 895.680.000 14 Desember 2010 14 Desember 2010
Perkampungan Nelayan Terpadu Labuan Bajo Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang Arsitektur
Jasa Konsultansi Pengembangan Sistem Aplikasi Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
176 Jl. A Yani No.1 Jambi Telematika, Keuangan Jambi 085/KONT/PPK-BPKAD/VI/2010 00 Januari 1900 Rp 915.680.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pengelolaan Keuangan Daerah Daerah Provinsi Jambi
Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Tata Lingkungan / Sipil /
177 Manado 213/KONS/PPK/DPU/RDTR/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 1.296.203.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Regulatian Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Arsitektur
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang JL. Madukoro, Blok. AA-BB, Jasa Studi, Penelitian dan
179 Jawa Tengah 05/SPK/DCKTR/RPIJM-CK/III/2010 00 Januari 1900 Rp 968.775.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah Semarang 50144 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan
Penyusunan RDTR, Peraturan Zonasi dan KLHS Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur / Kab. Banggai Kepulauan dan
181 Jln. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu 59/5/SP-PPK/DPU/III/2010 31 Maret 2010 Rp 1.264.986.000 27 Oktober 2010 27 Oktober 2010
Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah Sipil / Tata Tuang Kab.Banggai Laut
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tata Lingkungan / Sipil /
183 Jl. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu Sulawesi Tengah 911/PKK/CK.10.3/2010 15 Juni 2010 Rp 378.189.740 16 Desember 2010 16 Desember 2010
(RTRWP) Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Arsitektur
Penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah Kementerian Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta
186 Tata Lingkungan / Sipil Kalimantan Selatan SPK-118/PPK-PTPMK/V/2010 10 Mei 2010 Rp 1.683.520.000 07 November 2010 07 November 2010
Transmigrasi Kalimantan Selatan Transmigrasi RI Selatan
Perencanaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Jl. Bumijo No. 5 Yogyakarta
Tata Lingkungan / Sipil / Kabupaten Kulon Progo &
188 Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Kulon Progo & Energi dan Sumber Daya Mineral Prov Provinsi Daerah Istimewa 120/SPK/PPK/DPU-ESDM/IV/2010 21 April 2010 Rp 990.568.000 17 November 2010 17 November 2010
Arsitektur Kabupaten Slema
Kabupaten Sleman Yogyakarta Yogyakarta
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh Tata Lingkungan / Sipil /
190 Aceh SP.13/PPK/KIA/III/2010 15 Maret 2010 Rp 1.975.236.500 18 Oktober 2010 18 Oktober 2010
Peraturan Zonasi Kawasan Industri Aceh (KIA) Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121 Arsitektur
Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Kota Palangka Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jalan Letjend. S. Parman Nomor. Kota Palangka Raya dan
195 Tata Lingkungan 268/697/A/DPU/SPK/IV/2010 07 April 2010 Rp 1.498.587.000 07 Desember 2010 07 Desember 2010
Raya dan Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah 03 Palangka Raya 73112 Kabupaten Murung Raya
Sinkronisasi Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Jl. H. Agus Salim NO.02 - Kota Jasa Studi, Penelitian dan
196 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Provinsi Jambi 25.2/7/SPK/PPK-2/DPU/V/2010 00 Januari 1900 Rp 987.575.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan (RDTRK) Perkotaan Provinsi Jambi Baru Jambi Bantuan Teknis
Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial Ekonomi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kompleks Perkantoran Pertanian
197 Bantuan Teknis Sulawesi Utara 019/SP-PPK/DKP/V/2010 25 Mei 2010 Rp 1.198.703.500 22 Oktober 2010 22 Oktober 2010
Masyarakat Pesisir Sulawesi Utara Kalasey
Rencana Pengembangan Kelembagaan Pemasaran Produk Jl. Raya Bandara Juanda No.22, 55.1/12-IKM-
200 Dinkop UMKM Jatim Jasa Konsultansi Manajemen Jawa Timur 21 Juni 2010 Rp 672.613.000 21 November 2010 21 November 2010
Industri Kecil dan Menengah Sidoarjo, Jawa Timur KONS/PPK/UMKM/V/2010
Masterplan Pengembangan Kawasan Penyangga Hutan Di Jalan Pembangunan Nomor 1 Tata Lingkungan / Sipil /
202 Bappeda Provinsi Bengkulu Kabupaten Mukomuko SP.08/PPK-Bappeda/IV/2010 26 April 2010 Rp 875.688.000 25 Oktober 2010 25 Oktober 2010
Kabupaten Mukomuko Padang Harapan Kota Bengkulu Arsitektur
Pembuatan Database dan Pemograman Pada Website Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jl. Sei Batugingging No. 6
203 Telematika Medan 21/KONTRAK.5/DKP/V/2010 11 Mei 2010 Rp 985.979.999 08 November 2010 08 November 2010
Perikanan Sumatera Utara MEDAN – 25128
Masterplan Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Badan Koordinasi Promosi dan Tata Lingkungan / Sipil /
204 Jl. Sumatera no. 50 Bandung Jawa Barat 21/BKPPMD/SP/IV/2010 15 April 2010 Rp 878.972.000 11 September 2010 11 September 2010
Jawa Barat Penanaman Modal Daerah Arsitektur
SID Penyediaan Air Baku 3 Kabupaten (Banyumas, Jl. Madukoro Blok AA-BB
205 Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah Sipil Keairan Banyumas, Banjarnegara, Brebes 028/PPK-PSDA/SP/IV/2010 12 April 2010 Rp 1.159.875.000 10 November 2010 10 November 2010
Banjarnegara, Brebes) Semarang
Sinkronisasi Dokumen Teknis, Peta dan Ranperda RDTR Dinas Pekerjaan Umum Jln. Ahmad Yani Pontianak Jasa Studi, Penelitian dan
207 Kalimantan Barat 15/KU.03.05/PPK-113/DPU/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 1.658.952.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan Perkotaan Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat Bantuan Teknis
Feasibility Study Pengembangan Wilayah Industri Daerah Jl. Kapten A. Rivai No.23 Tata Lingkungan / Arsitektur /
209 Bappeda Provinsi Sumatera Selatan Palembang 012/Kont/FS/PPK/Bappeda/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 873.652.000 15 Desember 2010 15 Desember 2010
Sumatera Selatan Palembang Sipil
Review dan Analisis Rencana Kawasan Peruntukan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Arsitektur /
210 Kota Bontang 051/SPK-Peng/PPK/DPU/IV/2010 22 April 2010 Rp 875.521.000 20 Oktober 2010 20 Oktober 2010
Industri Kota Bontang Kalimantan Timur Samarinda Sipil
Penyusunan Feasibility Study (FS) dan DED Kawasan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Jl. S.M. Amin No.52, Pekanbaru – Tata Lingkungan / Sipil / Pekanbaru, Kampar, Bengkalis,
212 SPK.035/DCKTR/FS-DED/VI/2010 21 Juni 2010 Rp 1.387.562.000 10 Desember 2010 10 Desember 2010
Permukiman Perkotaan untuk 5 lokasi Sumber Daya Air Provinsi Riau Riau Arsitektur Dumai, Rokan Hulu, Siak
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / 17/SPK/DINCIPKATARU/PRK/
214 Penyusunan Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kota Jawa Tengah 14 Mei 2010 Rp 1.279.853.000 11 November 2010 11 November 2010
Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur V/2010
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Badan Perencanaan Pembangunan Jalan Ir. H. Juanda No.287 Tata Lingkungan / Sipil /
215 Garut 72.1/11-KONS/PPK/BAPPEDA/V/2010 20 Mei 2010 Rp 795.397.000 17 November 2010 17 November 2010
Strategis Desa Kabupaten Garut Daerah Provinsi Jawa Barat Bandung - 40135 Arsitektur
Bantuan Teknis Pendampingan Ekonomi, Sosial, dan Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta
216 Kementerian Daerah Tertinggal Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi Maluku, Papua, NTB SP.027/PPK-KPDT/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 5.275.669.000 08 Desember 2010 08 Desember 2010
Agama Di Daerah Teringgal Wilayah Timur Pusat 10110
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Feasibility Study (FS) Penataan Kawasan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Jasa Studi, Penelitian, dan
217 Kabupaten Balangan dan Banjar 36/SPK-FS/PPK/DPU/IV/2010 14 April 2010 Rp 1.261.590.000 12 Oktober 2010 12 Oktober 2010
Kumuh Balangan dan Banjar Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi
Penyusunan Rencana Pembangunan Infrastruktur Badan Perencanaan dan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
218 Jl. Mayjend S. Parman No.2 Sulawesi Tenggara 28/Kont-BPPD/V/2010 07 Mei 2010 Rp 957.355.000 03 November 2010 03 November 2010
Kawasan Industri Sulawesi Tenggara Daerah Arsitektur
Grand Desain Pengembangan Sarana dan Prasarana Jalan Jl. Gajah Mada No.02, Tata Lingkungan / Sipil /
219 Bappeda Kalimantan Timur Kalimantan Timur 048/SPK/PPK-2/Bappeda/V/2010 06 Mei 2010 Rp 569.871.000 07 Oktober 2010 07 Oktober 2010
Provinsi Kalimantan Timur Samarinda Kalimantan Timur Arsitektur
Penyusunan Kajian Dampak Pembangunan KEK Sei Jl. Pangeran Diponegoro 21-A Sei Mangkei - Simalungun
220 Bappeda Provinsi Sumatera Utara Jasa Konsultansi 17/SK/BAPPEDA/KEK/VII/2010 20 Juli 2010 Rp 359.845.000 21 November 2010 21 November 2010
Mengkei Terhadap Perekonomian Sumatera Utara Box 1054 Medan 20152 Sumatera Utara
Review Master Plan Pengembangan Kawasan Peruntukan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Tata Lingkungan / Arsitektur /
221 Kota Banjarmasin 82/SPK/PPK/DPU/VI/2010 22 Juni 2010 Rp 1.095.120.000 20 November 2010 20 November 2010
Industri Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Sipil
Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Kawasan Badan Perencanaan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
223 Jl. Pemuda 127-133 Semarang Kab. Kendal dan Kab. Demak 18.5-SK/BAPPEDA/RDTR/V/2009 14 Mei 2009 Rp 921.654.000 10 November 2009 10 November 2009
Industri Kab. Kendal dan Kab. Demak Daerah Prov. Jateng Arsitektur
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / 75/SPK/DINCIPKATARU/RP2KP/
224 Jawa Tengah 09 April 2009 Rp 786.219.000 01 Oktober 2009 01 Oktober 2009
Kawasan Permukiman (RP2KP) Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur IV/2009
Studi Identifikasi dan Pemetaan Sumber Air Baku (Air Jl. Jenderal Sudirman No. 19
225 Bappeda Kalimantan Selatan Sipil Keairan Kota Banjarmasin SP.46/PPK/BAPPEDA/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 975.687.000 08 Desember 2009 08 Desember 2009
Bersih) Kota Banjarmasin Banjarmasin
Jasa Konsultansi Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Jln.Jend. Sudirman No. 1 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis
226 Kota Balikpapan 027/SP/Bappeda/VII/2010 07 Juli 2010 Rp 507.758.000 05 Desember 2009 05 Desember 2009
Kreatif Kota Balikpapan Daerah (Bappeda) Balikpapan / Keuangan
Jasa Pendampingan Ekonomi di Kawasan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Kota Palu, Kab. Poso dan Kab.
227 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis SPK-14/PPK-PEKT/V/2009 27 Mei 2009 Rp 3.688.972.000 16 November 2009 16 November 2009
Kota Palu, Kab. Poso dan Kab. Donggala Transmigrasi RI Selatan Donggala
Penyusunan Pemanfaatan Ruang Pesisir Provinsi Sulawesi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Tata Lingkungan / Sipil /
228 Jln. Undata No. 7 Palu Sulawesi Tengah 05.SP/PPK/DKP/IV/2009 21 April 2009 Rp 1.209.568.000 18 Oktober 2009 18 Oktober 2009
Tengah Propinsi Sulawesi Tengah Arsitektur
Penyusunan RDTR, Zoning Regulation dan KLHS Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Prov Sulawesi Jl. Trans Sulawesi Km.482 Bone- Tata Lingkungan / Sipil /
229 Makassar 22/SP/PPK/RDTR-KLHS/IV/2009 27 April 2009 Rp 2.138.025.000 24 November 2009 24 November 2009
Industri Makassar Selatan Bone Arsitektur
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jl. Stadion Selatan No. 1
230 Telematika Semarang 58.SP/BKD/PPK-SIMPEGDA/VII/2009 06 Juli 2009 Rp 417.185.000 06 Desember 2009 06 Desember 2009
Kepegawaian Daerah (SIMPEGDA) Jawa Tengah Semarang 50136
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169 Tata Lingkungan / Sipil /
232 Blitar dan Kediri HK.07.02-RDTR/43.A/V/2009 25 Mei 2009 Rp 826.475.000 15 Desember 2009 15 Desember 2009
Perkotaan Blitar dan Kediri dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233 Arsitektur
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
233 Jl. Balai Kota No.1 Manado Manado 025/SP-PPK/BPPD/RTBL/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 852.697.000 05 Desember 2009 05 Desember 2009
(RTBL) Kawasan Pariwisata Daerah Kota Manado Arsitektur
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Penyusunan Pemanfaatan Ruang/RDTR Kawasan Industri Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Jl. S.M. Amin No.52, Tata Ruang / Perencanaan
234 Kota Dumai KU.08.08/SKS-PPK/RDTR/IV/2009 03 April 2009 Rp 1.465.875.000 27 November 2009 27 November 2009
Kota Dumai Sumber Daya Air Prov Riau Pekanbaru – Riau Kawasan Industri
Studi Potensi Air Baku di Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur, Badan Perencanaan Pembangunan Jl.Mayjen S.Parman No.2 Kendari Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur,
235 Sipil Keairan 14/SP/PPK/Bappeda/V/2009 11 Mei 2009 Rp 1.098.750.000 11 November 2009 11 November 2009
& Kab. Kolaka Utara Daerah Prov Sulawesi Tenggara 9312 & Kab. Kolaka Utara
Kajian Pola Pengembangan Sentra Industri Kecil Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Tata Lingkungan / Sipil /
236 Jl. Ahmad Yani No.152B Surabaya Jawa Timur 038/SPK/DISKANLA/VI/2009 03 Juni 2009 Rp 1.159.850.000 03 Desember 2009 03 Desember 2009
Menengah Pengolahan Hasil Perikanan Jawa Timur Jawa Timur Arsitektur
Penyusunan Naskah Rencana Strategis Pembangunan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Jl. Medan Merdeka Timur No. 16
237 Jasa Konsultansi Sulawesi Selatan SPK-28/PPK/DKP.1/V/2009 11 Mei 2009 Rp 1.094.480.000 05 November 2009 05 November 2009
Perikanan Tangkap Tahun 2010 – 2014 Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta Pusat
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan Di Dinas Pekerjaan Umum Jl. DI. Panjaitan No.2 Kotak Pos
238 Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi Kecamatan Batabual &Namlea 17.SP/PPK-RTRK/DPU/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 985.712.000 08 Desember 2009 08 Desember 2009
Kabupaten Buru Provinsi Maluku 88 Ambon
Kajian Kebutuhan Infrastuktur Sumber Daya Air dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil /
239 Jl. R.W. Monginsidi No. 68 Bitung Kota Bitung 427/602.1/PU/SP.PPK/V/2009 25 Mei 2009 Rp 715.269.000 23 Oktober 2009 23 Oktober 2009
Drainase Kawasan Industri Kota Bitung Arsitektur
Badan Perencanaan Pembangunan Jalan Jend. Achmad Yani No. 2 Jasa Studi, Penelitian dan
240 Penyusunan Profil Prosfektif Investasi Kota Makassar Kota Makassar 11/SPJK/PPK/BAPPEDA/VII/2009 00 Januari 1900 Rp 759.864.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Daerah Kota Makassar Makassar 90111 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan
Penyusunan Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Dinas Koperasi Perindustrian dan JL. Jenderal Sudirman, No. 285,
241 Jasa Konsultansi Kota Magelang 41/PPK-IKM/Disperinkop/V/2009 19 Mei 2009 Rp 498.758.000 17 November 2009 17 November 2009
Sektor Kerajinan Tangan Kota Magelang Perdagangan Kota Magelang 59214
Jasa Konsultansi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Dinas Pekerjaan Umum Jalan Pulau Irian No. 110, Tata Lingkungan / Arsitektur /
242 Kabupaten Poso 09/SPK/KLHS-RDTR/IV/2009 16 April 2009 Rp 711.987.000 13 Oktober 2009 13 Oktober 2009
Strategis (KLHS) RDTR Kabupaten Poso Kabupaten Poso Kabupaten Poso Sipil / Tata Tuang
Rencana Induk Pemanfaatan Penataan Ruang Kawasan Jl. Flamboyan Nomor 2 Mataram- Tata Lingkungan / Sipil /
243 Bappeda Prov NTB Kabupaten Sumbawa 15/SPK-TR/Bappeda/2009 30 Maret 2009 Rp 915.687.000 03 September 2009 03 September 2009
Pariwisata Nusa Tenggara Barat 83126 Arsitektur
Pemerintah Propinsi Bali Dinas Jl. Imam Bonjol No. 134, Tata Lingkungan / Sipil /
244 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali Propinsi Bali 602.1/18/DPUP-BM/2009 05 Mei 2009 Rp 1.287.623.000 05 November 2009 05 November 2009
Pekerjaan Umum Dinas Bina Marga Denpasar Bali Arsitektur
Identifikasi dan Penyusunan Potensi Sumberdaya Dinas Kelautan Perikanan dan Jl. Wiroto No. 9 Wiradesa
245 Jasa Survey / Tata Lingkungan Pekalongan 009/PPK-DKPP/-SP/VI/2008 10 Juni 2008 Rp 277.562.000 10 Oktober 2008 10 Oktober 2008
Kelautan Peternakan Pekalongan
Mengetahui
PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BPN
a. Pembelian Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) dan data DEM (Digital
Elevation Model);
b. Melakukan konsultasi ke BIG untuk menetapkan titik GCP dan ICP pada
kawasan perencanaan dengan berita acara hasil konsultasi yang dilampirkan
print out peta sebaran titik GCP dan ICP;
c. Melakukan survey GCP, ICP dan Toponimi;
d. Melakukan konsultasi ke BIG untuk assistensi hasil survey GCP, ICP dan
Toponimi sampai mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti berita acara;
e. Melakukan proses Orthoretifikasi dan uji akurasi;
f. Melakukan digitasi unsur peta dasar skala.
4. Pengumpulan data primer dan sekunder untuk penyusunan RDTR, PZ dan KLHS
(Untuk kebutuhan data KLHS ditambahkan) melalui desk study dan survey
lapangan.
a. Untuk membuat peta dasar dengan tingkat ketelitian minimal 1:5000
dibutuhkan antara lain:
1) Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi maupun foto udara;
2) Data DEM (Digital Elevation Model);
3) Hasil survey GCP, ICP dan Toponimi;
4) Hasil orthorektifikasi (citra tegak);
5) Hasil uji akurasi (koreksi geometris).
b. Peta Tematik antara lain:
1) Wilayah administrasi;
2) Fisiografis;
3) Kependudukan;
4) Perekonomian dan keuangan;
5) Kondisi prasarana dan sarana;
6) Peruntukan ruang;
7) Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
8) Persil lahan;
9) Status kepemilikan lahan;
10) Ketinggian bangunan (KLB);
11) Kepadatan bangunan (KDB);
12) Kualitas kawasan maupun kualitas bangunan.
c. Data Dukung untuk penyusunan KLHS :
1) Informasi fisik lingkungan pada wilayah yang terpengaruh perencanaan
tata ruang, antara lain :
Iklim;
Topografi;
geologi;
kualitas udara; dan
kualitas air; dll.
2) informasi ekologis, antara lain :
permasalahan kualitas lingkungan;
kawasan alami ataupun buatan yang berisiko dari pencemaran
kegiatan industri eksisting, bencana alam antara lain tsunami,
gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan/atau
angin topan;
habitat darat atau laut sensitif seperti mangrove, koral, rawa, sungai,
danau, hutan lindung; dan kawasan konservasi atau perlindungan; dll.
BAB 5. Metodologi
Identifikasi dan
Elaborasi
panjang 20 tahun ke depan, agar tidak terjadi benturan kepentingan antar pengguna
ruang.
Melalui pendekatan ini diharapkan setiap kegiatan penataan ruang justru akan
meningkatkan daya dukung wilayah. Untuk itu penetapan kawasan fungsional dan
intensitas kegiatannya dalam rencana sinkronisasi program pengembangan harus
memperhatikan dampak yang ditimbulkannya terhadap ekosistem wilayah dan
penduduk sekitarnya, agar selaras dengan azas dan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).
5.1.8 Pendekatan Sosial Budaya
Pendekatan ini memandang wilayah sebagai satu kesatuan ruang sosial
(social space) dengan masyarakatnya yang beragam serta mempunyai budaya dan
tata nilai (norm and value) tersendiri. Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir
pantai, di sepanjang aliran sungai maupun di sekitar hutan masing-masing memiliki
ciri-ciri dan tata nilai tradisional yang unik. Dalam rangka penataan ruang dan
pembangunan wilayah kota corak ragam budaya dan tata nilai ini harus ditempatkan
sebagai satu variabel yang penting.
Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran
serta masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan wilayahnya. Sedangkan nilai-
nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak berbenturan dengan nilai-nilai
tradisional, sehingga tidak menghalangi kinerja pengembangan kawasan. Oleh sebab
itu, dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah ini perlu dan harus mencermati karakteristik budaya dan nilai-
nilai tersebut.
Diharapkan melalui pendekatan ini akan dapat dihindari kemungkinan
terjadinya benturan sosial dan keterasingan kelompok masyarakat tertentu dari derap
kegiatan pembangunan, serta segregasi keruangan yang dapat berdampak negatif
terhadap kinerja pertumbuhan wilayah maupun pada perkembangan kehidupan
masyarakat.
5.1.9 Pendekatan Kepariwisataan
Dalam lingkungan ekonomi dan politik sekarang, industri pariwisata atau
tepatnya segmen ekonomi maju ke depan merupakan kesempatan besar satu-satunya
dalam pertukaran ekonomi, budaya dan politik dunia. Pariwisata dalam arti seluas-
luasnya dapat lebih mendorong pengertian antar bangsa menuju perdamaian dunia.
Selain itu juga memerlukan kesempatan kerja, menghasilkan devisa dan meningkatkan
taraf kehidupan, lebih daripada kekuatan ekonomi lain yang diketahui. Berbeda dengan
industri MIGAS yang berdasar pada bahan bakar fosil, pariwisata tidak tegantung dari
sumber daya yang makin berkurang. Justru sebaliknya, agar pariwisata dapat
berkembang, maka harus berupaya untuk meningkatkan lingkungan dan memelihara
keseimbangan ekologis.
Dewasa ini, pembangunan diberbagai sektor tidak lagi hanya berorientasi
pada faktor fungsional semata, kualitas lingkungan dan bangunan yang lebih atraktif
dan menarik mulai menjadi pendekatan pengembangan. Kawasan-kawasan perkotaan
dengan kualitas lingkungan bangunan yang lebih atraktif dan menarik merupakan
suatu bentuk kepariwisataan pada suatu perkotaan. Dengan pendekatan seperti ini
akan memberikan implikasi yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan sebagai suatu lingkungan
binaan.
kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Pengertian
awal ini dikembangkan oleh UNEP menjadi "memperbaiki kualitas kehidupan manusia
dengan tetap memelihara kemampuan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan
hidup dari ekosistem yang menopangnya."
Suatu pendapat mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan
kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan
aspek sosial politik sedemikian rupa masing-masing terhadap pola perubahan yang
terjadi pada kegiatan manusia (produksi, konsumsi, dan sebagainya) dapat menjamin
kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai
akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang lingkungan
(WCED, 1987). Perlu digarisbawahi bahwa pengertian keberlanjutan tidak dapat
didefinisikan secara mutlak maupun mengikuti pendekatan atau ukuran pemahaman
tertentu, demikian pula dengan keberlanjutan kebijakannya.
Untuk menjamin berkelanjutannya pembangunan ekonomi dan sosial budaya,
ekosistem terpadu (integrated ecosystem) yang menopangnya harus tetap terjaga
dengan baik. Karena itu aspek lingkungan perlu diinternalisasikan ke dalam
pembangunan ekonomi. Secara sosial, ekosistem ini harus terjaga hingga generasi
yang akan datang (inter-generasi) sebagai sumberdaya alam pendukungnya, terutama
menghadapi tantangan pertumbuhan penduduk tinggi yang memacu produksi dan
konsumsi. Sementara intra-generasi, pembangunan ekonomi tidak membuat
kesenjangan dalam masyarakat, terjadinya pemerataan dan kestabilan.
Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga matra berikut ini:
1. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan fakta bahwa lingkungan
hidup dan berbagai elemen di dalamnya memiliki keterkaitan dan juga memiliki nilai
ekonomi (dapat dinyatakan dengan nilai uang). Pembangunan ekonomi
berkelanjutan dapat mengelola lingkungan hidup dan sumberdaya alam secara
efektif dan efisien dengan yang berkeadilan perimbangan modal masyarakat,
pemerintah dan dunia usaha;
2. Keberlanjutan sosial budaya; pembangunan berkelanjutan berimplikasi terhadap
pembentukan nilai-nilai sosial budaya baru dan perubahan bagi nilai-nilai sosial
budaya yang telah ada, serta peranan pembangunan yang berkelanjutan terhadap
iklim politik serta stabilitasnya. Dalam hal ini juga perlu keikutsertaan masyarakat
dalam pembanguna ekonomi yang berwawasan lingkungan serta mengurangi
kesenjangan antar tingkat kesejahteraan masyarakat;
3. Keberlanjutan kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dan segala eksistensinya.
Sebagai penopang pembangunan ekonomi, lingkungan perlu dipertahankan
kualitasnya, karena itu harus dijaga keselarasan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan. Sebagai satu upaya mempertahankan keberlanjutan, setiap
kegiatan diminimasikan dampak lingkungannya, diupayakan menggunakan
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, mengurangi limbah dan meningkatkan
penggunaan teknologi bersih.
Pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa konsep yang menjadi
landasan berpikir dalam pengembangannya. Konsep tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Pembangunan pada hakikatnya merupakan pelaksanaan proses transformasi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung beserta
kombinasi ketiganya yang menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang sebesar-besarnya;
kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan daerah.
9. Merumuskan Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis (guna penyusunan
naskah akademik draft Ranperda).
10. Menetapkan jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi peraturan
daerah kota (guna penyusunan naskah akademik draft Ranperda).
11. Menyusun Draft Rancangan Peraturan Daerah Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan rumusan pasal
per pasal, penjelasan dan lampiran peta yang disajikan dalam format A3.
12. FGD II di Jakarta dengan peserta sebanyak 30 orang dengan dipandu oleh 1
moderator dan 4 orang nara sumber.
13. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 4.
Pt Pt b
t 1
b n
b 1
t 1
dimana:
P t = penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t +
2. Model Regresi
Untuk memperhalus perkiran, teknik yang berdasarkan data masa lampau dengan
penggambaran kurva polinomial akan dapat digambarkan sebagai suatu garis
regresi. Cara ini disebut metode selisih kuadrat terkecil (least square). Cara ini
dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus diatas, karena garis regresi
memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan
menganggap ciri perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa
depan). Teknik ini menggunakan persamaan matematis:
P tx a b X
Pt + x = jumlah penduduk tahun (t + x)
X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a, b = tetapan yang diperoleh dari rumus berikut
P X 2
X PX N PX X P
a b
N X 2 X
2
N X 2
X 2
Pt Pt 1 r
r = rata-rata persentase tambahan jumlah penduduk daerah yang diselidiki
berdasarkan data masa lampau
4. Kurva Gompertz
Kurva Gompertz mengikuti pola hiperbolik yang memiliki batas (asimtot) pada
kedua belah sisinya (atas dan bawah). Dasar pertimbangan model ini adalah
prinsip Gompertz, yaitu bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju
adalah rendah yang diikuti oleh pertumbuhan yang cepat pada periode berikutnya,
namun lebih lanjut pada periode berikutnya lagi pertumbuhan tersebut menurun
apabila jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimal. Kurva Gompertz
ini mempunyai persamaan umum:
Pt x k a b atau log Pt x log k b x log a
x
Keterangan:
Pusat SSWP;
Pusat Kecamatan;
Desa Pusat Pertumbuhan; dan
Pusat Desa.
P = kepadatan titik dalam tiap km2 yaitu jumlah titik (N) dibagi
dengan luas wlayah dalam km2 (A) sehingga menjadi (N/A)
Beberapa hal yang dilakukan dalam analisis tetangga terdekat, adalah (a)
menentukan batas wilayah pengamatan, (b) mengubah pola sebaran objek
amatan dalam peta menjadi pola sebaran titik, (c) memberi nomor urut
untuk tiap titik, untuk mempermudah analisis, (d) mengukur jarak terdekat
untuk jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain
merupakan tetangga terdekat dan terakhir (e) menghitung besar parameter
tetangga terdekat. Dengan instrumen program GIS seperti Arcgis, nearsest
neighbour analysis dapat dihitung secara otomatis.
Sebagai contoh, beberapa objek dalam kota dalam kota wilayah seperti
distribusi perumahan, industri, retail, bisnis, mall, sekolah, kesehatan dan
fasilitas publik lainnya merupakan contoh yang dapat dinilai pola distribusi
keruangannya.
Interpretasi
Dari nilai T, selanjutnnya diinterpretasikan dengan continum nearest
neighbour analysis yang oleh Hagget dalam Binarto dan Hadisumarno
(1982) digambarkan sebagai berikut:
Menurut Nursid Surmaatmadja (1988), kriteria nilai T adalah :
0,00 – 0,70 = pola bergerombol
0,70-1,40 = pola tersebar tidak merata
1,40-2,1491 = pola tersebar merata
T = 0,70-1,40
T = 1,40-2,14
T = 0,00-0,70
Tujuan kedua yaitu mengetahui dominasi suatu kota dengan kota lainnya
dilakukan dengan membandingkan jumlah penduduk dari masing-masing
wilayah perkotaan, sebagai berikut (Analisis Zipf Law):
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝐾𝑜𝑡𝑎
Indeks ukuran kota = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝐾𝑜𝑡𝑎𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Dimana:
SD : Jarak Standar
Dm : Jarak Median
N : jumlah dari poin apabila area populasi tidak digunakan
Identifikasi gravitasi dan orientasi dilakukan melalui metode Reiilys Law
Analysis dimana dilakukan dengan menghubungkan jarak antar pusat-pusat
permukiman yang terdapat di Perkotaan Tlanakan. Pusat-pusat tersebut
nantinya berpotensi sebagai pusat BWP, pusat sub BWP dan blok yang
ditentukan berdasarkan analisis ukuran dan besaran kota, serta analisis
pemusatan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
Jenis Fasilitas Intensitas Pergerakan Nilai
Perdagangan Tinggi 5
Perkantoran Tinggi 5
Kesehatan Sedang 3
Pendidikan Sedang 3
Peribadatan Sedang 3
Olahraga Sedang 3
Industri/Pergudangan Rendah 1
Perumahan Rendah 1
Analisis ini digunakan untuk menentukan titik ideal pusat SBWP. Sesuai
dengan hasil analisis pusat kegiatan, dapat diketahui bahwa pemusatan
wilayah perkotaan Tlanakan mengerucut di Desa Larangan Tokol dan Brenta
Pesisir, sehingga analisis ini mencari titik pusat ideal di kedua desa tersebut.
Setelah itu, dilakukan analisis grafitasi dan orientasi menggunakan Indeks
Reilly’s yang bertujuan untuk mencari pengaruh grafitasi dari kedua titik pusat
(Desa Larangan Tokol dan Brenta Pesisir) berdasarkan jumlah penduduk di
masing-masing desa tersebut dan jarak diantara titik pusat keduanya.
karakter kuat dalam tata lingkungan dan bangunan; (c) Multiplier effect;
jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan dikembangkan, termasuk
juga analisis kegiatan penunjang yang muncul.
Analisis Zona Industri: (a) Lokasi perencanaan pengembangan industri; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada; (c) Lingkungan; untuk kawasan yang telah
berkembang, agar diteliti dampak terhadap pencemaran lingkungan.
Apabila merupakan kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-
jenis pengembangan industri yang sesuai dengan lingkungan dan
prasarana daerah; (d) Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti
perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau, prasarana
transportasi dan lain sebagainya.
Analisis Sub Zona Pendidikan: pusat pendidikan dan penelitian/Teknologi
Tinggi; (a) Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau
Pusat Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam RTRW; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c)
Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan
yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan.
Analisis Sub Zona Pariwisata; (a) Pengembangan pariwisata, dan kawasan
tersebut merupakan kawasan yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan
sekitar yang akan berdampak pada pencemaran lingkungan, dan
kemungkinan-kemungkinan penanganan nya; (b) Potensi tenaga kerja
yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c) Pembangunan kawasan wisata,
agar diteliti jenis-jenis pengembangan pariwisata; (d) Lingkungan; bila
dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang akan
menimbulkan dampak penting yang berlebihan; (e) Analisis multiplier effect
terhadap kegiatan ikutannya.
Analisis Sub Zona Pertambangan; (a) Pengembangan pertambangan,
maka apabila kawasan tersebut merupakan kawasan yang telah
berkembang, agar diteliti dampak terhadap pencemaran lingkungan, dan
kemungkinan-kemungkinan penanganannya; (b) Kawasan yang belum
berkembang, agar diteliti jenis-jenis pengembangan yang sesuai dengan
daya dukung lingkungan; (c) Potensi tenaga kerja yang ada
(berdasarkan hasil elaborasi); (d) Lingkungan; bila dimungkinkan
pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang akan menimbulkan
dampak penting yang berlebihan; (e) Di samping itu perlu dilakukan
analisis multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.
Analisis Zona Pertahanan dan Keamanan, (a) Pengembangan kegiatan
pertahanan dan keamanan sesuai yang ditetapkan dalam RTRW; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c) Kajian
dampak keamanan terhadap permukiman; termasuk juga analisis
kebutuhan kegiatan penunjang, seperti perumahan, perdagangan dan jasa,
ruang terbuka, zona kedap suara serta zona pengamanan (udara, laut,
daratan), prasarana transportasi dan utilitas lingkungan.
Analisis Zona Pertanian (Pertanian, Perkebunan, Perikanan); (a)
Pengembangan fasilitas agrobisnis, agroindustri, dan agriwisata sampai
kepada tingkat lokal/lingkungan, dengan memperhatikan fungsi-fungsi
kawasan; (b) Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
(c) Aksesibilitas.
Jarak minimal bangunan rumah yang tidak dibangun hingga batas lahan
adalah 0,5 meter.
Bagi bangunan rumah tinggal yang terbuat dari bahan mudah
terbakar/dinding bilik adalah dari rumah disebelahnya sampai batasan-
batasan bahan dari bangunan lainnya dengan jarak 5 meter.
Sedangkan untuk kompleks bangunan yang terdiri hingga 6 buah, status
lahan pemilikan dan antar komplek bangunan tersebut terdapat ketentuan
jarak minimal 4 meter.
d. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan suatu kawasan peruntukan perumahan, banyak dan
dipengaruhi oleh luas persil (kavling) yang diijinkan pada kawasan
perencanaan. Luas persil bagi perumahan ditentukan berdasarkan karakterisik
luas kavling yang ada saat ini serta perkiraan penduduk pada masing-masing
unit lingkungan.
Arahan luas kavling/persil bagi perumahan di kawasan perencanaan adalah
kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi diarahkan
dengan menggunakan luas kavling 90-150 meter persegi.
Kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk sedang
diarahkan dengan menggunakan luas kavling 150-200 meter persegi.
Kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah
diarahkan dengan menggunakan luas kavling> 200 meter persegi.
e. Pengaturan Letak Bangunan
Penataan letak bangunan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
Pertimbangan orientasi bangunan terhadap matahari, angin dan
pemandangan merupakan yang cukup mendasari tata letak bangunan.
Pertimbangan topografi dan kemiringan lereng. Dimaksudkan untuk
mengurangi pekerjaan pelandaian, memperkecil biaya konstruksi awal dan
permasalahan drainase lebih lanjut.
Orientasi pada populasi suara, bau dan Saluran Umum Tegangan Tinggi
(SUTT), pertimbangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keadaan
optimal untuk beristrahat baik siang maupun malam, serta mengurangi
bahaya dari lintasan listrik tegangan tinggi.
Pertimbangan tata hijau yang diperlukanguna mendapatkan suatu tatanan
bangunan yang serasi dan optimal dengan penggunaan tata hijau sebagai
faktor penyangga, pemisah dan penyekar antar bangunan/lingkungan
bangunan.
Kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan sedang sampai rendah
koefisien penghijauan ditetapkan 0,3 dengan demikian daerah yang harus
dihijaukan minimum 70%dari luas ruang terbuka pada persil.
sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknik analisis yang lain
sehingga dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti
kebenarannya atau tidak. Namun demikian, dalam tahap awal sudah cukup
memberikan gambaran mengenai kemampuan daerah yang bersangkutan dalam
sektor yang diamati.
Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada
daerah yang lebih luas. Adapun variabel yang digunakan sebagai alat ukur untuk
menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah tenaga kerja pada
sektor tersebut, hasil produksi atau satuan lain yang dapat dijadikan kriteria.
Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) ini dapat dinyatakan melalui
persamaan matematis berikut:
S i S i
N i S
LQ i
S N i
N N
dimana:
Si = jumlah buruh industri i di bagian wilayah yang diamati
S = jumlah total buruh industri di seluruh bagian wilayah
Ni = jumlah buruh industri i di seluruh wilayah
N = jumlah total buruh di seluruh wilayah
dimana:
TP =tingkat pelayanan fasilitas i di kawasan j
Dij =jumlah fasilitas i di kawasan j
Bij =jumlah penduduk di kawasan j
Cis =jumlah fasilitas i persatuan penduduk menurut standar penentuan
fasilitas untuk kawasan
Dengan perhitungan ini, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas, kecuali
untuk fasilitas peribadatan, dimana perbedaan terletak pada jumlah penduduk pada
kawasan yang diamati, yaitu bj diganti oleh jumlah penduduk menurut agama.
D i
D r
iD i
dimana:
Dr = potensi pengembangan (relatif)
Di = potensi pengembangan di kawasan i
iDi = jumlah seluruh potensi pengembangan
Selanjutnya untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialokasikan pada
masing-masing kawasan yang potensial adalah dengan cara mengkalikan hasil
proyeksi total penduduk untuk masa mendatang dengan Di, yang secara
matematis dapat dirumuskan:
Di
P i P total x
iD i
dimana:
Pi = jumlah penduduk yang dapat dialokasikan di kawasan I
Ptotal = jumlah penduduk seluruhnya
Di/iDi = potensi relatif kawasan i
Metoda lain yang cukup mudah penggunaannya yang hingga kini masih
dipergunakan adalah Metoda Perkiraan Kebutuhan. Pada model ini, digunakan
standar-standar yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan sarana
dan prasarana yang memiliki implikasi terhadap kebutuhan ruang. Beberapa
standar yang digunakan antara lain mengacu pada pedoman standar lingkungan
permukiman kota, pedoman standar pembangunan perumahan sederhana,
peraturan geometris jalan raya dan jembatan dan lain-lain.
2. Model Analisis Kapasitas (Capacity/C)
Kapasitas jalan adalah arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap)
pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya: rencana geometrik,
lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya). Satuan yang digunakan
biasanya dinyatakan dalam kend/jam atau smp/jam. Kapasitas harian sebaiknya
tidak digunakan sebagai ukuran, karena akan bervariasi sesuai dengan faktor k.
Rumus perhitungannya, sebagai berikut:
C = CO x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam)
Dimana,
C = kapasitas (smp/jam)
CO = kapasitas dasar (smp/jam)
FGCW = faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCSP = faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
3. Model Analisis Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation/DS)
Derajat kejenuhan adalah perbandingan dari arus lalu lintas terhadap kapasitas
jalan.
DS = Q / C
Dimana,
Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,
digunakan faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan. Nilai DS
Analisa Komparatif
KebutuhanFasilitas PelayananUtilitas
FasilitasPerumahan JaringanListrik
FasilitasPerdagangan
dan Jasa
FasilitasOlahraga
dan Rekreasi
FasilitasUmum
JumlahPenduduk
tahun proyeksi
StandarDirektoratJe AnalisaPenduduk
nderalCiptaKarya Dengan Metode
Target
P A P A .... Pn An PA i i
P 1 1 2 2 i 1
A1 A2 .... An n
A
i 1
i
Dimana :
P1, P2, ..., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penaka hujan 1, 2,
..., n. A1, A2, ..., An, adalah luas areal poligon 1, 2, ..., n.nadalah
banyaknya pos penakar hujan.
Keterangan :
Q = Debit aliran air limpasan (m3/detik)
C = Koefisen Run off (berdasarkan standart baku)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
ACA = Luas daerah pengaliran (ha)
b. Debit Air Buangan Rumah Tangga (QRumah Tangga)
Debit air buangan rumah tangga (QRumah Tangga) secara umum dapat
didefinisikan sebagai volume air per satuan waktu yang merupakan buangan
limbah rumah tangga dan dialirkan melalui saluran drainase. Debit air buangan
rumah tangga berasal dari air buangan hasil aktivitas penduduk yang berasal
dari lingkungan rumah tangga, atau industri. Untuk mencari debit air buangan
rumah tangga harus dicari terlebih dahulu :
H
S
L
Keterangan :
S = Kemiringan dasar saluran
H = Tinggi
L = Panjang
Dari hasil pengukuran kemiringan dikonversikan menjadi kecepatan melalui
Tabeldi bawah ini :
Tabel 5.5. Perkiraan Kecepatan Rata-Rata Aliran Berdasarkan Kemiringan Rata-Rata
Dasar Saluran
Kemiringan rata-rata dasar
Kecepatan aliran rata-rata
saluran
(m/dtk)
(%)
0 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6- 10 1,5
10 – 15 2,4
Dengan :
Q = Debit air (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
Abasah = luas penampang basah saluran (m2)
Total Debit Air
Qtotal = Qlimpasan + Qrumah
tangga
Dari perbandingan antara debit air maksimum saluran dengan debit air
maksimum maka akan dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut :
Qsaluran> Qtotal :saluran yang ada mampu menampung debit air.
Qsaluran < Qtotal :saluran yang ada tidak mampu menampung debit
air.
3. Jaringan telpon
Dalam pengembangan jaringan telepon perlu memperhatikan hal berikut:
a. Pelayanan telepon diprioritaskan pada kawasan komersial, industri, fasilitas
umum dan rumah tangga.
b. Pada pusat lingkungan, pusat pelayanan umum, kawasan perkantoran,
pendidikan, kesehatan, terminal dan sekitar kawasan permukiman diusahakan
harus terdapat fasilitas telepon umum.
c. Pada kawasan yang cukup strategis, maka pengembangan wartel (untuk
telepon lokal, interlokal, internasional dan telegram) diperlukan untuk
menunjang kemudahan dalam melakukan komunikasi jarak jauh.
d. Fasilitas STO dikembangkan pada setiap pusat BWK.
e. Model Untuk Menghitung Tingkat Pelayanan Fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis fasilitas di dalam
melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki
tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki
kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk
mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota, dihitung tingkat pelayanannya
dengan rumus :
aij / bj
T .Pij x100%
Cis
dimana:
T.Pij =Tingkat pelayanan fasilitas i di kota j.
Aij =Jumlah fasilitas i di kota j.
Bj =Jumlah penduduk di kota j.
Cis =Jumlah fasilitas i per satuan penduduk menurut standard kota yang
dipergunakan.
Dengan cara perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas
kecuali untuk fasilitas peribadatan. Khusus untuk menghitung tingkat pelayanan
fasilitas peribadatan, jumlah penduduk kota j (bj) diganti oleh jumlah penduduk
menurut agama di kota tersebut.
4. Jaringan Sanitasi dan Persampahan
Sanitasi merupakan bagian dari sistem pembuangan air limbah yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya kontak langsung antara manusia dan limbah yang
dihasilkan, sehingga dapat terhindar dari penyakit berbahaya.
a. Pengertian Sanitasi
Persampahan adalah bagian dari sanitasi lingkungan karena merupakan sisa
limbah padat yang keluar dari rumah tangga permukiman. Sanitasi merupakan
suatu sistem cara untuk pembuangan air limbah yang bertujuan agar tidak
terjadi kontak antara manusia dengan limbah berbahaya yang dihasilkan.
Sistem sanitasi berkaitan dengan sistem pembuangan air limbah, penyediaan
air bersih, penyediaan WC dan lain sebagainya. Selain berasal dari rumah
tangga limbah yang dihasilkan juga berasal dari sisa-sisa pada proses industri,
pertanian, peternakan, dan rumah sakit (sektor kesehatan). Sanitasi
merupakan cara untuk mencegah kontak antara manusia dengan bahaya
bahan buangan untuk mempromosikan.
b. Air limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
Instalasi
Pengolahan
Air Limbah
Gambar 5.15.Model Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan limbah tinja ini disalurkan melalui sewer (saluran
pengumpul air limbah) dan kemudian masuk ke instalasi pengolahan
terpusat.
2) Sistem sanitasi setempat (on site sanitation)
Proses pembuangan dan pengolahan air limbah dilakukan secara
bersamaan di tempat yang biasanya menggunakan cubluk atau septic
tank. Bila pada suatu waktu cubluk atau septic tank tersebut sudah penuh
dengan lumpur tinja, maka harus disedot dan diangkut dengan truk tinja ke
Instalasi pengolahan air limbah ini ialah sistem dimana penghasil limbah
mengolah air limbahnya secara individu, misalnya dengan menggunakan
tangki septik.
5. Sampah
Pengertian sampah sendiri menurut Undang-undang RI nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Standar
Nasional Indonesia nomor 13 tahun 1990 mengenai pengertian sampah
menyebutkan bahwa sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan
organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi dari kerusakan dan
pengertian lain dari sampah menurut sumber lain sampah adalah salah satu
masalah lingkungan yang menyebabkan tidak terjadi keseimbangan, yang
umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain bekas,
karet, tanah. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan
mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan
menimbulkan pengotoran udara, apalagi bila yang terbakar itu bahan-bahan
sintesis seperti karet, yang jenisnya telah banyak muncul akibat perkembangan
peradaban.
Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan sama halnya dengan
sistem pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang dihasilkan.
Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan samahalnya dengan
sistem pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang
dihasilkan.Sistem utilitas sampah menggunakan analisa yang terdiri dari:
Analisa kapasitas/jumlah sampah;
Cara pembuangan sampah;
Analisa pendistribusian;
Analisa penempatan TPS/transfer depo; dan
Analisa penempatan TPA.
Perkiraan jumlah produksi sampah dapat digunakan asumsi sebagai berikut:
Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 It/hari;
Perdagangan untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah
sebanyak 25% dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk
perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari sampah rumah tangga;
Jalan menghasilkan sampah sebanyak 10% dari sampah rumah tangga;
Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga; dan
Untuk kebutuhan 1 TPS diasumsikan dapat menampung 10 m3, untuk
gerobak dengan 1 rit dapat menampung 1 m3 dan truk 1 rit dapat
menampung 6 m3. Sistem utilitas sampah menggunakan analisa yang
terdiri dari; (1) analisa kapasitas/jumlah sampah, (2) cara pembuangan
sampah, (3) analisa pendistribusian, (4) analisa penempatan TPS/transfer
depo dan (5) analisa penempatan TPA.
Adapun teknik perhitungan sampah adalah sebagai berikut :
a. Potensi sampah (Qk)
Untuk perhitungan potensi volume sampah yang dihasilkan penduduk
digunakan pendekatan dengan menggunakan rumus:
Qk = q x p
Dimana:
Qk = potensi volume sampah yang dihasilkan
q = koefisien kuantitas sampah (liter/orang/hari)
q = 1,686 lt/orang/hari, untuk ekonomi rendah
q = 1,803 lt/orang/hari, untuk ekonomi sedang
q = 1,873 lt/orang/hari, untuk ekonomi tinggi
p = jumlah penduduk
b. Volume Sampah yang masuk TPA melalui TPS perhari (QTPA)
QTPA = Kp x Qk (l/h) + sampah jalan (5%) + sampah pasar (10%)
Dimana:
Kp= faktor kompaksi (0,7-0,8)
c. Volume Sampah yang masuk TPA melalui TPS tahun ke-n
Qn = 365 x n x QTPA
d. Volume Sampah terpadatkan (Vp)
Vp = Km x Qn
Dimana:
Km = koefisien pemadatan (0,5)
e. Volume Tanah Penutup (Vtp)
Vtp = 70% x Vp
f. Beban TPA (VTPA)
VTPA = Vp + Vtp (m3)
Tabel 5.7. Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budidaya Dan Kawasan Lindung
Kualitas/Karakteristik Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Lahan (Salah Satu Sifat Atau Lebih)
Iklim (Schmidt dan
A, B, C, D, E, F G, H
Ferguson, 1951)
Ketinggian (m dpl) < 2000 > 2000
Bentuk wilayah Datar – Berbukit Bergunung
Kelerangan (%) < 40 > 40
Singkapan Batuan (%) < 50 > 50
Bahaya Banjir - > 1 x /th
Bahaya longsor/erosi Stabil Labil
Sphagnofibrist, Tropofibrist,
Tropofolist, Halaquepts, Natrabolls,
Jenis Tanah (Soil
Lainnya Natraquoll, Lithic,Natrustolls,
Taxonomy, 1994)
Natraqualfs, Natustalfs, Hyrdaquents,
Psamments
Sumber: Diolah dari Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan
kriteria dan pola pengelolaan kawasan budidaya (BAPPENAS, 1995), FAO (1976) tentang
Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993)
Dari Analisis dan Kriteria tersebut di atas, maka dapat dibangun model persyaratan
penggunaan lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui
metoda pohon keputusan. Pohon keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan
penggunaan lahan dengan masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya,
dimana satu sama lain (karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi
lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan, sehingga hasil akhir
pemanfaatan lahan dapat tertuang dalam rencana secara lebih akurat dan terukur.
Penilaian kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan) secara umum ditentukan
berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximumlimiting factors, FAO,
1976). Evaluasi dilakukan pada satuan lahan sesuai dengan ketersediaan data.
Masing-masing satuan lahan di wilayah studi terdiri dari campuran dua jenis tanah
atau lebih. Batasan antara dua jenis tanah atau lebih ini tidak dapat didelineasi
pada peta yang digunakan, sehingga perlu dilakukan kajian survei pemetaan tanah
lebih lanjut pada tingkat kedetilan yang lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang
dipertimbangkan berdasarkan pengelompokkan jenis komoditas yang mempunyai
kemiripan (similar land use requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia
yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-
masing kelas:
a. Sesuai (S), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan pembatas
ringan dan dapat diusahakan secara berkelangsungan tanpa menimbulkan
kerusakan sumberdaya lahan;
b. Sesuai bersyarat (CS), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas cukup berat, tetapi masih dapat diusahakan secara
berkelangsungan dengan masukan tinggi;
c. Tidak sesuai (N), bila lahan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas berat dan tidak ada teknologi untuk mengatasinya, sehingga kalau
diusahan berpotensi besar mengalami kegagalan.
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai
berikut:
Hidrologi (h);
Tipe Iklim (i);
Elevasi (k);
Media perakaran (r);
Terrain (s);
Temperatur Udara (t);
Ketersediaan air (w);
Toksisitas (x).
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-karakteristik penciri
masing-masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam
pengembangan jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan.
PROSES
OVERLAY
KRITERIA
KESESUAIAN LAHAN
SWOT merupakan sebuah metode yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).,
Langkah pertama yang dilakukan dalam menggunakan analisis SWOT adalah
menelaah lingkup studi yang akan dianalisis. Dengan kata lain harus diketahui tujuan
dari studi tersebut, apakah bertujuan untuk mendapatkan profit, untuk meningkatkan
produksi dan penjualan atau suatu organisasi didirikan dengan tujuan sebagai
pelayanan publik. Dari pengetahuan tujuan dapat ditentukan dua faktor yang harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dua faktor tersebut adalah:
1. Faktor internal:
Faktor-faktor yang menentukan kinerja suatu organisasi/lembaga/perusahaan yang
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan. Faktor internal ini dapat
mengidentifikasikan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
2. Faktor eksternal:
Faktor-faktor yang diluar kendali perusahaan tapi sangat mempengaruhi kinerja
suatu perusahaan. Faktor eksternal dapat mengidentifiaksi peluang (opportunities)
dan ancaman (threats).
Dalam penyusunan perencanaan strategis dengan menggunakan analisis
SWOT dilakukan beberapa langkah:
1. Langkah I
a. Faktor internal:
Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh positif disebut sebagai
kekuatan.Kekuatan (Strengthness) yang dimiliki kawasan, yang dapat
memacu dan mendukung perkembangan kawasan, misalnya
kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis
dan lain-lain;
Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh negatif disebut sebagai
kelemahan.
Kelemahan (Weakness) yang ada, yang dapat menghambat
pengembangan kawasan, baik hambatan fisik kawasan maupun non fisik,
misalnya kemampuan sumberdaya manusia, instansi dan pendanaan
pembangunan. Dengan mengetahui kelemahan ini dapat ditentukan upaya
penanggulangan untuk mengatasi kelemahan tersebut;
b. Faktor eksternal:
Identifiaksi faktor-faktor yang menjadi peluang, yakni faktor yang memberi
pengaruh positif.
Peluang (Opportunities) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan
kawasan, misalnya ruang terbuka yang masih luas untuk pengembangan
kawasan, minat swasta yang besar untuk membangun karena lokasi dinilai
strategis.
Identifikasi faktor-faktor yang menjadi ancaman, yakni faktor yang memberi
pengaruh negatif.
Ancaman (Threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat
dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru yang
dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.
2. Langkah II
Setelah semua informasi terkumpul yang berpengaruh terhadap kelangsungan
studi, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut ke dalam
model matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Dengan demikian diharapkan dalam menganalisis kawasan perencanaan akan
diketahui dengan tepat masalah dan akar permasalahan yang ada, potensi dan
kekuatan yang dapat diberdayakan untuk pembangunan. Di samping itu dapat pula
ditentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta membuat metode
pemecahan masalah dan pencapaian tujuan dan sasaran.
Prosedur SWOT adalah sebagai berikut ini, yaitu:
a. Tentukan variabel-variabel yang mempengaruhi, misalnya aspek
kebijaksanaan dan arahan pada penyelanggaraan prasarana dan sarana
b. Pilah-pilah varibel tersebut ke dalam empat kelompok, yaitu kelompok
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Pada proses ini sangat
dibutuhkan kejelian pengguna dalam mengklasifikasikan variabel tersebut
untuk disesuaikan dengan goals karena sebuah variabel dapat menjadi
ancaman sekaligus sebagai peluang, tergantung dari cara pandang dan
tujuannya.
c. Setiap variabel yang dimasukkan sebagai Kekuatan diberikan label S1, S2, S3,
… dan seterusnya. Demikian juga dengan Kelemahan (label W), Peluang
(label O) dan Ancaman (label T)
d. Kemudian pengguna mencoba mengkombinasikan setiap label, misalnya S1
dengan T1 (kekuatan 1 dengan ancaman 1) dan kemudian secara kualitatif
dianalisis apa dampak dan pengaruhnya terhadap pencapaian. Demikian juga
untuk kombinasi variabel lainnya. Disinilah dibutuhkan kejelian pengguna
untuk mengkombinasikan setiap variabel, mengembangkannya sesuai tujuan
dan merumuskan hasilnya.
Kumpulan kesimpulan tersebut, kemudian dipilah sesuai prioritas dan besarnya
pengaruh, sehingga diperoleh rumusan kesimpulan sebagai masukan pegambilan
keputusan dan kebijakan seperti dalam tabel berikut ini.
sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
pertanian dengan di sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah penduduk kota
dan desa, dan sebagainya.
Keterangan :
BSD : Biaya sumberdaya domestik untuk kegiatan
Uj : Nilai total output dari kegiatan j pada nilai harga pasar (dalam nilai
tukar uang asing, US$)
mj dan : Nilaitotal input yang diimpor baik langsung maupun tidak langsung
rj pada kegiatan j (US$)
fsj : Jumlah faktor produksi (yang diproduksi dalam negeri) ke-s pasa ke
jk.
Vs : Harga bayangan pada faktor produksi yang diproduksi dalam negeri
(Rp)
5. Kesesuaian teknologi.
Terdapat kemungkinan pengembangan suatu komoditas pada kawasan
terencanakan memiliki tingkat prioritas yang tinggi dilihat dari sudut kesesuian fisik
dan ekonomi, tetapi hal ini belum mencerminkan bahwa komoditas tersebut layak
dikembangkan di kawasan tersebut. Oleh karena itu sebelum merekomendasikan
terlebih dahulu diperlukan analisa tingkat kesesuaian teknologi dari pengembangan
komoditas dan/atau kegiatan ekonomi tersebut.
Internal Audit
S t r e n g t h s Weaknesses
Opportunie
Environment
SO WO
External
ST WT
Treat h s
KDB adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung
dengan luas persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase,
dan jenis penggunaan lahan. KDB maksimum dinyatakan dalam satuan
persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDB 60%, maka properti yang
dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari luas lahan.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Minimum dan Maksimum
KLB adalah koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas persil/kavling.
KLB minimum dan maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan
prasarana, dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta
ekonomi, sosial dan pembiayaan.
c. Koefisien Dasar Hijau Minimal
KDH adalah angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang
terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling. KDH minimal digunakan
untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada suatu zona.
KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau
peresapan air dan kapasitas drainase. KDH minimal dinyatakan dinyatakan
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDH 20%.
Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan
ruang, antara lain meliputi:
a. Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum
KTB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KDH minimal. KTB
adalah angka prosentasi luas tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi
dinding terluar bangunan dibawah permukaan tanah terhadap luas perpetakan
atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai RTRW, RDTR dan PZ.
b. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum
KWT adalah perbandingan antara luas wilayah terbangun dengan luas
seluruh wilayah. KWT ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) Tingkat pengisian peresapan air/water recharge;
2) Jenis penggunaan lahan; dan
3) Kebutuhan akan buffer zone.
c. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan bangunan atau unit maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi,
sampah, cahaya matahari, aliran udara, dan ruang antar bangunan), faktor
sosial (ruang terbuka privat, privasi, serta perlindungan dan jarak tempuh
terhadap fasilitas lingkungan), faktor teknis (resiko kebakaran dan
keterbatasan lahan untuk bangunan atau rumah), dan faktor ekonomi (biaya
lahan, ketersediaan, dan ongkos penyediaan pelayanan dasar).
d. Kepadatan Penduduk Maksimal
Untuk menentukan intensitas pemanfaatan ruang pada suatu zona diperlukan
analisis proyeksi penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dan ditetapkan berdasarkan rekomendasi/pendapat teknis
para ahli terkait.
Perumusan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dilakukan berdasarkan
pada:
b. Pengenaan Kompensasi
Bentuk pembangunan infrastruktur ---untuk kepentingan umum
Pengembangan industri pada lahan kosong yang pada lahan tersebut
direncanakan untuk kebun, pembuatan jalan dan balai pertemuan warga;
c. Penalti
Penalti pada dasarnya pengurangan kegiatan yang harus dilaksanakan karena
tidak sesuai dengan rencana tata ruang sampai pada tahap operasional. Salah
satu contoh pinalti adalah suatu kawasan telah ditetapkan untuk untuk
perumahan masyarakat berpendapatan menengah bawah, ternyata sebagian
dikembangkan untuk perumahan atas, maka dapat dilakukan pembatasan
pembangunan sekaligus disertai pengenaan denda.
5. Hak Masyarakat
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
- Mengetahui rencana tata ruang;
- menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
- memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;
6. Kewajiban Masyarakat
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
- menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
Sanksi Pelanggaran
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61, dikenai sanksi administratif, berupa:
- peringatan tertulis;
- penghentian sementara kegiatan;
- penghentian sementara pelayanan umum;
- penutupan lokasi;
- pencabutan izin;
- pembatalan izin;
- pembongkaran bangunan;
- pemulihan fungsi ruang; dan/atau
- denda administratif.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dengan peraturan pemerintah.
1. Ketentuan Pidana
PASAL 69
1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. … kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, ... pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
3. … mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
PASAL 70
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. … mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. … mengakibatkan kerugian harta benda atau kerusakan barang, pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
4. … mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 72
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 73
1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
Pasal 74
1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70,
Pasal 71, dan Pasal 72dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana
penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali
dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal
71, dan Pasal 72.
2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 75
1. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntut
ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
2. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
PENERAPAN SANKSI
Penerapan sanksi pada dasarnya dilakukan atas pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
PENETAPAN BESARAN SANKSI SESUAI DENGAN TINGKAT PELANGGARAN
YANG DILAKUKAN
Variabel :
• Kesesuaian dalam penggunaan lahan (pada skala yang terbaca secara
operasional).
• Penetapan klasifikasi kesesuaian dengan peraturan zonasi yang telah
ditetapkan.
• Kesesuaian dalam penetapan intensitas bangunan (KDB, KLB, TB, KDH)
Potensi bagi pengembangan SSWP Sidoarjo (contoh studi Kasus) antara lain :
1. SSWP Sidoarjo memiliki lahan yang masih luas yang berpotensi untuk
dikembangkan
2. Memiliki potensi pertanian yang cukup banyak
3. Meningkatnya investasi terutama di bidang industri dan perdagangan dan jasa
terutama di Kecamatan Krian
Sedangakan masalah pengembangan yang tedapat pada SSWP Sidoarjo adalah :
1. Adanya peristiwa luapan Lumpur Lapindo tersebut memberikan citra yang buruk
bagi investasi di Kabupaten Sidoarjo terutama properti.
2. Rusaknya sejumlah infrastruktur utama yang menghubungkan Kota Surabaya,
Sidoarjo dengan daerah lain akibat luapan Lumpur Lapindo.
3. Masih terpusatnya pembangunan kabupaten terutama di Sidoarjo bagian pusat,
sehingga kawasan barat belum optimal pemanfaatannya
4. Masih belum optimalnya pemenuhan sarana dan prasarana wilayah terutama di
wilayah pinggiran Kabupaten Sidoarjo.
Sehingga prospek bagi pengembangan SSWP Sidoarjo yang dipengaruhi oleh
struktur wilayah, pola ruang, adanya kawasan strategis, dan kawasan agro pertanian
dan pengembangan pemukiman.
konteks aplikasinya. Walau ada beragam prosedur, metode dan instrumen yang
digunakan dalam KLHS, namun ada beberapa pertanyaan generik yang senantiasa
harus ijawab di setiap jenis atau tipe aplikasi KLHS. Pertanyaan generik tersebut
adalah sebagai berikut (CEAA 2004 dalam Sadler 2005):
1. Apa manfaat (outcomes) langsung dan tidak langsung dari usulan kbijakan,
Rencana atau Program (KRP)?
2. Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat outcomes) KRP
dengan lingkungan hidup?
3. Apa lingkup dan karakter interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan
mengakibatkan timbulnya kerugian atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan
hidup?
4. Dapatkah efek atau pengaruh negatif terhadap lingkungan hidup diatasi atau
dimitigasi?
5. Bila seluruh upaya pengendalian atau mitigasi diintegrasikan ke dalam KRP, lantas
secara umum apakah masih timbul pengaruh atau efek dari rencana KRP tersebut
terhadap lingkungan hidup?
Pada Tabel berikut dipaparkan tiga macam prosedur KLHS yang saat ini
banyak diaplikasikan di dunia sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Tiga
macam prosedur tersebut merupakan opsi yang dapat dipilih sesuai permintaan para
pihak. Apabila para pihak menginginkan pendekatan Terpadu (Integrated Assessment,
kolom 3 Tabel prosedur), maka prosedur yang digunakan berbeda dengan KLHS yang
menggunakan kerangka dasar AMDAL (EIA Mainframe).
Dari tiga prosedur yang telah dibakukan sebagai protokol adalah prosedur
untuk KLHS berbasis AMDAL (EIA Maninframe). Protokol KLHS ini dibakukan oleh
United Nations Economic Commission for Europe (UNECE). Pada dasarnya protokol
ini tidak jauh berbeda dengan prosedur untuk KLHS yang digariskan oleh European
Community melalui SEA Directive (2001/42/EC): Assessment of the Effects of Certain
Plans and Programmes on the Environment.
Mengingat hingga saat ini belum ada kebijakan dan peraturan perundang-
undangan tentang KLHS di Indonesia berikut pedoman untuk prosedur KLHS;
disarankan digunakan prosedur (generik) KLHS yang sudah dibakukan oleh UNECE.
Tidak berarti bahwa semua jenis atau tipe KLHS yang akan diaplikasikan di Indonesia
harus menggunakan prosedur generik ini. Prosedur ini bersifat pilihan sehingga tidak
tertutup kemungkinan beberapa pihak berkeinginan menggunakan prosedur lain . Pada
paragrap berikut selanjutnya dijelaskan secara singkat tentang prosedur generik
dimaksud berikut dengan metode yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk aplikasi
KLHS.
Tabel 5.14. Prosedur KLHS menurut Pendekatan yang Digunakan
KLHS dengan kerangak KLHS sebagai penilaian Kajian Terpadu untuk Penilaian
Dasar AMDAL (UNECE, keberlanjutan lingkungan Keberlanjutan (European Commision,
2003) (CEAA, 2004) 2005)
Penapisan Penapisan awal 1. Identifikasi Masalah
Pelingkupan Analisis efek lingkungan 2. Tetapkan tujuan yang hendak dicapai
Dokumen Lingkungan Lingkup dan karakter efek 3. Kembangkan alternative atau pilihan
Hidup (KLHS potensial KRP untuk mencapai tujuan
Kebutuhan penanggulangan 4. Analisis damapak social, ekonomi,
Partisipasi Masyarakat
efek lingkungan hidup dari KRP
Lingkup dan karakter efek 5. Bandingkan manfaat dan kerugian dari
Konsultasi
residual setiap alternative yang ada
Pengambilan Keputusan Tindak lanjut termasuk 6.Paparkan bagaimana pemantauan dan
KLHS dengan kerangak KLHS sebagai penilaian Kajian Terpadu untuk Penilaian
Dasar AMDAL (UNECE, keberlanjutan lingkungan Keberlanjutan (European Commision,
2003) (CEAA, 2004) 2005)
pemantauan efek evaluasi diimplementasikan
Pemantauan dan Tindak Kepedulian masyarakat dan
Lanjut para pihak
Sumber : Buku pegangan KLHS, 2007
5.3.5.7 Penapisan
Proses penapisan dilakukan karena berkaitan dengan wajib-tidaknya KLHS.
Tanpa Proses Penapisan: berdasarkan pertimbangan strategik, KRP
tertentu otomatis wajib KLHS tanpa melalui proses penapisan (lihat
prosedur di atas).
Melalui Proses Penapisan: suatu KRP ditetapkan wajib KLHS setelah
dilakukan proses penapisan.
Walaupun sampai dengan saat ini belum ada peraturan perundangan tentang
KLHS, proses penapisan atas wajib-tidaknya aplikasi KLHS (diusulkan) menggunakan
metode daftar uji (checklists). Daftar uji dimaksud terdiri atas lima pertanyaan kritis
sebagai beikut:
1. Apakah rancangan KRP berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan
sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan
yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau
2. Apakah rancangan KRP berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir,
longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis
ekologi? dan/atau
3. Apakah rancangan KRP berpotensi menurunkan mutu air dan udara termasuk
ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk
padat? dan/atau
4. Apakah rancangan KRP akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
golongan miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses? dan/atau
5. Apakah rancangan KRP berpotensi mengancam keberlanjutan penghidupan
(livelihood sustainability) suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di
masa mendatang? Bila salah satu jawaban dari lima pertanyaan di atas ”Ya”, maka
KRP bersangkutan tergolong wajib KLHS. Sebagai alat bantu pengambilan
keputusan juga dapat digunakan metode matrik, diagram pohon (tree diagram) dan
metode lain yang serupa. Proses penapisan ini dilakukan kasus demi kasus untuk
setiap usulan atau rancangan KRP.
5.3.5.8 Pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul
berkenaan dengan rencana KRP. Berkat adanya pelingkupan ini pokok bahasan
dokumen KLHS akan lebih difokuskan pada isu-isu atau konsekuensi lingkungan
dimaksud. Untuk mencapai maksud tersebut pelingkupan dilakukan melalui berbagai
metode. Dalam konteks KLHS, metode pelingkupan yang senantiasa harus digunakan
adalah penyelenggaraan seminar-diskusi, atau diskusi grup terfokus (focus grouop
discussions), workshop atau lokakarya yang pesertanya terdiri dari berbagai kalangan
pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota serta tokoh-tokoh yang terkait atau
berkepentingan dengan
KRP yang akan ditelaah. Adapun metode lain yang dapat digunakan dalam
proses pelingkupan antara lain adalah daftar uji (checklists), matrik interaksi, atau
bagan alir dampak lingkungan. Metode-metode ini bersifat sebagai penunjang atas
metode pertemuan dan diskusi yang telah diutarakan.
masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan:
untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup
30% untuk fasilitas umum dan sosial
20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya.
Asumsi 1KK terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m 2. Dapat
diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai
berikut (Permen Pu No 20 Tahun 2007):
Dari perhitungan ini akan didapatkan jumlah penduduk yang dapat ditampung
berdasarkan kemampuan lahan untuk permukiman. Angka 100 m 2 digunakan
dengan asumsi rumah dengan kavling kecil. Sesuai dengan Permen PU No.
20 Tahun 2007, perhitungan daya tampung lahan dilakukan dengan
memperhatikan:
Daya tampung ideal adalah dengan mengambil batasan minimal dari
masing-masing perkiraan di atas
Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan didasarkan pada
asumsi bahwa lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang boleh
ditutup.
5. Analisis Daya Dukung Ketersediaan Air Minum
Dalam mengukur daya dukung sumber daya air dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan air (dilakukan dengan pendekatan perhitungan debit air) dan total
kebutuhan air per orang/hari. Penghitungan dilakukan dengan tahapan:
a. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Air
Perhitungan ketersediaan (Supply) air minum dilakukan dengan menggunakan
input data dari hasil survei primer mengenai debit sumber air dalam satuan
m3/hari pada pihak atau instansi pengelola sumber air.
b. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air
Perhitungan kebutuhan (Demand) air dilakukan dengan menghitung jumlah
kebutuhan pokok minimal air minum tiap orang per hari dan dikalikan dengan
jumlah penduduk, rumus perhitungannya (Permen LH No 17. Tahun 2009):
DA = N x KHLA
Keterangan:
DA = Total kebutuhan air (m3/tahun)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLA = Kebutuhan air untuk hidup layak
Tabel 5.18. Jumlah pengguna MCK dan banyak bilik yang diperlukan
Jumlah Banyak bilik (unit)
Pemakai (jiwa) Mandi Cuci Kakus
10-20 2 1 2
21-40 2 2 2
c. Tangki septik
Penggunaan tangki septik adalah volume 1,6 m x 1,6 m x 0,8 m untuk 1
rumah (berisi 5 jiwa) untuk 3 tahun tanpa pengurasan (SNI-03-2398-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan).
d. Sistem komunal
Kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah bahwa
pada kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem
jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota dengan
kualitas efluen tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah
ditetapkan (Permen PU No. 14 Tahun 2010). Berikut merupakan tabel analisis
daya tampung air limbah dapat dilihat dibawah ini.
Status daya tampung air limbah didasarkan pada carrying capacity ratio
menurut Muta’ali (2012:48) dan Permen LH No 17 Tahun 2009:
Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah < penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan defisit
Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah = penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan sesuai.
Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah > penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan surplus.
8. Daya tampung air limbah berdasarkan sifat tanah
Pengukuran daya tampung air limbah menggunakan pendekatan satuan
kemampuan lahan (SKL) pembuangan limbah berdasarkan RTRW Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011-2031 yang di overlay dengan sifat fisika dan kimiawi tanah
untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan tanah terhadap limbah. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
Siapkan peta skl pembuangan limbah
Siapkan peta tekstur tanah yang berisi sifat fisika dan kimiawi tanah
Siapkan peta tekstur tanah yang berisi sifat fisika dan kimiawi tanah
Overlay peta skl pembuangan limbah dan peta tekstur tanah untuk
mendapatkan peta daya tampung limbah dengan software arcgis 10.5.
Status daya tampung limbah padat berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2007:
Luasan delinasi daya tampung limbah tinggi paling luas, maka status daya
tampung surplus
Luasan delinasi daya tampung limbah sedang paling luas, maka status
daya tampung sesuai
Luasan delinasi daya tampung limbah rendah paling luas, maka status
daya tampung defisit
Untuk mendapatkan status daya tampung air limbah secara keseluruhan, maka
hasil status daya tampung berdasarkan skala pelayanan fasilitas pengelolaan air
limbah dan daya tampung berdasarkan kualitas tanah di skoringkan dan diambil
nilai tengahnya.
9. Analisis Pembobotan/ Skoring
Dalam melakukan skoring/ pembobotan ini digunakan pendekatan indeks dan
skala. Indeks adalah ukuran gabungan untuk mengetahui suatu variable tertentu
(Effendi, 1995). Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada intensitas
pertanyaan-pertanyaan (Effendi, 1995). Agar diperoleh ukuran yang lebih lengkap
dan tepat, maka ukuran suatu variable tidaklah semata-mata didasarkan pada satu
pertanyaan melainkan pada beberapa pertanyaan (Effendi, 1995:105). Sebelum
menentukkan skala terlebih dahulu ditentukan jumlah kelas. Dalam menentukkan
jumlah kelas dapat dilakukan dengan aturan Sturges, yaitu (Usman dan
Akbar,2006):
K = 1 + 3,32 log n
dimana :
K = kelas
n = jumlah data
“n” merupakan banyaknya data. Hasil akhirnya dibulatkan. Untuk menentukkan n,
terlebih dahulu dilihat dari variabel daya dukung lingkungan, yaitu daya dukung
lahan, daya dukung ketersediaan air minum, daya tampung sampah dan daya
tampung air limbah, sehingga
K = 1+ 3,32 log 4
K = 1+ 1,99 = 2,99
K=3
1 0.45-0.52 (blue) 4
2 0.52-0.60 (green) 4
3 0.63-0.69 (red) 4
4 0.76-0.90 (near-IR) 4
bumi ini dapat dibedakan dengan obyek yang lain berdasarkan nilai
spektralnya, sehingga setiap obyek cenderung memberikan pola respon
spektral yang spesifik. Pengenalan pola spektral merupakan salah satu
bentuk pengenalan pola secara otomatik. Konsep peta penggunaan lahan
dapat disiap-kan setelah proses klasifikasi ini berdasarkan klasifikasi
penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.
Pendekatan dalam memproses data citra, khususnya untuk mengekstraksi
kenampakan permukaan bumi adalah melalui head up digitasi dan
klasifikasi yang tidak terbimbing. Pada klasifikasi yang tidak disupervisi
membutuhkan in-put yang minimal dari analis karena citra diproses
dengan operasi numerical dengan mengelompokkan pixel yang mem-
punyai nilai spectral sama yang dipantulkan oleh kenampakan di bumi
melalui multispektral. Analis dengan menggunakan perangkat keras
komputer dan perangkat lunak pengolahan citra memungkinkan untuk
mengidentifikasi klas penutup lahan dengan nilai tengah dan co-variance
matrix.
Apabila data citra sudah di klasifikasi, analis akan meng-ekstrapolasi nilai
klas yang terpilih secara natural kedalam klas penutup lahan yang
diinginkan. Landsat 7 ETM dapat diproses untuk mengektraksi
data/informasi.
4) Penentuan Kelas Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu. Informasi tentang kegiatan manusia pada lahan tidak selalu dapat
ditafsirkan secara langsung dari penutup lahannya. Oleh karena itu
informasi tambahan untuk melengkapi data penutup lahan yang diperoleh
dari kerja lapangan (field check) sangat diperlukan.
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan mengacu pada klasifikasi
Kehutanan dengan modifikasi yaitu:
Hutan pasang surut;
Hutan pantai;
Hutan lahan basah (termasuk rawa);
Hutan lahan kering di bawah 1.000 m;
Hutan sub pegunungan, di atas 1.000 – 2.000 m;
Hutan pegunungan, di atas 2.000 m;
Agroforestry dan hutan tanaman;
Lapangan bekas tebang habis;
Semak belukar;
Alang-alang, kering;
Alang-alang, basah;
Perkebunan;
Pertanian;
Lahan gundul;
Air;
Permukiman, kota.
b. Tahap Pemrosesan Citra (Image Processing)
Pemrosesan citra yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
penggunaan lahan khususnya lahan hutan dan lahan non hutan adalah
mengikuti kaidah standar pengolahan citra satelit. yang menggunakan satu
kriterium yaitu nilai spektral (nilai kecerahan) dengan didukung oleh data
lapangan sehingga dapat menghasilkan peta thematik yang siap pakai.
Dengan asumsi bahwa setiap obyek di muka bumi ini dapat dibedakan dengan
obyek yang lain berdasarkan nilai spektral-nya, sehingga setiap obyek
cenderung memberikan pola respon spektral yang spesifik. Pengenalan pola
spektral merupakan salah-satu bentuk pengenalan pola secara otomatik.
Konsep peta penggunaan lahan dapat disiapkan setelah proses klasifikasi ini
berdasarkan klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.
3. Tahap Cek Lapangan (Field Check)
Cek lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa obyek-obyek yang
meragukan (dari citra satelit) dan untuk membetulkan hasil interpretasi citra satelit
serta untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan. Cek
lapangan ini dilakukan secara global yang mencakup sampel-sampel yang diambil
untuk semua wilayah (pilot project) yang terliput pada citra satelit.
4. Tahap Reklasifikasi
Setelah dilakukan cek lapangan terhadap obyek-obyek sampel (baik untuk obyek
yang meragukan dilihat dari citra satelit maupun untuk obyek-obyek yang telah
mengalami perubahan penggunaan lahan) kemudian dilakukan pemetaan
penggunaan lahan yang baru. Peta penggunaan lahan yang dihasilkan
mencerminkan penggunaan lahan eksisting (yang ada sekarang). Setelah selesai
dilakukan interpretasi penggunaan lahan citra digital Landsat 7 ETM+, kemudian
dilakukan tahap re-interpretasi, maka tahap selanjutnya adalah menyiapkan peta
penggunaan lahan.
5. Metoda Pengolahan Peta
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan teknologi pengolahan data peta, saat
ini GPS (Global Positioning System) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi.
Keunggulan sytem ini dapat dipergunakan hampir dalam segala cuaca, dapat
memberikan data posisi tiga dimensi yang teliti. Untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan dalam hal ini kegiatan Penyusunan RDTR kawasan perencanaan,
beberapa metode pengolahan data peta berbasis GPS sebagai berikut:
a. Posisi dan Sistem Koordinat
Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatifmaupun kualitatif. Secara
kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang
satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, maupun 4D). Perlu dicatat
di sini bahwa koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang
posisi, tapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik seandainya titik yang
bersangkutan bergerak. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi,
perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat. Sistem ini disebut
sistemreferensi koordinat, atau secara singkat sistem koordinat, dan
realisasinya umum dinamakan kerangka referensi koordinat.
b. Metode dalam Menentukan Sistem Referensi Koordinat
Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi
fisis dan geometris, serta standar dan parameter) yang digunakan dalam
pendefinisian koordinat dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Dalam
bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan
koordinat (dua-dimensi atau tigadimensi) yang mengacu pada suatu sistem
koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dengan
menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu:
Lokasi titik nol dari sistem koordinat,
Pixels
Foto udara, scanned image,
Integrasi informasi spasial dan
citra satelit
non-spasial (atribut)
Dunia nyata
Gambar 5.25Pemodelan Dunia Nyata Dalam Data Spasial GIS
dan ingin menguasai pembicaraan, baik yang disebabkan oleh karakter, ketokohan
atau jabatan formalnya di pemerintahan atau lembaga-lembaga lainnya;
6. Metode FGD memerlukan TOR tertulis sebagai panduan pelaksanaan, yang
mencakup latar belakang dan tujuan, waktu dan tempat, para peserta, agenda
pertemuan dan anggaran biaya pelaksanaan.
7. Pelaksanaan FGD dianjurkan melibatkan jumlah peserta yang tidak lebih dari 20
orang atau idealnya 8-12 orang.
Langkah-langkah pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:
1. Fasilitator menyiapkan diri dengan pengetahuan tentang kondisi wilayah, minimal
dari data sekunder atau hasil pengkajian substansial, serta menentukan target
FGD yang hendak dicapai berkaitan dengan sinkronisasi program menurut peserta.
2. Fasilitator menciptakan suasana yang nyaman bagi semua peserta untuk
berdiskusi, bertegur sapa dan berkomunikasi dengan semua peserta.
3. Fasilitator atau moderator meminta kesepakatan dari peserta tentang topik yang
akan dibahas (karena topik termasuk hal yang sensitif).
4. Mederator meminta peserta untuk menceritakan tentang konsep acuan program
pengembangan kabupaten berbasis spasial dan memberikan kesemapatan yang
sama kepada semua peserta. Sebagai moderator, fasilitator mengatur jalannya
diskusi agar peserta tidak saling berebut bicara.
5. Selanjutnya, moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban dari peserta.
6. Moderator memberikan pertanyaan kunci berikutnya dengan berdasarkan pada
jawaban peserta, bagaimana program prioritas berbasiskan spasial menurut
pendapat peserta.
7. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.
8. Pertanyaan kunci selanjutnya, bagiamana kriteria prioritas menurut pendapat
peserta.
9. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.
10. Moderator mengajukan pertanyaan kunci, dimana lokasi yang prioritas menurut
pendapat peserta.
11. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.
6.1 Geografis
Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas 445.404,12 Ha yang secara geografis
terletak pada 4022’ 14,42” - 4042’ 40,8” LU dan 960 15’ 23,6” - 970 22’ 10,76” BT.Batas
administratif Kabupaten Aceh Tengah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, dan
Kabupaten Pidie;
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues;
Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Barat, dan
Kabupaten Nagan Raya;
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, dan
Kabupaten Pidie
Kecamatan, 20 Mukim dan 295 kampung (Sumber : Qanun Kabupaten Aceh Tengah
Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2016 – 2036). Kabupaten Aceh Tengah terletak pada ketinggian 200-2600
meter di atas permukaan laut. Adapun luas wilayah masing - masing kecamatan dapat
diamati pada tabel berikut ini;
Tabel 6.1. Nama, Ibukota, dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah
Jumlah
No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Kecamatan (Km2)
Kelurahan
1 Atu Lintang Merah Mege 11 146,27
2 Lut Tawar Takengon Timur 18 83,10
3 Bies Atang Jungket 12 12,32
4 Silih Nara Angkup 33 75,04
5 Bebesen Kemili 28 28,96
6 Jagong Jeget Jeget ayu 10 188,25
7 Linge Isaq 26 1.766,24
8 Pegasing Simpang Kelaping 31 169,83
9 Celala Berawang Gading 17 125,86
10 Bintang Bintang 24 578,26
11 Kute Panang Ratawali 24 20,95
12 Rusip Antara Pantan tengah 16 599,31
13 Ketol Rejewali 25 611,47
14 Kebayakan Kebayakan 20 48,18
Jumlah 295 4.527,53
Sumber : Kabupaten Aceh Tengah Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Aceh Tengah.
mengisi Danau Laut Tawar. Disebelah selatan mengalir Krueng Peusangan yang
merupakan pelimpahan dari Danau Laut Tawar sekaligus merupakan saluran akhir
kota Takengon. Mengingat letak kota disebelah barat Danau Laut Tawar dan memiliki
outlet drainase ke sungai Peusangan dengan aliran air dari timur ke barat melalui
sebelah selatan kota Takengon, maka hampir seluruh aliran drainase membuang
langsung ke Danau Laut Tawar. Dengan demikian kota Takengon memiliki bentuk
permukaan tanah dari tempat tertinggi di sisi timur yang elevasinya sekitar 1.200 meter
di atas muka air laut, dan menurun dengan ketinggian sampai 1.170 meter di sekeliling
Danau Laut Tawar, dengan demikian elevasi tanah yang rendah terdapat disebelah
selatan kota di tepi sungai Peusangan.
6.3.2 Hidrologi
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat
dikelompokkan atas 2 pola utama, yaitu:
Sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Hindia atau ke arah barat;
Sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur.
Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu wilayah sungai
berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. DAS yang terdapat di
Kabupaten Aceh Tengah, meliputi: Krueng Peusangan, Krueng Woyla, Krueng
Jambo Aye, Krueng Meureubo, Krueng Tripa, Krueng Tamiang, Krueng Seunagan.
2. Sungai
Air sungai merupakan air yang digunakan penduduk untuk pertanian dan
perkebunan dan juga untuk kebutuhan sehari-hari lainnya. Selain itu, sungai
Peusangan saat ini juga dimanfaatkan untuk Pembangunan Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Dusun Singkiren Kampung Semelit Mutiara Kecamatan Silih Nara
dengan kapasitas 88,90 MW. Selain itu, Sungai Peusangan dan anak-anak sungai
Woyla juga dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
yaitu :
Kampung Bergang dan Karang Ampar Kecamatan ketol dengan Kapasitas
45 kw;
Kampung Berawang Dewal dan Kampung Merah Said Kec. Jagong Jeget
dengan kapasitas 200 kva;
Kampung Tanjung dan Kampung Kuala Rawa Kecamatan Rusip Antara
dengan kapasitas 150 kw;
Kampung Tanoh Depet dan Depet Indah Kecamatan Celala dengan
kapasitas 45 kw.
3. Danau
Danau Lut Tawar terletak di Takengon Kabupaten Aceh Tengah povinsi Aceh.
Daerah tangkapan Danau Lut Tawar masuk kedalam wilayah Kecamatan Lut
Tawar, Kebayakan, Bebesen dan Bintang. Aliran air permukaan atau sungai yang
menuju ke Danau Lut Tawar berjumlah 25 buah yang berasal dari 18 daerah
hulu/kawasan tangkap dengan debit air.
4. Cekungan Air Tanah
Aspek hidrogeologi mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh
Tengah mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009. Pada halaman lembar
Aceh, dapat diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah
Aceh Tengah, yaitu: CAT Lampahan dengan luasan 26.370 Ha dan Telege dengan
luasan 16.410 Ha dengan karakteristik jumlah imbuhan air tanah bebas: 375 juta
m3/tahun dan Jumlah Air Tertekan: 72 juta m3/tahun.
6.3.3 Klimatologi
Kabupaten Aceh Tengah beriklim tropis, tergolong ke dalam tipe iklim B
menurut Schimidt Ferguson. Musim kemarau biasanya terjadipada bulan Januari
sampai dengan Juli, dan musim hujan berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan
Desember.Curah hujan berkisar antara 1.082 sampai dengan 2.409 Milimeter per
tahun dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai dengan 160 hari per tahun.
Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 316,5 mm,
terendah pada umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm. Berikut merupakan
data curah hujan yang terjadi pada 5 tahun terakhir.
Aceh Tengah merupakan daerah sejuk dengan suhu sekitar 20,10 0C.Bulan
April dan Meimerupakan bulan terpanas dengan suhu mencapai 26,60C, dan bulan
September adalah bulan dengan udara dingin dengan suhu yaitu 19,70 0C.Keadaan
udara tidak terlalu lembab dengan rata-rata kelembaban udara 80,08%, kelembaban
udara terbasah 86,28% dan terkering 74,25%. Kecepatan angin tercepat 2,53m/det
dan terlambat 0,95m/det.
6.4 Demografi
Penduduk Kabupaten Aceh Tengah pada Tahun 2011 tercatat 179.545 jiwa
(BPS Tahun 2011). Persebaran penduduk sebagaian besar terkonsentrasi di daerah
perkotaan yang umumnya memiliki fasilitas sarana dan prasarana infrastruktur yang
lebih baik. Konsentrasi penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bebesen,
Kecamatan Silih Nara, Kecamatan Lut Tawar dan Kecamatan Pegasing.Sebagaian
besar penduduk Kabupaten Aceh Tengah merupakan mayoritas Suku Gayo, kemudian
diikuti oleh Suku Jawa, Aceh, Minang, Batak dan Tionghoa.
Tabel 6.2.Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten
Aceh Tengah, 2017
No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis
Laki-laki Perempuan Penduduk Kelamin
1 Linge 5199 4933 10263 102,67
2 Atu Lintang 3485 3222 6794 105,32
3 Jagong Jeget 5349 4943 10424 105,40
4 Bintang 4960 4773 9809 102,29
5 Lut Tawar 10516 10355 21145 98,94
6 Kebayakan 8151 8164 16530 97,28
7 Pegasing 10261 9763 20119 104,09
8 Bies 3575 3694 7304 95,87
9 Bebesen 20046 19889 40509 97,96
10 Kute Panang 4031 3698 7766 107,93
11 Silih Nara 11996 11677 23905 100,73
12 Ketol 6726 6275 13108 105,39
13 Celala 4870 4613 9528 104,55
14 Rusip Antara 3717 3298 7069 110,89
Jumlah 102882 101391 204273 101,47
Sumber : Kabupaten Aceh Tengah Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Aceh Tengah.
Tabel 7.1. Jadwal dan Waktu Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
BULAN KE -
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tahap Persiapan
Pembentukan tim konsultan
Pemahaman terhadap KAK
Penyempurnaan metodologi
Diskusi dengan Tim Supervisi
Penyusunan Laporan Mutu Kontrak
Penyusunan Laporan Pendahuluan
Persiapan pelaksanaan survei
Laporan Bulanan
2 Tahap Pelaksanaan Survey
Kompilasi data dan informasi awal terkait peninjauan
Koordinasi dan penyemaan persepsi dengan seluruh
pemda terkait penentuan deliniasi wilayah perkotaan
dan penyepakatan instrument pengendali ruang
Pemutahiran data dan pengumpulan data sekunder
dengan sektor terkait program prioritas nasional
Survey Lapangan
Laporan Bulanan
3 Tahap Analisis Laporan Antara
Konsultasi pemerintah pusat
Pengolahan hasil Survey primer dan sekunder
Identifikasi dan analisis klasifikasi zona
Identifikasi dan analisis daftar kegiatan
Identifikasi dan analisis intensitas pemanfaatan ruang
Identifikasi dan analisis pengaturan sarana dan
prasarana
Analisis matriks Zoning Regulation berdasarkan
pemanfaatan ruang dan fungsi kegiatan
Diskusi dan seminar Laporan Antara
Laporan Bulanan
4 Tahap Perumusan Laporan Draft Akhir
FGD dan konsultasi pemerintah pusat
Penyusunan Konsep Peraturan Zonasi
Penyerahan Konsep Peraturan Zonasi dan Album Peta
Diskusi/Seminar Laporan Draft Akhir
Revisi Laporan Draft Akhir
Penyerahan Laporan Akhir
5 Penyerahan Dokumen Prosiding
BULAN KE -
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
6 Tahap Pelaporan
Rencana Mutu Kontrak
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Draft Akhir
Laporan Akhir
Dokumen Prosiding
Laporan Bulanan
Bulan Ke- 2
TAHAP PELAKSANAAN
Survey Lapangan
Tahapan pelaksanaan dilakukan pada bulan kedua, dimana pada tahapan ini akan
mulai dilakukan pengumpulan data melalui konsinyasi, workshop, dan koordinasi.
Konsinyasi dilakukan untuk mengkompilasi data dan informasi terkait peninjauan.
Sedangkan Workshop dan koordinasi dilakukan untuk mengkoordinasikan dan
menyamakan persepsi tentang penyusunan PZ serta untuk pemutahiran data. Hasil
dari kegiatan survey ini akan dijadikan sebagai pegangan survey dan bahan untuk
tahapan selanjutnya, yaitu tahap analisis
TAHAP ANALISIS
Tahapan berikutnya adalah tahapan
analisis yang dilakukan pada bulan ketiga
hingga kelima. Pada tahapan ini
Perbaikan laporan
dilakukan analisis dengan
dari hasil expose mengidentifikasi potensi dan
dan penyerahan
laporan Antara
permasalahan yang terdapat di kawasan
strategis nasional yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk merumuskan
pengendalian pemanfaatan di wilayah
perkotaan Takengon yang dijelaskan
Dilakukan identifikasi dan dengan materi wajib dan materi pilihan.
analisis yang berkaitan Pada tahapan ini juga akan dilakukan
dengan penyusunan
RDTR dan PZ
FGD yang diselenggarakan di lokasi studi
untuk menggali informasi dari semua
stakeholder. Pada tahapan ini akan
Hasil Kajian RDTRK disusun laporan antara sebagai hasil dari
dan PZ kegiatan analisis.
LAPORAN AKHIR
Bulan Ke 6-8
Tahapan terakhir adalah tahap laporan akhir kajian materi teknis dan
pemyususnan buku ekslusif perundang undangan yang dilakukan pada bulan keenam
hingga kedelapan. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perumusan Laporan Draft
Akhir berdasarkan tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan terakhir ini akan
dituangkan dalam laporan akhir.
Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
sebagai ketua tim pada
pekerjaan-pekerjaan bidang
penataan ruang, perencanaan
masterplan, dan
berpengalaman menyusun
RDTR dan PZ kabupaten/kota
atau rencana rinci, sekurang-
kurangnya 5 tahun atau 60
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Arsitekur yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
tersebut dengan pengalaman
profesional di bidang rancang
kota sekurang- kurangnya 5
tahun atau 60 bulan kalender,
2 Ahli Arsitektur / Perancang Kota atau berpendidikan magister 1 8
teknik Arsitektur yang
dibuktikan dengan ijasah S2 di
bidang tersebut, dengan
pengalaman profesional pada
pekerjaan- pekerjaan bidang
perancangan kota, sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Geografi/Geodesi yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di
bidang tersebut, dengan
pengalaman profesional di
bidang pengukuran tanah,
3 Ahli Geografi / Geodesi 1 8
melakukan GCP, ICP dan
pengolahan data spasial dalam
hal penyusunan RDTR dan PZ
provinsi/kabupaten/kota atau
rencana rinci sekurang-
kurangnya 3 Tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Geologi yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
tersebut, dengan pengalaman
4 Ahli Geologi / Kebencanaan 1 6
profesional di bidang geologi
tata lingkungan dan
kebencanaan sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
hukum atau sarjana administrasi
5 Ahli Hukum/Kelembagaan negara yang dibuktikan dengan 1 4
ijasah S1 di bidang tersebut
dengan pengalaman profesional
di bidang Kelembagaan / Hukum
Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik lingkungan yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di
bidang tersebut, dengan
6 Ahli Teknik Lingkungan pengalaman profesional di 1 7
bidang teknik lingkungan dan
menyusun Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
sekurang- kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Sipil yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
Ahli Teknik Sipil tersebut, dengan pengalaman
7 1 6
(Infrastuktur/prasarana/transportasi) profesional di bidang
perencanaan infrastruktur,
prasarana dan transportasi
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya
sarjanaEkonomi Wilayah yang
dibuktikan dengan ijasah S1,
8 Ahli Ekonomi Wilayah dengan pengalaman profesional 1 6
di bidang analisis
pengembangan ekonomi
wilayah sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Desain Komunikasi Visual
yang dibuktikan dengan
ijasah S1 dengan pengalaman
profesional sebagai tenaga
9 Ahli Visual Animator 1 1
ahli Desain Grafis perencanaan
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender dan
mampu membuat aplikasi 3D
interface untuk simulasi
kawasan perkotaan
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Perencanaan Wilayah Kota
Asisten Ahli Perencanaan Wilayah yangdibuktikan dengan ijasah
10 1 8
dan Kota S1 dengan pengalaman sebagai
Asisten perencanaan wilayah
dan kota sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender
TENAGA PENDUKUNG
sarjana muda (D-3)/ SMA
sederajat.
11 Sekretaris 1 8
mampu mengoperasikan
komputer untuk
Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
dapatmenunjang kegiatan.
sarjana muda (D-3)/ SMA
sederajat.
12 OperatorKomputer mampu mengoperasikan 1 8
komputer untuk
dapatmenunjang kegiatan.
TOTAL 10 62
Setelah diketahui kebutuhan tenaga ahli dalam kegiatan ini, maka dapat
dijabarkan pula tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga ahli dan tenaga
pendukungnya, sebagaimana terlihat dalam Tabel 9.2 dibawah ini;
Tabel 9.2.
Tanggung Jawab Tenaga Ahli
Kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah
TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
TEAM LEADER
Team Leader bertugas menjabarkan
ruang lingkup kegiatan ke dalam
langkah-langkah operasional sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai, mengkoordinir dan
memberi petunjuk kepada tenaga ahli
dan tenaga penunjang yang ada di
lingkungan kerjanya, serta
bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pelaksanaan semua
proses yang dilakukan selama
pekerjaan berlangsung.
Team Leader bertanggung jawab
dalam:
Memimpin dan
mengkoordinasikan tim
pelaksana pekerjaan.
Ir. Deden Menjabarkan dan mendefinisikan
Ahli Perencanaan Wilayah (Team
1 Syarifudin, ruang lingkup kegiatan dan
Leader)
MSP materi yang akan di kerjakan
dalam pekerjaan.
Merumuskan rencana dan
program kerja rinci pelaksanaan
pekerjaan serta
mendistribusikannya kepada
tenaga ahli dan Assisten tenaga
ahli sesuai dengan bidang
keahliannya.
Melakukan pemantauan
terhadap semua pelaksanaan
pekerjaan baik di studio maupun
di lapangan sehingga kemajuan
pekerjaan sesuai dengan jadual
yang ditetapkan.
Memimpin tim pelaksana dalam
setiap diskusi baik internal
maupun dengan pemerintah
TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
daerah setempat.
Melakukan tinjauan lapangan
dan pengumpulan data.
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli dan
asisten tenaga ahli serta
melakukan pengendalian mutu
pekerjaan.
TENAGA AHLI
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
Ir. Ignasius keahliannya dalam bidang
2 Ahli Arsitektur / Perancang Kota
Haryadi Arsitektur
Melakukan analisis dalam bidang
arsitektur
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang Arsitektur
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang
Ir. Irvan Geografi/geodesi.
3 Ahli Geografi / Geodesi
Sunandar
Melakukan analisis dalam bidang
Geografi/geodesi.
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain.
Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang
Geografi/geodesi.
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Ir. Yanto pekerjaan sesuai dengan
4 Ahli Geologi / Kebencanaan
Sudiyanto keahliannya dalam bidang
Geologi/Kebencanaan.
Melakukan analisis dalam bidang
Geologi.
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
Merumuskan kesimpulan dan
TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang Geologi.
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Aji Widodo,
5 Ahli Hukum/Kelembagaan pekerjaan sesuai dengan
SH,MH
keahliannya dalam bidang
Hukum
Melakukan analisis dalam bidang
Hukum
Menyusunrencana peraturan
daerah
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang
6 Ir. Abuzar Ahli Teknik Lingkungan lingkungan
Melakukan analisis dalam bidang
lingkungan
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain.
Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang
lingkungan
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang teknik
Ir. Niwan Ahli Teknik Sipil
7 sipil (infrastruktur / prasarana /
Garniwan (Infrastuktur/prasarana/transportasi)
transportasi)
Melakukan analisis dalam bidang
teknik sipil
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang teknik sipil
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Drs.
8 Ahli Ekonomi Wilayah Membantu Team Leader dan
Djarwadi, MT
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
keahliannya dalam bidang
ekonomi wilayah
Melakukan analisis dalam bidang
ekonomi wilayah
Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang ekonomi
wilayah
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
Drs.
tim lainnya dalam pelaksanaan
9 Rujiyanto, Ahli Visual Animator
pekerjaan sesuai dengan
MSn
keahliannya dalam bidang Visual
Animator
Membuat visualisasi RDTRK dan
PZ dalam bentuk video yang
atraktif
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Bondan pekerjaan sesuai dengan
Angga Asisten Ahli Perencanaan Wilayah keahliannya dalam survey dan
10
Pamungkas, dan Kota pengumpulan data
ST Membantu Team Leader
merumuskan kegiatan survey
lapangan yagn efektif dan efisien
Survey lapangan dan
pengumpulan data baik primer
maupun sekunder yang di
butuhkan untuk analisis.
TENAGA PENDUKUNG
Membantu dalam tugas administrasi
11 Sekretaris
dan tata kelola pekerjaan
Membantu input data dan tugas
12 Operator Komputer teknis di lapangan seperti notulensi
dan risalah rapat
4. Laporan Antara
Laporan Antara berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ruang
lingkup kegiatan dan metodologi sampai dengan bulan ke 3 (tiga) setelah SPMK.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 4 (empat) bulan setelah SPMK.
5. Laporan Prosiding
Laporan ini merupakan kompilasi seluruh hasil pelaksanaan kegiatan, laporan ini
berisikan risalah rapat, kesepakatan/hasil rapat, tindak lanjut serta dokumentasi
dari kegiatan yang dilakukan. Laporan ini akan diserahkan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah kegiatan pertemuan diselenggarakan sebanyak 5 (lima)
eksemplar.
6. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan ruang lingkup kegiatan dan metodelogi sampai dengan bulan ke 7 (tujuh)
setelah SPMK.Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 7 (tujuh) bulan
setelah SPMK.
7. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan hasil pelaksanaan kegiatan tahap akhir dengan muatan
substansi sebagaimana yang telah disebutkan pada ruang lingkup kegiatan.
Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, diserahkan 8 (delapan) bulan
setelah SPMK dalam bentuk hardcopy dan softcopy CD sebanyak 5 (lima)
keping. Laporan Akhir ini harus dilampiri dengan:
a. Citra satelit resolusi tinggi (data sekunder).
b. Buku Fakta dan Analisis sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
c. Buku Materi Teknis RDTR dan peraturan zonasi sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar yang sudah dilengkapi berita acara.
d. Buku Draft Raperda RDTR DAN PZ sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
e. Buku KLHS RDTR, masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
f. Ringkasan Eksekutif.
g. Album peta pada format dan ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
disertai dengan Hardisk Eksternal.
h. Album peta skala 1:5000 pada format dan ukuran A1 sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar disertai dengan Hardisk Eksternal.
i. Softcopy Peta RDTR dan PZ dalam format SHP.
j. Dokumen-dokumen lainnya yang dihasilkan selama proses pelaksanaan
pekerjaan, seperti bahan paparan, bahan konsutasi publik, bahan FGD dll.
(Eko Budiyono)
Direktur Utama