Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

DI UPT PSTW JEMBER KABUPATEN JEMBER.


Septiyana Milla Arifin, Laely Anggraeni, Tira Anjeli Rahmah
Fakultas Keperawatan universitas Jember
Jl.Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
e-mail : Septyanama@gmail.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan : Menurut WHO, terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 diseluruh dunia.
Badan Statistik (2010) menyebutkan jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57
juta jiwa dan diperkirakan meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 sebanyak 14,44 juta
jiwa. Jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah setiap tahunnya dan
diperkirakan sampai 450 ribu juta per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah
penduduk lansia di Indonesia sekitar 34,22 juta jiwa. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas dan
penduduk lansia di Asia Tenggara pada tahun 2010 mencapai 9,77%, sedangkan di Indonesia
jumlah lansia mencapai 11,34% (Kemenkes RI, 2013). Perubahan fisik pada lansia akan
mempengaruhi tingkat kemandiri, kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Kemandirian mempengaruhi
perubahan situasi kehidupan, aturan sosial, usia dan penyakit. Lansia akan berangsur-angsur
mengalami keterbatasan dalam kemampuan fisik dan peningkatan kerentanan terhadap
penyakit kronis (Cahyono, 2013).
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
cros-sectional, Sampel penelitian ini yaitu 78 lansia yang tinggal di UPT PSTW Jember dan
memenuhi kuota penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
kemandirian dan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Jember dengan pengambilan data
sewaktu. Populasi penelitian ini adalah 138 lansia yang tinggal di UPT PSTW Jember..
Hasil : Gambaran analisis data primer yang diperoleh disajikan dalam tabel 2 menunjukan
bahwa karakteristik umum responden terkait tekanan darah yang terbanyak yaitu sistolik 130
mmHg 18 responden (23,1%) dan tekanan diastolik 70 mmHg 24 responden (30,8%).
Pembahasan : Hasil menunjukkan bahwa lansia di UPT PSTW Jember dapat melakukan
enam fungsi kemandirian yaitu makan, kontinen, berpindah, toilet, pakaian dan mandi.
Menurut peneliti kemandirian lansia di UPT PSTW Jember dikarenakan setiap individu
lansia saling memiliki satu sama lain dan mereka menggangap teman sekamarnya adalah
keluarga sehingga mereka merasa memiliki keluarga yang memperhatikan dan peduli, hal ini
sesuai dengan penelitian dari Ahsan (2018) yang menyebutkan bahwa lansia yang mandiri
dalam pemenuhan ADL disebabkan karena anggota keluarga yang peduli dan memperhatikan
kondisi kesehatan lansia sehingga dapat dapat melakukan 6 fungsi kemandirian.
Kesimpulan dan Saran : Hasil penelitian terkait gambaran kemandirian dan tekanan darah
pada lansia di UPT PSTW Jember dengan 78 rsponden didapatkan hasil bahwa sebagian
besar responden (52 responden atau 66,7%) mampu melakukan enam fungsi kemandirian
yaitu makan, kontinen, berpindah, toileting, berpakaian dan mandi. Sementara hasil
pengukuran tekanan darah terbanyak dari 78 responden yaitu sistolik 130 mmHg sebanyak 18
reponden (23,1%) dan tekanan diastolik yaitu 70 mmHg sebanyak 24 responden (30,8%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa lansia di UPT PSTW Jember mempunyai tekanan darah yang
normal.
Kata Kunci : Kemandirian, Lansia, Tekanan Darah
Pendahuluan
Menurut WHO, terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 diseluruh dunia. Badan
Statistik (2010) menyebutkan jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa
dan diperkirakan meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 sebanyak 14,44 juta jiwa. Jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah setiap tahunnya dan diperkirakan sampai
450 ribu juta per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di
Indonesia sekitar 34,22 juta jiwa. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas dan penduduk lansia di
Asia Tenggara pada tahun 2010 mencapai 9,77%, sedangkan di Indonesia jumlah lansia
mencapai 11,34% (Kemenkes RI, 2013). Menurut Budiono (2011) lansia yang mengalami
ketergantungan membutuhkan perawatan formal di rumah. Tingkat ketergantungan lansia
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari akan meningkat pada tahun 2015 sebanyak 8,74%.
Penduduk lanjut usia di Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut
usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di
Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk
lanjut usia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat mencapai 36 juta jiwa
pada tahun 2025 (Kemkes RI, 2015).
Departemen Sosial (2007) mengatakan lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari
proses penuaan. Lansia mengalami proses penuaan sehingga mengakibatkan penurunan
fungsi. Perubahan fisik pada lansia akan mempengaruhi tingkat kemandiri, kemandirian
lansia dalam ADL didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Menua atau penurunan ADL pada lanjut usia adalah suatu keadaan yang terjadi
dalam kehidupan yang mengalami kemunduran, seperti kemunduran fisik yang ditandai
dengan perubahan kulit yang mengerut, rambut runtuh, gigi yang tidak utuh (ompong),
pendengaran tidak jelas, penglihatan semakin memburuk, penurunan keseimbangan tubuh,
pergerakannya menjadi lambat dan gerakan tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Dampak penurunan kemandirian dapat menjadikan kerentanan terhadap penyakit di masa tua.
Kemandirian mempengaruhi perubahan situasi kehidupan, aturan sosial, usia dan
penyakit. Lansia akan berangsur-angsur mengalami keterbatasan dalam kemampuan fisik dan
peningkatan kerentanan terhadap penyakit kronis (Cahyono, 2013). Kurniati (2013)
mengatakan penyakit akut atau kondisi kronis yang memburuk dapat mempercepat
penurunan fungsional dan ini dapat menurunkan kemampuan lansia untuk melakukan
kegiatan penting hidup mandirinya mengenai Activity of Daily Living (ADL). Kemandirian
lansia dipengaruhi oleh pendidikan lansia, fungsi kognitif yang menurun, gangguan sensori
khususnya penglihatan dan pendengaran (Kurniati, 2013). Salah satu bentuk untuk mengukur
kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari adalah mengkaji Activity of
Daily Living (ADL) lansia. Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama ketika
terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari-
harinya. ADL merupakan aktifitas pokok bagi perawatan diri yang meliputi toileting, makan,
berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat. Pengkajian ADL penting untuk
mengetahui ketergantungan, penentuan kemampuan fungsional dilakukan untuk
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta menciptakan pemilihan intervensi
yanng tepat (Jumita, 2011).
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cros-sectional
yaitu menggali tentang suatu fenomena yang terjadi dengan mengumpulkan data satu kali
pada satu waktu (point time approach) (Nursalam, 2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kemandirian dan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Jember
dengan pengambilan data sewaktu.

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan suatu obyek atau subyek yang memilki kriteria
sesuai dengan ketentuan penelitian (Sugiyono, 2017). Populasi penelitian ini adalah
138 lansia yang tinggal di UPT PSTW Jember.
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah populasi yang terjangkau
dan memiliki kriteria yang cocok digunakan sebagai subjek penelitian (Sugiyono,
2017). Sampel penelitian ini yaitu 78 lansia yang tinggal di UPT PSTW Jember dan
memenuhi kuota penelitian.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling kuota adalah teknik
untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Sugiono, 2017). Teknik pengambilan sampling
pada penelitian ini yaitu memilih 78 respoden dari total 138 responden di UPT PSTW
Jember.

4. Kriteria Subjek Penelitian


a. Kriteria Inkusi merupakan karakteristik subjek yang diteliti (Nursalam, 2017).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Lansia yang tinggal di UPT PSTW Jember
2) Lansia bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi merupakan responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi
(Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
1) Responden tidak kooperatif
2) Responden tidak bisa berkomunikasi dengan jelas
3) Responden dengan penyakit berat
4) Responden yang tidak bersedia menjadi responden

5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih yaitu UPT PSTW Jember Kabupaten Jember.

6. Waktu Penelitian
Penelitian ini di mulai dari pembuatan proposal pada bulan Maret 2019. Penelitian
dilakukan selama dua minggu pada minggu pertama bulan Maret 2019 dan pembuatan
laporan pada minggu kedua bulan maret 2019.
Hasil
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Umum Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase
(orang) (%)
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 33 41,0
b. Perempuan 45 57,7
Total 78 100
2 Pendidikan
a. Tidak Tamat SD 36 46,2
b. Tamat SD 25 32,1
c. Tamat SMP 5 6,4
d. Tamat SMA 9 11,5
Total 78 100
3 Status Pernikahan
a. Belum Menikah 11 14,1
b. Menikah 11 14,1
c. Cerai 11 14,1
d. Cerai Mati 45 57,7
Total 78 100
4 Wisma
a. Mawar 13 16,7
b. Melati 6 7,7
c. Sedap Malam 9 11,5
d. Seroja 6 7,7
e. Teratai 10 12,8
f. Cempaka 10 12,8
g. Sakura 9 11,5
h. Seruni 6 7,7
i. Dahlia 9 11,5
Total 78 100
Sumber: Data Primer Peneliti, Maret 2019
Gambaran analisis data primer yang diperoleh disajikan dalam tabel 1 menunjukan
bahwa karakteristik umum responden terkait jenis kelamin didapatkan hasil bahwa responden
terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 45 responden atau 57,7% dan responden laki-
laki berjumlah 32 atau 41,0%. Status pendidikan responden terbanyak yaitu tidak tamat SD
berjumlah 36 responden atau 46,2%. Sedangkan, status pernikahan responden terbanyak yaitu
cerai mati 57,7% atau 45 responden. Kamar responden yang disebut wisma terbanyak
mengambil responden dari wisma mawar yaitu 13 responden atau 16,7%.

Tabel 2. Gambaran karakteristik khusus responden Tekanan darah Sistolik


No Tekanan Darah Frekuensi (orang) Presentase (%)
1 Sistolik
a. 90 1 1,3
b. 100 8 10.3
c. 110 13 16,7
d. 120 13 16,7
e. 130 18 23,1
f. 140 9 11,5
g. 145 1 1,3
h. 146 1 1,3
i. 150 5 6,4
j. 160 4 5,1
k. 170 1 1,3
l. 180 1 1,3
m. 200 2 2,6
n. 210 1 1,3
Total 78 100
2 Diastolik
a. 60 8 10,3
b. 70 24 30,8
c. 80 23 29,5
d. 90 12 15,4
e. 100 10 12,8
f. 120 1 1,3
Total 78 100
Sumber: Data Primer Peneliti, Maret 2019
Gambaran analisis data primer yang diperoleh disajikan dalam tabel 2 menunjukan
bahwa karakteristik umum responden terkait tekanan darah yang terbanyak yaitu sistolik 130
mmHg 18 responden (23,1%) dan tekanan diastolik 70 mmHg 24 responden (30,8%).

Tabel 3. Gambaran Karakteristik Responden Kemandirian


No Ideks Katz Frekuensi Presentase
(orang) (%)
1 kemandirian 6 fungsi (makan,
kontinen, pindah, toilet, pakian, dan 52 66,7
mandi)
2 kemandirian semua aktivitas kecuali 1
10 12,8
dari fungsi tersebut
3 kemandirian semua aktivitas kecuali
2 2,6
mandi dan 1 fungai tambahan
4 kemandirian semua aktivitas hidup
kecuali mandi, pakian dan 1 fungsi 2 2,6
tambahan
5 seperti skor 4 ditambah berpindah dari
7 9,0
1 tempat dan 1 fungsi tambahan
6 ketergantungan pada 6 fungsi 5 6,4
Total 78 100
Sumber: Data Primer Peneliti, Maret 2019
Gambaran analisis data primer yang diperoleh disajikan dalam tabel 3 menunjukan
bahwa karakteristik khusus responden terkait kemandirian terbanyak yaitu responden
melakukan enam fungsi kemandirian (makan, kontinen, pindah, toilet, pakaian, dan mandi)
yaitu 52 responden atau 66,7%.
PEMBAHASAN

1. Gambaran tingkat kemandirian Lansia di UPT PSTW JEMBER


Hasil dari pengkuran kemandirian melalui kuesioner Indeks Katz didapatkan hasil
yang menunjukan bahwa karakteristik khusus responden terkait kemandirian terbanyak yaitu
responden melakukan enam fungsi kemandirian (makan, kontinen, pindah, toilet, pakaian,
dan mandi) yaitu 52 responden atau 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa lansia di UPT PSTW
Jember dapat melakukan enam fungsi kemandirian yaitu makan, kontinen, berpindah, toilet,
pakaian dan mandi.
Menurut peneliti kemandirian lansia di UPT PSTW Jember dikarenakan setiap
individu lansia saling memiliki satu sama lain dan mereka menggangap teman sekamarnya
adalah keluarga sehingga mereka merasa memiliki keluarga yang memperhatikan dan peduli,
hal ini sesuai dengan penelitian dari Ahsan (2018) yang menyebutkan bahwa lansia yang
mandiri dalam pemenuhan ADL disebabkan karena anggota keluarga yang peduli dan
memperhatikan kondisi kesehatan lansia sehingga dapat dapat melakukan 6 fungsi
kemandirian.
Faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia yang lainnya yaitu usia, imobilitas dan
mudah jatuh. Faktor pertama yang menentukan tingkat kemandirian lansia yaitu usia (Roaedi
2016). Lansia di UPT PSTW Jember rata-rata ber usia 70 tahun hal ini sesuai dengan batasan
usia yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan yaitu 60-70 tahun.
Faktor kedua yang mempengaruhi kemandirian lansia yaitu imobilitas, Imobilitas
sendiri merupakan ketidakmampuan lansia untuk bergerak secara aktif (Roaedi, 2016). Pada
saat penelitian yang dilakukan bahwa dapat ditemukan ada 5 lansia yang imobilitas. Kelima
lansia tersebut masuk ke dalam kategori ketergantungan total karena saat hasil pengkajian
dilakukan dengan cara dibantu. Pada lansia dengan ketergantungan sebagian atau
ketergantungan total yang tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Kemandirian lansia juga dapat dipengaruhi oleh faktor mudah jatuh sesuai dengan
pernyataan pernyataan Ediawati (2013) bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan
mentalnya perlahan akan menurun. Kemampuan fisik dan mental yang menurun sering
menyebabkan jatuh pada lansia, akibatnya akan berdampak pada menurunnya aktivitas
dalam kemandirian lansia. Pada saat penelitian di PSTW didapatkan bahwa pihak PSTW
sudah menyediakan fasilitas pegangan untuk lansia yang mempunyai keterbatasan berjalan
dan yang beresiko mudah jatuh.
Pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang sakit menjadi prioritas utama dalam
mempertahankan kondisi kesehatan serta kemampuan mereka yang telah lansia dengan
perawatan dan pencegahan. Berdasarkan hal tersebut kondisi kesehatan lansia yang prima
maka kemadirian lansia juga semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas secara
mandiri.

2. Gambaran Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di UPT PSTW Jember


Hasil yang didapat dari pengukuran terkait tekanan darah yang terbanyak yaitu
sistolik 130 mmHg 18 responden (23,1%) dan tekanan diastolik 70 mmHg 24 responden
(30,8%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia di UPT PSTW Jember mempunyai tekanan
darah yang normal karena sesuai dari pernyataan Damayantie (2018) bahwa lansia dikatakan
hipertensi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan distolik 90 mmHg. Faktor
penyebab seperti keturunan, jenis kelamin, usia, ras, juga obesitas, konsumsi garam berlebih,
kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol dan stress psikososial berpengaruh pada
perubahan struktur dan fungsi arteri yang mengalami penuaan seperti penumpukan kolestrol
pada pembuluh darah (Sari,2018)
Kesimpulan
Hasil penelitian terkait gambaran kemandirian dan tekanan darah pada lansia di UPT
PSTW Jember dengan 78 rsponden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (52
responden atau 66,7%) mampu melakukan enam fungsi kemandirian yaitu makan, kontinen,
berpindah, toileting, berpakaian dan mandi. Sementara hasil pengukuran tekanan darah
terbanyak dari 78 responden yaitu sistolik 130 mmHg sebanyak 18 reponden (23,1%) dan
tekanan diastolik yaitu 70 mmHg sebanyak 24 responden (30,8%). Hal tersebut menunjukkan
bahwa lansia di UPT PSTW Jember mempunyai tekanan darah yang normal.

Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diharapkan dapat meneliti terkait faktor penyebab
penurunan kemandirian pada lansia dan faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada
lansia di UPT PSTW Jember. Sehingga, pihak terkait dapat mencegah terjadinya penurunan
kemandirian serta mencegah komplikasi karena hipertensi.
Kepustakaan
Budiono. 2011. Hubungan Kemampuan Aktifitas Fisik Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan
Activities Of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendali. Jurnal Penelitian “Health Information”. Volume 3:(3).

Cahyono, Dwi., Aris. 2013. Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Melakukan
Aktifitas Sehari-hari dengan Tingkat Kecemasan.

Jumita, Rina. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Serial Online
http://repository.unand.ac.id/16884/1/FAKTOR-
FAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DENGAN_KEMANDIRIAN_LANSIA.pd
f diakses pada 24 Maret 2019 pukul 21.36 WIB

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kurniati, Selfina. 2013. Kemandirian Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Abdi Binjai.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Komunitas dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Ahsan, Kumboyono, Melida Nur. 2018. Hubungan Pelaksanaan Tugas Keluarga dalam
kesehatan dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Jurnal. Fakultas Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Damayantie. 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penatalaksanaan hipertensi
oleh penderita di wilayah kerja puskesmas sukernan ilir kabupaten muaro jambi
tahun 2018. Jurnal. Fakultas Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jambi.
Sari. 2014. Perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi melalui therapeutical
gardening di upt pslu magetan. Jurnal. Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai