MZI
Fakultas Informatika
Telkom University
FIF Tel-U
Slide ini disusun berdasarkan materi yang terdapat pada sumber-sumber berikut:
1 Aplikasi Matriks dan Ruang Vektor, Edisi 1 2014, oleh Adiwijaya.
2 Elementary Linear Algebra, 10th Edition, 2010, oleh H. Anton dan C. Rorres.
3 Slide kuliah Aljabar Linier di Telkom University oleh Jondri.
4 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UI oleh Kasiyah M. Junus dan Siti
Aminah.
5 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UI oleh L. Y. Stefanus.
Beberapa gambar dapat diambil dari sumber-sumber di atas. Slide ini ditujukan
untuk keperluan akademis di lingkungan FIF Telkom University. Jika Anda
memiliki saran/ pendapat/ pertanyaan terkait materi dalam slide ini, silakan kirim
email ke <pleasedontspam>@telkomuniversity.ac.id.
Mulai dari kajian ini, kita akan melakukan perumuman lebih lanjut mengenai
konsep vektor. Kita akan melakukan sedikit abstraksi terhadap konsep vektor.
Mulai dari kajian ini, kita akan melakukan perumuman lebih lanjut mengenai
konsep vektor. Kita akan melakukan sedikit abstraksi terhadap konsep vektor.
Mulai dari kajian ini, kita akan melakukan perumuman lebih lanjut mengenai
konsep vektor. Kita akan melakukan sedikit abstraksi terhadap konsep vektor.
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi,
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi, suatu fungsi dari
R ke R,
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi, suatu fungsi dari
R ke R, suatu polinom (suku banyak),
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi, suatu fungsi dari
R ke R, suatu polinom (suku banyak), atau suatu bilangan real positif.
Aplikasi dari penggunaan vektor yang lebih umum ini dapat dijumpai pada kajian
lanjut yang berhubungan dengan
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi, suatu fungsi dari
R ke R, suatu polinom (suku banyak), atau suatu bilangan real positif.
Aplikasi dari penggunaan vektor yang lebih umum ini dapat dijumpai pada kajian
lanjut yang berhubungan dengan
1 transformasi Fourier, yang dipakai pada pengolahan sinyal digital,
Mulai saat ini, suatu vektor dapat berupa: suatu matriks persegi, suatu fungsi dari
R ke R, suatu polinom (suku banyak), atau suatu bilangan real positif.
Aplikasi dari penggunaan vektor yang lebih umum ini dapat dijumpai pada kajian
lanjut yang berhubungan dengan
1 transformasi Fourier, yang dipakai pada pengolahan sinyal digital,
2 transformasi wavelet, yang dipakai pada pengolahan citra digital.
Dalam kedua bahasan tersebut, vektor yang ditinjau berupa fungsi dari R ke R.
Catatan
Catatan
Ketika operasi perkalian skalar sudah jelas, atau objek vektor yang ditinjau sudah
jelas, maka operasi ~u cukup ditulis dengan ~u saja. Demikian pula dengan
operasi-operasi lain yang melibatkan perkalian skalar.
Catatan
Mengingat objek vektor yang ditinjau di sini tidak selamanya merupakan vektor di
Rn , kita tidak selamanya menggunakan notasi ~v untuk menyatakan suatu vektor.
Ketika suatu vektor berupa matriks, kita akan menotasikannya dengan huruf
kapital cetak tebal (seperti A atau B), dan ketika vektor berupa fungsi atau
polinom, kita cukup menuliskan f , p, f (x), atau p (x).
Permasalahan
Diberikan suatu himpunan V dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar
. Bagaimana cara yang sistematis untuk memeriksa apakah V merupakan suatu
ruang vektor atas R?
Pemeriksaan bisa dilakukan secara tidak berurut, terutama ketika kita ingin
memberi contoh penyangkal (counter example).
Teorema
Misalkan V nmerupakan
o himpunan yang hanya memuat satu anggota saja, yaitu ~0.
Maka V = ~0 adalah suatu ruang vektor atas R.
Bukti
Latihan.
Teorema
Misalkan V = Rn dan n 1 merupakan suatu bilangan bulat. Himpunan V
dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang dide…nisikan seperti biasa
(lihat slide kuliah sebelumnya) jelas merupakan ruang vektor atas R. Jadi kita
memiliki sifat bahwa Rn adalah ruang vektor atas R.
Bukti
Jelas.
~u + ~v = (u1 + v1 ; u2 + v2 ; : : :)
~u = ( u1 ; u2 ; : : :) .
V merupakan ruang vektor atas R. Lebih jauh, kita akan menotasikan V sebagai
R1 .
Bukti
Latihan.
Teorema
Himpunan V yang berisi seluruh matriks berukuran 2 2 dengan entri-entri
bilangan real merupakan suatu ruang vektor apabila penjumlahan vektornya
dide…nisikan sebagai penjumlahan matriks dan perkalian skalarnya dide…nisikan
sebagai perkalian matriks oleh suatu skalar.
Bukti
0 0
Jelas bahwa V 6= ; karena 2 V . Kita akan membuktikan bahwa V
0 0
merupakan ruang vektor atas R dengan membuktikan aksioma A1–A10 secara
a11 a12 b11 b12 c11 c12
terurut. Misalkan A = ,B= , dan C =
a21 a22 b21 b22 c21 c22
adalah vektor di V serta ; 2 R.
Jika M22 = fA j A matriks 2 2 atas Rg, maka penjumlahan vektor pada M22
adalah penjumlahan matriks dan perkalian skalarnya adalah perkalian matriks
1 1
dengan skalar. Sebagai contoh, misalkan A = dan
0 1
1 2
B= . Jelas bahwa A; B 2 M22 . Kita memiliki
0 3
A+B =
Jika M22 = fA j A matriks 2 2 atas Rg, maka penjumlahan vektor pada M22
adalah penjumlahan matriks dan perkalian skalarnya adalah perkalian matriks
1 1
dengan skalar. Sebagai contoh, misalkan A = dan
0 1
1 2
B= . Jelas bahwa A; B 2 M22 . Kita memiliki
0 3
0 1
A+B = ,
0 2
3A =
Jika M22 = fA j A matriks 2 2 atas Rg, maka penjumlahan vektor pada M22
adalah penjumlahan matriks dan perkalian skalarnya adalah perkalian matriks
1 1
dengan skalar. Sebagai contoh, misalkan A = dan
0 1
1 2
B= . Jelas bahwa A; B 2 M22 . Kita memiliki
0 3
0 1
A+B = ,
0 2
3 3
3A = ,
0 3
2A + 3B =
Jika M22 = fA j A matriks 2 2 atas Rg, maka penjumlahan vektor pada M22
adalah penjumlahan matriks dan perkalian skalarnya adalah perkalian matriks
1 1
dengan skalar. Sebagai contoh, misalkan A = dan
0 1
1 2
B= . Jelas bahwa A; B 2 M22 . Kita memiliki
0 3
0 1
A+B = ,
0 2
3 3
3A = ,
0 3
5 8
2A + 3B =
0 11
De…nisi
Pn Pm
Diberikan dua polinom p (x) = j=0 aj xj dan q (x) = j=0 bj x
j
, serta sebuah
bilangan real , maka
p (x) + q (x) =
De…nisi
Pn Pm
Diberikan dua polinom p (x) = j=0 aj xj dan q (x) = j=0 bj x
j
, serta sebuah
bilangan real , maka
maxfm;ng
X
p (x) + q (x) = (aj + bj ) xj
j=0
p (x) =
De…nisi
Pn Pm
Diberikan dua polinom p (x) = j=0 aj xj dan q (x) = j=0 bj x
j
, serta sebuah
bilangan real , maka
maxfm;ng
X
p (x) + q (x) = (aj + bj ) xj
j=0
n
X n
X
p (x) = aj xj = aj xj .
j=0 j=0
p (x) + q (x) =
Teorema
Pn yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian dengan bilangan
real merupakan suatu ruang vektor atas R.
Solusi:
Teorema
Misalkan V adalah ruang vektor atas R, maka
1 0~u = ~0, untuk setiap ~u 2 V
2 ~0 = ~0, untuk setiap 2R
3 ( 1) ~u = ~u
4 ~
Jika ~u = 0, maka = 0 atau ~u = ~0.
Bukti
Lihat Elementary Linear Algebra, 10th Edition, 2010, oleh H. Anton dan C. Rorres.
Latihan
Periksa apakah masing-masing himpunan berikut merupakan ruang vektor atas R.
Berikan bukti atau contoh penyangkal.
1 V = R2 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai berikut.
Jika ~u = (u1 ; u2 ) ; ~v = (v1 ; v2 ) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (u1 + v1 ; u2 + v2 )
~u = ( u1 ; 0).
2 V = R3 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai berikut.
Jika ~u = (u1 ; u2 ; u3 ) ; ~v = (v1 ; v2 ; v3 ) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (u1 + v1 ; u2 + v2 ; u3 + v3 )
~u = ( u1 ; u2 ; u3 ).
3 V = R3 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai berikut.
Jika ~u = (u1 ; u2 ; u3 ) ; ~v = (v1 ; v2 ; v3 ) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (u1 + v1 ; u2 + v2 ; u3 + v3 )
~u = (0; 0; 0).
Soal 1:
Soal 1:
Soal 1:
Soal 1:
Sedangkan
Sedangkan
Jadi
Sedangkan
Jadi
(1 + 1) (1; 1; 1) 6= 1 (1; 1; 1) + 1 (1; 1; 1) .
Akibatnya (V; +; ) bukan ruang vektor atas R.
Soal 5:
Soal 5:
V = f(1; y) j y 2 Rg, dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai
berikut: jika ~u = (1; u) ; ~v = (1; v) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (1; u + v),
~u = (1; u),
adalah ruang vektor atas R.
Soal 5:
V = f(1; y) j y 2 Rg, dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai
berikut: jika ~u = (1; u) ; ~v = (1; v) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (1; u + v),
~u = (1; u),
adalah ruang vektor atas R. Vektor nol di V adalah (1; 0) karena kita memiliki
Soal 5:
V = f(1; y) j y 2 Rg, dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sebagai
berikut: jika ~u = (1; u) ; ~v = (1; v) 2 V dan 2 R, maka
~u + ~v = (1; u + v),
~u = (1; u),
adalah ruang vektor atas R. Vektor nol di V adalah (1; 0) karena kita memiliki
untuk setiap (1; u) 2 V . Negatif dari (1; u) adalah (1; u) karena kita memiliki
V = f(x; 0) j x 2 Rg
adalah suatu ruang vektor dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang
sama seperti pada R2 . Perhatikan pula bahwa V R2 . Jadi kita memiliki sifat:
V = f(x; 0) j x 2 Rg
adalah suatu ruang vektor dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang
sama seperti pada R2 . Perhatikan pula bahwa V R2 . Jadi kita memiliki sifat:
1 V adalah himpunan bagian (tak kosong) dari R2 .
V = f(x; 0) j x 2 Rg
adalah suatu ruang vektor dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang
sama seperti pada R2 . Perhatikan pula bahwa V R2 . Jadi kita memiliki sifat:
1 V adalah himpunan bagian (tak kosong) dari R2 .
2 V adalah suatu ruang vektor dengan operasi penjumlahan dan perkalian
skalar yang sama seperti pada R2 .
Pada keadaan seperti ini, kita sebut V sebagai subruang dari R2 .
De…nisi (Subruang)
Misalkan V adalah ruang vektor atas R dan W himpunan bagian dari V yang
tidak kosong. Himpunan W dikatakan subruang dari V apabila W juga
merupakan ruang vektor dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang
sama seperti pada V .
Teorema
Jika W subhimpunan dari V yang tidak kosong, maka W adalah suatu subruang
dari V jika dan hanya jika
1 untuk setiap w ~ 2 2 W berlaku w
~ 1; w ~ 2 2 W (W tertutup terhadap
~1 + w
operasi penjumlahan)
2 untuk setiap 2 R dan w ~ 2 W berlaku w ~ 2 W (W tertutup terhadap
operasi perkalian skalar)
Operasi penjumlahan vektor dan perkalian skalar pada W sama dengan operasi
penjumlahan vektor dan perkalian skalar pada V .
Dengan perkataan lain (W; +; :) subruang dari ruang vektor (V; +; :) apabila
1 ;=
6 W V
2 w ~ 2 2 W untuk setiap w
~1 + w ~ 2 2 W dan ;
~ 1; w 2 R.
Solusi soal 1:
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 .
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 . Tinjau bahwa (1; 0) 2 A, tetapi
1 (1; 0) = ( 1; 0) 62 A. Jadi A tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Solusi soal 2:
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 . Tinjau bahwa (1; 0) 2 A, tetapi
1 (1; 0) = ( 1; 0) 62 A. Jadi A tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Solusi soal 2:
B adalah subruang dari R2 . Tinjau bahwa:
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 . Tinjau bahwa (1; 0) 2 A, tetapi
1 (1; 0) = ( 1; 0) 62 A. Jadi A tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Solusi soal 2:
B adalah subruang dari R2 . Tinjau bahwa: (1) B 6= ; karena (0; 0) 2 B.
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 . Tinjau bahwa (1; 0) 2 A, tetapi
1 (1; 0) = ( 1; 0) 62 A. Jadi A tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Solusi soal 2:
B adalah subruang dari R2 . Tinjau bahwa: (1) B 6= ; karena (0; 0) 2 B. (2) B
tertutup terhadap operasi penjumlahan: untuk (0; y1 ) ; (0; y2 ) 2 B, maka
(0; y1 ) + (0; y2 ) = (0; y1 + y2 ) 2 B.
Solusi soal 1:
A bukan subruang dari R2 . Tinjau bahwa (1; 0) 2 A, tetapi
1 (1; 0) = ( 1; 0) 62 A. Jadi A tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Solusi soal 2:
B adalah subruang dari R2 . Tinjau bahwa: (1) B 6= ; karena (0; 0) 2 B. (2) B
tertutup terhadap operasi penjumlahan: untuk (0; y1 ) ; (0; y2 ) 2 B, maka
(0; y1 ) + (0; y2 ) = (0; y1 + y2 ) 2 B. (3) B tertutup terhadap operasi perkalian
skalar: untuk (0; y) 2 B dan 2 R maka (0; y) = (0; y) 2 B.
MZI (FIF Tel-U) De…nisi RV dan Subruang Oktober – November 2015 48 / 72
Solusi soal 3:
Solusi soal 4:
Solusi soal 4:
D adalah subruang dari R3 . Tinjau bahwa
Solusi soal 4:
D adalah subruang dari R3 . Tinjau bahwa
1 D 6= ; karena (0; 0; 0) 2 D.
Solusi soal 4:
D adalah subruang dari R3 . Tinjau bahwa
1 D 6= ; karena (0; 0; 0) 2 D.
2 D tertutup terhadap operasi penjumlahan: untuk (a; a; 0) ; (b; b; 0) 2 D
maka (a; a; 0) + (b; b; 0) = (a + b; (a + b) ; 0) 2 D.
Solusi soal 4:
D adalah subruang dari R3 . Tinjau bahwa
1 D 6= ; karena (0; 0; 0) 2 D.
2 D tertutup terhadap operasi penjumlahan: untuk (a; a; 0) ; (b; b; 0) 2 D
maka (a; a; 0) + (b; b; 0) = (a + b; (a + b) ; 0) 2 D.
3 D tertutup terhadap operasi perkalian skalar: untuk (a; a; 0) 2 D dan
k 2 R maka k (a; a; 0) = (ka; (ka) ; 0) 2 D.
Soal 2:
2 0 0 0
Soal 2: Misalkan A = dan B = , jelas bahwa A; B 2 T
0 0 0 1
karena
2 0 0 0
Soal 2: Misalkan A = dan B = , jelas bahwa A; B 2 T
0 0 0 1
karena det (A) = det (B) = 0. Kita memiliki A + B =
2 0 0 0
Soal 2: Misalkan A = dan B = , jelas bahwa A; B 2 T
0 0 0 1
2 0
karena det (A) = det (B) = 0. Kita memiliki A + B = dan
0 1
det (A + B) =
2 0 0 0
Soal 2: Misalkan A = dan B = , jelas bahwa A; B 2 T
0 0 0 1
2 0
karena det (A) = det (B) = 0. Kita memiliki A + B = dan
0 1
det (A + B) = 2 6= 0.
2 0 0 0
Soal 2: Misalkan A = dan B = , jelas bahwa A; B 2 T
0 0 0 1
2 0
karena det (A) = det (B) = 0. Kita memiliki A + B = dan
0 1
det (A + B) = 2 6= 0. Akibatnya A + B 62 T . Karena T tidak tertutup terhadap
operasi penjumlahan, maka T bukan subruang dari M22 .
De…nisi
Suatu vektor w
~ disebut sebagai suatu kombinasi linier vektor-vektor ~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr
apabila
w~ = 1~v1 + 2~v2 + + r ~vr ,
dengan 1; 2; : : : ; r 2 R.
Contoh
De…nisi
Suatu vektor w
~ disebut sebagai suatu kombinasi linier vektor-vektor ~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr
apabila
w~ = 1~v1 + 2~v2 + + r ~vr ,
dengan 1; 2; : : : ; r 2 R.
Contoh
Setiap vektor ~v = (v1 ; v2 ; v3 ) 2 R3 merupakan kombinasi linier dari vektor-vektor
basis standar ^{ = (1; 0; 0), |^ = (0; 1; 0), dan k^ = (0; 0; 1) karena
~v = (v1 ; v2 ; v3 ) =
De…nisi
Suatu vektor w
~ disebut sebagai suatu kombinasi linier vektor-vektor ~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr
apabila
w~ = 1~v1 + 2~v2 + + r ~vr ,
dengan 1; 2; : : : ; r 2 R.
Contoh
Setiap vektor ~v = (v1 ; v2 ; v3 ) 2 R3 merupakan kombinasi linier dari vektor-vektor
basis standar ^{ = (1; 0; 0), |^ = (0; 1; 0), dan k^ = (0; 0; 1) karena
De…nisi
Suatu vektor w
~ disebut sebagai suatu kombinasi linier vektor-vektor ~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr
apabila
w~ = 1~v1 + 2~v2 + + r ~vr ,
dengan 1; 2; : : : ; r 2 R.
Contoh
Setiap vektor ~v = (v1 ; v2 ; v3 ) 2 R3 merupakan kombinasi linier dari vektor-vektor
basis standar ^{ = (1; 0; 0), |^ = (0; 1; 0), dan k^ = (0; 0; 1) karena
Latihan
Misalkan ~u = (1; 2; 1) dan ~v = (6; 4; 2) merupakan dua vektor di R3 . Periksa:
1 apakah w
~ 1 = (9; 2; 7) merupakan kombinasi linier dari ~u dan ~v ?
2 apakah w~ 2 = (4; 1; 8) merupakan kombinasi linier dari ~u dan ~v ?
3 apakah ~0 = (0; 0; 0) merupakan kombinasi linier dari ~u dan ~v ?
w
~1 = ~u + ~v
w
~1 = ~u + ~v
(9; 2; 7) = (1; 2 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; + 2 ).
w
~1 = ~u + ~v
(9; 2; 7) = (1; 2 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; + 2 ).
+6 = 9
2 +4 = 2
+2 = 7
w
~1 = ~u + ~v
(9; 2; 7) = (1; 2 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; + 2 ).
+6 = 9
2 +4 = 2
+2 = 7
w
~1 = ~u + ~v
(9; 2; 7) = (1; 2 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; + 2 ).
+6 = 9
2 +4 = 2
+2 = 7
w
~= 3~u + 2~v .
Dengan demikian w
~ adalah kombinasi linier dari ~u dan ~v .
w
~2 = ~u + ~v
w
~2 = ~u + ~v
(4; 1; 8) = (1; 2; 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; +2 )
w
~2 = ~u + ~v
(4; 1; 8) = (1; 2; 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; +2 )
+6 =4
Akibatnya diperoleh SPL 2 + 4 = 1 . Dengan OBE kita memperoleh
2 + 2 3= 8
1 6 4
matriks diperbesar 4 2 4 1 5 yang bentuk EBT-nya adalah
1 2 8
w
~2 = ~u + ~v
(4; 1; 8) = (1; 2; 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; +2 )
+6 =4
Akibatnya diperoleh SPL 2 + 4 = 1 . Dengan OBE kita memperoleh
2 + 2 3= 8
1 6 4
matriks diperbesar 4 2 4 1 5 yang bentuk EBT-nya adalah
2 3 1 2 8
1 0 0
4 0 1 0 5 (tunjukkan!).
0 0 1
w
~2 = ~u + ~v
(4; 1; 8) = (1; 2; 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; +2 )
+6 =4
Akibatnya diperoleh SPL 2 + 4 = 1 . Dengan OBE kita memperoleh
2 + 2 3= 8
1 6 4
matriks diperbesar 4 2 4 1 5 yang bentuk EBT-nya adalah
2 3 1 2 8
1 0 0
4 0 1 0 5 (tunjukkan!). Karena SPL tidak memiliki solusi, maka tidak ada
0 0 1
nilai dan sehingga w ~ 2 = ~u + ~v .
w
~2 = ~u + ~v
(4; 1; 8) = (1; 2; 1) + (6; 4; 2)
= ( + 6 ;2 + 4 ; +2 )
+6 =4
Akibatnya diperoleh SPL 2 + 4 = 1 . Dengan OBE kita memperoleh
2 + 2 3= 8
1 6 4
matriks diperbesar 4 2 4 1 5 yang bentuk EBT-nya adalah
2 3 1 2 8
1 0 0
4 0 1 0 5 (tunjukkan!). Karena SPL tidak memiliki solusi, maka tidak ada
0 0 1
nilai dan sehingga w ~ 2 = ~u + ~v . Jadi w
~ 2 bukan kombinasi linier dari ~u dan
~v .
Bukti
Lihat Elementary Linear Algebra, 10th Edition, 2010, oleh H. Anton dan C. Rorres.
De…nisi
Jika S = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr g V , maka subruang W dari V yang memuat semua
kombinasi linier dari vektor-vektor pada S disebut sebagai ruang yang direntang/
ruang yang dibangun oleh ~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr . Atau dengan perkataan lain vektor-vektor
~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vr merentang/ membangun W . Hal ini dapat dinotasikan sebagai
(x; y) =
Contoh
Tinjau ruang vektor R2 dan S = f(1; 1) ; ( 1; 1) ; ( 1; 0)g. Maka
Contoh
Tinjau ruang vektor R2 dan S = f(1; 1) ; ( 1; 1) ; ( 1; 0)g. Maka
Contoh
Tinjau ruang vektor R2 dan S = f(1; 1) ; ( 1; 1) ; ( 1; 0)g. Maka
(x; y) = 0 (1; 1) + y ( 1; 1) + ( x y) ( 1; 0) ,
contohnya ( 1; 2) =
Contoh
Tinjau ruang vektor R2 dan S = f(1; 1) ; ( 1; 1) ; ( 1; 0)g. Maka
(x; y) = 0 (1; 1) + y ( 1; 1) + ( x y) ( 1; 0) ,
Contoh
Tinjau ruang vektor R2 dan S = f(1; 1) ; ( 1; 1) ; ( 1; 0)g. Maka
(x; y) = 0 (1; 1) + y ( 1; 1) + ( x y) ( 1; 0) ,
P2 = a0 + a1 x + a2 x2 j a0 ; a1 ; a2 2 R .
dengan pi (x) =
P2 = a0 + a1 x + a2 x2 j a0 ; a1 ; a2 2 R .
Pn = span
P2 = a0 + a1 x + a2 x2 j a0 ; a1 ; a2 2 R .
Pn = span f1; x; : : : ; xn g .
Diberikan dua vektor ~v1 ; ~v2 2 R3 . Apakah f~v1 ; ~v2 g dapat merentang R3 ?
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 g dengan ~v1 = (1; 1; 0) dan ~v2 = (0; 1; 1)
merentang R3 ?
Solusi:
Diberikan dua vektor ~v1 ; ~v2 2 R3 . Apakah f~v1 ; ~v2 g dapat merentang R3 ?
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 g dengan ~v1 = (1; 1; 0) dan ~v2 = (0; 1; 1)
merentang R3 ?
~u =
Diberikan dua vektor ~v1 ; ~v2 2 R3 . Apakah f~v1 ; ~v2 g dapat merentang R3 ?
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 g dengan ~v1 = (1; 1; 0) dan ~v2 = (0; 1; 1)
merentang R3 ?
~u = ~v1 + ~v2
(u1 ; u2 ; u3 ) =
Diberikan dua vektor ~v1 ; ~v2 2 R3 . Apakah f~v1 ; ~v2 g dapat merentang R3 ?
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 g dengan ~v1 = (1; 1; 0) dan ~v2 = (0; 1; 1)
merentang R3 ?
~u = ~v1 + ~v2
(u1 ; u2 ; u3 ) = (1; 1; 0) + (0; 1; 1) = ( ; + ; ).
Diberikan dua vektor ~v1 ; ~v2 2 R3 . Apakah f~v1 ; ~v2 g dapat merentang R3 ?
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 g dengan ~v1 = (1; 1; 0) dan ~v2 = (0; 1; 1)
merentang R3 ?
~u = ~v1 + ~v2
(u1 ; u2 ; u3 ) = (1; 1; 0) +
(0; 1; 1) = ( ; + ; ).
2 3 2 3
1 0 u1
Sehingga diperoleh SPL dalam bentuk matriks 4 1 1 5 = 4 u2 5.
0 1 u3
matriks
Solusi:
Solusi: Apabila f~v1 ; ~v2 ; ~v3 ; ~v4 g merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari ~v1 , ~v2 , dan
~v3 , yaitu
~u =
Solusi: Apabila f~v1 ; ~v2 ; ~v3 ; ~v4 g merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari ~v1 , ~v2 , dan
~v3 , yaitu
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + 3~
v3 + 4~
v4
= 1 (1; 1; 1) + 2 (0; 1; 1) + 3 (0; 0; 1) + 4 (1; 2; 3)
(u1 ; u2 ; u3 ) =
Solusi: Apabila f~v1 ; ~v2 ; ~v3 ; ~v4 g merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari ~v1 , ~v2 , dan
~v3 , yaitu
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + 3~
v3 + 4~
v4
= 1 (1; 1; 1) + 2 (0; 1; 1) + 3 (0; 0; 1) + 4 (1; 2; 3)
(u1 ; u2 ; u3 ) = ( 1 + 4; 1 + 2 +2 4; 1 + 2 + 3 +3 4)
Solusi: Apabila f~v1 ; ~v2 ; ~v3 ; ~v4 g merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari ~v1 , ~v2 , dan
~v3 , yaitu
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + 3~
v3 + 4~
v4
= 1 (1; 1; 1) + 2 (0; 1; 1) + 3 (0; 0; 1) + 4 (1; 2; 3)
(u1 ; u2 ; u3 ) = ( 1 + 4; 1 + 2 +2 4; 1 + 2 + 3 +3 4)
diperoleh matriks
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (1; 1; 2), ~v2 = (1; 0; 1),
~v3 = (2; 1; 3) merentang R3 .
Solusi:
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (1; 1; 2), ~v2 = (1; 0; 1),
~v3 = (2; 1; 3) merentang R3 .
Solusi:
Perhatikan bahwa jika ~v1 ; ~v2 ; ~v3 merentang R3 maka
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (1; 1; 2), ~v2 = (1; 0; 1),
~v3 = (2; 1; 3) merentang R3 .
Solusi:
Perhatikan bahwa jika ~v1 ; ~v2 ; ~v3 merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier ~v1 ; ~v2 ; ~v3 , atau
dengan perkataan lain terdapat 1 ; 2 ; 3 2 R yang memenuhi
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (1; 1; 2), ~v2 = (1; 0; 1),
~v3 = (2; 1; 3) merentang R3 .
Solusi:
Perhatikan bahwa jika ~v1 ; ~v2 ; ~v3 merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier ~v1 ; ~v2 ; ~v3 , atau
dengan perkataan lain terdapat 1 ; 2 ; 3 2 R yang memenuhi
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + 3~
v3
(u1 ; u2 ; u3 ) = 1 (1; 1; 2) + 2 (1; 0; 1) + 3 (2; 1; 3)
= ( 1 + 2 +2 3; 1 + 3; 2 1 + 2 +3 3)
Latihan
Periksa apakah himpunan f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (1; 1; 2), ~v2 = (1; 0; 1),
~v3 = (2; 1; 3) merentang R3 .
Solusi:
Perhatikan bahwa jika ~v1 ; ~v2 ; ~v3 merentang R3 maka setiap vektor
~u = (u1 ; u2 ; u3 ) 2 R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier ~v1 ; ~v2 ; ~v3 , atau
dengan perkataan lain terdapat 1 ; 2 ; 3 2 R yang memenuhi
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + 3~
v3
(u1 ; u2 ; u3 ) = 1 (1; 1; 2) + 2 (1; 0; 1) + 3 (2; 1; 3)
= ( 1 ++ 2 +2 3; 1 3; 2 1 + 2 + 3 3)
2 32 3 2 3
1 1 2 1 u1
Sehingga diperoleh SPL dalam bentuk matriks 4 1 0 1 54 2
5 = 4 u2 5
2 1 3 3 u3
MZI (FIF Tel-U) De…nisi RV dan Subruang Oktober – November 2015 71 / 72
Kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan dua cara:
Cara 1:
diperoleh
Cara 2:
Perhatikan bahwa
1 1 2
1 0 1 =
2 1 3
Cara 2:
Perhatikan bahwa
1 1 2
1 0 1 = 0,
2 1 3
akibatnya nilai 1; 2; 3 tidak selalu ada untuk setiap pilihan ~u 2 R3 .
Cara 2:
Perhatikan bahwa
1 1 2
1 0 1 = 0,
2 1 3
akibatnya nilai 1 ; 2 ; 3 tidak selalu ada untuk setiap pilihan ~u 2 R3 . Jadi
~v1 ; ~v2 ; ~v3 tidak merentang R3 .