Anda di halaman 1dari 323

Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah No. 2 Tahun2016
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tengah2016-2036
diamanatkan pada pasal 12 ayat 2 bahwa kawasan perkotaan Takengon
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan RDTR. Sesuai pada PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
harus sudah ditetapkan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
penetapan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota. Mengacu pada hal tersebut,
maka diperlukan penyusunan RDTR kawasan perkotaan Takengon dimana
penyusunan RDTR merupakan landasan spasialpembangunan dasar pemberian
izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan status RRTR/RDTR Desember 2018, yang sudah
diperdakan hanya 45 (empat puluh lima) RDTR dan 2 (dua) RRTR Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) dari jumlah total yang harus disusun kurang lebih 1838
(seribu delapan ratus tiga puluh delapan) RRTR/RDTR se-Indonesia. Jumlah
total RRTR/RDTR tersebut merupakan turunan dari 476 (empat ratus tujuh puluh
enam) perda RTRW Kabupaten/Kota se-Indonesia.
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dijelaskan bahwa diperlukan rencana rinci apabila rencana umum tata ruang, dalam hal
ini RTRW kabupaten/kota, belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu perlu
disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk memberikan akurasi yang lebih
jelas dalam menjelaskan berbagai struktur dan pola ruang yang sebelumnya telah
disusun di rencana tingkat atasnya. RDTR dan peraturan zonasi sangat diperlukan
sebagai acuan operasional dalam pemanfaatan serta pengendaliaan
pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya sebagai acuan untuk pemberian izin
pemanfaatan ruang. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah
Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, disebutkan
bahwa setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Pelaksanaan penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan dan


pengendalian) di daerah, banyak yang tidak berjalan efektif dan optimal. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia, serta minimnya keahlian dan
keterampilan yang dimiliki oleh aparat pemerintah di bidang penataan ruang.
Keterbatasan yang dimiliki sangat terasa di dalam proses perencanaan penataan
ruang baik untuk provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karenanyadi dalam proses
perencanaan perlu dilakukan penyusunan Materi Teknis RDTR.
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dijelaskan bahwa diperlukan rencana rinci apabila rencana umum tata ruang, dalam hal
ini RTRW kabupaten/kota, belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu perlu
disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk memberikan akurasi yang lebih
jelas dalam menjelaskan berbagai struktur dan pola ruang yang sebelumnya telah
disusun di rencana tingkat atasnya. RDTR dan peraturan zonasi sangat diperlukan
sebagai acuan operasional dalam pemanfaatan serta pengendaliaan pemanfaatan
ruang, termasuk di dalamnya sebagai acuan untuk pemberian izin pemanfaatan
ruang.Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, disebutkan bahwa setiap RTRW
Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu
disusun rencana detail tata ruangnya.
Penyelenggaraan penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian) di daerah, banyak yang tidak berjalan efektif dan optimal. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia, serta minimnya keahlian dan
keterampilan yang dimiliki oleh aparat pemerintah di bidang penataan ruang.
Keterbatasan yang dimiliki sangat terasa di dalam proses perencanaan penataan
ruang baik untuk provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karenanya di dalam proses
perencanaan perlu dilakukan Materi Teknis RDTR.
Mengingat untuk mempercepat proses penyusunan RDTR Kabupaten/Kota
yang merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten/Kota, maka Direktorat Pembinaan
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah melakukan kegiatan
Materi Teknis RDTR. Kegiatan ini juga dalam rangka agar rencana detail yang disusun
sudah sesuai dengan ketentuan yang ada didalam Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota. Adapun daerah yang terpilih dalam
kegiatan Materi Teknis RDTR ini adalah daerah dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang relatif
rendah. Dengan terpilihnya Kabupaten Aceh Tengah diharapkan akan memberi
semangat kepada Kabupaten Aceh Tengah untuk dapat lebih meningkatkan
kualitas tata ruang wilayahnya.

1.2 Maksud
Pekerjaan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah dimaksudkan menyiapkan bahan untuk menjadi landasan spasial
pembangunan melalui penyusunan RDTR dan PZ sebagai dasar pemberian izin dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

1.3 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu Pemerintah Daerah Kabupaten
Aceh Tengah dalam penyusunan materi teknis RDTR dan Peraturan Zonasi kawasan
pekotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah, antara lain:
1. Tersedianya materi teknis (buku rencana dan fakta analisa) RDTRdan Peraturan
Zonasi Kawasan PerkotaanTakengon Kabupaten Aceh Tengah;
2. Tersedianya draft Ranperda RDTR dan Peraturan Zonasi
KawasanPerkotaanTakengon Kabupaten Aceh Tengah;
3. Tersedianya album peta dengan skala atau tingkat kedetailan informasi
minimal 1:5.000.
4. Tersusunnya dokumen KLHS sebagai pendukung RDTR dan PZ.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi:
a. terhadap RTRW Kabupaten, RDTR sebelumnya (jika ada) RPJPD, RPJMD,
dan ketentuan sektoral terkait pemanfaatan ruang
b. Melakukan penetapan awal deliniasi BWP
c. Melakukan persiapan teknis pelaksanaan, yang meliputi penyimpulan data
awal, penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan, penyiapan
rencana kerja rinci, dan penyiapan perangkat survey serta mobilisasi
peralatan dan personil yang dibutuhkan.
d. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk persiapanpelaksanaan
kegiatan
2. Melakukan pengumpulan data dan informasi meliputi :
a. Data primer terdiri atas aspirasi masyarakat serta kondisi dan jenisguna lahan
atau bangunan, intensitas ruang, serta konflik-konflik pemanfaatan ruang
(jikaada) maupun infrastruktur perkotaan, kondisi fisik dan sosial ekonomi
BWP;
b. Data sekunder yang terdiri atas peta dasar dan peta tematikserta data dan
informasi lain sebagaimana tercantum dalam Permen Agraria dan Tata
Ruang/Kepala BPN No.16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR
dan PZ Kabupaten/Kota, serta data sekunder lainnya yang diperlukan.
3. Melakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan ketentuandalam Permen
Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No.16 tahun2018 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan PZ kabupaten/kota, antara lain:
a. Analisis untuk penyusunan RDTR:
1) Analisis struktur internal BWP;
2) Analisis sistem penggunaan lahan;
3) Analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas;
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-3
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

4) Analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan;


5) Analisis sosial budaya;
6) Analisis kependudukan;
7) Analisis ekonomi dan sektor unggulan;
8) Analisis transportasi atau pergerakan;
9) Analisis sumber daya buatan;
10) Analisis kondisi lingkungaan binaan;
11) Analisis kelembagaan dan;
12) Analisis pembiayaan pembangunan;
b. Analisis untuk peyusunan PZ:
1) analisis karakteristik peruntukan, zona dan sub zonaberdasarkan
kondisi yang diharapkan (berdasarkan nilai sejarah, lokasi, kerentanan
dan risiko bencana, persepsi maupun preferensi pemangku kepentingan);
2) analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat iniberkembang
dan mungkin akan berkembang di masa mendatang;
3) analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
(karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4) analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
5) analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk padasuatu zona;
6) analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang
diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan saat
ini, perizinan yang sudah dikeluarkan; status guna lahan, konflik
pemanfaatan ruang);
7) analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek
strategisnasional/provinsi, ruang dalam bumi);
8) analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait; dan
9) analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Merumuskan konsep RDTR yang meliputi alternatif konsep rencana, pemilihan
konsep rencana, perumusan rencana terpilih menjadi muatan RDTR dan
Merumuskan konsep PZ yang berisi :
a. Penentuan deliniasi blok peruntukan
b. Perumusan aturan dasar, yang memuat:
1) ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
2) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
3) ketentuan tata bangunan;
4) ketentuan prasarana minimal;
5) ketentuan khusus;
6) standar teknis;
7) ketentuan pelaksanaan meliputi:
a) ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b) ketentuan insentif dan disinsentif; dan
c) ketentuanpenggunaan lahan yang tidak sesuai (nonconforming
situation) dengan peraturan zonasi;
c. Perumusan teknik pengaturan zonasi yang dibutuhkan (jika ada).
5. Menyusun KLHS sesuaidengan Permen LHK Nomor69/MENLHK/SETJEN/KUM.1
yang siap divalidasi oleh DinasLHK Provinsi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

6. Menyelenggarakan Rapat Koordinasi di pusat minimal 3 (tiga) kali bersama


Pemerintah Daerah di pusat dalam rangka penyamaan persepsi dan pembahasan
jadwal kegiatan
7. Menyelenggarakan FGD minimal 2 (dua) kali di pusat berupa Temu Pakar sesuai
isu-isu strategis yang ada dengan jumlah peserta 35 orang
8. Menyelenggarakan FGD minimal 4 (empat) kali di Daerah dengan jumlah peserta
40 orang dalam rangka membahas:
a. Pembahasan isu-isu strategis dan Deliniasi Kawasan Perkotaan
b. Penetapan dan kesepakatan deliniasi kawasan perkotaan yang akan disusun
RDTRnya
c. Perumusan Konsep Penataan Ruang di BWP.
d. Perumusan RDTR dan peraturan zonasi.
9. Melakukan konsultasi peta ke BIG meliputi peta dasar, petatematik dan peta
rencana;
10. Menyelenggarakan ekspose di daerah minimal 1 (satu) kali di daerah
dengan target group stakeholder terkait dengan jumlah peserta 40 orang;
11. Menyelenggarakan Konsultasi Publik minimal 2 (dua) kali di daerah dengan
target group stakeholder terkait dengan jumlah peserta 60 orang;
12. Menyusun dan membahas Raperda tentang RDTR dan PZ, terdiri atas:
a. penyusunan naskah akademik raperda tentang RDTR dan PZ;
b. penyusunan raperda tentang RDTR dan PZ yang merupakan proses
penuangan materi teknis RDTR dan PZ ke dalam pasal- pasal dengan
mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-undangan; dan
c. pembahasan raperda tentang RDTR dan PZ yang melibatkan pemerintah
kabupaten/kota yang berbatasan dan masyarakat.
13. Membuat album peta dengan skala atau tingkat kedetailan 1:5.000;
14. Menyusun Dokumen KLHS
15. Membuat laporan keseluruhan proses kegiatan dan produk-produk yangdihasilkan
kepada Tim Supervisi dalam bentuk sistem pelaporan yang meliputi laporan
pendahuluan, laporan antara, dan laporan draft akhir dan laporan akhir serta
laporan-laporan lainnya antara lain laporan pembahasan/diskusi/FGD.

1.5.2 Lingkup Lokasi


Lingkup lokasi kegiatan adalah Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah. Lingkup wilayah penyusunan RDTR sendiri ditentukan berdasarkan hasil
kesepakatan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1.6 Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini meliputi :
1. Dokumen Materi Teknis terdiri atas Buku Fakta dan Analisis, Buku Rencana dan
Album Peta skala 1: 5.000;
2. Ranperda RDTR;
3. Dokumen KLHS;
4. Visualisasi 3D.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

1.7 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon
ini tersusunnya adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai dasar pemberian
izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.

1.8 Tenaga Ahli Yang Dibutuhkan


Dalam pelaksanaan pekerjaan pekerjaan ini dibutuhkan 8 (delapan) tenaga
ahli dengan total 61 (enam puluh satu) orang bulan dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1.1. Kebutuhan Tenaga Ahli
No. Tenaga Ahli Jumlah

Ahli Perencanaan Wilayah (TeamLeader) 1 Orang


1
2 Ahli Arsitektur / Perancangan Kota 1 Orang
3 Ahli Geografi / Geodesi 1 Orang
4 Ahli Geologi / Kebencanaan 1 Orang
5 Ahli Hukum/ Kelembagaan 1 Orang
6 AhliTeknik Lingkungan 1 Orang
AhliTeknik Sipil
7 1 Orang
(infrastruktur/prasarana/transortasi)
8 Ahli Ekonomi Wilayah 1 Orang
9 Ahli Visual Animator 1 Orang
10 Asisten Perencanaan Wilayah dan Kota 1 Orang
TOTAL 10 Orang

Persyaratan dari setiap tenaga ahli yang dibutuhkan pada pekerjaan ini
sebagai berikut:
1. Ahli Perencanaan Wilayah (Team Leader)
Disyaratkan dengan latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya sarjana
jurusan teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yang dibuktikan dengan ijasah
S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional sebagai ketua tim pada
pekerjaan-pekerjaan bidang penataan ruang, perencanaan masterplan dan
berpengalaman menyusun RDTR dan PZ kabupaten/kota atau rencana rinci,
sekurang-kurangnya 10 tahun atau 120 bulan kalender, atau berpendidikan
magister teknik Perencanaan Wilayah dan Kota / Arsitektur bidang perancangan
kota yang dibuktikan dengan ijasah S2 di bidang tersebut, dengan pengalaman
profesional sebagai ketua tim pada pekerjaan-pekerjaan bidang penataan ruang,
perencanaan masterplan, dan berpengalaman menyusun RDTR dan PZ
kabupaten/kota atau rencana rinci, sekurang-kurangnya 5 tahun atau 60 bulan
kalender.
2. Ahli Arsitektur/ perancangan kota
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana Arsitekur yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut dengan pengalaman profesional
di bidang rancang kota sekurang- kurangnya 5 tahun atau 60 bulan kalender,

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-6


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

atau berpendidikan magister teknik Arsitektur yang dibuktikan dengan ijasah S2


di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional pada pekerjaan- pekerjaan
bidang perancangan kota, sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
3. Ahli Geografi/Geodesi
Disyaratkandengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana
teknikGeografi/Geodesi yang dibuktikan dengan ijasah S1 di bidangtersebut,
dengan pengalaman profesional di bidang pengukuran tanah, melakukan GCP,
ICP dan pengolahan data spasial dalam hal penyusunan RDTR dan PZ
kabupaten/kota atau rencana rinci sekurang-kurangnya 3 Tahun atau 36 bulan
kalender.
4. Ahli Geologi/kebencanaan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana teknik Geologi yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional
di bidang geologi tata lingkungan dan kebencanaan sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender.
5. Ahli Hukum/Kelembagaan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana hukum atau sarjana
administrasi negara yang dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut dengan
pengalaman profesional di bidang Kelembagaan / Hukum dan administrasi
pertanahan sekurang- kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
6. Ahli Teknik Lingkungan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana teknik lingkungan
yang dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman
profesional sebagai tenaga ahli lingkungan sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
7. Ahli Teknik Sipil (Infrastuktur/prasarana/transportasi)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana teknik Sipil yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional
di bidang perencanaan infrastruktur, prasarana dan transportasi sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
8. Ahli Ekonomi Wilayah
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnyasarjanaEkonomi Wilayah
yang dibuktikan dengan ijasahS1 denganpengalaman profesional di bidang
analisis pengembangan ekonomi wilayah sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
9. Ahli Visual Animator
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana Desain Komunikasi
Visual yang dibuktikan denganijasah S1 dengan pengalaman profesional
sebagai tenaga ahli Desain Grafis perencanaan sekurang-kurangnya 3 tahun atau
36 bulan kalender dan mampu membuat aplikasi 3D interface untuk simulasi
kawasan perkotaan.
10. Asisten Perencanaan Wilayah dan Kota
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana Perencanaan
Wilayah Kota yang dibuktikan dengan ijasah S1dengan pengalaman sebagai
Asisten perencanaan wilayah dan kota sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan
kalender.
Selain Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Pendukung sebagai
berikut:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-7


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Tabel 1.2. Kebutuhan Tenaga Pendukung


No. Tenaga Pendukung Jumlah Bulan

1 Sekretaris 1 Orang 8

2 Operator Komputer 1Orang 8

1.9 Waktu Pelaksanaan


Kegiatan ini dilaksanakan secara kontraktual dan memerlukan waktu 8
(delapan) bulan.

1.10 Pelaporan
Laporan dan kelengkapan yang harus diserahkan:
1. Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak harus diserahkan selambat-lambatnya1 (satu) bulan
setelah SPMK, bersamaan dengan penyerahan Laporan Pendahuluan. Laporan
Rencana Mutu Kontrak diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan ini berisi:
a. Lembar Pengesahan;
b. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan);
c. Informasi proyek (pekerjaan) ;
d. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan);
e. Lokasi Proyek;
f. Pihak-pihak yang terlibat;
g. Struktur organisasi proyek;
h. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang ;
i. Metode kerja pelaksanaan;
j. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
k. Jadwal tenaga kerja ;
l. Jadwal Pelaporan;
m. Progres Kerja;
n. Jadwal pengetesan (pembahasan); dan
o. Cash flow.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisikan laporan kegiatan selama satu bulan dan rencana
kegiatan bulan berikutnya serta dilengkapi dengan dokumen pendukungnya.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan setiap bulan.
3. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi latar belakang kegiatan, tujuan dan sasaran
kegiatan, metodologi, jadwal pelaksanaan kegiatan, dan rencana kerja.Laporan
ini merupakan acuan dan pengendali kegiatan secara keseluruhan. Laporan ini
dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK.
4. Laporan Antara
Laporan Antara berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ruang
lingkup kegiatan dan metodologi sampai dengan bulan ke 3 (tiga) setelah SPMK.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 4 (empat) bulan setelah SPMK.
5. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan ruang lingkup kegiatan dan metodelogi sampai dengan bulan ke 7 (tujuh)
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-8
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

setelah SPMK.Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 7 (tujuh) bulan


setelah SPMK.
6. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan hasil pelaksanaan kegiatan tahap akhir dengan muatan
substansi sebagaimana yang telah disebutkan pada ruang lingkup kegiatan.
Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, diserahkan 8 (delapan) bulan
setelah SPMK dalam bentuk hardcopy dan softcopy CD sebanyak 5 (lima)
keping. Laporan Akhir ini harus dilampiri dengan:
a. Citra satelit resolusi tinggi (data sekunder).
b. Buku Fakta dan Analisis sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
c. Buku Materi Teknis RDTR dan peraturan zonasi sebanyak10 (sepuluh)
eksemplar yang sudah dilengkapi berita acara.
d. Buku Draft Raperda RDTR DAN PZ sebanyak 10 (sepuluh)eksemplar.
e. Buku KLHS RDTR, masing-masing sebanyak 10 (sepuluh)eksemplar.
f. Ringkasan Eksekutif.
g. Album peta pada format dan ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
disertai dengan Hardisk Eksternal.
h. Album peta skala 1:5000 pada format dan ukuran A1 sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar disertai dengan Hardisk Eksternal.
i. Softcopy Peta RDTR dan PZ dalam format SHP.
j. Dokumen-dokumen lainnya yang dihasilkan selama proses pelaksanaan
pekerjaan, seperti bahan paparan, bahan konsutasi publik, bahan FGD dll.
7. Laporan Prosiding
Laporan ini merupakan kompilasi seluruh hasil pelaksanaan kegiatan, laporan ini
berisikan risalah rapat, kesepakatan/hasil rapat, tindak lanjut serta dokumentasi
dari kegiatan yang dilakukan. Laporan ini akan diserahkan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah kegiatan pertemuan diselenggarakan sebanyak 5 (lima)
eksemplar.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1-9


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 2. Profil Perusahaan


2.1 Latar Belakang Perusahaan
CV. ALAM SEJAHTERAdidirikan pada tanggal 08 Mei 2002,Akte Pendirian
Perusahaan No. 1 Tanggal 08 Mei 2002 Notaris Maria Helena Ekawati, SH yang
bergerak di bidang Jasa Konsultansi Konstruksi & Non-Konstruksi, Pengawasan
Konstruksi dan Pengadaan Barang.

CV. ALAM SEJAHTERAkemudian berubah nama menjadi PT. ENGGAL


KARJA OETAMA pada tanggal 06 Februari 2015, dengan Akte Perubahan Nama No.
05 Tanggal 06 Februari 2015 disahkan oleh Notaris Ilmiawan Dekrit. S, SH.MH
dengan perubahan nama ini kami berharap agar pelayanan kami menjadi lebih baik,
lebih cepat dan lebih utama.

Kami berdedikasi penuh untuk menjadi perusahaan yang berorientasi penuh


terhadap kualitas pekerjaan serta berupaya menjadi solusi cepat bagi para klien kami.

Pada kesempatan baik ini kami menyampaikan terima kasih kepada pemberi
tugas dan pelanggan atas kepercayaan dan dukungan terus-menerus yang diberikan
kepada kami.

2.2 Misi Perusahaan

“Menjadi perusahaan penyedia Jasa Konsultansi desain rekayasa, supervisi


teknik dan manajemen yang ternama di Indonesia”

2.3 Visi Perusahaan

“Memberikan layanan jasa konsultansi dalam berbagai bidang seperti


perancangan keteknikan terperinci (detail engineering design), studi, kajian,
pengawasan keteknikan dan manajemen kepada Instansi Pemerintah dan Swasta
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2-1
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

secara etik, jujur, dan bertanggung jawab berdasarkan etika profesi, serta mampu
memberikan solusi terbaik dan cerdas sesuai dengan rencana, efisiensi, tepat waktu
dan antisipatif terhadap kemajuan dan perubahan zaman.”

2.4 Tujuan Perusahaan

 Memberikan pelayanan terbaik kepada semua pengguna jasa baik Instansi


Pemerintah maupun Swasta.
 Dapat menjadi mitra bagi perusahaan Konsultan lain yang sejenis.

2.5 Bidang Usaha

PT. ENGGAL KARJA OETAMAadalah perusahaan Swasta Nasional yang bergerak


dalam dibidang usaha :
1. Jasa Konsultansi Perencana Non-Konstruksi :
Jasa Studi, Penelitian dan Bantuan Teknik
Transportasi
Pengembangan Pertanian dan Pedesaan
Kepariwisataan
Telematika
Jasa Survey
Keuangan
Kesehatan
2. Jasa Konsultansi Perencana Konstruksi :
Perencanaan Arsitektur
Perencanaan Rekayasa
Perencanaan Penataan Ruang

3. Jasa Pengawasan Konstruksi :


Pengawasan Arsitektur
Pengawasan Rekayasa
Pengawasan Penataan Ruang

4. Konsultansi Spesialis:
Jasa Survey Permukaan Tanah
Jasa Survey Pembuatan Peta
Jasa Pengujian dan Analisa Parameter Fisikal
Jasa Pengujian dan Analisa Sistem Mekanikal dan Elektrikal
Jasa Inspeksi Teknikal

5. Konsultansi Lainnya:
Jasa Konsultansi Lingkungan
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Bangunan
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Keairan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Lainnya

6. Jasa Pengadaan Barang


Tekstil dan Pakaian Jadi ( Bukan Produksi ).
Perlengkapan Pegawai, TNI dan Polri ( Diluar Senjata Dan Amunisi ).
Alat Tulis Kantor Barang, Cetakan, Buku, Majalah dan Tabloid ( Bukan Penerbit
).
Alat-alat Laboratorium.
Perabot Rumah Tangga, Furniture, Meubelair, Elektronik, Peraga, Pendidikan,
Alat Olah Raga dan Alat musik.

2.6 Susunan Pemilik Saham

No. Nama No. KTP Alamat Lembar

Jl. Pajajaran No.107 Lk.II


1 Dewi Rika Umarini 18711226401730008 Jagabaya II, Sukabumi, 7,920
Bandar Lampung

Mlaten, Donorojo,
2 Eko Budiyono 3308102810920005 80
Mertoudan, Magelang

2.7 Susunan Pengurus

No. Nama No. KTP Alamat Jabatan

Jl. Pajajaran No.107


Lk.II Jagabaya II,
1 Dewi Rika Umarini 18711226401730008 Komisaris
Sukabumi, Bandar
Lampung
Mlaten, Donorojo,
Direktur
2 Eko Budiyono 3308102810920005 Mertoudan,
Utama
Magelang
Jl. ST Badaruddin Gg.
Rahmat Afandy Gunako No. 6 Lk II RT
3 1871030410890002 Direktur
Sudrajat 013 Segala Mider TKB
Bandar Lampung

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

2.8 Struktur Organisasi

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Enggal Karja Oetama

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

2.9 Daftar Peralatan

JENIS FASILITAS/ TAHUN LOKASI BUKTI MILIK


NO JUMLAH KAPASITAS MERK & TIPE KONDISI (%)
PERALATAN/PERLENGKAPAN PEMBUATAN SEKARANG BELI / SEWA

A. PERALATAN KANTOR

1 Komputer 11 1 TB Intel Pentium Core i3 2010 90% Jakarta Milik Sendiri

2 Laptop 7 1 TB Asus 2012 90% Jakarta Milik Sendiri

3 Printer & Scanner 7 A4 HP 2013 95% Jakarta Milik Sendiri

4 Printer 1 A3 Cannon 2012 90% Jakarta Milik Sendiri

5 Printer Laser 2 A4 HP 2011 90% Jakarta Milik Sendiri

6 Meja Kerja 12 1 Olympic 2015 98% Jakarta Milik Sendiri

7 Scanner 2 A3 UMAX 2009 90% Jakarta Milik Sendiri

8 Mesin tik 1 Brother 2009 85% Jakarta Milik Sendiri

9 Digital Camera 2 32 GB Cannon 2012 90% Jakarta Milik Sendiri

10 Infocus 1 Samsung 2011 95% Jakarta Milik Sendiri

11 Filling Cabinet 4 Brother 2007 80% Jakarta Milik Sendiri

B. OPERASIONAL

1 Mobil 2 6 Orang Toyota Innova 2009 85% Jakarta Milik Sendiri

2 Motor 7 2 Orang Honda Vario 2013 90% Jakarta Milik Sendiri

C. PERALATAN SURVEY

1 Plotter 1 Cannon 2011 90% Jakarta Milik Sendiri

2 GPS 2 Garmin 2010 90% Jakarta Milik Sendiri

3 Laser Distance Meter 3 200m Leica 2010 90% Jakarta Milik Sendiri

4 Drone 1 7 Km DJI Phantom 4 Pro 2017 98% Jakarta Milik Sendiri

5 Thedolite 2 Leica 2011 90% Jakarta Milik Sendiri

6 Total Station 2 Sokkia 2011 92% Jakarta Milik Sendiri

7 Clinometer 2 Suunto 2010 87% Jakarta Milik Sendiri

8 Rambu Ukur 5 5m 2011 80% Jakarta Milik Sendiri

9 Kompas 5 Suunto 2009 85% Jakarta Milik Sendiri

10 Senter 4 Fenix 2011 95% Jakarta Milik Sendiri

11 Digital Cone Penetrometer 1 2,5 Ton Cap 2012 95% Jakarta Milik Sendiri

12 Termometer 5 Fluke 2010 95% Jakarta Milik Sendiri

13 Meteran 5 50m Stanley 2009 85% Jakarta Milik Sendiri

14 Bor 1 2008 85% Jakarta Milik Sendiri

15 Altimeter 2 Suunto 2010 90% Jakarta Milik Sendiri

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BPN

BAB 3.A. Daftar Pengalaman Perusahaan


Sejak berdirinya tahun 2002 sampai sekarang PT. ENGGAL KARJA OETAMA telah banyak mengalami perkembangan. Hal ini dapat
dilihat berbagai proyek yang telah ditangani dan diselesaikan dengan baik.

Daftar pengalaman kerja sejenis dapat dilihat pada Tabel berikut :

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 1


DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Direktorat Jenderal Pengembangan Jl. Jendral Gatot Subroto Kavling


Penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM Di Kab. Tata Lingkungan / Arsitektur / 01/P3SKNBR/PPI.2/PPK/KONTRAK/5/2
1 Perwilayahan Industri, Kementerian 52-53, Lt.13, Kuningan Timur, Kab. Nabire 31 Mei 2018 Rp 842.630.580 26 Oktober 2018 26 Oktober 2018
Nabire Sipil 018
Perindustrian Setiabudi, Jakarta Selatan

Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor,


Jl. M. I. Ridwan Rais, No. 5,
2 Pengembangan Layanan Sistem E-SKA Tahun 2018 Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Telematika Jakarta 1196/DITFAS/SP/11/2018 01 November 2018 Rp 697.400.000 31 Desember 2018 31 Desember 2018
Jakarta Pusat 10110
Negeri, Kementerian Perdagangan RI

Kementerian PUPR BPIW Satker Pusat


Penyusunan Masterplan dan Development Plan Kawasan
Pengembangan Kawasan Perkotaan Jl. Patimura No. 20,Kebayoran Tata Lingkungan / Arsitektur / HK.02.03/BPIW-PPK.P4/III/2017/P 05-
3 Perkotaan Sorong DSK dan Pra Desain Kawasan Prioritas Kota Sorong 06 Maret 2017 Rp 2.828.155.500 05 November 2017 05 November 2017
Kegiatan Pusat Pengembangan Baru Jakarta Selatan Sipil 005
(Paket 5)
Kawasan Perkotaan

Direktorat Jenderal Pengembangan Jl. Jendral Gatot Subroto Kavling Tasikmalaya, Ciamis, Sampang,
Fasilitasi Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Tata Lingkungan / Arsitektur /
4 Perwilayahan Industri, 52-53, Lt.13, Kuningan Timur, Sumenep, Madiun, Kediri, 2/PPI.4/PPK/SPIK-KPI-J/6/2017 21 Juni 2017 Rp 1.624.380.000 17 Desember 2017 17 Desember 2017
Industri (KPI) Di Jawa Barat dan Jawa Timur Sipil
Kementerian Perindustrian Setiabudi, Jakarta Selatan Banyuwangi

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Graha BNPB, Lt.7,


Pendampingan Kegiatan RR Pasca Bencana Banjir
5 Fisik, Badan Nasional Penanggulangan Jl. Pramuka No.38, Utan Kayu Jasa Konsultansi Manajemen Kabupaten Garut SPP.04/PPK/D.III-D.2/BNPB/III/2017 24 Juli 2017 Rp 810.837.500 20 Desember 2017 20 Desember 2017
Bandang Di Kabupaten Garut
Bencana Utara, Matraman, Jakarta Timur

Satuan Kerja PSPLP Provinsi Kalimantan


Penyusunan Outline Plan Air Limbah dan DED IPLT, DED Jl. Letjen S. Parman No.03, Tata Lingkungan / Arsitektur /
6 Tengah, Direktorat Jenderal Cipta Kabupaten Barito Utara 01.31/SPK-KONS/PSPLP-KH/III/2017 31 Maret 2017 Rp 766.469.000 26 Oktober 2017 26 Oktober 2017
IPAL Komunal Kabupaten Barito Utara Palangkaraya 73111 Sipil
Karya, Kementerian PUPR

Direktorat Pembinaan Perencanaan


Penyusunan Desain Detail Tata Ruang Wilayah Ambon, Jl. Sisingangamaraja No. 2
Tata Ruang Dan Pemanfaatan Ruang Tata Lingkungan / Arsitektur / Ambon, Pinggiran Danau Toba,
7 Pinggiran Danau Toba, dan Labuan Bajo Sebagai Masukan Kebayoran Baru Jakarta Selatan 24/HK-200/PPK-5541/III/2016 31 Maret 2016 Rp 1.827.276.000 26 November 2016 30 November 2016
Daerah, Kementerian Agraria dan Tata Sipil dan Labuan Bajo
RDTR Kota 12110
Ruang

Direktorat Jenderal Pengembangan Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53


Penyusunan Pola Pengembangan Sikim Di Kab. Kolaka dan Tata Lingkungan / Arsitektur / 01/P3SKKKS/PPI.2/PPK/KONTRAK/6/20
8 Perwilayahan Industri, Kementerian Lantai 14 Jakarta 12950 Kotak Kab. Kolaka dan Kab. Sinjai 29 Juni 2016 Rp 1.204.502.500 25 Desember 2015 25 Desember 2015
Kab. Sinjai Sipil 16
Perindustrian Pos 3538 JKSMG

Deputi Bidang Rehabilitasi Dan Gedung Graha BNPB Jl. Pramuka


Pembelajaran Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jasa Konsultansi Manajemen / Prov. Sulawesi Tengah, Prov. NTT, SPP.10/PPK.Dit03/PRR/D.III/BNPB/7/2
9 Rekonstruksi, Badan Nasional Kav. 38 Jakarta Timur 13120 19 Juli 2016 Rp 1.176.626.000 15 Desember 2016 15 Desember 2016
Pascabencana Bantuan Teknis Kab. Klaten, Kab. Sleman 016
Penanggulangan Bencana Indonesia

Fasilitasi Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Direktorat Jenderal Pengembangan Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53
Tata Lingkungan / Arsitektur /
10 Industri (KPI) Di Provinsi Jawa Timur Perwilayahan Industri, Kementerian Lantai 13 Jakarta 12950 Kotak Provinsi Jawa Timur 02/PPI.4/PPK/SPIK-KI..JTM/7/2016 18 Juli 2016 Rp 859.825.000 14 Desember 2016 14 Desember 2016
Sipil
Perindustrian Pos 3538 JKSMG

Direktorat Jenderal Pengembangan Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53


Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri Di Tata Lingkungan / Arsitektur /
11 Perwilayahan Industri, Kementerian Lantai 13 Jakarta 12950 Kotak Provinsi Nusa Tenggara Timur 2/PPI.4/PPK/SPIK-W.NTT1/6/2016 29 Juni 2016 Rp 812.285.000 25 November 2016 25 November 2016
Nusa Tenggara Timur Sipil
Perindustrian Pos 3538 JKSMG

Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Satker Pengembangan Kawasan


Jalan Kawaluyaan Indah Nomor 4 Tata Lingkungan / Arsitektur /
12 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kota Permukiman Provinsi Jawa Barat, Kota Tasikmalaya HK.02.03/RP2KPKP-05/VI/2016-05 09 Juni 2016 Rp 695.145.000 05 Desember 2016 05 Desember 2016
Bandung Sipil
Tasikmalaya (Paket : KOTA-TSM-RP2KPKP-05) Direktorat Jenderal Cipta Karya

Satker Manajemen Kebinamargaan,


Konsultan Advisory Pelaksanaan Program Quick Wins Jalan Pattimura No.20 Kebayoran
13 Direktorat Jenderal Bina Marga, Jasa Konsultansi Manajemen Jakarta 03/MK/SPK/VI/2016 24 Juni 2016 Rp 475.172.500 23 November 2016 23 November 2016
Direktorat Jenderal Bina Marga (MK03) Baru, Jakarta Selatan
Kementerian PUPR
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Jalan Bojongkoneng By Pass No.


Bagian Umum Setda
14 Belanja Jasa Fasilitas Data Aplikasi Kearsipan 254 Singaparna Telematika Kabupaten Tasikmalaya 602.1/21/Perj-Kon/PPK-Um/2016 26 Oktober 2016 Rp 131.857.000 25 Desember 2016 25 Desember 2016
Kabupaten Tasikmalaya
Tasikmalaya

Penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM di Sumatera Kementerian Perindustrian Jalan Gatot Subroto Kav. 52-53 02/PPI.2/PPK/SPK/APBNP-
15 Jasa Konsultansi Sumatera dan Kalimantan 15 September 2015 Rp 780.900.000 13 Desember 2015 13 Desember 2015
dan Kalimantan Ditjen PPI Jakarta Selatan SIKIM/09/2015

Review dan Penyempurnaan Rencana Terpadu Dan Kementerian Agraria dan Tata
Jln. Raden Patah I No. 1 Kalimantan dan Nusa Tenggara
16 Program Investasi Pemanfaatan Ruang Jangka Menengah Ruang/BPN Jasa Konsultansi 18/HK-200/PPK-5539/2015 15 Juli 2015 Rp 1.668.650.000 15 Desember 2015 15 Desember 2015
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Timur
KSN Perbatasan Kalimantan Dan Nusa Tenggara Timur Direktorat Pemanfaatan Ruang

Direktorat Jenderal Bina Administrasi


Appraisal Aset Negara Dalam Rangka Pembangunan Jalan Medan Merdeka Utara No.7
17 Kewiayahan Jasa Konsultansi Jakarta 602/279.3/SEKR/BAK/X/2015 07 Oktober 2015 Rp 147.790.500 05 Desember 2015 05 Desember 2015
Gedung Negara Jakarta Pusat 10110
Kementerian Dalam Negeri

Pengadaan Furniture Kantor Gudang Peralatan dan Direktorat Jenderal Bina Marga Jalan Pattimura No.20 Kebayoran
18 Pengadaan Barang Citeureup - Bogor 27/SPK/PL/MK-BM/X/2015 28 Oktober 2015 Rp 176.901.682 28 November 2015 28 November 2015
Persedian - Citeureup Kementerian PUPR Baru - Jakarta Selatan 12110

Supervisi Fasilitasi Pelaksanaan Kab.Rote Ndao, Kab.Sabu Raijua,


Kementerian Desa, PDT, dan
Pembangunan/Peningkatan Jalan di Daerah Perbatasan Jl. Abduk Nuis No.7 Jakarta Pusat Kab. Malaka Prov. NTT, KTR.144.15/DPDTU/SATKER/PPK2/11/
19 Transmigrasi Supervisi / Pengawasan 17 November 2015 Rp 457.578.000 31 Desember 2015 31 Desember 2015
Kab.Rote Ndao, Kab.Sabu Raijua, Kab. Malaka Prov. NTT, 10110 Kab.Sanggau, Kab. Kapuas Hulu 2015
Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu
Kab.Sanggau, Kab. Kapuas Hulu Prov. Kalbar Prov. Kalbar

Supervisi Fasilitasi Pelaksanaan Pembangunan Jembatan


Kementerian Desa, PDT, dan Kab. Sanggau, Kab. Kapuas Hulu
di Daerah Perbatasan Kab. Sanggau, Kab. Kapuas Hulu Jl. Abduk Nuis No.7 Jakarta Pusat KTR.144.13/DPDTU/SATKER/PPK2/11/
20 Transmigrasi Supervisi / Pengawasan Prov. Kalimantan Barat, Kab. 17 November 2015 Rp 209.341.000 31 Desember 2015 31 Desember 2015
Prov. Kalimantan Barat, Kab. Maluku Barat Daya Prov. 10110 2015
Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu Maluku Barat Daya Prov. Maluku
Maluku

Jl. Cut Mutia No. 76 Teluk


21 Studi Jaringan Transportasi Laut Di Lampung Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Transportasi Lampung 09.01/SPK/PPK/DISHUB/V/2014 00 Januari 1900 Rp 689.503.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Betung,Kota Bandar Lampung

Dinas Tata Ruang dan


Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur /
22 Permukiman Provinsi Sulawesi Kota Makassar 28/A/P.05/PPK.II/IV/2014 17 April 2014 Rp 593.471.000 14 September 2014 14 September 2014
Pusat Pariwisata Kota Makassar Kota Makassar Sipil / Tata Tuang
Selatan

Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kab Jl. Soekarno-Hatta, Kota Mungkid Jasa Konsultansi Manajemen /
23 Penyusunan Masterplan Pariwisata Kabupaten Magelang Kab Magelang 12/SP-PPK/PL/Disparbud/III/2014 17 Maret 2014 Rp 175.598.000 15 Mei 2014 15 Mei 2014
Magelang 56512 Bantuan Teknis

Dinas Pekerjaan Umum, Energi


Penyusunan DED Infrastruktur Revitalisasi Kawasan Kota Jl. Letnan Tukiyat Kota Mungkid Tata Lingkungan / Sipil /
24 Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kabupaten Magelang 506/SPJK/DED/DPU/VII/2014 09 Juli 2014 Rp 613.259.000 06 Desember 2014 06 Desember 2014
Mungkid 56511 Arsitektur
Magelang

Jasa Konsultansi Pengembangan Sistem Informasi dan Badan Perencanaan Pembangunan


25 Jl.Raya Sukowati No.255 Sragen Jasa Konsultansi / Telematika Kab. Sragen 050/07-Set-BAPPEDA/V/2014 19 Mei 2014 Rp 327.925.000 16 September 2014 16 September 2014
Database Daerah (BAPPEDA) Kab. Sragen

Penyusunan RTR KSP Kawasan Terpadu Pusat Bisnis, Dinas Pekerjaan Umum Jl. Laute No.134, Mandonga, Kota Tata Lingkungan / Arsitektur /
26 Kabupaten Kolaka 256/2/PPK-DPU/SP/IV/2013 15 April 2013 Rp 798.562.000 12 Oktober 2013 12 Oktober 2013
Sosial, Budaya dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari 93111 Sipil / Tata Tuang
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Jl. Aneka Tambang Komp.


Bantuan Teknis Peningkatan dan Pengembangan Sekretariat Daerah Jasa Studi, Penelitian dan
27 Perkantoran Gubernur Banjarmasin 09.01/SPK/SETDA/PPK.2/5/2013 00 Januari 1900 Rp 895.760.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Bantuan Teknis; Keuangan
Kalimantan Selatan

Badan Kordinasi Penanaman Modal


Pra Studi Kelayakan Pengembangan Investasi Sektor Jalan Udayana Nomor 4 Tata Lingkungan / Sipil /
28 dan Perizinan Terpadu Nusa Tenggara Barat 51/SP/PPK-BKPM/6/2013 25 Juni 2013 Rp 562.987.000 22 November 2013 22 November 2013
Infrastruktur Mataram Arsitektur
Provinsi NTB

Jasa Konsultansi Perencanaan Penyusunan RDTR Kawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur Nomor Tata Lingkungan / Sipil /
29 Banyuwangi SPK-05/PPK/KP3K.2/VI/2013 11 Juni 2013 Rp 863.564.002 9 Desember 2013 9 Desember 2013
Pesisir Untuk Industri Pariwisata Banyuwangi Direktorat Tata Ruang Laut dan Pesisir 16 Jakarta Pusat Arsitektur

Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil /


30 Jasa Konsultasi Pekerjaan Evaluasi RTRW Provinsi Bali Jl. Beliton No. 2 Denpasar Provinsi Bali 65/A/SP/PPK.2-DPU/VI/2013 19 Juni 2013 Rp 869.135.000 16 Desember 2013 16 Desember 2013
Provinsi Bali Arsitektur

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur /
31 Jln. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu Kabupaten Banggai Laut 203/SPJ/PPK/DPU/03/2013 20 Maret 2013 Rp 823.982.000 16 September 2013 16 September 2013
Zoning Regulation Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah Sipil / Tata Tuang

Kabupaten Banjarnegara,
Perencanaan Infrastruktur Transportasi, Logistik, Energi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil /
32 Kabupaten Banyumas, Kabupaten 397/29.05/SP/DCKTR/V/2013 28 Mei 2013 Rp 906.156.800 25 Oktober 2013 25 Oktober 2013
dan Air Kawasan Permukiman (No. Paket 397-29.05) Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur
Batang

Sekretariat Daerah Telematika; Jasa Studi, Penelitian


33 Penyusunan Sistem Manajemen Mutu Pelayanan Publik Jl. Pahlawan 110 (031) Surabaya Surabaya 026/5/PERJ/SETDA/V/2013 00 Januari 1900 Rp 759.840.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Jawa Timur dan Bantuan Teknis

Penyusunan Sistem Informasi Perencanaan Penataan Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20
34 Telematika Kupang 215/SP/DPU/PPK.2/VII/2013 00 Januari 1900 Rp 756.980.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang

Jalan Abdul Malik Pattana


Bimbingan Teknis Penataan Ruang Bagi PNS dan THL di Dinas Pekerjaan Umum Jasa Konsultansi Manajemen /
35 Endeng, Kompleks kantor Kota Mamuju 315/SP/PPK/DPU/IV/2013 17 April 2013 Rp 1.523.597.000 14 September 2013 14 September 2013
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Barat Bantuan Teknis
Gubernur Sulbar

Penyusunan RTR Kawasan Pekotaan Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Tata Lingkungan / Arsitektur /
36 Kab. Kepulauan Sangihe 012/03/SP/RTR/DPU/III/2013 20 Maret 2013 Rp 615.967.000 16 September 2013 16 September 2013
Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Sipil / Tata Tuang

Identifikasi Pengembangan Sarana dan Prasarana


Dinas Pekerjaan Umum Jalan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Sipil /
37 Infrastruktur Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Kabupaten Kutai Kartanegara 316/SPK/PPK-DPU/5-2013 22 Mei 2013 Rp 628.598.000 18 November 2013 18 November 2013
Provinsi Kalimantan Timur Samarinda Arsitektur
Kabupaten Kutai Kartanegara

Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Pemuda 127-133 Semarang


38 Penyusunan Rencana Induk Sistem Transportasi Daerah Transportasi Semarang KU.11.01/SPK/BAPPEDA/VI/2013 00 Januari 1900 Rp 1.187.658.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Daerah Provinsi Jawa Tengah 50132 Indonesia

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan DED Jl.Jend. Sudirman No. 200
39 Disbudpar Provinsi Riau Tata Lingkungan / Sipil Indragiri Hilir 09/SP/PPK-RDTR/IV/2013 15 April 2013 Rp 1.346.988.000 08 November 2013 08 November 2013
Kawasan Industri Pariwisata Bahari Indragiri Hilir pekanbaru 28282

Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan


Jasa Konsultasi Perencanaan (Penyusunan Tatanan
40 Informatika Daerah Istimewa Jl. babarsari No.30 Yogyakarta Transportasi Yogyakarta 29/SP/PPK/DISHUBKOMINFO/IV/2013 00 Januari 1900 Rp 724.895.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Transportasi Lokal (TATRALOK)
Yogyakarta

Jasa Konsultansi Penyusunan Pemanfaatan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Jalan Ade Irma Nasution No.10 Kab Banyuasin, Empat Lawang 602.1/169-SPP-
41 Tata Lingkungan / Sipil 18 April 2012 Rp 968.725.000 16 Oktober 2012 16 Oktober 2012
Banyuasin, Empat Lawang dan Lahat Tata Ruang Prov Sumsel Palembang dan Lahat KONS/DPUCKTR/IV/2012
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Direktorat Jenderal Perkebunan - Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Tata Lingkungan / Sipil /
42 Palu 17/Kont/PPK/RDTR-KEK/IV/2012 19 April 2012 Rp 1.364.020.000 15 November 2012 15 November 2012
Ekonomi Khusus Untuk Industri Agro Palu Kementerian Pertanian Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Arsitektur

Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Jln. Ahmad Yani Pontianak Tata Lingkungan / Sipil /
43 Kota Pontianak 59.1/5/KTR/DPU/PPK.2/III/2012 15 Maret 2012 Rp 612.113.000 11 September 2012 11 September 2012
Perkotaan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat Arsitektur

Pengembangan Sistem Pengelolaan, Penatausahaan dan Sekretariat Daerah Telematika; Keuangan; Jasa Studi,
44 Jl. Pahlawan No.9 Semarang Semarang 165.3.1/SPK/PPK/SETDA/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.225.680.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pelaporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah Penelitian dan Bantuan Teknis

Feasibility Study Potensi Investasi Bidang Kelautan dan Jl. Medan Merdeka Timur Jasa Studi, Penelitian dan
45 Kementerian Kelautan dan Perikanan Nasional 09/SPK/PPK/KP3K.1/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.149.785.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Bantuan Teknis / Jasa Keuangan

Peyusunan Blue Print Pemasaran Pariwisata Kabupaten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jalan Raya Singosari No. 275 Jasa Konsultansi / Bantek /
46 Kabupaten Malang 09/PPK/Disbudpar/III/2012 14 Maret 2012 Rp 328.697.000 12 Juli 2012 12 Juli 2012
Malang Kabupaten Malang Singosari – Malang Keuangan

Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Jl. Bumijo No. 5 Yogyakarta


Penyusunan Naskah Akademis Dan Raperda RDTR
47 Energi dan Sumber Daya Mineral Prov Provinsi Daerah Istimewa Jasa Konsultansi Yogyakarta 06/SP/DPU-ESDM/V/2012 20 Juni 2012 Rp 549.789.000 17 Oktober 2012 17 Oktober 2012
Kawasan Industri Yogyakarta
Yogyakarta Yogyakarta

Identifikasi Kebutuhan Sarana Prasarana Infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20 Tata Lingkungan / Sipil /
48 Kabupaten Lembata 128/SPJ/DPU/VI/2012-5 27 Juni 2012 Rp 756.298.000 24 Desember 2012 24 Desember 2012
Permukiman Kawasan Pesisir di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang Arsitektur

Pendampingan Teknis dan Monitoring Pelaksanaan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur Nomor Tata Lingkungan / Sipil /
49 Nusa Tenggara Barat SPK-17/PPK/NTB/KP3K.3/V/2012 16 Mei 2012 Rp 2.531.658.000 12 Desember 2012 12 Desember 2012
Penataan Ruang Kawasan Pesisir Nusa Tenggara Barat Direktorat Tata Ruang Laut dan Pesisir 16 Jakarta Pusat Arsitektur

Badan Pengemangan dan


Jl. Hang Jebat III /F.3 Kebayoran Jasa Studi, Penelitian dan
50 Penyusunan Strategi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Jakarta SP.26/PPK-BPPSMK/VI/2012 00 Januari 1900 Rp 1.087.588.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Baru, Jakarta Selatan Bantuan Teknis
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Jasa Studi, Penelitian dan
51 Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan Sumatera Utara 602/DBM-SP/7092/6/2012 00 Januari 1900 Rp 1.175.965.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Utara Bantuan Teknis

Penyusunan RDTR, KLHS, dan Peraturan Zonasi Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Jalan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Sipil /
52 Kalimantan Timur 86/SPK/PPK/KEK/DPU/III/2012 00 Januari 1900 Rp 1.912.568.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Provinsi Kalimantan Timur Samarinda Arsitektur

Penyusunan Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan


53 Jl. A. W. Syahranie Telematika Samarinda SPK.017/PPK/Dinkes/VIII/2012 21 Agustus 2012 Rp 587.180.000 19 November 2012 19 November 2012
Manajemen Obat dan Puskesmas Timur

Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan


Inventarisasi Data Infrastruktur Permukiman Wilayah Tata Lingkungan / Sipil / Kota Sawahlunto dan Kota
54 Permukiman Jl. Taman Siswa No.1 padang 309-3/SP/TR/IV/2012 30 April 2012 Rp 816.597.000 26 November 2012 26 November 2012
Kota Sawahlunto dan Kota Bukittinggi Arsitektur Bukittinggi
Provinsi Sumatera Barat

Penyusunan Ranperda dan Penyempurnaan Dokumen


Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jl. A. P. Pettarani No.90, Masale, Tata Lingkungan / Arsitektur / Kab. Enrekang, Kab. Takalar, Kab.
55 Materi Teknis RTR Kawasan Strategis Provinsi Lahan 28.1/KONS/PPK/RTR-KSP/04/2012 11 April 2012 Rp 1.256.852.000 07 November 2012 07 November 2012
Provinsi Sulawesi Selatan Panakkukang, Kota Makassar Sipil / Tata Tuang Bantaeng
Pangan Berkelanjutan

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan dan Semarang, Magelang, Demak,


56 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Pemuda 136 Semarang Jasa Konsultansi / Keuangan 012.2/SP-DINBUD/PPK/V/2012 07 Mei 2012 Rp 1.109.325.000 05 November 2012 05 November 2012
Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah Kudus, Jepara, Pekalongan
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Badan Penanaman Modal dan Jl. Raya Puputan Niti Mandala, Jasa Studi, Penelitian dan
57 Quickwins Peningkatan Sistem Pelayanan Publik Denpasar 065/SPK-QW/BPPMP/VII/2012 00 Januari 1900 Rp 979.856.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Perizinan Provinsi Bali Kota Denpasar, Bali 80239 Bantuan Teknis

Jalan Stadion Selatan No.1,


Badan Kepegawaian Daerah Jasa Studi, Penelitian dan
58 Evaluasi Capaian Kinerja SKPD Provinsi Jawa Tengah Karangkidul, Kota Semarang Semarang 35/10.2/SPK-BKD/VI/2012 12 Juni 2012 Rp 798.633.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Jawa Tengah Bantuan Teknis
50241

Penyusunan Identifikasi Infrastruktur Kawasan Kabupaten DPUPR-PERKIM Tata Lingkungan / Sipil /


59 Jalan Aghatis, Tanjung Selor Kabupaten Bulungan 95/Kons/DPUPR/PPK/V/2012 16 Mei 2012 Rp 631.858.000 12 November 2012 12 November 2012
Bulungan (Jaling, Japak dan Drainase) Provinsi Kalimantan Utara Arsitektur

Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Jalan KH Abdul Fatah Hasan Tata Lingkungan / Arsitektur /
60 Serang & Cirebon 31/KP3K.LPSPL/PPK/V/2012 09 Mei 2012 Rp 1.196.475.000 07 November 2012 17 November 2012
Perikanan dan Laut Serang - Banten Konplek DPRD Blok L No.4 Serang Sipil

Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jl. A. P. Pettarani No.90, Masale,


61 Penyusunan Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi Tata Ruang Kota Makassar 418/PZ/SP/DTRP/IV/2012 11 April 2012 Rp 906.741.000 8 Oktober 2012 8 Oktober 2012
Provinsi Sulawesi Selatan Panakkukang, Kota Makassar

Peningkatan Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Pemuda 127-133 Semarang Kabupaten Wonosobo dan
62 Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Kabupaten Telematika KU.03.02/SIM/BAPPEDA/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.309.850.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Daerah Provinsi Jawa Tengah 50132 Indonesia Kabupaten Temanggung
Wonosobo dan Kabupaten Temanggung

Penyempurnaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Tata Lingkungan / Sipil /
63 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali Jl. Beliton No. 2 Denpasar Denpasar 21.1/SP/PPK.3-DPU/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.125.941.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
DED Infrastruktur Perkotaan Arsitektur

Jalan Medan Merdeka Barat Jasa Studi, Penelitian dan


64 Penyusunan Profil Investasi Pariwisata Daerah Kementerian Pariwisata Bali, Yogyakarta, Magelang 09/SPP/PPK.3/PDWBDPDIP/V/2012 00 Januari 1900 Rp 981.367.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
No. 17 Jakarta 10110 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan

Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Program


Infrastruktur Pekerjaan Umum Berbasis Penataan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Tata Lingkungan / Arsitektur / Kab. Kepulauan Siau Tagulandang
65 116/256/KONS/PPK/DPU/V/2012 23 Mei 2012 Rp 1.398.226.000 19 Desember 2012 19 Desember 2012
di Kawasan Pesisir Kabupaten Kepulauan Siau Provinsi Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Sipil / Tata Tuang Biaro
Tagulandang Biaro

Bantuan Teknis Pengembangan Kelembagaan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Jl. Cut Nya Dien No.33
66 Jasa Konsultansi Manajemen Kutai Kartanegara 32/SPK/PPK/DINKES/06/2012 26 Juni 2012 Rp 401.655.000 26 Oktober 2012 26 Oktober 2012
Masyarakat Kartanegara Tenggarong

67 Rencana Induk Pengembangan Sarana Prasarana Sanitasi Bappeda Kabupaten Nias Barat Jalan Onolimbu Lahomi Tata Lingkungan Kabupaten Nias Barat 050/SPK.1/PPK/BAPPEDA/VI/2012 14 Juni 2012 Rp 695.870.000 14 November 2012 14 November 2012

Sinkronisasi Program Kerja Dan Anggaran Ketahanan Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3 Pasar Jasa Studi, Penelitian dan Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan
68 126/207.2/SEKJ/SPK/V/2012 17 Mei 2012 Rp 3.175.950.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Pangan Dan Infrastruktur Pertanian Nasional 2 Sekretariat Jenderal Minggu, Jakarta 12550 Bantuan Teknis Maluku

Studi Penataan Angkutan Umum Antar Kota Dalam Dinas Perhubungan


69 Jl. Imam Bonjol No. 61 Medan Transportasi Medan 021/KTR/PPK-3/DISHUB/VI/2012 00 Januari 1900 Rp 846.975.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Provinsi Sumatera Utara

Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir


Bimbingan Teknis Perencanaan dan Pemanfaatan Ruang Jalan Medan Merdeka Timur No. Jasa Konsultansi Manajemen /
70 dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Sulawesi Tenggara 011/A/SPK/KP3K/III/2012 08 Maret 2012 Rp 3.198.853.000 04 Oktober 2012 04 Oktober 2012
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 16, Gambir, Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis / Tata Ruang
Kelautan Dan Perikanan

Kajian Infrastuktur Sektor Energi, Transportasi dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh Tata Lingkungan / Sipil /
71 Aceh 25/SP/PPK-2/Bappeda/KIA/IV/2012 19 April 2012 Rp 798.520.000 19 Oktober 2012 19 Oktober 2012
Sumber Daya Air Di Kawasan Industri Aceh (KIA) Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121 Arsitektur

Dinas Sumber Daya Air dan Jl. Syeh Nawawi Al Bantani,


72 Penyusunan NSPM Perumahan Dan Permukiman Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Serang SP.22/NSPM/PPK-DSDAP/IV/2012 15 April 2012 Rp 827.675.000 12 Oktober 2012 12 Oktober 2012
Pemukiman Provinsi Banten Palima, Serang, Banten
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Pemetaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pasca Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Jasa Konsultansi / Bantek /
73 Jl.Sampul No.138 Medan Sumatera Utara 29/PPK-PMN/IV/2012 11 April 2012 Rp 1.728.598.000 09 September 2012 09 September 2012
Otonomi di Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara Keuangan

Konsultan Masterplan, Site Plan, dan DED Pengembangan Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta
74 Kementerian Daerah Tertinggal Tata Lingkungan / Sipil Jawa dan Sumatera SP.074/PPK/KPDT/V-2012 08 Mei 2012 Rp 3.298.565.000 05 Desember 2012 05 Desember 2012
Kawasan Permukiman Tertinggal Wilayah Barat Pusat 10110

Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129 Jasa Konsultansi Manajemen /


75 Bimbingan Teknis Pengelolaan Efektif Kawasan Konservasi LPSPL Makassar Kota Makassar 56/PERJ/PPK/LPSPL/3/2012 22 Maret 2012 Rp 1.795.640.000 18 September 2012 18 September 2012
Maros Bantuan Teknis

Komplek Perkantoran dan


Penyusunan Dokumen Pengembangan Data dan Pemukimanan Terpadu
Dinas Pekerjaan Umum Kepulauan Tata Lingkungan / Sipil /
76 Informasi Lingkungan (Penyusunan KLHS, RDTR dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Belitung 106/SP/PPK/DPU/IV/2012 00 Januari 1900 Rp 1.885.446.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Bangka Belitung Arsitektur
Zonasi Kawasan Perkotaan) Bangka Belitung Air Itam
Pangkalpinang Bangka

Bimtek Rencana Detail Kawasan Strategis Pariwisata Jalan Medan Merdeka Barat No. Jasa Konsultansi Manajemen /
77 Kementerian Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah 235.1/SPJ/PPK/Despar/V/2012 23 Mei 2012 Rp 2.265.982.000 19 November 2012 19 November 2012
Provinsi Sulawesi Tengah 17, Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis

Kajian Distribusi dan Jaringan Lintas Angkutan Barang di Dinas Perhubungan Provinsi Jl. Kesuma Bangsa No. 01
78 Transportasi Samarinda 25/2/SP/DISHUB/III/2012 00 Januari 1900 Rp 1.078.698.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kalimantan Timur Kalimantan Timur Samarinda

Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Pesisir Jl. Pahlawan No. 102-108


79 BAPPEDA Jawa Timur Tata Lingkungan / Sipil Jawa Timur 28/Kont-PPK/Bappeda/V.2012 18 Mei 2012 Rp 839.571.000 15 November 2012 15 November 2012
Untuk Pariwisata Surabaya

Masterplan dan DED Infrastruktur Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Jl. KH. Abdul Fatah Hasan No. 25 Tata Lingkungan / Arsitektur /
80 Banten 07.1/SP-PPK/DBMTR/IV/2012 00 Januari 1900 Rp 1.436.314.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Dalam Provinsi Provinsi Banten Serang - Banten Sipil

Masterplan Pengembangan Transportasi dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. 17 Agustus No.73 Manado
81 Transportasi Manado 108/PERJ/BAPPEDA/PPK2/V/2012 00 Januari 1900 Rp 1.126.984.000 13 Desember 2012 13 Desember 2012
Perhubungan Kawasan Strategis di Sulawesi Utara Daerah Provinsi Sulawesi Utara 95117

Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan KUKM Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jl. Raya Bandara Juanda No.22,
82 Jasa Konsultansi Jawa Timur 22/SP/PPK-KUKM/VII/2012 10 Juli 2012 Rp 715.950.000 10 Desember 2012 10 Desember 2012
Provinsi Jawa Timur Jawa Timur Sidoarjo

Jasa Konsultansi Pengembangan Ekonomi di Kawasan Jl. Khatib Sulaiman No. 1 Padang,
83 Bappeda Provinsi Sumatera Barat Jasa Konsultansi Kabupaten Solok 33/SP/PPK-BPPD/VII/2012 17 Juli 2012 Rp 471.249.500 17 November 2012 17 November 2012
Perdesaan Kabupaten Solok Sumatera Barat 25128

Kajian Pengembangan Sentra Industri Pengolahan Hasil Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta Tata Lingkungan / Arsitektur /
84 Kementerian Daerah Tertinggal Kalimantan SP.062/PPK/KPDT/VI-2012 07 Juni 2012 Rp 964.775.000 07 Desember 2012 07 Desember 2012
Hutan Di Daerah Tertinggal (PKT-15) Pusat 10110 Sipil

Kajian Pengambangan Kawasan Industri Tambak Garam di Direktorat Jenderal KP3K, Jl. Medan Merdeka Timur Jasa Konsultansi Manajemen /
85 Sulawesi Selatan, NTB dan NTT SPK-02.1/PPK/KP3K/VI/2012 05 Juni 2012 Rp 2.332.790.000 03 Desember 2012 03 Desember 2012
Sulawesi Selatan, NTB dan NTT Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Bantuan Teknis

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Komplek Kepatihan Danurejan


86 Jasa Konsultan Pembuatan Aplikasi SIMPATDA Telematika Yogyakarta 19/SPP/KONS/SIMPATDA/VI/2012 25 Juni 2012 Rp 457.159.000 23 November 2012 23 November 2012
Keuangan dan Aset Provinsi DIY Yogyakarta

Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Untuk Badan Perencanaan Pembangunan Kompleks Kepatihan, Danurejan,
87 Jasa Konsultansi D.I.Yogyakarta 17/SPK-BAPPEDA/V/2011 23 Mei 2011 Rp 721.695.000 21 November 2011 21 November 2011
Industri di Kab. Sleman dan Kab. Bantul Daerah Prov. DIY Yogyakarta

Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Jln. Brigjen Katamso


88 Penyusunan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Agama Jasa Konsultansi Manajemen Kalimantan Tengah 35/5/SP/KW/V-2011 12 Mei 2011 Rp 685.620.000 10 Oktober 2011 10 Oktober 2011
Tengah Palangkaraya 73112
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Jalan Abdul Malik Pattana


Penyusunan Studi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pada Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur /
89 Endeng, Kompleks kantor Kabupaten Mamuju SP.122/PPK-1/DPU/III/2011 21 Maret 2011 Rp 791.365.000 17 September 2011 17 September 2011
Kawasan Khusus Provinsi Sulawesi Barat Sipil / Tata Tuang
Gubernur Sulbar

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil


Penyusunan Pola Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Jl. Sisingamangaraja No. 3A
90 dan Menengah Jasa Konsultansi Jawa Tengah 47/SPK-PER/DAG/IV/2011 14 April 2011 Rp 1.753.750.000 15 Oktober 2011 15 Oktober 2011
Industri Menengah di Jawa Tengah Semarang 50232
Provinsi Jawa Tengah

Sinkronisasi Dan Penyusunan Kebijakan Tentang Rencana


Jl. Sumatera No. 15 Dok IV Jasa Studi, Penelitian dan
91 Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Jayapura - Papua 16/HK-03/SPK/DPU/RDTRK/VI/2011 00 Januari 1900 Rp 1.326.890.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Jayapura - Papua Bantuan Teknis
Perdesaan

Rencana Sistem Transportasi Dan Rekayasa Manajemen Dinas Perhubungan Dan Lalu Lintas
92 Jl. Ahmad Yani No. 268 Surabaya Transportasi Surabaya 65/5/SPK/DISHUBLALIN/VI/2011 00 Januari 1900 Rp 986.987.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Lalu Lintas Jalan Provinsi Jawa Timur Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur

Penyusunan Database Informasi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Jl. A. Yani Timur KM. 36
93 Telematika Banjarbaru 36/SP-PPK/Dishut/SDH/V/2011 16 Mei 2011 Rp 487.355.000 16 September 2011 16 September 2011
Berbasis Sistem Informasi Geografis (GIS) Selatan Banjarbaru

Bantuan Teknis Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / Magelang, Boyolali dan
94 136/SPK/RDTR-PZ/V/2011 00 Januari 1900 Rp 1.324.189.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Di Kawasan Perkotaan Magelang, Boyolali dan Purworejo Provinsi Jawa Tengah Semarang Arsitektur Purworejo

Dinas Pekerjaan Umum


95 Penyusunan DED Sistem Air Limbah Kota Bitung Jl. R.W. Monginsidi No. 68 Bitung Tata Lingkungan Kota Bitung 429.1/SPK/PPK-DPU/V/2011 09 Mei 2011 Rp 759.860.000 06 November 2011 06 November 2011
Kota Bitung

Jl. Gayung Kebonsari No. 169


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Strategis Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Tata Lingkungan / Sipil / KU.05.08/PK-RDTR/
96 Surabaya 60233 Surabaya 23 Mei 2011 Rp 1.768.741.000 18 November 2011 18 November 2011
Sudut Pandang Kepentingan Industri Kota Surabaya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Arsitektur V/03/2011
Jawa Timur

Bimbingan Teknis Pengelolaan Lingkungan Di TWP Kep. Dir.Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Jalan Medan Merdeka Timur No. Jasa Konsultansi Manajemen /
97 Sulawesi Selatan 203/5/SP/TWP/KKJI/KP3K/VI/2011 06 Juni 2011 Rp 1.965.713.000 03 Desember 2011 03 Desember 2011
Kapoposang dan Laut Disekitarnya Ditjen KP3K 16, Gambir, Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis

Dinas Pendapatan, Pengelolaan


Pengembangan Sistem Pelaporan Keuangan Daerah
98 Keuangan Dan Aset Daerah Istimewa Kepatihan Danurejan Yogyakarta Telematika, Keuangan Yogyakarta 027/005/SP/DPPKAD/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.269.857.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta

Perencanaan Teknis Lingkungan Pemukiman Pedesaan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1
99 Tata Lingkungan Semarang 21/SPK/DCKTR/PPID/IV/2011 07 April 2011 Rp 827.980.000 05 Oktober 2011 05 Oktober 2011
PPID Provinsi Jawa Tengah Semarang

Penyusunan Evaluasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Sipil / Kota Bontang, Kabupaten
100 109/SPK/PPK-DPU/6-2011 08 Juni 2011 Rp 986.598.000 05 Desember 2011 05 Desember 2011
(Paket-5) Kalimantan Timur Samarinda Arsitektur Mahakam Ulu

Penyusunan Sinkronisasi RPIJM Provinsi Sulawesi Utara Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Jasa Studi, Penelitian dan
101 Sulawesi Utara 315/KONS/PPK/DPU/VII/2011 00 Januari 1900 Rp 1.256.980.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Bidang Perumahan Pemukiman Tahun 2012 Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Bantuan Teknis

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Prov Jalan Urip Sumoharjo, Kota
102 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Sulsel SP.15/Kont-PPK/RIPPDA/IV/2011 14 April 2011 Rp 678.293.000 11 September 2011 11 September 2011
Daerah (RIPPDA) Sulsel Makassar

Bimtek Penyusunan Rencana Induk Pengembangan


Jalan Medan Merdeka Barat No. Jasa Konsultansi Manajemen /
103 Pariwisata Daerah, Kota/Kabupaten dan Obyek Wisata Kementerian Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara 173.1/SP-PPK/Despar/IV/2011 11 April 2011 Rp 2.703.658.000 07 November 2011 07 November 2011
17, Jakarta Pusat 10111 Bantuan Teknis
(RIPPDA/RIPK/RIPOW) Provinsi Sulawesi Utara

Pendamping Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Jalan Medan Merdeka Timur No


Badan Pengembangan Sumber Daya
104 Masyarakat Pesisir Dalam Pemberdayaan Kelompok 16 Gedung Mina Bahari III Lantai Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis NTT & NTB SPK-11/PPK/BPSDM-KP/V/2011 23 Mei 2011 Rp 5.368.925.000 20 November 2011 20 November 2011
Manusia Kelautan dan Perikanan
Nelayan Di Provinsi NTT & NTB 7 Jakarta Pusat
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Bantuan Teknis Kelembagaan Bidang Penyehatan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169
105 Jasa Konsultansi Manajemen Jawa Timur 618/SP/PPK-PLP/DPUCKTR/VI/2011 07 Juni 2011 Rp 446.985.500 05 Oktober 2011 05 Oktober 2011
Lingkungan Permukiman Dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233

Penyusunan Studi Identifikasi Kesesuaian Pemanfaatan Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kota Jl. Arif Rahman Hakim No. 22 Tata Lingkungan / Arsitektur /
106 Kota Mubagu 281/Kons/DPU/IV/2011 06 April 2011 Rp 596.103.000 03 September 2011 03 September 2011
Ruang Kota Mubagu Kotamobagu Kotamobagu Sipil / Tata Tuang

Jasa Konsultansi Kajian Kelembagaan Pemasaran Dinas Pariwisata Jalan S . Parman I Niti Mandala
107 Jasa Konsultansi Manajemen Bali SPK.12/PPK-Dinpar/III/2011 28 Maret 2011 Rp 613.887.000 25 Agustus 2011 25 Agustus 2011
Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali Renon Denpasar 802235

Peyusunan Masterplan Infrastruktur Perumahan dan


Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / Kota Semarang, Kabupaten
108 Permukiman di Kawasan Kumuh Perkotaan Kota 223/112/Perj/DCKTR/PPK/5/2011 10 Mei 2011 Rp 1.326.589.000 6 Desember 2011 6 Desember 2011
Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur Jepara dan Kota Surakarta
Semarang, Kabupaten Jepara dan Kota Surakarta

Dinas Perhubungan dan Informasi Jalan Siliwangi No.357 Semarang Jasa Studi, Penelitian dan
109 Kajian Peningkatan Pelayanan Publik Sektor Transportasi Semarang 116/SP-PPK/DISHUBKOMINFO/V/2011 00 Januari 1900 Rp 819.875.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Jawa Tengah 51046 Bantuan Teknis

Bimbingan Teknis Penggunaan GPS Geodetic Tingkat Dinas Pekerjaan Umum


110 Jln. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kota Palu 5/SPK/Bimtek-GPS/DPU/V/2010 18 Mei 2011 Rp 1.335.695.000 16 Agustus 2011 16 Agustus 2011
Dasar Dalam Pemanfaatan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah

Perencanaan Teknis Penataan Prasarana dan Sarana


111 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali Jl. Beliton No. 2 Denpasar Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kabupaten Badung 08/SP/PPK-DPU/IV/2011 20 April 2011 Rp 712.670.000 20 Oktober 2011 20 Oktober 2011
Permukiman Di Kabupaten Badung

Masterplan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169 Tata Lingkungan / Sipil / Kota Malang, Kota Batu, Kota SPP.512/PKT.05/PPK/DPUCKTR/IV/201
112 12 April 2011 Rp 856.498.000 09 Oktober 2011 09 Oktober 2011
Permukiman (PKT.05) dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233 Arsitektur Blitar 1

Penyusunan Rencana Penanganan Limbah Di Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JI. Mayjen. D.I. Panjaitan No. 8 Kabupaten Tabalong, Kabupaten
113 Tata Lingkungan 601/225/SP/APBD.CK/III/2011 31 Maret 2011 Rp 1.269.850.000 30 November 2011 30 November 2011
Permukiman Kalimantan Selatan Banjamasin Kotabaru dan Kota Banjarbaru

Identifikasi Kebutuhan dan Peluang Investasi Bidang Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Jasa Studi, Penelitian dan
114 Nasional 52.1/SPK/PPK/DJP/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.059.860.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pertanian dan Perekebunan Direktorat jenderal Perkebunan Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan

Pengembangan Website Pariwisata dan Updating Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Wisata Menanggal, Surabaya
115 Telematika Surabaya 17/SPK.7/Disbudpar/IV/2011 21 April 2011 Rp 885.972.000 18 September 2011 18 September 2011
Database Potensi Wisata Jawa Timur Provinsi Jawa Timur 60234

Masterplan Percepatan Pengembangan Infrastruktur Kementerian Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Tata Lingkungan / Arsitektur /
116 Kalimantan 65/2/SPK-PPK/PTPMK/V/2011 16 Mei 2011 Rp 856.986.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan Transmigrasi Kalimantan Transmigrasi RI Selatan Sipil

Badan Penanaman Modal dan Kec. Mertoyudan, Kec.


Bantuan Teknis Pendampingan Peningkatan Mutu Jasa Studi, Penelitian dan
117 Pelayanan Perizinan Terpadu Jln Soekarno-Hatta Borobudur, Kec. Muntilan, Kec. 017/P2/BPMPPT/PPK/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.389.568.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pelayanan Terpadu Kecamatan Paket 2 Bantuan Teknis
Kabupaten Magelang Mungkid, Kec. Sawangan

Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Jl. Bumijo No. 5 Yogyakarta


Rencana Strategi Pembangunan Infrastruktur Kecipta- Tata Lingkungan / Sipil /
118 Energi dan Sumber Daya Mineral Prov Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 075/SPK/Inf/PPK/DPU-ESDM/VI/2011 20 Juni 2011 Rp 765.982.000 17 Desember 2011 17 Desember 2011
Karyaan di Kawasan Perkotaan Arsitektur
Yogyakarta Yogyakarta

Bimbingan Teknis Penanganan Kawasan Permukiman Satuan Kerja PSPLP Provinsi Jln. S.Parman. No.3, Palangka
119 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kota Palangka Raya 01.25/KONS/PSPLP-KH/III/2011 29 Maret 2011 Rp 1.689.648.000 25 September 2011 25 September 2011
Kumuh Perkotaan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah Raya 73111
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Penyusunan Kajian Indeks Wilayah Tertinggal (Paket Kementerian Pembangunan Daerah Jl. Abdul Muis No.7
120 Jasa Survey / Bantuan Teknis Papua dan Papua Barat 028.7/SPK/P2SP/PDT/V/2011 05 Mei 2011 Rp 695.350.000 05 November 2011 05 November 2011
Papua dan Papua Barat) Tertinggal Jakarta Pusat

Dinas Pekerjaan Umum Kota


121 Supervisi Jalan dan Jembatan Desa Jl. Ruhui Rahayul Balikpapan Pengawasan / Supervisi Kota Balikpapan 57/SP/PPK/DPU/V/2011 17 Mei 2011 Rp 618.943.000 16 September 2011 16 September 2011
Balikpapan

Identifikasi dan Penyusunan Strategi Bagi Pengembangan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Jl. Sisingamangaraja No. 3A
122 Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan Perekonomian dan Menengah Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Jawa Tengah SP.17/PPK-DINKOPUKM/IV/2011 05 April 2011 Rp 653.750.000 03 September 2011 03 September 2011
Semarang 50232
Daerah Provinsi Jawa Tengah

Perencanaan Strategis Peningkatan Investasi Dalam Badan Penanaman Modal Daerah Jl. Mgr Soegiyopronoto No 1
123 Jasa Konsultansi Jawa Tengah 605/BPPMD/SP/V/2011 16 Mei 2011 Rp 816.243.000 14 Oktober 2011 14 Oktober 2011
Bidang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah Semarang 50131

Study Identifikasi Potensi Titik Simpul Jaringan Angkutan Dinas Perhubungan dan Informasi Jalan Siliwangi No.357 Semarang
124 Transportasi Semarang 15/3/SPK/DISHUBKOMINFO/5/2011 00 Januari 1900 Rp 987.569.500 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Barang Provinsi Jawa Tengah 51046

Pengawasan Pembangunan Jaringan Irigasi Kecamatan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5
125 Pengawasan / Supervisi Samarinda 065/SPK-Peng/PPK/DPU/V/2011 18 Mei 2011 Rp 815.369.500 16 September 2011 16 September 2011
Sungai Kunjang Kalimantan Timur Samarinda

Penyusunan Pengembangan Infrastruktur Jangka Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil / Koridor I Pusat Kota Denpasar –
126 Jl. Beliton No. 2 Denpasar 05/1a/SP/K1/PPK-DPU/V/2011 18 Mei 2011 Rp 805.698.000 14 November 2011 14 November 2011
Menengah Koridor I Pusat Kota Denpasar – GWK Provinsi Bali Arsitektur GWK

Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri di Jl. Ahmad Yani Komp. Kantor Tata Lingkungan / Arsitektur / Kabupaten Landak & Kota
127 Bappeda Provinsi Kalimantan Barat 33/Kont/PPK.2/Bappeda/IV/2011 27 April 2011 Rp 985.687.000 27 Oktober 2011 27 Oktober 2011
Kalimantan Barat Gubernur Pontianak Sipil Pontianak

Jl. H. Abd. Malik Pattana Endeng,


Penyusunan Pengembangan Kelembagaan Pasar dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
128 Kompl. Kantor Gubernur Sulbar - Jasa Konsultansi Manajemen Sulawesi Barat 15/1/SP-DKP/KONS/IV/2011 14 April 2011 Rp 517.965.000 14 September 2011 14 September 2011
Pemasaran Hasil Perikanan Sulawesi Barat
Rangas

Perencanaan Penataan Lingkungan Pemukiman Penduduk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta JL. SM. Amin No. 92 Pekanbaru - Tata Lingkungan / Sipil /
129 Pekanbaru 33/PPK/SPK/DPU-CK/V/2011 23 Mei 2011 Rp 1.028.571.000 21 November 2011 21 November 2011
Pedesaan Karya Provinsi Riau Riau Arsitektur

Bantuan Teknis Penyempurnaan RDTR Kawasan Strategis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Tata Lingkungan / Sipil /
130 Banjarmasin 95/SPK-RDTR/PPK/DPU/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.289.564.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Provinsi Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Arsitektur

Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan


Penyusunan Database Infrastruktur Perkotaan dan
131 Permukiman Jl. Taman Siswa No.1 padang Telematika Sumatera Barat 196/KONT-PJTRP/PPK1/IV/2011 00 Januari 1900 Rp 1.265.987.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Perdesaan
Provinsi Sumatera Barat

Penyusunan Tatralok Sistem Transportasi Angkutan Jalan Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Jl. Pringgo Diningrat, Beran Kidul, 312/SP/PPK/DISHUBKOMINFO/VI/201
132 Transportasi Kabupaten Sleman 00 Januari 1900 Rp 789.580.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
di Kabupaten Sleman Informatika kabupaten sleman Tridadi, Sleman 1

Badan Perencanaan Pembangunan Jl. 17 Agustus No.73 Manado Tata Lingkungan / Sipil /
133 Penyusunan Masterplan Infrastruktur Daerah Sulawesi Utara 326/SPK/PPK.5/Bappeda/VI/2011 29 Juni 2011 Rp 1.532.658.000 26 November 2011 26 November 2011
Daerah Provinsi Sulawesi Utara 95117 Arsitektur

Komplek Perkantoran dan


Pemukimanan Terpadu
Rencana Induk Penanganan Permukiman Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Kepulauan Tata Lingkungan / Sipil /
134 Pemerintah Provinsi Kepulauan Kota Pangkal Pinang 71/PPKP/SP-PPK/VI/2011 20 Juni 2011 Rp 635.750.000 18 Juni 2011 18 Juni 2011
Perkotaan Bangka Belitung Arsitektur
Bangka Belitung Air Itam
Pangkalpinang Bangka

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jalan Tanjungpura Sukadana Tata Lingkungan / Sipil /
135 Penyusunan RDTR Kabupaten Kayong Utara Kabupaten Kayong Utara 607/01/PPK.PBJ/KS/DPU/VIII/2011 10 Agustus 2011 Rp 459.874.000 07 November 2011 07 November 2011
Kayong Utara Kode Pos 78852 Arsitektur
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Pengawasan Pembangunan Gedung Kantor Badan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Pemuda 127-133 Semarang
136 Pengawasan / Supervisi Semarang - Jawa Tengah SP.55.1/Bappeda/V/2011 23 Mei 2011 Rp 519.657.000 25 Oktober 2011 25 Oktober 2011
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Daerah Provinsi Jawa Tengah 50132 Indonesia

Satuan Kerja Pengembangan Daerah


Penyusunan Master Plan Pengembangan Sarana Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta Sulawesi Selatan dan Sulawesi
137 Khusus Tata Lingkungan 125.2/PPK-P2DTK/Dep.V-PDT/III/2011 29 Maret 2011 Rp 1.698.590.000 29 November 2011 29 November 2011
Prasarana Sanitasi Di Daerah Tertinggal Pusat Barat
Kementerian Daerah Tertinggal

Penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Kawasan Badan Perencanaan dan Pembangunan Jl. Kesuma Bangsa Nomor 2 -
138 Jasa Konsultansi Kalimantan Timur 021/P/Bappeda/PPK/V/2011 17 Mei 2011 Rp 865.728.000 14 November 2011 14 November 2011
Industri di Wilayah Transmigrasi Daerah Prov Kaltim Samarinda 75123

Penyusunan Masterplan Pembangunan Infrastruktur Satker Peningkatan Infrastruktur Jalan Abdul Muis No.7, Gambir, Tata Lingkungan / Sipil /
139 Kalimantan SPK.105/PPK-2/KPDT/IV/2011 06 April 2011 Rp 2.133.658.000 02 Desember 2011 02 Desember 2011
Permukiman dan Perumahan Daerah Tertinggal (JK-08) Kementerian PDT Jakarta Pusat 10110 Arsitektur

Kajian Capaian Kinerja Pemerintah Dalam Pembangunan Jl. Abdul Muis No. 7, Jasa Studi, Penelitian dan
140 Kementerian Daerah Tertinggal Jawa, Sumatera dan Bali 315.1/KTR/PPK/KPDT/V/2011 25 Mei 2011 Rp 2.159.750.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Daerah Tertinggal Jakarta Pusat 10110 Bantuan Teknis

Jasa Konsultansi Pendampingan Ekonomi Petambak Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. Sangkar Mas Nunbaun Sabu Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis
141 Nusa Tenggara Timur 21/SP-DKP/PE/VI/2011 10 Juni 2011 Rp 1.538.795.000 08 November 2011 08 November 2011
Garam Kawasan Pesisir Nusa Tenggara Timur Propinsi NTT Kupang / Keuangan

Penyusunan AMDAL Perpipaan Distribusi Utama dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jalan Tengkawang No. 5
142 Jasa Konsultansi Balikpapan 62/SPK/AMDAL-SPAM/DPU/IV/2011 18 April 2011 Rp 759.826.000 16 September 2011 16 September 2011
Reservoir Induk SPAM Regional Balikpapan Utara Kalimantan Timur Samarinda

Survey dan Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Jl. Pangeran Diponegoro 21-A Tata Lingkungan / Arsitektur /
143 Bappeda Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara 51.1/SK/BAPPEDA/PPK-3/V/2011 18 Mei 2011 Rp 1.321.967.000 16 November 2011 16 November 2011
Industri Sumatera Utara Box 1054 Medan 20152 Sipil

Masterplan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jl. Pemuda 127-133 Semarang Tata Lingkungan / Sipil /
144 Bappeda Provinsi Jawa Tengah Boyolali 31.1/SP.5-BAPPEDA/V/2011 10 Mei 2011 Rp 1.375.258.000 08 November 2011 08 November 2011
Perdesaan 50132 Indonesia Arsitektur

Penyusunan Database Potensi Pariwisata Provinsi Jl. Denang Lebar Daun Kav IX,
145 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Telematika Sumatera Selatan 20/Disbudpar/PPK/SPK/SL.5/2011 20 April 2011 Rp 719.575.000 18 Oktober 2011 18 Oktober 2011
Sumatera Selatan Palembang

Dinas Perindustrian Jl. Basuki Rahmat No. 55 Kode


146 Masterplan Pola Pengembangan Sentra IKM Kota Bontang PerdaganganKoperasi & UMKM Pos 75117 Kotak Pos 1049 Jasa Konsultansi Kota Bontang 29/Kont/PPK/Indagkop/VII/2011 07 Juli 2011 Rp 597.856.000 05 Desember 2011 05 Desember 2011
Provinsi Kalimantan Timur Samarinda

Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera


147 Konsultansi Supervisi Jalan & Jembatan Kabupaten Karo Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan Pengawasan / Supervisi Kabupaten Karo 305.1/SP/PPK-BM/IV/2011 05 April 2011 Rp 715.980.000 07 Oktober 2011 07 Oktober 2011
Utara

Pembuatan Aplikasi GIS Perhubungan dan Komunikasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Jl. Kapten A. Rivai No. 51,
148 Telematika Palembang 9/SPK-PPK/Dishubkominfo/V/2011 16 Mei 2011 Rp 496.587.000 14 November 2011 14 November 2011
dan Informatika Informatika Propinsi Sumatera Selatan Palembang, Sumatera Selatan

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Peningkatan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Gedung Cisadane Lantai III, Jalan
149 Jasa Konsultansi Kota Tangerang 05/KONT/PPK/SDP/VI/2011 15 Juni 2011 Rp 259.697.000 12 September 2011 12 September 2011
SKPD Kota Tangerang Pelatihan KS. Tubun No.1 Kota Tangerang

Kajian dan Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kompleks Perkantoran Pertanian Tata Lingkungan / Sipil /
150 Sulawesi Utara 78/SP-PPK/DKP/VI/2011 15 Juni 2011 Rp 1.125.870.000 15 Desember 2011 15 Desember 2011
Industri Hasil Laut Sulawesi Utara Kalasey Arsitektur

Penyusunan Masterplan dan DED Kasan Pesisir untuk Direktorat Jenderal KP3K, Jl. Medan Merdeka Timur Tata Lingkungan / Sipil /
151 Sulawesi Barat SPK-08.2/PPK/KP3K/IV/2011 05 April 2011 Rp 1.775.295.500 05 November 2011 05 November 2011
Industri Budidaya Tambak Udang Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 16 Jakarta Pusat Arsitektur

Penyusunan Materplan Pengembangan Kawasan Industri Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Tata Lingkungan / Arsitektur /
152 Direktorat Jenderal Perkebunan Kalimantan Timur 21/SPMK/PPK/DJP/VI/2011 14 Juni 2011 Rp 2.360.479.000 09 Desember 2011 09 Desember 2011
Kelapa Sawit Kalimantan Timur Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Sipil
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Rencana Induk Pengembangan Kawasan Industri Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Flamboyan Nomor 2 Mataram- Tata Lingkungan / Sipil /
153 Nusa Tenggara Barat 17.A/SPK/BPPD-NTB/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 809.650.000 13 Desember 2010 13 Desember 2010
Pengolahan Hasil Perikanan Daerah Prov. NTB 83126-Provinsi NTB Arsitektur

Penyusunan Strategi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh
154 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Aceh SP.17/PPK/Bappeda/V/2010 27 Mei 2010 Rp 587.956.000 25 Oktober 2010 25 Oktober 2010
Kreatif Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121

Penyusunan Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Jasa Studi, Penelitian dan
155 Jalan Haluoleo, Mokoau, Kambu Sulawesi Tenggara SP.23/PPK/BAPPEDA/VI/2010 23 Juni 2010 Rp 1.251.265.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Daerah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Bantuan Teknis

Analisis Pengembangan Kelembagaan Dinas Pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Jl. Jend. Sudirman No. 29
156 Jasa Konsultansi Manajemen Balikpapan 602/05/SP-PPK/DPU/IV/2010 26 April 2010 Rp 461.260.000 24 Agustus 2010 24 Agustus 2010
Umum Provinsi Kalimantan Timur Balikpapan

Penyusunan Rencana Pedoman Pembangunan Dinas Cipta karya dan Tata Kota
157 Jl. Kesuma Bangsa Nomor 84 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Samarinda SP.21/PPK/RP3KP/DCKTK/IV/2010 12 April 2010 Rp 569.857.500 11 September 2010 11 September 2010
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Terpadu (RP3KP) Samarinda

Komplek Perkantoran dan


Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan Study Perencanaan Pemukimanan Terpadu
Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil /
158 Infrastruktur Permukiman (FS dan DED) Kabupaten Pemerintah Provinsi Kepulauan Kabupaten Belitung 058/Kons/DAK/DPU/FS-DED/V/2010 06 Mei 2010 Rp 923.665.000 02 November 2010 02 November 2010
Kepulauan Bangka Belitung Arsitektur
Belitung (DAK) Bangka Belitung Air Itam
Pangkalpinang Bangka

Penyusunan Naskah Akademis dan Review Rencana Detail


JL. SM. Amin No. 92 Pekanbaru - Tata Lingkungan / Sipil / Pekanbaru, Bagansiapiapi, Kota
159 Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Pekanbaru, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau 33/SPK/DPU/PPK/RDTR/III/2010 00 Januari 1900 Rp 1.402.369.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Riau Arsitektur Dumai
Bagansiapiapi dan Kota Dumai

Dinas Perindustrian, Perdagangan,


Penyusunan Konsep Rencanan Pengembangan Sentra
160 Koperasi, Dan Usaha Mikro, Kecil & Jl. Pemuda No.220 Klaten Jasa Konsultansi Kabupaten Klaten 29/PPK/KUKM/IV/2010 19 April 2010 Rp 798.547.000 17 Oktober 2010 17 Oktober 2010
UMKM Lurik dan Batik Kabupaten Klaten
Menengah

Badan Kordinasi Penanaman Modal Jalan Udayana Nomor 4 Jasa Studi, Penelitian dan
161 Bantuan Teknis Peningkatan Standar Pelayanan Publik Mataram 98/KTR/BKPM-PT/APBD/V/2010 00 Januari 1900 Rp 886.974.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
dan Perizinan Terpadu NTB Mataram Bantuan Teknis

Penyusunan Materi Teknis Dalam Rangka Masukan


Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Arsitektur /
162 Terhadap Rencana Tata Ruang KSP Di Wilayah Magelang Kab. Magelang 99/SPK/KSP/VI/2010 02 Juni 2010 Rp 1.169.823.000 29 November 2010 29 November 2010
Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Sipil / Tata Tuang
dan Sekitarnya

Penyusunan DED Kawasan Industri Pengolahan Hasil Dinas Pertambangan dan Energi Jl.MT.Haryono No.27 Samarinda Tata Lingkungan / Sipil /
163 Kalimantan Timur 05.2/SPK-PK/Distamben/V/2010 27 Mei 2010 Rp 1.539.785.000 25 November 2010 25 November 2010
Tambang Provinsi Kalimantan Timur 75124 Arsitektur

Jasa Konsultasi Penyusunan Study Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Jl. DI. Panjaitan No.2 Kotak Pos Tata Lingkungan / Arsitektur /
164 Maluku HK.03/100/SPK/PPK1/DPU/VI/2010 10 Juni 2010 Rp 1.758.956.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan (FS dan DED) Provinsi Maluku 88 Ambon Sipil

Dinas Perhubungan, Informasi dan Jalan. Cok. Agung Tresna


165 Penyusunan Sistem Informasi Database Jalan Telematika Denpasar 10.1/SP/PPK-SI/VII/2010 08 Juli 2010 Rp 527.982.000 08 Desember 2010 08 Desember 2010
Komunikasi Provinsi Bali Denpasar Bali

Pengembangan Database Aplikasi dan Sistem Informasi Dinas Pekerjaan Umum


166 Jl. Beliton No.2 Denpasar Telematika Denpasar 19.1/KONS/PPK/DPU/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 987.566.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Sarana Prasarana Infrastruktur Wilayah Provinsi Bali

Jalan Pattimura No.20, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,


Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang
167 Kementerian PU Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Sulawesi Selatan, Sulawesi HK.02.08/RTRKP/2010/05 12 Mei 2010 Rp 3.289.620.000 08 Desember 2010 08 Desember 2010
Kawasan Perkotaan Kabupaten/Kota Di Pulau Sulawesi
12110 Tenggara, Sulawesi Utara

Kajian Teknis Pengembangan dan Pelayanan Angkutan Dinas Perhubungan, Informasi dan Jalan. Cok. Agung Tresna
168 Transportasi Denpasar 15/SP/PPK/DISHUBINKOM/6/2010 00 Januari 1900 Rp 716.985.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Laut di Bali Komunikasi Provinsi Bali Denpasar Bali
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Pengembangan Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi BAPPEDA Jl. Ahmad Yani Komp. Kantor Tata Lingkungan / Sipil /
169 Kalimantan Barat 15/8/SPP/PPK.5/Bappeda/IV/2010 27 April 2010 Rp 897.711.000 24 Oktober 2010 24 Oktober 2010
Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Barat Gubernur Pontianak Arsitektur

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi


170 Revitalisasi Pantai Ngliyep dan Pantai Bajul Mati Malang Jalan Ahmad Yani 152B Surabaya Jasa Konsultansi Malang 12-1/SP-PPK/DPK/VI/2010 16 Juni 2010 Rp 619.856.000 14 September 2010 14 September 2010
Jawa Timur

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang / Perencanaan
171 Jl. P. Senopati, Palbapang Bantul Kabupaten Bantul 33/SPJK/JB/DPU-19/VI/2010 16 Juni 2010 Rp 648.974.999 11 November 2010 11 November 2010
Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul Kawasan Industri

Bimbingan Teknis Manajemen Pengelolaan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares,
172 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kota Manado 22/SPK-PPK/RTH/DPU/V/2010 27 Mei 2010 Rp 1.842.358.000 23 November 2010 23 November 2010
Terbuka Hijau Kota/Taman Kota Provinsi Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado

Penyusunan DED Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Jl. Majapahit No. 54 Tata Lingkungan / Sipil /
173 Dinas Kehutanan Provinsi NTB Mataram 17A/SPK/DED-RTH/06/2010 07 Juni 2010 Rp 528.310.000 05 Oktober 2010 05 Oktober 2010
Lindung Mataram 83115 Arsitektur

Dinas Perindustrian Perdagangan


Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sentra Jln. Kusumanegara 9 Kota
174 Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Jasa Konsultansi D.I. Yogyakarta 14/SP-PPK/DISPERINDAGKOP/V/2010 11 Mei 2010 Rp 547.698.500 08 November 2010 08 November 2010
Industri Batik Yogyakarta
Yogyakarta

Detail Desain Pengembangan Infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Jl. W. J. Lalamentik No. 20 Tata Lingkungan / Sipil /
175 Labuan Bajo 09/312/KTR/DPU/6/2010 17 Juni 2010 Rp 895.680.000 14 Desember 2010 14 Desember 2010
Perkampungan Nelayan Terpadu Labuan Bajo Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang Arsitektur

Jasa Konsultansi Pengembangan Sistem Aplikasi Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
176 Jl. A Yani No.1 Jambi Telematika, Keuangan Jambi 085/KONT/PPK-BPKAD/VI/2010 00 Januari 1900 Rp 915.680.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pengelolaan Keuangan Daerah Daerah Provinsi Jambi

Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. Tikala Ares No.80, Tikala Ares, Tata Lingkungan / Sipil /
177 Manado 213/KONS/PPK/DPU/RDTR/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 1.296.203.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Regulatian Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Sulawesi Utara Tikala, Kota Manado Arsitektur

Penyusunan Rencana Strategis 2014-2019 Jl. Prof. M. Yamin, SH No. 76


178 Dinas Perhubungan Provinsi Jambi Transportasi Jambi 09/SP/PPK/RENSTRA/DISHUB/V/2010 00 Januari 1900 Rp 897.569.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Pengembangan Transportasi Wilyah Provinsi Jambi Jambi

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang JL. Madukoro, Blok. AA-BB, Jasa Studi, Penelitian dan
179 Jawa Tengah 05/SPK/DCKTR/RPIJM-CK/III/2010 00 Januari 1900 Rp 968.775.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah Semarang 50144 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan

Pengadaan Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP)


Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir Miskin Bidang Jalan Basuki Rahmat No.76, Kota
180 Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kalimantan Timur 12.2/SPK/UEP/IV/2010 14 April 2010 Rp 2.869.784.000 12 Oktober 2010 12 Oktober 2010
Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Samarinda
Timur

Penyusunan RDTR, Peraturan Zonasi dan KLHS Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Arsitektur / Kab. Banggai Kepulauan dan
181 Jln. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu 59/5/SP-PPK/DPU/III/2010 31 Maret 2010 Rp 1.264.986.000 27 Oktober 2010 27 Oktober 2010
Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah Sipil / Tata Tuang Kab.Banggai Laut

Jl. KH Abdul Fatah Hasan


Pembuatan Dokumen Rencana Strategis Wilayah Pesisir Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
182 Komplek DPRD Blok I. No. 4 Jasa Konsultansi Serang B.21/KP3K.LPSPL/PPK/VI/2010 23 Juni 2010 Rp 595.680.000 20 Oktober 2010 20 Oktober 2010
dan Pulau-Pulau Kecil dan Laut (LPSPL) Serang
Serang

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tata Lingkungan / Sipil /
183 Jl. Prof. Moh. Yamin No. 33 Palu Sulawesi Tengah 911/PKK/CK.10.3/2010 15 Juni 2010 Rp 378.189.740 16 Desember 2010 16 Desember 2010
(RTRWP) Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Arsitektur

Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil


Pengembangan Kelembagaan Pada UKM Berorientasikan Jl. Sisingamangaraja No. 3A
184 Dan Menengah Jasa Konsultansi Manajemen Jawa Tengah 215.1/SPK/UKM/V/2010 11 Mei 2010 Rp 729.856.000 08 November 2010 08 November 2010
Produk Unggulan Daerah Semarang 50232
Provinsi Jawa Tengah
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Industri Agro


Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Tata Lingkungan / Arsitektur /
185 dan Kajian Pengembangan Pertanian Organik Kota Ambon Direktorat Jenderal Perkebunan Kota Ambon dan Kota Tual 17/2/SPK/PPK/DJP/V/2010 12 Mei 2010 Rp 1.565.980.000 10 November 2010 10 November 2010
Ragunan - Jakarta Selatan 12550 Sipil
dan Kota Tual

Penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah Kementerian Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta
186 Tata Lingkungan / Sipil Kalimantan Selatan SPK-118/PPK-PTPMK/V/2010 10 Mei 2010 Rp 1.683.520.000 07 November 2010 07 November 2010
Transmigrasi Kalimantan Selatan Transmigrasi RI Selatan

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan


Jalan Ir. H. Juanda No.287 Tata Lingkungan / Sipil /
187 dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Bappeda Provinsi Jawa Barat Kabupaten Purwakarta SP-31/PPK/RP3KP/V/2010 24 Mei 2010 Rp 589.657.500 24 November 2010 24 November 2010
Bandung - 40135 Arsitektur
Purwakarta

Perencanaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Jl. Bumijo No. 5 Yogyakarta
Tata Lingkungan / Sipil / Kabupaten Kulon Progo &
188 Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Kulon Progo & Energi dan Sumber Daya Mineral Prov Provinsi Daerah Istimewa 120/SPK/PPK/DPU-ESDM/IV/2010 21 April 2010 Rp 990.568.000 17 November 2010 17 November 2010
Arsitektur Kabupaten Slema
Kabupaten Sleman Yogyakarta Yogyakarta

Jasa Konsultansi Pengembangan Website dan Aplikasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan


189 Jl. Margonda Raya No. 54 Depok Telematika Kota Depok 215.1/SPP/DPPKA/V/2010 17 Mei 2010 Rp 725.300.000 15 Oktober 2010 15 Oktober 2010
Pengelolaan Keuangan Daerah Keuangan dan Aset Kota Depok

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Badan Perencanaan Pembangunan Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureu-eh Tata Lingkungan / Sipil /
190 Aceh SP.13/PPK/KIA/III/2010 15 Maret 2010 Rp 1.975.236.500 18 Oktober 2010 18 Oktober 2010
Peraturan Zonasi Kawasan Industri Aceh (KIA) Daerah Prov Aceh No.26 Banda Aceh 23121 Arsitektur

Jl. Aneka Tambang, Komplek


Sinkronisasi dan Harmonisasi Rancangan Peraturan Sekretariat Daerah Jasa Studi, Penelitian dan
191 Perkantoran Gubernur Kalimantan Selatan 050/117/PERJ/SETDA/V/2010 00 Januari 1900 Rp 753.698.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Bantuan Teknis
Kalimantan Selatan

Komplek Perkantoran Pemerintah


Sinkronisasi dan Harmonisasi Materi Teknis dan Raperda
Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Provinsi Kep Bangka Belitung
192 RTR Kawasan Strategis Pariwisata Kepulauan Bangka Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Prov Bangka Belitung 21.2/SPP/BAPPEDA/RTR/III/2010 23 Maret 2010 Rp 802.578.000 20 September 2010 20 September 2010
Belitung Air Itam - Pangkalpinang
Belitung
Bangka

Komplek Perkantoran Pemerintah


Penyusunan Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Provinsi Kep Bangka Belitung Tata Lingkungan / Arsitektur /
193 Kota Pangkalpinang 35/2/SPK/BAPPEDA/RKPI/IV/2010 14 April 2010 Rp 1.357.698.000 20 September 2010 20 September 2010
Industri Kota Pangkalpinang Belitung Air Itam - Pangkalpinang Sipil
Bangka

Gedung Bappeda Lt. II Kawasan


Pembangunan Aplikasi Sistim Informasi Database Sumber Badan Penelitian dan Pengembangan
194 Pusat Pemerintahan Provinsi Telematika Serang 96/SP-SDA/PPK-BPPD/VIII/2010 16 Agustus 2010 Rp 499.130.000 14 November 2010 14 November 2010
Daya Alam (SDA) Daerah Provinsi Banten
Banten

Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Kota Palangka Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jalan Letjend. S. Parman Nomor. Kota Palangka Raya dan
195 Tata Lingkungan 268/697/A/DPU/SPK/IV/2010 07 April 2010 Rp 1.498.587.000 07 Desember 2010 07 Desember 2010
Raya dan Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah 03 Palangka Raya 73112 Kabupaten Murung Raya

Sinkronisasi Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Jl. H. Agus Salim NO.02 - Kota Jasa Studi, Penelitian dan
196 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Provinsi Jambi 25.2/7/SPK/PPK-2/DPU/V/2010 00 Januari 1900 Rp 987.575.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan (RDTRK) Perkotaan Provinsi Jambi Baru Jambi Bantuan Teknis

Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial Ekonomi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kompleks Perkantoran Pertanian
197 Bantuan Teknis Sulawesi Utara 019/SP-PPK/DKP/V/2010 25 Mei 2010 Rp 1.198.703.500 22 Oktober 2010 22 Oktober 2010
Masyarakat Pesisir Sulawesi Utara Kalasey

Kajian Pengembangan Transportasi Perdesaan di Badan Perencanaan Pembangunan


198 Jl. Khatib Sulaiman No. 1 Padang Transportasi Padang 501/KTRK/BAPPEDA/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 798.564.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Sumatera Barat Daerah Provinsi Sumatera Barat

Penyusunan Masterplan Pengembangan Infrastruktur


Satker Peningkatan Infrastruktur Jalan Abdul Muis No.7, Gambir, Tata Lingkungan / Sipil /
199 Kawasan Pemukiman Pada Kawasan Pedesaan Potensial, Provinsi Sulawesi Selatan KTR.12.05/Satker/PPK2/3/2010 05 April 2010 Rp 2.364.230.000 01 Desember 2010 01 Desember 2010
Kementerian PDT Jakarta Pusat 10110 Arsitektur
Desa Tertinggal dan Pulau Kecil Wilayah Sulawesi Selatan
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Rencana Pengembangan Kelembagaan Pemasaran Produk Jl. Raya Bandara Juanda No.22, 55.1/12-IKM-
200 Dinkop UMKM Jatim Jasa Konsultansi Manajemen Jawa Timur 21 Juni 2010 Rp 672.613.000 21 November 2010 21 November 2010
Industri Kecil dan Menengah Sidoarjo, Jawa Timur KONS/PPK/UMKM/V/2010

Jl. DKW. Mohd. Benteng,


Jasa Perencanaan Penyediaan Infrastruktur Pedesaan di
201 Dinas Kelautan Kabupaten Natuna Komplek Masjid Agung - Ranai Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis Kabupaten Natuna 05/PPK-DKP/SPK/VI-2010 21 Juni 2010 Rp 595.087.000 20 September 2010 20 September 2010
Kawasan Minapolitan
Kabupaten Natuna

Masterplan Pengembangan Kawasan Penyangga Hutan Di Jalan Pembangunan Nomor 1 Tata Lingkungan / Sipil /
202 Bappeda Provinsi Bengkulu Kabupaten Mukomuko SP.08/PPK-Bappeda/IV/2010 26 April 2010 Rp 875.688.000 25 Oktober 2010 25 Oktober 2010
Kabupaten Mukomuko Padang Harapan Kota Bengkulu Arsitektur

Pembuatan Database dan Pemograman Pada Website Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jl. Sei Batugingging No. 6
203 Telematika Medan 21/KONTRAK.5/DKP/V/2010 11 Mei 2010 Rp 985.979.999 08 November 2010 08 November 2010
Perikanan Sumatera Utara MEDAN – 25128

Masterplan Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Badan Koordinasi Promosi dan Tata Lingkungan / Sipil /
204 Jl. Sumatera no. 50 Bandung Jawa Barat 21/BKPPMD/SP/IV/2010 15 April 2010 Rp 878.972.000 11 September 2010 11 September 2010
Jawa Barat Penanaman Modal Daerah Arsitektur

SID Penyediaan Air Baku 3 Kabupaten (Banyumas, Jl. Madukoro Blok AA-BB
205 Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah Sipil Keairan Banyumas, Banjarnegara, Brebes 028/PPK-PSDA/SP/IV/2010 12 April 2010 Rp 1.159.875.000 10 November 2010 10 November 2010
Banjarnegara, Brebes) Semarang

Gedung Pusat Pemerintahan Kota


Penyusunan Aplikasi Repository Bidang Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan
206 Tangerang lantai IV Jl. Satria Telematika Kota Tangerang 33/8-SPP/Bappeda/VIII/2010 05 Agustus 2010 Rp 427.621.000 05 November 2010 05 November 2010
Pembangunan Daerah Daerah Kota Tangerang
Sudirman No. 1 - 15111

Sinkronisasi Dokumen Teknis, Peta dan Ranperda RDTR Dinas Pekerjaan Umum Jln. Ahmad Yani Pontianak Jasa Studi, Penelitian dan
207 Kalimantan Barat 15/KU.03.05/PPK-113/DPU/IV/2010 00 Januari 1900 Rp 1.658.952.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Kawasan Perkotaan Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat Bantuan Teknis

Jasa Konsultansi Penelitian dan Studi pemetaan


Direktorat Jenderal Perkebunan - Jl. Harsono RM No.3, Gedung C,
208 pemasaran hasil perkebunan dan pertanian untuk Jasa Konsultansi / Pemetaan Indonesia Timur 05.1/SP/PPK/DJP/III/2010 14 Maret 2010 Rp 6.728.196.000 11 November 2010 11 November 2010
Kementerian Pertanian Ragunan - Jakarta Selatan 12550
peningkatan perekonomian petani di Indonesia

Feasibility Study Pengembangan Wilayah Industri Daerah Jl. Kapten A. Rivai No.23 Tata Lingkungan / Arsitektur /
209 Bappeda Provinsi Sumatera Selatan Palembang 012/Kont/FS/PPK/Bappeda/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 873.652.000 15 Desember 2010 15 Desember 2010
Sumatera Selatan Palembang Sipil

Review dan Analisis Rencana Kawasan Peruntukan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jaan Tengkawang No.5 Tata Lingkungan / Arsitektur /
210 Kota Bontang 051/SPK-Peng/PPK/DPU/IV/2010 22 April 2010 Rp 875.521.000 20 Oktober 2010 20 Oktober 2010
Industri Kota Bontang Kalimantan Timur Samarinda Sipil

Perkantoran Terpadu Gedung A


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
211 Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata Kota Malang Lt. 3 Jalan Mayjen Sungkono, Jasa Konsultansi Kota Malang 5A/SPK/Disbudpar/IV/2010 13 April 2010 Rp 418.965.000 12 Juli 2010 12 Juli 2010
malang
Malang

Penyusunan Feasibility Study (FS) dan DED Kawasan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Jl. S.M. Amin No.52, Pekanbaru – Tata Lingkungan / Sipil / Pekanbaru, Kampar, Bengkalis,
212 SPK.035/DCKTR/FS-DED/VI/2010 21 Juni 2010 Rp 1.387.562.000 10 Desember 2010 10 Desember 2010
Permukiman Perkotaan untuk 5 lokasi Sumber Daya Air Provinsi Riau Riau Arsitektur Dumai, Rokan Hulu, Siak

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan


Kementerian Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Tata Lingkungan / Sipil / Gorontalo, Sulawesi Tenggara,
213 Transmigrasi Wilayah Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi SPK-109/PPK-PTPMK/IV/2010 07 April 2010 Rp 3.879.657.000 05 November 2010 05 November 2010
Transmigrasi RI Selatan Arsitektur Sulawesi Tengah,Sulawesi Selatan
Tenggara, Sulawesi Tengah,Sulawesi Selatan)

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / 17/SPK/DINCIPKATARU/PRK/
214 Penyusunan Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kota Jawa Tengah 14 Mei 2010 Rp 1.279.853.000 11 November 2010 11 November 2010
Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur V/2010

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Badan Perencanaan Pembangunan Jalan Ir. H. Juanda No.287 Tata Lingkungan / Sipil /
215 Garut 72.1/11-KONS/PPK/BAPPEDA/V/2010 20 Mei 2010 Rp 795.397.000 17 November 2010 17 November 2010
Strategis Desa Kabupaten Garut Daerah Provinsi Jawa Barat Bandung - 40135 Arsitektur

Bantuan Teknis Pendampingan Ekonomi, Sosial, dan Jl. Abdul Muis No. 7, Jakarta
216 Kementerian Daerah Tertinggal Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi Maluku, Papua, NTB SP.027/PPK-KPDT/VI/2010 17 Juni 2010 Rp 5.275.669.000 08 Desember 2010 08 Desember 2010
Agama Di Daerah Teringgal Wilayah Timur Pusat 10110
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Feasibility Study (FS) Penataan Kawasan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Jasa Studi, Penelitian, dan
217 Kabupaten Balangan dan Banjar 36/SPK-FS/PPK/DPU/IV/2010 14 April 2010 Rp 1.261.590.000 12 Oktober 2010 12 Oktober 2010
Kumuh Balangan dan Banjar Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi

Penyusunan Rencana Pembangunan Infrastruktur Badan Perencanaan dan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
218 Jl. Mayjend S. Parman No.2 Sulawesi Tenggara 28/Kont-BPPD/V/2010 07 Mei 2010 Rp 957.355.000 03 November 2010 03 November 2010
Kawasan Industri Sulawesi Tenggara Daerah Arsitektur

Grand Desain Pengembangan Sarana dan Prasarana Jalan Jl. Gajah Mada No.02, Tata Lingkungan / Sipil /
219 Bappeda Kalimantan Timur Kalimantan Timur 048/SPK/PPK-2/Bappeda/V/2010 06 Mei 2010 Rp 569.871.000 07 Oktober 2010 07 Oktober 2010
Provinsi Kalimantan Timur Samarinda Kalimantan Timur Arsitektur

Penyusunan Kajian Dampak Pembangunan KEK Sei Jl. Pangeran Diponegoro 21-A Sei Mangkei - Simalungun
220 Bappeda Provinsi Sumatera Utara Jasa Konsultansi 17/SK/BAPPEDA/KEK/VII/2010 20 Juli 2010 Rp 359.845.000 21 November 2010 21 November 2010
Mengkei Terhadap Perekonomian Sumatera Utara Box 1054 Medan 20152 Sumatera Utara

Review Master Plan Pengembangan Kawasan Peruntukan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jl. May jend Panjaitan no. 8 Tata Lingkungan / Arsitektur /
221 Kota Banjarmasin 82/SPK/PPK/DPU/VI/2010 22 Juni 2010 Rp 1.095.120.000 20 November 2010 20 November 2010
Industri Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan Banjarmasin - 70114 Sipil

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Tata Lingkungan / Sipil /


222 Pembuatan SID Perumahan dan Permukiman Jalan Trunojoyo Kav.6 Kepanjen Kota Malang 012/Kontrak-SID/PPK.DCKTR/V/2010 25 Mei 2010 Rp 705.981.000 25 November 2010 25 November 2010
Kabupaten Malang Arsitektur

Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Kawasan Badan Perencanaan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
223 Jl. Pemuda 127-133 Semarang Kab. Kendal dan Kab. Demak 18.5-SK/BAPPEDA/RDTR/V/2009 14 Mei 2009 Rp 921.654.000 10 November 2009 10 November 2009
Industri Kab. Kendal dan Kab. Demak Daerah Prov. Jateng Arsitektur

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jl. Madukoro Blok AA-BB No 1 Tata Lingkungan / Sipil / 75/SPK/DINCIPKATARU/RP2KP/
224 Jawa Tengah 09 April 2009 Rp 786.219.000 01 Oktober 2009 01 Oktober 2009
Kawasan Permukiman (RP2KP) Provinsi Jawa Tengah Semarang - Jawa Tengah Arsitektur IV/2009

Studi Identifikasi dan Pemetaan Sumber Air Baku (Air Jl. Jenderal Sudirman No. 19
225 Bappeda Kalimantan Selatan Sipil Keairan Kota Banjarmasin SP.46/PPK/BAPPEDA/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 975.687.000 08 Desember 2009 08 Desember 2009
Bersih) Kota Banjarmasin Banjarmasin

Jasa Konsultansi Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Jln.Jend. Sudirman No. 1 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis
226 Kota Balikpapan 027/SP/Bappeda/VII/2010 07 Juli 2010 Rp 507.758.000 05 Desember 2009 05 Desember 2009
Kreatif Kota Balikpapan Daerah (Bappeda) Balikpapan / Keuangan

Jasa Pendampingan Ekonomi di Kawasan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja Dan Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Kota Palu, Kab. Poso dan Kab.
227 Jasa Konsultansi / Bantuan Teknis SPK-14/PPK-PEKT/V/2009 27 Mei 2009 Rp 3.688.972.000 16 November 2009 16 November 2009
Kota Palu, Kab. Poso dan Kab. Donggala Transmigrasi RI Selatan Donggala

Penyusunan Pemanfaatan Ruang Pesisir Provinsi Sulawesi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Tata Lingkungan / Sipil /
228 Jln. Undata No. 7 Palu Sulawesi Tengah 05.SP/PPK/DKP/IV/2009 21 April 2009 Rp 1.209.568.000 18 Oktober 2009 18 Oktober 2009
Tengah Propinsi Sulawesi Tengah Arsitektur

Penyusunan RDTR, Zoning Regulation dan KLHS Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Prov Sulawesi Jl. Trans Sulawesi Km.482 Bone- Tata Lingkungan / Sipil /
229 Makassar 22/SP/PPK/RDTR-KLHS/IV/2009 27 April 2009 Rp 2.138.025.000 24 November 2009 24 November 2009
Industri Makassar Selatan Bone Arsitektur

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jl. Stadion Selatan No. 1
230 Telematika Semarang 58.SP/BKD/PPK-SIMPEGDA/VII/2009 06 Juli 2009 Rp 417.185.000 06 Desember 2009 06 Desember 2009
Kepegawaian Daerah (SIMPEGDA) Jawa Tengah Semarang 50136

Dinas Perhubungan dan Informasi Jalan Siliwangi No.357 Semarang


231 Pengembangan Website Pelayanan Publik Telematika Semarang KP.28/PPK-DINHUBKOMINFO/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 515.359.000 08 Oktober 2009 08 Oktober 2009
Provinsi Jawa Tengah 51046

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jl. Gayung Kebonsari No. 169 Tata Lingkungan / Sipil /
232 Blitar dan Kediri HK.07.02-RDTR/43.A/V/2009 25 Mei 2009 Rp 826.475.000 15 Desember 2009 15 Desember 2009
Perkotaan Blitar dan Kediri dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Surabaya 60233 Arsitektur

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Tata Lingkungan / Sipil /
233 Jl. Balai Kota No.1 Manado Manado 025/SP-PPK/BPPD/RTBL/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 852.697.000 05 Desember 2009 05 Desember 2009
(RTBL) Kawasan Pariwisata Daerah Kota Manado Arsitektur
DAFTAR PENGALAMAN PT. ENGGAL KARJA OETAMA

PEMBERI TUGAS / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KONTRAK TANGGAL SELESAI MENURUT


BIDANG / SUB BIDANG
NO. NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI
PEKERJAAN
NAMA ALAMAT NOMOR TANGGAL NILAI KONTRAK BA SERAH

Penyusunan Pemanfaatan Ruang/RDTR Kawasan Industri Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Jl. S.M. Amin No.52, Tata Ruang / Perencanaan
234 Kota Dumai KU.08.08/SKS-PPK/RDTR/IV/2009 03 April 2009 Rp 1.465.875.000 27 November 2009 27 November 2009
Kota Dumai Sumber Daya Air Prov Riau Pekanbaru – Riau Kawasan Industri

Studi Potensi Air Baku di Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur, Badan Perencanaan Pembangunan Jl.Mayjen S.Parman No.2 Kendari Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur,
235 Sipil Keairan 14/SP/PPK/Bappeda/V/2009 11 Mei 2009 Rp 1.098.750.000 11 November 2009 11 November 2009
& Kab. Kolaka Utara Daerah Prov Sulawesi Tenggara 9312 & Kab. Kolaka Utara

Kajian Pola Pengembangan Sentra Industri Kecil Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Tata Lingkungan / Sipil /
236 Jl. Ahmad Yani No.152B Surabaya Jawa Timur 038/SPK/DISKANLA/VI/2009 03 Juni 2009 Rp 1.159.850.000 03 Desember 2009 03 Desember 2009
Menengah Pengolahan Hasil Perikanan Jawa Timur Jawa Timur Arsitektur

Penyusunan Naskah Rencana Strategis Pembangunan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Jl. Medan Merdeka Timur No. 16
237 Jasa Konsultansi Sulawesi Selatan SPK-28/PPK/DKP.1/V/2009 11 Mei 2009 Rp 1.094.480.000 05 November 2009 05 November 2009
Perikanan Tangkap Tahun 2010 – 2014 Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta Pusat

Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan Di Dinas Pekerjaan Umum Jl. DI. Panjaitan No.2 Kotak Pos
238 Bantuan Teknis / Jasa Konsultansi Kecamatan Batabual &Namlea 17.SP/PPK-RTRK/DPU/VI/2009 08 Juni 2009 Rp 985.712.000 08 Desember 2009 08 Desember 2009
Kabupaten Buru Provinsi Maluku 88 Ambon

Kajian Kebutuhan Infrastuktur Sumber Daya Air dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Lingkungan / Sipil /
239 Jl. R.W. Monginsidi No. 68 Bitung Kota Bitung 427/602.1/PU/SP.PPK/V/2009 25 Mei 2009 Rp 715.269.000 23 Oktober 2009 23 Oktober 2009
Drainase Kawasan Industri Kota Bitung Arsitektur

Badan Perencanaan Pembangunan Jalan Jend. Achmad Yani No. 2 Jasa Studi, Penelitian dan
240 Penyusunan Profil Prosfektif Investasi Kota Makassar Kota Makassar 11/SPJK/PPK/BAPPEDA/VII/2009 00 Januari 1900 Rp 759.864.000 00 Januari 1900 00 Januari 1900
Daerah Kota Makassar Makassar 90111 Bantuan Teknis / Jasa Keuangan

Penyusunan Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Dinas Koperasi Perindustrian dan JL. Jenderal Sudirman, No. 285,
241 Jasa Konsultansi Kota Magelang 41/PPK-IKM/Disperinkop/V/2009 19 Mei 2009 Rp 498.758.000 17 November 2009 17 November 2009
Sektor Kerajinan Tangan Kota Magelang Perdagangan Kota Magelang 59214

Jasa Konsultansi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Dinas Pekerjaan Umum Jalan Pulau Irian No. 110, Tata Lingkungan / Arsitektur /
242 Kabupaten Poso 09/SPK/KLHS-RDTR/IV/2009 16 April 2009 Rp 711.987.000 13 Oktober 2009 13 Oktober 2009
Strategis (KLHS) RDTR Kabupaten Poso Kabupaten Poso Kabupaten Poso Sipil / Tata Tuang

Rencana Induk Pemanfaatan Penataan Ruang Kawasan Jl. Flamboyan Nomor 2 Mataram- Tata Lingkungan / Sipil /
243 Bappeda Prov NTB Kabupaten Sumbawa 15/SPK-TR/Bappeda/2009 30 Maret 2009 Rp 915.687.000 03 September 2009 03 September 2009
Pariwisata Nusa Tenggara Barat 83126 Arsitektur

Pemerintah Propinsi Bali Dinas Jl. Imam Bonjol No. 134, Tata Lingkungan / Sipil /
244 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali Propinsi Bali 602.1/18/DPUP-BM/2009 05 Mei 2009 Rp 1.287.623.000 05 November 2009 05 November 2009
Pekerjaan Umum Dinas Bina Marga Denpasar Bali Arsitektur

Identifikasi dan Penyusunan Potensi Sumberdaya Dinas Kelautan Perikanan dan Jl. Wiroto No. 9 Wiradesa
245 Jasa Survey / Tata Lingkungan Pekalongan 009/PPK-DKPP/-SP/VI/2008 10 Juni 2008 Rp 277.562.000 10 Oktober 2008 10 Oktober 2008
Kelautan Peternakan Pekalongan

Jasa Konsultansi Penyusunan Pengendalian Pemanfaatan Tata Lingkungan / Sipil /


246 Dinas Pekerjaan Umum Jl. Ahmad Yani, Pontianak Kalimantan Barat 71/SP/DPU.I.5/VI/2008 23 Juni 2008 Rp 957.658.000 20 Desember 2008 20 Desember 2008
Ruang Arsitektur

Jl. Nyak Adam Kamil – No.19


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Tata Lingkungan / Sipil /
247 Bappeda Kota Banda Aceh Neusu Jaya, Baiturrrahma, Kota Kota Banda Aceh 03/P.7-05/SP/RDTR/VII/2008 15 Juli 2008 Rp 356.985.000 13 November 2008 13 November 2008
Banda Aceh Arsitektur
Banda Aceh

Mengetahui
PT. ENGGAL KARJA OETAMA
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BPN

BAB 3.B. Uraian Pengalaman Perusahaan


Uraian Pengalaman Sejenis PT. ENGGAL KARJA OETAMA jumlah orang bulan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan, waktu
pelaksanaan, uraian pekerjaan, nilai kontrak dan instansi pemilik pekerjaan sebagaimana digariskan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
syarat) dijelaskan pada halaman berikut ini :

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 2


URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Tata


1. PENGGUNA JASA :
Ruang Laut dan Pesisir

Jasa Konsultansi Perencanaan Penyusunan RDTR


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Pesisir Untuk Industri Pariwisata Banyuwangi

Tersusunnya Perencanaan RDTR di Kawasan Pesisir


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
untuk Industri Pariwisata Banyuwangi

4. LOKASI PROYEK : Banyuwangi

5. NILAI KONTRAK : Rp 863.564.002

6. NOMOR KONTRAK : SPK-05/PPK/KP3K.2/VI/2013

7. WAKTU PELAKSANAAN : 11 Juni 2013 s.d. 9 Desember 2013


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 48 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 6
b. Tenaga Ahli Ahli Industri 6
c. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 6
d. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 6
e. Tenaga Ahli Ahli Geologi 6
f. Tenaga Ahli Ahli Sipil 6
g. Tenaga Ahli Ahli Pariwisata 4
h. Tenaga Ahli Ahli Sosial 4
i. Tenaga Ahli Ahli Hukum dan Kelembagaan 4
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi


1. PENGGUNA JASA :
Jateng

Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Industri Kab. Kendal dan Kab. Demak

Tersusunnya Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
Kawasan Industri Kab. Kendal dan Kab. Demak

4. LOKASI PROYEK : Kab. Kendal dan Kab. Demak

5. NILAI KONTRAK : Rp 921.654.000

6. NOMOR KONTRAK : 18.5-SK/BAPPEDA/RDTR/V/2009

7. WAKTU PELAKSANAAN : 14 Mei 2009 s.d. 10 November 2009

8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -


ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 42 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 6
b. Tenaga Ahli Ahli GIS(Geographical Information System) 6
c. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 6
d. Tenaga Ahli Ahli Sosial Budaya 6
e. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Pembangunan 6
f. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 6
g. Tenaga Ahli Ahli Hukum 6
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian


1. PENGGUNA JASA :
Pertanian

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Ekonomi Khusus Untuk Industri Agro Palu

Tersedianya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
Kawasan Ekonomi Khusus Industri Agro Palu

4. LOKASI PROYEK : Palu

5. NILAI KONTRAK : Rp 1.364.020.000

6. NOMOR KONTRAK : 17/Kont/PPK/RDTR-KEK/IV/2012

7. WAKTU PELAKSANAAN : 19 April 2012 s.d. 15 November 2012


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 59 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli Teknik Industri 7
c. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Pembangunan 6
d. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 7
e. Tenaga Ahli Ahli Sipil 7
f. Tenaga Ahli Ahli Hukum 6
g. Tenaga Ahli Ahli Geografi 7
h. Tenaga Ahli Ahli Pertanian 5
i. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 7
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
DED Kawasan Industri Pariwisata Bahari Indragiri Hilir

Tersedianya Rencana Detail Tata Ruang dan Dokumen


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
DED Kawasan Industri Pariwisata Bahari Indragiri Hilir

4. LOKASI PROYEK : Indragiri Hilir

5. NILAI KONTRAK : Rp 1.346.988.000

6. NOMOR KONTRAK : 09/SP/PPK-RDTR/IV/2013

7. WAKTU PELAKSANAAN : 15 April 2013 s.d. 08 November 2013


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 55 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli Sipil 7
c. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 7
d. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 6
e. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 6
f. Tenaga Ahli Ahli Hukum 5
g. Tenaga Ahli Ahli Pariwisata 7
h. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 5
i. Tenaga Ahli Ahli Mekanikal Elektrikal 5
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Bappeda Kota Banda Aceh

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Banda Aceh

Tersusunnya Dokumen Materi Teknis dan RDTR Kota


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
Banda Aceh

4. LOKASI PROYEK : Kota Banda Aceh

5. NILAI KONTRAK : Rp 356.985.000

6. NOMOR KONTRAK : 03/P.7-05/SP/RDTR/VII/2008

7. WAKTU PELAKSANAAN : 15 Juli 2008 s.d. 13 November 2008


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 33 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 3
b. Tenaga Ahli Ahli Arstektur 6
c. Tenaga Ahli Ahli Sipil 6
d. Tenaga Ahli Ahli GIS 6
e. Tenaga Ahli Ahli Hukum 6
f. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Pembangunan 6
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan


1. PENGGUNA JASA :
Sumber Daya Mineral Prov Yogyakarta

Penyusunan Naskah Akademis Dan Raperda RDTR


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Industri Yogyakarta

Tersusunnya Naskah Akademis dan Ranperda RDTR


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
untuk Kawasan Industri Yogyakarta

4. LOKASI PROYEK : Yogyakarta

5. NILAI KONTRAK : Rp 549.789.000

6. NOMOR KONTRAK : 06/SP/DPU-ESDM/V/2012

7. WAKTU PELAKSANAAN : 20 Juni 2012 s.d. 17 Oktober 2012


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 24 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 4
b. Tenaga Ahli Ahli Industri 4
c. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 4
d. Tenaga Ahli Ahli Hukum dan Kelembagaan 4
e. Tenaga Ahli Ahli Sosiologi 4
f. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 4
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Selatan

Penyusunan RDTR, Zoning Regulation dan KLHS


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Industri Makassar

Tersusunnya Dokumen RDTR, Zoning Regulation dan


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
KLHS Kawasan Industri Makassar

4. LOKASI PROYEK : Makassar

5. NILAI KONTRAK : Rp 2.138.025.000

6. NOMOR KONTRAK : 22/SP/PPK/RDTR-KLHS/IV/2009

7. WAKTU PELAKSANAAN : 27 April 2009 s.d. 24 November 2009

8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -


ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 68 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
c. Tenaga Ahli Ahli GIS(Geographical Information System) 14
d. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 7
e. Tenaga Ahli Ahli Sosial Budaya 7
f. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Pembangunan 7
g. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 7
h. Tenaga Ahli Ahli Hukum 12
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya


1. PENGGUNA JASA :
dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Strategis


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Sudut Pandang Kepentingan Industri Kota Surabaya

Tersusunnya rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk


3. LINGKUP PRODUK UTAMA : Pengembangan Kawasan Strategis Sudut Pandang
Kepentingan Industri Kota Surabaya

4. LOKASI PROYEK : Surabaya

5. NILAI KONTRAK : Rp 1.768.741.000

6. NOMOR KONTRAK : KU.05.08/PK-RDTR/V/03/2011

7. WAKTU PELAKSANAAN : 23 Mei 2011 s.d. 18 November 2011


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 60 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 6
b. Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 6
c. Tenaga Ahli Ahli Teknik Industri 6
d. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 6
e. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 6
f. Tenaga Ahli Ahli Sipil 6
g. Tenaga Ahli Ahli Pemasaran 6
h. Tenaga Ahli Ahli Sosiologi 6
i. Tenaga Ahli Ahli Manajemen Finansial 6
j. Tenaga Ahli Ahli Hukum dan Kelembagaan 6
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Dinas Pekerjaan Umum


1. PENGGUNA JASA :
Kabupaten Bantul

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kabupaten Bantul

Tersusunya Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
(RDTR) Kabupaten Bantul

4. LOKASI PROYEK : Kabupaten Bantul

5. NILAI KONTRAK : Rp 648.974.999

6. NOMOR KONTRAK : 33/SPJK/JB/DPU-19/VI/2010

7. WAKTU PELAKSANAAN : 16 Juni 2010 s.d. 11 November 2010


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 37 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 5
b. Tenaga Ahli Ahli Perancangan Kota 5
c. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 4
d. Tenaga Ahli Ahli GIS (Geographical Information System ) 4
e. Tenaga Ahli Ahli Hukum/Kelembagaan 5
f. Tenaga Ahli Ahli Infrastruktur 5
g. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 4
h. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 5
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya


1. PENGGUNA JASA :
dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Kawasan Perkotaan Blitar dan Kediri

Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


3. LINGKUP PRODUK UTAMA :
Kawasan Perkotaan Blitar dan Kediri

4. LOKASI PROYEK : Blitar dan Kediri

5. NILAI KONTRAK : Rp 826.475.000

6. NOMOR KONTRAK : HK.07.02-RDTR/43.A/V/2009

7. WAKTU PELAKSANAAN : 25 Mei 2009 s.d. 15 Desember 2009

8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -


ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 47 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli GIS(Geographical Information System) 7
c. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 7
d. Tenaga Ahli Ahli Sosial Budaya 7
e. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Pembangunan 6
f. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 7
g. Tenaga Ahli Ahli Hukum 6
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prov Aceh

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan


2. NAMA PAKET PEKERJAAN :
Peraturan Zonasi Kawasan Industri Aceh (KIA)

Tersedianya Dokumen Rencana Detail Tata Ruang


3. LINGKUP PRODUK UTAMA : (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kawasan Industri Aceh
(KIA)

4. LOKASI PROYEK : Aceh

5. NILAI KONTRAK : Rp 1.975.236.500

6. NOMOR KONTRAK : SP.13/PPK/KIA/III/2010

7. WAKTU PELAKSANAAN : 15 Maret 2010 s.d. 18 Oktober 2010


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 60 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
c. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 7
d. Tenaga Ahli Ahli Sipil 7
e. Tenaga Ahli Ahli Teknik Industri 7
f. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 7
g. Tenaga Ahli Ahli GIS 7
h. Tenaga Ahli Ahli Hukum 5
i. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 6
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kayong Utara

2. NAMA PAKET PEKERJAAN : Penyusunan RDTR Kabupaten Kayong Utara

3. LINGKUP PRODUK UTAMA : Tersusunya Dokumen RDTR Kabupaten Kayong Utara

4. LOKASI PROYEK : Kabupaten Kayong Utara

5. NILAI KONTRAK : Rp 459.874.000

6. NOMOR KONTRAK : 607/01/PPK.PBJ/KS/DPU/VIII/2011

7. WAKTU PELAKSANAAN : 10 Agustus 2011 s.d. 07 November 2011


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 15 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 3
b. Tenaga Ahli Ahli Teknik Sipil 3
c. Tenaga Ahli Ahli Teknik Arsitektur 3
d. Tenaga Ahli Ahli Hukum 3
e. Tenaga Ahli Ahli Sosial 3
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS
(MAJOR WORK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA

1. PENGGUNA JASA : Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


2. NAMA PAKET PEKERJAAN : Kawasan Transmigrasi Wilayah Sulawesi (Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,Sulawesi Selatan)

Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


3. LINGKUP PRODUK UTAMA : Kawasan Transmigrasi Wilayah Sulawesi (Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan)

Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi


4. LOKASI PROYEK :
Tengah,Sulawesi Selatan
5. NILAI KONTRAK : Rp 3.879.657.000

6. NOMOR KONTRAK : SPK-109/PPK-PTPMK/IV/2010

7. WAKTU PELAKSANAAN : 07 April 2010 s.d. 05 November 2010


8. NAMA PEMIMPIN KEMITRAAN (Jika Ada) : -
ALAMAT : -
NEGARA ASAL : -
9. JUMLAH TENAGA AHLI : Tenaga Ahli Asing Orang Bulan
: Tenaga Ahli Indonesia 63 Orang Bulan
10. PERUSAHAAN MITRA KERJA JUMLAH TENAGA AHLI
ASING INDONESIA
a. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
b. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
c. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan
d. (Nama Perusahaan) Orang Bulan Orang Bulan

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT :


POSISI KEAHLIAN JUMLAH ORANG BULAN
a. Team Leader Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
b. Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota 7
c. Tenaga Ahli Ahli Sipil 7
d. Tenaga Ahli Ahli Permukiman dan Perumahan 7
e. Tenaga Ahli Ahli Geodesi 7
f. Tenaga Ahli Ahli GIS 7
g. Tenaga Ahli Ahli Arsitektur 7
h. Tenaga Ahli Ahli Ekonomi Wilayah 7
i. Tenaga Ahli Ahli Lingkungan 7
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 4. Tanggapan Terhadap KAK


Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) terbagi atas beberapa
bagian substansi yang terkandung didalam KAK. Kerangka Acuan Kerja (KAK)
merupakan dokumen petunjuk kerja bagi pelaksana pekerjaan sesuai yang terkandung
didalamnya. Secara keseluruhan materi dari KAK pada pekerjaan dimaksud, telah
mencakup komponen – komponen yang komprehensif dari sisi makro hingga mikro.
Demikian juga dari sisi pemahaman materi, konsultan dapat mengerti hal-hal yang
melatarbelakangi pekerjaan dan substansi dari pekerjaan itu sendiri. Beberapa
substansi yang akan diberikan tanggapan mencakup tujuan dan sasaran, lingkup
materi, lingkup kegiatan, metodologi penyusunan, tenaga ahli yang dibutuhkan, jangka
waktu pelaksanaan, dasar hukum dan gambaran umum.

4.1 Tanggapan terhadap Latar Belakang


Penjelasan latar belakang pada Kerangka Acuan Kerja sudah menjelaskan
tentang perlunya Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah. Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Takengon dibutuhkan sebagai upaya
memberikan akurasi yang lebih jelas dalam menjelaskan berbagai struktur dan pola
ruang yang sebelumnya telah disusun di rencana tingkat atasnya. RDTR dan peraturan
zonasi sangat diperlukan sebagai acuan operasional dalam pemanfaatan serta
pengendaliaan pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya sebagaiacuan untuk
pemberian izin pemanfaatan ruang. Selain itu, penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang agar tidak menimbulkan
konflik antar kegiatan yang terdapat di wilayah perencanaan. RDTR dan Peraturan
Zonasi dibutuhkan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang serta pengendalian
pemanfaatan ruang serta kawasan andalan sebagai bagian dari sistem nasional pada
level detail, Pemerintah Pusat perlu mendorong percepatan penyusunan instrumen
lengkap pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan pada kawasan
tersebut. Hal tersebut juga diperlukan mengingat dinamika pembangunan yang sangat
cepat pada kawasan perkotaan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Namun didalam latar belakang belum disampaikan pemasalahan yang


terdapat di wilayah Perkotaan Takengon. Untuk itu perlu dijelaskan permasalahan
disekitar wilayah Perkotaan Takengon tersebut guna memberikan arahan
pengendalian pemanfaatan tidak hanya untuk efisiensi dan efektivitas pemanfaatan
ruang namun pada pengelolaan lingkungan ruang di wilayah perencanaan.

4.2 Tanggapan terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran


Konsultan telah paham dan mengerti terhadap maksud dan tujuan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah. Adapun maksud dan tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Maksud:

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengarahkan upaya-upaya pembangunan


yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten
Aceh Tengah, melalui Materi Teknis RDTR untuk satu wilayah perencanaan di wilayah
Perkotaan sebagai dasar acuan pengembangan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur kawasan, serta sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Tujuan:
Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu penyusunan RDTR dan Peraturan
Zonasi Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
Sasaran:
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah, antara lain:
1. Tersusunnya materi teknis dan Ranperda RDTR Kota Kawasan Perkotaan
Takengon Kabupaten Aceh Tengah dengan kedalaman informasi dan peta
minimal skala 1:5000.
2. Tersusunnya dokumen KLHS sebagai pendukung RDTR dan PZ.

4.3 Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup


Konsultan telah sepenuhnya faham terhadap ruang lingkup Penyusunan
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Adapun
ruang lingkup yang dilakukan yaitu;
4.3.1 Ruang Lingkup Kegiatan
1. Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi:
a. menyiapkan tempat kerja (studio);
b. menyiapkan metoda pendekatan yang akan dilakukan;
c. rencana kerja;
d. desk study akan kondisi wilayah perencanaan secara awal;
e. persiapan survei.
2. Koordinasi awal di pusat mengundang tim teknis daerah dalam rangka
penyepakatan kegiatan dan program kerja.
3. Pembuatan Peta dasar.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

a. Pembelian Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) dan data DEM (Digital
Elevation Model);
b. Melakukan konsultasi ke BIG untuk menetapkan titik GCP dan ICP pada
kawasan perencanaan dengan berita acara hasil konsultasi yang dilampirkan
print out peta sebaran titik GCP dan ICP;
c. Melakukan survey GCP, ICP dan Toponimi;
d. Melakukan konsultasi ke BIG untuk assistensi hasil survey GCP, ICP dan
Toponimi sampai mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti berita acara;
e. Melakukan proses Orthoretifikasi dan uji akurasi;
f. Melakukan digitasi unsur peta dasar skala.
4. Pengumpulan data primer dan sekunder untuk penyusunan RDTR, PZ dan KLHS
(Untuk kebutuhan data KLHS ditambahkan) melalui desk study dan survey
lapangan.
a. Untuk membuat peta dasar dengan tingkat ketelitian minimal 1:5000
dibutuhkan antara lain:
1) Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi maupun foto udara;
2) Data DEM (Digital Elevation Model);
3) Hasil survey GCP, ICP dan Toponimi;
4) Hasil orthorektifikasi (citra tegak);
5) Hasil uji akurasi (koreksi geometris).
b. Peta Tematik antara lain:
1) Wilayah administrasi;
2) Fisiografis;
3) Kependudukan;
4) Perekonomian dan keuangan;
5) Kondisi prasarana dan sarana;
6) Peruntukan ruang;
7) Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
8) Persil lahan;
9) Status kepemilikan lahan;
10) Ketinggian bangunan (KLB);
11) Kepadatan bangunan (KDB);
12) Kualitas kawasan maupun kualitas bangunan.
c. Data Dukung untuk penyusunan KLHS :
1) Informasi fisik lingkungan pada wilayah yang terpengaruh perencanaan
tata ruang, antara lain :
 Iklim;
 Topografi;
 geologi;
 kualitas udara; dan
 kualitas air; dll.
2) informasi ekologis, antara lain :
 permasalahan kualitas lingkungan;
 kawasan alami ataupun buatan yang berisiko dari pencemaran
kegiatan industri eksisting, bencana alam antara lain tsunami,
gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan/atau
angin topan;
 habitat darat atau laut sensitif seperti mangrove, koral, rawa, sungai,
danau, hutan lindung; dan kawasan konservasi atau perlindungan; dll.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

3) informasi sosial ekonomi, antara lain :


 kegiatan ekonomi utama (industri/pertanian/pariwisata/dll);
 budaya;
 permasalahan sosial-ekonomi eksisting; dan
 infrastruktur dan guna lahan eksisting; dll.
4) Data lain;
 Kelembagaan;
 Peraturan Perundang-undangan terkait.
5. Melakukan kegiatan analisis sesuai dengan ketentuan dalam Permen PU No.20
tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ. Sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
a. Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi analisis
karakteristik wilayah, meliputi:
1) kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten dalam wilayah yang
lebih luas (kabupaten);
2) keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota dan antara bagian dari wilayah
kabupaten;
3) keterkaitan antarkomponen ruang di BWP;
4) karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten:
5) kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
6) karakteristik sosial kependudukan;
7) karakteristik perekonomian; dan h. kemampuan keuangan daerah.
b. analisis potensi dan masalah pengembangan BWP, meliputi:
1) analisis kebutuhan ruang; dan
2) analisis perubahan pemanfaatan ruang.
6. Melakukan Konsultasi peta ke BIG untuk mendapatkan persetujuan peta dasar,
peta tematik dan peta rencana dengan bukti Berita Acara dan Rekomendasi dari
BIG;
7. Merumuskan konsep Tujuan Penataan BWP, Rencana Pola Ruang,
RencanaJaringan Prasarana, PenetapanSubBWP yang Diprioritaskan
Penanganannya, Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi termasuk
menetapkan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya sebagai dasar
penyusunan RTBL;
8. Melaksanakan Survey dan Ground Check (pelaksanaan GCP, ICP dan Survey
Toponimi) sebanyak 2 (dua) kali di masing-masing daerah;
9. Menyelenggarakan konsultasi publik 2 (dua) kali di daerah dengan target group
stakeholder terkait dengan jumlah peserta 30 (tiga puluh) orang;
10. Menyelenggarakan FGD 2 (dua) kali bersama Pemerintah Daerah di Daerah
dengan jumlah peserta kurang lebih 30 (tiga puluh) orang dalam rangka
membahas;
a. Penetapan dan Kesepakatan Deliniasi Kawasan Perkotaan.
b. Komitmen pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberikan dukungan
dan pendampingan penyelesaian materi teknis dan ranperda RDTR Kawasan
Perkotaan.
c. Perumusan Konsep Perencanaan dan Tujuan Penataan Ruang BWP.
d. Perumusan Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana,
danPenetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya.
e. Perumusan Ketentuan Pemanfaatan Ruang dan Peraturan Zonasi.
f. Menyusun Kajian KLHS

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

11. Melakukan konsultansi dan menyampaikan kemajuan secara berkala pada


Tim Supervisi di Pusat.
12. Menyelenggarakan ekspose (Kick off dan Akhir) draft RDTR, PZ dan KLHS di
daerah sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta kurang lebih 30 (tiga
puluh) orang.
13. Membuat laporan keseluruhan proses kegiatan dan produk-produk yangdihasilkan
kepada Tim Supervisi dalam bentuk sistem pelaporan yang meliputi laporan
pendahuluan, laporan antara, dan laporan draft akhir dan laporan akhir serta
laporan-laporan lainnya antara lain laporan pembahasan/diskusi/FGD.

4.3.2 Ruang Lingkup Lokasi


Konsultan telah paham dan mengertu lokasi kegiatan pekerjaan Penyusunan
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah yaitu di
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Lingkup wilayah penyusunan RDTR
sendiri ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

4.4 Tanggapan Terhadap Keluaran


Konsultan telah paham terhadap keluaran dalam kegiatan ini, Keluaran dari
pekerjaan ini adalah:
1. Dokumen Materi Teknis terdiri atas Buku Fakta dan Analisis, Buku Rencana dan
Album Peta skala 1: 5.000;
2. Ranperda RDTR;
3. Dokumen KLHS;
4. Visualisasi dan Simulasi 3D..

4.5 TanggapanTerhadap Manfaat


Konsultan telah sepaham denganmanfaat kegiatan Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengahadalah;
1. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi acuan pengendalian dan
pemanfaatan ruang.
2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai dasar acuan program investasi
infrastruktur.

4.6 Tanggapan Terhadap Susunan Tenaga Ahli


Tenaga ahli yang disebutkan di KAK sudah sesuai dengan kebutuhan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh
Tengah. Tenaga ahli yang dibutuhkan antara lain;

No. Tenaga Ahli Jumlah


Ahli Perencana Wilayah / Lansekap
1 Orang
1 Regional(TeamLeader)
2 Ahli Perencana Wilayah / Kota 1 Orang
3 Ahli Arsitek 1 Orang

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

No. Tenaga Ahli Jumlah


4 Ahli Geodesi 1 Orang
5 Ahli GIS (GeographicalInformation System) 1 Orang
6 Ahli Hukum/ Kelembagaan 1 Orang
7 AhliTeknik Lingkungan 1 Orang
8 Ahli Survey (surveyor) 1 Orang
9 Sekretaris 1 Orang
10 Operator Komputer 1 Orang
TOTAL 10 Orang

4.7 Tanggapan terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Waktu penyelesaian pekerjaan pada KAK sudah cukup jelas yaitu Kegiatan ini
akan dilakukan selama 8 (delapan) bulan kalender pada tahun anggaran 2019
terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pejabat Pembuat
Komitmen Direktorat Jenderal Tata Ruang.

4.8 Tanggapan Terhadap Organisasi Pengguna Jasa


Nama dan organisasi pengguna jasa di dalam KAK sudah jelasyaitu Satuan
Kerja Direktorat Jenderal TataRuang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.

4.9 Tanggapan Terhadap Sumber Pendanaan


Sumber pendanaan yang dijelaskan di KAK sudah cukup jelas Pekerjaan ini
dibiayai dari APBN pada DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tata Ruang Tahun
Anggaran 2019 dengan pagu anggaran Rp. 1.782.150.000,- (satu milyar tujuh ratus
delapan puluh dua juta seratus lima puluh ribu rupiah). dilakukan secara kontraktual
Melalui PNBP termasuk PPN.

4.10 Tanggapan Terhadap Pelaporan


Konsultan sudah jelas terhadap pemenuhan penyajian lapiran dan jenis
laporan dan teknik penyajian pada KAK yaitu, Laporan bulanan,laporan mutu kontrak,
laporan pendahuluan, laporan antara, laporan prosiding,laporan draft akhir dan laporan
akhir.

4.11 Tanggapan Terhadap Kepemilikan Data dan Hasil


Kegiatan
Kepemilikan data dan hasil kegiatan sudah cukup jelas. Seluruh kepemilikan
data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK ini diserahkan kepada
organisasi pengguna jasa yakni Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang setelah mendapat persetujuan kelengkapan dari
Tim yang ditunjuk dalam pekerjaan ini.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 4-6


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 5. Metodologi

5.1 PENDEKATAN PERENCANAAN


Pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan acuan yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam melakukan proses kajian dalam studi ini. Pendekatan
pelaksanaan pekerjaan yang digunakan dalam pekerjaan Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah akan dijabarkan pada
pembahasan pada sub bab berikut ini.
5.1.1 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan
atau kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota dapat
disusun RDTR apabila merupakan:
Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi
kawasan perkotaan; dan Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang
ditetapkan dalam pedoman penyusunan RDTR dan PZ. Kedudukan RDTR dalam
sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional dapat
dilihat pada gambar 5.1.
RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu
dilengkapi dengan acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota.
Dalam hal RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang
muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan
RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak memerlukan
RDTR, peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada
maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional
sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis


antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.

Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2011


Gambar 5.1. Kedudukan RDTR Dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak
disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan
zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun
terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR ditetapkan dengan perda kabupaten/kota. Dalam hal RDTR telah
ditetapkan sebagai perda terpisah dari peraturan zonasi sebelum keluarnya pedoman
ini, maka peraturan zonasi ditetapkan dengan perda kabupaten/kota tersendiri.
5.1.2 Pendekatan Perencanaan
Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah adalah:
1. Pendekatan Eksploratif dalam Pengumpulan Data
Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.
Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan
informasi maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep
penanganan.
2. Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi
Pendekatan eksploratif digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan
pengumpulan data awal, hingga eksplorasi data dan informasi di lokasi studi yang
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-2
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dilakukan. Sifat pendekatan eksploratif yang menerus akan memungkinkan


terjadinya pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir.
Informasi yang didapat dengan pendekatan ini bisa bersifat situasional dan
berdasarkan pengalaman sumber.
3. Eksplorasi dalam Proses Analisa dan Evaluasi
Eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi dilakukan guna mengelaborasi
pokok permasalahan serta konsep-konsep penanganan dan pengembangan
kawasan pusat kota yang ada berikut dukungan regulasi dan kebijakan. Eksplorasi
perlu mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik
permasalahan melalui pendalaman pemahaman terhadap lokasi pekerjaan.
4. Pendekatan Studi Dokumenter dalam Identifikasi dan Kajian Materi Pekerjaan
Model pendekatan studi dokumenter akan menginventarisasi dan mengeksplorasi
berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi dokumenter memiliki ciri
pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data sekunder seperti:
a. Peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait
b. Laporan perencanaan penataan kawasan perkotaan pada wilayah lain (best
practice)
c. Teori maupun konsep-konsep penataan kawasan perkotaan, termasuk dalam
aspek pendukungnya seperti kelembagaan, pengelolaan kawasan, serta aspek
pembiayaan.
5. Pendekatan Preskriptif dalam Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan
Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang
bersifat kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan
rekomendasi yang bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan
ataupun kebijakan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai
suatu rencana alternatif kebijakan untuk kemudian mengeluarkan rekomendasi
yang tepat berkaitan dengan kemungkinan implementasi kebijakan dan program-
programnya di masa yang akan datang.
Implementasi mekanisme Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah ini sendiri merupakan penjabaran lebih lanjut
dari poin-poin pelaksanaan dan pencapaian sebagaimana tersebut di atas.
Agar konsepsi capaian-capaian dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dapat terwujud, maka digunakan
media-media penjabaran yang akan digunakan dalam jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan dan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan. Media-media tersebut
adalah:
a. Diskusi. Merupakan forum pertemuan yang dihadiri oleh anggota focus group
yang digunakan sebagai tempat konsultasi;
b. Seminar. Merupakan forum yang bertujuan untuk mensosialisasikan kemajuan
pekerjaan di depan seluruh stakeholder di daerah;
c. Kuesioner/Daftar Pertanyaan. Merupakan media tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi lebih banyak dan mendalam, terutama menyangkut
aspirasi stakeholders yang ada;
d. Learning by doing process, merupakan proses belajar bersama yang dilakukan
oleh konsultan bersama pemerintah daerah. Proses ini dilakukan pula melalui
fasilitasi dan konsultasi yang dilakukan tenaga ahli konsultan di lapangan
kepada tim teknis daerah;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

e. Kunjungan Lapangan. Merupakan kegiatan tinjauan dan mengunjungi lokasi


kegiatan penataan ruang di daerah untuk mendampingi instansi-instansi
Pemerintah Daerah dalam melakukan proses penataan ruang.
5.1.3 Pendekatan Kebijakan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah sebagai suatu rencana penataan ruang yang merupakan dasar
pembangunan akan sangat terkait dengan berbagai kebijakan yang telah ada, baik
yang bersifat nasional (UUD, UU, PP, KEPPRES, PERMEN, KEPMEN), maupun
bersifat lokal (PERDA Provinsi serta Kabupaten/Kota, PERGUB, PERBUP/WAL).
Sebagai suatu rencana pembangunan, maka keluaran dari rumusan penyusunan
RDTR ini pada akhirnya pun akan dilegalisasi sebagai suatu dokumen kebijakan. Oleh
karena itu, dalam proses penyusunannya pendekatan kebijakan perlu dilakukan untuk
menghindari pertentangan kebijakan dan mampu melengkapi aturan yang belum diatur
dalam kebijakan terkait tersebut.
Kebijakan dan
Peraturan Peraturan Peraturan
Undang-Undang Per-UU-an
Presiden Pemerintah Menteri
Lainnya

Identifikasi dan
Elaborasi

Konsep dan Strategi serta


Muatan Pengaturan RDTR

Gambar 5.2Pendekatan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundang – Undangan


5.1.4 Pendekatan Wilayah
Pendekatan wilayah pada prinsipnya memandang wilayah sebagai satu
kesatuan sistem. Keselarasan unsur pembentuk wilayah yang meliputi sumber daya
alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia beserta kegiatannya yang
meliputi kegiatan ekonomi, politik, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan,
berinteraksi membentuk wujud pembangunan perumahan dan permukiman wilayah,
baik yang direncanakan maupun tidak.
Mengingat wilayah adalah suatu sistem tempat manusia bermukim dan
mempertahankan kehidupannya, maka dalam penataan ruang yang paling utama
diwujudkan adalah meningkatkan kinerja atau kualitas ruang wilayah untuk penyediaan
produksi barang dan jasa yang cukup, permukiman yang sehat dan kelestarian
lingkungan hidup.
Berdasarkan pendekatan wilayah maka akan dirumuskan visi, misi dan
program penataan ruang dan arah pembangunan dalam wilayah, fungsi-fungsi
kawasan (permukiman, jasa/usaha, dan lain-lain), sistem pusat-pusat permukiman,
serta sistem prasarana wilayah (transportasi, pengairan, energi, listrik dan
telekomunikasi).

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.1.4.1 Pendekatan Pengembangan Wilayah


Pendekatan pengembangan wilayah yang akan diterapkan konsultan antara
lain meliputi:
1. Pendekatan Pertumbuhan Wilayah
Pendekatan pertumbuhan wilayah berakar dari teori ekonomi Neo Klasik yang
mengasumsikan bahwa pembangunan merupakan hasil pertumbuhan ekonomi,
dan perwujudan ruangnya merupakan konsep dari pertumbuhan itu sendiri. Konsep
ini disebut juga sebagai Growth Centre Concept (Misra, 1981). Hipotesis dasar dari
konsep tersebut adalah bahwa pembangunan dijalankan atas dasar kebutuhan
pada saat ini dan dorongan-dorongan yang bersifat inovasi. Hasil dari
pembangunan pada sektor-sektor dan wilayah strategis akan secara spontan
‘menetes” ke sektor-sektor dan wilayah-wilayah lain yang masih tertinggal.
Dalam kerangka tata ruang, mekanisme penetesan tersebut berkerja berdasarkan
sistem pusat-pusat yang hirarkis. Sistem tersebut merupakan kota-kota yang saling
berinteraksi dalam ruang. Dalam hal ini, kota-kota tersusun pada tingkatan yang
berberda-beda berdasarkan potensi ekonominya. Penetasan atau penjalaran
secara hirarkis dari kota besar ke kota kecil terjadi dengan cara:
a. Melalui ekspansi dari kegiatan-kegiatan yang ada ke wilayah-wilayah
pemasaran baru, yaitu dari pusat terbesar ke pusat-pusat yang lebih kecil.
b. Pergesaran kegiatan yang memiliki tingkat upah rendah menuju ke pusat yang
relatif kecil, ini disebabkan tingkat upah di kota besar cenderung meningkat.
c. Dengan menawarkan pilihan lokasi yang lebih tepat bagi seluruh kegiatan
yang berbeda kebutuhan pasar dan prasarananya.
d. Dengan dorongan inovasi dari wirausahawan yang dijalarakan ke bawah
melalui hirarki.
Pendekatan seperti ini membutuhkan pengambilan keputusan yang tersentralisasi
secara cepat dan efektif di pusat. Dengan demikian, surplus yang dihasilkan di
suatu sektor atau wilayah dapat dengan mudah ditransfer ke sektor atau wilayah
lain. Konsep pengembangan wilayah ini juga berkeyakinan bahwa bila
pertumbuhan ekonomi terjadi, maka pendistribusian hasil-hasil pembangunan akan
terjadi secara spontan. Tetapi sesungguhnya alokasi agregat dari sumber daya di
pusat malah mengacu pada disintegrasi sumber daya pelengkap pada wilayah di
bawahnya.
Pengembangan wilayah berdasarkan teori ekonomi Neo Klasik dan pendekatan
pertumbuhan wilayah ini ternyata menyebabkan wilayah-wilayah yang relatif maju
semakin maju dan berkembang, sedangkan wilayah-wilayah yang sudah tertinggal
tetap berada pada lingkaran kemiskinan yang tak berujung pangkal. Namun hal ini
bukan berarti pendekatan pertumbuhan wilayah ini harus ditinggalkan, tetapi akan
lebih baik hasilnya jika diselaraskan dengan pendekatan pemerataan tingkat
perkembangan antarwilayah maupun antarsektor.
2. Pendekatan Keseimbangan Tingkat Perkembangan Antar wilayah
Menurut Stohr (1981) pendekatan kemerataan tingkat perkembangan antar wilayah
merupakan pendekatan pengembangan wilayah yang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan dasar seluruh penduduk yang diorganisasi secara teritorial.
Pendekatan ini muncul akibat kegagalan pendekatan pertumbuhan wilayah.
Kegagalan ini terjadi karena ternyata pertumbuhan wilayah tidak dapat diserahkan
begitu saja pada mekanisme pasar seperti apa yang diungkapkan dalam teori
ekonomi Neo Klasik, karena pada kenyataannya mekanisme pasar tersebut tidak

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dalam pengembangan wilayah, seperti


masalah kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah.
Anggapan bahwa hasil-hasil pembangunan dapat menetes dengan sendirinya
melalui sektor-sektor pembangunan (teori ekonomi neo klasik) ternyata tidak
sepenuhnya benar. Hasil-hasil pembangunan ternyata lebih terkonsentrasi pada
sekelompok kecil masyarakat yang terkait dengan sektor andalan yang yang pada
umumnya terdapat di kota-kota besar. Akibatnya ketimpangan antargolongan,
antarwilayah, dan antar desa dan kota, menjadi semakin lebar; pengangguran dan
setengah pengangguran semakin luas, dan masalah kemiskinan tidak teratasi,
bahkan semakin meningkat (Sarosa, 1989: 2).
Dengan berkembangnya pendekatan pemerataan tingkat perkembangan
antarwilayah, maka wilayah-wilayah terbelakang diharapkan dapat menyeimbangi
perkembangan wilayah-wilayah di depannya.
3. Pendekatan Pemerataan Kesejahteraan
Menurut Adelman (1979), pada setiap tahapan pertumbuhan ekonomi hanya
orang-orang yang mempunyai akses ke faktor-faktor produksi paling utama yang
akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar hasil
pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara lebih merata diperlukan suatu
pendekatan pemerataan ekonomi melalui redistribusi faktor-faktor produksi
dominan. Dengan demikian setiap orang akan mendapatkan akses yang sama ke
faktor-faktor produksi dominan sehingga pemerataan ekonomi dapat tercapai.
Selain itu pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat menjadi
pertimbangan penting, baik itu menyangkut wilayah yang mempunyai sumber daya
alam potensial maupun wilayah yang mempunyai sumber daya alam kurang
potensial.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah dan tingkat
kesejahteraan masyarakat di wilayah agraris adalah kuantitas dan kualitas sumber
daya alam. Namun usaha pertumbuhan ekonomi pada wilayah perkotaan atau
wilayah yang struktur ekonominya telah cukup berimbang antara sektor primer,
sekunder, dan tersier, tidak lagi hanya ditentukan oleh kualitas sumber daya alam,
tapi lebih ditentukan oleh tingkat aksesibilitas dan letak geografis, kelengkapan
infrastruktur, dan akumulasi kegiatan.
4. Pendekatan Ekonomi Makro
Sistem perekonomian dunia cenderung akan menuju pasar bebas, sehingga batas
pemasaran tidak lagi mengikuti wilayah administrasi suatu negara, atau dengan
kata lain batas pasar secara administrasi negara akan semakin melemah. Ini
berarti perlindungan pasar terhadap suatu jenis komoditi akan sulit dilakukan.
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, sebenarnya kompetisi lebih sehat,
terbuka dan dinamis, sehingga kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk yang
berkualitas, dengan proses yang efisien dan efektif yang akan berkembang.
Dalam menghadapi era pasar bebas, kita tetap memprioritaskan proses
pembangunan pada laju pertumbuhan yang optimal yang diiringi dengan
pemerataan. Dalam kegiatan ekonomi pasar bebas, maka unit ekonomi yang telah
berkembang cenderung akan lebih pesat, sebaliknya yang belum berkembang
cenderung relatif lebih lambat. Hal ini perlu diimbangi dengan suatu kebijaksanaan
pembangunan (rekayasa proses pembangunan) yang mampu menciptakan
mekanisme pertumbuhan semua sektor kegiatan secara berimbang sebagai upaya
menuju arah pemerataan pembangunan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-6


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Dalam skala makro, setiap negara berusaha menciptakan mekanisme


perekonomian yang mempunyai produktivitas tinggi dengan proses yang efektif
dan efisien. Untuk menghadapi era pasar bebas dan menarik investasi asing yang
mengalir dari negara maju ke negara berkembang, maka perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Memperbaiki sistem birokrasi (debirokratisasi), sehingga memudahkan dalam
sistem administrasi dan perijinan, termasuk dalam hal ini adalah
penyederhanaan sistem perijinan, sistem perpajakan, retribusi dan
kelengkapan peraturan yang berkaitan dengan usaha efisiensi kegiatan
ekonomi
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang lebih penting dalam
kebijaksanaan kependudukan adalah peningkatan kemampuan dan keahlian
untuk mengimbangi perkembangan teknologi.
c. Mengembangkan kemitraan antara pelaku pembangunan, yaitu antara
pemerintah, swasta, pengusaha kuat, pengusaha sedang dan pengusaha kecil
yang sejajar dan seimbang
d. Menciptakan sistem perekonomian yang kompetitif, dengan cara proses
produksi yang efektif dan efisien, kualitas sumber daya yang tinggi,
penguasaan teknologi sedang-tinggi, sistem koleksi dan distribusi barang yang
efisien, dan mengembangkan komoditi yang berorientasi pasar
e. Setiap proses produksi berwawasan lingkungan, mengingat kepedulian
terhadap lingkungan akan terus menjadi salah satu syarat memasuki pasar
dunia
f. Menciptakan keseimbangan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pertumbuhan antar wilayah dan antar sektor. Agar perkembangan
ekonomi dapat menyebar dan merata, maka pembangunan infrastruktur yang
menyebar, sistem insentif dan disinsentif mutlak diperlukan
g. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam kegiatan
pembangunan, tidak hanya pada sektor privat, tetapi pada sektor publik,
sehingga penyediaan infrastruktur pengembangan wilayah dapat dilakukan
oleh berbagai pihak
5. Strategi Penutupan Wilayah Secara Selektif (Selective Regional Closure)
Friedmann dan Weaver (1979) dalam mendiskusikan fenomena yang sama,
menganggap bahwa distorsi desa kota merupakan hasil konflik yang telah menjadi
sifat antara teritorial dan fungsi dengan dominasi sejarah saat ini di bawah sistem
dunia yang di atur oleh perusahaan multi nasional. Ekonomi-ekonomi wilayah
diintegrasikan atau dikaitkan ke ekonomi dunia pada suatu basis ketidakmerataan,
mengarah ke polarisasi (Backwash) kegiatan-kegiatan pembangunan dan
kebocoran sumber daya wilayahnya yang vital keluar ke kota-kota besar dan luar
negeri.
Kebijaksanaan regional di bawah paradigma pembangunan yang baru, yang
ditujukan pada pengurangan kesenjangan melalui pembangunan wilayah yang
bertumpu pada kemampuan sendiri, meliputi suatu pengertian dan penyelesaian
masalah kebocoran dalam suatu konteks ruang. Masalah yang penting adalah
bagaimana transfer sumber daya desa–kota yang menguntungkan dapat
diaslurkan untuk pertumbuhan dan pembangunan perdesaan, dan bagaimana
surplus pertanian dipertahankan di daerah perdesaan, mencegahnya dari arus
berlebihan ke kota-kota, untuk ditanamkan lagi bagi pembangunan sendiri. Dalam
hal ini, alternatif kesempatan kerja dapat diciptakan, kemampuan daya beli lokal

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-7


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dapat ditingkatkan, kemungkinan-kemungkinan untuk industrialisasi perdesaan


dapat ditingkatkan dan karenanya muncul aturan yang tepat untuk pusat-pusat
yang lebih rendah.
Masalah kebocoran distribusi pendapatan dan struktur kelembagaan ekonomi
adalah elemen kritis dalam menentukan dampak pengeluaran publik pada
kelompok sasaran. Pengaruh redistribusi dari pertumbuhan atau suatu pendekatan
incremental, akan agak tipis/marginal. Pengeluaran publik di daerah terbelakang
dilayani sebagai suatu instrumen transfer wilayah yang melalui multiplier efek yang
dilokasikan secara menjanjikan akan mengacu ke pergeseran positif dalam
distribusi pendapatan interregional dan juga ketidakmerataan intraregional.
Bagaimanapun, multiplier efek tidak dilokasikan, dan karena keterkaitan dengan
wilayah lain, transfer nilai surplus melalui beberapa mekanisme pasar yang
bervariasi dan lembaga eksploitasi sosial ke daerah-daerah yang lebih maju dapat
terjadi.
Dalam mencari alternatif pembangunan wilayah di bawah kondisi produksi surplus
dan meminimalkan kebocoran yang terjadi, diperlukan perlindungan dari polarisasi
wilayah bagi pembangunan wilayah-wilayah belakang. Dengan cara umum, dapat
digambarkan sebagai strategi penutupan wilayah secara selektif.
6. Pendekatan Sektoral dan Spasial
Pengembangan wilayah dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu
pendekatan sektoral dan pendekatan wilayah (spasial). Pendekatan sektoral dalam
perencanaan selalu dimulai dengan pertanyaan sektor apa yang perlu
dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan. Pertanyaan tersebut dapat
dilanjutkan dengan: berapa banyak yang harus diproduksi, dengan cara dan
teknologi yang bagaimana, dan kapan produksi tersebut akan dimulai. Setelah
tahapan pada hirarki tersebut selesai baru muncul pertanyaan: dimana aktivitas
tiap sektor tersebut akan dijalankan. Dan pada akhirnya menyangkut kebijakan,
strategi dan langkah-langkah yang akan diambil di dalam pelaksanaan
pembangunan.
Sementara itu, pendekatan wilayah lebih menitikberatkan pada pertanyaan:
wilayah mana yang perlu mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Baru
kemudian di cari sektor-sektor apa yang sesuai dikembangkan di daerah tersebut.
Di dalam kenyataan, pendekatan wilayah diambil tidak dalam kerangka totalitas
namun untuk konteks hanya beberapa wilayah tertentu, misalnya wilayah
terbelakang, wilayah perbatasan, atau wilayah yang diharapkan mempunyai posisi
strategis secara ekonomi dan politik.
Untuk Indonesia, yang diperlukan adalah gabungan antara dua pendekatan diatas.
Bukan sektoral atau wilayah. Tetapi keduanya berjalan bersama. Hal ini tidak
hanya dari segi konsep, namun juga dari segi pelaksanaan, khususnya yang
menyangkut koordinasi pembangunan daerah dalam kerangka sistem pemeritahan
yang ada. Arah tersebutlah yang perlu dituju karena pada kenyataan selama ini
ada kecenderungan yang berat sebelah. Pendekatan sektoral kerap kali
mendominasi proses perencanaan. Itulah sebabnya sering ditemui otoritas dan
kontrol dari departemen (yang mencerminkan adanya sektor) lebih efektif
dibandingkan dengan pemerintah maupun instansi daerah.
Adanya pendekatan gabungan di dalam pembangunan daerah di Indonesia terebut
mulai nampak dalam dasawarsa terakhir, terlihat dengan adanya beberapa
kebijaksanaan pemerintah yang mengatur pembangunan dengan pertimbangan
keruangan/wilayah.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-8


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

7. Pendekatan Rencana Komprehensif


Dalam perencanaan dikenal adanya 3 (tiga) pendekatan, yaitu perencanaan
menyeluruh, perencanaan terpilah, dan perencanaan terpilah menyeluruh.
Perencanaan menyeluruh (komprehensif) adalah pendekatan perencanaan yang
melibatkan seluruh aspek dari awal kajian hingga menghasilkan produk akhir.
Perencanaan terpilah hanya meninjau 1 aspek saja mulai dari awal hingga produk
akhir. Adapun perencanaan terpilah menyeluruh adalah pendekatan perencanaan
yang pada awalnya meninjau seluruh aspek, namun kemudia dipilih satu aspek
saja sehingga pada produk akhirnya juga hanya berisi rencana 1 aspek tersebut.
Pendekatan Menyeluruh dan Terpadu merupakan pendekatan perencanaan yang
menyeluruh dan terpadu serta didasarkan pada potensi dan permasalahan yang
ada, baik dalam kawasan perencanaan maupun dalam konstelasi regional.
Menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan permasalahan ditinjau dan dikaji
kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterlandnya.
Terpadu mengartikan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan didasarkan
kepada kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor, di mana dalam
perwujudannya dapat berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.

5.1.4.2 Pendekatan Perencanaan Incremental-Strategis dan Strategis–Proaktif


Pemahaman mengenai Pendekatan Perencanaan Incremental-Strategis dan
Strategis–Proaktif adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Incremental-Strategis
Suatu produk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang ‘baik’ harus operasional,
oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis,
demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai
maksud dan tujuan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan
perencanaan yang realistis adalah:
a. Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota;
b. Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota;
c. Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses
pembangunan;
d. Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata;
e. Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kota;
f. Mengenali ‘aturan main’ yang berlaku dalam proses pembangunan kota.
Pendekatan yang digunakan dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah adalah Pendekatan Incremental
yang lebih bersifat strategis. Adapun karakteristik pendekatan ini antara lain:
a. Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata;
b. Bersifat jangka pendek dan menengah;
c. Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis;
d. Mempertimbangkan eksternalitas;
e. Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final.
2. Pendekatan Strategis-Proaktif
Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan
incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis – proaktif adalah:
a. Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan
pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan
penyelesaian masalah;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-9


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

b. Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun


eksternal;
c. Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang
akan datang terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-
kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta ‘kejutan-kejutan’ lain
yang terjadi diluar perkiraan;
d. Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah;
e. Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action);
3. Pencampuran Kedua Pendekatan dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Ketiga jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini. Perbedaan
penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan dengan
karakteristik kegiatan yang sedang dilakukan. Penjelasan singkatnya adalah
sebagai berikut:
a. Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana struktur, maka
pendekatan incremental-strategis perlu dikedepankan untuk dapat
menghasilkan suatu konsepsi pengembangan yang sifatnya cenderung
‘utopis’.
b. Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan aspek
pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-proaktif untuk
dapat menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang realistis dan dapat
diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.

5.1.5 Pendekatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Kebutuhan dasar manusia dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu;
(i) Kebutuhan dasar kelangsungan hidup hayati, (ii) Kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup yang manusiawi serta (iii) Kebutuhan dasar untuk memilih (Otto
Sumarwoto: Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan).
Pada tingkatan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati sangat
berhubungan dengan kebutuhan fisiologi dasar tubuh manusia seperti; makan dan
minum (pangan), istirahat dan latihan, keseimbangan kimia serta kesehatan. Pada
tingkatan kebutuhan untuk kelangsungan hidup yang manusiawi sangat berhubungan
dengan kebutuhan sosial kemasyarakatan seperti; pakaian (sandang), tempat tingggal
(papan), keamanan dan keselamatan, kreatif dan keindahan, penghargaan,
kepemilikan sosial dan aktualisasi diri. Pada kebutuhan dasar untuk memilih sangat
berhubungan dengan tingkat kemampuan sosial ekonomi manusia untuk memilih
segala sesuatu yang diinginkan.
Kebutuhan dasar manusia yang seperti dijelaskan diatas memiliki
konsekuensi yang berdimensi ke-ruang-an (spatial) yaitu peningkatan kebutuhan ruang
dalam konteks mikro maupun makro. Kebutuhan ruang secara makro akan tercermin
pada tingkat wilayah nasional, provinsi atau kabupaten/kota. Ruang wilayah kawasan
adalah salah satu sumber daya yang bersifat tetap dan terbatas, sedangkan kebutuhan
pemanfaatan ruang semakin bertambah dan meningkat. Maka perlunya pengaturan
pemanfaatan ruang yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan aktivitas manusia,
untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antar kegiatan pemakai ruang
lainnya.
Perencanaan pemanfaatan ruang pada dasarnya bertujuan untuk mewadahi
segala kebutuhan kegiatan masyarakat dalam prespektif perencanaan secara jangka

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-10


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

panjang 20 tahun ke depan, agar tidak terjadi benturan kepentingan antar pengguna
ruang.

5.1.6 Pendekatan Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi sering didefenisikan sebagai pertumbuhan agregatif
dari sektor dalam perekonomian dengan melihat perubahan indikatornya. Sedangkan
perkembangan ekonomi lebih luas cakupannya dari sekedar pertumbuhan ekonomi.
Mengingat pada perkembangan ekonomi yang diamati tidak hanya perubahan indikator
agregatif sektor perekonomian, tetapi juga mengamati apakah terjadi pergeseran
struktur perekonomian.
Pada wilayah/daerah yang masih tradisional, umumnya struktur perekonomian
sangat didominasi oleh sektor primer. Perkembangan ekonomi suatu wilayah/daerah
dapat dilihat apabila terjadinya perubahan struktural sektor argraris/tradisional menuju
sektor industri/modern, dalam arti terjadi perubahan/penurunan dominasi
sektor/tradisional, di lain pihak terjadi perubahan/peningkatan dominasi sektor
sekunder, tersier.
Pertumbahan dan perkembangan ekonomi sebagai salah satu pendekatan
perencanaan pembangunan terbukti tidak selamanya sesuai untuk diterapkan. Struktur
perekonomian wilayah yang baik adalah terjadinya keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi juga harus diimbangi oleh perbedayaan ekonomi rakyat,
sehingga diharapkan terjadi persaingan yang sehat antara para pelaku ekonomi di
suatu wilayah.
Pendekatan ekonomi akan dilakukan melalui 3 (tiga) langkah utama, yaitu:
1. Pertama, mengenali karakteristik kegiatan ekonomi saat ini dan potensi sumber
daya alam yang dapat menunjang kegiatan ekonomi wilayah di masa datang. Dari
sini, selanjutnya dapat dirumuskan sektor/sub sektor potensial yang dapat dijadikan
sektor/sub sektor unggulan di wilayah dikaitkan dengan tujuan dan sasaran
pertumbuhan ekonomi wilayah perencanaan, serta sasaran pertumbuhan ekonomi
regional/kewilayahan.
2. Kedua, mengenali faktor-faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan sebagai
peluang untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi wilayah. Faktor
eksternal tersebut tidak hanya dilihat dalam konteks antar wilayah dalam skala
regional, tetapi juga antara kawasan ekonomi dalam skala yang lebih luas.
3. Ketiga, mengenali perkembangan globalisasi ekonomi (pasar bebas) yang
berlangsung dalam rangka AFTA dan APEC. Pemahaman terhadap ‘milestone’
menuju pasar bebas akan memudahkan penyusunan lebih lanjut skenario dan
agenda pengembangan wilayah kota dalam merespon dan mengantisipasi serta
menyeleraskan kesiapan kota menghadapi fenomena global tersebut.
5.1.7 Pendekatan Konservasi Lingkungan
Pendekatan ini dilakukan dengan memandang wilayah merupakan bagian
satu kesatuan ekosistem yang utuh dalam konteks yang lebih regional, dan memiliki
sub-sub ekosistemnya. Kawasan lindung yang terdapat di dalam suatu wilayah
merupakan kawasan dengan keaneka-ragaman hayati (biodiversity) yang sangat tinggi
dan perlu terus dilestarikan. Setiap kegiatan pembangunan yang akan mengubah
ekosistem wilayah perlu dilakukan secara lebih berhati-hati agar tidak menggangu
daya dukung ekosistem dan menurunnya/hilangnya keaneka-ragaman hayati.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-11


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Melalui pendekatan ini diharapkan setiap kegiatan penataan ruang justru akan
meningkatkan daya dukung wilayah. Untuk itu penetapan kawasan fungsional dan
intensitas kegiatannya dalam rencana sinkronisasi program pengembangan harus
memperhatikan dampak yang ditimbulkannya terhadap ekosistem wilayah dan
penduduk sekitarnya, agar selaras dengan azas dan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).
5.1.8 Pendekatan Sosial Budaya
Pendekatan ini memandang wilayah sebagai satu kesatuan ruang sosial
(social space) dengan masyarakatnya yang beragam serta mempunyai budaya dan
tata nilai (norm and value) tersendiri. Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir
pantai, di sepanjang aliran sungai maupun di sekitar hutan masing-masing memiliki
ciri-ciri dan tata nilai tradisional yang unik. Dalam rangka penataan ruang dan
pembangunan wilayah kota corak ragam budaya dan tata nilai ini harus ditempatkan
sebagai satu variabel yang penting.
Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran
serta masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan wilayahnya. Sedangkan nilai-
nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak berbenturan dengan nilai-nilai
tradisional, sehingga tidak menghalangi kinerja pengembangan kawasan. Oleh sebab
itu, dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah ini perlu dan harus mencermati karakteristik budaya dan nilai-
nilai tersebut.
Diharapkan melalui pendekatan ini akan dapat dihindari kemungkinan
terjadinya benturan sosial dan keterasingan kelompok masyarakat tertentu dari derap
kegiatan pembangunan, serta segregasi keruangan yang dapat berdampak negatif
terhadap kinerja pertumbuhan wilayah maupun pada perkembangan kehidupan
masyarakat.
5.1.9 Pendekatan Kepariwisataan
Dalam lingkungan ekonomi dan politik sekarang, industri pariwisata atau
tepatnya segmen ekonomi maju ke depan merupakan kesempatan besar satu-satunya
dalam pertukaran ekonomi, budaya dan politik dunia. Pariwisata dalam arti seluas-
luasnya dapat lebih mendorong pengertian antar bangsa menuju perdamaian dunia.
Selain itu juga memerlukan kesempatan kerja, menghasilkan devisa dan meningkatkan
taraf kehidupan, lebih daripada kekuatan ekonomi lain yang diketahui. Berbeda dengan
industri MIGAS yang berdasar pada bahan bakar fosil, pariwisata tidak tegantung dari
sumber daya yang makin berkurang. Justru sebaliknya, agar pariwisata dapat
berkembang, maka harus berupaya untuk meningkatkan lingkungan dan memelihara
keseimbangan ekologis.
Dewasa ini, pembangunan diberbagai sektor tidak lagi hanya berorientasi
pada faktor fungsional semata, kualitas lingkungan dan bangunan yang lebih atraktif
dan menarik mulai menjadi pendekatan pengembangan. Kawasan-kawasan perkotaan
dengan kualitas lingkungan bangunan yang lebih atraktif dan menarik merupakan
suatu bentuk kepariwisataan pada suatu perkotaan. Dengan pendekatan seperti ini
akan memberikan implikasi yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan sebagai suatu lingkungan
binaan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-12


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.1.10 Pendekatan Pelaku Pembangunan


Metode pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah dengan
melibatkan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders) terkait pada setiap proses
kegiatan penyusunan rencana. Hal ini dirasakan perlu untuk menghasilkan Rencana
Tata Ruang yang merupakan kesepakatan dari semua pihak (stakeholders). Konsultan
dalam hal ini akan melibatkan secara aktif stakeholders yang ada, selain itu konsultan
juga memfasilitasi program-program pemerintah yang telah direncanakan. Konsultan
sendiri akan memberikan arahan-arahan teknis dalam rangka pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR).
Dengan adanya pelibatan stakeholder dalam tahap penyusunan rencana,
maka diharapkan pemerintah daerah akan mudah menerapkan rencana tersebut.
Dalam tahap pemanfaatan rencana, stakeholders terlibat sebagai pemanfaat ruang
yang utama, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Di samping sebagai pemanfaat
utama, terdapat pula stakeholders yang terlibat dalam proses pemanfaatan ruang itu
sendiri, yaitu para profesional dan decission maker. Untuk menjamin kelancaran
proses pemanfaatan ruang, maka diperlukan suatu forum komunikasi horisontal baik
antar profesional, antar decission maker dan antara profesional dan decission maker.
Fungsi dari forum komunikasi ini adalah untuk menjaga kesimambungan rencana tata
ruang yang telah disusun ke dalam pemanfaatannya.
Kemampuan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten sangat dipengaruhi
oleh kemampuan institusi pengendali pemanfaatan ruang untuk melakukan pelaporan,
permantauan, evaluasi, dan penertiban pemanfaatan ruang secara efektif. Untuk itu
perlu ditentukan peranan, kedudukan, dan tanggung jawab institusi pengendali
masing-masing peringkat kawasan perencanaan.
Adapun unsur yang harus dipenuhi oleh institusi pengendali adalah sebagai
berikut:
1. Berkemampuan untuk mengkoordinasi, mengendalikan, dan melaksanakan
evaluasi atas usulan dan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh
berbagai peringkat dan jurisdiksi pemerintahan yang ada di, terutama program dan
proyek yang bersifat strategis dan berdampak regional.
2. Memiliki kewenangan dan sumber daya yang memadai untuk dapat mengambil
keputusan yang cepat dan efektif, terutama bila dihadapkan pada kontroversi
pemanfaatan ruang yang melibatkan berbagai pihak dan konflik tata ruang
horisontal maupun vertikal.
3. Mempunyai akses terhadap informasi atas program dan proyek strategis berskala
besar dan berdampak luas dan berkemampuan untuk mengolah informasi serta
mengevaluasi implikasinya pada Rencana Tata Ruang di masing-masing peringkat
kawasan perencanaan yang bersangkutan.
4. Institusi pengendali berkemampuan menjalankan peran mediator dan fasilitator
untuk menampung aspirasi semua stakeholders dalam pembangunan kabupaten
dan kawasan-kawasan di dalamnya sehingga dapat dihasilkan keputusan yang
seimbang dan dapat diterima oleh semua pihak.
5. Tugas dan tanggung jawab kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan
tugas utama dari pemerintah. Namun pada dasarnya seluruh stakeholders
pembangunan dapat dilibatkan dalam kegiatan ini dalam bentuk pelaporan. Jenis
pelaporan apapun yang dilakukan oleh seluruh stakeholders yang apresiatif
terhadap kualitas tata ruang, perlu ditindaklanjuti dalam kegiatan pemantauan oleh

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-13


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

pemerintah, khususnya bagi pelaporan yang mengindikasikan adanya


pembangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada.
6. Secara kelembagaan, pelaporan ini wajib dilakukan atau dikoordinasikan oleh
Pemerintah Kabupaten secara rutin dalam rangka pengendalian pemanfaatan
ruang dengan menyediakan pos pengaduan yang dapat dengan mudah diakses
oleh seluruh stakeholders.

5.1.11 Pendekatan Partisipasi Masyarakat


Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat sebagai pemanfaat ruang dan
pelaksana pembangunan serta sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun
negatif dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu dalam penyusunan
rencana ini digunakan pendekatan partisipasi masyarakat (community approach) untuk
mengikutsertakan masyarakat di dalam proses penyusunan rencana tata ruang
melalui forum diskusi pelaku pembangunan. Konsultan dalam hal ini berusaha untuk
melibatkan secara aktif pelaku pembangunan yang ada dalam setiap tahapan
perencanaan.
Di dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah masyarakat tidak hanya dilihat sebagai pelaku pembangunan
(stakeholders) tetapi juga sebagai pemilik dari pembangunan (shareholders).
Keterlibatan masyarakat sebagai shareholder dimaksudkan untuk mengurangi
ketergantungan wilayah terhadap investor dari luar wilayah, tetapi yang diharapkan
adalah kerjasama antara investor dengan masyarakat sebagai pemilik lahan di wilayah
tersebut. Dengan posisi sebagai shareholder diharapkan masyarakat akan benar-
benar memiliki pembangunan di wilayahnya, dapat bersaing dengan penduduk
pendatang, dan dengan demikian masyarakat lokal tidak tergusur dari wilayahnya.

Gambar 5.3.Diagaram Keterlibatan Pelaku Pembangunan Dalam Penyusunan Rencana

5.1.12 Pendekatan Kelembagaan (Instansional)


Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah sebagai suatu dasar dan arahan pembangunan daerah, salah satu
aspek penting yang diatur adalah aspek kelembagaan. Keberhasilan pembangunan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-14


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

daerah tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan perencanaan kelembagaan yang


efektif dan efisien.
Pendekatan kelembagaan yang dimaksud adalah identifikasi instansi-instansi
kepemerintahan yang terkait dengan pembangunan daerah baik secara vertikal, yaitu
mengkaji kewenanganan, peran dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; ataupun secara horisontal, yaitu
mengkaji kewenanganan, peran dan tanggung jawab instansi pemerintah daerah
secara lintas instansional.
Pada tabel dibawah ini diidentifikasi keterlibatan lintas sektor baik ditingkat
nasional, provinsi dan tingkat kabupaten. Tabel ini merupakan acuan dan tidak tertutup
kemungkinan terdapat tambahan instansi lagi sesuai dengan kebutuhan dari pekerjaan
ini.

Tabel 5.1. Keterlibatan Lintas Sektoral


No Level Instansi Terkait
1 Tingkat Pusat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Sekretariat Negara
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
Kementerian dan Badan lainnya
2 Tingkat Provinsi Bappeda Provinsi
Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi
Dinas dan Badan lainnya
3 Tingkat Kabupaten Bappeda Kabupaten
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Kabupaten
Dinas dan Badan lainnya

5.1.13 Pendekatan Mitigasi Bencana


Pendekatan mitigasi bencana merupakan salah satu pendekatan baru yang
digunakan dalam pembangunan nasional, termasuk didalamnya pada bidang penataan
ruang. Pendekatan mitigasi bencana ini merupakan konsekuensi logis dari fakta bahwa
semakin sadarnya masyarakat untuk memasukkan unsur-unsur mitigasi bencana,
guna mengurangi resiko bencana bilamana hal itu terjadi. Dengan pendekatan mitigasi
bencana, maka dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah akan dipikirkan alokasi ruang untuk
penyelematan diri dari bencana atau dengan menyusun elemen dari refuge planning,
seperti standarisasi kualitas bangunan yang mampu mereduksi dampak bencana serta
adanya alokasi ruang untuk escape building dan escape hill.

5.1.14 Pendekatan Keberlanjutan


Definisi dasar dari “pembangunan berkelanjutan” yang dikemukakan oleh
komisi Brundlandt adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan hidup manusia

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-15


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Pengertian
awal ini dikembangkan oleh UNEP menjadi "memperbaiki kualitas kehidupan manusia
dengan tetap memelihara kemampuan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan
hidup dari ekosistem yang menopangnya."
Suatu pendapat mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan
kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan
aspek sosial politik sedemikian rupa masing-masing terhadap pola perubahan yang
terjadi pada kegiatan manusia (produksi, konsumsi, dan sebagainya) dapat menjamin
kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai
akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang lingkungan
(WCED, 1987). Perlu digarisbawahi bahwa pengertian keberlanjutan tidak dapat
didefinisikan secara mutlak maupun mengikuti pendekatan atau ukuran pemahaman
tertentu, demikian pula dengan keberlanjutan kebijakannya.
Untuk menjamin berkelanjutannya pembangunan ekonomi dan sosial budaya,
ekosistem terpadu (integrated ecosystem) yang menopangnya harus tetap terjaga
dengan baik. Karena itu aspek lingkungan perlu diinternalisasikan ke dalam
pembangunan ekonomi. Secara sosial, ekosistem ini harus terjaga hingga generasi
yang akan datang (inter-generasi) sebagai sumberdaya alam pendukungnya, terutama
menghadapi tantangan pertumbuhan penduduk tinggi yang memacu produksi dan
konsumsi. Sementara intra-generasi, pembangunan ekonomi tidak membuat
kesenjangan dalam masyarakat, terjadinya pemerataan dan kestabilan.
Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga matra berikut ini:
1. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan fakta bahwa lingkungan
hidup dan berbagai elemen di dalamnya memiliki keterkaitan dan juga memiliki nilai
ekonomi (dapat dinyatakan dengan nilai uang). Pembangunan ekonomi
berkelanjutan dapat mengelola lingkungan hidup dan sumberdaya alam secara
efektif dan efisien dengan yang berkeadilan perimbangan modal masyarakat,
pemerintah dan dunia usaha;
2. Keberlanjutan sosial budaya; pembangunan berkelanjutan berimplikasi terhadap
pembentukan nilai-nilai sosial budaya baru dan perubahan bagi nilai-nilai sosial
budaya yang telah ada, serta peranan pembangunan yang berkelanjutan terhadap
iklim politik serta stabilitasnya. Dalam hal ini juga perlu keikutsertaan masyarakat
dalam pembanguna ekonomi yang berwawasan lingkungan serta mengurangi
kesenjangan antar tingkat kesejahteraan masyarakat;
3. Keberlanjutan kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dan segala eksistensinya.
Sebagai penopang pembangunan ekonomi, lingkungan perlu dipertahankan
kualitasnya, karena itu harus dijaga keselarasan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan. Sebagai satu upaya mempertahankan keberlanjutan, setiap
kegiatan diminimasikan dampak lingkungannya, diupayakan menggunakan
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, mengurangi limbah dan meningkatkan
penggunaan teknologi bersih.
Pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa konsep yang menjadi
landasan berpikir dalam pengembangannya. Konsep tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Pembangunan pada hakikatnya merupakan pelaksanaan proses transformasi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung beserta
kombinasi ketiganya yang menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang sebesar-besarnya;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-16


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

2. Hasil pembangunan dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tidak


mengabaikan pemenuhan kebutuhan bagi generasi mendatang (orientasi masa kini
dan masa mendatang);
3. Pemahaman yang baik, tentang implikasi dari masing-masing pelaksanaan
kegiatan pembangunan itu sendiri, baik positif maupun negatif, terhadap elemen
hidup dan tidak hidup dalam lingkungan yang terkena pembangunan, merupakan
suatu alat efektif yang berfungsi mengendalikan. Penerapan nilai-nilai lingkungan
hidup terutama nilai-nilai yang menekankan tentang keselarasan dan keterkaitan
yang terdapat antara manusia dengan alam; berperan sebagai strategi utama;
4. Pengendalian keberlanjutan pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan
secara sinergis, merupakan suatu bentuk keberlanjutan.

5.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan


Proses Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah terdiri atas tahapan kerja sebagai berikut ini, yaitu:
5.2.1 Tahap Persiapan
1. Memahami maksud & tujuan, sasaran pekerjaan, lingkup pekerjaan, lokasi
kegiatan, dan keluaran yang diharapkan.
2. Mempersiapkan lingkup tugas tenaga ahli/staf penunjang dan jadwal penugasan
masing-masing personil.
3. Menetapkan jadwal rencana kerja pelaksanaan penyusunan RDTR, drat Ranperda,
dan KLHS untuk mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan.
4. Mengidentifikasi kebutuhan data, informasi, studi/kajian, dan ketentuan perundang-
undangan terkait RDTR, Draft Perda, dan KLHS.
5. Mengkaji pustaka, literatur, hasil studi terdahulu terkait RTRW Provinsi Aceh,
RTRW Kabupaten Aceh Tengah, dan kebijakan lain.
6. Menyiapkan desain survei yang harus disetujui supervisi.
7. Membahas dan memasukan Laporan Pendahuluan di Jakarta yang bertujuan untuk
menyampaikan rencana dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
8. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 1.

5.2.2 Tahap Survei Lapangan


1. FGD I di Jakarta dengan peserta sebanyak 30 orang dengan dipandu oleh 1
moderator dan 4 orang nara sumber.
2. Melaksanakan Surveylapangandengan menetap di lokasi perencanaan selama 1
bulan untukmemperolehdatadaninformasiwilayahperencanaan.
Data primer dan data sekunder yang diperlukan meliputi:
a. data wilayah administrasi;
b. data fisiografis;
c. data kependudukan;
d. data ekonomi dan keuangan;
e. data ketersediaan prasarana dan sarana ;
f. data peruntukan ruang ;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-17


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

g. data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan ;


h. data terkait kawasan dan bangunan ; dan
i. peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan,
penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian
minimal peta 1:5.000.
Metode pengumpulan data primer setingkat kelurahan
a. penjaringan aspirasi masyarakat (penyebaran angket, temu wicara,
wawancara)
b. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara langsung
Tujuan Pengumpulan Data, antara lain; Untuk keperluan pengenalan karakteristik
BWP dan penyusunan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana BWP
sekunder.
3. Mempersiapkan peta citra satelit resolusi tinggi dan melakukan koreksi
geodetik/orthorektifikasi di lokasi perencanaan RDTR dengan kordinasi tim
supervisi.
4. Mengidentifikasi isu dan permasalahan di kawasan Kawasan Perkotaan Takengon.
5. Mengidentifikasi pemangku kepentingan di kawasan Kabupaten Aceh Tengah,
khususnya di Kawasan Perkotaan Takengon.
6. Mengidentifikasi dan menentukan nilai strategis/prioritas kawasan Kabupaten Aceh
Tengah, khususnya Kawasan Perkotaan Takengon.
7. Mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang akan dijadikan dasar bagi
kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau programnya RDTR.
8. Rapat biasa I di Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka penyusunan rencana detail
dengan fasilitator tim pelaksana pekerjaan / penyedia jasa.
9. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 2.

5.2.3 Tahap Pengolahan Data dan Analisa


1. Melakukan kompilasi dan penyiapan data yang siap untuk dianalisis.
2. Menganalisis karakteristik wilayah, meliputi:
 kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten dalam wilayah yang
lebih luas (kabupaten);
 keterkaitan antar wilayah kabupaten dan antara bagian dari wilayah
kabupaten;
 keterkaitan antarkomponen ruang di BWP;
 karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten;
 kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
 karakteristik sosial kependudukan;
 karakteristik perekonomian; dan
 kemampuan keuangan daerah.
3. Menganalisis potensi dan masalah pengembangan BWP, meliputi:
 analisis kebutuhan ruang; dan
 analisis perubahan pemanfaatan ruang.
4. Menganalisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan.
 Analisis intensitas pemanfaatan ruang, antara lain : analisis koefisien dasar
bangunan, analisis koefisien lantai bangunan, analisis ketinggian
bangunan, analisis koefisien dasar hijau
 Analisis ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, antara lain : analisis
keterkaitan antara zona dan kegiatan, analisis karakteristik kegiatan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-18


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5. Menganalisis jaringan prasarana, meliputi:


 analisis kebijakan pembangunan,
 analisis kemampuan tumbuh kembang wilayah,
 analisis bentuk dan struktur wilayah,
 analisis kondisi sarana dan prasarana,
 analisis pergerakan,
 alternatif pengembangan,
 analisis sistem air minum,
 analisis proyeksi kebutuhan air,
 analisis sistem pelayanan air minum
6. Membahas dan memasukan Laporan Antara yang bertujuan untuk menyampaikan
hasil keluaran dari tahap pengolahan data yang meliputi:
 potensi dan masalah pengembangan di BWP;
 peluang dan tantangan pengembangan;
 kecenderungan perkembangan;
 perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP;
 intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung;
 teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan.
7. Pembahasan peta (klinik peta) dengan peserta sebanyak 15 orang dengan dipandu
1 moderator dan 2 narasumber.
8. Konsinyasi I di Jakarta untuk memantapkan Buku Data dan Analisa Materi Teknis
RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
9. Menyusun Buku Data dan Analisa Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
10. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 3.

5.2.4 Tahap Perumusan Konsep RDTR & Penyusunan Draft Ranperda


1. Perumusan penyepakatan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan kawasan
(RDTR).
2. Mengembangkan alternatif-alternatif penyelesaian masalah baik fisik maupun non
fisik terkait dengan perencanaan pembangunan di Kawasan.
3. Perumusan konsep pengembangan wilayah perkotaan.
4. Menyusun rekomendasi berdasarkan alternatif terbaik yang dapat dilaksanakan.
5. Rapat biasa II di Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka penyusunan rencana
detail dengan fasilitator tim pelaksana pekerjaan / penyedia jasa.
6. Pembahasan I di daerah dalam rangka konfirmasi konsep RDTR dan konsultasi
public KLHS yang diadakan di kantor pemerintah Kabupaten Aceh Tengah pada
pagi hari dan di kantor pemerintah Provinsi Aceh pada siang harinya.
7. Mengidentifikasi masalah dalam rangka menyusun Draft Rancangan Peraturan
Daerah Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah.
8. Melakukan kajian teoritis dan praktik empiris (guna penyusunan naskah akademik
draft Ranperda):
 kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.
 kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-19


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan daerah.
9. Merumuskan Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis (guna penyusunan
naskah akademik draft Ranperda).
10. Menetapkan jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi peraturan
daerah kota (guna penyusunan naskah akademik draft Ranperda).
11. Menyusun Draft Rancangan Peraturan Daerah Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan rumusan pasal
per pasal, penjelasan dan lampiran peta yang disajikan dalam format A3.
12. FGD II di Jakarta dengan peserta sebanyak 30 orang dengan dipandu oleh 1
moderator dan 4 orang nara sumber.
13. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 4.

5.2.5 Tahap Perumusan RDTR dan Pengkajian Pengaruh K, R, P


1. Menyusun/merumuskan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah.
 Perumusan Tujuan Penataan BWP.
 Perumusan Rencana Pola Ruang.
 Perumusan Rencana Jaringan Prasarana.
 Perumusan Sub BWP Prioritas.
 Perumusan Pemanfaatan Ruang.
2. Mengidentifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah baik yang akan disusun maupun yang akan
dievaluasi.
3. Menelaah pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program RDTR terhadap
kondisi lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Aceh Tengah.
4. Konsinyasi II di Jakarta untuk memantapkan Buku Rencana Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
5. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 5.

5.2.6 Tahap Perumusan Peraturan Zonasi dan Penyempurnaan K, R, P


1. Perumusan PZ Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah;
 Perumusan ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
 Perumusan ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
 Perumusan ketentuan tata bangunan
 Perumusan ketentuan prasarana dan sarana minimal
 Perumusan ketentuan pelaksanaan, dan
 Perumusan ketentuan pengaturan zonasi (pengendalian pemanfaatan
ruang) dan instrument pengendaliannya.
2. Penyempurnaan K, R, P dengan pendekatan:
 Mengecek kembali kebutuhan pembangunan yang baru: target-target
dalam pengentasan kemiskinan atau peningkatan pendapatan penduduk.
 Mengusulkan lokasi baru yang dianggap lebih aman, atau mengusulkan
pengurangan luas wilayah kebijakan, rencana dan/atau program.
 Mengusulkan alternative proses dan/atau metode dan/atau teknologi
pembangunan yang lebih baik, seperti peningkatan pendapatan rakyat

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-20


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

melalui pengembangan ekonomi kreatif, bukan pembangunan ekonomi


konvensional yang menguras sumber daya alam, seperti pembuatan
jembatan untuk melintasi kawasan lindung.
 Mengusulkan perubahan jangka waktu pembangunan, awal kegiatan
pembangunan, urutan, maupun kemungkinan penundaan satu program
pembangunan.
3. Rapat biasa III di Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka KLHS dengan fasilitator
tim pelaksana pekerjaan / penyedia jasa.
4. Pembahasan II di daerah dalam rangka konsultasi public KLHS yang diadakan di
kantor pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.
5. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 6.

5.2.7 Tahap Rekomendasi Perbaikan K, R, P dan Pengintegrasian Hasil


KLHS
1. Perbaikan rumusan kebijakan, yaitu perbaikan arah atau tindakan yang diambil
oleh Pemerintah Daerah demi mencapai pembangunan berkelanjutan.
2. Perbaikan muatan rencana, yaitu perbaikan proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia.
3. Perbaikan materi program, yaitu perbaikan instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah Daerah untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi Pemerintah Daerah.
4. Konsinyasi III di Jakarta untuk memantapkan Buku KLHS Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
5. Menyusun buku KLHS Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah.
6. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 7.

5.2.8 Tahap Perampungan Produk / Kegiatan


1. Menyelesaikan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengahyang terdiri atas:
 Buku Data dan Analisa
 Buku Rencana
 KLHS .
2. Menyelesaikan naskah Draft Ranperda tentang Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
3. Menyelesaikan album peta tematik ukuran A3 dan album peta rencana ukuran A1
4. Membahas dan memasukan Laporan Akhir.
5. Diseminasi di Kabupaten Aceh Tengah dengan dipandu 1 orang moderator dan 4
narasumber.
6. Memasukan Laporan Bulanan Bulan 8.
7. Memasukan buku Materi Teknis, buku KLHS, buku RDTR, Draft Ranperda,
Eksekutif Summary, Album Peta, CD, External HD.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-21


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.4Diagram Proses Pelaksanaan Kegiatan

1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-22


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


5.3.1 Metode Survey
Pembahasan mengenai metode survey dalam Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah terdiri atas:
5.3.1.1 Pekerjaan Survey
Survey adalah bentuk riset yang memusatkan pada salah satu atau beberapa
aspek dari obyeknya. Oleh karena itu hasil dari suatu survei sering dipergunakan untuk
menyusun suatu perencanaan atau menyempurnakan perencanaan yang sudah ada.
Penggunaannya sebagai data perencanaan dimungkinkan karena melalui survei untuk
suatu obyek penelitian diungkapkan secara menyeluruh. Obyek dari survei dapat terdiri
dari lingkungan suatu bangsa/negara, daerah, sebuah kab/kota, sebuah desa, suatu
sistem dan lain-lain. Salah satu bentuk dari survei adalah Survei Pendapat Umum
(Public Opinion Survei) dan Survei Kemasyarakatan (Community Survey).
Survei ini penting tidak hanya sebagai ungkapan gambaran pendapat
masyarakat, namun juga penting bagi penentu kebijakan (policy maker) untuk
mengetahui pendapat umum (public opinion) berupa sikap dan beberapa
kecenderungan lain yang berlaku di dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat
luas, terutama mengenai kebijakan yang akan ditetapkan. Penelitian tentang pendapat
umum biasanya mempergunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dari
sejumlah subyek yang dipilih secara teliti agar mewakili kelompok atau masyarakat
luas secara representatif.
Sedangkan untuk Survei Kemasyarakatan, seringkali disebut sebagai
penelitian sosial yang maksudnya untuk mengungkap aspek atau beberapa aspek
tertentu dalam kehidupan masyarakat. Melalui penelitian ini dikumpulkan data untuk
mengambil kesimpulan tentang pendapat, keinginan, kebutuhan, kondisi, dan lain-lain
di dalam masyarakat mengenai aspek yang diselidiki. Luas dan kedalaman penelitian
ini dipengaruhi oleh faktor keterbatasan waktu dan biaya, keterbatasan kemapuan
tenaga pelaksana dan tenaga ahli penganalisa serta ketersediaan masyarakat untuk
bekerjasama dan membantu dalam memberikan data yang relevan. Salah satu obyek
penelitian yang bisa di selidiki dengan survei ini adalah situasi geografis dan situasi
ekonomi yang banyak pengaruhnya terhadap pola kehidupan masyarakat. Misalnya
mempengaruhi sistem dan pelaksanaan transportasi, komunikasi, administrasi
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, rekreasi, keamanan dan
ketentraman masyarakat dan sebagainya.
5.3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung
dan komunikasi langsung. Teknik observasi langsung adalah cara pengumpulan data
yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat
dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Pengamatannya dapat
menggunakan atau tanpa alat. Sedangkan teknik komunikasi langsung adalah cara
mengumpulkan data, dimana peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau
tatap muka (face to face) dengan sumber data dalam situasi yang sebenarnya.
Secara praktis, oleh karena keterbatasan teknis yang dimiliki, kuesioner dipilih
sebagai alat untuk mengumpulkan data. Kuesioner ini berisi tentang daftar pertanyaan
yang disampaikan kepada responden. Seperti yang telah diuraikan di atas, oleh karena
fokus dari penelitian ini pada obyeknya (materi penelitian) berupa pendapat

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-23


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

masyarakat tentang pembangunan, maka, identitas responden bukan merupakan hal


yang penting untuk diketahui, namun asal responden penting untuk diketahui karena
identitas bukan obyek yang diteliti. Secara lebih jauh kelompok asal masyarakat yang
berlatar belakang sosio ekonomi yang berbeda mempunyai korelasi yang erat dengan
pandangan atau pendapatnya terhadap pembangunan di masa depan. Adapun asumsi
yang digunakan adalah mereka yang berasal di daerah tertentu memiliki kepentingan
langsung dan memiliki kepentingan yang melekat dengan pembangunan di masa
depan. Oleh karena itu kuesioner yang disusun lebih berfokus kepada obyek yang
ingin diketahui (diteliti). Sehingga obyek penelitian ini banyak mengungkap faktor-faktor
yang (diduga) mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pembangunan di masa
depan.
Tabel 5.2. Kebutuhan Data dalam Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Takengon di
Kabupaten Aceh Tengah
Jenis Survey Skala data
Data yang dibutuhkan Primer
No. Klasifikasi Data Peta
Pengamatan Wawancara/ Sekunder Kab. Kec.
Lapangan kuesioner
1 Kebijaksanaan RTRW Provinsi    -
terkait RTRW Kota    -
RPJP dan RPJMD   -
Perda terkait   -
2 Fisik Dasar, Letak Geografis    
Sumber daya alam Fisiografis (Topografi dan    
dan Lingkungan Kemiringan)
(Data dan Peta) Geologi    
Jenis tanah    
Kemiringan lahan    
Hidrologi    
Klimatologi/Iklim/Curah Hujan   
(Max, Min)
Vegetasi dan Fauna   
Sumber Daya Alam (tambang,    
energi, hutan, dll)
Daerah Rawan Bencana    

3 Kependudukan Jumlah penduduk   


(trend Penyebaran penduduk    
perkembangan & Komposisi penduduk   
proyeksi Mata pencaharian    
penduduk) Pendapatan    
(Data danb Peta) Pertumbuhan penduduk    
Kepadatan penduduk    
Pola pergerakan dan     
perpindahan penduduk
4 Sosial budaya Kondisi sosial dan budaya  
Pola Partisipasi    

5 Penggunaan Lahan Tata Guna Lahan   


(Data dan Peta) Kabupaten/Kota
Tata Guna Lahan Kecamatan    
Perubahan Penggunaan Lahan    
6 Perekonomian Produksi tiap sektor kegiatan     
ekonomi dan penyebarannya
Lokasi kegiatan ekonomi      
Sektor unggulan     
Sektor prioritas     
PDRB   
Perkembangan tiap sektor    
kegiatan ekonomi
Kondisi pasar     
Skala pelayanan ekonomi yang     
ada
Pola Aliran Barang dan jasa     
dalam proses koleksi dan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-24


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jenis Survey Skala data


Data yang dibutuhkan Primer
No. Klasifikasi Data Peta
Pengamatan Wawancara/ Sekunder Kab. Kec.
Lapangan kuesioner
distribusi
7 Transportasi Hirarki dan Fungsi Jalan    
(Data dan Peta Konstruksi dan Lebar Jalan  
Jaringan dan Terminal/Sub Terminal      
Sebaran titik Stasiun KA (jika Ada)      
sarana Bandara (Jika Ada)      
transportasi) Jenis dan rute angkutan umum     
Tingkat pertumbuhan    
kendaraan
Lahan parkir      
Pergerakan Lokal dan regional     
Moda Pergerakan      
Tingkat Kepadatan dan lokasi-      
lokasi rawan kemacetan
(tingkat pelayanan jalan)
Kebijaksanaan/Rencana Umum    
Transportasi/Jaringan Jalan
Tatratawil   
Tatralok   
8 Sarana Umum & Fasilitas Peribadatan     
Sosial Fasilitas Pendidikan     
(Data dan Peta Fasilitas Kesehatan     
Sebarani) Fasilitas Perekonomian/     
perdagangan dan jasa
Fasilitas Olahraga     
Fasilitas Taman     
Sarana pos & telekomunikasi     

9 Prasarana/Utilitas Data Air bersih


(Data dan Peta
Jaringan Prasarana) Sumber dan kapasitas      
sumber air minum      
Sistem pelayanan dan jaringan      
distribusi
Tingkat pelayanan dan tingkat      
kebocoran
Daerah pelayanan      
Tingkat Kebutuhan domestik      
dan non domestik
Potensi Air Permukaan      
Masterplan Penyediaan Air      
bersih
Data Air Limbah
Sistem pembuangan air limbah     
Sistem pengelolaan limbah     
Limbah domestik dan
Limbah non domestik
Buangan akhir      
IPLT/IPAL terpadu      
Masterplan Air Limbah     
Data Persampahan
Volume Timbulan sampah     
Sarana Pengangkutan sampah      
TPS      
TPA      
Pengolahan sampah     
Kebijakan pengelolaan sampah     
Data Drainase
Sistem jaringan drainase      
Kapasitas jaringan drainase      
Koefisien pengaliran drainase      
Kebijakan pengembangan      
jaringan drainase
Masterplan Drainase      
Data Jaringan Listrik

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-25


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jenis Survey Skala data


Data yang dibutuhkan Primer
No. Klasifikasi Data Peta
Pengamatan Wawancara/ Sekunder Kab. Kec.
Lapangan kuesioner
Jaringan distribusi      
Sumber dan Potensi energi      
listrik
Pemakaian dan Pelanggan      
Listrik
Pengembangan jaringan      
distribusi listrik
Tingkat pelayanan      
Gardu induk/gardu listrik      
Data Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telepon      
Lokasi pusat automatisasi     
Lokasi stasiun telepon otomat     
Rumah kabel     
Lokasi menara telekomunikasi     
Pengembangan jaringan     
telekomunikasi
10 Penguasaan, Status kepemilikan tanah    
penggunaan dan Ijin Lokasi dan prosedur   
pemanfaatan ruang perijinan
Harga Lahan    
11 Kualitas Kawasan Garis Sempadan Bangunan    
dan Tata Bangunan Tinggi Bangunan    
Jarak Bebas Antar Bangunan    
Jenis Peruntukan Bangunan    
Tampilan Bangunan    
seperti warna bangunan, bahan
bangunan, tekstur bangunan,
muka bangunan, gaya
bangunan, keindahan,dan
keserasian dengan lingkungan
sekitar
12 Kelembaagan Struktur organisasi dan tata   
laksana pemerintahan
Pola kelembagaan    
Produk-produk pengaturan    
serta organisasi non
pemerintahan, perguruan
tinggi dan masyarakat
13 Pembiayaan Pendapatan Asli Daerah 
pembangunan Pendanaan oleh Pemerintah 
Pendanaan dari Pemerintah 
Provinsi
Investasi Swasta dan 
Masyarakat
Bantuan dan Pinjaman Luar 
Negeri
Sumber-Sumber Pembiayaan 
lainnya
14 Kualitas Permukiman   
Lingkungan Penggunaan Non Permukiman   

5.3.2 Metode Analisis Penyusunan RDTR


Metode analisis yang digunakan dalam Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dapat diuraikan sebagai
berikut:
5.3.2.1 Metode Analisis Kependudukan
Penduduk merupakan faktor utama didalam perencanaan, sehingga
pengetahuan akan kegiatan dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-26


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dalam penyusunan rencana. Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk


mengetahui ciri perkembangan suatu daerah, sehingga data penduduk masa lampau
sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan keadaan pada masa
mendatang. Salah satu yang penting dalam analisis penduduk yaitu mengetahui
jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk hal tersebut, dapat digunakan
beberapa metoda atau model analisis, seperti:
1. Kurva polinomial garis lurus;
2. Kurva polinomial regresi;
3. Metoda bunga berganda;
4. Kurva Gompertz;
5. Kurva logistik.
Teknik atau metoda tersebut di atas memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya perlu dilakukan pemahaman terlebih
dahulu terhadap kondisi kependudukan pada kawasan perencanaan, seperti pola
pertumbuhan yang terjadi di masa lampau, ketersediaan data dan sebagainya. Hal ini
untuk memperoleh hasil proyeksi yang mendekati ketepatan dan menghindari
kesulitan-kesulitan dalam proses analisis. Model analisis yang sering digunakan dalam
melakukan analisis kependudukan adalah:
1. Model Kurva Polinomial
Pada Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah perhitungan jumlah penduduk tahun tertentu pada masa yang akan
datang ditetapkan berdasarkan hasil proyeksi tahun-tahun sebelumnya hingga
tahun terakhir dengan mengikuti pola garis lurus mengikuti model persamaan:

Pt   Pt  b 
t 1

b n
b 1
t  1
dimana:
P t  = penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t + 

Pt = penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar t

 = selisih tahun dari tahun t ke tahun t +

b = rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun pada masa lalu


hingga data tahun terakhir

2. Model Regresi
Untuk memperhalus perkiran, teknik yang berdasarkan data masa lampau dengan
penggambaran kurva polinomial akan dapat digambarkan sebagai suatu garis
regresi. Cara ini disebut metode selisih kuadrat terkecil (least square). Cara ini
dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus diatas, karena garis regresi
memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan
menganggap ciri perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa
depan). Teknik ini menggunakan persamaan matematis:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-27


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

P tx  a  b  X 
Pt + x = jumlah penduduk tahun (t + x)
X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a, b = tetapan yang diperoleh dari rumus berikut

P X 2
  X  PX N  PX   X  P
a  b
N  X 2   X 
2
N X 2
 X  2

3. Model Bunga Berganda


Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan
sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk akan membawa
konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk. Hal ini analog dengan
bunga berbunga. Oleh karenanya persamaan yang digunakan merupakan
persamaan bunga berganda, yaitu:

Pt   Pt 1  r

 
r = rata-rata persentase tambahan jumlah penduduk daerah yang diselidiki
berdasarkan data masa lampau
4. Kurva Gompertz
Kurva Gompertz mengikuti pola hiperbolik yang memiliki batas (asimtot) pada
kedua belah sisinya (atas dan bawah). Dasar pertimbangan model ini adalah
prinsip Gompertz, yaitu bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju
adalah rendah yang diikuti oleh pertumbuhan yang cepat pada periode berikutnya,
namun lebih lanjut pada periode berikutnya lagi pertumbuhan tersebut menurun
apabila jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimal. Kurva Gompertz
ini mempunyai persamaan umum:
Pt  x  k  a b atau log Pt  x  log k  b x log a 
x

Model ini sering digunakan karena didalamnya mempertimbangkan faktor


perkembangan penduduk pada setiap periode waktu.
Adapun persamaan umum untuk mendapatkan tetapan Gompertz adalah:
 3
log Y   2 log Y
b n

 2
log Y   1 log Y
b 1
log a   log Y   log Y 
b 
2 1
2
n
1
1  b n
1 
log k    log Y  log a 
n  
1
b 1 
Atau

1   1
log Y  3
log Y    2
log Y  2


log k   
n 
  1
log Y   3
log Y  2  2
log Y 

di mana:
n adalah sepertiga banyaknya data

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-28


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5. Permodelan Interaksi antar Bagian Wilayah


Pendekatan analisis wilayah selain faktor kependudukan, adalah analisis terhadap
pola hubungan/interaksi antarwilayah maupun antar bagian wilayah yang satu
dengan lainnya. Anggapan dasar yang digunakan adalah melihat suatu daerah
sebagai suatu massa, sehingga hubungan antar daerah diasumsikan dengan
hubungan antar massa, yang mana massa tersebut memiliki daya tarik, sehingga
terjadi saling pengaruhi antar daerah.
Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola
interaksi atau keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah
lainnya, adalah Model Gravitasi. Penerapan model ini ini dalam bidang analisis
perencanaan kota adalah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi
penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki,
mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara
2 (dua) kutub magnet.
Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah, terutama terletak pada
variabel yang digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika variabel yang
digunakan, yaitu molekul suatu zat mempunyai sifat yang homogen, namun tidak
demikian halnya dengan unsur pembentuk kota, misalnya penduduk. Namun
demikian, hal ini telah dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya memasukan
variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai faktor pembobot.
Persamaan umum model Gravitasi ini adalah:
Pi  Pj
Tij  k
P
dimana:
Tij = pergerakan penduduk sub-wilayah i ke sub-wilayah j
K = tetapan empiris (bobot)
Pi = pergerakan penduduk sub wilayah I
Pj = pergerakan penduduk yang berakhir di sub wilayah j
P = jumlah penduduk sub wilayah i

5.3.2.2 Metode Analisis Struktur Ruang dan Pelayanan Kegiatan


Struktur yang efisien meperlukan penataan dan pengalokasian berbagai
kegiatan perkotaan dan perdesaan. Proses tersebut didahului dengan penetapan
bagian-bagian wilayah kota serta unit lingkungan agar perkembangan kota nantinya
dapat berjalan secara simultan. Adapun dasar pertimbangan wilayah kota yang
ditetapkan adalah mempertimbangkan metode perencanaan yang mencakup nilai dan
status ruang dengan petunjuk dan alasan perencanaan fisik kawasan perkotaan dan
perdesaan. Ketentuan nilai dan status ruang itu sangat tergantung pada faktor-faktor
nilai dan harga tanah serta faktor pemilikan tanah.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-29


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.5Diagram Model Tingkat Pelayanan


Struktur ruang kawasan perkotaan pada umumnya dipengaruhi oleh pola
jaringan jalan dan struktur fungsional. Adapun variabel amatan dalam analisa struktur
ruang, adalah:
1. Sistem Pusat Pelayanan
Sistem pusat pelayanan dapat terbentuk dengan melakukan analisa orientasi
pergerakan penduduk dalam melakukan kegiatannya seperti kegiatan berbelanja,
kegiatan pendidikan, kegiatan administratif, kegiatan bekerja, dan sebagainya.
2. Model Struktur Ruang Kota
Kota pada umumnya mempunyai bentuk/ model dan pola tersendiri sesuai dengan
proses perkembangan dan karakteristik (potensi dan masalah) kawasan tersebut.
Proses tersebut akan membentuk struktur ruang kota secara keseluruhan.

Gambar 5.6.Model Struktur Kota

Keterangan:
 Pusat SSWP;
 Pusat Kecamatan;
 Desa Pusat Pertumbuhan; dan
 Pusat Desa.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-30


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

3. Kecenderungan Perkembangan Kawasan/Pemanfaatan Ruang


Kecenderungan pemanfaatan ruang dapat dianalisa dari kecenderungan arah
perkembangan kawasan terbangun yang ada/eksisting. Perkembangan kota selalu
terkait antara aspek spasial dan non spasial (sosial-ekonomi). Konsentrasi
penduduk dan dinamika perekonomian akan menyebabkan perkembangan lahan
(kawasan terbangun). Demikian juga aksesbilitas dan keuntungan nodal akan
menjadi tarikan konsentrasi penduduk dan aglomerasi kegiatan perekonomian.

Gambar 5.7 Kecenderungan Pemanfaatan Ruang


Hasil analisa ini akan digunakan sebagai dasar acuan untuk membuat rencana
distribusi penggunaan tanah. Hasil ini juga akan dijadikan dasar arahan yang tepat
dalam menentukan jenis dan besaran peruntukan bangunan/tapak. Penilaian
terhadap pemanfaatan lahan berdasarkan perkembangan jumlah penduduk,
perkembangan kegiatan penduduk yang disesuaikan dengan standart pemenuhan
yang ada serta yang dengan luas dari suatu wilayah. Dimana untuk analisa fisik
binaan, meliputi:
 Alternatif pengembangan
 Kegiatan utama yang direkomendasikan
 Kegiatan yang akan muncul
 Kesesuaian ruang
Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini antara lain:
a. Identifikasi Titik Persebaran Permukiman;
Identifikasi pola sebaran kegiatan dalam wilayah dapat dilakukan dengan
analisis tetangga terdekat. Analisis ini digunakan untuk menentukan pola
sebaran kegiatan, apakah mengikut pola random, mengelompok atau
seragam, yang ditunjukkan dari besarnya nilai T. Hasil dari analisis ini bisa
memberikan gambaran terhadap kecenderungan kegiatan, mengapa
menunjukkan kecenderungan pada suatu pola tertentu. Dengan mengenali
pola tersebut dan dikaitkan dengan masalah dan tujuan pembagunan maka
dapat disusun kebijakan penataan lokasi suatu kegiatan.
 Formula;
Nilai T atau indeks penyebaran tetangga terdekat sendiri diperoleh melalui
formula:
T = Ju / J h
Keterangan :
T = Indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = jarak rata rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangga
yang terdekat
Jh = jarak rata rata yang dieroleh andai kata semua titik memunyai
pola random=1/2√p

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-31


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

P = kepadatan titik dalam tiap km2 yaitu jumlah titik (N) dibagi
dengan luas wlayah dalam km2 (A) sehingga menjadi (N/A)
Beberapa hal yang dilakukan dalam analisis tetangga terdekat, adalah (a)
menentukan batas wilayah pengamatan, (b) mengubah pola sebaran objek
amatan dalam peta menjadi pola sebaran titik, (c) memberi nomor urut
untuk tiap titik, untuk mempermudah analisis, (d) mengukur jarak terdekat
untuk jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain
merupakan tetangga terdekat dan terakhir (e) menghitung besar parameter
tetangga terdekat. Dengan instrumen program GIS seperti Arcgis, nearsest
neighbour analysis dapat dihitung secara otomatis.
Sebagai contoh, beberapa objek dalam kota dalam kota wilayah seperti
distribusi perumahan, industri, retail, bisnis, mall, sekolah, kesehatan dan
fasilitas publik lainnya merupakan contoh yang dapat dinilai pola distribusi
keruangannya.
 Interpretasi
Dari nilai T, selanjutnnya diinterpretasikan dengan continum nearest
neighbour analysis yang oleh Hagget dalam Binarto dan Hadisumarno
(1982) digambarkan sebagai berikut:
Menurut Nursid Surmaatmadja (1988), kriteria nilai T adalah :
 0,00 – 0,70 = pola bergerombol
 0,70-1,40 = pola tersebar tidak merata
 1,40-2,1491 = pola tersebar merata

T = 0,70-1,40

T = 1,40-2,14
T = 0,00-0,70

Mengelompok Random Seragam


Gambar 5.8. Contoh Pola Persebaran Permukiman

Berdasarkan nilai T terebut dapat diidentifikasikan keenderungan distribusi


keruangan suatu kegiatan dalam wilayah yang dapat dijadikan dasar
penyusunan kebijakan penataan lokasi dan tata ruang.

b. Identifikasi Ukuran dan Besaran Kota


Identifikasi ukuran dan besaran kota bertujuan untuk:
 Mengidentifikasi pergeseran dan kecenderungan perkembangan
kota,
 Mengetahui dominasi suatu kota dengan kota lainnya.
Tujuan pertama yaitu mengidentifikasi pergeseran dan kecenderungan
perkembangan kota dilakukan dengan membuat ranking/urutan jumlah
penduduk di wilayah perkotaan selama beberapa periode tahun. Dengan
demikian dapat diketahui wilayah perkotaan mana yang mendominasi serta
perkembangannya dari tahun ke tahun.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-32


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.9. Contoh Tabel Pergeseran dan Perkembangan Kota

Tujuan kedua yaitu mengetahui dominasi suatu kota dengan kota lainnya
dilakukan dengan membandingkan jumlah penduduk dari masing-masing
wilayah perkotaan, sebagai berikut (Analisis Zipf Law):

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝐾𝑜𝑡𝑎
Indeks ukuran kota = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝐾𝑜𝑡𝑎𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

Berdasarkan nilai indeks ukuran kota, kemudian dibuat grafik yang


menunjukkan ranking atau urutan jumlah penduduk kota dan indeks ukuran
kota (hasil dari Analisis Zipf Law) seperti contoh berikut:

Gambar 5.10. Contoh Grafik Urutan dan Indeks Ukuran Kota

c. Analisis Pusat Kegiatan


Untuk menentukan pusat kegiatan, digunakan analisis pada tata guna lahan:
 Kernel Density (Kepadatan Inti)
 Land Use Attraction and Generation (Tarikan dan Bangkitan Kegiatan TGL)
Analisis kepadatan inti digunakan untuk menentukan tingkat kepadatan dalam
suatu kawasan dan sekitar kawasan tertentu. Variabel yang dapat digunakan
untuk analisis kepadatan inti antara lain: rumah, persil lahan, jalan, dan utilitas
yang mempengaruhi suatu wilayah perkotaan. Area populasi dapat digunakan
untuk memberi bobot beberapa variabel yang dirasa lebih terkonsentrasi
(padat) daripada variabel yang lain. Sebagai contoh kawasan perdagangan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-33


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

berbobot lebih daripada kawasan permukiman. Pendekatan yang digunakan


adalah sebagai berikut:
1
𝑅𝑎𝑑𝑖𝑢𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 0,9 × 𝑀𝑖𝑛 (𝑆𝐷, √ × 𝐷𝑚 ) × 𝑛−0,2
ln(2)

Dimana:
SD : Jarak Standar
Dm : Jarak Median
N : jumlah dari poin apabila area populasi tidak digunakan
Identifikasi gravitasi dan orientasi dilakukan melalui metode Reiilys Law
Analysis dimana dilakukan dengan menghubungkan jarak antar pusat-pusat
permukiman yang terdapat di Perkotaan Tlanakan. Pusat-pusat tersebut
nantinya berpotensi sebagai pusat BWP, pusat sub BWP dan blok yang
ditentukan berdasarkan analisis ukuran dan besaran kota, serta analisis
pemusatan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
Jenis Fasilitas Intensitas Pergerakan Nilai
Perdagangan Tinggi 5
Perkantoran Tinggi 5
Kesehatan Sedang 3
Pendidikan Sedang 3
Peribadatan Sedang 3
Olahraga Sedang 3
Industri/Pergudangan Rendah 1
Perumahan Rendah 1

d. Penentuan Titik Ideal Pusat Sub BWP


Untuk menentukan titik (lokasi) ideal pusat Sub BWK, digunakan analisis
central feature di ArcGIS. Menggunakan persil-persil tata guna lahan, analisis
ini menggabungkan persil-persil tersebut untuk ditentukan titik (lokasi) optimal.
Untuk lebih jelasnya digunakan ilustrasi berikut:

Gambar 5.11 Ilustrasi Penentuan Titik Pusat Ideal

Analisis ini digunakan untuk menentukan titik ideal pusat SBWP. Sesuai
dengan hasil analisis pusat kegiatan, dapat diketahui bahwa pemusatan
wilayah perkotaan Tlanakan mengerucut di Desa Larangan Tokol dan Brenta
Pesisir, sehingga analisis ini mencari titik pusat ideal di kedua desa tersebut.
Setelah itu, dilakukan analisis grafitasi dan orientasi menggunakan Indeks
Reilly’s yang bertujuan untuk mencari pengaruh grafitasi dari kedua titik pusat
(Desa Larangan Tokol dan Brenta Pesisir) berdasarkan jumlah penduduk di
masing-masing desa tersebut dan jarak diantara titik pusat keduanya.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-34


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Indeks Reillys dengan formula sebagai berikut:

Indeks Reillys diperlukan untuk mencari seberapa besar pengaruh masing-


masing pusat. Pengaruh tersebut didapat dari nilai indeks yang merupakan
besarnya radius kawasan yang menjadi pengaruh suatu pusat.

5.3.2.3 Analisis Pembagian SBWP, Blok dan Zona


Analisis pembagian Sub BWP dan Blok melakukan kajian terhadap
peruntukan dan pola ruang yang ada, dan pergeseran serta permintaan dikemudian
waktu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja, aksesibilitas, nilai
dan harga lahan, daya dukung lahan, daya dukung lingkungan, daya dukung
prasarana, dan nilai properti lainnya.
Komponen analisis pembagian sub BWP dan Blok:
1. Pembagian Sub BWP dan Blok
Bertujuan untuk membagi kawasan dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta
karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-
blok peruntukan lahan, sehingga mudah dalam alokasi investasi, pengendalian,
dan pengawasan. Dengan komponen analisis yang terdiri dari:
 Delinasi blok;
 Alokasi lahan;
 Rencana sistem prasarana kawasan;
 Perangkat kelembagaan untuk mendukung pengembangan kawasan;
 Kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan terhadap bencana alam,
perlindungan setempat, dan kawasan tertentu/khusus.
Masing-masing blok peruntukkan utama tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi
beberapa sub-blok, sesuai pemanfaatan yang lebih spesifik dan kekhususannya.
2. Peruntukan zona dan sub zona
Bertujuan untuk mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok sehingga tercipta ruang
yang produktif dan berkelanjutan. Dengan komponen analisis yang terdiri dari:
 Analisis Zona Perumahan: (a) Kebutuhan perumahan menurut struktur
pendapatan masyarakat (deret dan renggang), dan ukuran rumah tangga
(berdasarkan hasil elaborasi); (b) Kebutuhan prasarana dan sarana
lingkungan.
 Analisis Zona Perdagangan dan Jasa; (a) Pengembangan kegiatan
perdagangan dan jasa sesuai dengan hirarkhi dan kebutuhan yang
ditetapkan dalam RTRW; (b) Kemungkinan-kemungkinan pengembangan
lokasi sentra tersier yang belum ditetapkan secara definitive dalam RTRW,
demikian juga dengan sentra lokal; (c) Multiplier effect terhadap kegiatan
ikutannya, seperti perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau
dan non hijau, prasarana transportasi dan lain sebagainya.
 Analisis Zona Perkantoran: Perkantoran Pemerintahan dan Perkantoran
Swasta, (a) Kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan
kebutuhan yang ditetapkan dalam RTRW; (b) Lingkungan; mempunyai

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-35


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

karakter kuat dalam tata lingkungan dan bangunan; (c) Multiplier effect;
jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan dikembangkan, termasuk
juga analisis kegiatan penunjang yang muncul.
 Analisis Zona Industri: (a) Lokasi perencanaan pengembangan industri; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada; (c) Lingkungan; untuk kawasan yang telah
berkembang, agar diteliti dampak terhadap pencemaran lingkungan.
Apabila merupakan kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-
jenis pengembangan industri yang sesuai dengan lingkungan dan
prasarana daerah; (d) Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti
perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau, prasarana
transportasi dan lain sebagainya.
 Analisis Sub Zona Pendidikan: pusat pendidikan dan penelitian/Teknologi
Tinggi; (a) Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau
Pusat Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam RTRW; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c)
Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan
yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan.
 Analisis Sub Zona Pariwisata; (a) Pengembangan pariwisata, dan kawasan
tersebut merupakan kawasan yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan
sekitar yang akan berdampak pada pencemaran lingkungan, dan
kemungkinan-kemungkinan penanganan nya; (b) Potensi tenaga kerja
yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c) Pembangunan kawasan wisata,
agar diteliti jenis-jenis pengembangan pariwisata; (d) Lingkungan; bila
dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang akan
menimbulkan dampak penting yang berlebihan; (e) Analisis multiplier effect
terhadap kegiatan ikutannya.
 Analisis Sub Zona Pertambangan; (a) Pengembangan pertambangan,
maka apabila kawasan tersebut merupakan kawasan yang telah
berkembang, agar diteliti dampak terhadap pencemaran lingkungan, dan
kemungkinan-kemungkinan penanganannya; (b) Kawasan yang belum
berkembang, agar diteliti jenis-jenis pengembangan yang sesuai dengan
daya dukung lingkungan; (c) Potensi tenaga kerja yang ada
(berdasarkan hasil elaborasi); (d) Lingkungan; bila dimungkinkan
pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang akan menimbulkan
dampak penting yang berlebihan; (e) Di samping itu perlu dilakukan
analisis multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.
 Analisis Zona Pertahanan dan Keamanan, (a) Pengembangan kegiatan
pertahanan dan keamanan sesuai yang ditetapkan dalam RTRW; (b)
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); (c) Kajian
dampak keamanan terhadap permukiman; termasuk juga analisis
kebutuhan kegiatan penunjang, seperti perumahan, perdagangan dan jasa,
ruang terbuka, zona kedap suara serta zona pengamanan (udara, laut,
daratan), prasarana transportasi dan utilitas lingkungan.
 Analisis Zona Pertanian (Pertanian, Perkebunan, Perikanan); (a)
Pengembangan fasilitas agrobisnis, agroindustri, dan agriwisata sampai
kepada tingkat lokal/lingkungan, dengan memperhatikan fungsi-fungsi
kawasan; (b) Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
(c) Aksesibilitas.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-36


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.2.4 Metode Analisis Penggunaan Lahan


Analisis penggunaan lahan bertujuan untuk mengatur distribusi dan ukuran
kegiatan manusia dan atau kegiatan alam yang dituangkan dalam blok dan sub blok
peruntukan lahan sehingga tercipta ruang yang produktif dan berkelanjutan. Adapun
komponen analisis dalam peruntukan lahan yaitu:
1. Analisis Perumahan
Analisis perumahan meliputi kebutuhan perumahan menurut struktur pendapatan
masyarakat (deret dan renggang), dan ukuran rumah tangga (berdasarkan hasil
elaborasi); dan kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan.
2. Analisis Industri
Analisis industri meliputi lokasi perencanaan pengembangan industri; potensi
tenaga kerja yang ada; Lingkungan (untuk kawasan yang telah berkembang diteliti
dampak terhadap pencemaran lingkungan sedangkan untuk kawasan yang belum
berkembang diteliti jenis-jenis pengembangan industri yang sesuai dengan
lingkungan dan prasarana daerah); serta Multiplier effect terhadap kegiatan
ikutannya, seperti perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau,
prasarana transportasi dan lain sebagainya.
3. Analisis Perdagangan dan Jasa
Analisisnya meliputi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai
dengan hirarkhi dan kebutuhan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW); kemungkinan-kemungkinan pengembangan lokasi sentra tersier
yang belum ditetapkan secara definitif dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), demikian juga dengan sentra lokal; serta multiplier effect terhadap
kegiatan ikutannya, seperti perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka
hijau dan non hijau, prasarana transportasi dan lain sebagainya.
4. Analisis Pariwisata
Analisisnya meliputi pengembangan pariwisata, dan kawasan tersebut merupakan
kawasan yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan sekitar yang akan
berdampak pada pencemaran lingkungan, dan kemungkinan-kemungkinan
penanganannya; potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
pembangunan kawasan wisata, agar diteliti jenis-jenis pengembangan pariwisata;
Lingkungan (bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang
akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan); dan multiplier effect terhadap
kegiatan ikutannya.
5. Analisis Pertambangan
Analisisnya meliputi pengembangan pertambangan, maka apabila kawasan
tersebut merupakan kawasan yang telah berkembang, agar diteliti dampak
terhadap pencemaran lingkungan, dan kemungkinan-kemungkinan
penanganannya; kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-jenis
pengembangan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan; potensi tenaga kerja
yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); Lingkungan (bila dimungkinkan
pencampuran kegiatan, dihindari kegiatan yang akan menimbulkan dampak
penting yang berlebihan); serta multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.
6. Pusat Pemerintahan
Analisisnya meliputi kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan
kebutuhan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
Lingkungan (mempunyai karakter kuat dalam tata lingkungan dan bangunan); dan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-37


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

multiplier effectnya (jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan dikembangkan,


termasuk juga analisis kegiatan penunjang yang muncul).
7. Analisis Pusat Pendidikan dan Penelitian Teknologi Tinggi
Analisisnya meliputi pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau
Pusat Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW); potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil
elaborasi); lingkungan (bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan).
8. Analisis Agropolitan (Pertanian, Perkebunan, Perikanan)
Analisa terhadap pengembangan fasilitas agribisnis, agroindustri, dan agrowisata
sampai kepada tingkat lokal/lingkungan, dengan memperhatikan fungsi-fungsi
kawasan; potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi); dan
aksesibilitas.

5.3.2.5 Metode Analisis Tata Bangunan (Urban Design)


Analisis tata bangunan dilakukan dengan membandingkan kondisi eksisting
mengenai persebaran bangunan dengan kebijakan yang berlaku dalam suatu wilayah.
Analisis ini dimulai dengan tahap penzoningan suatu wilayah yang sesuai dengan
kebijakan yang berlaku. Analisis ini kemudian akan menghasilkan daerah-daerah
dengan penataan zoning yang tidak sesuai dengan kebijakan sehingga dapat
dilakukan analisis tata banguna yang berikutnya dengan menganalisis tingkat
kesalahan penataan bangunan. Dalam upaya mengatasi ketidakmampuan tatanan
terhadap permasalahan perkembangan wilayah, pada umumnya digunakan metode-
metode sebagai berikut:
1. Planned Unit Development (PUD), metode ini dikenal pula sebagai ‘cluster zoning’,
digunakan pada daerah pedesaan atau sub-urban, sebagai pengembangan yang
intensif
2. Urban Renewal Control. Digunakan dalam mengatasi pertumbuhan dan
perkembangan wilayah fungsional di pusat kota.
3. Zoning Incentives. ‘bonus’ yang diberikan pada developer sebagai imbalan
disediakannya fasilitas-fasilitas untuk umum. Bonus ini dapat berupa menambah
jumlah lantai bangunan dan sebagainya, sejauh ini mengikuti persyaratan yang
telah ditetapkan.
Standar yang digunakan dalam menganalisis tata bangunan diwilayah
perkotaan yaitu: tingkat kepadatan bangunan, tingkat pertumbuhan bangunan, angka
lantai dasar bangunan, angka luas lantai, angka ruang terbuka, kavling, garis
sempadan dan penanganan bangunan perkotaan. Berikut komponen-komponen dalam
penataan bangunan.
1. Intensitas Bangunan
Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan
berdasarkan batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk.
2. KoefisienDasarBangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) adalah perbandingan antar luas
dasar bangunan dengan luas lahan persil per kavling. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan KDB ini antara lain:
a. Keadatan pemanfaatan lahan yang ada

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-38


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

b. Ijin pelayan pendirian bangunan yang telah dikeluarkan oleh instansi


berwenang
c. Upaya mempertahankan ruang terbuka pada tiap kavling
d. Keadaan kepadatan penduduk yang terkait dengan upaya pemenuhan ruang
gerak yang layak.
Penentuan koefisien dasar bangunan dapat dilakukan berdasarkan rumus berikut
ini.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐾𝐷𝐵 = 𝑋 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑙𝑜𝑘

Adapun pengaturan KDB menurut fungsi bangunannya,yaitu:


a. Perumahan : 60%
b. Bangunanumum : 40-60%
c. Bangunankomersil : 40-60%
d. BangunanPertokoan : 60-80%
Tujuan ditetapkannya KDB pada suatu kawasan terhadap peletakan bangunan
diatas kavling adalah agar dapat mempertahankan tingkat ruang terbuka serta
dapat mempertahankan ruang antar bangunan guna mendapatkan penyinaran
matahari, sirkulasi angin serta mendapatkan sudut pandang bagi obyek yang baik
(estetis).

Gambar 5.12Ilustrasi Koefisien Dasar Bangunan


3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan (Floor Area Ratio) adalah perbandingan luas lantai total
dengan luas lahan per kavling persil. Besarnya KLB dasarnya mencerminkan
jumlah lantai bangunan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan KLB
adalah upaya mempertahankan fungsi kegiatan dengan mencegah
berkembangnya konflik land use kekawasan sekitarnya. Pengaturan KLB menurut
fungsi bangunannya, sebagai berikut:
a. Perumahan (maksimum) : 0,6
b. Bangunan umum dikawasan perumahan : 0,5
c. Bangunan umum dikawasan non perumahan : 0,6
d. Pertokoan dan jasa komersil : 0,6 – 1
Penetapan KLB harus mempertimbangkan aspek berikut:
a. Tingkat perkembangankegiatan. Semakin tinggi laju perkembangan kegiatan
dalam suatu lokasi maka semakin besar kecenderungan perkembangan
secara vertikal.Jenis peruntukan bangunan. Bangunan yang cenderung
pertumbuhannya secara vertikal adalah bangunan perkantoran serta
perdagangan dan jasa komersil.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-39


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

b. Lantai Dasar Bangunan, mempunyai pengaruh terhadap tinggi bangunan. Hal


ini berkaitan dengan faktor penyinaran matahari. Jadi semakin kecil
perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap luas kavling (KDB), maka
diperkenankan bangunan semakin tinggi.
4. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau (KDH), adalah angka prosentase perbandingan luas antara
luas ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas tanah daerah perencanaan, dengan
indikator analisis :
a. Tingkat pengisian/peresapan air (water recharge)
b. Besar pengaliran air (kapasitas drainase)
c. Rencana tata ruang (RTH, tipe zonasi, dll)
Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukan dalam rencana
tata ruang wilayahyang telah ditetapkan. KDH minimal 10% pada daerah sangat
padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan
berkurangnya kepadatan wilayah.
Ruang Terbuka Hijau yang termasukdalam KDH sebanyak mungkin diperuntukkan
bagi penghijauan/ penanaman diatas tanah. Dengan demikian area parkir dengan
lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang di
tanam di atas tanah, tidak dalam wadah kedap air. KDH tersendiri dapat ditetapkan
untuk tiap-tiap kelas bangunan dan kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa
kelas bangunan dari kawasan campuran. Untuk perhitungan KDH secara umum,
digunakan rumus :
KDH = 100% - (KDB + 20% KDB).
5. Koefisien Tapak Basement (KTB)
Koefisien tapak basement adalah angka prosentase perbandingan luas tapak
basement dengan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
dengan rencana tataruang dan tata bangunan yang ada. Penetapan besar KTB
maksimum didasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan. Contoh : bila
KDH minimum = 25%, maka KTB maksimum = 75%
Adapun kebutuhan basement dan besaran Koefisien Tapak Basement (KTB)
ditetapkan berdasarkan rencana peruntukan lahan, dan ketentuan teknis.
Sementara itu, untuk keperluan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
(RTHP) yang memadai, lantai basement pertama tidak dibenarkan keluar dari
tapak bangunan.
6. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB, tetapi dalam unit blok
peruntukan atau tapak (bukandalam unit persil).
a. Jumlah Lantai dan Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam suatu bangunan dan
dihitung mulai dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. Tinggi
bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai puncak atap suatu bangunan
yang dinyatakan dalam meter. Ketentuan ketinggian dan jumlah lantai
bangunan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
 Optimasi perolehan sinar mataharipengaruh intensitas kegiatan yang
didalamnya terhadap kawasan sekitar (khususnya terhadap kawasan
perumahan)pemenuhan kebutuhan utilitas.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-40


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Pengaturan ketinggian bangunan di kawasan perumahan maksimal 6-12


meter dengan jumlah 1-2 lantai untuk luas lantai minimum per orang
adalah 6 meter persegi. Ketentuan mengenai tinggi bangunan:
 Tinggi puncak suatu atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter
dari lantai dasar.
 Tinggi puncak atap suatu bangunan 2 lantai maksimum 12 meter dari lantai
dasar.

b. Ketentuan Luas Lantai


Perhitungan luas lantai dilakukan dari ruang dengan dinding terluar hingga
batas dinding ruang belakang jika memenuhi ketentuan sebagaiberikut:
 Apabila bangunan beratap dalam dinding lebih dari 2,75 m dari lantai, luas
lantai dihitung penuh 100%.
 Apabila ruangan beratap dan berdinding kurang dari 2,75 m dari lantai,
luas lantai dihitung 50% sejauh tidak melebihi dari luas lantai dasar yang
diperkenankan.
 Luas ruang yang berdinding labih dari 1,20 m diatas lantai tetapi tidak
beratap, diperhitungkan 50% sejauh tidak melebihi dari 10% luas lantai
dasar yang diperlukan.
 Luas lantai bangunan yang digunakan untuk parkir, carport tidak
diperhitungkan dalam luas lantainya, kecuali jika melebihi 50% dari luas
lantai dasar yang ditetapkan.
c. Jarak Bebas Bangunan
Arahan jarak bebas bangunan atau garis sempadan bangunan disesuaikan
dengan fungsi jalan didepannya. Jarak bebas samping dan belakang
bangunan ditentukan dengan mempertimbangkan perolehan sirkulasi udara
dan sinar matahari; keamanan bangunan khususnya pencegahan terhadap
bahaya kebakaran.Pengendalian ketinggian bangunan pada dasarnya terdiri
aras dua golongan, yaitu:
 Golongan bangunan yang memiliki garis sempadan bangunan yang
berimpit dengan garis sempadan jalan (sempadan nol). Misalnya pada
daerah pertokoan dan jasa komersil. Ketinggian bangunan yang
diperkenankan adalah sebatas terpenuhinya sudut pandang terhadap
obyek bangunan yang tidakmengganggu apabila pengamat berada pada
jalan.
 Golongan bangunan yang memiliki garis sempadan yang berjarak tertentu
dengan garis sempadan jalan. Ketinggian bangunan yang diperlukan labih
bervariasi, tetapi juga harus diperhatikan tingkat penggunaan lahan pada
suatu kawasan.
Ketentuan jarak bebas samping dan belakang bangunan:
 Bangunan perumahan kecil dikawasan dengan tingkat kepadatan tinggi
diperkenankan 0,1 m;
 Tingkat kepadatan sedang – rendah 3m;
 Bangunan pertokoan dengan building street jarak samping dan belakang
0,1 m.
Sebagai patokan umum yang sifatnya mendasar sekali, pengendalian jarak
bebas antar bangunan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-41


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Jarak minimal bangunan rumah yang tidak dibangun hingga batas lahan
adalah 0,5 meter.
 Bagi bangunan rumah tinggal yang terbuat dari bahan mudah
terbakar/dinding bilik adalah dari rumah disebelahnya sampai batasan-
batasan bahan dari bangunan lainnya dengan jarak 5 meter.
 Sedangkan untuk kompleks bangunan yang terdiri hingga 6 buah, status
lahan pemilikan dan antar komplek bangunan tersebut terdapat ketentuan
jarak minimal 4 meter.

d. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan suatu kawasan peruntukan perumahan, banyak dan
dipengaruhi oleh luas persil (kavling) yang diijinkan pada kawasan
perencanaan. Luas persil bagi perumahan ditentukan berdasarkan karakterisik
luas kavling yang ada saat ini serta perkiraan penduduk pada masing-masing
unit lingkungan.
Arahan luas kavling/persil bagi perumahan di kawasan perencanaan adalah
kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi diarahkan
dengan menggunakan luas kavling 90-150 meter persegi.
 Kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk sedang
diarahkan dengan menggunakan luas kavling 150-200 meter persegi.
 Kawasan peruntukan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah
diarahkan dengan menggunakan luas kavling> 200 meter persegi.
e. Pengaturan Letak Bangunan
Penataan letak bangunan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
 Pertimbangan orientasi bangunan terhadap matahari, angin dan
pemandangan merupakan yang cukup mendasari tata letak bangunan.
 Pertimbangan topografi dan kemiringan lereng. Dimaksudkan untuk
mengurangi pekerjaan pelandaian, memperkecil biaya konstruksi awal dan
permasalahan drainase lebih lanjut.
 Orientasi pada populasi suara, bau dan Saluran Umum Tegangan Tinggi
(SUTT), pertimbangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keadaan
optimal untuk beristrahat baik siang maupun malam, serta mengurangi
bahaya dari lintasan listrik tegangan tinggi.
 Pertimbangan tata hijau yang diperlukanguna mendapatkan suatu tatanan
bangunan yang serasi dan optimal dengan penggunaan tata hijau sebagai
faktor penyangga, pemisah dan penyekar antar bangunan/lingkungan
bangunan.
 Kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan sedang sampai rendah
koefisien penghijauan ditetapkan 0,3 dengan demikian daerah yang harus
dihijaukan minimum 70%dari luas ruang terbuka pada persil.

5.3.2.6 Metode Analisis Ekonomi Wilayah


1. Metode Location Quotient (LQ)
Model yang sering digunakan untuk melakukan analisis kegiatan pada suatu
wilayah antara lain dengan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik ini
merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
sektor kegiatan tertentu. Hasil akhir dari teknik ini masih merupakan kesimpulan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-42


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknik analisis yang lain
sehingga dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti
kebenarannya atau tidak. Namun demikian, dalam tahap awal sudah cukup
memberikan gambaran mengenai kemampuan daerah yang bersangkutan dalam
sektor yang diamati.
Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada
daerah yang lebih luas. Adapun variabel yang digunakan sebagai alat ukur untuk
menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah tenaga kerja pada
sektor tersebut, hasil produksi atau satuan lain yang dapat dijadikan kriteria.
Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) ini dapat dinyatakan melalui
persamaan matematis berikut:
S i S i
N i S
LQ i  
S N i
N N
dimana:
Si = jumlah buruh industri i di bagian wilayah yang diamati
S = jumlah total buruh industri di seluruh bagian wilayah
Ni = jumlah buruh industri i di seluruh wilayah
N = jumlah total buruh di seluruh wilayah

Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut:


LQ > 1 : menyatakan sub wilayah yang diamati memiliki potensi surplus
LQ < 1 : menunjukan sub wilayah yang bersangkutan memiliki
kecenderungan
impor dari wilayah lain
LQ = 1 : menunjukan sub wilayah yang bersangkutan telah mencukupi
dalam
kegiatan tertentu.
2. Metoda Analisa Pergeseran (shift and share)
Berguna untuk melihat pertumbuhan/perkembangan dari suatu kegiatan tertentu
pada suatu daerah tertentu. Dapat pula ditujukan untuk melihat tingkat
perkembangan dan kedudukan suatu daerah dalam sistem wilayah yang lebih luas.
Metoda analisa pergeseran ini terdiri dari:
3. Total Shift
Rumusan dari Total Shift ini adalah sebagai berikut :
(ST) = Ejt - (Et/Eo)Ejo
dimana bila :
Nilai ST (+) = Upward Total Shift, aktivitas ekonomi tersebut
berkembang pesat.
Nilai ST (-) = Downward Total Shift, aktivitas ekonomi berkembang
dengan lambat.
4. Diferensial Shift
Rumusan dari Diferensial Shift ini adalah sebagai berikut:
SD = Eijt - (Eit/Eio) Eijo
dimana bila :

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-43


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Nilai SD (+) = Aktivitas ekonomi daerah tersebut berkembang pesat, dan


memiliki akses yang baik terhadap lokasi pasar dan bahan baku.
Nilai SD (-)= Aktivitas ekonomi daerah tersebut berkembang dengan lambat
5. Proporsionality Shift
Rumusan Proporsionality Shift ini adalah sebagai berikut :
SP = ST – SD
dimana bila:
Nilai SP (+) berarti daerah tersebut berspesialisasi dalam aktivitas
ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Nilai SP (-) berarti sebaliknya.
6. Model Analisa Share
Rumusan dari model analisa share ini adalah sebagai berikut:
N = Ejo (Et/Eo) - Ejo
dimana:
Ejo = Besaran aktivitas ekonomi di daerah j pada tahun dasar.
Et = Besaran aktivitas ekonomi Nasional atau sistem daerah yang lebih
luas pada tahun akhir
Eo =Besaran aktivitas ekonomi Nasional atau sistem daerah yang lebih
luas pada tahun dasar
7. Skoring
Digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kota, sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota yang bersangkutan. Rumus
digunakan adalah:
𝐏𝐢𝐱𝟏𝟎𝟎𝟎
Bi =
𝑷
Dimana :
Bi = Bobot dari kegiatan
Pi = Jumlah aktivitas I di kota
P = Jumlah penduduk di kota
Jumlah aktivitas yang dimaksud biasanya berupa produksi maupun pelayanan
sosial, seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan dan
sebagainya. Makin tinggi nilai Bi dapat diinterpretasikan bahwa kota atau kawasan
tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang optimal/potensial.
8. Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan suatu
jenis fasilitas dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas
umum yang memiliki tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas
tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan
penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu bagian
wilayah, dihitung tingkat pelayanannya dengan menggunakan rumus:
d ij b j
TP  X 100 %
C is

dimana:
TP =tingkat pelayanan fasilitas i di kawasan j
Dij =jumlah fasilitas i di kawasan j
Bij =jumlah penduduk di kawasan j
Cis =jumlah fasilitas i persatuan penduduk menurut standar penentuan
fasilitas untuk kawasan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-44


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Dengan perhitungan ini, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas, kecuali
untuk fasilitas peribadatan, dimana perbedaan terletak pada jumlah penduduk pada
kawasan yang diamati, yaitu bj diganti oleh jumlah penduduk menurut agama.

5.3.2.7 Metode Analisis Jaringan Pergerakan / Transportasi


1. Metoda Aksesibilitas
Faktor kemudahan pencapaian baik dalam hubungan keterkaitan antar bagian
wilayah dalam kawasan perencanaan, ataupun antar komponen dalam bagian
wilayah, sangat menentukan intensitas interaksi antar bagian wilayah maupun
antar komponen pembentuk wilayah, serta struktur tata ruang yang direncanakan.
Metoda ini merupakan upaya untuk mengukur tingkat kemudahan pencapaian
antar kegiatan, atau untuk mengetahui seberapa mudah suatu tempat dapat
dicapai dari lokasi lainnya. Pada dasarnya model ini merupakan fungsi dari
kualitas prasarana penghubung unit kegiatan yang satu dengan lainnya per satuan
jarak yang harus ditempuh. Model persamaannya adalah sebagai berikut:
FKT
A
d
dimana:
A = Nilai aksesibilitas
F = Fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal)
T = Kondisi jalan (baik, sedang, buruk)
D = Jarak antara kedua unit kegiatan

Metoda lainnya, yaitu Indeks Aksesibilitas, yang memiliki persamaan:


E j
A ij  b
 d ij 
dimana:
Aij = Indeks aksesibilitas
Ej = Ukuran aktifitas
dij = Jarak tempuh (jarak geografi atau waktu tempuh)
b = Parameter
Langkah selanjutnya adalah menghitung potensi pengembangan, yaitu dengan
cara mengkalikan indeks aksesibilitas dengan luas kawasan yang mungkin untuk
dikembangkan, yaitu:
Di = Ai x Hi
dimana:
Di = potensi pengembanga di kawasan i
Ai = indeks aksesibilitas dari kawasan i
Hi = luas kawasan yang mungkin dikembangkan di kawasan i
Potensi masing-masing kawasan dihitung dan dijumlahkan untuk memperoleh
potensi seluruh kawasan. Dari potensi keseluruhan ini, maka potensi relatif
masing-masing kawasan terhadap keseluruhan kawasan (wilayah) dapat diketahui,
atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-45


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

D i
D r 
iD i
dimana:
Dr = potensi pengembangan (relatif)
Di = potensi pengembangan di kawasan i
iDi = jumlah seluruh potensi pengembangan
Selanjutnya untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialokasikan pada
masing-masing kawasan yang potensial adalah dengan cara mengkalikan hasil
proyeksi total penduduk untuk masa mendatang dengan Di, yang secara
matematis dapat dirumuskan:
Di
P i  P total x
iD i
dimana:
Pi = jumlah penduduk yang dapat dialokasikan di kawasan I
Ptotal = jumlah penduduk seluruhnya
Di/iDi = potensi relatif kawasan i

Metoda lain yang cukup mudah penggunaannya yang hingga kini masih
dipergunakan adalah Metoda Perkiraan Kebutuhan. Pada model ini, digunakan
standar-standar yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan sarana
dan prasarana yang memiliki implikasi terhadap kebutuhan ruang. Beberapa
standar yang digunakan antara lain mengacu pada pedoman standar lingkungan
permukiman kota, pedoman standar pembangunan perumahan sederhana,
peraturan geometris jalan raya dan jembatan dan lain-lain.
2. Model Analisis Kapasitas (Capacity/C)
Kapasitas jalan adalah arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap)
pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya: rencana geometrik,
lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya). Satuan yang digunakan
biasanya dinyatakan dalam kend/jam atau smp/jam. Kapasitas harian sebaiknya
tidak digunakan sebagai ukuran, karena akan bervariasi sesuai dengan faktor k.
Rumus perhitungannya, sebagai berikut:
C = CO x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam)
Dimana,
C = kapasitas (smp/jam)
CO = kapasitas dasar (smp/jam)
FGCW = faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCSP = faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
3. Model Analisis Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation/DS)
Derajat kejenuhan adalah perbandingan dari arus lalu lintas terhadap kapasitas
jalan.
DS = Q / C
Dimana,
Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,
digunakan faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan. Nilai DS

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-46


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

menunjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau


tidak. Karena kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di
jalan yang dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Berdasarkan
standar IHCM apabila:
 DS < 0,8 kondisi stabil
 DS 0,8 – 1,0 kondisi tidak stabil
 DS > 1,0 kondisi kritis
Apabila dari hasil perhitungan, ITP (Indeks Tingkat Pelayanan) ada beberapa
kriteria/kelas tingkat pelayanan jalan yang dibagi menjadi ITP A hingga F dengan
uraian sebagai berikut:
a. ITP A : Kondisi arus lalu lintasnya bebas satu kendaraan dengan kendaraan
lainnya, besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan
pengemudi dan sesuai dengan batas kecepatan yang telah ditentukan;
b. ITP B : Kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi oleh
kendaraan lainnya dan mulai dirasakan hambatan oleh kendaraan di
sekitarnya;
c. ITP C : Kondisi arus lalu lintas masih dalam stabil, kecepatan operasi mulai
dibatasi dan hambatan kendaraan lain semakin besar;
d. ITP D : Kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan operasi
menuurn relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak
relatif kecil;
e. ITP E : Pada tingkat pelayanan ini arus lalu lintas berada dalam kendaraan
dipaksakan, kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga
menimbulkan antrian kendaraan yang panjang;
f. ITP F : Arus lalu lintas berada dalam keadaan dipaksakan, kecepatan relatif
rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga menimbulkan antrian
kendaraan yang panjang.
5.3.2.8 Metode Analisis Jaringan Prasarana
Analisa jaringan prasarana dalam perkotaan adalah perkiraan kebutuhan
jaringan utilitas berdasarkan kebutuhan penduduk pendukung. Analisa ini meliputi
perhitungan kebutuhan jaringan berdasarkan jumlah penduduk pada tahun proyeksi.
Besarnya perkiraan kebutuhan tiap jiwa berdasarkan standar (PU. Cipta Karya dan
perkiraan jumlah berdasarkan data kebutuhan kebutuhan eksisting).
Asumsi dasar pendekatan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana yang
digunakan untuk kawasanperkotaan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 5.3. Asumsi Dasar Pendekatan Perhitungan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
No. Bidang Asumsi Dasar
1. Air bersih 1 SR = 5 jiwa
Jarak antar Rumah = 10 m  pipa tersier < Ø 100 mm  1 SR/10
m
Konsumsi = 100 l/org/hr  1 L/det = 864 orang
Losses = 20 %  700 orang
2. Perumahan Rumah terbangun ; include developer (Rusun, RSH)
Rumah swadaya : 1 paket bahan bangunan rumah (BBR)  = + 1
rumah

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-47


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

No. Bidang Asumsi Dasar


3. Drainase Untuk luas daerah genangan 1 ha ;
Saluran Primer = 100 m
Saluran Sekunder = 100 m
Saluran Tertier = 400 m
1 ha = 55 rumah1 rumah = 10 m saluran tertier
Average daya serap drainase : 75 %
4. Persampahan 1 Truk (6 m3 ) dengan 3 x Rit  3.600 jiwa
Volume sampah = 2.5 L/org/hr
1 Gerobak ( 1 m3 )  400 jiwa
5. Sanitasi Samimas = 65 KK ( 325 jiwa )
MCK/sel = 5 KK ( 25jiwa )
IPLT2 L/org/hr
Truck tinja = 10 KK (50 jiwa)
IPAL =21 L/org/hr (sarana umum)
70L/org/hr (permukiman/KK)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-48


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Analisa Komparatif

KebutuhanFasilitas PelayananUtilitas

FasilitasPerumahan JaringanListrik

FasilitasPendidikan Jaringan Air


Minum
FasilitasPeribadatan JaringanDrainase

FasilitasKesehatan Jaringan Telepon

FasilitasPerdagangan
dan Jasa
FasilitasOlahraga
dan Rekreasi
FasilitasUmum

Jumlah Kebutuhan fasilitas TingkatPelayananUtilitas


pada tahun proyeksi pada tahun proyeksi

JumlahPenduduk
tahun proyeksi

StandarDirektoratJe AnalisaPenduduk
nderalCiptaKarya Dengan Metode
Target

Gambar 5.13Diagram Analisa Kebutuhan Fasilitas Dan Analisa Pelayanan Utilitas


Analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan prasarana di suatu
kawasan. Berikut merupakan penjelasan beberapa jaringan yang diperlukan untuk
dianalisa dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
1. Jaringan air bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-49


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan


kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapatdiminum apabila dimasak.
Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, terdapat
beberapa pengertian yaitu:
a. Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
c. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
a. Syarat fisik, antara lain:
 Jernih dan tidak keruh.
 Tidak berwarna.
 Tidak berasa.
 Tidak berbau.
 Suhu antara 100-250 C (sejuk)
b. Syarat kimiawi, antara lain:
 Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
 Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
 Cukup yodium.
 PH air antara 6,5 – 9,2.
c. Syarat mikrobiologis, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen. Sehingga parameter mengenai kualitas air baku,
menurut Depkes RI telah menerbitkan standar kualitas air bersih tahun
1977 (Ryadi Slamet, 1984). Dalam peraturan tersebut standar air bersih
dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3
Agustus 1977):
 Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum
 Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak
 Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.
Perhitungan penyediaan air bersih kota pada umumnya dibedakan antara :
a. Kebutuhan domestik
Kebutuhan domestik meliputi kebutuhan sambungan untuk rumah-rumah dan
kran-kran umum. Besarnya kebutuhan domestik yang diperlukan dihitung dari
rata-rata kebutuhan air per orang per hari. Kebutuhan per orang per hari
disesuaikan dengan standar yang biasanya digunakan serta kriteria pelayanan
berdasarkan kategorinya.
Kebutuhan Air Domestik = Jumlah Penduduk X Kebutuhan Air Perkapita

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-50


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

b. Kebutuhan Non Domestik


 Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik
 Kantor = 15% x kebutuhan domestik
 Komersial = 20% x kebutuhan domestik
 Industri = 10% x kebutuhan domestik
c. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan sekolah-sekolah, kantor pemerintahan,
tempat-tempat ibadah, kran umum, terminal air dan kegiatan sosial lainnya.
Prosentase pelayanan direncanakan sekitar 10% dari kebutuhan domestik.
d. Kebutuhan kebocoran
Kehilangan air dapat terjadi akibat faktor-faktor:
1) Faktor Teknis
 Ada lubang/celah pada pipa dan sambungannya
 Pipa pada jaringan bersih pecah
 Meter yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik
 Pemasangan perpipaan di rumah konsumen kurang baik
2) Faktor Non Teknis
 Kesalahan membaca meter air dan pencatatan hasil pembacaan
meter air
 Kesalahan pembuatan atau pemindahan rekening air
 Angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya
aliran udara dari rumah konsumen ke pipa distribusi melalui meter air.
Untuk mengetahui banyaknya kehilangan air dapat dilakukan dengan rumus
dibawah ini:
 Kehilangan Air = 10% x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non
Domestik)
 Kebutuhan Air Rata-Rata = Pemakaian air + Kehilangan air
 Kebutuhan Harian Maksimum =1,15 x Kebutuhan air rata-rata
2. Jaringan drainase
Untuk sistem analisa drainase ini terdiri dari; (1) analisa daerah tangkapan air, (2)
analisa limpasan air, (3) analisa daya serap air dan (4) analisa kapasitas air
hujan.Untuk saluran tersier dapat menggunakan tipe pipa tunggal atau lebih dan
untuk saluran sekunder dan primer menggunakan tipe gorong – gorong persegi.
Bentuk gorong – gorong dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 5.4. Tipikal Gorong – Gorong


No. Tipe Gorong-gorong Potongan Melintang Material
1 Pipa tunggal atau lebih Metal gelombang, beton
bertulang atau beton tumbuk,
besi, cor, dll
2 Gorong-gorong persegi Beton bertulang
(box culvert)
Sumber : SNI 03 – 3424 – 1994

Variabel yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan drainase suatu wilayah


perencanaan antara lainjumlah penduduk dan proyeksinya, kepadatan penduduk,
luas wilayah, dan luas daerah tangkapan air atau catchment area, kebutuhan air
bersih rata-rata, intensitas hujan dan koefisien limpasan air. Masing-masing
variabel tersebut diolah dengan metode tertentu sehingga menghasilkan kebutuhan
drainase suatu wilayah sampai dengan proyeksi tertentu.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-51


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Perhitungan yang digunakan antara lain:


2
1 3 12
V  R S
n
Keterangan :
V = Kecepatan pengaliran (m/det)
n = Koefisien Manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan
Debit Air Limpasan (Q limpasan) secara umum dapat didefinisikan sebagai volume
air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi (penyerapan ke dalam
tanah) sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase disekitarnya Untuk
mengetahui besarnya Q limpasan ada 3 komponen utama yang harus diketahui
yaitu:
a. Intensitas Curah Hujan (I)
Intensitas hujan adalah tinggi air hujan persatuan waktu (mm/jam). Besarnya
intensitas hujan tiap waktu berbeda-beda, ini karena lamanya hujan atau
frekuensi kejadiannya. Untuk mendapatkan besarnya intensitas hujan selama
waktu konsentrasi digunakan Metode Poligon Thiessen. Metode ini dikenal
juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara ini memberikan
proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasikan ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung antara dua pos penakar terdekat. Hasil metode poligon Thiessen
lebih akurat dibandingkan dengan metode rata-rata aljabar. Cara ini cocok
untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km2, dan jumlah pos penakar hujan
terbatas dibandingkan luasnya. Prosedur penerapan metode ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos penakar dibuat
garis lurus penghubung.Tarik garis lurus di tengah-tengah tiap garis
penghubung sedemikian rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen.
Semua titik dalam satu poligon akan mempunyai jarak terdekat dengan
pos penakar yang ada di dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap
pos lainnya. Selanjutnya, curah hujan pada pos tersebut dianggap
representasi hujan pada kawasan dalam poligon yang bersangkutan.
2) Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dengan planimeter dan luas
total DAS, A, dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan
poligon.
Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut:
n

P A  P A  ....  Pn An PA i i
P 1 1 2 2  i 1
A1  A2  ....  An n

A
i 1
i

Dimana :
P1, P2, ..., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penaka hujan 1, 2,
..., n. A1, A2, ..., An, adalah luas areal poligon 1, 2, ..., n.nadalah
banyaknya pos penakar hujan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-52


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.14. Metode Poligon Thiessen


Untuk menghitung intensitas digunakan rumus:
2
R 24  Tc  3
I  
24  24 
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/detik)
R 24 = curah hujan rata-rata
Tc = Koefisien Thiesse
Sedangkan untuk mencari Tc digunakan rumus:
2
13
0,0195  L  2
Tc   
60  S 
Keterangan:
S = Kemiringan saluran
L = panjang saluran (m)
Untuk menghitung Waktu (Te ; jam) digunakan rumus:
L
Te 
V
Keterangan :
L = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
Untuk menghitung Kemiringan/Slope digunakan rumus:
T1  T2
S
L
Keterangan :
S =Kemiringan dasar saluran
T1 =Tinggi bangian tertinggi (m)
T2 =Tinggi Bagian Terendah (m)
L =Panjang saluran (m)
3) Catchment Area (CA)
Daerah Pengaliran (Catchment Area) adalah daerah tempat hujan
mengalir menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Pembagian catchment area didasarkan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-53


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

pada kesamaan arah aliran yang menuju ke saluran sekunder/saluran


pengumpul.
4) Koefisien Run-Off (C)
Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan
yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami
penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1
yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut.
Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin
besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase
tersebut akan semakin besar pula
Tabel 5.1Penentuan Debit Koefisien Aliran Permukaan
Koefisien Aliran Permukaan Jenis
Koefisien Aliran Permukaan
Penggunaan Lahan
Daerah Permukaan
Kepadatan rendah (< 100jiwa/Ha) 0,25-0,40
Kepadatan Sedang (100-200 jiwa/Ha) 0,40-0,70
Kepadatan tinggi (>200 jiwa/Ha) 0,70-0,80
Daerah Perdagangangan 0,90-0,95
Daerah Industri 0,80-0,90
Lapangan Terbuka / Lapangan / Taman 0,20-0,30
Sumber : Suripin, sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan.

Berdasarkan 3 komponen diatas maka besarnya debit air limpasan


(Qlimpasan) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Qlimpasan = 0,278 . C . I. ACA

Keterangan :
Q = Debit aliran air limpasan (m3/detik)
C = Koefisen Run off (berdasarkan standart baku)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
ACA = Luas daerah pengaliran (ha)
b. Debit Air Buangan Rumah Tangga (QRumah Tangga)
Debit air buangan rumah tangga (QRumah Tangga) secara umum dapat
didefinisikan sebagai volume air per satuan waktu yang merupakan buangan
limbah rumah tangga dan dialirkan melalui saluran drainase. Debit air buangan
rumah tangga berasal dari air buangan hasil aktivitas penduduk yang berasal
dari lingkungan rumah tangga, atau industri. Untuk mencari debit air buangan
rumah tangga harus dicari terlebih dahulu :

Jumlah penduduk per catchment area (jiwa).

Qair Limbah=70 % x Kebutuhan air bersih rata-rata

c. Debit Air Maksimum Saluran (Qsaluran)


Debit air maksimum saluran dapat didefinisikan sebagai jumlah air maksimum
yang dapat tertampung oleh saluran drainase. Dalam menghitung debit air
maksimum saluran maka perlu diketahui terlebih dahulu besarnya luas
penampang basah saluran (Abasah) dan kecepatan aliran air (V). Untuk luas
penampang basah saluran dapat dihitung langsung dari perolehan data survey

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-54


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

primer, sedangkan kecepatan aliran air dapat dihitung dengan pendekatan


kemiringan/Slope sebagai berikut:
QRumah Tangga =  penduduk xQair Limbah

H
S
L
Keterangan :
S = Kemiringan dasar saluran
H = Tinggi
L = Panjang
Dari hasil pengukuran kemiringan dikonversikan menjadi kecepatan melalui
Tabeldi bawah ini :
Tabel 5.5. Perkiraan Kecepatan Rata-Rata Aliran Berdasarkan Kemiringan Rata-Rata
Dasar Saluran
Kemiringan rata-rata dasar
Kecepatan aliran rata-rata
saluran
(m/dtk)
(%)
0 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6- 10 1,5
10 – 15 2,4

Untuk kemiringan yang lebih dari 15 % dapat dihitung dengan menggunakan


rumus berikut ini :
0, 6
H
V  72 
 L
Keterangan :
V = Kecepatan pengaliran (m/det)
H = Perbedaan elevasi (km)
L = Panjang saluran (m)
Adapun untuk rumus dari Qsaluran adalah sebagai berikut :
Qsaluran = V . Abasah

Dengan :
Q = Debit air (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
Abasah = luas penampang basah saluran (m2)
Total Debit Air
Qtotal = Qlimpasan + Qrumah
tangga

Dari perbandingan antara debit air maksimum saluran dengan debit air
maksimum maka akan dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut :
 Qsaluran> Qtotal :saluran yang ada mampu menampung debit air.
 Qsaluran < Qtotal :saluran yang ada tidak mampu menampung debit
air.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-55


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

3. Jaringan telpon
Dalam pengembangan jaringan telepon perlu memperhatikan hal berikut:
a. Pelayanan telepon diprioritaskan pada kawasan komersial, industri, fasilitas
umum dan rumah tangga.
b. Pada pusat lingkungan, pusat pelayanan umum, kawasan perkantoran,
pendidikan, kesehatan, terminal dan sekitar kawasan permukiman diusahakan
harus terdapat fasilitas telepon umum.
c. Pada kawasan yang cukup strategis, maka pengembangan wartel (untuk
telepon lokal, interlokal, internasional dan telegram) diperlukan untuk
menunjang kemudahan dalam melakukan komunikasi jarak jauh.
d. Fasilitas STO dikembangkan pada setiap pusat BWK.
e. Model Untuk Menghitung Tingkat Pelayanan Fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis fasilitas di dalam
melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki
tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki
kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk
mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota, dihitung tingkat pelayanannya
dengan rumus :
aij / bj
T .Pij  x100%
Cis
dimana:
T.Pij =Tingkat pelayanan fasilitas i di kota j.
Aij =Jumlah fasilitas i di kota j.
Bj =Jumlah penduduk di kota j.
Cis =Jumlah fasilitas i per satuan penduduk menurut standard kota yang
dipergunakan.
Dengan cara perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas
kecuali untuk fasilitas peribadatan. Khusus untuk menghitung tingkat pelayanan
fasilitas peribadatan, jumlah penduduk kota j (bj) diganti oleh jumlah penduduk
menurut agama di kota tersebut.
4. Jaringan Sanitasi dan Persampahan
Sanitasi merupakan bagian dari sistem pembuangan air limbah yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya kontak langsung antara manusia dan limbah yang
dihasilkan, sehingga dapat terhindar dari penyakit berbahaya.
a. Pengertian Sanitasi
Persampahan adalah bagian dari sanitasi lingkungan karena merupakan sisa
limbah padat yang keluar dari rumah tangga permukiman. Sanitasi merupakan
suatu sistem cara untuk pembuangan air limbah yang bertujuan agar tidak
terjadi kontak antara manusia dengan limbah berbahaya yang dihasilkan.
Sistem sanitasi berkaitan dengan sistem pembuangan air limbah, penyediaan
air bersih, penyediaan WC dan lain sebagainya. Selain berasal dari rumah
tangga limbah yang dihasilkan juga berasal dari sisa-sisa pada proses industri,
pertanian, peternakan, dan rumah sakit (sektor kesehatan). Sanitasi
merupakan cara untuk mencegah kontak antara manusia dengan bahaya
bahan buangan untuk mempromosikan.
b. Air limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-56


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

ekonomis Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat


berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Air limbah (sewage) juga dapat diartikan sebagai air dan cairan yang
merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah tangga/limbah domestik dan
commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan)
atau industri. Dari sini, kita dapat mengenal penggolongan air limbah yaitu air
limbah industri dan limbah domestic.
c. Sistem Pembuangan Limbah
Pada umumnya sistem pembuangan air limbah terbagi menjadi 2, yaitu sistem
sanitasi tidak setempat (off site sanitation) dan sistem sanitasi setempat (on
site sanitation) dalam sistem pembuangan air limbah :
1) Sistem sanitasi tidak setempat (off site sanitation)
Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air limbah yang berasal
dari rumah-rumah dan berbagai fasilitas lainnya, seperti air sisa mandi, air
sisa cucian, dan seterusnya, serta air limbah yang berasal dari sisa-sisa
proses industri dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk diolah secara terpusat.
Keuntungan pemakaian sistem penyaluran terpusat adalah:
 Pelayanan yang lebih nyaman;
 Menampung semua air limbah domestic;
 Pencemaran air tanah dan lingkungan dapat dihindari;
 Cocok untuk daerah dengan kepadatan tinggi;
 Masa/umur pemakaian relatif lebih lama.
 Kerugian pemakaian sistem penyaluran terpusat adalah:
 Memerlukan pembiayaan yang tinggi;
 Memerlukan tenaga yang trampil untuk operasional dan pemeliharaan;
 Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan untuk jangka panjang;
 Nilai manfaat akan terlihat apabila sistem telah berjalan dan semua
penduduk yang terlayani

Instalasi
Pengolahan
Air Limbah
Gambar 5.15.Model Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan limbah tinja ini disalurkan melalui sewer (saluran
pengumpul air limbah) dan kemudian masuk ke instalasi pengolahan
terpusat.
2) Sistem sanitasi setempat (on site sanitation)
Proses pembuangan dan pengolahan air limbah dilakukan secara
bersamaan di tempat yang biasanya menggunakan cubluk atau septic
tank. Bila pada suatu waktu cubluk atau septic tank tersebut sudah penuh
dengan lumpur tinja, maka harus disedot dan diangkut dengan truk tinja ke

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-57


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

IPLT (Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja) untuk disempurnakan


prosesnya agar tidak merusak atau mencemari lingkungan. Pembuangan
air limbah dengan sistem ini dalam praktek sehari-harinya dapat dilihat
dalam kegiatan:
 Individual, yaitu sistem pembuangan melalui kloset, peturasan yang
dilakukan oleh masing-masing keluarga pada setiap rumah.
 Komunal, yaitu sistem pembuangan melalui kloset yang dilakukan
secara bersama-sama oleh beberapa keluarga yang biasanya berupa
jamban jamak, MCK umum, atau septic tank komunal.
Keuntungan pemakaian sistem pembuangan setempat adalah:
 Biaya pembuatan murah
 Biasanya dibuat oleh sektor swasta/pribadi
 Teknologi cukup sederhana
 Sistem sangat privasi karena terletak pada persilnya
 Operasi dan pemeliharaan dilakukan secara pribadi masing;masing
Kerugian pemakaian sistem pembuangan setempat adalah:
 Tidak selalu cocok disemua daerah;
 Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
 Bila pengendalian tidak sempurna maka air limbah dibuang

Gambar 5.16.Model Instalasi Pengolahan Air Tinja

Instalasi pengolahan air limbah ini ialah sistem dimana penghasil limbah
mengolah air limbahnya secara individu, misalnya dengan menggunakan
tangki septik.
5. Sampah
Pengertian sampah sendiri menurut Undang-undang RI nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Standar
Nasional Indonesia nomor 13 tahun 1990 mengenai pengertian sampah
menyebutkan bahwa sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan
organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi dari kerusakan dan
pengertian lain dari sampah menurut sumber lain sampah adalah salah satu
masalah lingkungan yang menyebabkan tidak terjadi keseimbangan, yang
umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain bekas,
karet, tanah. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan
mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan
menimbulkan pengotoran udara, apalagi bila yang terbakar itu bahan-bahan
sintesis seperti karet, yang jenisnya telah banyak muncul akibat perkembangan
peradaban.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-58


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan sama halnya dengan
sistem pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang dihasilkan.
Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan samahalnya dengan
sistem pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang
dihasilkan.Sistem utilitas sampah menggunakan analisa yang terdiri dari:
 Analisa kapasitas/jumlah sampah;
 Cara pembuangan sampah;
 Analisa pendistribusian;
 Analisa penempatan TPS/transfer depo; dan
 Analisa penempatan TPA.
Perkiraan jumlah produksi sampah dapat digunakan asumsi sebagai berikut:
 Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 It/hari;
 Perdagangan untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah
sebanyak 25% dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk
perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari sampah rumah tangga;
 Jalan menghasilkan sampah sebanyak 10% dari sampah rumah tangga;
 Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga; dan
 Untuk kebutuhan 1 TPS diasumsikan dapat menampung 10 m3, untuk
gerobak dengan 1 rit dapat menampung 1 m3 dan truk 1 rit dapat
menampung 6 m3. Sistem utilitas sampah menggunakan analisa yang
terdiri dari; (1) analisa kapasitas/jumlah sampah, (2) cara pembuangan
sampah, (3) analisa pendistribusian, (4) analisa penempatan TPS/transfer
depo dan (5) analisa penempatan TPA.
Adapun teknik perhitungan sampah adalah sebagai berikut :
a. Potensi sampah (Qk)
Untuk perhitungan potensi volume sampah yang dihasilkan penduduk
digunakan pendekatan dengan menggunakan rumus:
Qk = q x p
Dimana:
Qk = potensi volume sampah yang dihasilkan
q = koefisien kuantitas sampah (liter/orang/hari)
q = 1,686 lt/orang/hari, untuk ekonomi rendah
q = 1,803 lt/orang/hari, untuk ekonomi sedang
q = 1,873 lt/orang/hari, untuk ekonomi tinggi
p = jumlah penduduk
b. Volume Sampah yang masuk TPA melalui TPS perhari (QTPA)
QTPA = Kp x Qk (l/h) + sampah jalan (5%) + sampah pasar (10%)
Dimana:
Kp= faktor kompaksi (0,7-0,8)
c. Volume Sampah yang masuk TPA melalui TPS tahun ke-n
Qn = 365 x n x QTPA
d. Volume Sampah terpadatkan (Vp)
Vp = Km x Qn
Dimana:
Km = koefisien pemadatan (0,5)
e. Volume Tanah Penutup (Vtp)
Vtp = 70% x Vp
f. Beban TPA (VTPA)
VTPA = Vp + Vtp (m3)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-59


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

g. Luas Lahan yang Dibutuhkan (A)


A = VTPA/Hs (m3), Hs : tinggi sampah = 10 m.
Persampahan sebagai suatu sistem memerlukan adanya sarana dan prasarana
memadai yang mampu mendukung berlangsungnya sistem. Perhitungan
kebutuhan akan sarana dan prasarana persampahan dapat dilakukan
menggunakan standar seperti diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 5.6. Standar Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Persampahan
Komponen Cakupan Umur
No. Kapasitas Keterangan
Peralatan Pelayanan Teknis
1. Pewadahan
Kantong 10-40 liter 1 KK 2-3 hari
Bin 40 liter 1 unit/ KK 1 tahun
Bin pejalan kaki 70 liter 1 unit/ 100 m 2 tahun Komunal
Bak permanen 1 m3 1 unit/ 50 KK 10 tahun
Bak kayu 0,5 m3 1 unit/ 25 KK 3 tahun
Container Arm Roll 6-10 m3 1 unit/ 300 KK 3 tahun
2. Pengumpulan
Gerobak 1 m3 1 unit/ 50 KK 3 tahun
3. Pemindahan
Transfer Depo tipe I 15-30 m3/ 10.000-30.000 10 tahun
Radius
(200 m3) hari jiwa
pelayanan
Transfer Depo tipe II 10 tahun
± 500 m
(100 m3) 8-16 m3/ 5.000-10.000 jiwa
hari
4. Pengolahan
Skala individual
Composter 100 liter 1 unit/ KK 3 tahun
Vermi Compost 20 liter/ hari 1 unit/ KK 1 tahun
Skala lingkungan
UDKP 15 m3/ hari 10.000 jiwa 10 tahun
Incenerator 250 kg/ jam 8.000 jiwa 10 tahun
10 jam
Vermi Compost 10 m3/ hari 10.000 jiwa 5 tahun
operasi
Skala kota
Incenerator 100 ton/ hari 100.000-200.000 10 tahun
Biobas digester 100 ton/ hari jiwa 10 tahun
Composting > 50 ton/ 100.000-200.000 10 tahun
Daur Ulang hari jiwa 10 tahun
> 50 ton/ 100.000 jiwa
hari 100.000 jiwa
5. Pengangkutan
Dump Truck 8 m3 10.000 jiwa 5 tahun
Arm Roll Truck 6-10 m3 15.000 jiwa 5 tahun
Compactor Truck 12 m3 12.000 jiwa 20 tahun
6. Stasiun Transfer > 1.000 ton/ Kota dengan
hari jarak ke TPA > -
30 km
7. TPA
Sanitary landfill/ Ha 20.000 jiwa 5-10
controlled landfill tahun
Alat berat (bulldozer, Harus ada di
landfill compactor) setiap TPA 7 tahun

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-60


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.2.9 Metode Analisis Kesesuaian Lahan


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis kesesuaian
lahan adalah:
1. Kesesuaian Lahan
Bertujuan untuk memahami kondisi dan daya dukung lingkungan dan memahami
tingkat pemanfaatan sumber daya. Pemahaman ini diperlukan untuk merumuskan
dan menempatkan zonasi ruang di kawasan perencanaan seperti kawasan lindung
dan kawasan budidaya, hutan lindung, dan hutan produksi. Sumber daya alam
utama yang akan dibahas dalam kajian ini adalah: sumber daya tanah, sumber
daya air, sumber daya udara, sumber daya hutan, dan sumber daya lainnya.
Analisis kesesuaian lahan bertujuan mengidentifikasi potensi pengembangan
berdasarkan kesesuaian tanah dan merekomendasikan peruntukannya bagi
kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan
lindung dan budidaya. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan
ini adalah teknik skoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria
penetapan kawasan lindung dan budidaya. Nilai akhir dari kesesuaian lahan
diperoleh dengan operasi matematis skoring dan overlay peta tersebut.
Kriteria penentuan kawasan budidaya dan non budidaya tersebut dilakukan
berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Penetapan Kawasan
Lindung, Penetapan Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Budidaya
(BAPPENAS, 1995), FAO (1976) tentang Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian
Lahan, PPTA (1993).

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-61


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.17.Diagram Alir Analisis Kesesuaian Lahan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-62


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Tabel 5.7. Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budidaya Dan Kawasan Lindung
Kualitas/Karakteristik Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Lahan (Salah Satu Sifat Atau Lebih)
Iklim (Schmidt dan
A, B, C, D, E, F G, H
Ferguson, 1951)
Ketinggian (m dpl) < 2000 > 2000
Bentuk wilayah Datar – Berbukit Bergunung
Kelerangan (%) < 40 > 40
Singkapan Batuan (%) < 50 > 50
Bahaya Banjir - > 1 x /th
Bahaya longsor/erosi Stabil Labil
Sphagnofibrist, Tropofibrist,
Tropofolist, Halaquepts, Natrabolls,
Jenis Tanah (Soil
Lainnya Natraquoll, Lithic,Natrustolls,
Taxonomy, 1994)
Natraqualfs, Natustalfs, Hyrdaquents,
Psamments
Sumber: Diolah dari Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan
kriteria dan pola pengelolaan kawasan budidaya (BAPPENAS, 1995), FAO (1976) tentang
Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993)

Dari Analisis dan Kriteria tersebut di atas, maka dapat dibangun model persyaratan
penggunaan lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui
metoda pohon keputusan. Pohon keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan
penggunaan lahan dengan masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya,
dimana satu sama lain (karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi
lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan, sehingga hasil akhir
pemanfaatan lahan dapat tertuang dalam rencana secara lebih akurat dan terukur.
Penilaian kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan) secara umum ditentukan
berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximumlimiting factors, FAO,
1976). Evaluasi dilakukan pada satuan lahan sesuai dengan ketersediaan data.
Masing-masing satuan lahan di wilayah studi terdiri dari campuran dua jenis tanah
atau lebih. Batasan antara dua jenis tanah atau lebih ini tidak dapat didelineasi
pada peta yang digunakan, sehingga perlu dilakukan kajian survei pemetaan tanah
lebih lanjut pada tingkat kedetilan yang lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang
dipertimbangkan berdasarkan pengelompokkan jenis komoditas yang mempunyai
kemiripan (similar land use requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia
yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-
masing kelas:
a. Sesuai (S), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan pembatas
ringan dan dapat diusahakan secara berkelangsungan tanpa menimbulkan
kerusakan sumberdaya lahan;
b. Sesuai bersyarat (CS), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas cukup berat, tetapi masih dapat diusahakan secara
berkelangsungan dengan masukan tinggi;
c. Tidak sesuai (N), bila lahan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas berat dan tidak ada teknologi untuk mengatasinya, sehingga kalau
diusahan berpotensi besar mengalami kegagalan.
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai
berikut:
 Hidrologi (h);
 Tipe Iklim (i);

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-63


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Elevasi (k);
 Media perakaran (r);
 Terrain (s);
 Temperatur Udara (t);
 Ketersediaan air (w);
 Toksisitas (x).
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-karakteristik penciri
masing-masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam
pengembangan jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan.

2. Kriteria Kawasan Lindung


Penentuan kawasan lindung dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Kawasan yang berfungsi sebagai Kawasan Hutan Konservasi meliputi
Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, telah ditetapkan lokasinya
sebagai Kawasan Lindung sesuai dengan:
 Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
 PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
b. Kawasan yang berfungsi sebagai hutan lindung, kriterianya ditentukan sebagai
berikut:
 Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka-angka
penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 175 atau lebih. Aturan penilaian
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan tersebut ditentukan
berdasarkan klasifikasi yang dapat dilihat pada tabel 4.9 sampai dengan
tabel berikut ini:
Tabel 5.8. Aturan Kelas Lereng Lapangan
Kelas Lereng Kisaran Persen Lereng Keterangan Nilai
1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 40 Curam 80
5 > 40 Sangat Curam 100
Sumber: SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/Um/11/1980

Tabel 5.9. Aturan Kelas Jenis Tanah


Kelas Kepekaan
Kelompok Jenis Nilai
Tanah Terhadap Erosi
Alluvial, Tanah Glei, Panasol, Hidromorf Kelabu,
1 Tidak peka 15
Lateria Air Tanah
2 Latosol Agak peka 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcic Kurang peka 45
4 Andosol, Lateritic, Gromosol, Podsolik Peka 60
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75
Sumber: SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/Um/11/1980

Tabel 5.10. Aturan Kelas Intensitas Hujan


Kelas Intensitas Kisaran Intensitas Hujan
Keterangan Nilai
Hujan (mm/hari hujan)
1 0 – 1,36 Sangat rendah 10
2 1,36 – 2,07 Rendah 20
3 2,07 – 2,77 Sedang 30
4 2,77 – 3,48 Tinggi 40
5 > 3,48 Sangat Tinggi 50

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-64


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Sumber: SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/Um/11/1980

 Masing-masing peta tematik (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan)


ditentukan nilai skor per kawasan
 Dari masing-masing peta tematik dilakukan proses superimpose untuk
menentukan jumlah nilai skornya. Apabila jumlah nilai skornya  175 maka
kawasan tersebut masuk ke dalam kriteria kawasan hutan lindung (belum
melihat pemanfaatan eksistingnya).
 Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40%, secara mutlak
dimasukkan ke dalam kritera kawasan yang berfungsi sebagai hutan
lindung.
 Kawasan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 m atau
lebih secara mutlak dimasukkan ke dalam kriteria kawasan yang berfungsi
sebagai hutan lindung.
 Kawasan lain diluar hutan konservasi dan hutan lindung yang mampu
berfungsi sebagai kawasan lindung, baik berupa kawasan hutan maupun
non hutan, ditentukan berdasarkan kawasan yang mempunyai kriteria
jumlah nilai skor (kelas lereng, jenis tanah, intensitas tanah) lebih besar
dari 125. Tata cara menentukan jumlah nilai (skor) sama dengan
penentuan kriteria kawasan yang berfungsi sebagai hutan lindung.
 Kawasan ini dapat terdiri dari kawasan perkebunan, kawasan hutan
produksi terbatas, hutan produksi, kawasan resapan air, kawasan rawan
bencana, dan sebagainya.

5.3.2.10 Analisis Ambang Batas


Adalah pendekatan untuk menentukan kebijaksanaan rencana tata ruang
yang didasarkan ambang batas daya dukung lingkungan. Pendekatan ini bertujuan
untuk menghasilkan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pendekatan ambang batas terkait dengan Kesesuaian Ekologi dan Sumber
Daya Alam yang akan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Daerah Banjir; Perencanaan dan pengolahan daerah-daerah yang rendah
pemanfaatan saluran-saluran alam secara optimal diharapkan mampu
mencegah kemungkinan bahaya banjir.
 Unit Visual dan Kapasitas Visual; Daerah yang berpotensi memiliki arah
view yang bagus Pemanfaatan daerah-daerah yang berpotensi ini
diperuntukkan untuk pariwisata, permukiman menengah ke atas.
 Area dengan Visitas Tinggi; Kawasan yang memiliki visibilitas tinggi adalah
kawasan yang memungkinkan untuk terlihat dari berbagai sudut (sebagai
landmark kawasan) dapat difungsikan untuk zona magnet pusat kota.
 Topografi; Dalam suatu perencanaan perlu diperhatikan bagaimana kondisi
topografi eksisting kawasan tersebut, juga guna lahan dan karakter
wilayahnya.
 Potensi Angin; Potensi angin dalam perencanaan meliputi arah dan
kekuatan angin untuk mendapatkan udara yang sejuk dan mengurangi
kelembaban.
 Binatang/Habitat; Mengidentifikasikan adanya habitat liar yang
membahayakan pengembangan area permukiman.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-65


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Selain hal-hal tersebut di atas juga perlu diperhatikan kesesuaian/kelayakan


kawasan itu sendiri. Untuk itu yang perlu dipertimbangkan adalah:
 Keserasaian Penggunaan Energi. Upaya identifikasi kesesuaian fungsi
kawasan/wilayah dengan potensi alam yang dapat menghasilkan energi
yang baik berupa angin, aliran air dan laut.
 Kesesuaian untuk Preservasi. Identifikasi yang disesuaikan dengan konsep
dasar perencanaan kawasan dan kondisi kawasan yang memiliki potensi
untuk di preservasi baik yang buatan maupun alam.
 Kesesuaian untuk Rekreasi. Pemanfaatan lahan kawasan yang sesuai
untuk dikembangkan sebagai area rekreasi yang mendukung pelayanan
fasilitas umum untuk penghuni sekitar maupun sebagai daya tarik wilayah
seperti danau/telaga, pantai/laut, daerah sepanjang sungai, hutan, taman
kota dan bukit.
 Kesesuaian untuk Hunian. Perencanaan kawasan sebagai daerah hunian,
dengan mempertimbangkan beberapa aspek perencanaan antara lain dari
segi aksesibilitas, kondisi topografi, kestrategisan lokasi, kondisi kontur
tanah, kebisingan dan potensi alam dan buatan.

5.3.2.11 Model Klasifikasi Lahan


Model klasifikasi lahan ini pada dasarnya mengelompokkan lahan
berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan yaitu kriteria yang
dikeluarkan oleh USDA (The United Stated of Agricultural) dimana mengelompokkan
kemampuan lahan dalam tingkat kelas lahan menurut kemiringan lereng, yang hasilnya
adalah kemampuan lahan khusus untuk pertanian. Penilaian kemiringan lereng
dilakukan dengan pengelompokkan dari besar sudut lereng, berdasarkan rentang-
rentang yang telah ditentukan. Pengelompokkan lahan ini menghasilkan 5 kelas lahan
berdasarkan resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dengan
semakin tingginya kelas.

5.3.2.12 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan


Analisis daya dukung lingkungan bertujuan untuk menghitung kemampuan
lingkungan hidup dalam mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan
keseimbangan antar keduanya (UU No. 32 Tahun 2009). Sedangkan analisis daya
tampung lingkungan bertujuan untuk menghitung kemampuan lingkungan untuk
menampung/menyerap zat energi dan atau komponen lain yang masuk atau
dimasukan di dalamnya.
Daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan
(SL) dan kebutuhan lahan (DL). Berikut ini contoh tabel perhitungan daya tampung
lahan dan daya dukung lahan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-66


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Tabel 5.11. Contoh Tabel Daya Dukung Lahan

Tabel 5.12. Contoh Tabel Daya Tampung Lahan

5.3.2.13 Model Overlay (Pertampalan Peta)


Metodologi ini dipergunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan
berdasarkan peta kemiringan tanah, peta ketinggian, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta curah hujan dan peta kedalaman efektif tanah. Keseluruhan peta
yang memuat informasi goegrafis tersebut kemudian ditumpang tindihkan sehingga
diperoleh informasi yang lengkap mengenai kondisi lahan di kota/kabupaten setempat.
Berdasarkan kriteria yang ada, informasi yang sudah lengkap tersebut menjadi dasar
dalam pengklasifikasian lahan sesuai dengan peruntukannya.

Gambar 5.18.Skema Proses Overlay (Pertampalan Peta)


KEDALAMAN
KETINGGIAN JENIS TANAH HIDROGEOLOGI CURAH HUJAN
EFEKTIF TANAH

PROSES
OVERLAY

KRITERIA

KESESUAIAN LAHAN

Skema Proses Overlay (Pertampalan Peta)

5.3.2.14 Metode Analisis Kekuatan dan Kelemahan Kawasan (SWOT)


Analisis SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunities, Threatness), yaitu
suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki kawasan,
sehubungan dengan kegiatan pengembangan kawasan yang akan dilakukan di masa
datang.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-67


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

SWOT merupakan sebuah metode yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).,
Langkah pertama yang dilakukan dalam menggunakan analisis SWOT adalah
menelaah lingkup studi yang akan dianalisis. Dengan kata lain harus diketahui tujuan
dari studi tersebut, apakah bertujuan untuk mendapatkan profit, untuk meningkatkan
produksi dan penjualan atau suatu organisasi didirikan dengan tujuan sebagai
pelayanan publik. Dari pengetahuan tujuan dapat ditentukan dua faktor yang harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dua faktor tersebut adalah:
1. Faktor internal:
Faktor-faktor yang menentukan kinerja suatu organisasi/lembaga/perusahaan yang
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan. Faktor internal ini dapat
mengidentifikasikan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
2. Faktor eksternal:
Faktor-faktor yang diluar kendali perusahaan tapi sangat mempengaruhi kinerja
suatu perusahaan. Faktor eksternal dapat mengidentifiaksi peluang (opportunities)
dan ancaman (threats).
Dalam penyusunan perencanaan strategis dengan menggunakan analisis
SWOT dilakukan beberapa langkah:
1. Langkah I
a. Faktor internal:
 Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh positif disebut sebagai
kekuatan.Kekuatan (Strengthness) yang dimiliki kawasan, yang dapat
memacu dan mendukung perkembangan kawasan, misalnya
kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis
dan lain-lain;
 Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh negatif disebut sebagai
kelemahan.
Kelemahan (Weakness) yang ada, yang dapat menghambat
pengembangan kawasan, baik hambatan fisik kawasan maupun non fisik,
misalnya kemampuan sumberdaya manusia, instansi dan pendanaan
pembangunan. Dengan mengetahui kelemahan ini dapat ditentukan upaya
penanggulangan untuk mengatasi kelemahan tersebut;
b. Faktor eksternal:
 Identifiaksi faktor-faktor yang menjadi peluang, yakni faktor yang memberi
pengaruh positif.
 Peluang (Opportunities) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan
kawasan, misalnya ruang terbuka yang masih luas untuk pengembangan
kawasan, minat swasta yang besar untuk membangun karena lokasi dinilai
strategis.
 Identifikasi faktor-faktor yang menjadi ancaman, yakni faktor yang memberi
pengaruh negatif.
 Ancaman (Threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat
dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru yang
dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.
2. Langkah II
Setelah semua informasi terkumpul yang berpengaruh terhadap kelangsungan
studi, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut ke dalam

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-68


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

model matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Dengan demikian diharapkan dalam menganalisis kawasan perencanaan akan
diketahui dengan tepat masalah dan akar permasalahan yang ada, potensi dan
kekuatan yang dapat diberdayakan untuk pembangunan. Di samping itu dapat pula
ditentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta membuat metode
pemecahan masalah dan pencapaian tujuan dan sasaran.
Prosedur SWOT adalah sebagai berikut ini, yaitu:
a. Tentukan variabel-variabel yang mempengaruhi, misalnya aspek
kebijaksanaan dan arahan pada penyelanggaraan prasarana dan sarana
b. Pilah-pilah varibel tersebut ke dalam empat kelompok, yaitu kelompok
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Pada proses ini sangat
dibutuhkan kejelian pengguna dalam mengklasifikasikan variabel tersebut
untuk disesuaikan dengan goals karena sebuah variabel dapat menjadi
ancaman sekaligus sebagai peluang, tergantung dari cara pandang dan
tujuannya.
c. Setiap variabel yang dimasukkan sebagai Kekuatan diberikan label S1, S2, S3,
… dan seterusnya. Demikian juga dengan Kelemahan (label W), Peluang
(label O) dan Ancaman (label T)
d. Kemudian pengguna mencoba mengkombinasikan setiap label, misalnya S1
dengan T1 (kekuatan 1 dengan ancaman 1) dan kemudian secara kualitatif
dianalisis apa dampak dan pengaruhnya terhadap pencapaian. Demikian juga
untuk kombinasi variabel lainnya. Disinilah dibutuhkan kejelian pengguna
untuk mengkombinasikan setiap variabel, mengembangkannya sesuai tujuan
dan merumuskan hasilnya.
Kumpulan kesimpulan tersebut, kemudian dipilah sesuai prioritas dan besarnya
pengaruh, sehingga diperoleh rumusan kesimpulan sebagai masukan pegambilan
keputusan dan kebijakan seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.13. Matrik SWOT


Potensi Permasalahan
S W
Peluang Pengembangan
OS OW
O
Tantangan Pengembangan
TS TW
T

5.3.2.15 Metode Analisis Kelembagaan


Analisis ini berisi kajian mengenai kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk
pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.
Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Analisis ini
digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-69


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.3 Metode Analisis Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan


Proses penyusunan Tata Ruang Kawasan meliputi beberapa tahap analisis,
yaitu: (1) Penentuan arah pengembangan; (2) Analisis potensi dan masalah, yang
meliputi 3 (tiga) kegiatan: (i) Analisis sosialekonomi, (ii) Analisis struktur tata ruang
kawasan, dan (iii) Analisis pola pemanfaatan ruang; serta (3) Identifikasi serta
pentahapan pelaksanaan program. Setiap pentahapan tersebut memiliki maksud dan
tujuan yang khusus, dimana untuk mencapainya masih memerlukan bantuanperangkat
dan/atau metode analisis yang lebih spesifik (Anonimus, 1990).
5.3.3.1 Metode Penentuan Arah Pengembangan
Arah pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran jangka
menengah pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam bentuk yang lebih
operasional. Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini dapat diperoleh dari pola dasar
daerah/kawasan yang bersangkutan dan/atau dokumen lain terkait. Arah
pengembangan pada level Rencana Teknik Tata Ruang harus dijabarkan dalam
bentuk teknis dan didasarkan pada perbandingan terhadap standar teknik sektoral
yang sudah ada dan diakui. Untuk memudahkan analisa, arah pengembangan
dijabarkan ke dalam 3 (tiga) unsur, yang meliputi: fisik, sosial, dan ekonomi.
Penjelasan singkat masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung
atau konservasi, perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk
yang bermukim di sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan
sebagainya. Arah pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran
pembangunan di bidang sosial kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-
usaha untuk mempersiapkan manusia dalam proses pembangunan nasional(human
development).
Tujuan pembangunan di bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:
1. Usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain
Indeks Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa
indikator seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit,
dan apotik), tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;
2. Usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti:
jumlah dan penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan
3. Usaha untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada
kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan
nilai tambah (added value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan
dalam pengelolaan lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit,
serta fasilitas pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan masyarakat.
Sedangkan arah pengembangan ekonomi menetapkan tujuan dan/atau
sasaran pembangunan di bidang ekonomi, yang setidaknya menjabarkan:
1. Pertumbuhan ekonomi, yang dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik
Bruto/PDB, yang diukur menurut sub sektor; dan
2. Pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergeseran struktur dari sector
pertanian(primery sector) ke sektor industri dan jasa (secondary sector), dengan
indikator kontribusi sektor pertanian kepada PDB dibandingkan dengan kontribusi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-70


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
pertanian dengan di sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah penduduk kota
dan desa, dan sebagainya.

5.3.3.2 Metode Analisis Potensi dan Masalah


1. Metode Analisis Sosial Ekonomi
Analisis sosial dan ekonomi bertujuan untuk menemukenali potensi dan masalah
sosial-ekonomi kawasan terencanakan. Untuk maksud tersebut, metode analisa
sumberdaya wilayah/kawasan (regional resource analysis) merupakan alternatif
yang baik digunakan untuk menggambarkan potensi dan masalah kawasan
tersebut. Masalah sosial terkait erat dengan aspek kependudukan(demography),
oleh karenanya proses analisa pada tahap ini dilengkapi dengan analisa tentang
pola pertumbuhan dan penyebaran penduduk, dikaitkan dengan proyeksi
pertumbuhan dan pergeseran struktur perekonomian kawasan terencanakan, yang
meliputi:
a. Analisa Sumberdaya Wilayah, digunakan untuk memberikan gambaran
tentang profil sosial (seperti sistem kelembagaan, tingkat buta aksara, kurang
kalori/protein, penyediaan air bersih), ekonomi (seperti tingkat pendapatan,
pemilikan ternak, produksi padi), kependudukan (seperti tingkat fertilitas dan
mortalitas), dan kondisi fisik wilayah (seperti jalan, fasilitas pelayanan dan
kondisi rumah). Agar memudahkan analisa data sumberdaya wilayah
dikelompokkan menurut pendekatan yang dianut, seperti: kawasan sebagai
suatu sistem produksi pertanian, sebagai core-peryphery area, sebagai daerah
ekonomi dan perdagangan, atau sebagai sistem permukiman, sumberdaya
dan produksi terpadu. Data yang telah dikumpulkan berdasarkan salah satu
pendekatan yang sesuai, dianalisa lebih lanjut dengan metode analisa: statistic
deskriptif; skala dan ranking; tingkat distribusi, spesialisasi, konsentrasi, dan
asosiasi; dan indeks tingkat perkembangan kawasan, yang dilakukan
secarainter dan intra kawasan terencanakan;
b. Analisis kependudukan, yang meliputi analisa-analisa berikut:
 Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan
pertumbuhan rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya
pertumbuhan penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga
berganda/bunga majemuk dengan angka pertumbuhan yang sama setiap
tahun.
 Analisa kecenderungan (trend analysis) dengan regresi. Metode analisa ini
didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu
yang didekati dengan salah satu pola regresi (linier, logaritma,
eksponensial, atau regresi berpangkat)
 Analisa cohort. Metode analisa ini menggunakan data penduduk yang
dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Hasil proyeksi akan
memperlihatkan pertumbuhan pada setiap kelompok umur dan jenis
kelamin, dan hasilnya dapat digunakan untuk memprediksikan kebutuhan
berbagai fasilitas pelayanan dan kebutuhan penyediaan lapangan kerja.
Ketersediaan fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi, apabila dikaitkan
dengan perkembangan jumlah penduduk dapat dijadikan indikator arah
pengembangan sosial. Karena dengan membandingkan kebutuhan baku
minimal dari setiap jenis fasilitas pelayanan tersebut, dapat ditentukan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-71


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

tingkat pelayanan yang tersedia dan/atau diinginkan (tinggi, sedang,


dan/atau rendah);
c. Analisa ekonomi, jenis metode analisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Misalkan untuk melihat pertumbuhan ekonomi kawasan dapat dipergunakan
metode analisa PDRB secara runtut waktu (time series) selama 5 tahun
terakhir, untuk menggambarkan struktur ekonomi dan penentuan sektor
strategis dapat dipergunakan model Input-Output (I-O) atau untuk skala
regional dengan metode Shift-Share Analysis (SSA), untuk mengetahui alokasi
investasi dengan pendapatan yang dihasilkan dapat didekati dengan
analisa Incremental Capital Output Ratio (ICOR), sedangkan untuk mengukur
spesialisasi relatif pada sektor/kegiatan tertentu di kawasan terencanakan
dapat didekati dengan analisa Location Quotient (LQ).

2. Metode Analisis Struktur Tata Ruang Kawasan


Analisis struktur tata ruang bertujuan untuk menemukenali permasalahan
pengembangan wilayah/kawasan yang memiliki dimensi ruang (space). Analisis
diarahkan sedemikian rupa sehingga mampu memberi gambaran secara
menyeluruh tentang keadaan (termasuk jenjang peringkat atau hierarki) pusat-
pusat pelayanan yang ada pada kawasan terencanakan, jangkauan pelayanannya,
serta hubungan atau interaksi antar pusat-pusat pelayanan tersebut. Terdapat
beberapa metode analisa yang dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya,
misalkan: untuk menemukenali daerah/lokasi strategis dapat didekati dengan
analisa sistem hubungan (linkages analysis), untuk menentukan daerah/pusat
permukiman yang kurang terlayani didekati dengan analisa pola
permukiman (settlement analysis), untuk menemukenali daerah terisolasi dapat
digunakan analisa aksesibilitas(accessibility analysis), danatau untuk
menggabungkan atau mensintesis hasil-hasil analisa tersebut dapat digunakan
analisa planimetris. Sedangkan untuk keperluan optimasi tata ruang dapat didekati
dengan salah satu metode analisis pemrograman linier (linear programming).

3. Metode Analisis Pola Pemanfaatan Ruang


Analisis pola pemanfaatan ruang meliputi di dalamnya evaluasi dan penilaian
kesesuaian pemanfaatan ruang berdasarkan aspek fisik, ekonomi, dan teknologi.
Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut.
a. Kesesuaian fisik, berhubungan dengan karakteristik fisik lahan yang
diharapkan sejalan dengan tuntutan aktivitas yang akan diletakkan pada lahan
tersebut. Macam metode analisis yang dipilih harus sesuai dengan rencana
peruntukan pada lahan di kawasan terencanakan, misalnya untuk kawasan
budidaya pertanian maka dapat dipilih metode analisa evaluasi Kemampuan
Lahan (land capability) dan Kesesuaian Lahan (land suitability), dan/atau untuk
kawasan industri harus termasuk pula kemampuan untuk menyediakan air
baku yang dapat didekati dengan analisa Imbangan/Neraca Air (water balance
analysis);
b. Kesesuaian ekonomi, dapat diukur dengan menganalisa keunggulan
berbanding(comparative advantage) yang dimiliki kawasan terencanakan
untuk mengembangkan suatu komoditas atau kegiatan ekonomi tertentu.
Salah satu metode analisa yang baik untuk maksud tersebut adalah metode
Biaya Sumberdaya Domestik/BSD (Domestic Resource Cost/DRC)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-72


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

4. Analisis Metode Biaya Sumberdaya Domestik/BSD


Menurut Soekartawi (1996), analisis biaya sumberdaya domestik atau dikenal
dengan istilah Domestic Resource Cost (DRC) dipakai untuk melihat apakah
komoditi pertanian dikembangkan melalui proyek tertentu tersebut mempunyai
keunggulan komparatif bila komoditi tersebut diimpor dari luar negeri.
BSD dinilai dengan perbandingan konsep keunggulan sosial bersih (Net Social
Profitabilitas) yaitu penerimaan dan pendapatan serta kerugian bersih dari suatu
aktivitas ekonomi dinilai berdasarkan harga bayangan sehingga efek distorsi pasar
dan eksternalitas lainnya dapat diminimumkan pengaruhnya.
Dalam analisis BSD ini diperlukan asumsi-asumsi, yaitu :
a. Output harus bersifat tradeable
b. Biaya produksi dari tambahan satu-satuan output ditentukan oleh hubungan
input output yang konstan dan harga relatif dari faktor-faktor produksi adalah
konstan
c. Harga bayangan input dan output dapat dihitung dan mewakili biaya imbangan
sosial sesungguhnya.
Dengan demikian justifikasi dari nilai BSD adalah bila nilai BSD ini semakin kecil
dari angka satu maka komoditi yang diusahakan tersebut mempunyai keunggulan
komparatif yang semakin tinggi.
Kaadariah (1999) menyatakan bahwa kriteria unit DRC bertitik tolak pada prinsip
efisien tidaknya suatu jenis barang dan jasa tradeable tergantung pada daya
saingnya di pasar dunia.

Keterangan :
BSD : Biaya sumberdaya domestik untuk kegiatan

Uj : Nilai total output dari kegiatan j pada nilai harga pasar (dalam nilai
tukar uang asing, US$)
mj dan : Nilaitotal input yang diimpor baik langsung maupun tidak langsung
rj pada kegiatan j (US$)
fsj : Jumlah faktor produksi (yang diproduksi dalam negeri) ke-s pasa ke
jk.
Vs : Harga bayangan pada faktor produksi yang diproduksi dalam negeri
(Rp)

5. Kesesuaian teknologi.
Terdapat kemungkinan pengembangan suatu komoditas pada kawasan
terencanakan memiliki tingkat prioritas yang tinggi dilihat dari sudut kesesuian fisik
dan ekonomi, tetapi hal ini belum mencerminkan bahwa komoditas tersebut layak
dikembangkan di kawasan tersebut. Oleh karena itu sebelum merekomendasikan
terlebih dahulu diperlukan analisa tingkat kesesuaian teknologi dari pengembangan
komoditas dan/atau kegiatan ekonomi tersebut.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-73


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.3.3 Identifikasi dan Pentahapan Program


Penyusunan tahapan pelaksanaan program merupakan tahap akhir dari
proses penyusunan rencana tata ruang kawasan/daerah. Untuk maksud tersebut
diperlukan beberapa langkah, meliputi: (a) Menemukenali potensi dan masalah yang
ada di kawasan terencanakan, (b) Menerjemahkan potensi dan masalah tersebut
menjadi programprogram indikatif, dan (c) Menyusun program indikatif yang berhasil
ditemukenali manjadi suatu daftar urutan prioritas yang akan menjadi dasar bagi
penyusunan tahapan pelaksanaan program. Metode yang digunakan pada masing-
masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
Cukup sulit untuk memilih metode identifikasi potensi dan masalah yang
handal dan sesuai, dikarenakan masing-masing metode punya keunggulan dan
kelemahan. Kevalitan hasil identifikasi lebih banyak dipengaruhi oleh keahlian dan
pengalaman dari seorang perencana (planner) sendiri. Salah satu metode identifikasi
yang sering dipilih dalam kegiatan ini adalah analisis pohon masalah (tree problem
analysis).
Untuk memudahkan proses identifikasi, potensi kawasan terencanakan dapat
dikelompokkan menjadi: potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan
potensi ruang. Sedangkan masalah yang dihadapi kawasan terencanakan dapat
dibedakan ke dalam topik bahasan seperti: kemiskinan, penggangguran,
keterisolasian, lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau
disesuaikan dengan isu-isu pokok pengembangan kawasan tersebut.
1. Analisis Pohon Masalah
Sebuah "Pohon Masalah" memberikan gambaran tentang penyebab dan efek
untuk masalah yang diidentifikasi. Idenya adalah untuk membantu memastikan
bahwa desain proyek mempertimbangkan konteks masalah secara menyeluruh.
Langkah langkahnya adalah identifikasi masalah inti, dan kemudian bekerja sama
dalam kelompok untuk membahas penyebab langsung dan sekunder, bersama
dengan efeknya. Pohon masalah dapat membantu pemangku kepentingan
memahami dan memvisualisasikan kompleksitas masalah dengan mengidentifikasi
beberapa penyebab. Hal ini juga dapat membantu untuk mengungkapkan garis
intervensi dan faktor-faktor lain yang mungkin perlu ditangani dengan proyek-
proyek yang saling melengkapi. Pohon masalah yang rampung akan memberikan
titik awal untuk mendefinisikan garis besar solusi yang mungkin melalui
penggunaan "Pohon Tujuan," termasuk kegiatan yang perlu dilakukan, tujuan atau
hasil proyek yang diinginkan.
Pedoman kunci untuk pohon masalah meliputi berikut ini:
a. Pohon masalah harus dilengkapi oleh semua pemangku kepentingan yang
hadir
b. Waktu yang diperlukan bervariasi dari beberapa jam hingga setengah hari atau
lebih tergantung pada kompleksitas masalah dan keragaman stakeholder.
Juga ingat bahwa pohon masalah adalah "dokumen hidup" dalam hal
kemungkinan akan direvisi dari waktu ke waktu ketika ada tambahan informasi
lebih lanjut dan lebih banyak pemangku kepentingan yang terlibat.
Ada beberapa langkah dalam mengembangkan pohon masalah. Hal ini dapat (dan
mungkin harus) diulang atau "diverifikasi / dikonfirmasi" di pertemuan berikutnya
untuk memastikan kekokohan analisis dan kesimpulan yang dicapai.
a. Langkah pertama dari penyusunan pohon masalah adalah menetapkan
masalah inti. Sebagaimana dicatat sebelumnya, ini melibatkan semua

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-74


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

pemangku kepentingan. Masalah inti adalah pernyataan tujuan sederhana dari


proses fisik yang menyebabkan kesulitan. Dalam contoh kasus, ada dua
masalah utama
b. Langkah kedua adalah untuk mengidentifikasi penyebab langsung dan efek
langsung. Apa penyebab yang jelas dari masalah tersebut, dan apa efek yang
jelas masalah tersebut?
c. Langkah ketiga adalah untuk mengidentifikasi penyebab tidak langsung atau
"pemicu". Ini adalah skala yang lebih luas (spasial dan temporal) proses yang
mendorong penyebab yang lebih langsung. Dalam mengembangkan pohon
masalah Anda, Anda dapat menambahkan beberapa lapisan penyebab
sekunder, tergantung pada kompleksitas masalah, dan bagaimana ambisius
perencanaan proyek Anda.

2. Metode identifikasi program


Berlandaskan pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan
dan pengelolaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal
mungkin, maka hasil identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan
sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program
indikatif, untuk pendayagunaan potensi tersebut serta untuk penanggulangan
masalah-masalah yang ditemui pada kawasan terencanakan.
Pendekatan yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan
kesempatan, dan sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai
ancaman. Oleh karena itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang
ditemukenali pada tahap analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman,
maka metode SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi program-program
indikatif.
Metode SWOT bertumpu pada evaluasi faktor-
faktor Strength(kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (kesempatan),
dan Threathening(ancaman) yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan
mengetahui kesempatan dan ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan
dengan arah pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya, dapat
ditemukenali programprogram indikatif dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk
mendayagunakan kesempatan (= potensi sumberdaya) dan/ atau menanggulangi
ancaman (= masalah-masalah) yang ditemui, dengan tetap memperhatikan
kekuatan dan kelemahan yang ada pada wilayah terencanakan.
3. Analisis SWOT
Analisa perumusan permasalahan dan tantangan dilakukan dengan metode
analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisa yang
digunakan dalam menginterpretasikan suatu wilayah, khususnya pada kondisi
yang sangat kompleks dimana faktor eksternal dan faktor internal memegang
peranan yang sama pentingnya. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui potensi
dan masalah yang ada pada suatu wilayah dalam pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dan bagaimana masalah-
masalah tersebut dapat terselesaikan dengan potensi yang ada. SWOT secara
harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep kata:
 S (Strenght)
Diartikan kekuatan, merupakan suatu keadaan atau kondisi yang ada dan
dimiliki yang dianggap hal yang sudah baik.
 W (Weakness)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-75


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Diartikan kelemahan atau masalah, merupakan suatu keadaan atau


kondisi yang dianggap memiliki kelemahan atau masalah.
 O (Opportunity)
Diartikan kesempatan atau peluang, merupakan suatu keadaan atau
kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah
yang dianggap berpeluang untuk digunakan bagi pengembangan potensi.
 T (Threat)
Diartikan ancaman atau hambatan, merupakan suatu kondisi atau keadaan
yang ada atau akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap
dapat menghambat atau mengancam pengembangan potensi.
Keempat variabel di atas dibagi menjadi dua variabel yaitu eksternal audit dan
internal audit. Eksternal audit adalah variabel di masa depan yang tidak dapat
dikendalikan, yang termasuk didalamnya adalah opportunity dan threat. Sedangkan
untuk variabel internal audit yaitu variabel yang orientasinya masa kini dan bersifat
dapat dikendalikan, yang termasuk didalamnya adalah strength atau kekuatan dan
weakness atau kelemahan.
SWOT juga digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan
efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan
SWOT, tujuan tidak akan terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Dengan analisa
SWOT ini dapat diketahui apa saja potensi atau kekuatan yang dimiliki, kelemahan-
kelemahan yang ada, kesempatan terbuka yang dapat diraih dan juga ancaman
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Kekuatan dan kesempatan
terbuka sebagai faktor positif dan kelemahan serta ancaman sebagai faktor negatif.
Dengan demikian, maka akan diperoleh semacam strategi inti atau core strategy
yang prinsipnya merupakan:
 Strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara
terbuka
 Strategi untuk mengatasi ancaman yang ada
 Strategi untuk memperbaiki kelemahan yang ada
Dalam memanfaatkan SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang
didasarkan dari kombinasi masing-masing aspek sebagai berikut:
 SO (Strenght - Opportunity)
Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang (O).
 ST (Strenght - Threat)
Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau
menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman
sebagai peluang.
 WO (Weakness - Opportunity)
Meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O)
 WT (Weakness - Threat)
Meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik dari
ancaman (T).
Matriks yang mengkombinasikan unsur-unsur SWOT tersebut dibuat dengan tujuan
untuk mendapatkan masukan-masukan dalam pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman berupa potensi yang dimanfaatkan untuk
menyelesaikan masalah sekarang atau masa depan baik variabel yang dapat
dikendalikan atau tidak. Analisa SWOT dapat lihat pada tabel berikut:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-76


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Internal Audit

S t r e n g t h s Weaknesses

Opportunie
Environment
SO WO
External

ST WT
Treat h s

Sumber: Nugroho, 2002


Gambar 5.19. Contoh Matriks Analisis SWOT
Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi, antara lain:
 Strategi SO, yang digunakan untuk memperkuat potensi untuk memperoleh
peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal.
 Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dan lingkungan eksternal.
 Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang akan terjadi dari
lingkungan eksternal.
 Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat diri dalam usaha untuk
memperkecil kelemahan internal dan mengurangi tantangan eksternal.
4. Metode penentuan urutan prioritas pelaksanaan program
Program-program yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran
program terhadap tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan
mempertimbangkan pula: kemampuan daerah untuk membiayai, kemampuan/daya
serap daerah untuk melaksanakan pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik
program itu sendiri yang biasanya bersifat sekuensial (suatu program biasanya
harus didahului atau diikuti oleh program lainnya). Metode yang dapat diterapkan
untuk maksud tersebut metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan
pada perencanaan pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives
planning dan terkadang tidak sejalan.Dengan penerapan metode analisa ini,
benturan antar tujuan pembangunan dapat dikawinkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengorbankan salah satu diantara tujuan-tujuan pembangunan yang tidak
sejalan tersebut.

5.3.4 Metode Anaisis Penyusunan Peraturan Zonasi (PZ)


PZ disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya maupun zona
lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya yang ditetapkan dalam rencana rinci

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-77


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

tata ruang dan bersifat mengikat/regulatory. Dalam sistem regulatory, seluruh


kawasan perkotaan terbagi habis ke dalam zona peruntukan ruang yang
tergambarkan dalam peta rencana pola ruang. Pada setiap zona peruntukan akan
berlaku satu aturan dasar tertentu yang mengatur perpetakan, kegiatan, intensitas
ruang dan tata bangunan.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RDTR Peraturan zonasi dan berfungsi sebagai:
1. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
2. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air
right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;
3. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
4. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
5. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk:
1. menjamin dan menjaga kualitas ruang BWP minimal yang ditetapkan;
2. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
3. meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Peraturan zonasi memuat aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi. Aturan
dasar merupakan persyaratan pemanfaatan ruang meliputi, ketentuan kegiatan
dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan khusus, dan
standar teknis, dan/atau ketentuan pelaksanaan. Teknik pengaturan zonasi adalah
ketentuan lain dari zonasi konvensional yang dikembangkan untuk memberikan
fleksibilitas dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi
berbagai permasalahan dalam penerapan peraturan zonasi dasar,
mempertimbangkan kondisi kontekstual kawasan dan arah penataan ruang.
Teknik pengaturan zonasi dapat berupa:
1. transfer development right;
2. bonus zoning; dan
3. conditional uses.

5.3.4.1 Aturan Dasar (Materi Wajib)


1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan
dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan
yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat
tertentu, dan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada zona
lindung maupun zona budi daya.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan
maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam
peraturan bangunan setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-78


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Ketentuan teknis zonasi terdiri atas:


a. Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki
sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Pemerintah
kabupaten/kota tidak dapat melakukan peninjauan atau pembahasan atau
tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam
klasifikasi I.
b. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan
penggunaan lahan dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan
jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;
2) pembatasan luas, baik dalam bentuk pembatasan luas maksimum
suatu kegiatan di dalam subzona maupun di dalam persil, dengan tujuan
untuk tidak mengurangi dominansi pemanfaatan ruang di sekitarnya; dan
3) pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan
telah ada mampu melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan,
maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan atau diizinkan terbatas
dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.
Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis
telah cukup jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah
termasuk dalam klasifikasi T.
c. Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas
suatu kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu yang dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus, dapat
dipenuhi dalam bentuk inovasi atau rekayasa teknologi. Persyaratan dimaksud
diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak
yang besar bagi lingkungan sekitarnya.
Contoh persyaratan umum antara lain:
1) dokumen AMDAL;
2) dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
3) Pemantauan Lingkungan (UPL);
4) dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); dan
5) pengenaan disinsentif misalnya biaya dampak pembangunan
(development impact fee).
Contoh persyaratan khusus misalnya diwajibkan menyediakan tempat parkir,
menambah luas RTH, dan memperlebar pedestrian.
d. Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki
sifat tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat
menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X tidak
boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.
Penentuan I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu
zonasi didasarkan pada:
1) Pertimbangan Umum

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-79


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara


lain kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW
kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budi
daya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan
pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah
tanah), perbedaan sifat kegiatan bersangkutan terhadap fungsi zona
terkait, definisi zona, kualitas lokal minimum, toleransi terhadap
tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang ditetapkan
(misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan kapasitas jalan/lalu-
lintas, kebisingan, polusi limbah, dan restriksi sosial), serta
kesesuaian dengan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
2) PertimbanganKhusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna
lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun. Pertimbangan
khusus dapat disusun berdasarkan rujukan mengenai ketentuan atau
standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, rujukan mengenai
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan rujukan mengenai
ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang
dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus
dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait yang
antara lain meliputi :
a) proseduradministrasiyangharusdiikuti;
b) kajiankelayakanlingkunganyang harusdipenuhi;
c) prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakanuntuk
menunjangjegiatantersebut;
d) pembatasanyangharusdiberlakukan,terkait:
(i) luas fisik pemanfaatan ruang;
(ii) kajian dengan kegiatan lain di sekitar
(iii) jumlah tenaga kerja;
(iv) waktu operasional;
(v) masa usaha;
(vi) arahan lokasi spesifik;
(vii) jumlah kegiatan serupa;
(viii) pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
(ix) penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur dan
tidak menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
e) persyaratan terkait estetika lingkungan; dan
f) persyaratan lain yag perlu ditambahkan.
Contoh penulisan pengaturan zonasi beserta matriks ITBX dapat
dilihat pada Lampiran II.1 dan Lampiran II.2.
2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona
terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui Koefisien
Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah
Hijau (KDH) baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai
intensitas pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona, yang meliputi:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-80


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

KDB adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung
dengan luas persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase,
dan jenis penggunaan lahan. KDB maksimum dinyatakan dalam satuan
persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDB 60%, maka properti yang
dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari luas lahan.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Minimum dan Maksimum
KLB adalah koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas persil/kavling.
KLB minimum dan maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan
prasarana, dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta
ekonomi, sosial dan pembiayaan.
c. Koefisien Dasar Hijau Minimal
KDH adalah angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang
terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling. KDH minimal digunakan
untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada suatu zona.
KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau
peresapan air dan kapasitas drainase. KDH minimal dinyatakan dinyatakan
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDH 20%.
Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan
ruang, antara lain meliputi:
a. Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum
KTB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KDH minimal. KTB
adalah angka prosentasi luas tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi
dinding terluar bangunan dibawah permukaan tanah terhadap luas perpetakan
atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai RTRW, RDTR dan PZ.
b. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum
KWT adalah perbandingan antara luas wilayah terbangun dengan luas
seluruh wilayah. KWT ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) Tingkat pengisian peresapan air/water recharge;
2) Jenis penggunaan lahan; dan
3) Kebutuhan akan buffer zone.
c. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan bangunan atau unit maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi,
sampah, cahaya matahari, aliran udara, dan ruang antar bangunan), faktor
sosial (ruang terbuka privat, privasi, serta perlindungan dan jarak tempuh
terhadap fasilitas lingkungan), faktor teknis (resiko kebakaran dan
keterbatasan lahan untuk bangunan atau rumah), dan faktor ekonomi (biaya
lahan, ketersediaan, dan ongkos penyediaan pelayanan dasar).
d. Kepadatan Penduduk Maksimal
Untuk menentukan intensitas pemanfaatan ruang pada suatu zona diperlukan
analisis proyeksi penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dan ditetapkan berdasarkan rekomendasi/pendapat teknis
para ahli terkait.
Perumusan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dilakukan berdasarkan
pada:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-81


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

a. ketentuan kegiatan dalam zona; dan


b. peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung. Ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang mendetailkan lebih lanjut intensitas
pemanfaatan ruang yang diatur dalam ketentuan umum peraturan zonasi pada
RTRW kabupaten/kota, atau juga bisa berisi sama dengan intensitas
pemanfaatan ruang yang diatur dalam ketentuan umum peraturan zonasi
pada RTRW kabupaten/kota. Intensitas pemanfaatan ruang yang terdapat
dalam ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dapat didetailkan kembali
lebih lanjut dalam RTBL.
3. Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuantatabangunanadalahketentuanyang mengaturbentuk, besaran,peletakan,
dantampilanbangunanpadasuatuzonauntuk menjaga
keselamatandankeamananbangunan.Komponen
ketentuantatabangunanminimalterdiriatas:
a. Ketinggianbangunan(TB) maksimum
Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang
diizinkan pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimumpuncak atap
bangunanterhadap (permukaan) tanahyangdinyatakandalamsatuanmeter.
b. Garis sempadanbangunan(GSB)minimum
GSB adalahjarak minimum antaragarispagar terhadap dinding
bangunanterdepan.GSB ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan, danestetika.
c. Jarakbebasantarbangunanminimalyangharusmemenuhi ketentuantentang
jarakbebasyang ditentukanolehjenis peruntukandanketinggianbangunan.
d. Jarak bebas samping(JBS) danjarak bebasbelakang(JBB)
JBB adalahjarakminimum antaragarisbataspetakbelakang terhadapdinding
bangunanterbelakang.JarakBebas Samping (JBS)merupakanjarakminimum
antarabataspetaksamping terhadap dindingbangunan terdekat.
Selainitu, ketentuantatabangunandapatmemuattampilan bangunanyang
ditetapkandenganmempertimbangkanwarna bangunan,bahanbangunan, tekstur
bangunan,mukabangunan, gayabangunan, keindahanbangunan,
sertakeserasianbangunan denganlingkungansekitarnya.
Ketentuantatabangunanmendetailkanlebihlanjuttatabangunan yangdiaturdalam
ketentuanumum peraturanzonasipadaRTRW kabupaten/kota,
ataujugadapatberisisamadengantatabangunan yangdiaturdalam ketentuanumum
peraturanzonasipadaRTRW kabupaten/kota. Tata bangunan yang terdapat dalam
ketentuan tatabangunanruang dapatdidetailkan kembalilebihlanjutdalam RTBL.
4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
 Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimal mengatur jenis
prasarana dan sarana pendukung minimal apa saja yang harus ada
pada setiap zona peruntukan. Jenis prasarana dan sarana minimal
ditentukan berdasarkan sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona
peruntukannya. Sedangkan volume atau kapasitasnya ditentukan
berdasarkan pada perkiraan jumlah orang yang menghuni zona
peruntukan tersebut.
 Ketentuan prasarana dan sarana minimal berfungsi sebagai
kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan
yang nyaman melalui penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai agar
zona berfungsi secara optimal.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-82


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Ketentuan prasarana dan sarana minimum sekurangnya harus mengatur


jenis prasarana dan sarana pendukung untuk lima zona budidaya utama,
perumahan, komersial, PSU, industri dan zona hijau budidaya. Prasarana
dan sarana minimum pada Zona Lainnya diatur mengikuti aturan pada
kelima zona di atas.
 Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa
prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda,
bongkar muat, dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan
prasarana lainnya yang diperlukan.
 Ketentuan prasarana dan sarana minimal ditetapkan sesuai dengan
ketentuan mengenai prasarana dan sarana yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang.
5. Ketentuan Khusus
Ketentuankhususadalahketentuanyangmengatur pemanfaatan zonayang
memilikifungsikhususdandiberlakukanketentuan
khusussesuaidengankarakteristikzonadankegiatannya.Selain
itu,ketentuanpadazona-zona yang digambarkandipetakhusus yang memiliki
pertampalan (overlay) dengan zona lainnya dapat puladijelaskandisini.
Ketentuankhususmerupakanaturan tambahanyangditampalkan
(overlay)diatasaturandasarkarenaadanya hal-halkhusus yang
memerlukanaturantersendirikarenabelum diatur didalam aturan dasar.
Komponenketentuankhususantara lainmeliputi:
a. bandar udara, antara lain meliputi kawasan keselamatan operasi
penerbangannya (KKOP), batas kawasan kebisingan, dan kawasan di
sekitar bandar udara yang penting untuk diperhatikan;
b. cagar budaya atau adat;
c. rawan bencana;
d. tempat evakuasi bencana (TES dan TEA);
e. pertahanan keamanan (hankam);
f. pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan lain- lain);
g. kawasan berorientasi transit (TOD); dan
h. lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
Ketentuan mengenai penerapan aturan khusus pada zona-zona khusus di atas
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang.
Ketentuan khusus dapat menganulir aturan yang ada pada aturandasar sesuai
dengan tuntutan kekhususannya.
6. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan sarana dan prasarana
permukiman perkotaan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/standar/ ketentuan
teknis yang berlaku serta berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai
dengan kebutuhan. Standar teknis ini berfungsi sebagai panduan
pelaksanaan pembangunan dan sekaligus juga berfungsi sebagai instrumen
pemeriksaan dan pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang. Secara garis
besar, standar teknis pemanfaatan ruang meliputi:
a. standar kebutuhan utilitas, mengatur besarnya
kebutuhan/kapasitas utilitas (air bersih, persampahan, air limbah, drainase,
listrik, telpon, gas masak, tv kabel, dst) untuk setiap jenis peruntukan ruang;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-83


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

b. standar sarana pendukung (Fas. Peribadatan, Fas. Pendidikan, Fas.


Perdagangan, Fas. Sosial, Fas. Olahraga, Fas. Keamanan, RTH/Taman,
SPBU, SPBE, dst) yang sesuai dengan jumlah penduduk atau orang yang
harus dilayaninya;
c. standar prasarana pendukung (parkir, pedestrian, jalur sepeda, TPS, dsb)
yang sesuai dengan jumlah penduduk atau orang yang harus dilayaninya; dan
d. standar prasarana lain (media luar ruang) yang sesuai dengan desain estetika
lingkungan yang diinginkan.
Standar teknis yang digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti peraturan
perundang-undangan, termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI).
7. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penerapan peraturan daerah RDTR dan PZ yang terdiri atas:
a. Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of
development rights (TDR) dan air right development yang dapat diatur lebih
lanjut dalam RTBL.
b. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif yang merupakan ketentuan yang
memberikan insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta
yang memberikan disinsentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak negatif bagi
masyarakat. Insentif dapat berbentuk kemudahan perizinan, keringanan
pajak, kompensasi, imbalan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun,
dan ketentuan teknis lainnya. Sedangkan disinsentif dapat berbentuk antara
lain pengetatan persyaratan, pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi,
pengenaan denda, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, atau
kewajiban untuk penyediaan prasarana dan sarana kawasan.
c. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang yang izinnya
diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan zonasi, dan dapat dibuktikan
bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Aturan peralihan yang mengatur status pemanfaatan ruang yang berbeda
dengan fungsi ruang zona peruntukannya. Sesuai dengan UU No 26 Tahun
2007, untuk pemanfaatan ruang yang berbeda dapat diberikan tenggang
waktu selama 36 bulan untuk menyesuaikan terhadap fungsi zona
peruntukannya atau pindah ke zona yang sesuai. Untuk pemanfaatan ruang
tertentu yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan persetujuan “legal
non-conforming use” atau persetujuan “conditional use.”
5.3.4.2 Teknik Pengaturan Zonasi
Teknik pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dalam
penerapan peraturan zonasi dasar serta memberikan pilihan penanganan pada lokasi
tertentu sesuai dengan karakteristik, tujuan pengembangan, dan permasalahan yang
dihadapi pada zona tertentu, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan ruang
dapat dicapai secara lebih efektif.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-84


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Teknik pengaturan zonasi adalah aturan yang disediakan untuk


mengatasi kekakuan aturan dasar di dalam pelaksanaan pembangunan kota.
Penerapan teknik pengaturan zonasi tidak dapat dilakukan secara serta-merta,
melainkan harus direncanakan sejak awal mengenai teknik apa saja yang akan
diaplikasikan dan didukung oleh perangkat dan kelembagaan yang auditable. Teknik
pengaturan zonasi yang dikenal antara lain:
1. Transfer development right (TDR)
TDR adalah teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan pemilik tanah untuk
menjual haknya untuk membangun kepada pihak lain, sehingga si pembeli dapat
membangun propertinya dengan intensitas lebih tinggi. Umumnya, TDR digunakan
untuk melindungi penggunaan lahan pertanian atau penggunaan lahan hijau
lainnya dari konversi penggunaan lahan, dimana pemilik lahan pertanian/hijau
dapat mempertahankan kegiatan pertaniannya dan memperoleh uang sebagai
ganti rugi atas haknya untuk membangun.
2. Di Indonesia TDR tidak dapat digunakan untuk melindungi lahan pertanian ataupun
lahan hijau karena pada lahan pertanian dan lahan hijau budidaya sudah tidak
diperkenankan ada kegiatan lain (bangunan) dan intensitas pemanfaatan ruang
nol. TDR digunakan untuk menambah intensitas pemanfaatan ruang pada
kawasan terbangun dengan kriteria sebagai berikut:
a. hanya dapat diaplikasikan sebagai upaya terakhir setelah tidak ada lagi teknik
pengaturan zonasi lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas
pemanfaatan ruang;
b. diaplikasikan pada satu blok peruntukan yang sama. Bila diaplikasikan
pada zona yang sama namun antara blok peruntukan berbeda, harus didahului
dengan analisis daya dukung daya tampung terkait dengan perubahan
intensitas pemanfaatan ruang pada blok peruntukan yang menerima tambahan
intensitas ruang; dan
c. hanya dapat diaplikasikan pada zona komersial dan zona perkantoran.
Contoh :
Dalam hal penerapan LP2B di kawasan perkotaan. Misalnya sebidang sawah milik
Tuan A hendak dialihfungsikan untuk membangun rumah. Dikarenakan bidang
sawah tersebutmasuk dalam delineasi LP2B maka Tuan A tidak dapat
mengalihfungsikan sawah tersebut. Sebagai gantinya Pemerintah wajib
memberikan insentif bisa berupa lahan pengganti, keringanan PBB, dan insentif
lainnya sesuai dengan mekanisme pasar.
3. Bonus Zoning
Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin kepada
pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan
dasar, dengan imbalan (kompensasi) pengembang tersebut harus menyediakan
sarana publik tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan dsb. Penerapan
bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut:
a. diberikan pada pengembang yang belum atau tidak pernah menambah
intensitas pemanfaatan ruangnya;
b. hanya dapat diberlakukan pada zona komersial, zona perkantoran,
dan zona perumahan, khususnya untuk rumah susun; dan
c. harus didahului dengan analisis daya dukung daya tampung lingkungan untuk
mengetahui:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-85


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

1) penambahan intensitas pemanfaatan ruang pada blok peruntukan agar


masih dalam daya dukung lingkungannya;
2) dampak negatif yang mungkin ditimbulkan beserta besar kerugiannya; dan
3) kompensasi pembangunan sarana publik.
4. Kompensasi pembangunan sarana publik diutamakan untuk dilaksanakan
pada sub kawasan dimana bonus zoning diterapkan, namun dapat juga
dilaksanakan pada kawasan lainnya dengan persyaratan tertentu berdasarkan
keputusan Pemerintah Daerah.
Contoh:
Pembangunan Jalan Simpang Susun Semanggi yang didanai oleh kompensasi
dari perhitungan penambahan ketinggian bangunan beberapa gedung di sekitar
Simpang Semanggi.
5. Conditional Uses
Conditional uses adalah teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan suatu
pemanfaatan ruang yang dianggap penting atau diperlukan keberadaannya,
untuk dimasukkan ke dalam satu zona peruntukan tertentu sekalipun
karakteristiknya tidak memenuhi kriteria zona peruntukan tersebut. Pemerintah
daerah dapat menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat atau
Conditional Use Permit (CUP) setelah melalui pembahasan dan pertimbangan
TKPRD. CUP diberikan dengan kriteria:
a. Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin memiliki tingkat kepentingan
yang nyata bagi kepentingan orang banyak atau kawasan perkotaan secara
keseluruhan;
b. Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin tidak mengganggu fungsi ruang
di sekitarnya; dan
c. Pemberian izin harus melalui pertimbangan TKPRD.
Contoh :
Keberadaan mini market, bengkel dan salon di zona perumahan diperbolehkan
apabila aktivitas tersebut tidak menimbulkan gangguan yang signifikan.

5.3.4.3 Insentif dan Disinsentif


1. Pengenaan Pajak Yang Tinggi
a. Pengenaan pajak yang tinggi ini disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang;
b. Seberapa perubahan tersebut dapat ditoleransi oleh rencana tata ruang –
khsusnya bersesuaian dengan perauturan zonasi,
c. Dampak (fisik, sosial, ekonomi, termasuk transportasi dan lingkungan yang
mungkin muncul.
2. Pembatasan Penyediaan Infrastruktur, Pengenaan Kompensasi, Dan Penalti.
a. Pembatasan Penyediaan Infrastruktur.
Kawasan dengan peruntukan tertentu yang masih mungkin dilakukan
perubahan fungsi peruntukannya tetapi tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dapat dilakukan atau tetap diijinkan tetapi dengan melaksanakan
pembatasan infrastruktur sehingga kegiatan hanya ada dalam batasan tertentu
saja. Misalnya suatu area hutan digunakan untuk pariwisata dan penelitian –
pada dasarnya saling menunjang, akan tetapi kalau kegiatan tambahan
tersebut memerlukan perubahan fungsi lahan misalnya dengan akan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-86


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

mendirikan bangunan maka jumlahnya terbatas dan akses masuk harus


dibatasi.

b. Pengenaan Kompensasi
Bentuk pembangunan infrastruktur ---untuk kepentingan umum
Pengembangan industri pada lahan kosong yang pada lahan tersebut
direncanakan untuk kebun, pembuatan jalan dan balai pertemuan warga;

c. Penalti
Penalti pada dasarnya pengurangan kegiatan yang harus dilaksanakan karena
tidak sesuai dengan rencana tata ruang sampai pada tahap operasional. Salah
satu contoh pinalti adalah suatu kawasan telah ditetapkan untuk untuk
perumahan masyarakat berpendapatan menengah bawah, ternyata sebagian
dikembangkan untuk perumahan atas, maka dapat dilakukan pembatasan
pembangunan sekaligus disertai pengenaan denda.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-87


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

3. Penetapan Besaran Insentif Dan Disinsentif


Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah dapat diberikan INSENTIF dan/atau DISINSENTIF
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :
 Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urusan saham;
 Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
 Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
 Pemberian penghargaan kepada masyarakat , swasta dan/atau
pemerintah daerah.

5.3.4.4 Sistem Insentif


A. Insentif Fiscal, dalam bentuk
1. Keringanan Pajak
Dalam kondisi normal

OBJEK PAJAK LUAS (M2) KELAS PER M2 JUMLAH


Bumi 200 A20 500.000 100.000.000
Bangunan 150 A03 1.000.000 150.000.000
NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB: 250.000.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak): 5.000.000
NJOP Untuk Perhitungan PBB 245.000.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% X 245.000.000 49.000.000
Pajak Bumi Bangunan yang Terutang 0,5 % X 49.000.000 245.000
Pajak Bumi Bangunan yang Harus Dibayar (Rp)
Dua Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah 245.000

BANGUNAN TIDAK ADA PENYIMPANGAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN


KDB dan KLB rendah meningkatkan kualitas lingkungan melalui peningkatan
penyediaan RTH
Ketentuan:
 KDB = 60%, KLB = 1,8 dan TB = 1 – 3,
Kondisi :
 Luas bangunan : 75 m2, diijinkan 120 m2, atau = 62,5% maka termasuk
Insentif
 Tinggi bangunan : 2, diijinkan 1 – 3 maka sesuai
 KLB : 2 x 75 m2/120 m2 = 1, 25, diijinkan 2,4 maka sesuai

Bila digunakan penghitungan secara linier MAKA bangunan “berhak”


mendapat insentif atau pengurangan pajak dari komponen bangunan sebesar: 37,5%,
atau hanya membayar pajak bangunan sebesar 62,5% yakni Rp 93.750.000,-. Dengan
demikian secara keseluruhan pajak yang harus dibayar adalah:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-88


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

OBJEK PAJAK LUAS (M2) KELAS PER M2 JUMLAH


Bumi 200 A20 500.000 100.000.000
Bangunan 150 A03 1.000.000 93.750.000*
NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB: 193.750.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak): 5.000.000
NJOP Untuk Perhitungan PBB 188.750.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% X 188.750.000 37.750.000
Pajak Bumi Bangunan yang Terutang 0,5 % X 37.750.000 188.750
Pajak Bumi Bangunan yang Harus Dibayar (Rp)
Seratus delapanpuluh delapan ribu tujuratus limapuluh Rupiah 188.750

2. Penyusunan Perhitungan Dampak


Pada tahap ini dilakukan penyusunan analisa kecenderungan tingkat gangguan
akibat dampak perubahan pemanfaatan ruang pada setiap zonasi atau blok/sub blok
peruntukan dalam bentuk dampak ekonomi, dampak sosial, dampak lingkungan serta
dampak lalu lintas.
Proses penilaian/penetapan dampak pembangunan mempertimbangkan:
 Peraturan perundangan terkait yang berlaku.
 Fakta empiris bahwa kegiatan tersebut menimbulkan dampak merugikan dari
sisi ekonomi, sosial dan lingkungan.
Dampak pembangunan meliputi:
- Dampak ekonomi
- Dampak sosial
- Dampak Lingkungan
- Dampak Sosial
- Dampak Budaya
- Dampak lalu Lintas
3. Penyusunan Aturan Dampak Pemanfaatan Ruang (Dampak Pembangunan)
 Kategori gangguan; tingkat gangguan akibat dampak perubahan pemanfaatan
ruang terdiri paling sedikit terdiri dari:
1. intensitas gangguan tinggi
2. Intensitas gangguan sedang
3. Intensitas gangguan rendah
4. tidak ada gangguan (gangguan diabaikan)
 Kategori perubahan tingkat gangguan; berkaitan dengan perubahan
pemanfaatan ruang, terdapat tiga kemungkinan terhadap tingkat gangguan
yang ditimbulkan:
1. Menurunkan tingkat gangguan,
- Penurunan tinggi apabila perubahan mengakibatkantingkat
gangguan turun tiga tingkat ke kategori di bawahnya (misalnya
kategori semula adalah intensitas gangguan tinggi, berubah menjadi
kategori tidak memiliki gangguan;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-89


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

- Penurunan sedang apabila perubahan mengakibatkan tingkat


gangguan turun dua tingkat ke kategori di bawahnya;
- Penurunan rendah apabila perubahan mengakibatkan gangguan
turun satu tingkat ke kategori di bawahnya.
2. Tingkat gangguan tetap, apabila pemanfaatan ruangnya yang lama dan
baru dalam kategori yang sama.
3. Meningkatkan gangguan: peningkatan tingkat gangguan rendah,
sedang dan tinggi merupakan kebalikan dari penurunan tingkat
gangguan
 Dampak Ekonomi
Ketentuan teknis pemanfaatan ruang (termasuk ketentuan teknis perubahan
pemanfaatan ruang), harus memperhatikan kegiatan ekonomi sebagai berikut:
a. Harus mencerminkan pertumbuhan ekonomi kota, yang dapat dilihat melalui
pertumbuhan ekonomi aktornya (pendapatan masyarakat dan pemerintah
serta memberi manfaat pada masyarakat, pemerintah maupun swasta).
Semakin banyak aktor yang mendapatkan manfaat semakin baik pula
ketentuan yang dibuat untuk pemanfaatan ruang.
b. Antisipasi terhadap pertumbuhan ekonomi perkotaan yang cepat.
Pemanfaatan ruang maupun perubahannya diharapkan dapat ikut
mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi kota.
 Obyek dampak ekonomi
Dampak ekonomi dapat dilihat dari:
a. Dampak terhadap pendapatan masyarakat. Dampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dapat dilihat salah satunya melalui peningkatan
jumlah penyerapan tenaga kerja akibat suatu pemanfaatan ruang atau
perubahan pemanfaatan ruang.
b. Dampak terhadap keuangan pemerintah daerah (pendapatan asli daerah).
Perlu menjadi catatan bahwa pertumbuhan ekonomi kota dari sisi
pemerintah bukan dilihat dari semakin besarnya PAD yang diterima
melainkan pada semakin besarnya pelayanan publik yang diberikan.
c. Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi kota, yang dapat dilihat dari
pertumbuhan kegiatan ekonomi berkaitan dengan nilai ekonomis lahan.
 Dampak Sosial
Dampak sosial ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial. Pemanfaatan
ruang/lahan dan ketentuannya, diharapkan:
a. Tidak mengganggu ketertiban dan keamanan.
b. Tidak mengganggu derajat kesehatan.
 Rujukan dampak sosial
Rujukan yang dapat dijadikan acuan antara lain:
a. Undang-undang Gangguan (hinderoddonantie) stbl Tahun 1926 No. 226
yang diubah dan ditambah dengan Stbl Tahun 1940 No. 14 dan 450 yang
mengatur kegiatan usaha yang wajib memiliki Izin Undang-undang
Gangguan (gangguan ketertiban, kemanan dan kesehatan);
b. Permendagri No. 4 Tahun 1987 tentang Penertiban Pungutan-pungutan dan
Jangka Waktu Terhadap Pemberian Izin Undang-undang Gangguan.
c. Peraturan Daerah tentang Ijin Gangguan yang berlaku di masing-masing
daerah.
 Dampak Lingkungan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-90


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Pada dasarnya ketentuan pemanfaatan ruang dan perubahannya tidak


diperkenankan menurunkan kualitas lingkungan atau mengurangi keselarasan
dan keseimbangan lingkungan alam dengan lingkungan binaan. Beberapa
komponen yang dapat dilihat dari perubahan kualitas lingkungan adalah dari
komponen air, tanah, udara, dan sebagainya.
 Rujukan dampak lingkungan
Acuan yang dapat digunakan untuk melihat dampak lingkungan adalah
ketentuan yang mengatur kegiatan/rencana yang wajib melakukan analisa
dampak lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17
Tahun 2001 tentang Jenis Rencana yang harus disertai dengan Amdal.
 Dampak Budaya
Dampak budaya terkait dengan kegiatan yang berpengaruh pada aktivitas,
keberadaan benda atau peninggalan yang memiliki nilai-nilai budaya, adat-
istiadat dan sejarah. Dalam pemanfaatannya perlu tindakan yang bersifat
konservasi, preservasi bahkan proteksi guna kelestarian obyek budaya tersebut
(aktivitas dan benda cagar budaya).
 Dampak lalu Lintas
Dampak lalu lintas berkaitan dengan volume tarikan dan bangkitan yang
ditimbulkan oleh kegiatan/pemanfaatan ruang di suatu wilayah kota, serta
dampak lanjutan yang ditimbulkannya. Dampak tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem transportasi wilayah kota yang bersangkutan.
 Obyek perkiraan dampak lalu lintas
Obyek-obyek yang perlu diperhatikan dalam perkiraan dampak lalu lintas akibat
pemanfaatan ruang antara lain:
- Jalur sirkulasi jalan di sekitar pusat kegiatan/pemanfaatan ruang;
- Lahan parkir yang disediakan di kawasan tertentu;
- Ketentuan parkir on street dan off street;
- Tingkat kemacetan yang ditimbulkan oleh kegiatan dalam suatu
kawasan
- Fasilitas transportasi umum;
- Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan lalu lintas,
misalnya polusi udara, kebisingan, dan lain-lain;
- Sarana dan prasarana transportasi untuk pejalan kaki, pengendara
dan atau tuna daksa;
- Andal lalin (Analisa Dampak Lalu Lintas).
 Biaya Pengenaan Dampak
Seperti halnya biaya yang dikenakan pada perubahan penggunaan lahan,
maka biaya kegiatan di suatu kawasan. Penghitungan tarif/biaya perubahan
penggunaan lahan ditentukan berdasarkan:
a. Tingkat pelanggaran/ketidaksesuaian suatu pemanfaatan baru terhadap
rencana tata ruang kawasan (RDTR).
b. Rujukan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1996 tentang
Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan.

4. Peran Serta Masyarakat


Bentuk peran serta masyarakat dalam kaitannya dengan zoning regulation terbagi
atas, bentuk peran serta dalam pelaksanaan zonasi dan dalam pengendalian
pelaksanaan peraturan zonasi. Kegiatan-kegiatan yang terkait antara lain:
a. Bentuk peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-91


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

- Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan


pelaksanaan peraturan zonasi
- Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata
ruang dan program pembangunan termasuk pelaksanaan peraturan
zonasi.
- Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
peraturan zonasi.
- Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang dan/atau
- Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
b. Bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pelaksanaan
peraturan zonasi
- Bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pelaksanaan
peraturan zonasi
- Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala kota, kecamatan
dan kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan
pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud dan/atau
sumberdaya tanah, air, udara dan sumberdaya lainnya.
- Memberikan masukan/laporan tentang masalah yang berkaitan
dengan perubahan/penyimpangan pemanfaatan ruang dari
peraturan zonasi yang telah disepakati
- Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan
penertiban pemanfaatan ruang.

Gambar 5.20. Proses Peran Serta Masyarakat dalam Pengawasan Pelaksanaan


Peraturan Zonasi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-92


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 5.21. Proses Peran Serta Masyarakat dalam Penertiban Pelaksanaan


Peraturan Zonasi

5. Hak Masyarakat
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
- Mengetahui rencana tata ruang;
- menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
- memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;

- mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap


pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-93


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

- mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian


pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat berwenang; dan

- mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah


dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

6. Kewajiban Masyarakat
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
- menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-94


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

- memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari


pejabat yang berwenang;

- mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin


pemanfaatan ruang; dan

- memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan


perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

B. Penyusunan Aturan Administrasi Zonasi


Meliputi penyusunan:
- Peran kelembagaan pemerintah
- Prosedur pelaksanaan peraturan zonasi
- Prosedur perubahan pemanfaatan ruang
- Prosedur pemberian intensif dan disintensif
- Prosedur peran serta masyarakat
- Prosedur penilaian dan penetapan dampak pembangunan
- Penyusunan, pembahasan serta penyiapan konsep final rancangan
peraturan daerah yang menjadi dasar hukum peraturan zonasi.
C. Pengenaan Sanksi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-95


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Sanksi Pelanggaran
 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61, dikenai sanksi administratif, berupa:
- peringatan tertulis;
- penghentian sementara kegiatan;
- penghentian sementara pelayanan umum;
- penutupan lokasi;
- pencabutan izin;
- pembatalan izin;
- pembongkaran bangunan;
- pemulihan fungsi ruang; dan/atau
- denda administratif.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dengan peraturan pemerintah.
1. Ketentuan Pidana
PASAL 69
1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. … kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, ... pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
3. … mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
PASAL 70
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-96


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. … mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. … mengakibatkan kerugian harta benda atau kerusakan barang, pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
4. … mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 72
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 73
1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
Pasal 74
1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70,
Pasal 71, dan Pasal 72dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana
penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali
dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal
71, dan Pasal 72.
2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 75
1. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntut
ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
2. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-97


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-98


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-99


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-100


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PENERAPAN SANKSI
Penerapan sanksi pada dasarnya dilakukan atas pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
PENETAPAN BESARAN SANKSI SESUAI DENGAN TINGKAT PELANGGARAN
YANG DILAKUKAN
Variabel :
• Kesesuaian dalam penggunaan lahan (pada skala yang terbaca secara
operasional).
• Penetapan klasifikasi kesesuaian dengan peraturan zonasi yang telah
ditetapkan.
• Kesesuaian dalam penetapan intensitas bangunan (KDB, KLB, TB, KDH)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-101


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

• Kesesuaian dalam penyediaan kebutuhan tertentu (diantaranya adalah:


pelataran parkir dan ruang bagi PKL secara khusus bagi kawasan komersial
atau fasum-fasos)
• Kesesuaian dalam penetapan akses khususnya pada jalan depan kapling
(rumija, rumaja dan ruwasja)
• Kesesuaian dalam penyediaan utilitas sesuai kebutuhan kegiatan dan tipe
penggunaan lahan (diantaranya adalah: pembangkit listrik dan pengolah limbah
bagi industri, penyediaan hidran kebakaran, ruang evakuasi bencana dsb)
• Kajian terhadap dampak yang diakibatkan oleh adanya kegiatan, meliputi:
– dampak secara fisik
– dampak sosial
• Dampak ekonomi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-102


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Berikan penilaian dampak dari perubahan yang terjadi


• Penilaian Dampak Pembangunan Villa di Kawasan Lindung

No Elemen Dampak Positif Nilai Dampak Negatif Nilai


1 Fisik Bertambahnya infrastruktur + Berkurangnya lahan ---
hutan
2 Sosial Penyerapan tenaga kerja + Secara gradual terjadi -
perubahan gaya hidup
3 Ekonomi Pendapatan dari persewaan +++ Masyarakat sekitar lebih --
villa konsumtif
Peningkatan PBB
Munculnya kegiatan ikutan:
restoran
4 Lingkungan Penambahan varietas lokal + Berkurangnya resapan --------
pada villa air
Berkurangnya
keragaman hayati
Terancam punahnya
satwa tertentu
Meningkatnya aliran air
Rawan banjir di
lingkungan bawah

1. Tentukan besaran simpangan


2. Menetapkan besaran kesalahan dan jenisnya
3. Mencari solusi pemecahan masalah
Solusi dimaksud adalah pemecahan secara teknis dan administratif. Solusi
teknis dimaksud upaya minimalisasi dampak dengan contoh :

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-103


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

• Pengurangan hutan diminimalisir dengan penetapan KDB bangunan harus


rendah dan sisa lahan harus digunakan untuk tanaman tegakan tinggi tahunan
yang memiliki fungsi lindung
• Membongkar jalan aspal dalam hutan diganti paving blok sehingga sebagian
permukan masih mampu menyerap air
• Pada lahan yang terjal dilakukan terasering dan pengolahan tanah lain
sehingga kulalitas tanah semakin meningkat
• Pada kondisi yang parah mislanya dapat dibuktikan bahwa pembangunan villa
berlebih ternyata menyebabkan banjir rutin, maka pembongkaran merupakan
solusi yang tidak dapat dihindari.
Contoh Penyusunan Aplikasi Zoning Regulation Dalam Penataan Kawasan Pusat
Kota (Contoh Studi Kasus: SSWP Sidoarjo)
Bagian yang diatur: RDTRK, RTRK, RTBL
1. Penetapan jenis penggunaan lahan setiap blok/subblok untuk masing-masing
zona yang diikuti oleh jenis kegiatan yang diijinkan, digunakan dengan syarat
tertentu, penggunaan terbatas, sampai pada yang tidak diijinkan.
2. Penetapan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan pada suatu blok tertentu bisa
sangat detail untuk setiap kegiatan, seperti pompa bensin, salon, bengkel, dsb.
3. Zoning regulation memiliki kelengkapan aturan teknis terkait:
• Intensitas pemanfaatan ruang atau kepadatan pembangunan (KDB, KLB,
KDH, bangunan/Ha);
• Tata massa bangunan (tinggi bangunan, garis sempadan bangunan, jarak
antarbangunan, luas minimum persil, dll);
• Prasarana, ketentuan mnimum eksterior, serta standarstandarnya;
• Pengendalian (eksternalitas negatif , insentif dan disinsentif, perijinan,
pengawasan, penertiban).
• Adminstrasi (kelembagaan, prosedur, dan penetapan peraturan daerah)
• Menurut panduan penyusunan peraturan zonasi, pada dasarnya fungsi
Peraturan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-104


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-105


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Potensi bagi pengembangan SSWP Sidoarjo (contoh studi Kasus) antara lain :
1. SSWP Sidoarjo memiliki lahan yang masih luas yang berpotensi untuk
dikembangkan
2. Memiliki potensi pertanian yang cukup banyak
3. Meningkatnya investasi terutama di bidang industri dan perdagangan dan jasa
terutama di Kecamatan Krian
Sedangakan masalah pengembangan yang tedapat pada SSWP Sidoarjo adalah :
1. Adanya peristiwa luapan Lumpur Lapindo tersebut memberikan citra yang buruk
bagi investasi di Kabupaten Sidoarjo terutama properti.
2. Rusaknya sejumlah infrastruktur utama yang menghubungkan Kota Surabaya,
Sidoarjo dengan daerah lain akibat luapan Lumpur Lapindo.
3. Masih terpusatnya pembangunan kabupaten terutama di Sidoarjo bagian pusat,
sehingga kawasan barat belum optimal pemanfaatannya
4. Masih belum optimalnya pemenuhan sarana dan prasarana wilayah terutama di
wilayah pinggiran Kabupaten Sidoarjo.
Sehingga prospek bagi pengembangan SSWP Sidoarjo yang dipengaruhi oleh
struktur wilayah, pola ruang, adanya kawasan strategis, dan kawasan agro pertanian
dan pengembangan pemukiman.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-106


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-107


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-108


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.5 Metode Analisis Penyusunan KLHS


5.3.5.1 Diagram Alir Pelaksanaan Kajian
Agar tercapai hasil keluaran perencanaan sesuai dengan yang diharapkan
dalam Kerangka Acuan Kerja Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) maka
diperlukan rumusan metodologi. Metodologi tersebut selanjutnya akan dijabarkan
dalam rangkaian kegiatan-kegiatan teknis. Adapun metodologi tersebut perlu diawali
dan diperkuat dengan suatu pola pendekatan yang sistematis dan terarah.

Gambar 5.22. Diagram Alir Penyusunan KLHS

Gambar 5.23. Integrasi KLHS dan KRP

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-109


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.5.2 Kedudukan KLHS dalam Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan


KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan
keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program
[KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada
mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing rencana.
KLHS bisa menentukan substansi perencanaan, bisa memperkaya proses penyusunan
dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap
(komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran rencana, atau
kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi di atas. Penerapan KLHS dalam
penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan
lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui
pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif,
kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan
ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-
region”). Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang
bersifat instrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu membedakan
pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam produk
rencana, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural
maupun teknik dan metodologinya.

Gambar 5.24. Kedudukan KLHS dalam Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-110


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

5.3.5.3 Prosedur Penyusunan KLHS


Secara ringkas, prosedur penyusunan KLHS dapat diuraikan melalui
mekanisme penyusunan KLHS sesuai tahapan berikut ini:
1. Identifikasi rancangan KRP;
Hasil identifikasi rancangan KRP dikelompokkan sesuai prioritas sebagai berikut:
 Karakteristik wilayah;
 Potensi dampak;
 Isu strategis pembangunan.
 Hasil identifikasi rancangan KRP berupa daftar yang memuat hasil
identifikasi:
 Peningkatan/penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
 Peningkatan/penurunan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir
dan kekeringan;
 Peningkatan/penurunan kondisi ekonomi masyarakat;
 Peningkatan/penurunan risiko kesehatan/keselamatan
masyarakat;dan/atau
 Peningkatan/penurunan kualitas kearifan local.
2. Telaahan pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup;
Telaahan pengaruh KRP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, disusun dengan
memperhatikan:
 Pedoman dan/atau contoh praktek terbaik yang ada;
 Hasil penelitian dari institusi yang berkompeten; dan/atau
 Kesepakatan antar pakar yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Hasil telaahan pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup, berupa
kajian:
 Daya dukung dan daya tampung;
 Perkiraan dampak dan risiko;
 Tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
 Tingkat kerentanan dan adaptasi terhadap perubahan iklim; dan/atau
 Tingkat ketahanan keanekaragaman hayati.
3. Perumusan muatan KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup;
Alternatif muatan KRP dapat berupa:
 Perubahan tujuan atau target;
 Perubahan strategi pencapaian target;
 Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi kebijakan;
 Penyesuaian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan/atau
 Penundaan, perbaikan urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan;
 Hasil perumusan alternatif dijadikan dasar dalam menyusun rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan
4. Pengkajian terhadap Daya Tampung dan Daya Dukung Wilayah terhadap
perkembangan dan prediksi yang telah tersusun
5. Perumusan mitigasi dan rekomendasi penyempurnaan KRP yang
mempertimbangkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan berkelanjutan
perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP.
Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan didasarkan pada:
 Hasil perumusan alternatif penyempurnaan KRP;

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-111


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Adanya ketidakpastian ilmiah dari hasil telaahan KLHS;


 Pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
 Pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
 Rekomendasi perbaikan dapat berupa:
 Perbaikan;
 Penundaan; dan/atau
 Pembatalan.
6. Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Mandiri.

5.3.5.4 Aplikasi kajian cepat KLHS


Aplikasi kajian cepat KLHS meliputi:
1. Pelingkupan:
Identifikasi issu penting melalui rangkaian proses ilmiah/metodelogis dan review
terhadap Kebijakan, Rencana maupun Program yang telah dan sedang disusun.
2. Kajian dampak:
Melakukan analisis, perhitungan, simulasi dampak dan kecenderungannya untuk
melihat pengaruh lingkungan yang akan ditimbulkan apakah positif dan negative.
3. Pilihan alternative:
Menentukan pilihan alternative mitigasi berdasarkan efektifitas, minimalisasi
dampak negative, efektifitas biaya mitigasi dan nilai tambah (added value) lainnya
4. Rekomendasi:
Memberikan rekomendasi atas hasil kajian lingkungan hidup yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

5.3.5.5 Muatan KLHS


Sesuai dengan pasal 16 UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan bahwa KLHS memuat kajian atara lain:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
2. Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup;
3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem;
4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam;
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

5.3.5.6 Prosedur Generik KLHS


Dalam beberapa tahun terakhir ini aplikasi KLHS di berbagai belahan dunia
semakin menunjukkan bukti bahwa tidak ada satu cara atau pendekatan atau teknik
yang universal untuk aplikasi KLHS. KLHS dapat disusun melalui banyak cara.
Terlepas apakah KLHS tersebut pada aras kebijakan, sektoral, regional, atau
programatik, KLHS dapat mengadopsi multi-bentuk (form) – bahkan nama - serta
memberi penilaian atas keputusan strategik yang akan diambil. Menilik hal ini KLHS
dapat kita katakan merupakan family of tools. Sehingga KLHS yang dipandang
bermutu adalah yang dapat diadaptasikan dan disesuaikan (tailor-made) dengan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-112


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

konteks aplikasinya. Walau ada beragam prosedur, metode dan instrumen yang
digunakan dalam KLHS, namun ada beberapa pertanyaan generik yang senantiasa
harus ijawab di setiap jenis atau tipe aplikasi KLHS. Pertanyaan generik tersebut
adalah sebagai berikut (CEAA 2004 dalam Sadler 2005):
1. Apa manfaat (outcomes) langsung dan tidak langsung dari usulan kbijakan,
Rencana atau Program (KRP)?
2. Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat outcomes) KRP
dengan lingkungan hidup?
3. Apa lingkup dan karakter interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan
mengakibatkan timbulnya kerugian atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan
hidup?
4. Dapatkah efek atau pengaruh negatif terhadap lingkungan hidup diatasi atau
dimitigasi?
5. Bila seluruh upaya pengendalian atau mitigasi diintegrasikan ke dalam KRP, lantas
secara umum apakah masih timbul pengaruh atau efek dari rencana KRP tersebut
terhadap lingkungan hidup?
Pada Tabel berikut dipaparkan tiga macam prosedur KLHS yang saat ini
banyak diaplikasikan di dunia sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Tiga
macam prosedur tersebut merupakan opsi yang dapat dipilih sesuai permintaan para
pihak. Apabila para pihak menginginkan pendekatan Terpadu (Integrated Assessment,
kolom 3 Tabel prosedur), maka prosedur yang digunakan berbeda dengan KLHS yang
menggunakan kerangka dasar AMDAL (EIA Mainframe).
Dari tiga prosedur yang telah dibakukan sebagai protokol adalah prosedur
untuk KLHS berbasis AMDAL (EIA Maninframe). Protokol KLHS ini dibakukan oleh
United Nations Economic Commission for Europe (UNECE). Pada dasarnya protokol
ini tidak jauh berbeda dengan prosedur untuk KLHS yang digariskan oleh European
Community melalui SEA Directive (2001/42/EC): Assessment of the Effects of Certain
Plans and Programmes on the Environment.
Mengingat hingga saat ini belum ada kebijakan dan peraturan perundang-
undangan tentang KLHS di Indonesia berikut pedoman untuk prosedur KLHS;
disarankan digunakan prosedur (generik) KLHS yang sudah dibakukan oleh UNECE.
Tidak berarti bahwa semua jenis atau tipe KLHS yang akan diaplikasikan di Indonesia
harus menggunakan prosedur generik ini. Prosedur ini bersifat pilihan sehingga tidak
tertutup kemungkinan beberapa pihak berkeinginan menggunakan prosedur lain . Pada
paragrap berikut selanjutnya dijelaskan secara singkat tentang prosedur generik
dimaksud berikut dengan metode yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk aplikasi
KLHS.
Tabel 5.14. Prosedur KLHS menurut Pendekatan yang Digunakan
KLHS dengan kerangak KLHS sebagai penilaian Kajian Terpadu untuk Penilaian
Dasar AMDAL (UNECE, keberlanjutan lingkungan Keberlanjutan (European Commision,
2003) (CEAA, 2004) 2005)
Penapisan Penapisan awal 1. Identifikasi Masalah
Pelingkupan Analisis efek lingkungan 2. Tetapkan tujuan yang hendak dicapai
Dokumen Lingkungan Lingkup dan karakter efek 3. Kembangkan alternative atau pilihan
Hidup (KLHS potensial KRP untuk mencapai tujuan
Kebutuhan penanggulangan 4. Analisis damapak social, ekonomi,
Partisipasi Masyarakat
efek lingkungan hidup dari KRP
Lingkup dan karakter efek 5. Bandingkan manfaat dan kerugian dari
Konsultasi
residual setiap alternative yang ada
Pengambilan Keputusan Tindak lanjut termasuk 6.Paparkan bagaimana pemantauan dan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-113


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

KLHS dengan kerangak KLHS sebagai penilaian Kajian Terpadu untuk Penilaian
Dasar AMDAL (UNECE, keberlanjutan lingkungan Keberlanjutan (European Commision,
2003) (CEAA, 2004) 2005)
pemantauan efek evaluasi diimplementasikan
Pemantauan dan Tindak Kepedulian masyarakat dan
Lanjut para pihak
Sumber : Buku pegangan KLHS, 2007

5.3.5.7 Penapisan
Proses penapisan dilakukan karena berkaitan dengan wajib-tidaknya KLHS.
 Tanpa Proses Penapisan: berdasarkan pertimbangan strategik, KRP
tertentu otomatis wajib KLHS tanpa melalui proses penapisan (lihat
prosedur di atas).
 Melalui Proses Penapisan: suatu KRP ditetapkan wajib KLHS setelah
dilakukan proses penapisan.
Walaupun sampai dengan saat ini belum ada peraturan perundangan tentang
KLHS, proses penapisan atas wajib-tidaknya aplikasi KLHS (diusulkan) menggunakan
metode daftar uji (checklists). Daftar uji dimaksud terdiri atas lima pertanyaan kritis
sebagai beikut:
1. Apakah rancangan KRP berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan
sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan
yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau
2. Apakah rancangan KRP berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir,
longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis
ekologi? dan/atau
3. Apakah rancangan KRP berpotensi menurunkan mutu air dan udara termasuk
ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk
padat? dan/atau
4. Apakah rancangan KRP akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
golongan miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses? dan/atau
5. Apakah rancangan KRP berpotensi mengancam keberlanjutan penghidupan
(livelihood sustainability) suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di
masa mendatang? Bila salah satu jawaban dari lima pertanyaan di atas ”Ya”, maka
KRP bersangkutan tergolong wajib KLHS. Sebagai alat bantu pengambilan
keputusan juga dapat digunakan metode matrik, diagram pohon (tree diagram) dan
metode lain yang serupa. Proses penapisan ini dilakukan kasus demi kasus untuk
setiap usulan atau rancangan KRP.

5.3.5.8 Pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul
berkenaan dengan rencana KRP. Berkat adanya pelingkupan ini pokok bahasan
dokumen KLHS akan lebih difokuskan pada isu-isu atau konsekuensi lingkungan
dimaksud. Untuk mencapai maksud tersebut pelingkupan dilakukan melalui berbagai
metode. Dalam konteks KLHS, metode pelingkupan yang senantiasa harus digunakan
adalah penyelenggaraan seminar-diskusi, atau diskusi grup terfokus (focus grouop
discussions), workshop atau lokakarya yang pesertanya terdiri dari berbagai kalangan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-114


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota serta tokoh-tokoh yang terkait atau
berkepentingan dengan
KRP yang akan ditelaah. Adapun metode lain yang dapat digunakan dalam
proses pelingkupan antara lain adalah daftar uji (checklists), matrik interaksi, atau
bagan alir dampak lingkungan. Metode-metode ini bersifat sebagai penunjang atas
metode pertemuan dan diskusi yang telah diutarakan.

5.3.5.9 Dokumen KLHS


Walau belum terbit kebijakan dan peraturan teknis tentang KLHS namun
setelah mempelajari aplikasi KLHS yang sedang berlangsung saat ini beserta diskusi
dan seminar yang diadakan, dokumen KLHS pada dasarnya memuat tentang
identifikasi, deskripsi dan evaluasi terhadap konsekuensi atau pengaruh lingkungan
yang signifikan akan timbul sebagai akibat dari rencana KRP (dan alternatifnya).
Secara spesifik dokumen KLHS harus memuat dan memperhatikan hal-hal berikut
(Sadler 2005):
 Pengetahuan dan metode terkini yang digunakan dalam menilai
konsekuensi atau pengaruh lingkungan yang akan timbul,
 Aras rinci (level of detail) dan muatan yang terkandung dalam rancangan
KRP serta posisi KRP dimaksud dalam proses pengambilan keputusan,
 Kepentingan (interests) dari masyarakat
 Informasi yang dibutuhkan oleh institusi pengambil keputusan. Tergantung
pada kesepakatan atas lingkup kajian (hasil pelingkupan) dan standar atau
ketentuan yang harus dipenuhi, KLHS dapat memuat ulasan atau bahasan
yang bersifat ringkas atau – sebaliknya – memuat analisis yang lebih
dalam sehingga dokumen KLHS cukup
Bilamana dilakukan pengumpulan dan analisis data yang lebih dalam, maka
hal-hal yang patut diperhatikan adalah:
a. Relevansi data dan informasi yang dianalisis dengan dengan karakter draft
KRP yang ditelaah. Sebagai misal, untuk KLHS yang berdimensi spasial (misal
KLHS untuk RTRW Kabupaten) dibutuhkan data dan analisis yang lebih
cermat untuk wilayah-wilayah yang telah mengalami kerusakan sumber daya
alam yang tinggi (misal kawasan lindung, habitat satwa liar). Untuk KLHS
sektoral, sebagai contoh, dibutuhkan data dan analisis yang relevan dengan
masalah-masalah lingkungan yang akan timbul (misal untuk KLHS Sektor
Perhubungan dan Energi dibutuhkan data emisi dan ambien mutu udara).
b. Analisis konsekuensi atau pengaruh lingkungan yang akan timbul. Bagian ni
boleh dikatakan merupakan jantung analisis dari KLHS. Kini telah tersedia
beragam pilihan metode untuk analisis dan prediksi konsekuensi lingkungan,
baik berupa model-model deskriptif internal, model black-box empiris (statistik),
model matematik dan simulasi, hingga model-model skenario kebijakan dan
analisis kualitatif. Dalam banyak kasus analisis kualitatif juga dipandang cukup
memadai untuk digunakan.
c. Identifikasi upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif yang akan timbul. Ada dua hal penting yang
harus masuk dalam telaahan KLHS. Pertama, upaya mencegah dampak
negatif dan meningkatkan dampak positif harus menjadi bagian yang integral
dari KRP. Prinsip kehati-hatian (Precautinary Principles) harus menjadi

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-115


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

panduan bagi formulasi KRP bila KRP dimaksud berpotensi membangkitkan


resiko lingkungan yang tinggi. Kedua, hierarki pengelolaan lingkungan
(pencegahan, pengurangan, dan pengendalian limbah) sejauh mungkin
diaplikasikan secara penuh untuk mengatasi dampak yang bersifat negatif.
Sebab pada KLHS aras Kebijakan sering dijumpai konflik kepentingan antar
kebijakan yang kemudian berujung diutamakannya kepentingan ekonomi dan
tidak diprioritaskannya kepentingan lingkungan hidup. Satu hal yang juga
harus diindahkan adalah mutu dokumen KLHS yang dihasilkan. Standar mutu
KLHS yang diterbitkan oleh IAIA, dapat digunakan sebagai dasar rujukan.

5.3.5.10 Penetapan usulan, alternatif dan rekomendasi KRP


Pada dasarnya, proses ini juga membutuhkan pendekatan keterlibatan atau
partisipasi masyarakat, namun demikian, jika ditinjau dari proses penyusunan RTRW
yang tengah berjalan, maka penjaringan aspirasi masyarakat yang pernah dilakukan
sebelumnya dapat menjadi masukan atau pedoman untuk kemudian dipilah dan
dikelompokkan kepada bidang-bidang yag terkait dengan kajian KLHS.
Pengambilan Keputusan Kebijakan, rencana atau program yang akan
diputuskan harus mempertimbangkan:
 Kesimpulan-kesimpulan pokok yang termuat dalam KLHS,
 Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang termuat dalam
KLHS,
 Pandangan dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
lingkungan hidup (KLH, Bapedalda, Biro SDA atau yang setaraf), dan
kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/ Kota;
 Aspirasi serta pandangan dari berbagai lapisan dan golongan masyarakat
yang berkepentingan, termasuk disini kalangan LSM.

5.3.5.11 Pemantauan dan Tindak Lanjut


Pemantauan yang dimaksud disini adalah pemantauan terhadap konsekuensi
atau dampak dari implementasi KRP terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan
aspek-aspek penting sosial ekonomi masyarakat yang terkait. Sebagai misal,
pemantauan implementasi RTRW suatu kabupaten (yang telah diaplikasi KLHS) lebih
mudah dilakukan ketimbang pemantauan implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.

5.3.5.12 Penetapan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup


Dalam mengukur daya dukung lingkungan permukiman, dalam kajian ini
digunakan pendekatan menurut Permen LH No 17. Tahun 2009, yaitu kapasitas
penyedia dan kapasitas tampung limbah. Kapasitas tampung limbah menggunakan
pengertian daya tampung limbah menurut Khanna (1999) dalam Muta’ali (2012).
Secara lengkap pendekatan yang digunakan dapat dilihat pada diagram pendekatan
daya dukung.
Pendekatan yang digunakan dalam mengukur daya dukung lingkungan yaitu:
kemampuan lahan, daya dukung lahan, daya dukung ketersediaan air, daya tampung
air limbah serta daya tampung sampah. Pendekatan daya dukung lingkungan ini

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-116


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

didasarkan pada pengertian daya dukung menurut Soerjani, dimana kehidupan


populasi didukung oleh sumber daya dan sarana. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun
2011 tentang permukiman, permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang permukiman, sehingga dalam kajian daya dukung ini mencakup pada
kapasitas penyedia (sumber daya alam) dan kapasitas tampung limbah (prasarana
permukiman).

5.3.5.13 Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan


Dalam analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan teknik overlay peta
kemampuan lahan dengan peta guna lahan eksisting. Dalam kaitannya dengan
penelitian ini, analisis kesesuaian lahan akan memberikan hasil berupa lahan-lahan
yang sesuai untuk dibangun permukiman. Dari luasan lahan yang dibangun
permukiman ini akan diidentifikasi mengenai daya dukung lahan dengan asumsi
penggunaan lahan 100 m2 untuk tiap KK (1 keluarga 5 jiwa) (Permen PU No. 20 Tahun
2007).
Dalam Permen LH No 17. Tahun 2009 dijelaskan bahwa kemampuan lahan
adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan
kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu
hamparan lahan.
1. Klasifikasi Kemampuan Lahan Kedalam Tingkat Kelas
Kemampuan lahan dalam tingkat kelas lahan diklasifikasikan ke dalam 8 (delapan)
kelas, yang ditandai dengan huruf romawi I sampai dengan VIII. Dua kelas pertama
(kelas I dan kelas II) merupakan lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian
dan 2 (dua) kelas terakhir (kelas VII dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus
dilindungi atau untuk fungsi konservasi. Kelas III sampai dengan kelas VI dapat
dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya. Secara rinci mengenai
klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan tingkat kelas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.15. Klasifikasi kemampuan lahan dalam tingkat kelas
Kelas Kriteria Penggunaan
I Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan Pertanian:
yang membatasi Tanaman pertanian semusim.
penggunaannya.Sesuai untuk berbagai Tanaman rumput.
penggunaan,terutama pertanian. Hutan dan cagar alam.
Karakteristik lahannya antar lain:
topografi hampir datar - datar, ancaman erosi
kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik,
mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur,
tidak terancam banjir.
II Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman - Pertanian:
ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan Tanaman semusim.
penggunaannya atau memerlukan tindakan Tanaman rumput.
konservasi yang sedang. Padang penggembalaan.
Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan Hutan produksi.
konservasi untuk mencegah kerusakan. Hutan lindung.
Cagar alam
III Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang Pertanian:
mengurangi pilihan penggunaan lahan dan Tanaman semusim.
memerlukan tindakan konservasi khusus dan Tanaman yang memerlukan
keduanya. pengolahan tanah.
Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan Tanaman rumput.
jika dipergunakan untuk tanama perlu pengelolaan Padan rumput.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-117


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Kelas Kriteria Penggunaan


tanah dan tindakan konservasi lebih sulit Hutan produksi.
diterapkan. Hutan lindung
Hambatan pada angka membatasi lama cagar alam.
penggunaan bagi tanaman semusim, waktu Non-pertanian
pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi dari
pembatas tersebut.
IV Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih Pertanian:
besar dari kelas III, dan pilihan tanaman juga Tanaman semusim dan
terbatas. tanaman pertanian pada
Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman umumnya.
semusim, tindakan konservasi lebih sulit Tanaman rumput.
diterapkan Hutan produksi.
Padang penggembalaan.
Hutan lindung dan suaka
alam.
Non-pertanian.
V Tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan Pertanian:
lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga Tanaman rumput.
membatasi pilihan penggunaannya. Padang penggembalaan.
Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan Hutan produksi.
macam penggunaan dan tanaman. Hutan lindung dan suaka
Terletak pada topografi hampir datar tetapi sering alam.
terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang Non-pertanian
sesuai
VI Mempunyai faktor penghambat yang Pertanian:
menyebabkan penggunaan tanah sangat terbatas Tanaman rumput.
karena mempunyai ancaman kerusakan yang Padang penggembalaan.
tidak dapat dihilangkan. Hutan produksi.
Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jik Hutan lindung dan cagar
dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan alam.
produksi harus dikelola dengan baik untuk Non-pertanian.
menghindari erosi.
VII Mempunyai faktor penghambat dan ancaman Padang rumput.
berat yang tidak dapat dihilangkan, karena itu Hutan produksi
pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika
digunakan untuk padang rumput atau hutan
produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang
berat.
VIII Sebaiknya dibiarkan secara alami. Hutan lindung.
Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak Rekreasi alam.
mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga Cagar alam.
perlu dilindungi.

2. Klasifikasi Kemampuan Lahan Kedalam Sub Kelas


Kemampuan lahan kategori kelas dapat dibagi ke dalam kategori subkelas yang
didasarkan pada jenis faktor penghambat atau ancaman dalam penggunaannya.
Kategori subkelas hanya berlaku untuk kelas II sampai dengan kelas VIII karena
lahan kelas I tidak mempunyai faktor penghambat. Kelas kemampuan lahan seperti
tersebut di atas (kelas II sampai dengan kelas VIII) dapat dirinci ke dalam subkelas
berdasarkan empat faktor penghambat (Permen LH No. 17 Tahun 2009), yaitu :
 Kemiringan lereng (t)
 Penghambat terhadap perakaran tanaman (s)
 Tingkat erosi/bahaya erosi (e)
 Genangan air (w)

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-118


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Cara penamaan kelas dan subkelas dilakukan dengan menuliskan faktor


penghambat di belakang angka kelas, contoh: lahan kelas III dengan faktor
penghambat kelerengan (t).
3. Klasifikasi Kemampuan Lahan Dalam Unit Pengelola
Berdasarkan Permen LH No 17. Tahun 2009, Kategori subkelas dibagi ke dalam
kategori unit pengelolaan yang didasarkan pada intensitas faktor penghambat
dalam kategori subkelas. Tingkat unit pengelolaan lahan diberi simbol dengan
menambahkan angka di belakang simbol subkelas. Angka ini menunjukkan
besarnya tingkat faktor penghambat yang ditunjukkan dalam subkelas, misalnya
IIw1, IIIe3, IVs3, dan sebagainya. Klasifikasi unit pengelola yaitu:
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima kelompok sebagai berikut:
 t1 = halus: liat, liat berdebu.
 t2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu,lempung berliat,
lempung liat berpasir.
 t3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung.
 t4 = agak kasar: lempung berpasir.
 t5 = kasar: pasir berlempung, pasir.
b. Permeabilitas
Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut:
 p1 = lambat: < 0.5 cm/jam.
 p2 = agak lambat: 0.5 – 2.0 cm/jam.
 p3 = sedang: 2.0 – 6.25 cm/jam.
c. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k)
Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:
 k0 = dalam: > 90 cm.
 k1 = sedang: 90-50 cm.
 k2 = dangkal: 50-25 cm.
 k3 = sangat dangkal: < 25 cm.
d. Lereng permukaan (l)
Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:
 l0 = (A) = 0-3% : datar.
 l1 = (B) = 3-8% : landai/berombak.
 l2 = (C) = 8-15% : agak miring/bergelombang.
 l3 = (D) = 15-30% : miring berbukit.
 l4 = (E) = 30-45% : agak curam.
 l5 = (F) = 45-65% : curam.
 l6 = (G) = > 65% : sangat curam.
e. Drainase tanah (d)
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
 d 0 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah
dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang yang seragam dan tidak
terdapat bercak-bercak.
 d1 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan
bagian atas lapisan bawah.
 d2 = agak buruk: lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik.
Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat.
Terdapat bercak-bercak pada saluran bagian lapisan bawah.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-119


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 d3 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna


atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
 d4 = sangat buruk: seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan
tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat
dan kekuningan.
f. Erosi (e)
Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut:
 e0 = tidak ada erosi.
 e1 = ringan: < 25% lapisan atas hilang.
 e2 = sedang: 25-75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
 e3 = berat: > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
 e4 = sangat berat: sampai lebih dari 25% lapisan bawah hilang.
g. Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terjadi berupa batu-batuan dan
bahaya banjir:
 Batuan
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah.
Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah
yang berukuran lebih besar dari 2 mm dibedakan sebagai berikut:
 Kerikil
Kerikil merupakan bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 2 mm
sampai 7.5 mm. Kerikil di dalam lapisan 20 cm dikelompokkan sebagai
berikut:
 b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.
 b1 = sedang: 15-50% volume tanah.
 b2 = banyak: 50-90% volume tanah.
 b3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah.
 Batuan kecil
Batuan kecil merupakan bahan kasar atau batuan berdiameter 7.5 cm
sampai 25 cm. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:
 b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.
 b1 = sedang: 15-50% volume tanah.
 b2 = banyak: 50-90% volume tanah.
 b3 = sangat banyak: > 90% volume tanah.
 Batuan lepas (stone)
Batuan lepas merupakan batuan yang bebas dan terletak di atas
permukaan tanah, berdiameter lebih besar dari 25 cm. Penyebaran batuan
lepas di atas permukaan tanah dikelompokan sebagai berikut:
 b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal.
 b1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup.
 b2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup.
 b3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup.
 b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah
 Batu terungkap (rock)
Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkap di atas permukaan
tanah.
Penyebaran batuan tertutup dikelompokkan sebagai berikut :
 b0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanah tertutup.
 b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-120


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup.


 b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup.
 b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah
sama sekali tidak dapat digarap.
h. Ancaman banjir/genangan
Ancaman banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:
 o0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup
banjir untuk waktu lebih dari 24 jam.
 o1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam
terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan.
 o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup
banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
 o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda
banjir lamanya lebih dari 24 jam.
 o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir
secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.
Secara rinci klasifikasi kemampuan lahan unit pengolahan dapat dilihat pada
tabel klasifikasi kemampuan lahan unit pengolahan dibawah ini.

Tabel 5.16. Klasifikasi kemampuan lahan pada tingkat unit pengelola


Faktor Penghambat/ Kelas kemampuan Lahan
No
Pembatas I II III IV V VI VII VIII
1 Tekstur Tanah (t)
Lapisan atas (40 cm) t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
Lapisan bawah t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
2 Lereng Permukaan (%) L0 l1 l2 l3 (*) l4 l5 l6
3 Drainase d0/d1 d2 d3 d4 (**) (*) (*) (*)
4 Kedalaman Efektif k0 k0 k1 k2 (*) k3 (*) (*)
5 Keadaan Erosi e0 e1 e1 e2 (*) e3 e4 (*)
6 Kerikil/batuan b0 b0 b0 b1 b2 (*) (*) b3
7 Banjir o0 o1 o2 o3 o4 (*) (*) (*)
Catatan : (*) : dapat mempunyai sebaran sifat faktor penghambat dari kelas lebih rendah
(**) : permukaan tanah selalu tergenang air
Sumber: Permen LH No 17. Tahun 2009

4. Indikator Perbandingan Antara Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan


Dalam Permen LH No 17. Tahun 2009 dijelaskan bahwa penentuan daya dukung
lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan
( SL ) dan kebutuhan lahan (DL).
 Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
 Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
a. Ketersediaan lahan
Ketersediaan lahan yang boleh untuk dibangun didapatkan dari hasil
identifikasi kemampuan lahan berdasarkan standar kemampuan lahan dan
karakteristik fisik dasar lahan.
b. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan dihitung dengan pendekatan kebutuhan lahan untuk
permukiman. Sesuai Permen PU No 20 Tahun 2007 untuk menghitung daya
tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi masing-

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-121


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan:
 untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup
 30% untuk fasilitas umum dan sosial
 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya.
Asumsi 1KK terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m 2. Dapat
diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai
berikut (Permen Pu No 20 Tahun 2007):

Dari perhitungan ini akan didapatkan jumlah penduduk yang dapat ditampung
berdasarkan kemampuan lahan untuk permukiman. Angka 100 m 2 digunakan
dengan asumsi rumah dengan kavling kecil. Sesuai dengan Permen PU No.
20 Tahun 2007, perhitungan daya tampung lahan dilakukan dengan
memperhatikan:
 Daya tampung ideal adalah dengan mengambil batasan minimal dari
masing-masing perkiraan di atas
 Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan didasarkan pada
asumsi bahwa lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang boleh
ditutup.
5. Analisis Daya Dukung Ketersediaan Air Minum
Dalam mengukur daya dukung sumber daya air dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan air (dilakukan dengan pendekatan perhitungan debit air) dan total
kebutuhan air per orang/hari. Penghitungan dilakukan dengan tahapan:
a. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Air
Perhitungan ketersediaan (Supply) air minum dilakukan dengan menggunakan
input data dari hasil survei primer mengenai debit sumber air dalam satuan
m3/hari pada pihak atau instansi pengelola sumber air.
b. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air
Perhitungan kebutuhan (Demand) air dilakukan dengan menghitung jumlah
kebutuhan pokok minimal air minum tiap orang per hari dan dikalikan dengan
jumlah penduduk, rumus perhitungannya (Permen LH No 17. Tahun 2009):
DA = N x KHLA
Keterangan:
DA = Total kebutuhan air (m3/tahun)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLA = Kebutuhan air untuk hidup layak

Kebutuhan pokok minimal merupakan kebutuhan untuk mendapatkan


kehidupan yang sehat, bersih dan produktif dengan penggunaan air hanya
untuk minum-masak, cuci pakaian, mandi (termasuk sanitasi), bersih rumah
dan ibadah (Permen PU No. 14 Tahun 2010). Kebutuhan pokok minimal tiap
orang yakni 60 liter/orang/hari (Permen PU No. 14 Tahun 2010).
Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air
(SA) dan kebutuhan air (DA).
 Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-122


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.


6. Analisis Daya Tampung Sampah
Dalam mengukur daya tampung sampah dilakukan dengan pendekatan
perbandingan jumlah sampah yang dihasilkan (m3/kapita/hari) dengan daya
tampung (dalam m3/hari) tempat pengolahan sampah (TPS dan/atau TPA). Hal ini
didasarkan pada pengertian daya tampung menurut Khanna dalam Muta’ali
(2012:16).
Dalam menghitung daya tampung sampah didasarkan pada pengertian daya
tampung menurut Khanna dalam Muta’ali (2012:16) dapat dilakukan dengan:
a. Daya tampung sampah = jumlah sampah yang dihasilkan/orang
(liter/orang/hari) x jumlah penduduk / daya tampung tempat pembuangan
Dalam melakukan proses pengolahan sampah, secara individu dilakukan
proses pewadahan sampah, dengan asumsi 1 rumah terdiri dari 5 orang, maka
dalam pewadahan diperlukan wadah sampah untuk menampung sampah
dengan berat:
Tabel 5.17. Volume Timbunan Sampah
Komponen sumber sampah Satuan volume (L) Volume sampah (L)
Rumah permanen Liter/org/hari 2,25-5,0
Rumah semi permanen Liter/org/hari 2,00-2,25
Rumah non permanen Liter/org/hari 1,75-2,0
Pasar M2/hari 0,2-0,60
Sumber: Manajemen pengelolaan sampah
b. Penilaian daya tampung sampah didasarkan pada carrying capacity ratio
menurut Muta’ali (2012: 48) dan Permen LH No. 17 Tahun 2009, yaitu:
 Bila daya tampung TPS > volume sampah, daya tampung sampah
dinyatakan surplus.
 Bila daya tampung TPS < volume sampah, daya tampung sampah
dinyatakan sesuai.
 Bila daya tampung TPS < volume sampah, daya tampung sampah
dinyatakan defisit atau terlampaui.
7. Daya Tampung Air Limbah
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama.
a. Analisis Daya Tampung Berdasarkan Skala Pelayanan
Dalam melakukan analisis daya tampung air limbah dilakukan pendekatan
dengan perbandingan antara jumlah penduduk yang terlayani oleh fasilitas
pengolahan air limbah dan jumlah penduduk secara keseluruhan, hal ini
didasarkan pada perhitungan daya dukung prasarana menurut Muta’ali (2012).
b. MCK Umum
Bilik MCK (untuk mandi, cuci, dan keperluan buang air besar atau kakus),
pengolahan limbah (terdiri dari tangki septik, resapan, dan lahan basah
buatan), dan utilitas pelengkap (listrik untuk penerangan dan kebutuhan
pompa listrik serta drainase air bekas mandi dan cuci) merupakan komponen
MCK. Jumlah ruangan pada tiap-tiap MCK untuk jumlah pemakai tertentu.

Tabel 5.18. Jumlah pengguna MCK dan banyak bilik yang diperlukan
Jumlah Banyak bilik (unit)
Pemakai (jiwa) Mandi Cuci Kakus
10-20 2 1 2
21-40 2 2 2

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-123


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jumlah Banyak bilik (unit)


Pemakai (jiwa) Mandi Cuci Kakus
41-80 2 3 4
81-100 2 4 4
101-120 4 5 4
121-160 4 5 6
161-200 4 6 6
Sumber : SNI 03 - 2399 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum

c. Tangki septik
Penggunaan tangki septik adalah volume 1,6 m x 1,6 m x 0,8 m untuk 1
rumah (berisi 5 jiwa) untuk 3 tahun tanpa pengurasan (SNI-03-2398-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan).
d. Sistem komunal
Kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah bahwa
pada kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem
jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota dengan
kualitas efluen tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah
ditetapkan (Permen PU No. 14 Tahun 2010). Berikut merupakan tabel analisis
daya tampung air limbah dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 5.19. Model Analisis Daya Tampung Air Limbah


No Jenis fasilitas Lokasi Pengguna (jiwa) Keterangan
On site
1 - - -
...
Off site
2 - - -
....
Total

Status daya tampung air limbah didasarkan pada carrying capacity ratio
menurut Muta’ali (2012:48) dan Permen LH No 17 Tahun 2009:
 Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah < penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan defisit
 Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah = penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan sesuai.
 Bila penduduk yang terlayani fasilitas pengolahan air limbah > penduduk
keseluruhan, maka daya tampung air limbah dikatakan surplus.
8. Daya tampung air limbah berdasarkan sifat tanah
Pengukuran daya tampung air limbah menggunakan pendekatan satuan
kemampuan lahan (SKL) pembuangan limbah berdasarkan RTRW Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011-2031 yang di overlay dengan sifat fisika dan kimiawi tanah
untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan tanah terhadap limbah. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
 Siapkan peta skl pembuangan limbah
 Siapkan peta tekstur tanah yang berisi sifat fisika dan kimiawi tanah
 Siapkan peta tekstur tanah yang berisi sifat fisika dan kimiawi tanah
 Overlay peta skl pembuangan limbah dan peta tekstur tanah untuk
mendapatkan peta daya tampung limbah dengan software arcgis 10.5.
Status daya tampung limbah padat berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2007:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-124


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Luasan delinasi daya tampung limbah tinggi paling luas, maka status daya
tampung surplus
 Luasan delinasi daya tampung limbah sedang paling luas, maka status
daya tampung sesuai
 Luasan delinasi daya tampung limbah rendah paling luas, maka status
daya tampung defisit
Untuk mendapatkan status daya tampung air limbah secara keseluruhan, maka
hasil status daya tampung berdasarkan skala pelayanan fasilitas pengelolaan air
limbah dan daya tampung berdasarkan kualitas tanah di skoringkan dan diambil
nilai tengahnya.
9. Analisis Pembobotan/ Skoring
Dalam melakukan skoring/ pembobotan ini digunakan pendekatan indeks dan
skala. Indeks adalah ukuran gabungan untuk mengetahui suatu variable tertentu
(Effendi, 1995). Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada intensitas
pertanyaan-pertanyaan (Effendi, 1995). Agar diperoleh ukuran yang lebih lengkap
dan tepat, maka ukuran suatu variable tidaklah semata-mata didasarkan pada satu
pertanyaan melainkan pada beberapa pertanyaan (Effendi, 1995:105). Sebelum
menentukkan skala terlebih dahulu ditentukan jumlah kelas. Dalam menentukkan
jumlah kelas dapat dilakukan dengan aturan Sturges, yaitu (Usman dan
Akbar,2006):

K = 1 + 3,32 log n

dimana :
K = kelas
n = jumlah data
“n” merupakan banyaknya data. Hasil akhirnya dibulatkan. Untuk menentukkan n,
terlebih dahulu dilihat dari variabel daya dukung lingkungan, yaitu daya dukung
lahan, daya dukung ketersediaan air minum, daya tampung sampah dan daya
tampung air limbah, sehingga

K = 1+ 3,32 log 4
K = 1+ 1,99 = 2,99
K=3

Setelah menentukan kelas selanjutnya dilakukan penentuan besarnya skala dari


tiap kelas. Penentuan skala dilakukan dengan rumus (Usman dan Akbar, 2006):
 Panjang interval= rentang (R)/banyak kelas
 Rentang (R)= data tertingi- data terendah
Analisis skoring pada penelitian ini bertujuan untuk menyimpulkan kondisi daya
dukung lingkungan secara keseluruhan. Dalam kajian ini terlebih dahulu dilakukan
klasifikasi tingkat daya dukung berdasarkan pendekatan kondisi baik sedang dan
kurang. Pembobotan (skoring) dilakukan berdasarkan pada kondisi daya dukung
lingkungan atau carrying capacity ratio menurut Muta’ali (2012:48) dan penelitian
terdahulu dari Suryanto (2007):

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-125


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Tabel 5.20. Kriteria pembobotan daya dukung lingkungan


No Kriteria Kondisi Nilai
Daya dukung surplus
1 Baik 3
(kebutuhan<ketersediaan)
Daya dukung sesuai (kebutuhan=
2 Sedang 2
ketersediaan)
Daya dukung defisit (kebutuhan>
3 Kurang 1
Ketersediaan)
Sumber: Suryanto (2007), Muta’ali (2012)

5.3.6 Metode Penyiapan Peta


Untuk keperluan perencanaan akan membutuhkan peta dasar wilayah
kabupaten berbasis Citra Satelit. Penyediaan Citra Satelit tersebut diperoleh melalui
wahana yang antara lain Satelit IKONOS yang mengorbit pada ketinggian 681 km di
atas permukaan bumi dan mempunyai dua buah sensor yang dapat mencakup areal
seluas 11 km dalam sekali pemotretan. Dengan kecepatan rotasi mengelilingi bumi
sebanyak 14 kali dalam waktu 24 jam, pemotretan akan dapat dilakukan dengan cepat
dan akurat. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dan tabel dibawah ini:
Tabel 5.21. Spesifikasi Dari Satelit IKONOS
Wavelength Region Resolution
Band
(µm) (m)

1 0.45-0.52 (blue) 4

2 0.52-0.60 (green) 4

3 0.63-0.69 (red) 4

4 0.76-0.90 (near-IR) 4

PAN 0.45-0.90 (PAN) 1

Data dari Ikonos dengan gelombang panchromatic beresolusi 1 meter sangat


berguna untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-126


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Tabel 5.22. Produk Yang Dihasilkan Oleh IKONOS


Product Type Format Projection Ellipsoid Datum Media
1 metre
GeoTIFF UTM WGS 84 CD-ROM
panchromatic
4 metre GRS 1980/NAD 8 mm tape
NITF 2.0 State Plane
multispectral 83 (Exabyte)
1 metre pan-
ERDAS.lan Albers Conical Equal Area DAT
sharpened
BIL Lambert Conformal Conic
BIP
Sun Raster *
* Not available for GEO product

Tahapan penyediaan peta adalah sebagai berikut ini, yaitu:


1. Penyiapan Data Citra Satelit (Landsat Tm 7 Ketelitian 1:50.000)
Berdasarkan kebutuhan kebutuhan data peta untuk pengerjaan Penyusunan RDTR
kawasan perencanaan dibutuhkan ketelitian peta hingga skala 1:5.000.
2. Teknik Pengolahan Citra Satelit (Image Proccessing)
Pengolahan citra satelit untuk mendapatkan data atau informasi mengenai
penggunaan lahan yang terbaru dan informasi yang lain seperti jaringan jalan, garis
pantai serta lokasi-lokasi terumbu karang atau zonasi potensi yang dihasilkan dari
citra satelit dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan yang meliputi:
a. Tahap Pra-Pemrosesan Citra (Image Pre-Processing)
Pada tahap pra-pemrosesan citra satelit ini dilakukan beberapa tahap kegiatan
yaitu:
1) Koreksi Radiometri
Koreksi radiometri dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
visual citra sekaligus untuk memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai
dengan pantulan atau pancaran spektral obyek yang sebenarnya, sebagai
akibat dari gangguan atmosfer yang berupa hamburan dan serapan yang
menyebabkan perbedaan nilai kecerahan setiap piksel data satelit pada
beberapa saluran. Koreksi radiometri dilakukan dengan cara mengurang-
kan nilai bias suatu saluran terhadap keseluruhan nilai spektral saluran
yang bersangkutan.
2) Koreksi Geometri
Koreksi geometri dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan citra yang
lebih teliti dalam aspek planimetrik. Pada koreksi ini, sistem koordinat atau
proyeksi peta tertentu dijadikan rujukan, sehingga dihasilkan citra yang
mempunyai sistem koordinat dan skala yang seragam. Koreksi geometri
dilakukan dengan cara menyesuaikan posisi citra satelit dengan posisi
sesungguhnya di bumi dengan rujukan peta dasar yang berupa
kenampakan jalan dan sungai (kenampakan-kenampakan fisik alam yang
relatif tidak berubah) sebagai referensi. Kenampakan-kenampakan fisik
alam dan buatan manusia yang mudah dikenali dan relatif tidak berubah
antara lain percabangan-percabangan sungai dan jalan.
3) Klasifikasi
Klasifikasi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang peng-
gunaan lahan adalah klasifikasi multispektral yang mengguna-kan satu
kriteria yaitu nilai spektral (nilai kecerahan) pada beberapa saluran sekali-
gus dengan didukung oleh data lapangan sehingga dapat menghasilkan
peta tematik yang siap pakai. Dengan asumsi bahwa setiap obyek dimuka

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-127


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

bumi ini dapat dibedakan dengan obyek yang lain berdasarkan nilai
spektralnya, sehingga setiap obyek cenderung memberikan pola respon
spektral yang spesifik. Pengenalan pola spektral merupakan salah satu
bentuk pengenalan pola secara otomatik. Konsep peta penggunaan lahan
dapat disiap-kan setelah proses klasifikasi ini berdasarkan klasifikasi
penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.
Pendekatan dalam memproses data citra, khususnya untuk mengekstraksi
kenampakan permukaan bumi adalah melalui head up digitasi dan
klasifikasi yang tidak terbimbing. Pada klasifikasi yang tidak disupervisi
membutuhkan in-put yang minimal dari analis karena citra diproses
dengan operasi numerical dengan mengelompokkan pixel yang mem-
punyai nilai spectral sama yang dipantulkan oleh kenampakan di bumi
melalui multispektral. Analis dengan menggunakan perangkat keras
komputer dan perangkat lunak pengolahan citra memungkinkan untuk
mengidentifikasi klas penutup lahan dengan nilai tengah dan co-variance
matrix.
Apabila data citra sudah di klasifikasi, analis akan meng-ekstrapolasi nilai
klas yang terpilih secara natural kedalam klas penutup lahan yang
diinginkan. Landsat 7 ETM dapat diproses untuk mengektraksi
data/informasi.
4) Penentuan Kelas Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu. Informasi tentang kegiatan manusia pada lahan tidak selalu dapat
ditafsirkan secara langsung dari penutup lahannya. Oleh karena itu
informasi tambahan untuk melengkapi data penutup lahan yang diperoleh
dari kerja lapangan (field check) sangat diperlukan.
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan mengacu pada klasifikasi
Kehutanan dengan modifikasi yaitu:
 Hutan pasang surut;
 Hutan pantai;
 Hutan lahan basah (termasuk rawa);
 Hutan lahan kering di bawah 1.000 m;
 Hutan sub pegunungan, di atas 1.000 – 2.000 m;
 Hutan pegunungan, di atas 2.000 m;
 Agroforestry dan hutan tanaman;
 Lapangan bekas tebang habis;
 Semak belukar;
 Alang-alang, kering;
 Alang-alang, basah;
 Perkebunan;
 Pertanian;
 Lahan gundul;
 Air;
 Permukiman, kota.
b. Tahap Pemrosesan Citra (Image Processing)
Pemrosesan citra yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
penggunaan lahan khususnya lahan hutan dan lahan non hutan adalah
mengikuti kaidah standar pengolahan citra satelit. yang menggunakan satu

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-128


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

kriterium yaitu nilai spektral (nilai kecerahan) dengan didukung oleh data
lapangan sehingga dapat menghasilkan peta thematik yang siap pakai.
Dengan asumsi bahwa setiap obyek di muka bumi ini dapat dibedakan dengan
obyek yang lain berdasarkan nilai spektral-nya, sehingga setiap obyek
cenderung memberikan pola respon spektral yang spesifik. Pengenalan pola
spektral merupakan salah-satu bentuk pengenalan pola secara otomatik.
Konsep peta penggunaan lahan dapat disiapkan setelah proses klasifikasi ini
berdasarkan klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.
3. Tahap Cek Lapangan (Field Check)
Cek lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa obyek-obyek yang
meragukan (dari citra satelit) dan untuk membetulkan hasil interpretasi citra satelit
serta untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan. Cek
lapangan ini dilakukan secara global yang mencakup sampel-sampel yang diambil
untuk semua wilayah (pilot project) yang terliput pada citra satelit.
4. Tahap Reklasifikasi
Setelah dilakukan cek lapangan terhadap obyek-obyek sampel (baik untuk obyek
yang meragukan dilihat dari citra satelit maupun untuk obyek-obyek yang telah
mengalami perubahan penggunaan lahan) kemudian dilakukan pemetaan
penggunaan lahan yang baru. Peta penggunaan lahan yang dihasilkan
mencerminkan penggunaan lahan eksisting (yang ada sekarang). Setelah selesai
dilakukan interpretasi penggunaan lahan citra digital Landsat 7 ETM+, kemudian
dilakukan tahap re-interpretasi, maka tahap selanjutnya adalah menyiapkan peta
penggunaan lahan.
5. Metoda Pengolahan Peta
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan teknologi pengolahan data peta, saat
ini GPS (Global Positioning System) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi.
Keunggulan sytem ini dapat dipergunakan hampir dalam segala cuaca, dapat
memberikan data posisi tiga dimensi yang teliti. Untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan dalam hal ini kegiatan Penyusunan RDTR kawasan perencanaan,
beberapa metode pengolahan data peta berbasis GPS sebagai berikut:
a. Posisi dan Sistem Koordinat
Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatifmaupun kualitatif. Secara
kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang
satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, maupun 4D). Perlu dicatat
di sini bahwa koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang
posisi, tapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik seandainya titik yang
bersangkutan bergerak. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi,
perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat. Sistem ini disebut
sistemreferensi koordinat, atau secara singkat sistem koordinat, dan
realisasinya umum dinamakan kerangka referensi koordinat.
b. Metode dalam Menentukan Sistem Referensi Koordinat
Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi
fisis dan geometris, serta standar dan parameter) yang digunakan dalam
pendefinisian koordinat dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Dalam
bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan
koordinat (dua-dimensi atau tigadimensi) yang mengacu pada suatu sistem
koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dengan
menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu:
 Lokasi titik nol dari sistem koordinat,

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-129


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

 Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan


 Besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan
posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.
Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifikasikan lebih
lanjut, dan tergantung dari spesifikasi parameter yang digunakan maka dikenal
beberapa jenis sistem koordinat.
Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem
koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem
koordinat toposentrik).
Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan oleh metode-metode
penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan benda-benda
langit lainnya, baik untuk menentukan posisi titik-titik di permukaan Bumi
maupun posisi satelit. Sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak
digunakan oleh metode-metode penentuan posisi terestris. Dilihat dari
orientasi sumbunya, ada sistem koordinat yang sumbu-sumbunya ikut berotasi
dengan bumi (terikat bumi) dan ada yang tidak (terikat langit). Sistem koordinat
yang terikat bumi umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titik-titik yang
berada di bumi, dan sistem yang terikat langit umumnya digunakan untuk
menyatakan posisi titik dan obyek di angkasa, seperti satelit dan benda-benda
langit.
Dilihat dari besaran koordinat yang digunakan, posisi suatu titik dalam sistem
koordinat ada yang dinyatakan dengan besaran-besaran jarak seperti sistem
koordinat Kartesian, dan ada yang dengan besaran-besaran sudut dan jarak
seperti sistem pada sistem koordinat ellipsoid atau geodetik.
c. Model Desktop Cartography
Desktop cartography adalah poses penyajian peta digital menjadi sebuah peta
analog atau hard copy yang representatif dengan dilengkapi simbol-simbol
obyek topografi dan informasi tepi sebagaimana hasil proses kartografi
manual. Pada tahap desktop kartografi dilakukan dengan bantuan media
perangkat lunak yang mempunyai fasilitas desktop publishing.
d. Metode Konversi Data
Dengan melakukan konversi data dari data format vektor GIS menjadi data
format vektor grafis. Perlu diperhatikan bahwa proses konversi tidak selalu
menjamin file hasil konversi bisa 100 % sama dengan aslinya. Kadang-kadang
akan terjadi kesalahan (error) pada waktu proses konversi tersebut berjalan,
sehingga diperlukan suatu pengamatan dan perbaikan pada file hasil dari
konversi tersebut langsung pada monitornya.
e. Metode Penskalaan
Penskalaan dilakukan terhadap data peta hasil konversi, mengingat hasil
konversi belum menghasilkan skala yang tepat.
f. Metode Layer and Style Atributting serta Coloring Table
Layer, Style dan warna merupakan suatu cara dari software desktop
cartography (dalam hal ini software Illustrator) untuk membantu melaksanakan
proses konstruksi peta secara sistematika dan efisien, yang ditampilkan
melalui icon window. Masing-masing window dapat dibuat item-item tertentu
sesuai dengan keinginan dengan merujuk pada spesifikasinya. Item-item pada
window layer, style dan warna tersebut dinamakan dengan atribut dan masing-
masing mempunyai kegunaan dan fungsi tertentu.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-130


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

g. Metode Input Data ke dalam Atribut Layer dan Style


Data di dalam file DXF/Vektor grafik hasil digitasi pada umumnya sudah diatur
dengan menggunakan sistim pelayeranya tersendiri. Layer-layer ini pada
proses konversi oleh software desktop kartografi akan ikut diproses dan
langsung dimasukan dalam sistim layer file konversi dengan urutannya sesuai
dengan sebagaimana pembentukan dan penulisan teksnya didalam file
digitasi.
h. Model Editing Peta
Sesuai dengan namanya, pada prinsipnya proses ini menterjemahkan detail
data peta dalam bentuk simbolisasi sesuai kaidah-kaidah kartografinya dengan
mengacu pada spesifikasi.
i. Editing Teks
Editing terhadap teks menuntut suatu pekerjaan yang harus memperhatikan
kaidah-kaidah kartografi untuk penempatan posisi dan ukuran teks yang benar.
j. Editing Simbol Titik
Pada umumnya ada dua cara editing terhadap simbol titik yaitu:Apabila telah
dibuat pada saat digitasi, biasanya langsung diganti simbolnya, yang dapat
diambil dari simbol yang telah dibuatkan terlebih dahulu dimaster
legendanya,dan ditempatkan pada posisi yang sama, kemudian simbol lama
dihapus.Apabila belum dibuatkan, maka diambil langsung juga dari master
legenda dan ditempatkan pada posisinya dengan bantuan manuskrip peta.
k. Editing Simbol Garis
Proses editing garis membutuhkan suatu kejelian dan kecermatan, karena
unsur inilah yang paling banyak jumlah detailnya didalam peta seperti garis
kontur, sungai, batas administrasi dan lain-lain.
l. Editing Area/Warna
Suatu area didifinisikan sebagai luasan yang dibentuk atau dibatasi dengan
garis-garis yang tertutup (close area). Suatu area seringkali dibuat dengan
bantuan dari berbagai detai garis, seperti suatu area sawah dibentuk dari garis
deleniasi landuse, jalan dan sungai.
Dalam melaksanakan editing area dituntut untuk memahami batasan garis-
garis yang akan membentuk suatu area yang tertutup (close area). Pada
umumnya data awal yang belum dibentuk dalam peta/manuskrip maupun
digitalnya, suatu area akan disimbolkan dengan menggunakan kode teks.
Kendala yang sering terjadi adalah dalam mencari batasan-batasan areanya.
Oleh karena itu, unsur logika pengetahuan geografi untuk suatu batasan area
diperlukan untuk memanipulasi batasan garisnya atau dibuatkan guide
warnanya atau ploting peta hasil digitasi.
m. Model Checkplot
Proses checkplot dilakukan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan dan
kekurangan-kekurangan pada peta hasil editing yang mungkin terjadi. Pada
dasarnya, proses koreksi dapat dilaksanakan langsung dimonitor, namun
suatu hal yang harus menjadi pegangan bahwa proses tersebut mempunyai
suatu kelemahan yang susah untuk dihindari, yaitu keterbatasan luas sudut
pandang penglihatan dimonitor. Keterbatasan ini menjadi kendala apabila ingin
melihat peta dalam bentuk satu kesatuan yang utuh, agar dapat melihat
komposisi peta secara keseluruhan.
n. Model Anotasi dan Pencetakan Draft

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-131


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Anotasi dan pembuatan legenda dilakukan dengan memperhatikan kaedah-


kaedah pemetaan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2013 tentang Ketelitian Peta dalam Penataan Ruang. Anotasi tersebut tidak
hanya dituangkan secara baik dalam bentuk cetak saja, namun juga dalam
format file digital yang menjadi keluarannya.
Untuk meminimasi kesalahan muatan maupun kaedah pemetaannya,
keterlibatan Tim Teknis pada tahap ini akan sangat dibutuhkan, terutama
dalam melakukan supervisi pekerjaan, memberi masukan-masukan serta
persetujuan terhadap draft yang telah dikeluarkan. Karenanya, hasil
pencetakan draft selanjutnya akan didiskusikan dengan Tim Teknis dan
selanjutnya didisukusikan dan dikonsultasikan dengan instansi yang terkait
pemetaan tersebut.
o. Teknik Superimposed (Seive Map Analysis)
Analisis ini digunakan untuk menentukan daerah yang paling baik untuk
pengembangan kegiatan tertentu. Faktor penentunya adalah semua aspek
fisik lingkungan dari daerah perencanaan. Prinsipnya yang digunakan dalam
analisis ini adalah untuk memperoleh lahan yang sesuai dengan kebutuhan
perencanaan (kesesuaian lahan). Metode yang digunakan dalam analisis ini
adalah superimposed (tumpang tindih) dari berbagai keadaan dari daerah
perencanaan. Penilaian dilakukan atas dasar metode pembobotan dari
penilaian skor (weightingad scoring).
Pendekatan proses permodelan pekerjaan ini, salah satu tekniknya
menggunakan perangkat komputer melalui program GIS (Geographic
Information System) atau biasa dikenal dengan nama SIG (Sistem Informasi
Geografis ). Substansi materi GIS yang akan mengawali pekerjaan ini
merupakan salah satu bentuk system informasi yang mengelola data dan
menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan berbasisi
komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan
menganalisa data serta menampilkan sebagai suatu informasi.
Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y
dan untuk konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Secara umum
dijelaskan sebagai berikut: Setiap layer pada GIS dalam bentuk coverage
terdiri dari feature geografi yang dihubungkan secara topologi dan berkaitan
dengan data atribut, sebagaimana dapat terlihat pada gambar berikut:

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-132


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Layer data Model data vektor:

 Titik, garis, poligon


Dunia nyata
 Hasil dari digitasi, vektorisasi

Model data raster:

 Pixels
 Foto udara, scanned image,
Integrasi informasi spasial dan
citra satelit
non-spasial (atribut)
Dunia nyata
Gambar 5.25Pemodelan Dunia Nyata Dalam Data Spasial GIS

5.3.7 Metode Diskusi / Pembahasan


Diskusi Kelompok Terarah atau Foccus Group Disscussion (FGD) menjadi
pilihan yang efektif dalam pendekatan pemangku kepentingan pekerjaan ini karena
memiliki kemampuan untuk menggali topik/tema secara mendalam mengenai alasan,
motivasi atau argumentasi dari seseorang.
FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang
dilakukan secara sistematis dan terarah atas suatu isu atau masalah tertentu. Meski
sebuah diskusi, FGD tidaklah sama dengan pembicaraan beberapa orang di kedai
kopi. FGD bukan kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal.
Meski terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD butuh kemampuan dan
keahlian. Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Metode ini sangat diperlukan guna menampung dan memperoleh aspirasi
serta pendapat pemangku kepentingan yang terkait dengan dalam Penyusunan RDTR
kawasan perencanaan. FGD adalah salah satu metode penjaringan aspirasi
stakeholder yang cukup efektif dan relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang
terlalu tinggi untuk dilaksanakan. Berikut rambu-rambu dalam melaksanakan FGD:
1. Pokok-pokok bahasan, perlu dirancang dengan seksama agar pertemuan dapat
memperoleh hasil sesuai dengan apa yang diharapkan;
2. Pemilihan peserta, utamanya individu-individu yang mewakili konsumen dan
masyarakat umum;
3. Harus dijaga agar terjadi komunikasi dua arah;
4. Moderator, harus menguasai materi dan mempunyai kepribadian yang kuat, netral
dan adil, sehingga semua peserta mempunyai kesempatan untuk bertanya dan
menggunakan pendapatnya, sehingga mampu mengarahkan jalannya diskusi;
5. Moderator hendaknya tidak memasukkan opini-opini pribadinya dalam
merumuskan simpulan hasil diskusi. Kelemahan metode ini ialah, tidak semua
peserta memahami materi yang dibahas dan mampu mengartikulasikan
pendapatnya dengan baik, serta sikap sementara peserta yang terlalu dominan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-133


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

dan ingin menguasai pembicaraan, baik yang disebabkan oleh karakter, ketokohan
atau jabatan formalnya di pemerintahan atau lembaga-lembaga lainnya;
6. Metode FGD memerlukan TOR tertulis sebagai panduan pelaksanaan, yang
mencakup latar belakang dan tujuan, waktu dan tempat, para peserta, agenda
pertemuan dan anggaran biaya pelaksanaan.
7. Pelaksanaan FGD dianjurkan melibatkan jumlah peserta yang tidak lebih dari 20
orang atau idealnya 8-12 orang.
Langkah-langkah pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:
1. Fasilitator menyiapkan diri dengan pengetahuan tentang kondisi wilayah, minimal
dari data sekunder atau hasil pengkajian substansial, serta menentukan target
FGD yang hendak dicapai berkaitan dengan sinkronisasi program menurut peserta.
2. Fasilitator menciptakan suasana yang nyaman bagi semua peserta untuk
berdiskusi, bertegur sapa dan berkomunikasi dengan semua peserta.
3. Fasilitator atau moderator meminta kesepakatan dari peserta tentang topik yang
akan dibahas (karena topik termasuk hal yang sensitif).
4. Mederator meminta peserta untuk menceritakan tentang konsep acuan program
pengembangan kabupaten berbasis spasial dan memberikan kesemapatan yang
sama kepada semua peserta. Sebagai moderator, fasilitator mengatur jalannya
diskusi agar peserta tidak saling berebut bicara.
5. Selanjutnya, moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban dari peserta.
6. Moderator memberikan pertanyaan kunci berikutnya dengan berdasarkan pada
jawaban peserta, bagaimana program prioritas berbasiskan spasial menurut
pendapat peserta.
7. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.
8. Pertanyaan kunci selanjutnya, bagiamana kriteria prioritas menurut pendapat
peserta.
9. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.
10. Moderator mengajukan pertanyaan kunci, dimana lokasi yang prioritas menurut
pendapat peserta.
11. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 5-134


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 6. Gambaran Umum Wilayah


Awal mula nama kota Takengon berasal dari bahasa Gayo “Beta ku engon”
yang berarti begitu saya lihat. Dan diduga kata-kata tersebut diucapkan oleh Genali
yang merupakan orang pertama yang dipercaya menemukan kota Takengon.
Kabupaten Aceh Tengah berdiri pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-
oendang No. 10 tahoen1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah Kabupaten pada
tanggal 14 November1956 melalui Undang-undang No.7 (Drt) Tahun 1956.
Wilayahnya meliputi tiga kewedanaan yaitu kewedanaan Takengon, Gayo
Lues dan Tanah Alas. Kemudian pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah
dimekarkan kembali menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara melalui
Undang-undang No. 4 Tahun 1974, pemekaran ini terjadi karena sulitnya transportasi
dan didukung oleh masyarakat. Dan kembali lagi dimekarkan pada tanggal 7 Januari
2004 Kabupaten Aceh Tengah tetap menjadi Ibukota Takengon dan Bener Meriah
menjadi Ibukota Simpang Tiga Redelong, dengan Undang-undang No. 41 Tahun 2003.

6.1 Geografis
Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas 445.404,12 Ha yang secara geografis
terletak pada 4022’ 14,42” - 4042’ 40,8” LU dan 960 15’ 23,6” - 970 22’ 10,76” BT.Batas
administratif Kabupaten Aceh Tengah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, dan
Kabupaten Pidie;
 Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues;
 Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Barat, dan
Kabupaten Nagan Raya;
 Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, dan
Kabupaten Pidie

6.2 Administratif Wilayah


Ibukota Kabupaten Aceh Tengah yaitu Takengon. Kabupaten Aceh Tengah
memiliki luas wilayah 4.527,53 km², atau 452.753,45 Hektar, yang terdiri dari 14
PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-1
Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Kecamatan, 20 Mukim dan 295 kampung (Sumber : Qanun Kabupaten Aceh Tengah
Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2016 – 2036). Kabupaten Aceh Tengah terletak pada ketinggian 200-2600
meter di atas permukaan laut. Adapun luas wilayah masing - masing kecamatan dapat
diamati pada tabel berikut ini;
Tabel 6.1. Nama, Ibukota, dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah
Jumlah
No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Kecamatan (Km2)
Kelurahan
1 Atu Lintang Merah Mege 11 146,27
2 Lut Tawar Takengon Timur 18 83,10
3 Bies Atang Jungket 12 12,32
4 Silih Nara Angkup 33 75,04
5 Bebesen Kemili 28 28,96
6 Jagong Jeget Jeget ayu 10 188,25
7 Linge Isaq 26 1.766,24
8 Pegasing Simpang Kelaping 31 169,83
9 Celala Berawang Gading 17 125,86
10 Bintang Bintang 24 578,26
11 Kute Panang Ratawali 24 20,95
12 Rusip Antara Pantan tengah 16 599,31
13 Ketol Rejewali 25 611,47
14 Kebayakan Kebayakan 20 48,18
Jumlah 295 4.527,53
Sumber : Kabupaten Aceh Tengah Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Aceh Tengah.

6.3 Kondisi Fisik


6.3.1 Topografi
Kabupaten Aceh Tengah memiliki klasifikasi kelerengan <8%, 8-15%, 16-25%,
26-40%, dan >40%. Berdasarkan kelompok kelerengan tersebut dominan kelerengan
di Kabupaten Aceh Tengah adalah 8%-15% dengan luasan 167.501,19 Ha atau
sebesar 36% dari total luas wilayah kabupaten.
Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Tengah dibedakan menjadi datar, landai,
berombak, bergelombang, berbukit, bergunungdengan ketinggian 100-2000>Mdpl,
berdasarkan kelompok ketinggian tersebut di Kabupaten Aceh Tengah didominasi oleh
ketinggian <2.000 Mdpl atau sebesar sebesar 94% dari total luas wilayah kabupaten.
Pemanfaatan lahan pertanian umumnya dimanfaatkan sebagai perkebunan kopi
dengan ketinggian 1000-1500 Mdpl.
Berdasarkan kelas ketinggian maka Kabupaten Aceh Tengah didominasi
kelas ketinggian 400 - 1.200 m diatas permukaan laut, Kabupaten Aceh Tengah ini
bercorak sebagai daerah pegunungan dan memiliki beberapa puncak gunung seperti
Gunung Talang (masih aktif), Gunung Geureudong, Gunung Burne Rajawali, Gunung
Burne Draung Malem, Gunung Kulam Raja. Bilamana dilihat sejarah geologinya mak
kota Takengon seolah-olah merupakan bagian dari Danau Laut Tawar yang karena
tertutup endapan kemudian berubah menjadi kota. Adapun letaknya yang
bersebelahan dengan Danau Laut Tawar dan lokasi sekelilingnya yang diliputi oleh
pegunungan menunjukan bahwa kota Takengon merupakan bagian dari DAS yang

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

mengisi Danau Laut Tawar. Disebelah selatan mengalir Krueng Peusangan yang
merupakan pelimpahan dari Danau Laut Tawar sekaligus merupakan saluran akhir
kota Takengon. Mengingat letak kota disebelah barat Danau Laut Tawar dan memiliki
outlet drainase ke sungai Peusangan dengan aliran air dari timur ke barat melalui
sebelah selatan kota Takengon, maka hampir seluruh aliran drainase membuang
langsung ke Danau Laut Tawar. Dengan demikian kota Takengon memiliki bentuk
permukaan tanah dari tempat tertinggi di sisi timur yang elevasinya sekitar 1.200 meter
di atas muka air laut, dan menurun dengan ketinggian sampai 1.170 meter di sekeliling
Danau Laut Tawar, dengan demikian elevasi tanah yang rendah terdapat disebelah
selatan kota di tepi sungai Peusangan.

6.3.2 Hidrologi
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat
dikelompokkan atas 2 pola utama, yaitu:
 Sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Hindia atau ke arah barat;
 Sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur.
Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu wilayah sungai
berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. DAS yang terdapat di
Kabupaten Aceh Tengah, meliputi: Krueng Peusangan, Krueng Woyla, Krueng
Jambo Aye, Krueng Meureubo, Krueng Tripa, Krueng Tamiang, Krueng Seunagan.
2. Sungai
Air sungai merupakan air yang digunakan penduduk untuk pertanian dan
perkebunan dan juga untuk kebutuhan sehari-hari lainnya. Selain itu, sungai
Peusangan saat ini juga dimanfaatkan untuk Pembangunan Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Dusun Singkiren Kampung Semelit Mutiara Kecamatan Silih Nara
dengan kapasitas 88,90 MW. Selain itu, Sungai Peusangan dan anak-anak sungai
Woyla juga dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
yaitu :
 Kampung Bergang dan Karang Ampar Kecamatan ketol dengan Kapasitas
45 kw;
 Kampung Berawang Dewal dan Kampung Merah Said Kec. Jagong Jeget
dengan kapasitas 200 kva;
 Kampung Tanjung dan Kampung Kuala Rawa Kecamatan Rusip Antara
dengan kapasitas 150 kw;
 Kampung Tanoh Depet dan Depet Indah Kecamatan Celala dengan
kapasitas 45 kw.
3. Danau
Danau Lut Tawar terletak di Takengon Kabupaten Aceh Tengah povinsi Aceh.
Daerah tangkapan Danau Lut Tawar masuk kedalam wilayah Kecamatan Lut
Tawar, Kebayakan, Bebesen dan Bintang. Aliran air permukaan atau sungai yang
menuju ke Danau Lut Tawar berjumlah 25 buah yang berasal dari 18 daerah
hulu/kawasan tangkap dengan debit air.
4. Cekungan Air Tanah
Aspek hidrogeologi mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh
Tengah mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009. Pada halaman lembar
Aceh, dapat diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Aceh Tengah, yaitu: CAT Lampahan dengan luasan 26.370 Ha dan Telege dengan
luasan 16.410 Ha dengan karakteristik jumlah imbuhan air tanah bebas: 375 juta
m3/tahun dan Jumlah Air Tertekan: 72 juta m3/tahun.
6.3.3 Klimatologi
Kabupaten Aceh Tengah beriklim tropis, tergolong ke dalam tipe iklim B
menurut Schimidt Ferguson. Musim kemarau biasanya terjadipada bulan Januari
sampai dengan Juli, dan musim hujan berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan
Desember.Curah hujan berkisar antara 1.082 sampai dengan 2.409 Milimeter per
tahun dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai dengan 160 hari per tahun.
Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 316,5 mm,
terendah pada umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm. Berikut merupakan
data curah hujan yang terjadi pada 5 tahun terakhir.
Aceh Tengah merupakan daerah sejuk dengan suhu sekitar 20,10 0C.Bulan
April dan Meimerupakan bulan terpanas dengan suhu mencapai 26,60C, dan bulan
September adalah bulan dengan udara dingin dengan suhu yaitu 19,70 0C.Keadaan
udara tidak terlalu lembab dengan rata-rata kelembaban udara 80,08%, kelembaban
udara terbasah 86,28% dan terkering 74,25%. Kecepatan angin tercepat 2,53m/det
dan terlambat 0,95m/det.

6.4 Demografi
Penduduk Kabupaten Aceh Tengah pada Tahun 2011 tercatat 179.545 jiwa
(BPS Tahun 2011). Persebaran penduduk sebagaian besar terkonsentrasi di daerah
perkotaan yang umumnya memiliki fasilitas sarana dan prasarana infrastruktur yang
lebih baik. Konsentrasi penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bebesen,
Kecamatan Silih Nara, Kecamatan Lut Tawar dan Kecamatan Pegasing.Sebagaian
besar penduduk Kabupaten Aceh Tengah merupakan mayoritas Suku Gayo, kemudian
diikuti oleh Suku Jawa, Aceh, Minang, Batak dan Tionghoa.
Tabel 6.2.Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten
Aceh Tengah, 2017
No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis
Laki-laki Perempuan Penduduk Kelamin
1 Linge 5199 4933 10263 102,67
2 Atu Lintang 3485 3222 6794 105,32
3 Jagong Jeget 5349 4943 10424 105,40
4 Bintang 4960 4773 9809 102,29
5 Lut Tawar 10516 10355 21145 98,94
6 Kebayakan 8151 8164 16530 97,28
7 Pegasing 10261 9763 20119 104,09
8 Bies 3575 3694 7304 95,87
9 Bebesen 20046 19889 40509 97,96
10 Kute Panang 4031 3698 7766 107,93
11 Silih Nara 11996 11677 23905 100,73
12 Ketol 6726 6275 13108 105,39
13 Celala 4870 4613 9528 104,55
14 Rusip Antara 3717 3298 7069 110,89
Jumlah 102882 101391 204273 101,47

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Sumber : Kabupaten Aceh Tengah Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Aceh Tengah.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 6.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tengah

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 6-6


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 7. Jadwal Kerja


Jadwal pelaksanaan pekerjaaan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengahadalah sebagai berikut :

7.1 Penyusunan Usulan Teknis dan Biaya


Sebelum melaksanakan pekerjaan, konsultan diwajibkan membuat usulan
teknis dan biaya, yang terdiri dari :
1. Usulan Teknis dengan penjelasan terinci tentang data organisasi perusahaan, data
dan uraian pengalaman kerja, pendekatan dan metodologi, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, bentuk kompisisi tim dan penugasan, jadwal penugasan tenaga
pendukung dan lain-lain
2. Usulan Biaya dengan perincian biaya pada tiap-tiap kegiatan yang dilakukan serta
kebutuhan pendukung yang diperlukan.

7.2 Pelaksanaan dan Pengawasan Pekerjaan


Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, konsultan harus bekerja
sama dengan Tim Teknis Proyek maupun aparat pemerintah lainnya baik dari
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah maupun instansi lain termasuk teknis sektoral
yang terkait.

7.3 Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Pekerjaan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengahterdiri dari penyusunan laporan rencana mutu kontrak,
laporan bulanan, laporan pendahuluan, laporan antara, laporan prosiding, laporan draft
akhir, dan laporan akhirdan diselesaikan dalam waktu8(delapan) bulan kalender atau
32 minggu terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh
Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Jenderal Tata Ruang Satuan Kerja Program
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 7-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Waktu penyelesaian pekerjaan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan


Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah,(terhitung sejak penerbitan SPMK)
antara lain :
1. Laporan mutu kontrak : 1 bulan
2. Laporan Bulanan : setiap bulan
3. Laporan Pendahuluan :1bulan
4. Laporan Antara :4bulan
5. Dokumen Prosiding : 8bulan
6. Laporan Draft Akhir : 7 bulan
7. Laporan Akhir : 8 Bulan

Tabel 7.1. Jadwal dan Waktu Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
BULAN KE -
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tahap Persiapan
Pembentukan tim konsultan
Pemahaman terhadap KAK
Penyempurnaan metodologi
Diskusi dengan Tim Supervisi
Penyusunan Laporan Mutu Kontrak
Penyusunan Laporan Pendahuluan
Persiapan pelaksanaan survei
Laporan Bulanan
2 Tahap Pelaksanaan Survey
Kompilasi data dan informasi awal terkait peninjauan
Koordinasi dan penyemaan persepsi dengan seluruh
pemda terkait penentuan deliniasi wilayah perkotaan
dan penyepakatan instrument pengendali ruang
Pemutahiran data dan pengumpulan data sekunder
dengan sektor terkait program prioritas nasional
Survey Lapangan
Laporan Bulanan
3 Tahap Analisis Laporan Antara
Konsultasi pemerintah pusat
Pengolahan hasil Survey primer dan sekunder
Identifikasi dan analisis klasifikasi zona
Identifikasi dan analisis daftar kegiatan
Identifikasi dan analisis intensitas pemanfaatan ruang
Identifikasi dan analisis pengaturan sarana dan
prasarana
Analisis matriks Zoning Regulation berdasarkan
pemanfaatan ruang dan fungsi kegiatan
Diskusi dan seminar Laporan Antara
Laporan Bulanan
4 Tahap Perumusan Laporan Draft Akhir
FGD dan konsultasi pemerintah pusat
Penyusunan Konsep Peraturan Zonasi
Penyerahan Konsep Peraturan Zonasi dan Album Peta
Diskusi/Seminar Laporan Draft Akhir
Revisi Laporan Draft Akhir
Penyerahan Laporan Akhir
5 Penyerahan Dokumen Prosiding

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 7-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BULAN KE -
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
6 Tahap Pelaporan
Rencana Mutu Kontrak
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Draft Akhir
Laporan Akhir
Dokumen Prosiding
Laporan Bulanan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 7-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 8. Rencana Kerja


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rencana kerja konsultan dalam
kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah yang disesuaikan dengan pendekatan dan metodologi yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, serta lingkup pekerjaan yang diterangkan di
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Hal ini bertujuan agar teraplikasikannya
perencanaan yang telah dilaksanakan.Rencana kerja yang disusun tetap berdasar
pada skema hubungan lingkup kegiatan dan tahapan kegiatan. Tahapan kerja pada
kegiatan ini pada umumnya terdapat 6 tahapan yaitu, tahapan persiapan, tahapan
pelaksanaan, tahap analisis, tahapan laporan akhir, tahap penyusunan materi teknis
dan penyusunan buku ekslusif rancangan peraturan perundang – undangan.

BULAN KE - 1 TAHAP PERSIAPAN


Tahapan persiapan dilakukan pada bulan
pertama kegiatan dengan uraian tahapan
TAHAP PERSIAPAN
- Pembentukan tim konsultan seperti yang tampak pada gambar di
- Pemahaman KAK samping. Kegiatan awal pada tahapan ini
- Penyempurnaan metodologi dimulai dari pembentukan tim,
- Penyusunan laporan mutu kontrak pemahaman terhadap kerangka acuan,
- Diskusi Internal penyempurnaan metodologi, penyusunan
- Persiapan pelaksanaan survei laporan mutu kontrak, diskusi internal
penyusunan rencana kegiatan, persiapan
pelaksanaan survey, serta perencanaan
Kajian Kebijakan mobilisasi personil. Sedangkan kajian
- Permen no. 16 Tahun 2018 kebijakan dan literatur yang harus
- Permen no. 37 Yahun 2016 dipelajari adalah yang terkait dengan
RDTRK dan PZ . Pada bulan pertama ini,
laporan yang harus dikumpulkan adalah
Kebijakan Daerah laporan pendahuluan dan Rencana Mutu
RTRW Kabupaten Aceh Tengah
RDTR Perkotaan Takengon Kontrak.
RDTR Lokasi terkait

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 8-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Bulan Ke- 2

TAHAP PELAKSANAAN

Kompilasi data dan informasi awal terkait peninjauan

Koordinasi dan penyemaan persepsi (FGD) dengan seluruh


pemda terkait penentuan deliniasi wilayah dan
penyepakatan instrument pengendali ruang

Pemutahiran data dan pengumpualn data sekunder


dengan sektor terkait program prioritas nasional

Survey Lapangan

Tahapan pelaksanaan dilakukan pada bulan kedua, dimana pada tahapan ini akan
mulai dilakukan pengumpulan data melalui konsinyasi, workshop, dan koordinasi.
Konsinyasi dilakukan untuk mengkompilasi data dan informasi terkait peninjauan.
Sedangkan Workshop dan koordinasi dilakukan untuk mengkoordinasikan dan
menyamakan persepsi tentang penyusunan PZ serta untuk pemutahiran data. Hasil
dari kegiatan survey ini akan dijadikan sebagai pegangan survey dan bahan untuk
tahapan selanjutnya, yaitu tahap analisis

TAHAP ANALISIS
Tahapan berikutnya adalah tahapan
analisis yang dilakukan pada bulan ketiga
hingga kelima. Pada tahapan ini
Perbaikan laporan
dilakukan analisis dengan
dari hasil expose mengidentifikasi potensi dan
dan penyerahan
laporan Antara
permasalahan yang terdapat di kawasan
strategis nasional yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk merumuskan
pengendalian pemanfaatan di wilayah
perkotaan Takengon yang dijelaskan
Dilakukan identifikasi dan dengan materi wajib dan materi pilihan.
analisis yang berkaitan Pada tahapan ini juga akan dilakukan
dengan penyusunan
RDTR dan PZ
FGD yang diselenggarakan di lokasi studi
untuk menggali informasi dari semua
stakeholder. Pada tahapan ini akan
Hasil Kajian RDTRK disusun laporan antara sebagai hasil dari
dan PZ kegiatan analisis.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 8-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

LAPORAN AKHIR
Bulan Ke 6-8

FGD dan konsultasi


pemerintah pusat serta
pemerintah daerah

Perbaikan Laporan Draft


Akhir

Penyerahan Laporan Akhir

Tahapan terakhir adalah tahap laporan akhir kajian materi teknis dan
pemyususnan buku ekslusif perundang undangan yang dilakukan pada bulan keenam
hingga kedelapan. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perumusan Laporan Draft
Akhir berdasarkan tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan terakhir ini akan
dituangkan dalam laporan akhir.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 8-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 9. Tenaga Ahli dan Penugasannya


Dalam kerangka acuan kerja, telah ditentukan beberapa tenaga ahli dalam
pelaksanaan kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dengan kualifikasi yang berbeda-beda. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini, para tenaga ahli ini juga dibantu oleh beberapa tenaga
pendukung untuk melancarkan pelaksanaan kegiatan. Rincian tenaga ahli dan tenaga
pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai berikut :
Tabel 9.1.
Tabel Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Dalam Kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah
Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
TENAGA AHLI
Disyaratkan dengan latar
belakang pendidikan sekurang-
kurangnya sarjana jurusan
teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
tersebut, dengan pengalaman
profesional sebagai ketua tim
pada pekerjaan-pekerjaan
bidang penataan ruang,
Ahli Perencanaan Wilayah (Team
perencanaan masterplan dan
1 Leader) 1 8
berpengalaman menyusun
RDTR dan PZ kabupaten/kota
atau rencana rinci, sekurang-
kurangnya 10 tahun atau
120 bulan kalender, atau
berpendidikan magister teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota
/ Arsitektur bidang perancangan
kota yang dibuktikan dengan
ijasah S2 di bidang tersebut,
dengan pengalaman profesional

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
sebagai ketua tim pada
pekerjaan-pekerjaan bidang
penataan ruang, perencanaan
masterplan, dan
berpengalaman menyusun
RDTR dan PZ kabupaten/kota
atau rencana rinci, sekurang-
kurangnya 5 tahun atau 60
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Arsitekur yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
tersebut dengan pengalaman
profesional di bidang rancang
kota sekurang- kurangnya 5
tahun atau 60 bulan kalender,
2 Ahli Arsitektur / Perancang Kota atau berpendidikan magister 1 8
teknik Arsitektur yang
dibuktikan dengan ijasah S2 di
bidang tersebut, dengan
pengalaman profesional pada
pekerjaan- pekerjaan bidang
perancangan kota, sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Geografi/Geodesi yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di
bidang tersebut, dengan
pengalaman profesional di
bidang pengukuran tanah,
3 Ahli Geografi / Geodesi 1 8
melakukan GCP, ICP dan
pengolahan data spasial dalam
hal penyusunan RDTR dan PZ
provinsi/kabupaten/kota atau
rencana rinci sekurang-
kurangnya 3 Tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Geologi yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
tersebut, dengan pengalaman
4 Ahli Geologi / Kebencanaan 1 6
profesional di bidang geologi
tata lingkungan dan
kebencanaan sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
hukum atau sarjana administrasi
5 Ahli Hukum/Kelembagaan negara yang dibuktikan dengan 1 4
ijasah S1 di bidang tersebut
dengan pengalaman profesional
di bidang Kelembagaan / Hukum

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik lingkungan yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di
bidang tersebut, dengan
6 Ahli Teknik Lingkungan pengalaman profesional di 1 7
bidang teknik lingkungan dan
menyusun Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
sekurang- kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
teknik Sipil yang dibuktikan
dengan ijasah S1 di bidang
Ahli Teknik Sipil tersebut, dengan pengalaman
7 1 6
(Infrastuktur/prasarana/transportasi) profesional di bidang
perencanaan infrastruktur,
prasarana dan transportasi
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender.
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya
sarjanaEkonomi Wilayah yang
dibuktikan dengan ijasah S1,
8 Ahli Ekonomi Wilayah dengan pengalaman profesional 1 6
di bidang analisis
pengembangan ekonomi
wilayah sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Desain Komunikasi Visual
yang dibuktikan dengan
ijasah S1 dengan pengalaman
profesional sebagai tenaga
9 Ahli Visual Animator 1 1
ahli Desain Grafis perencanaan
sekurang-kurangnya 3 tahun
atau 36 bulan kalender dan
mampu membuat aplikasi 3D
interface untuk simulasi
kawasan perkotaan
Disyaratkan dengan pendidikan
sekurang-kurangnya sarjana
Perencanaan Wilayah Kota
Asisten Ahli Perencanaan Wilayah yangdibuktikan dengan ijasah
10 1 8
dan Kota S1 dengan pengalaman sebagai
Asisten perencanaan wilayah
dan kota sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender
TENAGA PENDUKUNG
sarjana muda (D-3)/ SMA
sederajat.
11 Sekretaris 1 8
mampu mengoperasikan
komputer untuk

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-3


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jumlah
No Tenaga Ahli Kualifikasi MM
(Orang)
dapatmenunjang kegiatan.
sarjana muda (D-3)/ SMA
sederajat.
12 OperatorKomputer mampu mengoperasikan 1 8
komputer untuk
dapatmenunjang kegiatan.
TOTAL 10 62

Setelah diketahui kebutuhan tenaga ahli dalam kegiatan ini, maka dapat
dijabarkan pula tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga ahli dan tenaga
pendukungnya, sebagaimana terlihat dalam Tabel 9.2 dibawah ini;
Tabel 9.2.
Tanggung Jawab Tenaga Ahli
Kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten
Aceh Tengah
TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
TEAM LEADER
Team Leader bertugas menjabarkan
ruang lingkup kegiatan ke dalam
langkah-langkah operasional sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai, mengkoordinir dan
memberi petunjuk kepada tenaga ahli
dan tenaga penunjang yang ada di
lingkungan kerjanya, serta
bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pelaksanaan semua
proses yang dilakukan selama
pekerjaan berlangsung.
Team Leader bertanggung jawab
dalam:
 Memimpin dan
mengkoordinasikan tim
pelaksana pekerjaan.
Ir. Deden  Menjabarkan dan mendefinisikan
Ahli Perencanaan Wilayah (Team
1 Syarifudin, ruang lingkup kegiatan dan
Leader)
MSP materi yang akan di kerjakan
dalam pekerjaan.
 Merumuskan rencana dan
program kerja rinci pelaksanaan
pekerjaan serta
mendistribusikannya kepada
tenaga ahli dan Assisten tenaga
ahli sesuai dengan bidang
keahliannya.
 Melakukan pemantauan
terhadap semua pelaksanaan
pekerjaan baik di studio maupun
di lapangan sehingga kemajuan
pekerjaan sesuai dengan jadual
yang ditetapkan.
 Memimpin tim pelaksana dalam
setiap diskusi baik internal
maupun dengan pemerintah

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-4


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
daerah setempat.
 Melakukan tinjauan lapangan
dan pengumpulan data.
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli dan
asisten tenaga ahli serta
melakukan pengendalian mutu
pekerjaan.
TENAGA AHLI
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
Ir. Ignasius keahliannya dalam bidang
2 Ahli Arsitektur / Perancang Kota
Haryadi Arsitektur
 Melakukan analisis dalam bidang
arsitektur
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
 Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang Arsitektur
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang
Ir. Irvan Geografi/geodesi.
3 Ahli Geografi / Geodesi
Sunandar
 Melakukan analisis dalam bidang
Geografi/geodesi.
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain.
 Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang
Geografi/geodesi.
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Ir. Yanto pekerjaan sesuai dengan
4 Ahli Geologi / Kebencanaan
Sudiyanto keahliannya dalam bidang
Geologi/Kebencanaan.
 Melakukan analisis dalam bidang
Geologi.
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
 Merumuskan kesimpulan dan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-5


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang Geologi.
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Aji Widodo,
5 Ahli Hukum/Kelembagaan pekerjaan sesuai dengan
SH,MH
keahliannya dalam bidang
Hukum
 Melakukan analisis dalam bidang
Hukum
 Menyusunrencana peraturan
daerah
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang
6 Ir. Abuzar Ahli Teknik Lingkungan lingkungan
 Melakukan analisis dalam bidang
lingkungan
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain.
 Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang
lingkungan
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan
keahliannya dalam bidang teknik
Ir. Niwan Ahli Teknik Sipil
7 sipil (infrastruktur / prasarana /
Garniwan (Infrastuktur/prasarana/transportasi)
transportasi)
 Melakukan analisis dalam bidang
teknik sipil
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
 Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang teknik sipil
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Drs.
8 Ahli Ekonomi Wilayah  Membantu Team Leader dan
Djarwadi, MT
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-6


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

TUGAS
NO NAMA BIDANG KEAHLIAN
DALAM PEKERJAAN
keahliannya dalam bidang
ekonomi wilayah
 Melakukan analisis dalam bidang
ekonomi wilayah
 Menyusun laporan bersama-
sama dengan tenaga ahli lain
 Merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi hasil pekerjaan
sesuai dengan bidang ekonomi
wilayah
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
Drs.
tim lainnya dalam pelaksanaan
9 Rujiyanto, Ahli Visual Animator
pekerjaan sesuai dengan
MSn
keahliannya dalam bidang Visual
Animator
 Membuat visualisasi RDTRK dan
PZ dalam bentuk video yang
atraktif
Tugas dan kewajiban Tenaga Ahli
dalam melaksanakan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
 Membantu Team Leader dan
bekerja sama dengan anggota
tim lainnya dalam pelaksanaan
Bondan pekerjaan sesuai dengan
Angga Asisten Ahli Perencanaan Wilayah keahliannya dalam survey dan
10
Pamungkas, dan Kota pengumpulan data
ST  Membantu Team Leader
merumuskan kegiatan survey
lapangan yagn efektif dan efisien
 Survey lapangan dan
pengumpulan data baik primer
maupun sekunder yang di
butuhkan untuk analisis.
TENAGA PENDUKUNG
Membantu dalam tugas administrasi
11 Sekretaris
dan tata kelola pekerjaan
Membantu input data dan tugas
12 Operator Komputer teknis di lapangan seperti notulensi
dan risalah rapat

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 9-7


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 10. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Sesuai dengan proses pelaksanaan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, dimana dalam penyusunan
ini waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan
ruang lingkup yang telah ditetapkan adalah 8 (delapan) bulan pada tahun anggaran
2019.
Agar waktu tersebut dipergunakan secara optimal, maka seluruh tenaga ahli
yang dibutuhkan akan dilibatkan sesuai dengan posisi pekerjaan dan keahliannya.
Lebih jelas jadwal penugasan tenaga ahli disajikan pada Tabel 10.1 berikut ini.
Tabel 10.1.Jadwal Penugasan Tenaga Ahli serta Tenaga Pendukung Penyusunan Materi
Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
Jumlah Bulan ke-
No Tenaga yang dibutuhkan Bulan
(orang)
I II III IV V VI VII VIII
Ahli Perencanaan Wilayah x x x x x x x x
1 (Team Leader)/ 1 8
Ir. Deden Syarifudin, MSP
Ahli Arsitektur / Perancang Kota / x x x x x x x x
2 1 8
Ir. Ignasius Haryadi
Ahli Geografi / Geodesi / x x x x x x x x
3 1 8
Ir. Irvan Sunandar
Ahli Geologi / Kebencanaan/ x x x x x x
4 1 6
Ir. Yanto Sudiyanto
Ahli Hukum/Kelembagaan / x x x x
5 1 4
AjiWidodo, SH,MH
Ahli Teknik Lingkungan/ x x x x x x x
6 1 7
Ir. Abuzar
Ahli Teknik Sipil (Infrastuktur / x x x x x x
7 prasarana / transportasi) / 1 6
Ir. Niwan Garniwan
Ahli Ekonomi Wilayah/ x x x x x x
8 1 6
Drs. Djarwadi, MT
Ahli Visual Animator/ x
9 1
Drs. Rujiyanto, MSn

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 10-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Jumlah Bulan ke-


No Tenaga yang dibutuhkan Bulan
(orang)
I II III IV V VI VII VIII
Asisten Ahli Perencanaan Wilayah & x x x x x x x x
10 Kota / 8
Bondan Angga Pamungkas, ST
11 Sekretaris 1 8 x x x x x x x x
12 Operator Komputer 1 8 x x x x x x x x

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 10-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 11. Organisasi Pelaksanan Kegiatan

Untuk memelihara efisiensi kerja, maka perlu disusun suatu struktur


organisasi pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
jadwal serta tujuan yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja kegiatan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah. Pada dasarnya, penyusunan struktur organisasi pelakasanaan kegiatan ini
menyangkut hubungan kerja antara pemberi pekerjaan dengan pelaksana.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dimaksud, tim konsultan akan
membentuk tim yang dipimpin oleh seorang team leader dengan didukung oleh
beberapa tenaga ahli dan dibantu oleh beberapa staf pendukung. Untuk lebih jelas
mengenai struktur organisasi dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada
Gambar 11.1.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 11-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Gambar 11.1. Struktur Organisasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 11-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 12. Pelaporan


Pelaporan dan kelengkapan yang harus diserahkan sesuai dengan
pertahapannya adalah:
1. Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah SPMK, bersamaan dengan penyerahan Laporan Pendahuluan. Laporan
Rencana Mutu Kontrak diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan ini berisi:
a. Lembar Pengesahan;
b. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan);
c. Informasi proyek (pekerjaan) ;
d. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan);
e. Lokasi Proyek;
f. Pihak-pihak yang terlibat;
g. Struktur organisasi proyek;
h. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang ;
i. Metode kerja pelaksanaan;
j. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
k. Jadwal tenaga kerja ;
l. Jadwal Pelaporan;
m. Progres Kerja;
n. Jadwal pengetesan (pembahasan); dan
o. Cash flow.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisikan laporan kegiatan selama satu bulan dan rencana
kegiatan bulan berikutnya serta dilengkapi dengan dokumen pendukungnya.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan setiap bulan.
3. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi latar belakang kegiatan, tujuan dan sasaran
kegiatan, metodologi, jadwal pelaksanaan kegiatan, dan rencana kerja.Laporan
ini merupakan acuan dan pengendali kegiatan secara keseluruhan. Laporan ini
dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 12-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

4. Laporan Antara
Laporan Antara berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ruang
lingkup kegiatan dan metodologi sampai dengan bulan ke 3 (tiga) setelah SPMK.
Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 4 (empat) bulan setelah SPMK.
5. Laporan Prosiding
Laporan ini merupakan kompilasi seluruh hasil pelaksanaan kegiatan, laporan ini
berisikan risalah rapat, kesepakatan/hasil rapat, tindak lanjut serta dokumentasi
dari kegiatan yang dilakukan. Laporan ini akan diserahkan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah kegiatan pertemuan diselenggarakan sebanyak 5 (lima)
eksemplar.
6. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan ruang lingkup kegiatan dan metodelogi sampai dengan bulan ke 7 (tujuh)
setelah SPMK.Laporan ini dibuat 5 (lima) eksemplar, diserahkan 7 (tujuh) bulan
setelah SPMK.
7. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan hasil pelaksanaan kegiatan tahap akhir dengan muatan
substansi sebagaimana yang telah disebutkan pada ruang lingkup kegiatan.
Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, diserahkan 8 (delapan) bulan
setelah SPMK dalam bentuk hardcopy dan softcopy CD sebanyak 5 (lima)
keping. Laporan Akhir ini harus dilampiri dengan:
a. Citra satelit resolusi tinggi (data sekunder).
b. Buku Fakta dan Analisis sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
c. Buku Materi Teknis RDTR dan peraturan zonasi sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar yang sudah dilengkapi berita acara.
d. Buku Draft Raperda RDTR DAN PZ sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
e. Buku KLHS RDTR, masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
f. Ringkasan Eksekutif.
g. Album peta pada format dan ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
disertai dengan Hardisk Eksternal.
h. Album peta skala 1:5000 pada format dan ukuran A1 sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar disertai dengan Hardisk Eksternal.
i. Softcopy Peta RDTR dan PZ dalam format SHP.
j. Dokumen-dokumen lainnya yang dihasilkan selama proses pelaksanaan
pekerjaan, seperti bahan paparan, bahan konsutasi publik, bahan FGD dll.

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 12-2


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 13. Staf Pendukung


Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah, kami telah membentuk tim
yang dikoordinir oleh seorang team leader. Tim ini memiliki struktur organisasi dan
mekanisme kerja sehingga pembagian tugas dan tanggung jawab pelaksanaan tugas
masing-masing tenaga ahli dapat lebih jelas. Mekanisme kerja yang baik juga akan
menjamin terjadinya kerjasama antar tenaga ahli dan memperjelas arus informasi.
Dalam struktur organisasi ini terdiri dari beberapa tenaga ahli yang akan dibantu oleh
beberapa staf pendukung yang sesuai dengan spesifikasi keahlian masing-masing.
Beberapa staf pendukung yang turut membantu dalam kelancaran pelaksanaan
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 13.1 dibawah ini.
Tabel 13.1. Kebutuhan Staf Pendukung dalam Kegiatan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah

No Staf Pendukung Posisi Pendidikan

1 Sekertaris Anggota D3 / SMA

2 Operator Komputer Anggota D3 / SMA

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 13-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 14. Fasilitas Pendukung


Dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah, diperlukan barang dan fasilitas
pendukung untuk dapat menyelesaikan pekerjaan ini. Barang dan fasilitas pendukung
ini akan disediakan oleh pihak konsultan sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa
fasilitas yang digunakan antara lain ruang kantor yang dimiliki oleh konsultan yang
dilengkapi dengan peralatan kantor, alat telekomunikasi, serta transportasi.
1. Peralatan kantor
Perlengkapan atau peralatan kantor yang akan digunakan dalam penyelesaian
pekerjaan ini antara lain meja dankursi, meja sekretaris, meja komputer, filling
cabinet, komputer dan printer, serta kalkulator.
2. Alat telekomunikasi
Alat telekomunikasi juga memegang peranan penting dalam pengerjaan kegiatan
ini. Beberapa alat komunikasi yang digunakan adalah pesawat telepon, faximile,
dan internet yang masing-masing terdapat satu unit untuk manajemen proyek dan
koordinasi dengan pemberi kerja.
3. Transportasi
Sarana transportasi sangat diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan diantaranya
untuk melakukan kunjungan lapangan maupun untuk pengambilan data.
Transportasi yang dimiliki oleh pihak konsultan adalah kendaraan roda empat
(mobil).

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 14-1


Materi Teknis RDTR Kawasan Perkotaan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

BAB 15. Penutup


Demikian Usulan Teknis “Penyusunan Materi Teknis RDTR Kawasan
Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah” ini kami buat sebagai bahan
pertimbangan dan penilaian bagi Panitia maupun Penanggung jawab Pengadaan Jasa
Konsultan untuk pekerjaan ini. Semoga kami mendapatkan kesempatan dan
kepercayaan untuk menangani pekerjaan ini.

Jakarta, Februari 2019


PT. ENGGAL KARJA OETAMA

(Eko Budiyono)
Direktur Utama

PT. ENGGAL KARJA OETAMA USULAN TEKNIS 15-1

Anda mungkin juga menyukai