Anda di halaman 1dari 6

RMK PENGAUDITAN

BAB VI

“AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURE, AUDIT TEKNIK, RESIKO


AUDIT DAN MATERIALITAS”

OLEH KELOMPOK 3 :

NI MADE CINTYA PRADNYA WAGISWARI W (1607341050)

KOMANG KARTIKA DWICAHYANI (1607341051)

NI PUTU ELLA HUDIANI (1607341062)

PROGRAM DIPLOMA 3 PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

0
A. AUDIT PLAN (Perencanaan Pemeriksaan)
Standar Audit 300 Perencanaan suatu audit laporan keuangan (IAPI,2013) yang berlaku efektif
mulai 1 Januari 2013 (untuk emiten) dan 1 Januari 2014 (untuk entitasselain emiten) merupakan
pedoman dalam penyusunan perencanaan pemeriksaan.Perencaan suatu audit melibatkan
penetapan strategi audit secara keseluruhanuntuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana
audit.Perencanaan audit yang baik mempunyai beberapa manfaat, antara lainmembantu auditor
untuk memberikan perhatian yang tepat antara area penting danmengidentifikasi serta
menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu.Standar pekerjaan lapangan pertama
(IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai berikut :
“pekerjaan harus direncanakan sebaik -baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya”.

Begitu juga menurut AICPA auditing standards (Arens, 2017:261) :


Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan sebaik-baiknya.

Prosedur yang dapat dipertimbangkan auditor dalam perencanaan dan


supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuanusaha
dan diskusi dengan staf lain dikantor akuntan dan pegawai satuan usahatersebut. Contoh
prosedurnya meliputi :

1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, LK dan laporan audit tahun
lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit.
3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang perkembangan bisnis.
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan managemen, dewan komisarisatau
komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi danstandar
auditing yang ditetapkan IAI, terutama yang baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada konsultan, spesialis, dan auditor intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.
10. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan
informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat
mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.

Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien. Isi
dari Audit Plan mencakup :

1. Hal-hal mengenai klien


2. Hal-hal yang mempengaruhi klien

1
3. Rencana kerja auditor.
1. Hal-hal mengenai klien.

a Bidang Usaha Klien, Alamat, No Telepon dll.


b Status Hukum Perusahaan.
c Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi).
1) Buku-buku yang digunakan (Buku Penjualan, Pembelian, Kas dll)
2) Metode Pembukuan (Manual, Komputer / Mesin Pembukuan)
3) Komentar mengenai pembukuan secara umum
d. Laporan Posisi Keuangan komparatif dan perbandingan penjualan, L/Rtahun lalu dan
sekarang. Perbandingan antara Laporan Posisi Keuangantahun lalu dan Laporan Posisi
Keuangan tahun sekarang/bulan terakhirtahun sekarang agar diperoleh gambaran
mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.
e. Client Contact
Nama dari orang yang sering dihubungi auditor
f. Accounting, Auditor & Tax Problem.
1) Accounting Problem, misalnya :
Perubahan metode pencatatan, revaluasi dan metode penyusutan
2) Auditing Problem, misalnya :
Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan accounting policy
3) Tax Problem, misalnya :
Masalah restitusi, adanya 2 pembukuan dalam perusahaan.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien


Bisa didapat dari majalah — majalah ekonomi/ surat kabar.

3. Rencana kerja auditor


Hal-hal penting antara lain :
a) Staffing
b) Waktu Pemeriksaan
c) Jenis Jasa yang Diberikan
Hal-hal tambahan :
d) Bantuan-bantuan yang Dapat Diberikan Klien
e) Time Schedule

B. AUDIT PROGRAM
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur
audit menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Audit program yang
baik harus mencantumkan :

 Tujuan Pemeriksaan
 Prosedur Audit yang akan dijalankan
 Kumpulan Pemeriksaan

2
Akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk Compliance Test dan Substantive Test.
C. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK
Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanaan
pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan
dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Untuk itu diperlukan Audit Teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence seperti :
konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya jawab dan lain-lain.

D. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS


Menurut SA 320.1 & 320.2 Materilitas Dalam Konteks Audit Kerangka pelaporan keuangan
sering kali membahas konsep materialitas dalam konteks penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan mungkin membahas materialitas dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa :
 Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat memperngaruhi
keputusan ekonomi.
 Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi
yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, atau
kombinasi keduanya, dan
 Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan didasarkan
pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh
pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak kesalahan
penyajian terhadap pengguna laporan keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya
beragam, tidak dipertimbangkan.
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit,
serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat
merumuskan pertimbangan-pertimbangan tentang ukuran kesalahan penyajian yang dipandang
material. Pertimbangan- pertimbangan tersebut menyediakan suatu basis untuk :
1) Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur penilaian risiko.
2) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material.
3) Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan.
Risiko Audit terdiri atas :
1) Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
Risiko salah saji demikian adalahh lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi
tertentu dibandingkan dengan yang lain.

3
Contoh : perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara.
Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung
mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan
berisi data berupa fakta.
2) Risiko Pengendalian
Adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko
ini merupakan fungsi efektifitas design dan operasi pengendalian intern untuk mencapai
tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan enitas. Beberapa risiko
pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian
intern.
3) Risiko Deteksi
Adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan
penerapannya oleh auditor. Risiko ini tumbul sebagian karena ketidakpastian yang ada
pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan
sebagian lagi karena ketidakpstian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.

4
Daftar Pustaka
Agoes, Sukirno.2017. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik).Edisi
Ketiga, Jilid 1. Jakarta. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai