Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Adyani, M.Kep., Sp. Kep. Kom

Disusun oleh:

Desy Sulastri (1610711089)

Mega Ayu Ardhaneswari (1610711093)

Rifda Rianti (1610711094)

Adelia Putri Fitriansyah (1610711098)

Irfani Rizqi Dwi Arifiani (1610711099)

Vidya Hanan (1610711100)

Bunga Salsabilla Rayhan (1610711101)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanatkan pui syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-NYA kepada saya sehingga dapat membuat makalag Keperaatan Komunitas II.

Makalah yang berudul “ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA


ANAK USIA SEKOLAH” ditulis untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Keperaatan Komunitas II.

Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan
kepada kami dalam pembuatan makalah ini terutama kepada :

1. Ibu Ns. Sang Ayu Adyani, M.Kep., Sp. Kep. Kom selaku dosen pada mata kuliah
Keperaatan Komunitas II.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Rekan satu kelas tutorial yang telah mendukung dan menyelesaikan makalah ini.

Akarta, 17 Februari 2019

Tim

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
I.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
II.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
III.3. Tujuan ........................................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
II.1. Kasus Anak Sekolah.................................................................................................................... 6
II.2. Program Kesehatan Terkait Kasus .............................................................................................. 6
II.3. Pengertian .................................................................................................................................. 18
II.4. Etiologi ...................................................................................................................................... 18
II.5. Tanda Gejala ............................................................................................................................. 20
II.6. Akibat dan Komplikasi.............................................................................................................. 20
II.7 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah....................................................... 20
BAB III………………………………………………………………………………………………..29

III.1 SIMPULAN………………………………………………………………..……………………29

III.2 SARAN………………………………………………………………………………………….29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………30

iii
BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Pada masa ini keseimbangan gizi perlu dijaga agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Suandi, 2012). Karakteristik anak sekolah
secara kebiasaan anak sering tidak sarapan dengan mengganti makanan yang mengandung
kalori atau zat gizi yang rendah, anak-anak banyak menonton televisi dan menirunya. Kondisi
ini mencerminkan kebiasaan makan jajan yang buruk akan mempengaruhi status gizi
(Arisman, 2004).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih
(Almatsier,2001). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penilaian
secara tidak langsung yaitu dengan melakukan survei konsumsi makanan, statistik vital dan
faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002).

Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor utama penentu status gizi seseorang.
Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat seoptimal mungkin (Almatsier, 2004). Konsumsi
makanan jajanan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anaksaat di rumah. Selain
itu kebiasaan banyak makan jajanan kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat
mengancam kesehatan anak (Khomsan, 2003).

Pengetahuan gizi pada anak sangat mempengaruhi pemilihan makanan jajanan.


Pengetahuan gizi dalam memilih makanan yang bersumber zat-zat gizi dan pandai dalam
memlih makanan jajanan yang sehat dan tidak sehat (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang
memperburuk keadaan gizi anak sekolah adalah umumnya dalam memilih makanan

4
seringkali anak-anak salah memilih makanan yang sehat. Kebiasaan jajan misalnya es, gula-
gula, atau makanan lain yang kurang gizinya dan anak susah makan. Pada dasarnya anak
dibiasakan memilih makanan yang baik (Moehji, 2009). Pemilihan makanan mencakup
sebagian dari hal-hal yang lebih luas tentang kebiasaan yang berkaitan dengan makanan yang
merupakan perilaku khas masyarakat dalam kaitannya dengan makanan. Kebiasaan memilih
makanan juga mempengaruhi waktu makan, jumlah hidangan, metode penyiapan makanan,
orang yang ikut makan, ukuran porsi dan cara makan (Barasi, 2007). Makanan jajanan
sekolah salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian masyarakat, terutama orang tua,
pendidik dan pengelola sekolah.

Makanan jajanan yang diperjualbelikan saat ini masih berisiko terhadap kesehatan
disebabkan penanganannya yang tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan
tersebut terkontaminasi mikrobia atau bahan tambahan pangan (BTP) (Cahyadi, 2006).
Kebiasaan jajan anak dapat mempengaruhi makanan jajanan yang dikonsumsi pada anak-
anak. Makanan jajanan adalah makanan danminuman yang dipersiapkan dan dijual oleh
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan
atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan tersebut sering tidak
disiapkan secara higienis atau juga mempergunakan bahanbahan yang berbahaya misalnya zat
pewarna karena harga yang murah (Khomsan, 2003).

II.2. Rumusan Masalah


1. Apa saa program-program yang terkait kasus ?
2. Apa pengertian masalah kesehatan pada kasus tersebut ?
3. Apa etiologi pada kasus tersebut ?
4. Apa tanda dan geala pada kasus tersebut ?
5. Apa akibat dan komplikasi pada kasus tersebut ?
6. Bagaimana asuhan keperaatan komunitas pada anak usia sekolah terkait dengan kasus

III.3. Tujuan
1. Mengetahui program-program yang terkait kasus
2. Mengetahui pengertian masalah kesehatan pada kasus tersebut
3. Mengetahui etiologi pada kasus tersebut
4. Mengetahui tanda dan geala pada kasus tersebut
5. Mengetahui akibat dan komplikasi pada kasus tersebut

5
BAB II

PEMBAHASAN
II.1. Kasus Anak Sekolah

Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD
X sebagai berikut: jumlah siwa 123 orang, dipinggir jalan banyak pedagang yang berjualan,
makan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku
siswa terlihat tidak mencuci tanga sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan
kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu,
sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat
istirahat, siswa lebih banyak membeli jajan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada
petuhas yang menyeberangkan siswa

II.2. Program Kesehatan Terkait Kasus

1. Program UKS

Program Usaha Kesehatan Sekolah yang dikenal dengan Trias UKS yaitu Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat merupakan hal
yang sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dan cerdas.

Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya pendidikan dan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan
seharihari.

2. Tujuan UKS

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

6
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat
dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:

a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup


sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di
perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat;

b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan c. Memiliki
daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan
kebiasaan merokok serta hal-hal yangberkaitan dengan masalah pornografi dan masalah
sosial lainnya.

3. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS

Tujuan pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar pengelolaan UKS mulai dari pusat
sampai ke daerah dan sekolah/madrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif,
berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang optimal.

4. Sasaran UKS Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi:

a. Sasaran Primer : peserta didik

b. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar/ tutor, komite sekolah/orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang

c.Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pada sekolah
lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama beserta
lingkungannya.

5. Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS

a. Ruang Lingkup Program UKS Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang
tercermin dalam Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai
berikut:

1) Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yangmeliputi aspek:

a) Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat;

7
b) Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh buruk dari
luar;

c) Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

2) Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:

a) pelayanan kesehatan;

b) pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik

c) pengobatan ringan dan P3K maupun P3P; 4

d) pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS);

e) penyuluhan kesehatan;

f) pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;

g) pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal lainnya
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;

h) rujukan kesehatan ke Puskesmas;

i) UKGS;

j) Pemeriksaan berkala.

3) Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan yang meliputi:

a) Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan,


kerinda-ngan, kekeluargaan );

b) pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;

c) pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik, pegawai


sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).

b. Ruang Lingkup Pembinaan UKS Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi:

1) Pendidikan kesehatan;

8
2) Pelayanan kesehatan;

3) Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat;

4) Ketenagaan;

5) Sarana prasarana;

6) Penelitian dan pengembangan;

7) Manajemen/organisasi;

8) Monitoring dan evaluasi.

6. Landasan Hukum Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama


lintas sektoral, landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah:

a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

c. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

d. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
e. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.

f. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2011 tentang Peran Gubernur selaku Wakil
Pemerintah Pusat.

g. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : 1/U/SKB/2003, Nomor : 1067/Menkes/ SKB/VII/2003, Nomor :
MA/230 A/2003, Nomor : 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS.

h. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : 2/P/SKB/2003; Nomor : 1068/Menkes/ SKB/VII/2003; 5 Nomor
: MA/230 B/2003; Nomor : 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim
Pembina UKS Pusat.

9
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

a. PENGERTIAN

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan
untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah
binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya bagi individu
(peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah dan
berkesinambungan.

a. Intervensi perilaku yaitu:


• Penggerakan guru, dokter kecil, orang tua murid melalui lokakarya/pelaƟ han.
• Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan menggunakan
pasta gigi berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.
• Pembinaan oleh tenaga kesehatan.
b. Intervensi lingkungan
• Fluoridasi air minum (bila diperlukan)
• Pembinaan kerjasama lintas program/lintas sektor melalui TP UKS.

Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi individu pada peserta didik yang
membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut melipuƟ surface protecƟ on, fi ssure
sealant, kegiatan skeling, penambalan dengan metode ART (AtraumaƟ c RestoraƟ ve
Treatment technique) penambalan, pencabutan, aplikasi fl uor atau kumur-kumur dengan
larutan yang mengandung fluor, bisa dilaksanakan di sekolah, di Puskesmas atau di praktek
dokter gigi perorangan/dokter gigi keluarga.

b. SASARAN

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS melipuƟ :

1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK–SD-SMP-SMA dan sederajat

2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta TP
UKS diseƟ ap jenjang.

10
3. Sasaran tersier er:

a. Lembaga pendidikan mulai dari Ɵ ngkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan Ɵ ngkat
atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.

b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.

c. Lingkungan, yang melipuƟ : • Lingkungan sekolah • Lingkungan keluarga • Lingkungan


masyarakat

c. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah
(TRIAS UKS) yang melipuƟ ; pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat, maka ruang lingkup UKGS yaitu:

1. Penyelenggaraan Pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang melipuƟ :

a. Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

b. LaƟ han atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan
mulut.

c. Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk:

a. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta didik;

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;

c. Pencegahan/pelindungan terhadap penyakit gigi dan mulut;

d. Perawatan kesehatan gigi dan mulut; e. Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat sekolah (guru,


murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat).

ANAK USIA SEKOLAH

1. Pengertian Anak Usia Sekolah

11
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
kuatmempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Banyak ahlimenganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa
yang telah terjadi dandipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa,2006)

Menurut wong (2008) anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinyasekolah menjadi pengalaman inti anak. &eriode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung ja'ab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, danorang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan de'asa dan memperoleh keterampilan tertentu.

2. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010,


sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Suharjo (2006) menyatakan bahwa
sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anak- anak usia 6-12 tahun. Hal ini juga
diungkapkan Fuad Ihsan (2008) bahwa sekolah dasar ditempuh selama 6 tahun.

Pernyataan tentang sekolah dasar lainnya yang dikemukakan oleh Harmon &
Jones (2005) bahwa: “Elementary schools usually serve children between the ages of
five and eleven years, or kindergarten through sixth grade. Some elementary schools
comprise kindergarten through fourth grade and are called primary schools. These
schools are usually followed by a middle school, which includes fifth through eighth
grades. Elementaryschools can also range from kindergarten to eighth grade”.

Pernyataan oleh Harmon & Jones sedikit berbeda dengan pernyataan oleh
Suharjo. Jika Suharjo menyatakan sekolah dasar lebih ditujukan pada anak yang
berusia 6-12 tahun, maka Harmon dan Jones menyatakan sekolah dasar biasanya
terdiri atas anak- anak antara usia 5-11 tahun dan usia tingkatan sekolah menengah.Di
Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun.
Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.

3. Perkembangan Anak sekolah

12
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupnnya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi,
masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat diartikan
juga sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan
yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan (Syamsu, 2012).

Perkembangan individu merupakan integrasi dari beberapa proses, yakni


biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Dengan demikian, obyek psikologi perkembangan adalah
proses perubahan yang terjadi dalam diri individu meliputi beberapa aspek sebagai
implikasinya, yakni:

1. Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek fisik dan motorik, berkaitan dengan
perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson menyatakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek (Hurlock dalam Retno, 1995),
yakni: pertama, struktur fisik,yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan
proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek
lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yan akan
mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yang
menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. Aspek perkembangan ini
sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh,
struktur fisik yang kurang normal (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau
obesitas) akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor
kepercyaan ini berkaitan dengan aspek perkembangan emosi, kepribadian, dan
sosial.

2. Aspek perkembangan kedua yakni, aspek kognitif atau intelektual, perkembangan


kognitif berkaitan dengan potensi intelektual yang dimiliki individu, yakni
kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Aspek kognitif juga
dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak. Penelitian mengenai
fungsi otak (Woolfolk, 1995) dapat dibedakan berdasarkan ke-dua belahan otak,
yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat dengan kemampuan
berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen (memusat). Dengan
demikian kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri adalah membaca,

13
berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan
berkaitan erat dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik dan
divergen (menyebar). Kegiatan yang dominan menggunakan otak kanan
diantaranya adalah melukis, bermain music, kerajinan tangan.Ahli psikologi yang
memberikan kontribusi teori penting mengenai perkembangan kognitif adalah
Jean Piaget (1952). Menurutnya, tahap perkembangan kognitif menurut periode
usia adalah adalah sebagai berikut: sensori-motori, usia 0-2 tahun, ra-operational,
usia 2-7 tahun, operational konkrit, usia 7-12 tahun, dan operational formal, usia
diatas 12 tahun. Selain berhubungan erat dengan aspek perkembangan fisik dan
motorik, perkembangan kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek
perkembangan lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa,
sosial, emosional. Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki perkembangan
kognitif yang baik, diharapkan mampu memahami nilai dan aturan sosial,memiliki
penalaran moral yang baik dan mampu menggunakan bahasa secara tepat dan
efisien (Retno, 2013).

3. Aspek perkembangan ketiga yakni, aspek perkembangan sosial, perkembangan


sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam interaksi sosialnya,
bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Retno Pangestuti, 2013).
Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi sebagai proses yang membimbing
anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada,baik keluarga, teman sebaya,
guru, dan masyarakat sekitarnya.

4. Aspek perkembangan anak keempat yaitu aspek perkembangan bahasa, menurut


para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan simbol-
simbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan
membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang
berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan,
1998). Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal
(1996) mengatakan bahwa perkembangan bahasa tergantung pada
pematanganotak secara biologis.Sementara itu, Tarigan (2009) menjabarkan

14
perkembangan Bahasa menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap meraban
(pralinguistik) pertama dan tahap meramban (pralinguistik) kedua. Pada tahap
meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis,
mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan
tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat. Pada tahap meramban kedua, tahap ini
disebut juga tahap omong kosong atau tahap kata tanpa makna. Awal tahap
meraban kedua ini biasanya dimulai pada permulaan kedua tahun pertama
kehidupan. Anak-anak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka
berbuat seolah- olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata

5. Aspek perkembangan kelima yakni, aspek perkembangan emosi. Menurut Retno


(2013), emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau suatu
kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai sesuatu,
marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli yakin
bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila
seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Berkaitan dengan faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, sejumlah penelitian
tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung
kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock dalam Retno, 2002).Reaksi
emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi
tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya system
endokrin. Keatangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam
mempengaruhi perkembangan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi,
remajaharus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat
menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan
berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan
masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan
sebagian oleh tingkat kesukaannya pada orang sasaran (Hurlock dalam Retno,
2002).

6. Aspek perkembangan keenam yakni aspek kepribadian dan seni, kata kepribadian
dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata
latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang individu yang berbicara
melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan
tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982). Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal

15
penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola
kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat
kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul
perilaku khusus terhadap diri seseorang.

7. Aspek perkembangan ketujuh yakni, aspek pekembangan moral dan penghayatan


agama. Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat diartikan
sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara kehidupan
(Retno, 2013). Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima
dan melakukan peraturan, nilai dan prinsip moral (Yusuf, 2011). Perkembangan
moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995).
Menurut kacamata teori psikoanalisa, perkembangan moral adalah proses
internalisasi norma-norma masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan biologis
individu. Sedangkan dari sudut pandang Teori behavioristik, perkembangan moral
dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yang dipelajari oleh anak,
antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.

Menurut Wiliam James, salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk adalah
fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-
Nya (Murphy, 1967). Dengan kehalusan dan fitrah tadi, seseorang setidak-
tidaknya pasti mengalami, mempercayai bahkan menyakini dan menerimanya
tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang Maha Agung yang
melebihi apapun termasuk dirinya, yang demikian itu disebut sebagai pengalaman
religi atau keagamaan.

4. Masalah-masalah umum yang terjadi pada anak usia sekolah

1. Emosi masih labil

Kebanyakan anak-anak pada usia ini belum bisa mengontrol emosianya.


Pada suatu saat anak usia sekolah bisa tiba-tiba sangat gembira, meledak-ledak
karena marah, menangis karena sedih atau bahkan memisahkan diri dari
kawanannya karena merasakan kekecewaan. Hal ini biasa terjadi dan tidak harus

16
terlalu di persoalkan karena anak usia ini memang belum bisa mengatur kondisi
hatinya.

2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Anak pada usia ini belum banyak mengetahui informasi sehingga ketika
dia menemukan suatu hal baru, dia akan sangat antusias untuk mencaritahunya.
Disinilah peran orang tua dan guru dibutuhkan, guna untuk mengarahkan hal-hal
yang belum diketahui sang anak.

3. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain

Ketika seorang anak melihat anak lain memiliki kelebihan dibandingkan


dirinya, dia akan mulai bertanya-tanya. Kenapa? Kenapa berbeda? Hhal ini akan
membuat sang anak membandingkan dirinya dengan anak lainnya.

4. Menganggap sesuatu tidak penting

Seorang anak biasanya akan asik dengan dunianya sendiri, dimana dia
dapat merasakan kebahagiaan dan keberadaanya. Ketika seorang anak sedang
dalam kondisi seperti ini, biasanya dia tidak akan terlalu memerdulikan hal lain
disekitarnya yang mungkin saja penting namun dia tidak menganggap bahwa hal
itu penting.

5. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas, tugas itu tidak dianggap penting

Biasanya ketika mengerjakan suatu hal yang berat lalu gagal, seorang anak
akan meninggalkannya dan mencari hal lain yang bisa dilakukannya dan dapat
membuatnya senang.

6. Anak sekolah suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama

Hal ini masih terjadi pada orang dewasa, namun lebih cenderung terjadi
pada anak-anak.

7. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah

17
Hal ini terjadi karena pikiran anak dari awal terbentuk seperti itu. Ini dapat
menyebabkan sang anak takut dalam melaksanakan ujian. Akibatnya, anak lebih
mementingkan hasil daripada ilmu yang dia dapatkan.

II.3. Pengertian

Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam
usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan
keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga
mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.

Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih
banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat
infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada
anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing
yang lebih tinggi (Haryanti, E, 1993).

Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus Karena aktivitas otot-
otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan
dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh
Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa
didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram
protein setiap hari.Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan
oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan
kurang gizi (malnutrisi).

II.4. Etiologi

a. Umur Umur balita terendah 1 tahun, tertinggi 4 tahun dengan rata-rata 2,76. Frekuensi
terbanyak pada umur 3 tahun yaitu senbanyak 49,1%.

18
b. Jenis Kelamin

Distribusi anak menurut jenis kelamin hampir berimbang walaupun lebih banyak anak laki-
laki dari pada perempuan.

c. Kebiasaan Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah aktifitas yang dilakukan sebelum makan, setelah bermain dan setelah
BAB, berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya 3,7% yang terbiasa melakukan
kebiasaan mencucitangan.

d. Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Kebiasaaan memakai alas kaki adalah kebiasaan anak memakai sandal atau sepatu setiap
bermain didalam dan diluar rumah. berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya 1,9%
yang terbiasa memakai alas kaki.

e. Kebersihan Kuku

Kebersihan kuku aktifitas yangdilakukan dengan memangkas dan memotong kuku satu
minggu sekali dan membersihkan sela-sela kuku setiap mencuci tangan. Berdasarkan hasil
penelitian dari 54 anak sebanyak 88,9% memiliki kuku kotor.

f. Kebiasaan Bermain ditanah

Bermain ditanah adalah aktifitas fisik yang mengakibatkan tangan, kuku, kaki dan kulit
kontak langsungdengan tanah,berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 98,1%
terbiasa bermain ditanah.

g. Kepemilikkan Jamban

Kepemilikkan jamban tempat untuk BAB bagi keluarga yangmerupakan milik keluarga yang
memenuhi syarat kesehatan, berdasarkan hasil penelitian dari 54 keluarga sebanyak 94,4%
memiliki jamban.

h. Lantai Rumah

Lantai rumah mencakup bahan yang digunakan sebagai lantai rumah yang terbuat dari bahan
yang kedap air. Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 87% yang lantai
rumahnya kedap air.

19
i. Ketersediaan Air Bersih

Mencakup kecukupan air yang memenuhi syarat air bersih yaitu tidak berbau,berasa, dan
tidak berwarnauntuk kebutuhan hidup sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak
100% mempunyai ketersediaan air bersih.

II.5. Tanda Gejala

Lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit,, prestasi
kerja menurun, dan anemia merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi. (Menteri
Kesehatan, 2006)

Gejala penyakit cacing umumnya berupa gangguan lambung usus, seperti mulas, kejang-
kejang, kehilangan nafsu makan, pucat dan anemia, sering sakit karena daya tahan tubuh
rendah, pertumbuhannya terganggu, dan kurus atau berat badan rendah karena kekurangan
gizi. Biasanya anak masih dapat beraktivitas walau sudah mengalami penurunan kemampuan
belajar dan produktifitas. Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis
yaitu dengan menemukan telur-telur cacing dan cacing dewasa didalam tinja tersebut. Jumlah
telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan bertanya infeksi

II.6. Akibat dan Komplikasi

Tanda-tanda yang paling khas adalah batuk, sputum bercak darah, dan sesak. Adanya
cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti nyeri perut dan kembung

II.7 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah


Kasus Anak Sekolah

Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD
X untuk tempat pemeriksaan kesehatan anak sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang berusia
6-12 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, 100% anak usia sekolah belum

20
menikah, Dari 123 orang ada yang beragama islam, kristen, dan hindu tapi rata-rata beragama
islam. Tipe bangunan sekolah permanen, tempatnya strategis di pinggir jalan walau kadang
berbahaya untuk anak, terdapat 2 lantai dengan tangga yang sempit dan licin, kurangnya
ventilasi udara dari luar ke dalam kelas, kebersihan lingkungan sekolah kurang bersih akibat
anak suka membuang sampah sembarangan Dan tidak suka melakukan piket, ada kantin di
dalam sekolah yang kurang terjamin dan ada toilet yang kurang terawat. Di pinggir jalan
banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin akibat
banyaknya debu dan polusi dari jalan raya, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa
terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan
kebersihan gigi dan mulut kurang akibat anak menyukai jajanan permen dan coklat ditambah
anak tidak menggosok gigi sebelum tidur serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain
itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat
istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa
juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada
petugas yang menyeberangkan siswa.Anak-anak ada yang jalan kaki, naik sepeda, naik
kendaraan umum dan diantar oleh orang tua. Anak mengikuti berbagai macam organisasi di
sekolah seperti drum band dan pramuka. Komunikasi yang dilakukan oleh anak adalah
bertanya dan berdiskusi dengan teman sebaya, guru, dan orang tua lalu ,anak jarang
mendapatkan informasi mengenai kesehatan penting nya sarapan, tata Cara makan yg
baik,dan bagaimana lingkungan yang sehat sehingga masih banyak yg belum mengerti
penting nya kesehatan.Anak-anak biasanya rekreasi bersama orang tua ke taman atau kebun
binatang. Rata-rata ekonomi orang tua anak di SD X mampu karena sebagian besar memiliki
pekerjaan.

A. PENGKAJIAN

1. Demografi

21
SD X untuk usia 6-12 tahun berjumlah 123 orang dengan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki.

2. Status Perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum menikah.

3. Agama
Dari 123 orang ada yang beragama islam, kristen, dan hindu tapi rata-rata
beragama islam.

B. SUBSYSTEM

Ada 8 subsystem :
1. Lingkungan Fisik
Tipe bangunan sekolah permanen, tempatnya strategis di pinggir jalan walau
kadang berbahaya untuk anak, terdapat 2 lantai dengan tangga yang sempit dan
licin, kurangnya ventilasi udara dari luar ke dalam kelas, kebersihan lingkungan
sekolah kurang bersih akibat anak suka membuang sampah sembarangan Dan
jarang piket di kelas, ada kantin di dalam sekolah yang kurang terjamin dan ada
toilet yang kurang terawat. Banyak jajanan kaki lima didepan gerbang sekolah
yang tidak terjamin akibat banyaknya debu dan polusi dari jalan raya.

2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan di SD X terdapat UKS dan Puskesmas untuk tempat
pemeriksaan kesehatan anak.

3. Ekonomi
Rata-rata ekonomi orang tua anak di SD X mampu karena sebagian besar
memiliki pekerjaan.

4. Keamaan dan Transportasi


a) Keamanan
22
- Anak mengeluh sulit menyebrang jalan karena banyak kendaraan lewat
dan tidak ada petugas yang membantu untuk menyebrang.
- Di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual
kebersihannya tidak terjamin akibat banyaknya debu dan polusi dari jalan
raya.
- kebersihan gigi dan mulut kurang akibat anak menyukai jajanan permen
dan coklat ditambah anak tidak menggosok gigi sebelum tidur serta kuku
jari tangan kotor juga panjang.
b) Transportasi
Anak-anak ada yang jalan kaki, naik sepeda, naik kendaraan umum dan
diantar oleh orang tua.

5. Politik dan Pemerintahan


Anak mengikuti berbagai macam organisasi di sekolah seperti drum band dan
pramuka.

6. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh anak adalah bertanya dan berdiskusi dengan
teman sebaya, guru, dan orang tua ,anak jarang mendapatkan informasi mengenai
kesehatan penting nya sarapan, tata Cara makan yg baik,dan bagaimana
lingkungan yang sehat sehingga masih banyak yg belum mengerti penting nya
kesehatan
7. Pendidikan
SD X

8. Rekreasi
Anak-anak biasanya rekreasi bersama orang tua ke taman atau kebun binatang

B.ANALISA DATA

Data Masalah

Ds: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan


: PHBS di SD X (Cuci Tangan,
1.siswa jarang untuk melakukan piket kelas

23
Do: kebersihan Lingkungan sekolah.)

1.Kondisi lingkungan yg tidak mendukung seperti ventilasi


ruangan yg kurang, ruang sekolah Dan toilet kurang bersih
di tambah guru yang jarang menginformasikan terkait
kesehatan

2.kebersihan lingkungan sekolah kurang bersih akibat anak


suka membuang sampah sembarangan.

3.Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum


makan.

4. Anak tidak mengetahui informasi mengenai bagaimana


lingkungan yang sehat sehingga masih banyak yg belum
mengerti penting nya kesehatan

Ds & Do: Resiko cedera

Tempat sekolah strategis Dan kadang berbahaya Anak-anak


ada yang jalan kaki, naik sepeda, naik kendaraan umum dan
diantar oleh orang tua. Siswa juga mengeluh sulit
menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak.
Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.

Ds : Perilaku kesehatan cenderung beresiko

-Siswa Jarang Sarapan Pagi

- lebih senang jajan di pedagang kaki lima di bandingkan


kantin

Do :

-makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin akibat


banyaknya debu dan polusi dari jalan raya.

-anak tidak mendapatkan informasi mengenai kesehatan


penting nya sarapan, tata Cara makan yg baik

24
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnos Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi


a
Kepera Intervensi Strategi Standar Kriteria
watan

25
1. Ketidak TUM : Pencegahan Primer : Pendidikan 1. Terjadi Kognitif
efektifa kesehatan peningkatan
Setelah di lakukan 1. Penyebaran pengetahua
n penyuluhan Leaflet n tentang
pemelih kesehatan di tentang cuci
araan harapkan siswa siswi pemeliharaan tangan,dan
kesehat mengetahui kesehatan pentingnya
an : pentingnya PHBS di lingkungan menjaga
PHBS SD X( berupa : kebersihan
Cuci Tangan, dan -pentingnya lingkungan
di SD X
Kebersihan Cuci Tangan sekolah.
(Cuci
Lingkungan Sekolah) -pentingnya
Tangan, menjaga
kebersih TUK : kebersihan di
an lingkungan 2.Siswa siswi afektif
-Setelah melakukan sekolah mampu untuk
Lingkun
penyuluhan tentang Pencegahan Sekunder mempraktekan
gan pentingnya cuci cara cuci
sekolah. tangan dan 1. Melakukan Kemitraan( tangan, ,dan
) mempraktekkan Skrining menjaga
teknik cuci tangan Kesehatan Bermitra kebersihan di
dengan baik, dengan lingkungan
diharapkan Siswa- Puskesmas sekolah
Siswi di SD X dan
memahami tentang Pemerintah
pentingnya cuci setempat )
tangan dan bias
mengaplikasikannya
dalam kehidupan di Pencegahan Tersier : Kelompok
sekolah maupun di
1. Praktekkan 6
luar sekolah. langkah cara
-Setelah dilakukan mencuci
penyuluhan tentang tangan
dengan baik
pentingnya menjaga
dan benar
kebersihan
lingkungan di
sekolah, diharapkan
Siswa Siswi di SD X
memahami tentang
pentingnya menjaga
kebersihan di sekolah

Risiko TUM : Pencegahan Primer : Penkes 1.siswa /siswi afektif


Cedera kepada Anak di bantu untuk
2. Setelah di lakukan 1.Edukasi Kepada
dan Keluarga menyebrang
intervensi siswa anak dan keluarga
jalan oleh
/siswi mampu mengenai Pentingnya
satpam di
meminimalisir resiko keselamatan terhadap
sekolahnya
cedera Cedera
2.siswa/siswi di
Pencegahan

26
TUK : Sekunder: Kemitraan perhatikan oleh
(Bermitra orang tua nya
1.setelah di lakukan 1.jalin kerjasama
dengan tentang
intervensi di dengan satpam di
Satpam permasalahan
harapkan dapat sekolah agar mau
Sekolah dan antar dan
meminimalisir resiko untuk membantu
Keluarga jemput sekolah
kecelakaan saat siswa/siswi
Siswa-Siswi
menyebrang menyebrang agar
di SD X)
meminimalisir resiko
2.setelah di lakukan
kecelakaan
intervensi di
harapkan orang tua 2.jalin kerjasama
mampu tanggap dengan keluarga
untuk pencegahan siswa/siswi untuk
dini resiko memperhatikan
kecelakaan keselamatan anak-
anak nya saat pergi
dan pulang sekolah
3.Lakukan Skrining
terhadap lingkungan
sekitar dan
mengidentifikasi
tanda-tanda bahaya di
Jalanan

Perilaku TUM: Pencegahan Primer : Pendidikan 1,Terjadi Kognitif


kesehat kesehatan peningkatan
3. Setelah di lakukan 1. Melakukan pengetahuan
an penyuluhan penyebaran tentang
cenderu kesehatan tentang leaflet makanan sehat
ng penting nya perilaku tentang : di kantin,
beresik kesehatan cenderung 2.Siswa siswi
berisiko diharapkan -pentingnya mampu
o
dapat mengubah sarapan pagi menjaga Afektif
perilaku menjadi kesehatn
lebih baik dan terarah dengan
-Makan-
untuk melakukan makanan sehat,
makanan
perilaku sehat
yang sehat
TUK : dikantin

-Setelah melakukan
penyuluhan tentang
pentingnya sarapan
pagi selama 30 menit,
diharapkan Siswa- Pencegahan Sekunder Kemitraan
Siswi di SD X (Bermitra
1.Melakukan dengan
memahami
Skrining tentang Puskesmas
penyingnya sarapan
kesehatan siswa siswi dan
pagi.
sd X terhadap Pemerintah

27
-Setelah melakukan perilaku makan- setempat)
Penyuluhan makanan yang sehat
kesehatan tentang
Pencegahan Tersier
makanan yang sehat Pemberdayaa Mampu
di Kantin, diharapkan 1.Mempraktekkan n membuat
siswa siswi dapat Psikomo
cara membuat makan makanan yang
memahami dan torik
yang sehat dan sehat dan
mengurangi untuk bervariasi sesuai bervariasi
jajan di kaki lima keinginan anak

28
BAB III

PENUTUP
III.1 SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Asuhan Keperawatan Anak Sekolah bertujuan untuk


memperbaiki Kondisi secara Fisik dan Perilaku serta memperbaiki dan membersihkan
Lingkungan sekolah. Dan Ada juga Program sekolah terkait kasus yaitu UKS salah satunya.
Selain memberikan asuhan keperawatan melalui penyuluhan, Kita sebagai perawat
Komunitas bermitra dengan Pihak sekolah seperti satpam dan kepala sekolah juga bermitra
dengan Pemerintah sekolah dalam memberikan Program sekolah dan keamanan dan
kenyamanan siswa secara menyeluruh.

III.2 SARAN

Diharapkan dengan membaca makalah ini, dapat berguna dan menambah wawasan untuk
para pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

- PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA


:Kementrian Kesehatan 2016
- Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community as Partner: theory
and practice in nursing (6th ed). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
- Ayu, K. (2013). Teori & Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.
Jakarta: EGC.
- Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014). Community & Public
Health Nursing : Promoting the Public’s Health (8th Ed). United States:
Lippincott Williams & Wilkins.
- Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (8ed ed.).
Missouri: Elsevier Mosby.

30

Anda mungkin juga menyukai